PEMBESARAN BANDENG (Chanos chanos) UNTUK UMPAN PANCING IKAN LAUT DENGAN SISTEM RESIRKULASI Ferry Dwi Jatmiko1, Agistia Deamanti2, Zulfiani3, Angki Eka Setiawan4, Fauzi Islahul Haq5, Arum Nisfi Laeli6, Dela Putri Akmalia7, Edi Putra Kusuma8 dan Cirilus Pajo Sina9. Bagian Administrasi dan Pelatihan Perikanan Lapangan (BAPPL) – STP SERANG Jurusan Teknologi Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan ABSTRAK Pembesaran bandeng dilakukan di bak fiber berbentuk bulat dengan memanipulasi seperti pembesaran bandeng di tambak. Pembesaran bandeng umumnya dilakukan untuk kebutuhan pangan manusia, namun belakangan ini berkembangnya pembesaran bandeng yang digunakan sebagai umpan pancing ikan besar seperti tuna, cakalang, dan ikan-ikan besar lainnya. Pembesaran bandeng yang digunakan sebagai umpan ikan tuna dilakukan pada tahun 2016 di BAPPL-STP Serang. Perlakuan resirkulasi pada pembesaran bandeng dimaksudkan supaya air selalu berputar sehingga bandeng merasa seperti hidup di alam, selain itu juga untuk efisiensi penggunaan air. Pada resirkulasi terjadi penyaringan secara fisik yang menggunakan batu split dan pasir kuarsa, ini bertujuan untuk menahan kotoran yang berukuran besar sehingga air yang berada di bak pemeliharaan selalu bersih. Penggunaan bak bulat yang ditambah dengan air masuk dari resirkulasi, akan menghasilkan putaran air pada bak pemeliharaan seperti di alam aslinya dan ikan merasa hidup pada tempat yang luas. Ukuran bandeng yang di tebar adalah ukuran nener sepanjang 2-3 cm dan diberikan pakan buatan berupa pakan udang dan pakan lele. Untuk mengetahui teknologi ini baik digunakan maka di lakukan monitoring pertumbuhan, kesehatan, kualitas air, kelangsungan hidup, pakan yang sesuai, hama dan penyakit. Kata Kunci : Pembesaran Bandeng, Bandeng Umpan, sistem resirkulasi, PENDAHULUAN Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dikenal dan digemari untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan ikan bandeng mempunyai rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Oleh karena itu ikan bandeng mempunyai andil yang cukup besar bagi peningkatan gizi masyarakat. Khusus di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi ikan bandeng berbeda penyajiannya antar daerah di Indonesia, sehingga masing-masing menjadi produk makanan unggulan bagi daerah tertentu hingga saat ini. Seperti halnya di Serang (Banten) dikenal dengan sate ikan bandengnya, Jawa Timur dikenal dengan ikan bandeng asapnya, Semarang cukup ternama dengan ikan bandeng Page 1 prestonya, Sulawesi Selatan dikenal dengan ikan bandeng bakarnya, dan lain sebagainya (Sudrajat, dkk, 2011). Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bandeng pada tahun-tahun terakhir ini banyak diminta sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus sp) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) (Sudrajat, dkk, 2011). Dewasa ini ikan bandeng dipasarkan sebagai umpan hidup atau umpan mati dalam penangkapan ikan cakalang atau tuna maupun sebagai ikan konsumsi langsung. Ikan bandeng ukuran 10-15 cm atau 50-150 g per ekor merupakan umpan yang baik untuk penangkapan cakalang menggunakan long line (rawai) telah terbukti berhasil baik bila umpan yang digunakan adalah ikan bandeng segar ukuran 15-20 cm atau 150-200 g per ekor atau 5-8 ekor per kg (Sudrajat, 2000). Pengembangan industri akuakultur untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap lingkungan. Selain itu dengan semakin tingginya harga pakan maka usaha pembesaran ikan membutuhkan biaya operasinal yang tinggi serta margin keuntungan yang rendah. Intensifikasi budidaya melalui padat tebar dan laju pemberian pakan yang tinggi dapat menimbulkan masalah kualitas air (Wahyjuningrum, dkk, 2011). Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah diatas yaitu dengan mengaplikasikan sistem resirkulasi. Pemberian probiotik sebagai agen bioremediasi berguna untuk memperbaiki kualitas lingkungan budidaya karena dapat mendekomposisi materi organik, menekan pertumbuhan patogen serta menyeimbangkan komunitas mikroba Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 sehingga dapat menyediakan lingkungan yang lebih baik bagi ikan. Menurut Wahyjuningrum, dkk (2011) sistem resirkulasi dalam prinsipnya adalah penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan dari kegiatan budidaya. Resirkulasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air sebagai media pemeliharaan ikan dalam kegiatan budidaya. Suantika dan Hernawati (2007), menambahkan bahwa sistem resirkulasi ini menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas, meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, serta fleksibilitas lokasi produksi. Sistem resirkulasi tidak memerlukan tempat yang luas, air mudah dikontrol, sehingga dapat dijaga kelestarian air (MUIR,1981 dalam Mayunar,1990). Penggunaan sistem resirkulasi, secara umum memiliki beberapa kelebihan yaitu penggunaan air per satuan waktu relatif rendah, fleksibilitas lokasi budidaya, budidaya yang terkontrol dan lebih higienis, kebutuhan akan ruang/lahan relatif kecil, kemudahan dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan suhu serta kualitas air (Helfrichdan Libey, 2000 dalam Suantika dan Hernawati, 2007). METODE PERAKTEK A. Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Keahlian Teknologi Akuakultur dilaksanakan selama 42 hari, mulai tanggal 1 Februari sampai 12 Maret 2016 di Hatchery Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan (BAPPL) STP Serang, Karangantu Provinsi Banten. Page 2 B. Alat dan Bahan Dalam pelaksanaan kegiatan keahlian dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang kegiatan baik yang digunakan pada pembesaran ikan bandeng umpan resirkulasi. Adapun beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Alat Peralatan yang gunakan selama kegiatan praktek keahlian baik yang digunakan pada pembesaran ikan bandeng umpan resirkulasi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peralatan yang digunakan selama praktek keahlian untuk Pembesaran Ikan bandeng Umpan No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) 1 Bak Bulat Fiberglass, diameter 3 buah Bak pemeliharaan Ikan bak 3,95 meter bandeng 2 Bak Filter Terbuat dari Drum 3 buah Digunakan untuk Mekanik Diameter 59 cm wadah sand filter 3 Bak kontrol Terbuat dari drum 3 buah Bak control air Diameter 25 cm 4 Pompa Tegangan 220 volt 1 buah Digunakan untuk Diameter 2 inch pemasukan air Daya 200 watt 5 Pompa Tegangan 220 volt 3 buah Memompa air Diameter 1 inch resirkulasi Daya 125 watt 6 Pasir Kuarsa Berwarna putih 45 kg Material sand filter bening, ukuran 3,2 – 0,8 mm 7 Batu Split Pecahan Batu 30 kg Material sand filter bangunan,Jenis Agregat A 8 Dudukan pompa Terbuat dari Kayu 3 buah 9 Seser Mesh size 0,2 2 buah 10 Ember Berbahan Plastik 2 buah 11 12 Alat siphon Selang 13 Timbangan Selang 1 inch (1,5 m) 2 buah Diameter 1,5 inch, 1 buah panjang 10 meter Digital ketelitian 1 gr 1 Unit 14 Timbangan Digital dengan 1 unit ketelitian 0,1 gr 15 Penggaris Panjang 30 cm Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 1 buah Dudukan pompa sentrifugal dipinggir bak Untuk memudahkan dalam penangkapan ikan Untuk treatment ikan bandeng Sebagai alat siphon Untuk pemasukan air Untuk menimbang pakan Untuk sampling berat Untuk sampling Page 3 16 17 Termomether Refraktometer 18 Kertas indicator pH Termometer alcohol 1 buah Hand-held 1 unit Refractometer Merek: ATAGO Kisaran Salinitas: 0100% Berupa lembaran 1 unit (strip) kertas panjang Untuk pengukuran suhu Untuk pengukuran salinitas Untuk mengukur pH Bahan Pada kegiatan keahlian pembesaran ikan bandeng umpan, beberapa bahan yang digunakan pada praktek keahlian ini dapat di lihat pada Tabel. 2 Tabel 2. Bahan yang Digunakan untuk pembesaran ikan bandeng umpan No (1) 1 Jenis Bahan (2) Nener ikan bandeng 2 Pakan Udang 931 3 Pakan pF 800 4 5 6 7 8 Spirulina Klekap kering Vitamin C Rekato Kaporit 9 Probiotik C. Metode Kerja Dalam pelaksanaan praktikum kahlian terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan didalamnya terkait dengan judul praktikum yang terkait, dan dijelaskan sebagai berikut : Persiapan Wadah Sebelum dilakukan pemeliharaan terlebih dahulu dilakukan persiapan wadah. Adapun persiapan wadah yang kami lakukan ialah: 1. Membersihkan bak yang akan digunakan dengan menyikat dinding Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Keterangan (3) Nener 1 datang umur 22 hari panjang 2,34 cm dan berat 0,08 gram. Nener 2 datang umur 15 hari panjang 2 cm dan berat 0,7 gram. Sebagai pakan buatan crumble,pakan tenggelam . Sebagai Pakan buatan crumble, pakan terapung Tambahan pakan pada perlakuan bak 1 Tambahan pakan pada perlakuan bak 3 Suplemen pada pakan Perekat vitamin dan pakan Untuk sterilisasi alat, wadah dan media Untuk menguraikan bahan organik dalam media pemeliharaan dan dasar bak menggunakan potongan waring. 2. Mensterilkan bak pemeliharaan dengan menggunakan larutan clorin dengan dosis 50 mg/l dan diamkan selama 1-2 hari. 3. Bilas bak pemeliharaan dengan menggunakan air tawar. Pemasangan Filter Filter yang digunakan untuk pembesaran ikan bandeng umpan ialah filter mekanik dengan menggunakan material pasir kuarsa dan batu split. Page 4 Adapun wadah yang digunakan yaitu dua drum, satu sebagai bak filter dan satunya sebagai bak kontrol. Adapun teknik pemasangan filter pada pembesaran ikan bandeng umpan yaitu sebagi berikut : 1. Lubangi bagian bawah drum menggunakan mesin bor untuk disambungkan ke drum kecil (bak kontrol). 2. Pipa sambungan direkatkan menggunakan resin dan katalis lalu didiamkan hingga kering. 3. Setiap material dicuci bersih lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. 4. Setelah drum filter kering dilakukan percobaan. 