FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD SALATIGA TAHUN 2016 ARTIKEL Oleh : I PUTU PRADANA ANDI WIGUNA 010215A030 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 HALAMAN PENGESAHAN Artikel berjudul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD SALATIGA TAHUN 2016 Oleh : I PUTU PRADANA ANNI WIGUNA 010215A030 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, Juli 2017 Pembimbing Utama Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., SP.KMB NIDN. 0629037605 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD SALATIGA TAHUN 2016 I Putu Pradana Andi Wiguna *) Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB **) Ns. Suwanti, S.Kep.,MNS**) *Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Email:[email protected] ABSTRAK Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan. Pasien yang beresiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih berhubungan dengan beberapa faktor risiko seperti usia tua, diabetes mellitus, penggunaan kateter, terapi antibiotik tidak rasional, perawatan ICU, hemodialisa, perawatan jangka panjang, keganasan hematologi, dan ulkus diabetes mellitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan pendekatan retrospektif menggunakan data hasil rekam medis sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di RSUD Salatiga tahun 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengumpulan data menggunakan instrumen data dianalisis menggunakan uji chi square Hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui tidak ada hubungan antara usia pasien dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga dengan p value sebesar 0,724 dan ada hubungan antara jenis kelamin, pemasangan kateter dan jenis penyakit terhadap kejadian ISK di RSUD Salatiga dengan nilai p value sebesar 0,005, 0,000 dan 0,000. Diharapkan pihak rumah sakit melakukan pencegahan terhadap kejadian infeksi yang sering terjadi di lingkungan rumah sakit dan melakukan sosialisasi tentang penyakit ISK secara aktif terhadap perawat dan pasien serta keluarga pasien, mengingat penyakit ini memiliki dampak yang buruk dan resiko berulang yang tinggi pada penderitanya. Kata kunci : faktor-faktor kejadian ISK Kepustakaan : 23 kepustakaan (2007 -2014) Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 1 ABSTRACT According to WHO, urinary tract infection (UTI) is the second most common infectious disease in the body after infection of the respiratory tract. Patients at high risk for urinary tract infections are associated with several risk factors such as old age, diabetes mellitus, use of catheters, not rational antibiotic therapy, ICU care, hemodialysis, long term care, hematologic malignancies, and ulcers of diabetes mellitus. The purpose of this study is to determine the factors associated with the incidence of UTI in Salatiga Hospital. This type of research was analytic using retrospective approach by using data from medical records as data collecting. The population in this study was all inpatients in Salatiga Hospital in 2016. The sampling technique used porposive sampling with the samples of 100 people. Data collecting used data instrument of chi square test Results of statistical test using chi square test is showed no correlation between the age of patients with the incidences of UTI in Salatiga Hospital with p value of 0.724 and there was of correlation between sexes, catheters and diseases on the incidences of UTI in Salatiga Hospital with p value of 0.005, 0,000 and 0,000. It is expected that the hospital can prevent the incidence of infection that often occurs in a hospital environment and to socialize UTI disease actively to nurses and patients and families of patients, considering that this disease has a bad impact and risk of high recurrent on the sufferers. Keywords : factors of the incidence of UTI Bibliography : 23 literature (2007 -2014) PENDAHULUAN Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan pertahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki (BPSI, 2010). Infeksi saluran kemih yang sering di temukan terhitung 6 sampai 8 juta kunjungan klinik setiap tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita.1 dari 10 orang di amerika serikat mengalami infeksi saluran kemih semasa hidupnya, wanita 50 kali lebih banyak dari pada pria (Suharyono, dkk, 2009). Hampir 10 juta yang datang ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya adalah pasien infeksi saluran kemih (ISK). Wanita 50 kali lebih banyak dari pada laki-laki 1 dari 5 wanita mengalami ISK dibandingkan pria, perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih. Penyebabnya adalah saluran uretra perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 cm), berbeda dengan uretra pria yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit masuk (Suharyanto, 2009). Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli. Jenis bakteri sering ditemukan sebagi penyebab terjadinya ISK antara lain Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia, Streptococcus dan Staphylococcus. Bakteri penyebab ISK dapat diperoleh dari kontak dengan peralatan yang tidak steril atau melalui kontaminasi silang dari kontak tangan oleh pasien atau petugas rumah sakit (Lewis, 2007). Pasien yang beresiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih menurut Sudoyo (2013) yaitu pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, pengguna obat imunosupresan dan stereoid, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor resiko lain terkena ISK adalah kateterisasi berkepanjangan > 6 hari, jenis kelamin perempuan, infeksi, diabetes, malnutrisi, azotemia (kreatinin >2,0 mg/dL), stent Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 2 ureter, pemantauan keluaran urin, antimikroba obat terapi (Maki, 2008). Selain itu menurut Boyle (2011), ISK oleh MDRO berhubungan dengan beberapa faktor risiko seperti usia tua, diabetes mellitus, penggunaan kateter, terapi antibiotik tidak rasional, perawatan ICU, hemodialisa, perawatan jangka panjang, keganasan hematologi, dan ulkus diabetes mellitus diduga merupakan faktor risiko. Menurut penelitian oleh Furqon (2007), mengemukan juga bahwa kerap kali hygiene dan sanitasi penderita dalam merawat kebersihan kateter yang buruk dapat pula meningkatkan resiko terjadinya infeksi. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan desain case control dengan pendekatan retrosfektif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSUD salatiga tahun 2016. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 166 responden, dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah medical record dan data sekunder yang di dapat peneliti dari hasil catatan rekam medis berupada data pasien yang di rawat inap di RSUD Salatiga tahun 2016. Penelitian dilakukan tanggal 6 februari sampai 8 februari 2017 dengan menggunakan uji statistik Chi Square. HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat 1. Gambaran kejadian ISK pada pasien rawat inap di RSUD salatiga tahun 2016 Pada kelompok kasus sebagian besar responden mengalami ISK yaitu sebanyak 66 responden (100%), dan pada kelompok kontrol semua responden tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 100 responden (100 %). 2. Gambaran terpasangnya kateter pasien di RSUD Salatiga pada tahun 2016 Sebagian besar responden pada kelompok kasus terpasang kateter yaitu sebanyak 44 responden (66,7%), dan pada kelompok kontrol sebagian besar responden tidak terpasang kateter yaitu sebanyak 61 responden (61%). 3. Gambaran jenis penyakit pasien dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga Sebagian besar responden pada kelompok kasus mempunyai jenis penyakit diabetes mellitus (DM) yaitu sebanyak 35 responden (53%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar responden mempunyai jenis penyakit stroke yaitu sebanyak 43 responden (43%). Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 3 B. Analisa Bivariat 1. Hubungan usia pasien dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga Kejadian ISK ISK Tidak ISK f % f % Usia Dewasa (26-45 th) Lansia (4665 th) Manula (>65 th) Total Total f p value % 15 42,9 20 57,1 35 100 39 37,1 66 62,9 105 100 12 46,2 14 53,8 26 100 66 39,8 100 60,8 166 100 0,643 responden dengan usia dalam kategori lansia sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 66 responden (62,9%) dan pada responden lansia pula yang paling banyak mengalami ISK sebanyak 39 (37,1%) Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,643. Dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pasien dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga. 2. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga Kejadian ISK Jenis kelamin ISK Total Tidak ISK f % f % f Laki-laki 22 27,5 58 72,5 80 Perempuan 44 51,2 42 48,8 86 Total 66 39,8 10 0 60,2 16 6 % 10 0 10 0 10 0 p value 0,002 responden dengan jenis kelamin laki-laki sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 58 responden (72,5%), dan pada responden dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami ISK yaitu sebanyak 44 responden (51,2 %). Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,002. Dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga. 3. Hubungan pemasangan kateter dengan kejadian ISK pada pasin di RSUD Salatiga Kejadian ISK Pemasangan kateter ISK Total p value Tidak ISK Terpasang Tidak terpasang f 44 22 % 53,0 26,5 f 39 61 % 47,0 73,5 f 83 83 % 100 100 Total 66 39,8 100 60,2 166 100 0,000 responden yang terpasang kateter sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 39 responden (47,0 %), dan pada responden yang tidak terpasang kateter yaitu sebanyak 61 responden (73,5%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga. 4. Hubungan jenis penyakit pasien dengan dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga Kejadian ISK Jenis penyakit ISK Total Tidak ISK n % n % n % GGK 12 52,2 11 47,8 23 100 DM Stroke Keganasan Hematologi 35 8 11 55,6 15,7 37,9 28 43 18 44,4 84,3 62,1 63 51 29 100 100 100 Total 66 39,8 100 60,2 166 100 responden yang memiliki jenis penyakit Stroke sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 43 responden (84,3%), sedangkan pada responden dengan penyakit DM yang paling banyak terjadi ISK yaitu sebanyak 35 (55,6%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis penyakit pasien dengan dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 4 p value 0,000 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar mempunyai umur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam kategori lansia (45-65 tahun) yaitu sejumlah 39 responden (59,1 %) dan 66 responden (66%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah lansia. Menurut usia lanjut Notoadmojo (2010) adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menurut Perry & Potter (2010), menyatakan bahwa insidensi ISK meningkat bersamaan dengan usia. Ketika seseorang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Tubuh juga akan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi (Stanley & Beare, 2013). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang terpapar penyakit ISK pada kelompok kasus adalah responden yang berjenis kelamin perempuan, hal tersebut menurut pendapat dan asumsi peneliti dikarenakan sebagian besar responden perempuan dalam penelitian pada saat terpapar ISK dalam kondisi sehabis melahirkan. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian dimana sebagian besar responden perempuan berumur antara 20-38 tahun yaitu sebanyak 17 responden (17 %) dan berdasarkan hasil catatan rekam medis yang didapatkan peneliti menunjukkan bahwa responden dalam kondisi memasuki masa nifas. ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada ibu postpartum dan memiliki angka morbiditas yang tinggi (Wiknjosastro, 2010). Peningkatan risiko terjadinya ISK postpartum antara lain dapat disebabkan oleh karena trauma jalan lahir, inkontinensia urin, pemasangan instrumen katater urin, dan anestesi yang menyebabkan ibu post partum tidak dapat berkemih secara normal (Pribadi, 2010). Pasca persalinan ada suatu peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Ini terjadi akibat kelahiran dan efek konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural pada kandung kemih. Distensi yang berlebihan pada kandung kemih dapat mengakibatkan perdarahan dan kerusakan lebih lanjut. Pengosongan kandung kemih harus diperhatikan. Kandung kemih biasanya akan pulih dalam waktu 5-7 hari pascamelahirkan sedangkan saluran kemih normal dalam waktu 2-8 minggu tergantung pada keadaan/ status sebelum persalinan, lamanya kala II yang dilalui, besarnyatekanan kepala janin saat lahir (Cuningham, 2013). Sedangkan hasil penelitian pada kelompok kontrol sebagian besar jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sejumlah 58 responden (58,0 %). Pria yang lebih tua dengan hipertropi prostat mempunyai pengosongan kantung kemih yang tidak sempurna, sehingga meningkatkan resiko ISK dengan dasar stasis urin. Masuknya organisme ke kelenjar prostat selalu melalui uretra, bakteri pindah dari uretra atau kantung kemih melalui saluran prostat. Kemungkinan lain masuk melalui hematogenous, limfatik pada rektum dan ketika operasi prostat. Cairan prostat memiliki berbagai substansi antibakterial, termasuk zinc dan antibodi, dimana jumlahnya sedikit pada pasien dengan prostatitis bakterial kronik (Brusch, 2014). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok kasus Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 5 mengalami ISK yaitu sebanyak 66 responden (100%). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang mengenai ginjal, ureter, kantung kencing atau urethra. Semakin dekat ke ginjal (semakin atas), maka makin serius tingkat infeksinya.. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli. Jenis bakteri sering ditemukan sebagi penyebab terjadinya ISK antara lain Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia, Streptococcus dan Staphylococcus. Bakteri penyebab ISK dapat diperoleh dari kontak dengan peralatan yang tidak steril atau melalui kontaminasi silang dari kontak tangan oleh pasien atau petugas rumah sakit (Lewis, 2007). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka secara keseluruhan didapatkan data bahwa sebagian besar responden yang mengalami ISK di RSUD Salatiga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, pemasangan kateter dan penyakit penyerta seperti diabetes mellitus. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa ISK oleh MDRO berhubungan dengan beberapa faktor risiko seperti usia tua, diabetes mellitus, penggunaan kateter, terapi antibiotik tidak rasional, perawatan ICU, hemodialisa, perawatan jangka panjang, keganasan hematologi, dan ulkus diabetes mellitus diduga merupakan faktor risiko. Menurut penelitian oleh Furqon (2007), mengemukan juga bahwa kerap kali hygiene dan sanitasi penderita dalam merawat kebersihan kateter yang buruk dapat pula meningkatkan resiko terjadinya infeksi (Boyle, 2011), Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kasus diketahui bahwa sebagian besar responden terpasang kateter yaitu sebanyak 44 responden (66,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kasus dalam penelitian ini adalah responden yang terpasang kateter urin saat dilakukan perawatan di RSUD Salatiga. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Zulkarnain (2006, dalam Sudoyo 2006, hlm.1750) lamanya kateter dipasang sangat mempengaruhi kejadian infeksi saluran kemih. Bila kateter dipasang selama 2 hari infeksi dapat terjadi 15 %, bila 10 hari menjadi 50 %. Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian ISK dialami oleh responden yang terpasang kateter 3, 5, 6, 7 dan 8 hari. Kejadian ISK dialami oleh responden yang terpasang kateter 3 hari, 7 hari, dan 8 hari masing-masing sebesar 10 %, 30 % responden yang mengalami kejadian ISK adalah responden yang terpasang kateter 5 hari. Bahkan sebanyak 40% responden yang mengalami ISK telah terpasang kateter 6 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu banyak 70 % kejadian ISK dialami oleh pasien yang terpasang kateter selama 5-6 hari. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk mencegah terjadinya infeksi, yaitu dengan mengganti kateter 3-4 hari sekali (Mashita, 2011). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, responden dengan usia dalam kategori dewasa sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 20 responden (57,1 %), pada responden dengan usia lansia sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 66 responden (62,9 %) dan responden dengan usia manula sebagian besar juga tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 14 responden (53,8%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,643. (Apabila p value atau signifikansi di diatas 0,05 maka hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak). Nilai p value tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pasien dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 6 Hasil penelitian tersebut terdapat kesenjangan antara teori dan hasil yang didapatkan di lapangan saat penelitian ini berlangsung dimana menurut teori yang dikemukakan oleh Smeltzer & Bare (2013), yang menyatakan bahwa insidensi ISK meningkat bersamaan dengan usia. Ketika seseorang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Tubuh juga akan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi (Stanley & Beare, 2013). Pada usia lanjut sering pula ditemukan nutrisi yang kurang sehingga lebih menurunkan respons selular seperti proliferasi limfosit, sintesis sitokin dan juga respons antibodi (Baratawidjaja & Rengganis, 2009). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, responden dengan jenis kelamin laki-laki sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 58 responden (72,5%), dan pada responden dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 42 responden (48,8 %). Urethra yang pendek pada wanita ditambah dengan dekatnya vaginal vestibule dan rektum mempengaruhi terjadinya Infeksi Saluran Kemih lebih sering pada wanita daripada pria. Pada wanita, flora normal pada daerah periurethral terdiri dari organisme seperti lactobacillus yang membantu melawan kolonisasi bakteri patogen pada saluran kemih. Perubahan lingkungan dari periurethral seperti perubahan pH, kadar estrogen, atau penggunaan antibiotik bisa mengganggu flora normal sehingga memungkinkan bakteri patogen berkolonisasi dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih. Akibatnya peningkatkan kolonisasi dari bacilli gram negatif, sehingga meningkatkan resiko terjadinya ISK. Pada pria, prostat mensekresikan cairan yang mengandung zinc, yang memiliki aktifitas mikrobial (Kim, 2012). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, responden yang terpasang kateter sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 39 responden (47,0 %), dan pada responden yang tidak terpasang kateter ebagian besar tidak terpasang kateter yaitu sebanyak 61 responden (73,5 %). Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. (Apabila p value atau signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p value tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga. Hasil penelitian di atas sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Jhonson & Tailor (2010) bahwa infeksi saluran kemih (ISK) dapat terjadi pada kateterisasi, terutama pada kateterisasi menetap. Resiko infeksi ini lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki karena dekatnya uretra wanita dengan anus dan lebih pendeknya uretra wanita dibandingkan laki-laki. Infeksi juga cenderung terjadi lebih lama pada penggunaan kateter. Crow et al, mengungkapkan bahwa kolonisasi baktetri terjadi dalam 72 jam insersi kateter. Berarti kateter paling lama bisa dipakai dalam jangka 3 hari karena sudah terjadi kolonisasi (Jhonson & Taylor, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, responden yang memiliki jenis penyakit GGK sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 11 responden (47,8%), pada responden dengan penyakit DM sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 28 (44,4%), sedangkan pada responden dengan penyakit stroke sebagian besar tidak mengalami kejadian ISK yaitu sebanyak 43 responden Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 7 (84,3%) dan responden dengan penyakit keganasan hematologi sebagian besar tidak mengalami ISK yaitu sebanyak 18 responden (62,1%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. (Apabila p value atau signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p value tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis penyakit pasien dengan dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga. Mekanisme yang berhubungan dengan kerentanan pasien DM terhadap infeksi saluran kemih (ISK) adalah faktor imunitas, perubahan faal, dan perlekatan bakteri pada sel uroepitelium. Faktor imunitas yaitu berupa gangguan leukosit polimorfonuklear dalam migrasi, fagositosis, penghancuran intraseluler dan kemotaksis. Perubahan faal saluran kemih akibat neuropati otonom (neurogenic bladder) menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, sehingga memudahkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme. Konsentrasi glukosa yang tinggi dalam urine (glukosuria) juga dapat menghambat aktivitas leukosit polimorfonuklear dan media pertumbuhan mikroorganisme patogenik. Faktor peningkatan perlekatan bakteri terutama Escherichia coli fimbrae tipe 1 pada sel uroepitelium pasien DM perempuan juga berperan dalam mekanisme ISK, khususnya jika diabetes tidak terkontrol dengan baik (Black & Hawks, 2009; Saleem & Daniel, 2011; Lewis, et.al. 2007). KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara usia pasien dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga dengan p value sebesar 0,643 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISK di RSUD Salatiga dengan p value sebesar 0,002 3. Ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga dengan p value sebesar 0,000 4. Ada hubungan antara jenis penyakit pasien dengan dengan kejadian ISK pada pasien di RSUD Salatiga dengan p value sebesar 0,000 DAFTAR PUSTAKA Boyle B, al e. (2011). Guidelines for Control and Prevention of Multidrug-resistant Organism (MDRO) Excluding MRSA in The Healthcare Setting Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta Deglin,Judith Hopfer. 2009. Pedoman Obat Untuk Perawat ed. 4. Alih bahasa: H.Y Kuncara. Jakarta: EGC Nursalam (2007). Asuhan kperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Rineka Cipta. Prabowo & Pranata, (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan, Edisi Pertama, Yogyakarta: Nuha Medika Potter & Perry (2010), Buku Ajar – Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, Dan Praktik, Edisi 4, volume 1, Terjemahan Asih Yasmin, dkk, Jakarta: EGC. Purnomo, B. (2011). Buku Dasar-Dasar Urologi, Edisi Pertama, Malang: Cv Sagung Seto. Ronald (2012). The etiology of urinary tract infection traditional and emerging pathogens. Amrican journal medical. Sudoyo, A. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4 – jilid 1, Jakarta: FKUI. Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta:Trans Info Media. (Hal: 108-109) Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Salatiga Tahun 2016 8