BAB IV KONSEP DAN KRITERIA PERENCANAAN

advertisement
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
BAB IV
KONSEP DAN KRITERIA PERENCANAAN
4.1
UMUM
Pengembangan lahan rawa gambut untuk budidaya Perkebunan Kelapa Hibrida di
lokasi Guntung (GHS-II) dilakukan dengan usaha reklamasi berdasarkan suatu
perencanaan teknis jaringan tata air untuk melayani kegiatan budidaya pertanian
(perkebunan kelapa) dengan menyediakan sarana dan prasarana berupa jaringan
saluran lengkap dengan bangunan hidraulis sebagai pengendali dan pengatur perilaku
aliran, khususnya muka air tanah. Jaringan tata air tersebut sekaligus direncanakan
sebagai sarana transportasi untuk melayani kegiatan masyarakat petani (transmigran)
yang akan menempati lahan plasma maupun pihak swasta nasional sebagai pembina
yang akan mengelola lahan Inti. Perencanaan teknis jaringan tata air guna menunjang
budidaya Perkebunan Kelapa Hibrida di lokasi Guntung dengan pola PIR-Trans
dilaksanakan dengan menerapkan sistem drain terkendali (drain control system)
berdasarkan konsep teknologi yang tepat dengan biaya yang wajar serta menjaga
kelestarian lingkungan.
Pengelolaan dan pengaturan jaringan tata air harus dapat dilakukan secara sederhana
dan mudah terutama dalam pengoperasian bangunan pintu air untuk mengendalikan
muka air tanah pada lahan perkebunan, yang akan dilaksanakan oleh masyarakat
petani (transmigran).
4.2
KONSEP PERENCANAAN
4.2.1 Lay-out Tata Air
Layout tata air yang dimaksudkan disini adalah pengaturan jaringan tata air dan
perlengkapannya untuk budidaya kelapa hibrida dan navigasi. Kerangka jaringan
tersebut mencakup jaringan saluran primer (kanal utama), saluran sekunder (kanal
cabang), saluran kolektor dan tersier, bangunan hidraulis lahan perkebunan.
Pola tata air dan hubungan masing-masing komponennya, tergantung dari kondisi
lingkungan, antara lain: kondisi topografi, hidrologi, kondisi tanah dan kondisi sosial
ekonomi yang dirumuskan dalam kriteria perencanaan. Konsep tata air pada
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
34
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
pengembangan lahan rawa gambut untuk menunjang perkebunan kelapa Pola PIRTrans di lokasi GHS-II Guntung didasarkan pada suatu konsep pengaturan dan
pengendalian air yaitu air permukaan pada saluran dan air tanah pada lahan
perkebunan.
Sumber air pada lahan perkebunan adalah air hujan, dimana air tersebut sebagian
mengalir sebagai aliran permukaan, air tanah; interflow, air kapiler dan
evapotranspirasi. Sebagian besar lahan tidak terkena pengaruh pasang-surut baik
melalui pantai maupun Sungai Guntung. Sebagian lagi, terutama daerah dekat Sungai
Guntung terkena pengaruh pasang surut kategori II dan III.
Jaringan saluran dapat mengendalikan muka air tanah di tingkat lahan perkebunan
sehingga dapat memberikan kelengasan yang baik bagi budidaya kelapa hibrida.
Sistem tata air yang dirancang harus mampu menjaga dan mengendalikan muka air
tanah di lahan agar berada di bawah zone perakaran. Oleh karena itu sangat penting
guna menentukan drain spacing baik untuk saluran tersier maupun sal. sekunder
(kanal,cabang).
Jaringan saluran dapat melayani kegiatan transportasi sehingga memudahkan
pengangkutan hasil panen, pengangkutan manusia, pupuk, obat-obatan dan.sejenisnya
dari pemukiman ke perkebunan.dan juga ke pabrik pengolahan.
Untuk kepentingan transportasi, saluran primer (kanal utama) dapat digunakan oleh
ponton dua arah bersimpangan, sedangkan kanal cabang (saluran sekunder) untuk
ponton satu arah tanpa simpangan.
Sistim tata air juga memperhatikan faktor keamanan lingkungan, baik dari gangguan
binatang, maupun bahaya kebakaran dan sejenisnya.
