View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
r
ISSN :9772338781005
b@
C13 CT4
BUIIUABSTRAII
IPertemuam lilro-nfiah Thhumam
@[DV
Pen ing katan Profesionalisme Dokter
Menyongsong Sistem Jaminan Sosial Nasional
2014
Hotel Grand Clarion, Makassar 23 -ziAgustus 2013
URINARY TRACT INFECTION (UTI)
Haereni Raryid, Melda Tessy
Subdivisi Ginjal & Hipertensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran universitas Hasanuddin
PENDAHTJLUAN
lnfeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi dimana ditemukan bakteri dalam
jumlalt bermalna di dalam urin. Saluran kemih dalam keadaan normal adalah steril. Infeksi
yang terjadi berasal dari baLleri patogen yang terdryal pada flora usus, menyebar melalui
daeratr perirrcal, vaginal dan periuretra ke saluran kemih bagian bawah npmbentuk koloni.l
Infeksi saluran kemih moupakan salah saru di antra bertagai penyakit infeksi yang
di negara berkembang mauprm di negara maju. Penyakit ini
menyebabkan sekitar 3.6 juta kur{ungan ke klinik tiap tshrn dsn lebih dari 100.0O0 kasus
rawal inap di Amerika Serikat setiap talrunnya Angka kejadian ISK di Amerika Serikx pda
bayi dan anak sekolah ywfrt l-zoh pada wanita dewasa muda yang tidak hamil l-3o/o, p&a
wanita banril 4-7ya, sedangkan pada orang tua l0olo pada laki-laki dur2}o/opada waita23
sering ditemukarL baik
Infeksi saluran kemih (ISK) secara umum dapat dibedakan menjadi (l) ISK
inkomplikata dimma tidak ditemukan kelainan strultur dan aratomi saluran kemih, dm (2)
ISK komplikata dimana ditemukan kelainan strukur atau anstomik saluran kemilr, aau
predisposisi funpional terhadap kejadian infeksi. Infeksi saluran kemih komplikata
menrcrlukan evalusi sebelum dan sesudah terapi yang berbed4 denrikian pula dengan tipe
dar lamanya panberian antimikroba dibandingkan ISK inkomplikata Seringkali, ISK
komplikata terdiagnosis setelah pasien menuqiukkan respon
pengobatan.
yan!-tid*
adekuat terhadap
I
Infeksi saluran kernih pada orang dewasa dapa dibagi menjadi 6 kelompolq yaitu :
wanita muda dengan sistitis inkomplikata akut, wanita muda deagan sistitis rekurog sanita
mtda dengan pielonefritis inkomplikata akut, dewasa dengan sistitis akut d€ngan keorrigaan
kelainan ginjal atar prostat, ISK komplikata dan bakteriuria asimptomatik.r
PATOGENESIS
Patogenesis tegadinya
ISK ada beberapa cara Infeksi saluran kemih dapat tdadi
akibat penyebaran bakteri secara ascending dari flora usus yang mencemari daerah sekitar
orifisium ureffa dan mengalami kolonisasi. Pada pri4 kolonisasi juga dapc berasal dari
vagina aftru rektum pasangan seksual. Penyebaran juga dapat terjadi secara hemuogen dari
fokus infeksi di luar saluran kemih dan glnjal, atau dengan cara perkontinuitatum dari
jaringan sekitamya Di antara berbagai cara tensebut maka penyebralr ascending merupakan
mekanisme yang paling sering terjadi.4
Bakten peny'ebab ISK tersering adalah batteri gram negalif yaitu golongan
Enterobacteriaceae, misalnya E. coli, Klebsiell4 Enterobacter dan Proteus. Bakteri
