analisis pembebanan biaya overhead pabrik

advertisement
ANALISIS PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK BERDASARKAN
METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PERUSAHAAN BULUKUMBA
JAYA KENDARI
OLEH :
SRI PRATIWI SUHARDI
ABSTRACT
This research aimed to knows the imposition of overhead costs more
accurately beetween the convensional methods used by Bulukumba Jaya Kendari
Company and activity based costing method. While the benefits of this research is to
provide input in selecting a charging method is more accurate and compatible with
the conditions of the company, and as an additional reference for the development of
science particularly relevant to this study.
The result of this study indicate that the calculation of production costs for
both types of produtcs with the cost of production based on the conventional method
for adobe products Rp 245.506.950,- and pavin block Rp 259.412.975,- and
whereas adobe production costs based on activity based costing for Rp Rp
246.446.750,- and pavin block products Rp 252.066.051,- In this case there are
differences in the calculation of production costs. The differences occurs because
the imposition of overhead factory on each product. Imposition of costs to products
based on activity based costing has described the actual costs of consumption. This
is caused because of the cost drivers are used so that the resulting cost information
is considered more accurate, so that give a good impact in terms of setting the
selling price for expected profit.
Keywords: The Imposition of Factory Overhead Cost, Activity Based Costing
Method.
I. PENDAHULUAN
Persaingan global yang tajam yang dihadapi oleh perusahaan memaksa
manajemen perusahaan untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk
dengan biaya yang efisien. Untuk itu manajemen memerlukan informasi biaya yang
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas, dengan tujuan agar
manajemen dapat mengendalikan biaya dalam menghasilkan produk yang
berkualitas baik.
Pembebanan biaya overhead pabrik terkadang perusahaan masih
menggunakan metode akuntansi biaya tradisional (metode konvensional). Dimana
metode ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju. Biaya
produk yang dihasilkan oleh metode akuntansi biaya tradisional memberikan
informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan
dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya,
pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. Distorsi tersebut juga
mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen,2005:29).
Berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal
1900-an lahirlah suatu metode yang berbasis aktivitas yang dirancang untuk
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 24
mengatasi distorsi pada metode konvensional. Metode akuntansi ini disebut Activity
Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali
menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk.
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari merupakan perusahaan manufaktur
yang bergerak dibidang produksi bahan bangunan berupa Batako dan pavin blok.
Dalam melaksanakan produksi, perusahaan telah mengklasifikasikan biaya secara
profesional dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Biaya produksi
yang berhubungan dengan produk dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik pada Perusahaan Bulukumba Jaya
Kendari didasarkan pada volume produksi (jumlah produk yang dihasilkan), padahal
tidak semua biaya berhubungan dengan jumlah produk yang diproduksi sehingga
pembebanan biaya tersebut ke produk dengan menggunakan cost driver (pemicu
biaya) berdasarkan jumlah produk dapat menimbulkan distorsi dalam perhitungan
biaya, karena biaya overhead pabrik dibebankan pada produk bukan berdasarkan
penggunaan sumber daya oleh aktivitas untuk menghasilkan produk, tetapi
berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan
pembebanan biaya secara tepat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan metode activity based costing
pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu
bagi penulis sendiri dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi diri atau
wawasan khusus yang berkaitan dengan materi yang disajikan. Dapat berguna bagi
perusahaan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan menentukan suatu
strategi perusahaan khususnya dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan
informasi. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi pihak-pihak yang akan
melakukan penelitian selanjutnya mengenai activity based costing pada perusahaan.
II. KAJIAN PUSTAKA
1. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan
tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang tidak secara
mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan, hasil
produksi, atau tujuan akhir biaya tertentu seperti kontrak-kontrak pemerintah.
Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara,
yaitu (Mulyadi, 2000 : 207):
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan
menjadi beberapa golongan berikut ini:
a) Biaya Bahan Penolong.
b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.
c) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan
dengan perubahan volume produksi
a) Biaya Overhead Pabrik Tetap
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 25
b) Biaya Overhead Pabrik Variabel
c) Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
d) Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk
pengendalian biaya.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
a) Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead
expenses)
b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental
overhead expenses)
2. Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode Konvensional)
Perhitungan biaya produk dalam metode biaya tradisional menggunakan
penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). “Penggerak aktivitas
tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan
perubahan jumlah unit yang diproduksi” (Hansen dan Mowen, 2009:162). Contoh
penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk
membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung,
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit
activity drivers ini membebankan biaya overhead melalui tarif keseluruhan pabrik
dan tarif departemen.
