UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA DENGAN TEKNIK TUTUR BERSAMBUNG PADA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 1 PATIKRAJA SEMESTER 1 TAHUN 2014-2015 Sukesi Trisnowati SMP Negeri 1 Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia Sur-el: [email protected] Abstrak: Kemampuan bercerita siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Patikraja pada semester gasal tahun pelajaran 2014-2015 dinyatakan masih rendah. Dalam kegiatan pembelajaran bercerita tersebut, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan kendala psikologis yakni rasa malu, khawatir, dan kurang percaya diri saat bercerita di depan kelas. Kebanyakan siswa merasa bingung dengan cerita yang akan dibawakannya karena mereka kurang menguasai isi cerita yang telah dibacanya serta khawatir tidak dapat menyelesaikan ceritanya. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu diupayakan solusinya. Penulis memilih teknik tutur bersambung agar siswa dapat bercerita dengan baik dari awal hingga akhir sesuai dengan isi cerita yang dibacanya tanpa rasa malu, khawatir, dan kurang percaya diri. Teknik tutur bersambung merupakan teknik bercerita secara kelompok (2 - 4 orang) yakni bercerita dengan cara bergantian, beruntun, atau bersambungan dari siswa pertama hingga yang terakhir. Dengan menggunakan teknik tersebut, kesulitan dan kendala psikologis dapat teratasi serta hasil belajar pun lebih baik. Kemampuan bercerita menjadi meningkat. Hal ini terbukti, nilai rata-rata kelas meningkat dari 68 menjadi 80. Persentase ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 70,58% menjadi 94,11%. Kata kunci : kemampuan bercerita, teknik tutur bersambung THE EFFORT TO IMPROVE STORY TELLING ABILITY USING A CONTINUED SPOKEN TECHNIQUE OF CLASS IX D STUDENTS SMP NEGERI 1 PATIKRAJA IN THE FIRST SEMESTER OF ACADEMIC YEAR 2014-2015 Abstract: The story telling ability of class IX D students SMP N 1 Patikraja at odd semester in the academic year 2014-2015 are still low. In story telling learning activity, most student have difficulty and psychological problem such as ashame, worry and lack of confisence when they are telling the story in front of the class. Most of them are confused with the story to tell because they don’t master the story they have read and worry too much not to be able to finish the story. Based on that condition, there should be a solution. The writer has chosen certain technique in telling story so that students will perform story well, from the beginning until the end of the story as the content of the story hase been read without feel in ashamed, worried and unconfident. The chosen technique is continued-spoken technique. Continued spoken technique is a group story telling technique (2-4 students) that is perfumed in turn, in rows or continuonsly from the first student to the last student. By using that technique, the difficulty and psychological problem could be solved and the student achievement will be better. The story telling ability increase. It’s proved by the increasing of the average score from 68 become 80. Volume 1 No 2 April 2015 172 The percentage of classical accomplishment also increases from 70,58 % to 94,11%. Key word : story telling ability, continued-spoken technique dalam proses pembelajaran sebagian PENDAHULUAN dipandang besar siswa tampak kurang bersung- sebelah mata oleh banyak orang. guh-sungguh dan kurang bersemangat Mereka baik Bercerita mengira kadang bahwa bercerita dalam kegiatan berdiskusi dalam kegiatan pembelajaran adalah maupun saat tampil di depan kelas sebuah kesia-siaan. Padahal para pakar untuk menceritakan kembali isi cerpen pendidikan yang telah dibacanya. mengatakan bahwa bercerita khususnya pada anak-anak Kegiatan pembelajaran yang amatlah penting. Bercerita berfungsi berlangsung antara lain membangun kontak batin kurang mendapat perhatian siswa, antara guru dengan siswa, sebagai sehingga hasil pembelajaran masih media penyampai pesan baik pesan rendah. Hal ini dikarenakan moral, agama, maupun