4.2.2 Kondisi Tanah
Jenis tanah dilahan calon perkebunan didominasi oleh gambut yang memiliki
ketebalan (2-4) m dengan angka porositas yang cukup besar berkisar antara 70-80%.
Kondisi tofografi yang cukup datar kemiringan rata-rata < 0.3% maka limpasan
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
35
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
permukaan akan kecil dibandingkan dengan sub. surface flow. Oleh karena itu jumlah
air yang dikendalikan merupakan selisih hujan total dikurangi evapotranspirasi.
Sesuai dengan kondisi fisiknya, tanah gambut tidak boleh menjadi kering (persentase
kadar air < 30 %), hal ini karena dapat merusak struktur sifat tanah sehingga
kehilangan daya serap terhadap air.
4.2.3 Tata Ruang
Penempatan saluran, baik saluran primer (kanal utama), saluran sekunder (kanal
cabang) maupun saluran tersier selain peran utamanya sebagai pengendali air, kanalkanal tersebut juga ditempatkan sedemikian sehingga memenuhi kriteria kenyamanan
para penghuni (transmigran) maupun kemudahan dalam transportasi hasil bumi.
4.2.4 Saluran (Kanal)
4.2.4.1 Saluran Tersier
Saluran tersier harus diatur sedemikian sehingga memenuhi persyaratan berikut :
™ Permukaan air tanah di tingkat lahan tetap dijaga berada dibawah zone perakaran.
™ Saluran tersier harus mampu mengalirkan air berlebih (excess water) yang berasal
dari curah hujan maksimum untuk n hari berurutan dengan periode ulang tertentu.
™ Aliran harus memenuhi persyaratan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
penggerusan maupun pengendapan yang tidak seimbang (dynamically stable
channels).
™ Penempatan elevasi saluran harus memperhitungkan subsidence yang akan terjadi
akibat penurunan air tanah.
4.2.4.2 Saluran Sekunder (Kanal Cabang)
Saluran sekunder diharapkan dapat berfungsi sebagai penampung aliran yang berasal
dari saluran tersier dan sekaligus saluran tersebut berfungsi untuk transportasi air
lokal. Ukuran saluran sekunder serta elevasi muka air diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi persyaratan, antara lain :
™ Mampu menampung beban limpasan berlebih yang berasal dari saluran tersier
sekaligus mengendalikan muka air tanah di tingkat lahan agar tidak terlalu rendah
namun selalu berada di bawah zone perakaran.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
36
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
™ Dapat berperan sebagai sarana transportasi (navigasi) baik dalam tahap periode
penanaman kelapa maupun waktu panen (pengangkut bibit, pupuk, bahan bakar,
produksi kelapa, dll).
™ Saluran ini mampu dilewati ponton satu arah tanpa papasan.
4.2.4.3 Saluran Primer (Kanal Utama)
Saluran Primer diharapkan dapat berfungsi sebagai penampang aliran dari saluran
sekunder. Selain itu, saluran tersebut mempunyai fungsi penting lainnya yaitu sebagai
sarana transportasi baik pada tahap prakonstruksi (untuk pengangkutan kayu) , pada
tahap kontruksi maupun pada tahap pasca konstruksi yaitu untuk mengangkut produk
kelapa dan lain-lain. Ukuran saluran primer ditetapkan agar dapat memenuhi
persyaratan transportasi kapal motor, speed boat, ponton yang dapat ditempuh dari
kedua arah secara berpapasan.
4.2.4.4 Saluran Kolektor
Saluran kolektor direncanakan sebagai penampung limpasan air dari aeral sekitarnya,
yang di tempatkan pada batas areal pengembangan perkebunan dan berperan sebagai
keamanan dari gangguan hama, binatang maupun pencurian.
4.2.4.5 Bangunan Hidraulis
Pembuatan bangunan air. mempunyai fungsi :
™ Mengatur kedalaman air pada kanal sehingga peranan saluran sebagai sarana
transportasi air terpenuhi.
™ Mengatur muka air tanah di lahan untuk menjaga kelengasan tanah sehingga
kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi demikian juga muka air tanah harus
dijaga agar berada di bawah zone perakaran.
™ Fungsi lain bangunan air adalah agar kemiringan saluran dapat diatur sehingga
kecepatan air tidak terlalu besar yang dapat mengakibatkan penggerusan.
™ Dengan pengaturan muka air diharapkan agar supaya komposisi fisik tanah
gambut tidak rusak akibat pembuangan yang berlebih.