Tarif keseluruhan pabrik adalah tarif biaya overhead yang berlaku di seluruh
pabrik menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk membebankan biaya dari
sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk tarif keseluruhan pabrik adalah dengan mengakumulasikan biaya
overhead pada satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik yang besar. Setelah biayabiaya diakumulasikan ke dalam satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik kemudian
tarif keseluruhan pabrik dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya
adalah jam kerja langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead
sesuai dengan jam kerja langsung yang digunakan.
3. Metode Activity Based Costing
Blocher (2007) mendefinisikan Activity Based Costing System (ABC System)
adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke
objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk obyek biaya tersebut.
Untuk dapat menerapkan activity based costing diperlukan langkah-langkah.
Menurut Supriyono (2007 : 231-234) metode activity based costing terdiri dari dua
tahap.
1. Prosedur tahap pertama
Pada tahap ini penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi
empat langkah sebagai berikut :
(1) Penggolongan berbagai aktivitas
(2) Pembebanan sumber daya ke aktivitas, dapat dilakukan dengan tiga cara :
a) Direct Tracing
b) Alokasi,
c) Driver Tracing. Untuk membebankan sumber daya tersebut dengan
driver tracing perlu ditempuh langkah berikut ini:
a)Pengidentifikasian resource driver sumber daya sebagai basis
pembebanan sumber daya ke aktivitas.
b)Perhitungan resource driver rate dengan rumus :
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 26
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver quantity
(3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen
(4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)
Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok
aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.
2. Prosedur tahap kedua
Ukuran ini merupakan penyederhanaan kualitas cost driver yang
digunakan oleh setiap produk. Jadi overhead ditentukan dari setiap kelompok
biaya ditiap produk dengan perhitungan sebagai berikut :
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit cost driver yang
digunakan
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dina Khairuna (2013), dengan judul
Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead
Pabrik Pada PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, dengan kesimpulan bahwa penerapan
Activity Based Costing pada PT. Tirtasibayakindo-Berastagi dalam membebankan
biaya overhead pabrik dilakukan sesuai dengan aktivitasnya, seperti biaya listrik
dibebankan berdasarkan kwh, tetapi dalam penerapannya Activity Based Costing
masih terdapat kelemahan di mana cost driver yang digunakan oleh perusahaan
dalam membebankan biaya overhead pabrik kurang beragam.
5. Kerangka Pikir
Akuntansi biaya tradisional akan menimbulkan overcosting atau undercosting
dalam pembebanan biaya sehingga terjadi kesalahan pada pengambilan keputusan.
Activity based costing merupakan metode penentuan harga pokok yang mencoba
menelusuri biaya berdasarkan pada aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk.
Dalam pembebanan biaya overhead pabrik berbasis aktivitas menggunakan lebih
banyak pemicu biaya sehingga memungkinkan penentuan harga produk yang lebih
akurat. Dengan pendekatan activity based costing ini perusahaan berusaha untuk
menghasilkan suatu produk tanpa membebani konsumen dengan aktivitas-aktivitas
yang tidak berilai tambah.
Skema 1 Kerangka Pikir
Pembebanan
Biaya Overhead
Pabrik
Akuntansi
biaya tradisional
Activity
Based Costing
III.METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah pembebanan biaya ovrhead pabrik
berdasarkan metode activity based costing selama tahun 2013. Adapun lokasi
penelitian ini adalah Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari yang beralamatkan di Jln.
R.A Kartini, Kelurahan Kasilampe, Kendari. Adapun data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian
dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan seperti gambaran umum,
struktur organisasi dan data kuantitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari
perusahaan berupa angka-angka, yakni data tentang biaya overhead pabrik dan
lain-lain. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 27
data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, interview dan dokumentasi.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif komparatif yaitu menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi dan
variabel yang timbul di masyarakat, yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa
yang terjadi. Kemudian membandingkannya dengan kondisi, situasi ataupun variabel
yang diterapkan oleh objek penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini
adalah Actvity Based Costing System merupakan pemfokusan biaya yang melekat
pada produk-produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,
menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan,
aktivitas (Activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu
biaya, biaya (cost) merupakan nilai atau harga dari suatu barang atau jasa yang
akan kita pergunakan. biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biya tenaga kerja langsung, cost driver adalah pemicu biaya yang
digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas
lainnya, produk, atau jasa.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
a.