pendidikan dan kegiatan pembelaja-ran tersebut, guru sekaligus sebagai sarana hiburan untuk mengatasi kejenuhan. kurang kondusif dan dalam belum menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar Pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara pada kompetensi dasar menceritakan kembali secara lisan isi cerpen di kelas IX D SMP Negeri 1 Patikraja pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 belum berhasil. Dengan kata lain, kemampuan siswa dalam bercerita masih rendah. Hal ini dan tingkat kemampuan siswa. Melihat kondisi tersebut, peneliti berupaya untuk mencari solusi agar proses pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, serta hasilnya pun memuaskan. Dengan demikian, diha- terbukti dari jumlah 34 siswa di kelas rapkan siswa dapat menceritakan isi tersebut, terdapat 10 siswa yang belum cerpen dengan baik di depan kelas dan dapat akan mendapatkan nilai lebih dari 76 mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yakni nilai 76. Persentase ketuntasan klasikal baru mencapai 70,58%. Disamping itu, 173 atau di atas KKM. Berpijak pada kenyataan tersebut, maka peneliti melakukan Volume 1 No 2 April 2015 penelitian tindakan kelas pada kegiatan meningkatkan kemampuan mencerita- pembelajaran untuk kompetensi dasar kan kembali secara lisan isi cerpen menceritakan kembali secara lisan isi melalui teknik tutur bersambung pada cerpen. Permasalahan dalam penelitian siswa kelas IX D SMP Negeri 1 ini adalah teknik pembelajaran apakah Patikraja Kabupaten Banyumas pada yang akan digunakan sebagai upaya semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. meningkatkan kemampuan bercerita. Secara khusus Teknik pembelajaran yang dimaksud kelas ini bertujuan untuk mengetahui adalah hasil dari penggunaan teknik tutur teknik Adapun adalah tutur bersambung. permasalahan bagaimanakah berikutnya teknik tutur penelitian tindakan bersambung dalam meningkatkan kemampuan menceritakan kembali bersambung diterapkan dalam pembe- secara lisan isi cerpen pada siswa kelas lajaran kompetensi dasar menceritakan IX kembali secara lisan isi cerpen. Selain Kabupaten Banyumas pada semester 1 hal tahun pelajaran 2014/2015. tersebut, penelitian ini juga D menyoroti bagaimana keaktifan siswa dalam kegiatan bagaimana sikap berdiskusi serta siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelaja-ran. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Apakah teknik tutur bersambung dapat meningkatkan kemampuan SMP Negeri 1 Patikraja Bercerita adalah menyampaikan suatu cerita di depan umum tanpa teks. Kegiatan ini menuntut keterampilan berbicara. Gaya bercerita yang menarik, intonasi yang tepat, pengurutan cerita yang cocok, dan sebagainya harus dikuasai benar-benar (Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, 1986: 116). Bercerita merupakan menceritakan kembali secara lisan isi sebuah keterampilan, yang penguasa- cerpen pada siswa kelas IX D SMP annya tidak cukup hanya dengan Negeri 1 Patikraja Kabupaten Banyu- memahami ilmunya secara teoretik mas pada semester 1 tahun pelajaran saja. Keterampilan teknis bercerita 2014/2015?” hanya dapat dikembangkan melalui Penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan Volume 1 No 2 April 2015 untuk latihan dan pengalaman praktik (Sudarmadji dkk, 2010: 33). 174 Kemampuan bercerita adalah sistematis yang terdapat dalam metode. penguasaan, kesanggupan, dan keca- Oleh kapan menuturkan atau menyampaikan implementatif yaitu tindakan nyata cerita kepada orang lain dengan tepat yang dilakukan sebagai usaha untuk dan menarik. Ada dua faktor pokok mencapai tujuan (Sufanti, 2010: 31). yang harus diperhatikan karena itu, teknik bersifat Istilah pendekatan, metode, dan untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, teknik yaitu atau tumpang tindih atau campur aduk baik setidaknya kerangka cerita (sinopsis), dalam pengertiannya maupun dalam dan teknik penyajian (Sudarmadji dkk, pemakaiannya. Akan tetapi secara 2010: konseptual naskah 27). atau skenario Seseorang yang akan sering