Bangunan air yang diperlukan berupa :
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
37
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
a. Stop-log yang ditempatkan di ujung saluran sekunder dekat Saluran Utama.
Apabila dianggap perlu stop-log dan drop structure juga ditempatkan di dalam
saluran sekunder.
b. Bangunan pengalihan (control structure) pada saluran primer (kanal utama) untuk
mengatur kecepatan aliran, kemiringan kanal dan kedalaman air di hulu bangunan
tersebut apabila diperlukan.
c. Bangunan-bangunan tersebut harus dilengkapi dengan peredam energi untuk
menghindarkan penggerusan lokal.
4.2.4.6 Jarak Antar Saluran (Drain Spacing)
Perencanaan drain spacing didasarkan pada asumsi bahwa muka air tanah diusahakan
berada di bawah zone perakaran kelapa hibrida. Selain itu perlu adanya pertimbangan
kemudahan pengangkutan hasil panen oleh para petani yang dibawa dari lahan
menuju ke sarana pengangkut air.
4.3.
KRITERIA PERENCANAAN
Untuk mendapatkan besaran kuantitatif dalam konsep perencanaan ini maka perlulah
disusun kriteria perencanaan ini. Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa
Perencanaan Teknis Jaringan pengairan perkebunan Kelapa Hibrida pola PIR-Trans di
daerah GHS II Guntung seluas 12.000 Ha didasarkan atas konsep teknologi tepat
dengan biaya yang wajar serta menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan konsep diatas, reklamasi lahan rawa gambut untuk keperluan
pengembangan Perkebunan Kelapa Hibrida dilakukan melalui Perencanaan Teknis
Jaringan Tata Air untuk melayani kegiatan budidaya perkebunan dengan usaha
menyediakan sarana dan prasarana berupa jaringan saluran lengkap dengan bangunan
pengendali tata air (pintu) termasuk prasarana transportasi guna melayani kegiatan
masyarakat petani (transmigran) maupun Pihak Swasta Nasional yang akan mengelola
lahan Perkebunan Inti.
Dengan menggunakan data fisik seperti peta topografi hidrometri, mekanika tanah
serta data hidrologi dapat dirumuskan kriteria perencanaan sebagai petunjuk dan
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
38
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
pedoman dalam Pembuatan Perencanaan Teknis Jaringan Tata Air terutama untuk
perencanaan jaringan saluran, bangunan hidraulis (Pintu Air).
Dalam sub-bab ini akan dibahas kriteria perencanaan yang meliputi 3 aspek, antara
lain :
a. Aspek budidaya
b. Aspek teknis
4.3.1 Aspek Budidaya
Syarat-syarat tumbuh bagi tanaman kelapa hibrida adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Iklim
a. Curah Huian
Curah hujan tahunan antara 1250-2500 mm, dengan nilai optimumnya r 1500 mm,
sedangkan curah hujan bulanan optimum r 130 mm, dengan musim kering tidak
lebih dari 5 bulan. Pertumbuhan kelapa di daerah pantai umumnya baik meskipun
curah hujanya lebih rendah dari pada batas minimum karena ketersediaan air tanah.
b. Suhu Udara
Suhu rata-rata tahunan 27°C - 28°C dengan fluktuasi 6°C - 7°C : suhu minimum ratarata bulanan 20°C.
Hasil kajian di pantai di pantai Gading (Afrika), tanaman kelapa tumbuh baik pada
™ Suhu minimum bulan terdingin = 21.8oC
™ Suhu maksimum rata-rata = 30.1oC
™ Suhu minimum rata-rata = 23.5oC
™ Suhu rata-rata tahunan = 21.8oC
c. Ke1embaban
Kelembaban optimum 80 - 90 %, rata-rata minimum kelembaban bulan kering yaitu
63 %.
d. Sinar Matahari
Kebutuhan sinar matahari dalam setahun ± 2000 jam penyinaran atau minimum 120
jam penyinaran sebulan.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
39
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
e. Angin
Angin berperan dalam proses penyerbukan bunga dan transpirasi tanaman. Oleh
karena itupun angin tidak boleh terlalu kencang, tetapi tiupannya yang optimum
sangat diperlukan. Tanpa angin akan sulit proses penyerbukan sehingga kemungkinan
berbuah akan terganggu.