Pembebanan Biaya
Overhead Pabrik Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional (Metode
Konvensional) Pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013.
1.
Biaya Bahan Baku
Tabel 1
Biaya Bahan Baku Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Produk
Bahan
Batako
Semen
Pasir
Jumlah
Pavin Blok
Semen
pasir
Jumlah
Satuan
1053
sak
3
252,72 m
1.081 sak
3
259,44 m
Harga
(Rp)
62.000
500.000
65.286.000
126.360.000
62.000
500.000
191.646.000
67.022.000
129.720.000
196.742.000
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
2.
Jumlah
(Rp)
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Tabel 2
Biaya Tenaga Kerja Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Produk
Batako
Pavin Blok
Jumlah unit
(a)
52.650
81.075
BTKL/unit (Rp)
(b)
750
500
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
3.
Total Biaya
(a x b)
39.487.500
40.537.500
Biaya Overhead
Pabrik
Tabel 3
Biaya Overhead Pabrik Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Jenis biaya overhead pabrik
Jurnal Akuntansi (JAk)
Jumlah biaya
(Rp)
Page 28
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Listrik
Biaya Bahan Pelumas
Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan Mesin
Biaya Penyusutan Aktiva Tetap
-Bangunan
-Mesin Cetak
-Mesin Pompa Air
-Mixer Campuran
-Mesin Ayakan
-Peralatan
Total
13.200.000
8.400.000
2.040.000
4.800.000
3.500.000
1.100.000
100.000
1.500.000
1.300.000
555.000
36.495.000
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari menggunakan volume produksi
sebagai dasar penghitungan tarif biaya overhead pabrik. Tarif tersebut akan
digunakan untuk menentukan berapa biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
produk. Jumlah Volume produksi selama proses produksi tahun 2006 sebesar
133.725.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik yang dilakukan Perusahaan
Bulukumba Jaya Kendari adalah sebagai berikut:
Total biaya overhead pabrik
Volume Produksi
=
Rp 36.495.000
Rp
133.725
=
Rp 273/unit
Jadi perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahan untuk kedua
jenis produk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional
(Metode Konvensional)
No
1
Jenis Biaya
Biaya bahan baku:
Semen
Pasir
2
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
3
Batako (52.650 unit)
Pavin blok (81.075 unit)
Jumlah biaya produksi
Volume Produksi
Harga pokok produksi per unit
Batako
(Rp)
Produk
65.286.000
126.360.000
39.487.500
14.373.450
245.506.950
52.650
4663
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Pavin Blok
(Rp)
67.022.000
129.720.000
40.537.500
22.133.475
259.412.975
81.075
3199
Berdasarkan data dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa biaya produksi pada
tahun 2013 untuk masing-masing produk yakni batako Rp 245.506.950 dan pavin
blok Rp 259.412.975.
b. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Activity
Based Costing Pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Langkah-langkah dalam menerapkan perhitungan biaya produksi dengan
menggunakan Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 29
1. Mengidentifikasi Berbagai Aktivitas Dan Sumber Daya
Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi pada pembuatan
batako dan pavin blok pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5
Daftar Rincian Aktivitas dan Cost Driver
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
Aktivitas
Pembersihan dan
Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Penyiraman
Pengeringan total
Penyimpanan produk jadi
Cost driver
Jumlah Jam Pembersihan dan
pencampuran
Jumlah Jam Pengadukan
Jumlah Unit
Jumlah Jam Pengeringan Sementara
Jumlah Jam Penyiraman
Jumlah Pengeringan Total
Luas tempat
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
2. Pembebanan Sumber Daya Ke Aktivitas
- Pembebanan dengan direct tracing
Biaya langsung produk dibebankan secara langsung kepada cost
object (batako dan pavin blok) dengan cara direct tracing yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Pembebanan Sumber Daya Secara Direct Tracing
Sumber daya
1.
Biaya bahan baku
- Semen
- Pasir
2.