digunakan dibedakan. secara Ketiganya bercerita harus menentukan terlebih memiliki dahulu gambaran jalan ceritanya yang hirarkis. dapat diperoleh dari berbagai sumber, tingkat antara lain: buku, majalah, koran, atau dijabarkan pengalaman yang Sedangkan metode dituangkan dalam dipilih harus sudah dipertimbangkan bentuk teknik. Jadi metode bersifat masak-masak. prosedural. pribadi. Cerita Apakah cerita itu hubungan Pendekatan tertinggi, dalam Hubungan berbobot, menarik, dan sebagainya. berjenjang/ berada yang bentuk antara pada kemudian metode. strategi, Seorang pencerita perlu mengasah metode, dan teknik pembelajaran dapat keterampilan-nya dalam bercerita, baik digambarkan sebagai suatu sistem yang dalam olah vokal, olah gerak, ekspresi, bertitik tolak dari perumusan dan dan sebagainya. Dia juga harus pandai- penentuan tujuan, pemilihan strategi pandai mengembangkan unsur-unsur pembelajaran, pemilihan metode yang penyaji-an cerita secara proporsional relevan, kemudian diimplementasikan seperti ke dalam teknik pembelajaran selama pemaparan cerita, dialog, ekspresi, peragaan, media atau alat proses pembelajaran berlangsung. peraga. Pemilihan strategi pembelajaran harus Teknik adalah cara khas atau berorientasi pada tujuan yang akan operasional, yang digunakan untuk dicapai, disesuaikan dengan materi, mencapai tujuan berdasar pada proses karakteristik siswa, serta situasi dan 175 Volume 1 No 2 April 2015 kondisi di mana proses pembelajaran secara berkelanjutan, berurutan atau akan berlangsung. beruntun. Berdasarkan uraian tersebut, Ada teknik beberapa pembelajaran metode yang dan dapat dapat dinyatakan bahwa teknik tutur bersambung adalah yang digunakan guru, tetapi tidak semuanya digunakan sama sesuatu dengan lisan kepada orang lain efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Uno, 2008:7). secara Untuk bergantian. itu, dibutuhkan adanya untuk cara berurutan, menyampaikan beruntun atau dalam Teknik tutur bersambung ini memilih media pembelajaran yang pada hakikatnya merupakan modifikasi digunakan yang dapat merangsang dan indera siswa secara simultan. pembelajaran melanjutkan cerita, cerita kreativitas guru, termasuk pengembangan dari teknik Menurut Tarigan (1998: 41) berantai, dan menceritakan kembali teknik pembelajaran itu bersifat netral. (Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Tidak ada yang jelek, juga tidak ada 1986:101-104). Dari ketiga teknik yang baik. Baik buruknya teknik tersebut penulis memunculkan dan pembelajaran bergantung pada penggu- menggunakan naannya. Bila digunakan secara tepat ia bersambung. nama Penggunaan menjadi baik, dan sebaliknya bila teknik tutur teknik tutur digunakan pada situasi yang tidak tepat bersambung diawali dengan kegiatan ia menjadi tidak baik. membaca cerita (cerpen) dari buku Istilah tutur bersambung kumpulan cerpen. Selanjutnya siswa merupakan gabungan dari kata tutur berkelompok untuk mendiskusikan dan pokok-pokok cerita untuk kata bersambung. Menurut dapat Depdiknas (2007:1231) tutur berarti dikembangkan menjadi sebuah cerita. ucapan; kata; perkataan. Sedangkan Dengan kata lain, siswa diminta untuk bersambung berarti diberi tambahan menceritakan kembali cerita yang telah (agar lebih panjang); lanjut; berturut- dibaca dengan bahasa sendiri secara turut; berkelompok. berurutan; berganti-ganti Seorang anggota (Depdiknas, 2007:989). Jadi, tutur kelompok bersambung awal/pertama cerita kemudian siswa berarti mengucapkan/ menyampaikan sesuatu dengan lisan Volume 1 No 2 April 2015 kedua menceritakan melanjutkan cerita bagian dan 176 seterusnya secara bergantian atau Data dalam penelitian ini ada bersambungan sampai bagian akhir/ dua macam yaitu data primer dan data penutup dari cerita tersebut. sekunder. Data primer berupa hasil Dalam pembelajaran kompe- belajar kemampuan bercerita para tensi dasar bercerita dengan teknik siswa. Data sekunder berupa hasil tutur bersambung ini, siswa membaca sebuah cerpen kemudian siswa mendiskusikan pokok-pokok ceritanya. Berdasarkan pokok-pokok cerita