uopatogen mempunyai beberapa faktor virulensi yaitu fimbriae atau pili dan protein
permukaan
,
enterotoksir! hemolisin dan aerobaktin. Fimbriae atau
pili
berperan dalam
perlekatan dan kolonisasi pada epitel saluran kemih. Enterotoksin bersifat toksik terhadap sel
pada biakan jaringan. Peranan hemolisin pada infeksi oleh uropatogen dapat melisiskan sel
s
inang, aerobaktin berperan memaskkan zat besi ke dalam set bakteri unruk perhrmbuhan
Untuk melakukan kolonisasi dan invasi ke sel inang, baheri harus mengadakan
perlekatan pada permukaan mukosa sel inang. Perlekatan mikoba pada sel inang merupakan
proses awal lerjadinya infeksi.i
Falcor predisposisi terjadinya ISK inkomplikata pada wanita muda yang sehat dapat
berupa kebiasaarl genetih arau faktor biologik, demikian pula hubungan seksual,
p€nggunaan produk spermisid4 dan riwayar ISK benrlang sebelumqva- Faktor-faktor yang
melindungi terhadap kejadian ISK berupa respon imu4 mempertahankan flora vagina normal
yang melindungi terhadap kolonisasi uropatogerL dan pengeluaran bakteri melalui berkemrh.l
Prevalensi ISK antara pria jauh lebih rendah dibandingkan wanita oleh karura jarak
yang lebih besar antara sumber uropatogen pada pria (anus dan meatus uretnt), lingkungan
sekitar uretra pria yang lebih kering, dan uretra pria yang lebih panjang. Faktor risiko ISK
pada pria sehat dapat berupa hubungan seksual dengan pasangan wanita -vang terinfeksi,
hubungar seksual lewal anus, dan tidak disunat.l
Semua faltor risiko dan patogenesis awal pada ISK inkomplikara juga dapat terjadi
pada pasien yang mengalami ISK komplikara. Faktor predisposisi te4adinya ISK komplikata
dapar berupa
obstruki atau stasis aliran urin, alau masulmya Ltman uropatogen ke salwan
kemih akibat menurunnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu
5
ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh E. coli (70-9syo), kemudian
diikutr oleh organisme lain seperti Klebsiella atau enterobacter 10-10%, Proteus morganella
atau providencia 5-10%, Pseudomonas aeruginosa 2-10%, Staphylococcus epidermidis 2I07o, Enterococcus 2-l\o/o, Candida albicans l-2%, Staphl'lococcus aurerB l-2%. Blla
ditemukan Staphylococcus dalam unn harus dicurigai adanya penyebaran infeksi hematogen
ke ginjal. Demikian pula Pseudomonas aeruginos4 dapar menginfeksi saluran kemih secara
hematoger! sedangkan 257o pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urinnya
Saat ini semakin banyak ditemukan ISK yang disebabkan jamur, khususnya Candida sp,
terutama pada pasien dengan kateter, pasien dengan diabetes melitus, atau yang mendapat
pengobaran antibiotik speltrum lux. Semuajamur sistemik dapat menyebar ke saluran kemih
secara hematogen.6
2
SISTITIS INKOMPLIKATA AKUT PAI)A
WA]\ITA MUDA
Tanda dan gejala
Gejara ISK bawah atau sistitis inkomplikata
bermanifestasi sebagai trias yang khas,
yaitu disuri4 fre.uensi berkemih dargan jumtah
yang sedikrt dan urin keru\ dan urgensi.