BTKL
Cost object
Batako
Pavin blok
Batako
Pavin blok
Batako
Pavin blok
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
-
Pembebanan dengan cara alokasi
Biaya tenaga kerja tidak langsung = Rp 13.200.000 ÷ 7
= Rp 1.885.714
-
Pembebanan dengan cara driver tracing
Jumlah
(Rp)
65.286.000
67.022.000
126.360.000
129.720.000
39.487.500
40.537.500
Tabel 7
Hubungan Antara Biaya Overhead dengan Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Biaya Overhead Pabrik
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Jurnal Akuntansi (JAk)
Daftar Aktivitas
Pembersihan dan Pencampuran
Page 30
Biaya Penyusutan mesin cetak
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Penyiraman
Pengeringan total
Penyimpanan produk jadi
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
Pencetakan
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Penyiraman
Pengeringan total
Penyimpanan produk jadi
Pencetakan
Biaya penyusutan mesin pompa air
Peyiraman
Biaya penyusutan mixer campuran
Pengadukan
Biaya penyusutan mesin ayakan
Pembersihan dan pencampuran
Biaya penyusutan peralatan
Pembersihan dan pencampuran
Peyiraman
Biaya listrik
Biaya bahan pelumas
Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Biaya penyusutan bangunan
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
-
Pengidentifikasian resource driver
Tabel 8
Resource Driver Untuk Tiap Elemen BOP
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Biaya overhead pabrik
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya listrik
Biaya bahan pelumas
Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Biaya penyusutan aktiva tetap
Bangunan
Mesin cetak
Mesin pompa air
Mixer campuran
Mesin ayakan
Peralatan
Total
Resource driver
Jumlah jam kerja
Jumlah KWh
Jumlah liter
Jumlah jam mesin
Luas bangunan
Jumlah jam mesin
Jumlah jam mesin
Jumlah jam mesin
Jumlah jam mesin
Jumlah jam kerja
Sumber : Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
-
Jumlah
(Rp)
13.200.000
8.400.000
2.040.000
4.800.000
3.500.000
1.100.000
100.000
1.500.000
1.300.000
555.000
36.495.000
Perhitungan resource driver quantity dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Perhitungan Resource Driver Quantity Untuk Setiap Aktivitas Produksi
Sumber daya (Resource)
Jurnal Akuntansi (JAk)
Resource Driver Quantity
Page 31
1.
Biaya listrik
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
2. Biaya bahan pelumas
Pencetakan
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
4. Biaya penyusutan:
 Bangunan
- Pembersihan dan Pencampuran
- Pengadukan
- Pencetakan
- Pengeringan sementara
- Penyiraman
- Pengeringan total
- Penyimpanan produk jadi
 Mesin cetak
- Pencetakan
 Mesin pompa air
- penyiraman
 Mixer campuran
- pengadukan
 Mesin ayakan
- Pembersihan dan pencampuran
 Peralatan
- Pembersihan dan pencampuran
- penyiraman
7488 KWh
1440 KWh
1656 KWh
4032 KWh
360 KWh
120 liter
120 liter
5 unit senilai Rp 51.000.000
1 unit senilai Rp 13.000.000
1 unit senilai Rp 15.000.000
2 unit senilai Rp 22.000.000
1 unit senila Rp 1.000.000
2
1000 m
2
40 m
2
50 m
2
160 m
2
200 m
2
100 m
2
200 m
2
250 m
2 unit senilai
Rp 22.000.000
1 unit senilai
Rp 1.000.000
1 unit senilai
Rp 15.000.000
1 unit senilai
9 unit senilai
8 unit senilai
1 unit senilai
Rp 13.000.000
Rp 1.860.000
Rp 1.760.000
Rp
100.000
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
-
Perhitungan resource driver rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver quantity
Sehingga diperoleh :
1. Biaya listrik
Rp 8.400.000 ÷ 7488 KWh = Rp 1.121,79/KWh
2. Biaya bahan pelumas
Rp 2.040.000 ÷ 120 liter = Rp 17.000/liter
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Rp. 4.800.000 ÷ 51.000.000 = Rp 0,09412/nilai mesin
4. Biaya penyusutan
-Bangunan
Rp 3.500.000 ÷ 1000m2 = Rp 3.500/m2
-Mesin cetak
Rp 1.100.000 ÷ 22.000.000 = Rp 0,05/nilai mesin
-Mesin pompa air
Rp 100.000 ÷ 1.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
-Mixer campuran
Rp 1.500.000 ÷ 15.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
-Mesin ayakan
Rp 1.300.000 ÷ 13.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 32
-Peralatan
Rp 555.000 ÷ 1.860.000 = Rp 0,29839/nilai peralatan
Maka selanjutnya biaya overhead pabrik akan dibebankan ke setiap aktivitas
yang terlihat dalam proses produksi sebagai berikut :
1. Biaya listrik
Tabel 10
Pembebanan Biaya Listrik Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Aktivitas