tersebut, siswa dalam kelompoknya menceritakan kembali di depan kelas pengamatan dari teman sejawat sebagai kolaborator yang membantu melakukan observasi pada saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu teknik tes dan teknik non secara bergantian atau berurutan dari tes.Teknik awal hingga akhir cerita. Dengan cara berupa tes inilah siswa akan dapat bercerita performansi dengan baik di depan kelas tanpa pada kompetensi dasar menceritakan merasa takut dan malu. Selain itu, kembali secara lisan isi cerpen oleh siswa tentu saja akan berusaha untuk siswa bekerja sama dalam kelompoknya (tindakan) maupun setelah adanya demi keberhasilan dalam bercerita. tindakan yakni kegiatan pembelajaran Selanjutnya nilai yang diperoleh siswa tes yang dilaksanakan unjuk kerja atau uji kemampuan baik sebelum bercerita perlakuan kemampuan bercerita untuk kompetensi dasar menceritakan kembali secara akan lebih baik atau meningkat. lisan isi cerpen dengan teknik tutur bersambung. Sedangkan teknik non tes METODE PENELITIAN berupa pengamatan atau observasi Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan Patikraja di SMP Kabupaten Subjek penelitiannya Negeri 1 Banyumas. adalah siswa selama proses pembelajaran berlangsung terhadap aktivitas dan keantusiasan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. kelas IX D SMP Negeri 1 Patikraja Alat (instrumen) yang Kabupaten Banyumas tahun pelajaran digunakan untuk mengumpulkan data 2014/2015, yang berjumlah 34 orang adalah siswa terdiri atas 20 siswa perempuan Pada dan 14 siswa laki-laki. performansi 177 tes dan lembar pengamatan. tes unjuk kerja digunakan atau uji rubrik Volume 1 No 2 April 2015 penilaian unjuk kerja dengan kurang runtut, menggunakan bahasa deskriptor dan skala (skor) penilaian yang yang penampilan yang kurang ekspresif dan sebelumnya telah disepakati bersama antara guru dengan siswa. Aspek yang dinilai pada lembar penilaian tes unjuk kerja bercerita dengan teknik tutur bersambung kurang komunikatif, serta kurang menarik. Skor 1 untuk kegiatan bercerita dengan lafal dan intonasi yang tidak tepat, isi yang tidak sesuai, bahasa tidak (lafal) dan lagu kalimat (intonasi), (2) komunikatif, serta penampilan tidak kesesuaian isi cerita, (3) keruntutan ekspresif dan tidak menarik. meliputi: (1) ketepatan pengucapan cerita tidak Rubrik cerita, (4) penggunaan bahasa yang runtut, penilaian bercerita komunikatif, serta (5) penampilan yang dengan deskriptor dan skor tersebut, ekspresif dan menarik. dapat dilihat pada tabel berikut. penilaian yang Skala (skor) digunakan untuk Penilaian Tes Unjuk Kerja mengukur kelima aspek tersebut adalah skor 1- 4. Setiap aspek mempunyai skor 4 bila siswa bercerita dengan lafal dan intonasi N Aspek o 1 Lafal, intonasi yang sangat tepat, isinya sangat sesuai dengan cerpen yang 2 dibacanya, diceritakan dengan sangat runtut, sangat menggunakan bahasa yang komunikatif, serta 3 penam- pilannya sangat ekspresif dan menarik. Setiap aspek mempunyai skor 3 bila siswa bercerita dengan lafal dan intonasi yang tepat, isinya sesuai, ceritanya runtut, menggunakan bahasa yang komunikatif, serta penampilan yang ekspresif dan menarik. Setiap aspek diberi skor 2 bila siswa bercerita dengan lafal dan intonasi yang kurang tepat, isi cerita kurang sesuai, ceritanya Volume 1 No 2 April 2015 4 5 Deskriptor Skor 1 2 3 4 Lafal & intonasi tepat&berva riasi Isi Isi cerita cerita sesuai dengan isi cerpen Kerun- Cerita tutan runtut sesuai alur cerpen Bahasa Penggunaan bahasa komunikatif Penam- Penampilan pilan ekspresif & menarik Nilai hasil bercerita dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut. Nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh ----------------------------------- x 100 Jumlah skor maksimal (20) 178 Analisis data dilakukan dengan membandingkan nilai tes antarsiklus dengan indikator kinerja untuk mengetahui peningkatan kemampuan bercerita pada kompetensi Keterangan: F = Frekuensi (Jumlah siswa yang mengikuti uji coba) N = Jumlah siswa seluruhnya Persentase dasar