BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi

advertisement
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Di Indonesia,
beras adalah bahan makanan pokok bagi hampir 95% penduduknya dengan ratarata konsumsi sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS, 2011). Penyediaan beras sebagai
pangan utama dapat ditempuh melalui produksi sendiri dengan mengalokasikan
sumber daya alam dan melalui usaha mendatangkan beras dari negara lain
(impor). Berdasarkan data BPS (2013), produksi beras dalam negeri mengalami
penurunan, karena adanya alih fungsi lahan pertanian. Pada sisi lain, pertumbuhan
penduduk Indonesia melaju 1,35% per tahun pada periode 1990-2000 (Statistika
Indonesia 2000, BPS). Selain peningkatan kebutuhan pangan, pertumbuhan
penduduk yang cepat ini akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk perumahan,
transportasi, kesehatan, dan pendidikan. Keadaan ini merupakan gagasan awal
inovasi pertanian padi sawah.
Inovasi yang dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas padi bisa
dilakukan dengan memperluas areal lahan pertanian (ekstensifikasi) dan
meningkatkan
hasil
produksi
pertanian
dengan
mengoptimalkan
proses
(intensifikasi). Ekstensifikasi hanya diterapkan di luar Pulau Jawa karena belum
banyak lahan termanfaatkan untuk lahan pertanian. Program peningkatan
produktifitas padi lebih difokuskan ke intensifikasi, yang dikenal dengan istilah
“panca usaha tani”. Panca (artinya lima) usaha untuk meningkatkan produktifitas
1
pertanian mencakup: i) pengolahan lahan pertanian, ii) pengaturan irigasi, iii)
pemupukan, iv) pemberantasan hama, dan v) penggunaan bibit unggul. Setelah
beberapa dekade, program panca usaha tani tersebut berdampak negatif terhadap
lingkungan, diantaranya adalah penurunan kesuburan fisik tanah, peledakan
populasi hama dan peningkatan konsumsi air irigasi. Saat ini, pertanian ramah
lingkungan lebih diminati oleh masyarakat. Secara internasional, sistem pertanian
padi yang ramah lingkungan dan hemat air dikenal dengan istilah SRI (System of
Rice Intensification).
SRI
adalah sebuah metode untuk meningkatkan hasil budidaya padi
sawah dengan mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Suiatna
(2008) menjelaskan bahwa tujuan utama SRI yaitu menjadikan tanah lebih
produktif, akar tanaman lebih mendukung pertumbuhan dan meningkatkan jumlah
serta keragaman organisme tanah. Beberapa keuntungan aplikasi SRI adalah
penurunan biaya bibit hingga 80-90%, penghematan air antara 25-50%. Selain itu,
metode ini lebih ramah lingkungan karena penggunaan pupuk organik dengan
sistem irigasi sedikit tergenang menghasilkan gas methan relatif sedikit. Gas
methan ini dikeluarkan oleh sistem tanaman-tanah-air, yang juga berkontribusi
besar pada efek rumah kaca. Dengan demikian, SRI berfungsi juga sebagai upaya
untuk mengurangi pemanasan global. Penelitian SRI dari aspek tata tanam,
efisiensi air, pemupukan, pemeliharaan, hingga aspek sosial ekonomi telah banyak
dilakukan. Akan tetapi pengetahuan tentang gerakan unsur hara dari pupuk pada
belum banyak dieksplorasi.
2
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan
tanaman. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap
pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap vegetatif seperti pembentukan tunas
atau perkembangan batang dan daun. Tanaman yang kekurangan nitrogen maka
pertumbuhannya lambat dan kerdil, memiliki perakaran terbatas, daun menjadi
kuning atau hijau kekuningan dan akhirnya kering (Novizan, 2003). Nitrogen
merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah, maka pemberian
pupuk N yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman padi.
Tanaman padi mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap NH4+
dam NO3- dalam pertumbuhannya. Singh et al (1995) menyebutkan bahwa
tanaman padi mempunyai kemampuan menyerap unsur nitrogen dari penggunaan
pupuk yang mengandung nitrogen sekitar 20-40%, sehingga sisa nitrogen yang
tidak diserap oleh tanaman tersebut akan mengalami volatilisasi, denitrifikasi, dan
mengalami pelindian (leaching) menuju zona air tanah. Akumulasi nitrat pada
lapisan tanah di zona perakaran tanaman padi yang berkaitan dengan jumlah
pemberian pupuk N menjadi perhatian, sehingga perlu diusahakan untuk
melakukan efisiensi pemberian pupuk N. Pengamatan efisiensi bisa dilihat dari
jumlah dan sebaramya, pengamatan langsung untuk mengtahui baik ketersediaan
baik jumlah maupun sebaran itu bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan
waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan permodelan guna memprediksi
jumlah dan keberadaan nitrat yang ada. Jumlahnya ada setiap saat, tetapi perlu
mengamati laju pergerakannya
3
1.2 Tujuan
a. Deskripsi model sebaran NO3- dalam zona perakaran tanaman padi sistem
SRI (System of Rice Intensification).
b. Aplikasi model untuk prediksi laju distribusi NO3- pada sistem budidaya
padi SRI (System of Rice Intensification).
c. Pengaruh kandungan NO3- pada setiap fase pertumbuhan padi sistem SRI
(System of Rice Intensification)
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini merupakan dasar penting yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam efisiensi pemberian pupuk untuk tanaman padi yang
ditanam dengan metode SRI, upaya menghemat air melalui metode irigasi yang
tepat, serta upaya menekan emisi gas rumah kaca dan salah satu langkah menuju
green farming.
1.4 Batasan Penelitian
a. Persamaan dalam larutan solid menjadi dasar dalam penelitian ini
b. Kandungan NO3- di zona perakaran tanaman padi pada tanah sawah
beririgasi pada kedalaman 5 dan 15 cm.
c. Laju pergerakan yang dianalisis hanya karena pengaruh aliran massa
4
Download