5. Selanjutnya material batu split dimasukkan kedalam drum begitu pula pada material pasir dimasukkan ke dalam waring lalu disusun pada filter. Persiapan Media Air yang digunakan untuk pemeliharaan merupakan air yang ditransfer dari kolam tanah yang berada di modul 3, ditransfer langsung ke bak pemeliharaan, dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan chlorin 100 mg/l, Diamkan beberapa hari hingga bak pemeliharaan netral. Penebaran Ikan bandeng yang dibudidayakan berasal dari pontang yang sebelumnya di budidayakan pada tambak tradisional maka sebelum ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi sangat berpengaruh untuk proses adaptasi lingkungan. Dengan demikian proses aklimatisasi harus dilakukan sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Adapun Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 proses penebaran nener yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengukur Parameter suhu dan salinitas di dalam bak pembesaran dan kantong nener. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses aklimatisasi, yaitu menyamakan parameter kimia air di dalam bak dengan kantong nener. 2. Melakukan penghitungan jumlah kantong nener, kemudian dibagi kedalam 3 bak. 3. Aklimatisasi ± 27 menit sampai kantong berembun. 4. Melakukan sampling panjang dan berat awal sebelum di tebar pada10 sampel ikan untuk pembuatan program pakan. 5. Melakukan perhitungan jumlah populasi dalam satu kantong nener. 6. Setelah ± 27 menit, buka kantong kemudian percikan air sedikit demi sedikit sampai nener keluar dengan sendirinya. Pengelolaan Pakan Pakan merupakan sumber energi untuk pertumbuhan ikan bandeng. Umumnya pakan utama ikan bandeng terdiri dari organisme plankton, benthos, detritus, dan epifit. Namun berdasarkan hasil praktikum keahlian pakan sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Adapun pakan yang diberikan pada ikan bandeng umpan ialah merupakan pakan tenggelam crumble dengan merk Gold Coin ukuran 930, dengan kandungan protein 36 %. Pakan diberikan sebanyak 5% dari total bobot ikan/hari. Waktu pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00, dan sore pukul 16.00. Pemberian pakan Page 5 dilakukan sedikit demi sedikit untuk menghindari pakan tidak terbuang. Pada minggu kedua diberi perlakuan pada pakan untuk masing-masing bak yaitu bak 1 pakan ditambahkan dengan spirulina 2% dari total pakan, bak 2 tidak diberi perlakuan, bak 3 pakan ditambahkan dengan klekap kering sebanyak 2 % dari total pakan. Pada minggu ketiga pakan diganti dengan menggunakan pakan terapung pakan lele PF800 yang terlebih dahulu digerus sebelum diberikan. Dosis 5 % dari biomass dengan frekuensi 3 kali sehari, tanpa diberikan perlakuan. Monitoring Pertumbuhan dan Kesehatan Ikan Monitoring pertumbuhan yang dilakukan yaitu dengan melakukan sampling. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali. Adapun langkah-langkah sampling yaitu sebagai berikut : 1. Menyiapkan peralatan dan bahan berupa waring hijau, ember, timbangan analitik, penggaris, alat tulis dan air. 2. Ikan diambil secara acak menggunakan waring. 3. timbang 10 ekor untuk mengetahui berat rata-rata (ABW) dan ukur panjang nener menggunakan penggaris. 4. Catat hasil pengukuran panjang dan berat rata-rata. 5. Dari data yang didapatkan hitung populasi dengan mengurangi jumlah ekor ikan yang mati. Pengelolaan Kualitas Air a. Pengukuran Parameter Suhu Pengukuran suhu dilakukan menggunakan thermometer alkohol pada Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 setiap pagi, siang dan sore hari. Adapun teknik pengukuran yang dilakukan ialah 1. Siapkan termometer yang pada bagian ujung atas diberi tali pengikat. 2. Celupkan thermometer kedalam air yang akan diukur. 3. Posisi thermometer tidak terkena sinar matahari/membelakangi matahari dan badan thermometer tetap didalam air. 4. Baca hasil penukuran suhu dan catat pada lembar monitoring kualitas air. b. Pengukuran Salinitas Salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer dengan tingkat ketelitian 1 ppt. Pengukuran salinitas dilakukan setiap 3 kali sehari pada waktu pagi, siang, sore hari. Adapun prosedur pengukuran salinitas yaitu sebagai berikut 1. Sebelum digunakan refraktometer dikalibrasi dengan akuades terlebih dahulu kemudian cek hingga salinitas menunjukkan angka 0 ppt atau netral. 2. Ambil 1-2 tetes air sampel kemudian teteskan pada kaca prisma, kemudian nilainya diamati pada lensa okulernya. Penunjukan skala pada lensa okulernya adalah nilai salinitas air sampel. 3. Catat hasil pengukuran. 4. Kalibrasi kembali sebelum dimasukkan kedalam box refraktometer. c. Pengukuran pH Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator dengan teknik pengukuran sebagai berikut : 1. Siapkan alat pengukur pH yaitu pH indikator. Page 6 2. Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH indikator ke dalam air sampel yang akan diukur. 