1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi semasa hamil merupakan keadaan dimana tekanan darah wanita hamil meningkat melebihi kadar normal. Tekanan darah tinggi semasa hamil dikalangan wanita hamil, dengan menjalani pemeriksaan antenatal secara teratur, maka dapat mengetahui secara dini. Hal ini akan berbahaya jika tidak diperiksa dan dirawat. Namun jika diketahui lebih awal, keadaan ini dapat diawasi dan diberi perawatan sehingga dapat menghindari komplikasi pada kehamilan (Laila, 2011). Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi pada kehamilan antara lain: kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan kardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan, sindrom hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count (HELLP), serta gangguan pada janin seperti pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga kematian dalam rahim (Yudasmara, 2010). Menurut data world health organization (WHO), penyakit hipertensi dalam kehamilan ditemukan pada 146.320 wanita hamil di Negara india atau 3,7% diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup. Hampir 18% diantara 1450 kematian di Amerika Serikat terjadi akibat penyulit hipertensi dalam kehamilan. Di Brazil dilaporkan bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan yaitu 1 2 sebanyak 778 (13,9%) dari 5602 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya (Yudasmara, 2010). Di Indonesia dari 440 kabupaten dan 33 provinsi di Indonesia yang diambil secara probability proportional to size (PPS). Sampel adalah ibu hamil yang berusia antara 15-54 tahun. Jumlah responden sebanyak 8341 orang. Ditemukan ibu hamil dengan hipertensi 12,7% (1062 orang). Dari jumlah kasus ini diperoleh paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan (18,0%). Persentase hipertensi pada kelompok umur < 18 dan > 35 tahun sebesar 24,3%. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 12,7%. Terdapat hubungan antara kelompok umur terhadap kejadian hipertensi dalam kehamilan (Riskesdas 2007). Dari Sumatera Utara berdasarkan data dari R.S Santa Elisabet Medan pada tahun 2009, ditemukan jumlah proporsi hipertensi 25,2% dalam kehamilan. Hipertensi terjadi pada kurang lebih 5% dari semua kehamilan dan 10% pada kehamilan anak pertama. Faktor resiko ibu untuk terjadinya hipertensi antara lain kehamilan pertama, usia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga, obesitas atau kegemukan dan jarak antara kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun (Anna Maria, 2009). Penyebab hipertensi dalam kehamilan dipengaruhi oleh riwayat keturunan, rasa atau golongan etnik, obesitas dan tingkah laku, umur ibu dan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Penyakit hipertensi dalam kehamilan dengan mortalitas tertinggi adalah penyakit utama pada primigravida dan kehamilan > 4 kali. Pada primigavida 3 atau ibu yang pertama kali hamil dan > 4 kali hamil sering mengalami stress dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan. Kira-kira 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian hipertensi dan resiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥ 4 tahun juga dapat beresiko tinggi timbul hipertensi. Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-8% pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh incidence dunia, dari 5-8% hipertensi dari semua kehamilan terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi hipertensi, frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida (Sarwono, 2010). Kejadian hipertensi dalam kehamilan karena segi paritas disimpulkan bahwa primigravida tua resiko paling tinggi pada kejadian hipertensi dalam kehamilan (Lilis Lisnawati, 2012). Hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya umur, dianjurkan agar ibu yang hamil pada umur 35 tahun atau lebih harus lebih rajin kehamilannya ke petugas kesehatan, karena pada umumnya usia 35 tahun atau lebih fungsi organ reproduksi sudah mulai menurunkan (Dalimartha, 2008). Berdasarkan usia insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali 4 lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten (Lilis Lisnawati, 2012). Dengan bertambahnya umur atau usia, maka seseorang juga semakin besar menderita hipertensi. Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia dalam kehamilan. Usia tua dalam kehamilan pertama merupakan faktor terjadinya hipertensi kehamilan (Sutanto, 2010). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati Artikasari (2010) di RSUD DR. Moewardi Surakarta, didapatkan insidensi hipertensi pada primigravida dan kehamilan > 4 kali sebanyak 29,2%. Dan ibu hamil primigravida dan > 4 kali kehamilan memiliki faktor resiko 1,458 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dibanding ibu hamil multigravida. Adanya hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan tersebut di dukung oleh penelitian Oni Khoma di rumah sakit ibu dan anak (RSIA) Tambak Jakarta, kejadian hipertensi meningkat tiga kali lipat sering pada wanita yang berumur di atas 35 tahun di bandingkan dengan usia 20-35 tahun (Admin, 2009). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di klinik Ina Gurky Medan terdapat sebanyak 50 orang ibu hamil. Dengan survei awal pada ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berkisar 18 0rang (36%) yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 32 orang (64%). Keadaan hipertensi dalam kehamilan yang terjadi pada ibu hamil terkait dengan jumlah anak yang dimiliki ibu dan umur. 5 Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di klinik Ina Gurky Medan dengan judul “Hubungan Paritas dan Umur Ibu dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan di Klinik Ina Gurky Medan”. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di Klinik Ina Gurky Medan. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi di Klinik Ina Gurky Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus. 1. Apakah ada hubungan paritas dengan kejadian hipertensi di Klinik Ina Gurky Medan. 2. Apakah ada hubungan umur dengan kejadian hipertensi di Klinik Ina Gurky Medan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi (perpustakaan) khususnya bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. 6 1.4.2. Bagi Petugas Klinik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi tenaga kesehatan agar lebih produktif dalam mendeteksi kelainan pada ibu hamil, khususnya di Klinik Ina Gurky Medan. 1.4.3.Bagi Peneliti Pengalaman melaksanakan penelitian di bidang kesehatan dengan menerapkan metode penelitian survei analitik. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40). Proses terjadinya Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalam air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, karena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopi. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus (Sarwono, 2010). 7 8 2.2. Hipertensi dalam Kehamilan 2.2.1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg (Chandranita Manuaba, 2008). Hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab utama peningkatan angka kematian, baik itu untuk ibu maupun untuk janin yang dikandung. Hal ini tidak hanya terjadi pada Negara yang sedang berkembang saja, tetapi juga bagi Negara maju. Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak ataupun gagal organ hingga kematian terhadap janin, hipertensi mengakibatkan resiko perkembangan janin dalam rahim yang terhambat, kelahiran sebelum waktunya dan kematian janin dalam rahim dan umumnya hipertensi jika pada pemeriksaan tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg (Rukiyah, 2010). 9 2.2.2. Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari hipertensi, preeklampsia/eklampsi masih belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori teori tersebut antara lain: 1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan 2. Peran Faktor Imunologis 3. Peran Faktor Genetik/Familial 4. Faktor nutrisi 5. Faktor predisposisi a. Ibu primigravida terutama yang berusia < 19 atau > 40 tahun b. Primipaternitas (kehamilan pertama pada pasangan) c. > 4 tahun dari kelahiran terakhir d. Ada riwayat sebelumnya e. Ada riwayat dari keluarga f. Kehamilan ganda (Sarwono, 2010). 2.2.3. Patofisiologi Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penururnan resistensi vaskuler sistematik, peningkatan curah jantung dan penururnan tekanan osmotic koloid. Peningkatan kecepatan denyut 10 jantung, peningkatan volume sekuncup/curah jantung yang bermasalah lama, peningkatan tekanan perifer (TPR) yang berlangsung lama (Ai Yeyeh, 2010). 2.2.4. Manifestasi klinis Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami hipertensi pada kehamilan harus diwaspadai jika ibu mengeluh: nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium, penglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, nokturia, oedema dependen dan pembengkakan (Lia Yulianti, 2010). 2.2.5. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan Untuk mempermudah pemahaman, gangguan hipertensi pada kehamilan diuraikan berdasarkan klasifikasi berikut: 2.2.5.1. Hipertensi Esensial Sekitar 5% ibu hamil terdiagnosis mengalami hipertensi pada kunjungan pertama mereka di klinik antenatal (Soydemirs & Kenny, 2008). Hipertensi dapat merupakan kondisi yang telah terdiagnosis sebelumnya atau merupakan kondisi yang pertama kali teridentifikasi. Hipertensi pre-existing di kenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Selain pada kehamilan, hipertensi esensial lebih umum terjadi pada lansia, ibu multipara dan dapat terjadi sekunder terhadap penyakit ginjal atau proses penyakit lainnya, seperti lupus eritematosus sistemik. Penggunaan obat antihipertensi secara umum tidak diketahui dapat menjadi teragenik, namun beberapa obat tersebut sebaiknya dilanjutkan pada awal kehamilan hanya jika manfaat yang diharapkan lebih besar dari potensi resikonya (Magee, 2010). 11 1. Tanda dan gejala a. Tekanan diastolik > 90 mmHg pada kehamilan < 20 minggu b. Nyeri kepala berulang-ulang c. Perdarahan hidung 2. Diagnosis Hipertensi esensial dapat sulit didiagnosis pada awal kehamilan karena terjadi perubahan hipotensi normal pada awal kehamilan. Akan tetapi, tekanan darah umumnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih, tetapi biasanya tidak disertai edema atau proteinuria. Hipertensi esensial biasanya tidak berhubungan dengan angka kematian yang buruk kecuali jika kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi plasenta, solusio plasenta atau superimposed PIH atau pre-eklamsia (Linda Wylie, 2010). 3. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hipertensi esensial bergantung pada tingkat keparahan hipertensi. Tujuan adalah mempertahankan tekanan darah < 150/100 mmHg. Penelitian dapat dilakukan mengenai kerusakan organ lainnya yang berhubungan dengan hipertensi, seperti retinopati, penyakit jantung atau penyakit ginjal. Antihipertensi dapat diindikasikan untuk mengendalikan hipertensi. Akan tetapi, karena tekanan darah diperlukan untuk menyuplai cukup darah ke jaringan dan organ tubuh. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menyarankan istirahat dan diet seimbang dibarengi pengendalian penambahan berat badan. Pemantauan 12 pertumbuhan janin perlu dilakukan untuk induksi dini jika janin dianggap dapat mengalami gangguan serius (Linda Wylie, 2010). 2.2.5.2. Hipertensi Esensial Hypertension Disertai Superimposed Pregnancy-Induced Superimposed pregnancy-induced atau pre-eklamsi dapat terjadi. Komplikasi serius dari hipertensi esensial tersebut diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk secara adekuat mengompensasi patologi penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrient kejaringan dan organ tubuh. Prognosis kondisi tersebut cenderung buruk. Bahasan ini akan diperdalam di bagian berikutnya. Komplikasi lain yang mungkin timbul adalah gagal ginjal, serangan vascular serebral (stroke), atau esefalopati, meski jarang terjadi (Linda Wylie, 2010). Tanda dan gejala a. Tekanan diastolik 90-110 mmHg pada kehamilan, 20 minggu b. Protein < ++ 2.2.5.3. Hipertensi Diinduksi Kehamilan Hipertensi diinduksi kehamilan pregnancy-induced hypertension (PIH) adalah kondisi peningkatan tekanan darah setelah minggu ke 20 kehamilan. Proteinuria tidak ditemukan. Peningkatan tekanan darah sebelum minggu ke 20 kehamilan diindikasikan sebagai hipertensi esensial, seperti yang telah dibahas sebelumnya. 1. Penyebab Penyebab PIH belum diketahui. Akan tetapi, penyebab telah dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta, seperti molahidatidosa atau kehamilan ganda, atau 13 pada kasus gangguan sirkulasi plasenta seperti pada diabetes. Akan tetapi, pada kebanyakan kasus, penyebab hipertensi tersebut tidak diketahui pasti. Insidens hipertensi tersebut beragam menurut ras dan wilayahnya dan lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia. Karena tekanan darah meningkat tanpa menjadi indikasi bahwa tubuh tidak lagi mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang berhubungan dengan hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin. 2. Tanda dan gejala a. Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 kali Pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 minggu b. Protein 3. Diagnosis Bila tekanan darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan atau > 90 mmHg pada dua kali atau lebih pemeriksaan, atau selang 4 jam, diagnosis dapat ditegakkan. Tidak ditemukan adanya proteinuria. 4. Penatalaksanaan Ibu yang mengalami PIH memerlukan pengawasan yang cermat. Pengkajian awal dapat menentukan apakah telah terjadi komplikasi, termasuk memeriksa kondisi ibu dan janin. a. Kondisi Ibu Pemeriksaan fisik lengkap dapat dilakukan untuk menentukan penyebab peningkatan tekanan darah yang tidak berhubungan dengan kehamilan. 14 Pengukuran tekanan darah serial dilakukan berkali-kali untuk memperoleh indikasi keparahan hipertensi. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menentukan adanya kehamilan molar. Sampel darah dapat diambil untuk hitung darah lengkap, asam urat dan urea dan elektrolit dalam serum. Urinalisis mengidentifikasikan komplikasi seperti trombositopenia, kerusakan hati dan ginjal. b. Kondisi Janin Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menentukan pertumbuhan janin. Pemeriksaan ultrasonografi dapat juga memberikan informasi mengenai hal tersebut. Kardiotokografi dilakukan untuk mengkaji kesehatan janin dan mengidentifikasi dengan baik gerakan janin. Bila tidak dapat indikasi komplikasi ibu dan janin, ibu dapat secara regular dikaji kembali selama minggu-minggu kehamilan yang tersisa. Penatalaksanaan masalah pada ibu dan janin akan dibahas nanti dengan lebih memfokuskan pada kondisi ibu dan janin disbanding penyebab kondisi tersebut (Linda Wylie, 2010). 2.2.5.4. Pre-Eklamsia Pre-eklamsia dan komplikasinya adalah kondisi paling serius yang memengaruhi ibu hamil dan bayi dan penyebab kematian tiga sampai lima ibu sekitar 500 dan 600 bayi di Inggris setiap tahun menurut Confidental Enquiries into Maternal and Child Health. 15 Tanda dan gejala a. Tekanan diastolic 90-110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu b. Protein sampai ++ c. Nyeri kepala d. Penglihatan kabur e. Oliguria f. Nyeri abdomen g. Odema Paru (Ai Yeyeh, 2010) 2.2.5.5. Eklamsia Eklamsia adalah kondisi mirip konvulsi epilepsi grandmal dialami ibu, baik tanpa atau disertai diagnosis satu gangguan hipertensi. Eklamsia dapat terjadi pada 1 dari 2000-3000 kelahiran di Negara berkembang (Mattar & sibai). Tanda dan gejala a. Kejang b. Tekanan diastolik > 90 mmHg pada kehamilan 20 minggu c. Protein > ++ d. Koma (Ai Yeyeh, 2010). 2.2.6. Pengobatan dan Penatalaksanaan Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu wawancara (anamnesa) adalah dalam keluarga yang menderita hipertenasi. Dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengobatan nonfarmakologi, mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (indexs masa tubuh > 27), membatasi 16 alkohol dan menghentikan rokok serta mengurangi makanan berkolesterol/lemak jenuh, menghentikan konsumsi kopi yang berlebihan, berolahraga ringan (jalan-jalan, joging pagi), mengurangi asupan natrium (400mmd Na/2,4 gram Na/64 NaCL/hari). Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat, perbanyak kalium (buahbuahan), tidak banyak pikiran, istrahat yang cukup. Pengobatan farmasi dianjurkan minum obat yang tidak banyak efek samping tekanan sederhana, tidak berpengaruh metabolik negatif dan minum obat yang berfungsi ganda, obat yang berfungsi ganda adalah obat yang menormalisasikan tekanan darah pada pembuluh darah, jantung, ginjal, otak dan mata. Berikan obat hipertensi apabila tekanan darah ibu sudah turun atau sudah tidak 140/90 mmHg. Berikan obat luminal sesudah makan 30 gram peroral 3x sehari dalam jangka waktu 8 jam dari pemberian sebelumnya (Sumber; Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal). 2.2.7. Faktor Resiko terhadap Hipertensi pada Kehamilan 1. Usia Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat, pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten. 2. Paritas a. Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua. b. Primigravida tua resiko lebih tinggi untuk preeklamsia berat. 17 3. Ras/golongan etnik Biasa (mungkin ada perbedaan perlakuan/ akses terhadap berbagai etnik di banyak negara). 4. Faktor keturunan Jika ada riwayat hipertensi pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor Resiko meningkat sampai +25%. 5. Faktor gen Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. 6. Diet/gizi Tidak ada hubungan bermakna antara menu/ pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang overweight. 7. Iklim/musim Di daerah tropis insidens lebih tinggi 8. Tingkah laku/sosioekonomi Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil memiliki resiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan/ insidens hipertensi dalam kehamilan. 18 9. Hiperplasentosis Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik lebih tinggi dari pada monozigotik. 2.8. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi dalam Kehamilan 2.8.1. Paritas Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), paritas adalah keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup, lahir mati,maupun abortus sampai saat hamil terakhir. Paritas adalah jumlah berapa kali seorang wanita mengalami kehamilan (Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2007). Pembagian paritas: primipara: jumlah anak satu orang, multipara: jumlah anak 2-3 orang, grandemultipara: jumlah anak 4 orang atau lebih (Surwono, 2010). Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebihlebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu Keluarga Berencana tetap diperlukan (Soetjiningsih, 2009). Kira-kira 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian hipertensi dan resiko 19 meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain itu primitusa, lama perkawinan ≥ 4 tahun juga dapat beresiko tinggi timbul hipertensi (Rochjati, 2010 ). Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-8% pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dari 5-8% hipertensi dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi hipertensi frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak resiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama resiko terjadi hipertensi 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%. (Cuningham dan Leveno, 2010). Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida (Surwono, 2010). 2.8.2. Umur Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih, matang dalam berfikir dan bekerja. Umur merupakan periode terhadap pola pola kehidupan baru dan harapan harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki. 20 Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari kepercayaan masyarakat seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Macam-macam usia menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) diklasifikasi sebagai berikut: 1. Usia menikah adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-kira diatas 20 tahun). 2. Usia produktif adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu. 3. Usia reproduktif adalah masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali jadi positif. a. Usia sekolah adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk sekolah. b. Usia lanjut adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas) c. Usia senja adalah usia 50 tahun ke atas. Umur ibu merupakan faktor lingkungan biologis yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor Postnatal). Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ ibunya ke suatu system yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri (Marimbi, 2010). 21 Usia menurut kamus besar bahasa indonesia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan. Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20-35 merupakan tahun yang terbaik wanita untuk hamil karena selain diusia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja denga baik juga belum ada penyakit- penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes serta daya tubuh masih kuat. Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 25 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 25 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya hipertensi (Cunningham, 2009). Selain itu ibu hamil yang berusia ≥ 35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi hipertensi (Rochjati, 2010). Usia 25-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10-20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak anak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 25-35 tahun. 22 Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, pre-eklamsia dan eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun). Studi di RS Neutra di Colombia, Porapakkhan di Bangkok, Efiong di Lagos dan Wadhawan dan lainnya di Zambia, cenderung terlihat insiden cukup tinggi. Hubungan peningkatan usia terhadap hipertensi, pre eklamsia dan eklampsia adalah sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Usia 25-35 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah mestruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%. Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi resiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eclampsia. Jadi wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan (Duenhoelter dkk, 2010). Pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden hipertensi kerena kehamilan meningkat tiga kali lipat (9,6 lawan 2,7% ) dibandingkan dengan wanita kontrol yang berusia 25-35 tahun. Hansen meninjau beberapa penelitian dan melaporkan peningkatan insiden hipertensi sebesar 2-3 kali lipat (Spellacy dkk, 2010). 23 2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen (terikat) Variabel Dependen (bebas) Paritas Ibu Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan Umur Ibu 2.10. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik Ina Gurky Medan. 2. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik Ina Gurky Medan. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk menganalisis hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di kilinik Ina Gurky Medan. 3.2. Waktu dan Lokasi penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian adalah pada bulan Januari 2014-Juni 2014. 3.2.