4.3.1.2 Letak Lintang
Letak lintang di permukaan bumi yang cocok untuk tanaman kelapa antara 20° LS
dan 20° LU, dengan optimumnya : 15° LS.
4.3.1.3 Elevasi (Ketinggian Lahan)
Tanaman kelapa adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah dataran rendah.
Ketinggian yang optimal adalah 0 – 450 meter di atas permukaan laut.
4.3.1.4 Persediaan Air Dalam Tanah
Apabila persediaan air di tambah dengan curah hujan dalam bulan yang bersangkutan
sama atau lebih besar dari potensi evapotranspirasi (evaporasi + transpirasi), maka
diperkirakan air di dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman.
4.3.1.5 Kondisi Tanah
Dari segi tanah tanaman kelapa membutuhkan persyaratan fisik dan kimia tanah yang
sesuai, yaitu :
™
Struktur tanah yang baik ;
™
Permukaan air tanah letaknya eukup dalam ± 70 – 100 cm
™
Air tanah selalu bergerak/tidak menggenang ;
™
Peresapan air atau drainase dan aerasi baik.
Pohon - pobon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang berdekatan dengan air
bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai, umumnya pertumbuhannya baik
sekali. Hal ini disebabkan karena air yang bergerak mengandung banyak oksigen
(O2), yang penting untuk pernapasan akar. Walaupun demikian kelapa mempunyai
daya adaptasi yang besar terhadap tanah-tanah berat yang bertekstur liat, asalkan
memiliki keseimbangan kandungan udara dan air yang baik.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
40
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Tanaman kelapa tidak menghendaki syarat-syarat kimia tanah yang istimewa. Kelapa
dapat tumbuh baik pada tanah yang memi liki kemasaman pH = 5.0 - 8.0. Pada tanahtanah yang pH-nya diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur-unsur hara yang
eukup sering menunjukkan gejala defisiensi besi (Fe) dan mangan (Mn). Pohonpohon kelapa yang tumbuh pada tanah-tanah berpasir di pantai dapat tumbuh dengan
baik, walaupun kandungan NaCl cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya air
bergerak yang banyak mengandung oksigen (O2) yang penting untuk pernapasan akar.
Kadar keasinan yang sesuai untuk tanaman kelapa paling baik < 2 mmhos/cm
sedangkan salinitas (2-8) mmhos/cm merupakan kisaran yang hampir memenuhi dan
cukup sesuai untuk pertumbuhan kelapa.
4.3.3 Aspek Teknis
Pada dasarnya kriteria perencanaan yang menyangkut Aspek Teknis merupakan
perumusan kaidah atau kriteria yang akan ditetapkan sehubungan dengan pengaturan
dan pengendali tata air baik ditingkat lahan maupun di saluran berdasarkan data fisik
yang ada seperti :
™
Penetapan beban limpasan (drain module)
™
Pengaturan letak muka air tanah di lahan & di saluran
™
Penentuan dimensi/ukuran saluran dan pola drainase
™
Kebutuhan transportasi (navigability)
™
Kebutuhan jalan
™
Bangunan hidraulis/pintu air
4.3.3.1 Beban Limpasan (Modul Drainase)
Besarnya modul drainase dihitung sebagai:
Rt I t Et u 1000
q
24 u 3600 u T
liter/det/Ha
Dimana :
q
= modulus drainase (liter/det/ha)
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
41
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Rt = curah hujan harian selama t hari (mm)
It
= infiltrasi selama t hari (mm)
Et = evapatranspirasi selama t hari (mm)
T
= lama waktu pembuangan (hari)
Lama t didasarkan pada kekerapan hujan yang terjadi. Lama pembuangan (T)
didasarkan pada ketahanan tanaman terhadap genangan, kecepatan gerakan air dan
durasi hujan.
Beberapa alternatif pemilihan t, yaitu 1,2,3,4,5 atau 6 harian. Untuk menentukan nilai
t perlu adanya evaluasi curah hujan yang dominan dan kurva durasi curah hujan dari
data di Guntung Kateman, Tanjung Batu dan sekitarnya. Untuk perencanaan ini
digunakan hujan 3 harian berurutan dengan perioda ulang 10 tahun. Pemilihan periode
ulang terutama dididasarkan pada kelayakan pengambilan faktor resiko. Pada
kebanyakan pengembangan rawa di Indonesia, lahan usaha dengan kedalaman gambut
kurang dari 1.0 meter, maka diambil perioda ulang 5-10 tahun dan curah hujan 2-3
harian. Lokasi pengembangan
PIR-Trans Kateman-Guntung, tanahnya didominasi
oleh gambut dengan kedalaman 2-5 meter. Gambut tersebut mempunyai kerapatan
massa yang sangat kecil
(± 1.05) dan sangat peka untuk bersifat lepas apabila
tergenang air. Oleh karena itu diupayakan agar jangan sampai terjadi aliran air banjir
di atas hamparan gambut tersebut.