3. Kemudian diamkan beberapa saat dan lihat hasilnya dengan skala pada kotak pH indikator, dan catat hasil pengamatan. d. Pengukuran DO Pengukuran DO dilakukan dengan metode titrasi. Pengukuran DO dilakukan 2 hari sekali, dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pada dini hari, sore, dan malam hari. Cara pengukuran DO dengan titrasi yaitu sebagai berikut : 1. Ambil sampel air menggunakan botol winkler. 2. Kedalam sampel air ditambahkan 2 ml MnSO . 3. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan alkali iodida azida. Botol ditutup hati-hati untuk mencegah terperangkapnya udara dari luar. 4. Kemudian dikocok dengan membolak balikan botol beberapa kali. 5. Biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit. Bila proses pengendapan telah sempurna, ditambahkan H SO pekat. 6. Kocok kembali dengan membolakbalikkan botol winkler. 7. Setelah gumpalan pecah, ambil 100 ml sampel dengan menggunakan pipet ke dalam erlenmeyer 500 ml melalui dinding bagian dari leher botol. 8. Setelah itu ditambahkan indikator kanji 1-2 ml (akan timbul warna biru). 9. Kemudian dititrasi dengan NaThiosulfat sampai biru pertama kali hilang. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Rumus perhitungan DO : OT = a x N x 8000 V-4 Keterangan : OT = Oksigen terlarut (mg O /liter) a = Volume titran Na-thiosulfat (ml) N = Normalitas Na-thiosulfat (0,025 N) V = Volume botol winkler (ml) 8000= 8 (1/4 mol dari oksigen) x 1000 (setiap mg/liter) e. Pengukuran Karbon Dioksida Pengukuran CO dilakukan dengan metode titrasi yang dilakukan 2 hari sekali dengan frekuensi 2 kali yaitu pagi dan malam hari. Cara pengukuran CO dengan titrasi yaitu sebagai berikut : 1. Ambil sampel air sebanyak 25 ml dan masukkan kedalam erlenmeyer, lakukan pekerjaan dengan hati-hati agar CO tidak lepas ke udara. 2. Tambahkan 5 tetes larutan PP kedalam contoh air. 3. Bila ternyata timbul warna merah berarti CO bebas tidak ada (nol), Bila bening (tidak timbul warna) lakukan titrasi dengan Na CO . Rumus Perhitungan CO : CO2 = A x B x 22000 Vol (ml) contoh air Keterangan : A = Volume (ml) larutan pentiter yang tertakar B = Normalitas pentiter yaitu 0,0454 (Na CO ) f. Amonia Pengukuran amonia dilakukan 1 kali dalam 6 hari dengan frekuensi pengukuran 1 kali sehari. Cara pengukuran amonia yaitu sebagai berikut : 1. Ambil sampel air 10 ml. Page 7 2. Tambahkan reagent I (5 tetes) dan tutup sambil dikocok. 3. Masukkan reagent nessler (8 tetes) dibiarkan ± 5 menit. 4. Masukkan air sampel ke dalam komparator sampai penuh/tanda batas pengisian (biarkan 5 menit). 5. Kemudian baca skala yang tertera disebelah tabung komparator, cocokan dengan warna skala yang ada. g. Nitrit Pengukuran nitrit dilakukan bersamaan dengan amoniak dan nitrat yaitu 1 kali selama 6 hari dan frekuensinya 1 kali sehari. Cara pengukuran nitrit yaitu sebagai berikut : 1. Masukkan air sampel sabanyak 10 ml. 2. Masukkan 1 saset nitrit ke dalam sampel air, kocok ±15 detik. 3. Masukkan sampel air ke tub komparator. 4. Baca skala yang tertera pada tub komparator. h. Nitrat Pengukuran nitrat yang dilakukan sama dengan nitrit perbedaannya hanya terdapat pada saset yang digunakan. Pengukuran nitrat yaitu 1 kali selama 6 hari. Cara pengukuran nitrit yaitu sebagai berikut : 1. Masukkan air sampel sabanyak 10 ml. 2. Masukkan 1 saset nitrit ke dalam sampel air, kocok ±15 detik. 3. Kemudian masukkan sampel air ke tub komparator. Baca skala yang tertera pada tub komparator. Metode PerhitunganAnalisa Usaha Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 a. Perhitungan Laba/Rugi Penghitungan laba/rugi dapat dihitung dengan cara pengurangan antara total penjualan yang telah didapatkan dengan total keseluruhan dari biaya investasi yang telah dilakukan. Untuk rumus penghitungan laba/rugi : Laba/ rugi (RP) = Total penerimaan – Biaya investasi b. Perhitungan Break Eventotal Point (BEP) Penghitungan BEP harga didapatkan dengan perbandingan antara jumlah dari penghitungan biaya tetap dan perbandingan antara jumlah dari penghitungan biaya tidak tetap dan hasil penjualan yang telah dihasilkan. BEP Harga = B aya B y − H l pen a el l n Sedangkan untuk penghitungan BEP produksi dihitung dengan melakukan Perbandingan antara penjumlahan nilai dari biaya tetap dengan jumlah dari harga jual yang telah didapatkan yang sebelumnya telah dikurangi dengan biaya tidak tetap dan dibagi dengan jumlah ekor benih yang telah dijual selama 1 tahun (3 siklus). BEP Produksi = Biaya tetap Harga jual − biaya variabel/ekor c. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Penghitungan ini dilakukan dengan cara perbandingan antara total dari hasil penjualandengan biaya produksi yang didapat dari hasil penjumlahan antara biaya tetap dan tidak tetap. B/C Ratio = a B aya aa Page 8 d. Perhitungan Payback Period (PP) Penghitungan ini dilakukan dengan cara penghitungan jumlah nilai investasi yang dihitung dalam rupiah dan dibagi dengan hasil pendapatan pertahuan lalu dikali dengan 1 tahun. Karena penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui waktu pengembalian yang terjadi jika dalam 1 tahun pemeliharaan (3 siklus) Payback period (PP) = P a a a aa / a x 1 Tahun HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Wadah Dalam persiapan wadah dilakukan persiapan bak yang akan digunakan untuk pemeliharaan ikan bandeng umpan. Bak yang digunakan berupa bak fiber berbentuk bulat dengan ukuran diameter 2,35 m, tinggi bak 1,3 m, tinggi air 0,9 m. Sehingga volume bak 4 m2. Pemeliharaan ikan bandeng umpan menggunakan sistem resirkulasi. Resirkulasi merupakan sistem yang menggunakan air secara terus-menerus dengan cara diputar untuk dibersihkan di dalam filter kemudian di alirkan kembali ke wadah budidaya (Tanjung, 1994 dalam Riski alfia, 2013). Air yang terdapat pada bak pemeliharaan di hisap menggunakan pompa sentrifugal 1 inch kemudian (a) (b) Gambar 2. (a) Batu Split, (b) Pasir Kuarsa. (b) Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 dikeluarkan melalui sand filter yang bertujuan untuk menyaring materi padat terlarut dengan menggunakan material pasir kuarsa dan batu split. Hal ini sesuai dengan (Budi santoso,1987 dalam Rizky alfia, 2013) yang menyatakan prinsip filterisasi adalah untuk menyaring air yang sudah banyak mengandung kotoran, dengan menggunakan filter, air akan kembali menjadi baik dan bersih sehingga layak untuk digunakan. Kotoran – kotoran dapat terikat oleh bahan – bahan filter yang digunakan dan keluar ke bak kontrol selanjutnya dialirkan ke bak pemeliharaan kembali. Persiapan dimulai dengan melakukan pembersihan yang dilakukan pada tanggal 3 Januari 2016 atau sebelum pelaksanaan keahlian, selanjutnya dilakukan setting pompa pada bak pemeliharaan pada tanggal 6 Januari 2016. Pompa tersebut bertujuan untuk memudahkan berjalannya resirkulasi dengan prinsip mengisap air untuk dilakukan penyaringan pada sand filter yang selanjutnya masuk ke bak kontrol dan dialirkan kembali ke bak pemeliharaan. Pada tanggal 3-12 februari 2016 dilakukan pembersihan material sand filter yaitu pasir kuarsa yang didatangkan dari lampung serta batu split dengan melakukan pencucian dengan air mengalir secara berulang-ulang hingga mendapatkan air bilasan yang bersih. Resirkulasi mulai berjalan setelah 5 hari pemeliharaan. Karena terdapat beberapa kendala dalam penyambungan drum filter dan drum kontrol, yaitu seringnya terjadi kebocoran pada pipa penghubung. Penyambungan pipa penghubung menggunakan resin dan katalis. Page 9 coba terlebih dahulu pada drum untuk menghindari terjadinya kebocoran pada saat berjalannya resirkulasi. Penyusunan material diawali dengan bagian dasar bak diisi dengan batu split setinggi 20 cm selanjutnya di bagian atas batu split diisi dengan pasir kuarsa yang telah dibungkus dengan waring hijau. Bagian teratas dari filter diisi dengan batu split. Gambar 3. Penyambungan Pipa Penghubung Pengisian material sand filter pada drum filter dilakukan setelah dilakukan uji B. Persiapan Media Skema persiapan media Pemeliharaan Ikan bandeng Umpan : Air Laut (belakang bak sedimentasi) Bak Pemeliharaan Sebelum Benih di Tebar Pompa Selalu Menyala Proses Sterilisasi (klorin 50 ppm) Media Siap Digunakan 7 Hari Gambar 4. Skema Persiapan Media Ikan bandeng Umpan. Persiapan media pemeliharaan ikan bandeng menggunakan air payau yang terdapat di kolam tanah di belakang bak sedimentasi. Air laut diambil dengan menggunakan pompa 2 inchi dengan debit air 3,3 liter/detik, pengisian air dilakukan pada tanggal 11 januari 2016. Kemudian di lakukan sterilisasi air pada bak pemeliharaan menggunakan klorin dengan dosis 50 mg/l. Karena bak diisi air sebanyak 4 m3. Sehingga kebutuhan klorin dalam 1 bak adalah 200 gram. jadi untuk mensterilkan 3 bak pemeliharaan membutuhkan klorin 600 gram, pada saat proses sterilisasi pompa dihidupkan 24 jam agar mempercepat proses sterilisasi dari air Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 tersebut. Setelah 7 hari barulah bak siap untuk digunakan pada tanggal 18 januari 2016. C. Penebaran Nener Penebaran nener dilakukan pada tanggal 6 Februari 2016. Dengan umur nener 21 hari setelah penetasan. Setiap bak resirkulasi terdapat 8 kantong dengan jumlah nener per kantong 250 ekor nener. Sehingga jumlah per bak resirkulasi ada 2.000 nener dan total nener yang di tebar pada 3 bak resirkulasi adalah 6.000 nener. Ukuran nener yang ditebar berbeda-beda. Sehingga harus dilakukan sampling 20 nener per bak untuk mengetahui berat dan Page 10 panjang rata-rata. Ini digunakan untuk mengetahui biomassa per bak sehingga untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan dalam satu hari. Di dapatkan hasil sampling berat rata-rata 0.08 gram panjang 2,34 cm pada saat awal penebaran. (a) (b) Gambar 5. (a) Pengukuran Panjang, (b) Pengukuran Bobot. Sebelum ditebar terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi yaitu proses penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru, berdasarkan hasil pengukuran salinitas, salinitas dalam kantong 11 ppt sedangkan salinitas didalam bak 29 ppt, sedangkan hasil pengukuran suhu, suhu kantong 29⁰c sedangkan suhu bak 30⁰c, sehingga waktu aklimatisasi dilakukan cukup lama yaitu selama 27 menit, lalu dilakukan penebaran. Gambar 6. Proses Aklimatisasi D. Pengelolaan Pakan Ikan bandeng memiliki sifat herbivora. pakan yang diberikan pada ikan bandeng umpan ialah merupakan pakan tenggelam crumble dengan merk Gold Coin ukuran 930, dengan kandungan protein 36 %. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Pakan diberikan sebanyak 5% dari total bobot ikan/hari. Waktu pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00, dan sore pukul 16.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit untuk menghindari pakan tidak terbuang. Pada minggu kedua diberi perlakuan pada pakan untuk masing-masing bak yaitu bak 1 pakan ditambahkan dengan spirulina 2% dari total pakan, bak 2 tidak diberi perlakuan, bak 3 pakan ditambahkan dengan klekap kering sebanyak 2 % dari total pakan.Hal ini berjalan kurang lebih 2 minggu. Setelah 2 minggu terdapat kematian secara mendadak pada bak 2. Hal ini disebabkan karena nitrit dan nitrat tinggi dan tidak teruraikan sisa pakan yang tidak dimakan didasar bak oleh bakteri. Pada minggu ketiga pakan diganti dengan menggunakan pakan terapung pakan lele PF800 yang terlebih dahulu digerus sebelum diberikan. Dosis 5 % dari biomass dengan frekuensi 3 kali sehari, tanpa diberikan perlakuan. E. Pengelolaan Kualitas Air . Untuk tumbuh optimal, biota budidaya membutuhkan lingkungan hidup yang optimal. Kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota budidaya sangat penting diketahui oleh pembudidaya. Adapun pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada pembesaran ikan bandeng umpan ialah dengan melakukan penyiponan, penambahan air, pemberian probiotik dan pengukuran serta pengontrolan parameter kualitas air. Monitoring Kualitas Air Kegiatan monitoring kualitas air dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi kualitas air pada Page 11 Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 DO (mg/liter ) media budidaya ikan bandeng. Sehingga apabila terjadi masalah kualitas air dapat diketahui dari beberapa parameternya. Berikut beberapa parameter kualitas air yang digunakan pada praktek keahlian, yaitu : a. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlihat dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen untuk ikan mempunyai kepentingan untuk dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5 – 7 mg/l. Pengukuran DO dilakukan setiap 2 hari sekali yang dengan waktu pengukuran pukul 05.30 dini hari, pukul 18.00 sore hari dan pukul 22.00 malam hari atau diukur berdasarkan perkiraan waktu krisis. Pada waktu fajar, konsentrasi yang disebabkan oleh fotosintesis, sampai mencapai titik maksimal lewat tengah hari. Pada malam hari, saat tidak terjadi fotosintesis, pernapasan organisme di dalam tambak memerlukan oksigen terlarut. Oksigen terlarut yang baik untuk budidaya yaitu 5 mg/l. Adapun Grafik hasil pengukuran DO dapat dilihat pada gambarA9. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 bak 1 bak 2 bak 3 Waktu Gambar.9 Grafik Pengukuran DO Dari grafik diatas dapat dilihat kisaran DO pada saat pemelihraan ikan bandeng yaitu 1,5 – 5,5 mg/ liter. Do terendah terjadi pada bak 1 DOC 32 yaitu 1,5 mg/ liter sedangkan DO tertinggi terjadi pada DOC 29 yaitu 5,5 mg/ liter. Kisaran ini masih dalam kondisi optimal yang dapat di tolerir dari pemeliharaan ikan bandeng umpan. b. Suhu air Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, Dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). Pengukuran suhu dilakukan setiap hari yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan pukul 18.00 sore hari. Adapun grafik pengukuran suhu dapat dilihat pada gambar 10. Page 12 32 30 29 28 bak 1 27 bak 2 26 bak 3 25 Waktu Pengukuran pH Suhu ( oC) 31 8.2 8 7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4 bak 1 bak 2 bak 3 Waktu Gambar.11 Grafik Hasil Pengukuran pH Gambar 10. Hasil Pengukuran Suhu Pada Pembesaran Ikan Bandeng Umpan Berdasarkan grafk diatas kisaran suhu bak pemeliharaan ikan bandeng umpan yaitu 27-30 °C, suhu tertinggi terjadi pada bak 2 DOC 4 sedangkan pada bak 3 suhu tertinggi terjadi pada DOC 18. Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan masih dalam kondisi optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng umpan. c. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH yaitu logaritma dari kepekatan ion – ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter). Pengukuran pH dilakukan setiap hari menggunakan kertas indikator pH yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan pukul 18.00 sore hari. Adapun grafik hasil pengukuran pH dapat dilihat pada gambar 11. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Kisaran Optimum untuk pH ialah 6,5 – 8. Berdasarkan grafik pengukuran diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi perubahan optimum yang melewati batas toleransi dari pemeliharaan ikan bandeng. Untuk pH tertinggi yaitu 8 dan selebihnya masih dalam kisaran pH 7 (netral). d. Salinitas Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Selain itu, berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari menggunakan refraktometer yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan pukul 18.00 sore hari. Adapun Grafik Salinitas pada ketiga bak dapat dilihat pada gambar 12. Page 13 probiotik yang diberikan ialah sebanyak 2 ppm ( 8 gr /bak ). 40 Salinitas (ppt) 35 30 25 20 15 bak 1 10 bak 2 5 bak 3 0 Waktu Pengukuran Gambar.12 Grafik Pengukuran Salinitas Dari grafik diatas bahwa perubahan salinitas dari ke 3 bak sangat fluktuatif yaitu dengan kisaran 14- 35 ppt, Penurunan salinitas mulai dilakukan pada DOC 16 yaitu setelah terjadinya kematian massal pada bak pemeliharan yaitu dengan melakukan penambahan air tawar pada bak pemeliharaan, akan tetapi ikan bandeng adalah ikan yang bersifat euryhaline sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan salinitas yang cukup besar. Pemberian Probiotik Salah satu pengelolaan kualitas air yang kami lakukan yaitu dengan pemberian probiotik yang bertujuan untuk mengurai bahan organik pada bak pemeliharaan. Adapun probiotik yang digunakan berjenis bakteri bacillus sp. yang dapat memperbaiki kualitas air karena dapat mendekomposisi materi organik, menekan pertumbuhan pathogen serta menyeimbangkan komunitas mikroba sehingga dapat menyediakan lingkungan yang baik bagi biota yang dibudidayakan Pemberian probioik dilakukan setiap 2 hari sekali yaitu dilakukan pada pagi hari pukul 07.00, dengan dosis Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 F. Monitoring Tingkat Kelangsungan Hidup Monitoring tingkat kelangsungan hidup pada ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati setiap harinya. Nener ikan bandeng yang mati akan mengendap didasar bak, sehingga untuk mengambil ikan yang mati didasar perlu dilakukan penyiponan menggunakan selang ¾ inch dengan ujung selang pengeluaran air diberi waring untuk memudahkan dalam perhitungan ikan yang mati. Keadaan nener ikan bandengdari awal tebar sampai umur ke 9 masih dalam keadaan baik. Pada umur ke 10 dari waktu awal tebar nener ikan bandeng mengalami kematian massal pada semua bak tetapi yang paling banyak terjadi kematian pada bak 2. Sampai pada umur ke 11 nener ikan bandeng yang ada di bak 2 dilakukan flashing atau dibuang karena terkena penyakit Trichodinella sp. Selanjutnya bak 2 dibersihkan dan dilakukan sterilisasi untuk membunuh sisa-sisa penyakit yang masih menempel pada bak 2 kemudian dilanjutkan dengan persiapan wadah seperti awal persiapan wadah dan media untuk tebar pada tanggal 22 Februari 2016. Adapun grafik SR dari budidaya ikan bandeng umpan ini adalah sebagai berikut. Page 14 2.5 2500 2000 2000 1500 1000 2000 1885 1732 1804 1700 1755 1712 1684 1527 1503 1423 1141 BAK 1 500 BAK 2 0 BAK 3 7 14 21 28 34 Hari Ke- Gambar 13. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng Dari data penurunan populasi ini banyak penyebab kematian pada nener ikan bandeng yaitu dari pemberian pakan awal yaitu pakan udang, sehingga tidak dimakan karena sifat udang dan bendeng berbeda. Ketinggian bak yang mencapai 90 cm berbeda dengan nener yang di alam selalu menuju ke pantai atau muara yang tingginya tidak lebih dari 50 cm dan padat tebar yang terlalu tinggi. G. Monitoring Pertumbuhan Benih Nener ikan bandeng yang ditebar berumur 15-21 hari setelah menetas. Berdasarkan hasil sampling pada nener yang ditebar dikatahui memliliki berat awal 0,08 gram dengan panjang 2-3 cm. Untuk ikan bandeng umpan yang diinginkan adalah yang memiliki berat 80100 gram. Monitoring pertumbuhan nener ikan bandeng dapat dilakukan dengan metode sampling setaip 1 kali dalam 7 hari. Adapun perkembangan nener ikan bandeng sampai siap dijual untuk ikan bandeng umpan dapat dilihat pada grafikyang terdapat pada gambar 14 : Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Bobot (gram) Nener (ekor) 2.2 2 1.66 1.8 1.5 BAK 1 1.05 1.3 1 0.5 0 0.43 0.049 0.08 0.45 0.08 0.026 0.4 0.08 0.047 1 7 14 21 0.9 0.9 BAK 2 BAK 3 0.42 BAK 2 (baru) 0.07 28 34 Hari ke- Gambar 14. Grafik Pertumbuhan Benih Ikan bandeng Dari grafik diatas dapat dilihat pertumbuhan ikan bandeng yang sangat lama. Ini berbeda dengan ikan bandeng yang di pelihara di tambak ataupun keramba jaring apung. Jika ini terus di lanjutkan maka untuk mencapai ukuran ikan bandeng umpan bisa sampai 6 bulan bahkan lebih. Penyebabnya adalah faktor pakan yang kurang