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik Ina Gurky Medan adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian yang sama ditempat tersebut dan masih banyak terdapat kejadian hipertensi dalam kehamilan sebesar 36,0%. 3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoadmojo, 2010). Dimana yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang hamil yang memeriksakan kehamilannya diklinik Ina Gurky Medan dari bulan Januarai 2014 sampai juni 2014 sebanyak 50 ibu yang sedang hamil. 24 25 3.3.2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang. Dengan menggunakan metode total sampling peneliti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sebagai sampel. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan instrument penelitian yaitu, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan. 3.4.2. Data Sekunder Data yang didapatkan dari pihak klinik Ina Gurky Medan. 3.5. Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel terikat 1. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang ada pada keluarga baik lahir hidup, lahir mati. Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0 kehamilan 1 dan > 4 kali 1 kehamilan 2-4 kali Skala Ukur : Ordinal 26 2. Umur Ibu Umur adalah usia ibu sejak lahir sampai ulang tahun ibu terakhir dibulatkan (Amuriddin, 2009). Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. < 25 dan > 35 tahun 1. 25-35 tahun Skala ukur : Ordinal 3.5.2. Variabel bebas Hipertensi dalam kehamilan Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah selama kehamilan > 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg sistolik. (Surwono, 2010). Alat ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 0 Hipertensi 1 Tidak hipertensi Skala ukur : Ordinal 3.6. Pengolahan data dan analisis data 3.6.1. Pengolahan Data Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengolahan data: 27 1. Editing Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan memperbaiki isikan formulir atau koesioner. 2. Coding Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. 3. Tabulating Kegiatan memasuki data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.s 4. Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali dan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian pembetulan atau koreksi. 3.6.2. Analisa Data 1. Analisa Univariat. Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi responden. Analisa data untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel independen. 28 2. Analisa Bivariat. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian hipertensi di klinik Ina Gurky Medan. Lakukan uji statistik chi-square kemudian hasilnya narasikan. 29 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah bersalin Klinik Ina Gurky Medan beralamat di jalan lapangan golf Pancur Batu. Klinik Ina Gurky memiliki dua ruangan inap dan ruangan pemeriksaan umum. Kilinik Ina Gurky ditangani oleh bidan Ina Gurky AM.Keb beserta pegawainya Pretty Sihombing AM.Keb. 4.2. Analisa Univariat 4.2.1. Hipertensi dalam Kehamilan Untuk melihat hipertensi dalam kehamilan di Klinik Ina Gurky Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Hipertensi dalam Kehamilan di Klinik Ina Gurky Medan No 1 2 Hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Jumlah F 18 32 50 % 36,0 64,0 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hipertensi pada ibu hamil lebih banyak yang tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 32 responden (64,0%) dan lebih sedikit yang mengalami hipertensi sebanyak 18 responden (36,0%). 29 30 4.2.2. Paritas Untuk melihat paritas pada ibu hamil di Klinik Ina Gurky Medan dapat dlihat pad Tabel 4.2: Tabel 4.2. Distribusi Paritas Ibu Hamil di Klinik Ina Gurky Medan No 1 2 Paritas 1 dan > 4 kali 2-4 kali Jumlah f 22 28 50 % 44,0 56,0 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa paritas responden lebih banyak pada kehamilan 2-4 kali 28 responden (56,0%) dan lebih sedikit yang hamil 1 dan > 4 kali 22 responden (44,0%). 4.2.3. Umur Untuk melihat umur ibu yang hamil di Klinik Ina Gurky Medan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3. Distribusi umur ibu hamil di Klinik Ina Gurky Medan N0 1 2 Umur Ibu < 25 dan > 35 tahun 25-35 tahun Jumlah f 23 27 50 % 46,0 54,0 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden umur ibu adalah umur < 25 dan > 35 tahun sebanyak 23 responden (46,0%) dan terdapat umur 25-35 tahun sebanyak 27 responden (54,0%). 31 4.3. Analisa Bivariat Analisa Bivariat untuk menguji apakah hubungan paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan yang dipakai dengan uji statistik, dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 4.3.1. Hubungan Paritas dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel 4.4: Tabel 4.4. Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Hipertensi di Klinik Ina Gurky Medan Paritas Ibu No 1 2 1 dan > 4 kali 2-4 kali Hipertensi Pada Ibu Hamil Hipertensi Tidak Hipertensi n % n % 16 73,0 6 27,0 2 7,0 26 93,0 Total N % 22 100 28 100 Prob 0,000 Dari tabel diatas dilihat bahwa dari 22 responden yang paritasnya 1 dan > 4 kali kehamilan yang mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 16 orang (73,0%) dan lebih sedikit yang tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 6 orang (27,0%). Kemudian dari 28 responden yang paritasnya 2-4 kali yang tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 26 orang (93,0%) dan lebih sedikit yang mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 2 orang (7,0%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa probalbiliti (0,0000) α (0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi dalam kehamilan berhubungan dengan paritas dan umur ibu. 32 4.3.2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi dalam kehamilan Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dilihat dari Tabel 4.4: Tabel 4.4 Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan di Klinik Ina Gurky Medan Umur Ibu No 1 2 25-35 tahun < 25 dan > 35 tahun Hipertensi Pada Ibu Hamil Hipertensi Tidak Hipertensi n % n % 5 19,0 22 81,0 13 57,0 10 43,0 Total N % 27 100 23 100 Prob 0,005 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 27 orang responden yang umurnya 25-35 tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 22 orang (81,0%) dan lebih sedikit yang mengalami hupertensi sebanyak 5 orang (19,0%) , sedangkan dari 23 responden yang berumur, < 25 dan > 35 tahun yang mengalami hipertensi dalam kehamilan sebanyak 13 orang (57,0%) dan lebih sedikit yang tidak hipertensi dalam kehamilan sebanyak 10 orang (43,0%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa prob (0,005) < (0,05) berarti Ho ditolak. Maka hal ini menunjukkan bahwa hipertensi berhubungan dengan umur dan paritas ibu hamil. 33 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Paritas Ibu dengan Hipertensi dalam Kehamilan Dari hasil penelitian di Klinik Ina Gurky Medan menunjukkan bahwa ibu dengan paritas 1 dan > 4 kali kehamilan sebanyak 16 orang (73,0%) dan terdapat ibu yang 2-4 kali kehamilan 2 orang (7,0%). Hal ini memicu bahwa ada hubungan paritas ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan yang berarti ibu yang primigravida cenderung mengalami hipertensi dalam kehamilan atau peningkatan tekanan darah dari normal dikarenakan oleh rasa takut dan cemas dan juga kebingungan dan kurang pengalaman dan semakin rendah angka kejadian hipertensi dalam kehamilan pada ibu yang multigravida. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik Ina Gurky Medan sehingga hipotesis pada penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini di dukung oleh adanya catatan statistik kira-kira 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-4 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian hipertensi dan resiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥ 4 tahun juga dapat beresiko tinggi timbul hipertensi. Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-8% pasien terutama pada 1 dan > 4 kali kehamilan, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dari 5%- 33 34 8% hipertensi dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh 1 dan > 4 kali kehamilan. Frekuensi hipertensi pada 1 dan > 4 kali kehamilan lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Apabila 1 dan > 4 kali kehamilan mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan 2-4 kali kehamilan (Surwono, 2010). Kejadian hipertensi dalam kehamilan karena segi paritas disimpulkan bahwa primigravida tua resiko paling tinggi pada kejadian hipertensi dalam kehamilan (Lilis Lisnawati, 2012). 5.2. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan Dari hasil penelitian di klinik Ina Gurky Medan menunjukkan bahwa umur ibu adalah umur 25-35 tahun sebanyak 5 orang (19,0%) dan terdapat umur < 25 dan > 35 tahun sebanyak 13 orang (57,0%). Hal ini memicu bahwa ada hubungan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan yang berarti usia ibu dibawah 25 tahun dan diatas 35 tahun akan cenderung mengalami hipertensi dalam kehamilan yang diakibatkan karna usia yang terlalu muda dan terlalu tua pada kehamilan dan akan semakin rendah pada usia yang 25-35 tahun dikarena usia yang sehat dan normal pada ibu hamil yaitu usia antara 25-35 tahun. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan pada ibu hamil di klinik Ina Gurky Medan sehingga hipotesis pada penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Oni Khoma di rumah sakit ibu dan anak (RSIA) Tambak Jakarta, kejadian hipertensi meningkat tiga kali lipat sering 35 pada wanita yang berumur di atas 35 tahun di bandingkan dengan usia 25-35 tahun (Admin, 2009). Hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya umur, dianjurkan agar ibu yang hamil pada umur 35 tahun atau lebih harus lebih rajin kehamilannya kepetugas kesehatan, karena pada umumnya usia 35 tahun atau lebih fungsi organ reproduksi sudah mulai menurunkan. Berdasarkan usia insiden tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun,dapat terjadi hipertensi laten (Lilis Lisnawati, 2012). Dengan bertambahnya umur atau usia, maka seseorang juga semakin besar menderita hipertensi. Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi dalam kehamilan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia dalam kehamilan. Usia tua dalam kehamilan pertama merupakan faktor terjadinya hipertensi kehamilan (Sutanto, 2010). Menurut asumsi peneliti bahwa umur beruhubungan dengan kejadian hipertensi, jika umur < 25 tahun akan memicu terjadinya hipertensi dan juga > 35 tahun juga memicu hipertensi. Oleh karena itu usia paling aman untuk ibu hamil adalah pada usia 25-35 tahun. 36 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan 1. Ada hubungan Paritas ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik Ina Gurky Medan. 2. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik Ina Gurky Medan. 6.2. Saran 1. Diharapkan pada pengelola program kesehatan khususnya program kesehatan ibu dan anak perlu strategi lain dalam merencanakan program penyuluhan kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai hipertensi dalam kehamilan agar ibu-ibu hamil dapat mewaspadai hal tersebut. 2. Agar ibu-ibu hamil sering memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan secara teratur untuk medeteksi secara dini kesehatan ibu. 3. Agar ibu-ibu menghindari program kehamilan pada usia > 35 tahun. 4. Dihimbau supaya ibu-ibu melakukan program kehamilan di usia 25-35 tahun. 36 37 DAFTAR PUSTAKA Abdul, 2012, Penelitian Hubungan Primigravida dengan Hipertensi, FKM Muhammadyah, Makassar. Ai Yeyeh, 2010, Asuhan Kebidanan patologi IV, Jakarta : Trans info media. Anna Maria,2009,Prevalensi Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia,Jakarta. Chamberlain, 2013, Asuhan Antenatal, Jakarta: ECG. Chandranita Manuaba, 2008, Gawat Darurat Obstetri Ginekologi, Jakarta: ECG. Erna Setiyaningrum, 2013, Asuhan Kebidanan Patologi, Jakarta: In Media. F.Samuel Gardner . Panduan Sehat Mengatasi Tekanan Darah Tinggi . Jakarta: Prima, 2007. Lilis Lisnawati, 2013, Asuhan Kebidanan Terkini, Jakarta: Trans info media. Linda, 2010, Manajemen kebidanan, Jakarta: ECG. Pusdiknaskes WHO JHPIEGO, 2007, Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran , Buku Kedokteran, Jakarta: ECG. Repostrory, 2011, USU, Medan. Riskesdes, 2009 Hipertesi Kehamilan, Jakarta. Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina pustaka. Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metode penelititan Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta. Sri Ramadhany, 2012, Penelitian Hubungan Primigravida pada Hipertensi, FKM Hasanuddin, Makassar. Sutanto, 2010, Penyakit modern hipertensi, Yogyakarta: Andi. Sylvia, 2009, Patofisiologi Penyakit dalam Kehamilan,Jakarta: ECG. Yohana, 2010, Kehamilan dan Persalinan, Jakarta: Garda Media. 38 Yudasmara, 2011, Komplikasi Hipertensi, Jakarta. Yuni Kusmiyati, 2010, Asuhan kehamilan, Yogyakarta: Fitramaya. 39 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Ibu………. Di Klinik Ina Gurky Dengan hormat, Sebagai persyaratan tugas akhir Mahasiswa Kebidanan Akademi Audi Husada Medan, saya akan melakukan penelitian tentang Hubungan Paritas dan Umur ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan di Klinik Ina Gurky , untuk keperluan tersebut saya mohon (Bersedia/tidak bersedia) ibu- ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban ibu- ibu di jamin kerahasiannya. Demikian,lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terimakasih. Responden ( Medan,April 2014 ) ( Monita) 40 KUESIONER PENDATAAN HUBUNGAN PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI KLINIK INA GURKY MEDAN Petunjuk Pengisian : BAGIAN A Jawablah pertayaan dibawah ini sesuai dengan pertayaan dan pilihan ibu DATA UMUM IBU 1. Nomor Ibu : 2. Nama Ibu : 3. Umur Ibu : 4. Alamat : BAGIAN B Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan member tanda silang ( X ) pada kolom jawaban sesuai dengan pilihan ibu 1. PARITAS 1. Pada saat ini kehamilan yang keberapa…. a. Kehamilan yang pertama b. Kehamilan yang kedua atau lebih 2. Apakah ibu pernah mengalami keguguran…… a. Ya b. Tidak 41 3. Apakah ibu pernah mengalami anak lahir mati a. Ya b. Tidak