Pertimbangan lain adalah akar tanaman kelapa baru mencapai kondisi yang kuat
setelah mencapai umur 5 tahun dan produktivitasnya mencapai nilai maksimum pada
umur 8-9 tahun. Memperhatikan hal tersebut diatas maka perioda ulang untuk PIRTrans Guntung diambil 10 tahun.
Dari informasi menunjukkan bahwa tanaman kelapa hibrida tetap masih tegar walau
tergenangi air yang bersifat asam sampai 1 minggu. Setelah 2 minggu, pohon kelapa
yang tergenang menunjukkan mulai proses pembusukan. Memperhatikan hal tersebut,
besarnya saluran dalam perencanaan ini genangan air di lahan direncanakan tidak
lebih dari 5 hari.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
42
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Untuk lahan pemukiman kapasitas saluran pembuang didasarkan atas bebas limpasan
yang berasal dari curah hujan maksimum 1 hari untuk periode ulang 10 tahun yang
harus dapat dibuang dalam 1 hari.
Nilai evapotranspirasi diperkirakan 50% dari yang diperhitungkan karena terjadinya
penurunan muka air tanah dan lahan tertutup oleh kelapa. Modul drainase dengan
asumsi tersebut diatas akan berkisar antara 5-10 l/det/ha.
4.3.3.2 Taraf Muka Air Pada Lahan Perkebunan
Selama penanaman, taraf muka air tanah di lahan perkebunan kelapa harus dijaga agar
berada di bawah zone perakaran tergantung dari umur tanaman.
Tabel 4.1: Taraf Muka Air dan Umur Tanam Kelapa
Umur Tanaman Kelapa
Kedalaman zona akar dan muka tanah
Mulai tanam
20 cm
1 tahun
40 cm
2 tahun
60 cm
3 tahun
70 cm
4 tahun
80 cm
5 tahun
100 cm
Pengendalian taraf muka air tanah ditingkat lahan perkebunan dilakukan di saluran
sekunder dengan menempatkan bangunan pintu air (stop log). Saluran tersier
berfungsi sebagai penampung dan pembuang kelebihan air yang berasal dari lahan
dan membantu menjaga permukaan air tanah agar tidak terlalu rendah yakni dengan
adanya kontrol dari saluran sekunder.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
43
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Gambar 4.1 Penurunan Muka Air Rencana
4.3.3.3 Drain spacing
Drain spacing didasarkan prinsip bahwa muka air di lahan tidak boleh terlalu lama
menggenangi akar. Muka air dalam perencanaan akan berada dibawah zone
perakaran. Perencanaan drain spacing didasarkan pada asumsi bahwa muka air tanah
diusahakan berkisar antara 70 - 100 cm di bawah permukaan tanah. Fasilitas pengatur
muka air tanah berupa saluran sekunder yang dilengkapi dengan stop-log (skot balok)
pada hilirnya, dan saluran tersier.
Saluran tersier selain membantu saluran sekunder dalam menjaga elevasi muka air,
juga sangat berperan untuk mempercepat pembuangan beban limpasan berlebihan dan
menurunkan muka air tanah pada saat-saat hujan. Air yang jatuh di lahan diharapkan
seluruhnya merembes ke dalam tanah. Kemudian bergerak sebagai aliran air tanah
menuju ke saluran tersier. Dimensi saluran tersier setelah pemadatan mempunyai
kedalaman 1,55 m dengan lebar 0,6 m. Besarnya debit q adalah 8 l/det/ha.
Perhitungan Jarak Drainase Menggunakan Persamaan Ernst Persamaan Ernst
untuk tanah yang homogen.
h
q
D
L
L2
yh
q
q
ln 0
SK
u
8KD K
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
44
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Keterangan dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 4.2 Saluran Drainase untuk Persamaan Ernst
Perhitungan Jarak Drainase Menggunakan Persamaan Hooghoudt
Persamaan Hooghoudt untuk tanah homogen dimana dasar saluran tidak mencapai lapisan
kedap.