Ifudang-kadang pasien mengetuh urin berdararl
i"-L.u pada akhir berkemi[ dan nyeri
suprapubik atau pervik. Biasanya tidak ada
demam. pemeriksaan fisis ridak terlaru khas,
namun dicurigai inflamasi pelvik bira terdapat
gejara uretntis aau vaginrtrs sep€ni iri;r
v€ma atau pengeluaran duh.n
Pemeriksaan labonNtorium
B'a
secara anamnesis ada kecurigaan ISI! maka perru
segera dirakukan pemeriksaan
Iaboratonum urin Baku emas pengamb'an
sampel urin adal-ah asphaqi--srlF*'f{$ib narnrrn,
tehnik ini tidak nibnyenangkan bagi pasien, sehingga
tehnik yang ,".lrg Oiiutrt_ yri"
dengan pengambilan urin porsi tengah. 16
Bila pada tes dipstick ditemukan adanya nitrir maka
dicurigai adaya bakeri yang
menghasilkan nitrate reductase sepeni E. coli
dan Proleus. Tes ini memiliki sensitivitas 75%
dan spesifisitas B2o/o terbd,ap adanya infeksi.pemeriksaan
mikroskopik urin yang
menunjukkan piuria (sedimen lekosit >S/LPB) memitiki
sensrtrvrtas 95yo d,an spesifisitas
7l7a Adanva bakteri yang tampak pada mikroskop
memiliki spesifisitastebih tinggi yaitu s595%. Pemeriksaan kultur urin yang menunjukkan
100.000 bakten atau corony-forming units
'
(cfu/ml) memiliki spesifisitas yang tinggi namun
sensitivitas hanva 50%. 5.6
Terapi
Pengobaan ISK harus mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu : pora reistensi kuman
lokal, populasi pasieq farmakokinetik obat, lamanya
terapi, efet samping obat, dan harga
obat.6
obar pilihan perrama yaitu trimedroprim-sulfamethoxazore (TMp/SMX)
selama 3 hari
bila tidak ada alergi terhadap sulfa dan jika pola resisterxi
batteria lokat E.coli tidak lebih
besar dari 2oyo. obat^rteoo,rif pada pasien yang intoleran
atau berisiko resisten terhadap
TMP/SMX, riwayat ISK datam 6 bulan terakhir, pasien
usia tu4 dan ISK berulang. yaitu
fluoroquinolone seperti revofloxacin, ciprofloxacin,
atau gatifloxacin serama 3 hari. rerapi
alternatif lainnya yaitu antibiotik B-ractam selama 7 han,
nusalnya amoxic lin_clawlanal
atau nitroftrantoiq dan cephalosporin oral. Infeksi oleh
s. saprophJticus harus diterapi
dangan antibiotik selama 7 hari.6'7
Sistitis biasanya berespon dengan cepat terhadap terapi
antibiotik. Bila lerapi selama 3
,han tidak
berhasil (disebabkan karena penistensi arau reraps
dalam 4 minggu setelah terapry,
kultur urin and pemeriksaan pencioaan harus dilakukan
untuk menyingkirkan infeksi
komplikata
Pada keadaan tersebut maka dianjurkan pemberian
antibiotik selama 14 hari.6,
Sekitar 20-30% wanita dmgan sistitis inkomplikala alut akan mengalami episode
rekurerl dapat berupa relaps atau reinfeksi. Faktor risiko untuk rekurersi yaitu ftekuensi
berhubungan seksual, penggunaan spermisid, pasangan seksual yang barq riwayat ISK
pertama kali saat usia <15 tahun, dan riwayat ISK saal kehamilan. Profilaksis kontinlu dapat
diberikan pada wanita dengan infeksi rekuren yang sering, misalnya minimal dua infeksi
simptomatik ddam \4aktu 6 bulan atau tiga atau lebih infeksi dalam 1 tahun. Untuk
profilaksis kontinyu dapal diberikan TMP/SI\D( (80/400 mg) setiap hari atau 3 kdi
seminggu, TMP s4ja (100 mg), alau nitrofirantoin (50 mg). Profilaksis kontinlu biasanya
diberikan selama 6 bulan sampai 1 tahun. Regimat tersebut juga dapat diberikan setelah
berhubungan seksualpada wanita dengan gejala ISK setelah berhubungan seksual.'
PIELONEFRITIS AKUT
Pielonefritis merupakan infeksi yang melibatkan traktus urinarius bagian
khususnya ginjal dan pelvis renalis.'
atas,
Tanda dan gejala
Pielonefritis inkomplikata al:ut biasanya bermanifestasi sebagai demam (>38oC
d€ngan atau tanpa menggigil) dan nyeri pinggang. Gejala lain yang mungkin timbul yattu
gejala-gejala sistitis dan mual muntah. Pada pasien usia lanjut, gejala ISK atas biasanya tidak
khas dan dapat bermanifestasi seperti nyeri perut dan perubahan statrs mental. Pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan demam dan takikardia- Dapar ditemukan nyeri palpasi
pada sudut costovertebral. Gejala-gejala sepsis seperti hipotersi, dapar terjadi pada kondisi
yang berat.s
Pemeriksaan laboratorium
Hasil laboratorium dapat murunjukkan lekositosis dangan pergeseran ke kiri, atau
lekopania. Kultur urin sebelum rcrapi dan tes kepekaan antibiotik harus dilakukan secara
rutrn. Kultur darah perifer bisa positif dan diindikasikan pada pasien dengan pielonefritis
sedang sampai berat dan pada semua pasien rawat inap.'