peningkatan ke- menceritakan kembali secara lisan isi mampuan bercerita tersebut, dapat cerpen. Data yang diperoleh dari tes dilihat pada tabel berikut ini. dianalisis secara kuantitatif berdasarkan persentase. Sedangkan data diperoleh dari yang mengetahui N o Rentang Nilai 1 Kurang Dari 65 66–75 76–80 81 – 90 91– 100 hasil observasi dianalisis secara kualitatif untuk Persentase Pencapaian Nilai Bercerita tanggapan dan perubahan tingkah laku siswa setelah 2 3 4 5 kemampuan bercerita dihitung dengan rumus sebagai berikut. N = F x N Persen Kriteria tase Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik Jumlah siswa Ketuntasan klasikal pembelajaran berlangsung. Persentase peningkatan Freku ensi Analisis data tes bercerita dan pencapaian nilai bercerita pada setiap 100% siklus dapat dilihat pada tabel berikut. Analisis Data Nilai Tes bercerita No Nama Siswa Jumlah Nilai KetunSkor tasan Aspek yang dinilai Lafal& intonasi Isi Kerun cerita tutan Baha- Penam sa pilan 1 . . . . 34 Jumlah Rata-rata Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur (siklus) yang terdiri 179 atas empat tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observing), dan Volume 1 No 2 April 2015 (reflecting) pengamatan, dan refleksi. Jika terjadi (Wardani dkk, 2002:23). Hasil refleksi perubahan dalam proses maupun hasil terhadap tindakan yang dilakukan akan pembelajaran yakni adanya peningka- digunakan kembali untuk merevisi tan rencana karena ternyata tindakan yang penelitian dinyatakan berhasil. melakukan refleksi kemampuan bercerita maka dilakukan belum berhasil memperbaiki pembelajaran atau belum berhasil HASIL DAN PEMBAHASAN memecahkan masalah. Pembelajaran kompetensi dasar Berdasarkan refleksi hasil yang diperoleh dari tes awal, ternyata bercerita yang dilaksanakan terhadap siswa kelas IX D SMPN 1 Patikraja hasilnya belum memuaskan, maka sebelum peneliti menyu-sun kegiatan untuk pembelajaran yang dilakukan tanpa dilaksanakan pada pembelajaran siklus menggunakan teknik tutur bersambung 1 Kegiatan pembelajaran yang dilaksa- dengan urutan perencanaan, tindakan, pengama-tan, dan refleksi. Pada siklus 1 diprediksikan adanya tindakan adalah nakan diawali dengan penjelasan dari guru tentang kegiatan bercerita, belum mencapai keberhasilan baik kemudian siswa membaca cerpen. dalam proses pembelajaran maupun Selanjutnya penilaian-nya kembali cerpen tersebut di depan kelas karena guru baru menerapkan teknik tutur bersambung pembelajaran yang sesuai menceritakan secara bergantian. yang didukung dengan metode dan media siswa Hasil dari pembelajaran kompetensi dasar menceritakan kembali dengan materi dalam pembelajaran secara lisan isi cerpen yang dibaca mencerita-kan kembali secara lisan isi ternyata belum memuaskan, karena cerpen .Kekurangan dan kelemahan belum sesuai dengan yang diharapkan. tersebut dievaluasi untuk menentukan Terbukti dari 34 siswa yang dinyatakan langkah berikutnya pada pelaksanaan berhasil yakni mencapai ketuntasan siklus 2. minimal (nilai 76) sebanyak 24 orang, Pada siklus 2 proses yang dengan persentase ketuntasan klasikal ditempuh sama dengan yang dilakukan baru mencapai 70,58%. Hal ini berarti pada kemampuan bercerita siswa kelas IXD siklus 1, yaitu merevisi perencanaan, pelaksanaan tindakan, Volume 1 No 2 April 2015 relatif masih rendah. 180 Kemampuan bercerita yang bercerita siswa yang cukup relatif masih rendah tersebut, dapat menggembirakan. Terbukti dari 34 ditingkatkan siswa dengan melaksanakan yang dinyatakan berhasil kegiatan pembelajaran yang lebih baik (mencapai KKM dengan nilai 76) dan menarik. Untuk itu tindakan yang terdapat 28 orang, dengan persentase dilakukan ini ketuntasan 80,25 %. Dibandingkan hakikatnya adalah memperbaiki proses dengan hasil yang diperoleh sebelum pembelajaran yang dilaksanakan dalam adanya tindakan (tes awal) berarti ada dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. peningkatan persentase sebesar 9,67 %. dalam penelitian Pada siklus 1 pembelajaran Berdasarkan hasil yang dengan menggunakan teknik tutur