Resource Driver
Quantity
Resource
Driver Rate
(Rp)
Biaya Yang Di
Bebankan
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(2) x (3)
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
1440 KWh
1656 KWh
4032 KWh
360 KWh
1.121,79
1.121,79
1.121,79
1.121,79
1.615.384
1.857.692
4.523.076
403.846
Jumlah
7488 KWh
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
8.400.000
2. Biaya bahan pelumas
Tabel 11
Pembebanan Biaya Bahan Pelumas Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Aktivitas
Resource Driver
Quantity
Resource Driver
Rate
(Rp)
Biaya Yang Di
Bebankan
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(2) x (3)
Pencetakan
120
17.000
2.040.000
Jumlah
120
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
2.040.000
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Tabel 12
Pembebanan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Aktivitas
Jurnal Akuntansi (JAk)
Resource Driver
Quantity
Resource
Driver Rate
Biaya Yang Di
Bebankan
(Rp)
Page 33
(Rp)
(1)
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Penyiraman
Jumlah
(2)
13.000.000
15.000.000
22.000.000
1.000.000
51.000.000
(3)
0,09412
0,09412
0,09412
0,09412
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
(2) x (3)
1.223.560
1.411.800
2.070.640
94.120
4.800.000
4. Biaya penyusutan aktiva tetap
a. Bangunan
Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp 3.500.000 dibebankan untuk
tiap aktivitas berdasarkan luas (m2) yang digunakan. Luas pabrik adalah
1000m2. Dengan demikian biaya per m2 sebesar Rp 3.500
b. Mesin cetak
Biaya penyusutan mesin cetak yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pencetakan
berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan demikian biaya
penyusutan mesin adalah Rp 0,05/nilai mesin.
c. Mesin pompa air
Biaya penyusutan mesin pompa air yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 100.000 dibebankan untuk aktivitas penyiraman
berdasarkan nilai penggunaan mesin pompa air. Dengan demikian biaya
penyusutan adalah Rp 0,1/nilai mesin.
d. Mixer campuran
Biaya penyusutan mixer campuran yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 1.500.000 dibebankan untuk aktivitas pengadukan
berdasarkan nilai penggunaan mixer campuran. Dengan demikian biaya
penyusutannya adalah Rp 0,01/nilai mesin.
e. Mesin ayakan
Biaya penyusutan mesin ayakan yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 1.300.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan
dan pencampuran berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan
demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp 0,01/nilai mesin.
f. Peralatan
Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
penyiraman berdasarkan nilai penggunaan peralatan pada masing-masing
aktivitas. Dengan demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp
0,29839/nilai peralatan.
3.
Mengalokasikan Aktivitas-Aktivitas Membentuk Kelompok Biaya
Homogen
Biaya-biaya dalam kelompok tersebut kemudian dijumlahkan sebagai berikut :
Tabel 13
Biaya Overhead Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 34
Aktivitas
Pembersihan dan pencampuran
Total
Pengadukan
Total
Pencetakan
Total
Pengeringan sementara
Total
Penyiraman
Total
Pengeringan total
Total
Penyimpanan Produk Jadi
Total
-
Biaya Overhead
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan mesin ayakan
Biaya penyusutan peralatan
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan mixer campuran
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya listrik
Biaya bahan pelumas
Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan mesin cetak
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan bangunan
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya listrik
Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan mesin pompa air
Biaya penyuutan peralatan
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan bangunan
-
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan bangunan
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Jumlah (Rp)
1.885.714
140.000
1.300.000
525.166,4
3.850.880,4
1.885.714
175.000
1.500.000
3.560.714
1.885.714
4.523.076
2.040.000
2.070.640
560.000
1.100.000
12.179.430
1.885.714
700.000
2.585.714
1.885.714
403.846
94.120
350.000
100.000
29.839
2.863.519
1.885.714
700.000
2.585.714
1.885.714
875.000
2.760.714
4.