2
L
8 KDe h 4 Kh 2
q
Keterangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.3 Saluran Drainase untuk Persamaan Hooghoudt untuk Dasar Saluran
yang Tidak Mencapai Lapisan Kedap Air
Dimana :
L
= drain spacing (m)
K
= koefisien permeabilitas (m/det)
D
= kedalaman lapisan tanah kedap kemuka air di saluran (m)
h
= beda elevasi muka air di lahan dan saluran (m)
q
= beban drainase (m3/det/m2)
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
45
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Besarnya permeabilitas tanah gambut ini dihitung dari percobaan lapangan dan
laboratorium,
dengan
asumsi
aliran
masih
laminer.
Besarnya
koefisien
permeabilitas-k diperoleh dari Laporan Penelitian Pemanfaatan Lahan Rawa
Gambut untuk Budidaya Perkebunan Kelapa Ditinjau dari Aspek Peningkatan
Tata Air oleh Ir. Mulyana Wangsadipoera, M.Eng dkk.
™ Untuk tanah gambut safrik nilai k berkisar antara (4,53-5,00) m/hari atau
rata-rata = 4,76 m/hari.
™ Untuk tanah gambut hemik besamya nilai k berkisar antara (19,87-34,86)
m/hari atau rata-rata 26,49 m/hari.
™ Untuk tanah gambut fibrik besamya nilai koefisien permeabilitas-k berkisar
antara (43,09- 51,18) m/hari atau rata-rata = 47,26 m/hari.
Hasil pengukuran sebanyak 6 lokasi dilakukan di Guntung-Kateman, Propinsi Riau
masing-masing di lokasi perkebunan RSTM dan GHS memperlihatkan nilai k antara
(22,24 ; 27,36 ; 34,58) m/hari atau rata-rata = 28,06 m/hari, sedangkan untuk 3 lokasi
yang lain memberikan nilai k antara (43,75 ; 47,54 dan 52,11) m/hari atau rata-rata
47,80 m/hari. Pertimbangan lain di dalam penentuan drain spacing adalah tata ruang.
4.3.3.4 Dimensi/Ukuran Saluran
Dimensi saluran dalam perencanaan, ditetapkan berdasarkan:
™
Kriteria kebutuhan drainase;
™
Kriteria kebutuhan transportasi (navigasi)
Pengalaman menunjukkan bahwa dimensi saluran untuk kebutuhan navigasi pada
umumnya lebih besar dari dimensi untuk kebutuhan drainase. Untuk saluran tersier,
dimensi saluran didasarkan beban drainase. Ukuran saluran tersier adalah lebar dasar
ditetapkan b = 0.60 m selebar ukuran bucket, kedalaman = 1.0 m setelah subsidence.
Ukuran saluran sekunder, primer dan kolektor ditetapkan berdasarkan kriteria
kebutuhan transportasi.
4.3.3.5 Kebutuhan Transportasi (Navigable)
a. Saluran Sekunder (Kanal Cabang)
Dimensi saluran sekunder (kanal cabang), primer (kanal utama) dan kolektor
ditetapkan berdasarkan kriteria kebutuhan transportasi.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
46
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Lebar saluran ditetapkan sebesar lebar kapal motor/ponton ditambah kelonggaran.
Dengan anggapan lebar ponton 2.4 m maka untuk kepentingan transportasi lebar
kanal cabang (saluran sekunder) perlu 4.0 m. Tinggi air minimum di saluran
ditetapkan dengan peninjauan draft kapal, ditambah kelonggaran kemungkinan
pengendapan lumpur dan penggalian sebesar 1.5 m. Taraf muka air di saluran
sekunder diatur sedemikian rupa agar supaya berada maksimum sedalam 1.00 m di
bawah muka tanah (menjaga agar muka air tanah selalu berada di bawah zone akar).