Terapi
Pasien wanita yang sehat dan ridak hamil dapat diberikan pengobatan rawat jalan bila
tidak menunjukkan gejala-gejala toksik sistemik dan dapat minum obat. Pada pasien tersebut
diberikan fluoroquinolone selama 14 hari. Pada waruta dogan gejala yang ringan dapal
diterapi selama 7 hari. Pasien yang tidak dapat mempertahankan status hidrasi yang baik dan
tidak dapat minum obat, trngkat keparuhan rendah, memiliki masalah sosial, atau mengalami
infeksi yang berat atau tanda-tanda toksik sistemilq harus dirawat inap dan diberikan
antibiotik paranteral seperti fluoroquinolone atau cephalosporin speltrum luas dengan atau
ranpa aminoglikosid4 ertapener& atau piperacillin-tazobactam. Bila dicurigai infeksi oleh P.
Aeruginos4 maka diberi antibiorik antipseudomonal seperti ceftazidime, cefepime,
imipenem-cilastin, alau meropexrem dengan atau tanpa aminoglikosida Anfibiotik _tersebut
diberi selama 14 hari. Bila sudah ada perbaikan klinis dapa diganti dengan obat oral."
4
ISK PADA PRIA
Dahulu, ISK pada pria selalu dianggap komplikata Penelitian terakhir menunjukkan
bahwa pria dengan gejala-gejala ISK tanpa kelainan struktur atau anatomi traktus urinarius
dapat diklasifikasikan sebagai inkomplikara dan dapat diberikan antibiotik dengan jangka
waktu lebih pendek. Sebagai terapi dapat diberikan TMP/SMX atau fluoroquinolone selama 7
hari. Kultur win sebelum terapi harus diperiks4 dm gejala/tanda prostatitis harus
disingkirkan
6'7
Daftar Pustaka
l.
2.
3.
National Kidney and Urologic Diseases Inforrnation Clearinghouse. U.S. Department of Health and
Human Services Natioral Institutes of Health. Urimy Tract Infections in Adr:lts. NIH hrblication No.
121097 November 201 l.Available at www.urologic.niddk.nih gov.
Sctrappert SM, RechtsteinerEA. Ambulatory medical care utilization estimates for 2006. National health
statistics reports; no 8. Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics; 2008.
Griebling TL. Urinary tract infection in women. In: Litwin MS, Saigal CS, eds. Urologic Diseases in
Amerfca. Dqartmeni of Health and Human Services, Public Health Service, Natisral krstitutes of Health
NIH
National Institute of }iabetes and Digestive and Kidney Dseases. Washington, D.C.: GPO; 2OO7'
publication 07 -5
51 2'.587
41
9.
bacteriuria
4. eLty.ll E, Mossey J, Berlin JA, Boscia J, Levison M, Pitsakis P, Kaye D. Does asymptomatic
women'l Ann Int
5.
6.
7
.
predict mortality and does antimicrobial treatment reduce mortality in elderly ambulatory
Med 1994:827'33.
in Adults: 2009
Diagnosis, hevention, and Treatment of Catheter-Associated Urinary Tract InJ-ection
Clin l4fact
of
society
Disopsss
American'
the
Infe+tious
from
Gui4elines
ilactice
clinic4l
IntJnational
Dis 2010; 50:625463
Practice Guidelines for
Gupta K. Hooton TlvI, Naber KG, wullt B' Colgan R' et al' lntanationaf Clinical
A
2010 U$ate.by the
and
Cystitii
lnWorqen:
Belonpphritis
Th; Trear{nenr of Acute Uncomplicated
and Infpctious
Society
for
Microbrology
and
Ewopearr
of
Agrerica
The
Society
lnfpctious Diseases
Diseasee. Clirl hfect Dis. 20 1 l ;52(5): e 1 03--e 1 20
Guder
Enropean Uliplysis Guidetnpt. *r. f.wi T,Floaaz,jiG, Gant V, llallendsr H. Hpfinenn W'
2000;60:
l-96'
Invest
wG'sccrld J clin lab
5
Download