Menentukan tarif kelompok (Pool Rate)
Biaya per aktivitas adalah total biaya overhead dari aktivitas dibagi dengan
jumlah aktivitas yang dilaksanakan.
Biaya per aktivitas = sumber daya yang dikonsumsi
Tolak ukur keluaran
Untuk perhitungan tarif biaya overhead untuk tiap aktivitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 14
Tarif Biaya Overhead Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Aktivitas
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Jumlah
Biaya
(Rp)
3.850.880,4
3.560.714
12.179.430
2.585.714
Jurnal Akuntansi (JAk)
Cost Driver
Jumlah Jam Pembersihan dan pencampuran
Jumlah Jam Pengadukan
Jumlah Unit
Jumlah Jam Pengeringan Sementara
Jumlah
Unit Cost
Driver
360
360
133.725
1080
Tarif BOP
(Rp)
10.696,8
9.890,8
91
2.394,1
Page 35
Penyiraman
2.863.519 Jumlah Jam Penyiraman
Pengeringan total
2.585.714 Jumlah Jam Pengeringan Total
Penyimpanan produk jadi
2.760.714 Luas tempat
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
360
2160
250
7.954,2
1.197
11.042,8
5. Membebankan Biaya Aktivitas ke Setiap Cost Object
a. Perhitungan biaya overhead pabrik untuk produk batako.
Tabel 15
Pembebanan Biaya Overhead Batako dengan Menggunakan Metode Activity Based
Costing
Aktivitas
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Penyiraman
Pengeringan total
Penyimpanan produk jadi
Total BOP
Tarif BOP
Jumlah unit cost
driver
10.696,8
9.890,8
91
2.394,1
7.954,2
1.197
11.042,8
BOP yang
dibebankan
180
180
52.650
720
250
1.440
125
1.662.840
1.780.344
4.791.150
1.723.752
1.988.550
1.723.680
1.380.350
15.313.250
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan biaya overhead yang dibebankan
untuk tiap aktivitas berdasarkan jumlah unit cost driver untuk produk batako dengan
cara mengalikan tarif biaya overhead dengan jumlah unit cost driver. Sehingga di
peroleh total biaya overhead sebesar Rp 15.313.250.
b. Perhitungan biaya overhead pabrik untuk produk pavin blok
Tabel 16
Pembebanan Biaya Overhead Pavin Blok dengan Menggunakan Metode Activity
Based Costing
Aktivitas
Pembersihan dan Pencampuran
Pengadukan
Pencetakan
Pengeringan sementara
Penyiraman
Pengeringan total
Penyimpanan produk jadi
Total BOP
Tarif BOP
Jumlah unit
cost driver
10.696,8
9.890,8
91
2.394,1
7.954,2
1.197
11.042,8
180
180
81.075
360
110
720
100
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
BOP yang
dibebankan
1.662.840
1.780.344
7.377.825
861.876
874.962
861.840
1.104.280
14.786.551
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan biaya overhead dengan menggunakan
activity based costing maka biaya produksi yang digunakan untuk batako dan pavin
blok dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Activity Based Costing
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Jenis Biaya
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Jurnal Akuntansi (JAk)
Batako (Rp)
191.646.000
39.487.500
Pavin Blok (Rp)
196.742.000
40.537.500
Page 36
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya produksi
Volume produksi (unit)
Harga pokok produksi per unit
15.313.250
246.446.750
52.650
4.680
14.786.551
252.066.051
81.075
3.109
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perhitungan biaya produksi setelah
dilakukan penelusuran keberbagai aktivitas, menghasilkan jumlah biaya untuk
produk batako sebesar Rp 246.446.750 dan untuk produk pavin blok sebesar Rp
252.066.051.
2.