Jadi ukuran saluran sekunder tipikal adalah :
™
b = lebar dasar = 4.00 m,
™
H = kedalaman perlu saluran = 2.5 m
Saluran sekunder direncanakan dapat di lewati oleh sebuah kapal motor ponton
dengan bobot 15 ton dari satu arah (tak berpapasan)
b. Saluran Primer (Kanal Utama)
Saluran primer direncanakan dapat dilewati oleh dua buah kapal motor ponton dari
dua arah secara berpapasan selama 24 jam, dengan anggapan tidak terpengaruh oleh
ponton yang sedang parkir di tempat penampungan (storage) kelapa yang
direncanakan dibangun di kiri-kanan kanal utama dekat saluran sekunder. Bobot kapal
motor/ponton adalah 15 ton dengan draft 1.50 m dan kelonggaran untuk pengendapan
lumpur dan penggalian sedalam 1.00 m sehingga kedalaman air minimal di salurkan
primer adalah 2.50 m. Lebar dasar sa luran primer ditetapkan = 10.0 m. Kemiringan
talud adalah 1:1. Elevasi muka air pada muara ditetapkan sama dengan tide mean
level agar kapal masih dapat keluar masuk muara selama beda pasang surut dengan
tinggi muka air laut (tml) sekitar 1 meter saja.
c. Saluran Semi Primer (Kanal Semi Utama) dan Kolektor
Saluran kolektor direncanakan dapat dilewati oleh satu buah kapal motor (ponton)
dari satu arah dengan lebar dasar saluran kolektor adalah 4.00 mtr, draft ditambah
kelonggaran = 2.5 m dengan kemiringan talud = 1:2. Lebar dasar kanal Semiutama
mempunyai lebar dasar 6 m dengan/kemiringan talud 1:1.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
47
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
d. Saluran Pengalihan (Diversion Channel)
Pada GHS-II KM.5-Kanal Utama I cukup curam, sehingga kalau direncanakan
saluran dengan mengikuti kemiringan topografi yang Ada maka air akan mengalir
terlalu cepat, kedalaman air kurang besar untuk transportasi, debit terlalu besar, dan
kemungkinan besar terjadi penggerusan. Untuk menghindarkan hal-hal tersebut dibuat
bangunan pengontrol Kanal Utama dan dilengkapi dengan saluran pengalihan.
Dengan adanya saluran ini, yang panjangnya lebih kurang 1.50 m, transportasi air
tetap dapat berlangsung.
4.3.3.6 Ruang Bebas (Clearance) Untuk Jembatan
Lantai jembatan di saluran sekunder ditempatkan pada ketinggian 1.5 m di atas muka
air tertinggi disaluran tersebut, sedangkan untuk jembatan di saluran primer lantai
jembatan ditempatkan setinggi 2.5 m di atas muka air tertinggi di sa luran tersebut.
4.3.3.7 Lebar Berm Untuk Saluran
Untuk kanal utama lebar berm ditetapkan sebesar 10.0 m dari tepi saluran untuk
menghindarkan kemungkinan longsornya tebing dan untuk maksud pemeliharaan dan
pelaksanaan penggalian (alat berat). Lebar berm untuk saluran sekunder ditetapkan (1
– 1.5) m dari tepi saluran, sedangkan untuk saluran semi primer dan kolektor di ambil
minimal 2 m.
4.3.3.8 Kemiringan Talud dan Kecepatan Dalam Saluran
Kemiringan talud untuk saluran primer ditetapkan 1 : 1 sedangkan kecepatan (0.50 1.2) m/det. Talud saluran sekunder dibuat tegak dengan kecepatan aliran pada saluran
tersebut berkisar antara (0.2 - 0.4) m/dt. Kecepatan aliran pada saluran tersier
ditetapkan antara (0.1 - 0.2) m/dt.
4.3.3.9 Bangunan Air (Pintu Stop-Log) di Saluran Sekunder
Pintu stop log memiliki lebar 3.00 m dan bahan pintu dibuat dari kayu. Konstruksi
bangunan air stop log meliputi : lantai, turap dan tiang pancang semua dari bahan
kayu. Direncanakan bangunan ini dilengkapi dengan drop structure. Dengan pintu ini
maka kedalaman dan elevasi muka air sepenuhnya dapat dikontrol, yaitu kedalaman
minimum 1.5 m dengan muka air paling tinggi 1.0 m dibawah muka tanah.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
48
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Penempatan stop-log selain pada ujung pertemuan saluran sekunder dengan saluran
utama, juga ditempatkan pada tengah saluran yang sangat curam agar pengaturan air
lebih efektif dan saluran tidak rusak.