diperoleh pada siklus 1 yang belum bersambung dilakukan dengan metode memuaskan tanya jawab, diskusi kelompok, dan demonstrasi. Pembelajaran diawali dengan kegiatan membaca cerpen. Selanjutnya siswa mendiskusikan pokok-pokok cerita tersebut secara berkelompok, kemudian guru mempersiapkan penilaian tentang membawakan cerita tersebut dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat adanya tersebut, tindakan maka perlu berikutnya yakni pembelajaran siklus 2. Pembelajaran siklus 2 ini, metode dan teknik yang digunakan sama dengan sebelumnya. Pada kegiatan awal siswa membaca sebuah cerpen dari buku kumpulan cerpen. Selanjutnya siswa mendiskusikan pokok-pokok isi cerpen tersebut, kemudian siswa secara berkelompok berdasarkan pokok-pokok cerita. Hal menceritakan ini dimaksudkan untuk memotivasi dengan menggunakan teknik tutur siswa, menghilangkan rasa malu dan bersambung. Namun dalam hal ini takut tampil di depan kelas, serta siswa diberi kesempatan untuk lebih menambah kelancaran bercerita karena kreatif dalam mengembangkan cerita dilakukan berkelompok secara bergan- tanpa menyimpang dari pokok-pokok tian atau bersambungan. isi cerpen. Cerita yang dibawakan di Meskipun hasilnya belum depan kelas kembali dengan isi teknik cerpen tutur begitu memuaskan namun pembelaja- bersambung itu dikembangkan sendiri ran pada siklus 1 ini menunjukkan oleh siswa (dalam kelompok diskusi) adanya berdasarkan pokok-pokok isi cerpen. 181 peningkatan kemampuan Volume 1 No 2 April 2015 Dari pembelajaran siklus 2 yakni tes awal, tes siklus 1, dan tes tersebut, ternyata hasil yang dicapai siklus lebih terjadi pembelajaran memotivasi siswa belajar peningkatan hasil sebesar 13,86%. berbicara di depan orang banyak (di Pada siklus 2 ini, dari 34 siswa depan terdapat 32 orang yang dinyatakan kemampuan bercerita mereka. Upaya berhasil dengan yang dilakukan untuk mencapai tujuan mencapai tersebut adalah penggunaan teknik memuaskan, (tuntas persentase karena belajar) ketuntasan 94,11%. tutur Dengan demikian, pembelajaran aspek berbicara untuk kompetensi dasar bercerita dengan menggunakan teknik tutur memenuhi bersambung standar hipotesis 2. Pelaksanaan kelas) dan bersambung kegiatan meningkatkan yang didukung dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai. Peningkatan kemampuan ber- telah cerita dengan teknik tutur bersambung yang pada pembelajaran awal (sebelum diajukan. Hal ini dapat diketahui dari perlakuan), siklus 1, dan siklus 2 analisis hasil dalam beberapa tahap, tampak pada diagram berikut Volume 1 No 2 April 2015 ini. 182 DAFTAR PUSTAKA SIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil simpulan bahwa bercerita merupakan suatu kemampuan yang harus dikuasai siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Patikraja. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran pada kompetensi dasar menceritakan kembali cerpen yang dibaca. Hal ini disebabkan siswa masih mengalami kesulitan dan kendala psikologis saat bercerita di depan kelas. Teknik Tutur Bersambung merupakan teknik bercerita yang dapat Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III).Jakarta: Balai Pustaka Sudarmadji dkk. 2010. Bercerita. Yogyakarta: Kalam Semesta. Teknik Kurnia Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bersambung ini, siswa dapat bercerita Tarigan, Henry Guntur. 1998. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. secara berurutan dan bersambungan Uno, mengatasi masalah tersebut. Dengan menggunakan Teknik Tutur dari siswa pertama sampai siswa keempat, sesuai isi cerpen yang telah dibaca tanpa rasa takut, malu, dan kurang percaya menggunakan diri. teknik Dengan tersebut, kesulitan dan kendala psikologis dapat teratasi. Siswa bercerita dengan lancar sehingga nilai hasil belajar Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Guru Nasional. pun menjadi meningkat. Hal ini terbukti, nilai rata-rata kelas meningkat dari 68 menjadi 80. Persentase ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 70,58% menjadi 94,11%. 183 Volume 1 No 2 April 2015