Pembahasan
Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode Konvensional)
dengan Metode Activity Based Costing
Berdasarkan perhitungan biaya produksi batako dan pavin blok yang
dilakukan oleh Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari, tampak bahwa hasil menurut
perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan metode
activity based costing (ABC) berbeda. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan
yang telah dilakukan Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari untuk tahun 2013 adalah
masing-masing untuk produk batako dan pavin blok sebesar Rp 245.506.950 dan Rp
259.412.975 ternyata tidak menampakkan hasil yang akurat, dimana harga pokok
per unit yang dihasilkan adalah masing-masing untuk produk batako Rp 4.663 dan
produk pavin blok Rp 3.199. Hal ini disebabkan karena dasar pembebanan biaya
tidak langsung dalam metode konvensional mempunyai tingkat korelasi yang
rendah, akibatnya pembebanan biaya ke produk tidak menggambarkan konsumsi
biaya oleh produk yang sebenarnya sehingga informasi biaya yang dihasilkan tidak
akurat dan terdistorsi. Perhitungan biaya produksi pada Perusahaan Bulukumba
Jaya Kendari dengan metode activity based costing diperoleh hasil untuk produk
batako Rp 246.446.750 dan produk pavin blok Rp 252.066.051, dimana harga pokok
per unit yang dihasilkan adalah masing-masing untuk produk batako Rp 4.680 dan
produk pavin blok Rp 3.109.
Tabel 18
Perbandingan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Konvensional
dan Metode Activity Based Costing
Jenis
Produk
Batako
Pavin
Blok
52.650
4.663
245.506.950
4.680
246.446.750
Selisih
harga
pokok
produk
tiap unit
(Rp)
-17
81.075
3.199
259.412.975
3.109
252.066.051
90
Jumlah
produk
(unit)
Harga pokok produk
tiap unit
berdasarkan
konvensional
(Rp)
Total biaya
produksi (Rp)
Sumber : Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari(data diolah)
Harga pokok
produk tiap unit
berdasarkan
ABC
(Rp)
Total biaya
produksi (Rp)
Berdasarkan tabel diatas terlihat adanya perbedaan biaya produksi antara
metode konvensional dengan metode activity based costing. Perbedaan ini
disebabkan dasar alokasi biaya overhead yang berbeda. Metode konvensional
menggunakan volume produksi sebagai satu-satunya dasar pengalokasian biaya
overhead pabrik, sedangkan activity based costing menggunakan banyak cost driver
sebagai dasar pengalokasian BOP.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 37
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa menurut penelitian pembebanan biaya overhead pabrik dengan metode
activity based costing menunjukkan angka yang lebih akurat karena seluruh elemen
biaya produksi dibebankan melalui setiap aktivitas produk. Perhitungan biaya
produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan menurut ABC menyebakan terjadinya
distorsi biaya untuk tiap jenis produk. Biaya produksi menurut perusahaan untuk
produk batako Rp 245.506.950 dan pavin blok Rp 259.412.975, dimana harga pokok
produksi per unit untuk produk batako Rp 4.663 dan produk pavin blok Rp 3.199.
Sedangkan menurut ABC biaya produksi untuk produk batako Rp 246.446.750 dan
produk pavin blok Rp 252.066.051 dimana harga pokok per unit yang dihasilkan
adalah masing-masing untuk produk batako Rp 4.680 dan produk pavin blok Rp
3.109.
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, maka dapat disarankan bahwa
dalam pembebanan biaya overhead pabrik sebaiknya perusahaan menggunakan
metode activity based costing karena perusahaan dapat mengendalikan biaya
dengan baik melalui pengidentifikasian aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah bagi
produk. Aktivitas-aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah bagi produk dapat
dihilangkan atau dikurangi sehingga membantu perusahaan dalam menentukan
kebijakan harga guna memperoleh laba perusahaan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Anthony A. 2009. Management Accounting, Fifth Edition.
Diterjemahkan oleh Miranti Kartika Dewi dengan judul Akuntansi
Manajemen, Edisi 5. Jilid I. Jakarta: PT.Indeks.
Blocher,dkk. 2007. Manajemen Biaya. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Carter.K William. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas, Jakarta:
Salemba Empat.
Dina Khairuna. 2007. Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada PT. TirtasibayakindoBerastagi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Gorrison, Ray H. dan Noreen, Eric. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2005. Management Accounting, 7th.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul
Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Heriyanti. 2007. Analisis perbandingan perhitungan biaya produksi
berdasarkan metode akuntansi biaya tradisional dan metode activity
based costing pada UD. Ubindo Kendari. Kendari: Universitas Haluoleo.
Horngren, dkk. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga.
Marismiati. 2011. Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan
Harga. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol I, No. 1.
Jurnal Akuntansi (JAk)
Page 38
Download