4.3.3.10 Bangunan Pintu Air di Kana1 utama (Sa1uran Primer)
Konstruksi bangunan pintu dibuat dari bahan tiang pipa baja, turap dari papan baja
(sheet pile), lantai dari baja, pintu dari baja. Lebar pintu total = 10 m, terdiri dari 5
bagian dengan lebar masing-masing 2.0 m dan lebar pintu bersih adalah 1.55 m. Pintu
ini dapat di putar oleh tenaga manusia seorang diri dengan gaya yang diperlukan 12.5
kg. Pintu dapat dibuka total sampai 3.0 m dengan waktu buka 40 menit.
Untuk lokasi lahan perkebunan 12.000 Ha, terdapat 1 buah bangunan pintu air di
kanal utama (sal. primer) yaitu di Km.5 lokasi KUT-I.
4.3.3.11 Bangunan Pengendali di Ujung Kanal Utama (Sa1uran Primer)
Bangunan pengendali ini telah direncanakan pada lokasi lahan perkebunan kelapa
hibrida seluas 12.000 Ha, yaitu bangunan tersebut di letakkan di bagian hilir.
™
Pintu Pengendali Relokasi (Outlet)
Pintu pengendali ditempatkan pada saluran pengendali, saluran yang menghubungkan
kanal utama (sa1. primer) dan sungai. Pintu pengendali ini berupa pintu sorong
dengan ukuran 4 x 3 m (lebar x tinggi), terbuat dari bahan pelat baja (tebal 8 mm),
dan diperkuat dengan rangka baja. Kabel baja mutu tinggi yang digerakkan oleh
generator-set digunakan untuk menaikkan / menurunkan pintu ini. Generator tersebut
harus mampu mengangkat beban total pintu ditambah gaya gesek akibat tekanan
hidrostatik air.
Fungsi pintu pengendali adalah sebagai berikut
a. Untuk lalu lintas perahu dari sungai ke kanal utama (sal. primer), pada saat air
pasang.
b. Membantu mengontrol elevasi muka air di kanal utama (sal. primer), dengan
melimpaskan kelebihan air tersebut ke sungai. Tinggi pelat pintu ditentukan 3.0 m,
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
49
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
sehingga air bisa melimpas keluar lewat bagian atas pintu. Dengan demikian, sistem
tata air dalam areal perkebunan bisa tetap terkontrol, dan sesuai untuk pertumbuhan
tanaman.
c. Dalam keadaan darurat (hujan lebat/ekstrem) dan elevasi muka air di saluran
utama bergerak terus keatas me lebihi taraf maksimum yang diizinkan, pintu
pengendali dapat diangkat sehingga debit air yang keluar ke sungai lebih banyak.
™
Pintu Pembilas
Pintu air penguras ditempatkan pada saluran penguras, saluran yang menghubungkan
ujung kanal utama (sal. primer) dengan sungai. Pintu penguras ini terdiri dari 2 set
pintu sorong yang dipasang berdampingan. Tiap set pintu terdiri dari 2 buah pintu
sorong (muka dan belakang), dengan ukuran plat pintu 80 x 160 cm (lebar x tinggi),
dan dipasang atas-bawah untuk menutupi lubang pembilas berukuran 80 x 300 cm
(lebar x tinggi). Di atas pelat daun pintu sebelah atas, dipasang pelat beton. Fungsi
pintu ini untuk menguras/membuang ke sungai endapan material sedimen yang ada di
ujung kanal utama (sal. primer).
Pengoperasian pintu ini bisa dilakukan dengan tenaga manusia, karena ukuran
masing-masing pintu sorong tersebut kecil. Pada bagian, atas konstruksi rangka pintu,
dipasang alat pemutar untuk menaikan dan menurunkan pintu secara manual (tenaga
manusia). Alat pemutar ini sarna seperti yang dipakai dalam Standard Bangunan
Irigasi. pada saat endapan material sedimen sudah banyak terkumpul di ujung kanal
utama (saluran primer), pintu penguras ini dibuka untuk membuang material sedimen
tersebut ke sungai melalui saluran penguras. Cara membuka/menurunkan pintu
dengan memutar alat pemutar yang ada pada pintu. Pembukaan pintu penguras bisa
satu persatu atau serentak semua pintu, tergantung keperluan. Setelah selesai proses
pengurasan, pintu penguras ditutup lagi seperti semula.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010)
Eka Susanto (15002095)
50
Download