mendukung. Budidaya ikan bandeng dengan sistem resirkulasi di semi outdoor maka pakan yang diberikan hanya pakan buatan. Berbeda dengan budidaya ikan bandeng di tambak yang banyak pakan alami. H. Hama dan Penyakit Pada saat pelaksanaan praktikum keahlian ikan bandeng, tidak ditemukan hama pada budidaya ikan bandeng umpan. Sedangkan untuk penyakit, Pada saat terjadinya kematian massal pada nener ikan bandeng dilakukan pengamatan parasit menggunakan mikroskop dan ditemukan parasit trichodinella sp. yang menyerang pada bagian ekor dari ikan bandeng umpan tersebut. Untuk kematian massal pada DOC 10 berdasarkan pengamatan hal tersebut dikarenakan kualitas air yang kurang baik, Page 15 pakan yang tidak dimakan karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh ikan bandeng. Pakan yang diberikan adalah pakan karnivora sedangkan kebiasaan makan ikan bandeng adalah herbivora. Karena banyak pakan yang mengendap didasar akan menimbulkan Kandungan Amoniak tinggi, walaupun diberikan probiotik untuk mengurai sisa pakan tersebut. Tetapi tetap tidak dapat mengatasi banyaknya pakan yang tidak dimakan. Amoniak yang tinggi itulah yang mengakibatkan kematian massal pada umur ke 10. Untuk bak 2 yang baru diisi pada tanggal 22 Februari 2016. Juga terjadi kematian massal pada umur ke 13. Untuk kematian ini disebabkan dari beberapa hal yaitu ketinggian air yang telalu tinggi, padat tebar yang seiring pertumbuhan ikan bandeng maka memerlukan wadah yang cukup luas, dan kurangnya pakan alami yang mana pada fase nener ikan bandeng cenderung memakan pakan alami dibandingkan pakan buatan. Akan tetapi, Berbeda halnya dari hasil pengamatan parasit yang dilakukan di kampus STP Jakarta, berdasarkan sampel yang diamati tidak ditemukannya adanya parasit yang menyerang dari ikan tersebut, begitu juga dengan hasil pengujian bakteri dan pewarnaan gram yang dilakukan pada hari rabu, 16 maret 2016 di laboratorium kesehatan ikan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Dan hasil pengamatan dalam mikroskop didapat hasil pada sirip ikan bandeng terlihat bakteri berwarna merah dan berbentuk bulat. Bakteri ini disebut atau digolongkan jenis coccus. Dan hasil pengamatan bakteri, dapat disimpulkan bahwa bakteri yang menyerang pada sampel ikan bandeng pada bagian sirip adalah bakteri gram negatif berwarna Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 merah dan termasuk kedalam jenis coccus karena berbentuk bulat kecil. I. Analisa Usaha 1) Biaya Investasi Biaya investasi adalah modal awal yang harus disediakan untuk pengadaan materi atau yang sifatnya fisik, yang nantinya modal tersebut akan terikat menjadi aset. Uraian biaya investasi kegiatan pemeliharaan nener ikan bandeng dapat dilihat pada Lampiran 4. Biaya investasi untuk kegiatan Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi mencapai Rp. 17.153.000,- dengan biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 1.922.200,sehingga untuk penyusutan per siklus sebesar Rp. 640.733,33,2) Biaya Operasional Biaya operasional ialah biaya yang dikeluarkan pada saat pelaksanaan kegiatan produksi. Biaya operasional berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel. Untuk biaya operasional pada Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi per tahunnya Rp. 24.471.541,- sehingga per siklusnya sebesar Rp. 8.257.180,a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya-biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval waktu tertentu. Adapun uraian biaya tetap kegiatan Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya Tetap pertahunnya mencapai Rp. 2.222.200,- sehingga untuk per siklusnya sebesarRp.740.733,b. Biaya Tidak Tetap/Variabel Page 16 Biaya tidak tetap/variabel adalah biaya yang penggunaannya habis dalam satu kali produksi, besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Adapun uraian biaya tidak tetap/variabel kegiatan Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya tidak tetap pertahunnya mencapai Rp. 22.549.341,sehingga untuk per siklusnya sebesar Rp. 7.516.447,3) Analisa Laba – Rugi Analisa laba rugi adalah besarnya keuntungan dan kerugian yang dialami oleh suatu perusahaan pada kurun waktu per tahun dan per siklus produksi. Pendapatan yang didapatkan per siklus sebesar Rp. 3.344.640,-tetapi mengalami kerugian sebesar Rp.-4.912.540,(Lampiran 6). Hasil yang didapat kurang dari ½ pengeluaran yang dikeluarkan untuk pemeliharaan ikan bandeng umpan ini. 4) Analisa B/C Ratio Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 6 ), didapatkan nilai B/C Ratio sebesar 0,41. Hal ini berarti usaha Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi ini tidak layak untuk diteruskan karena nilainya kurang dari satu. Artinya, setiap pengeluaran Rp 1 maka akan menghasilkan Rp 0,41 sehingga jika diteruskan tidak mendapat keuntungan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil peraktek keahlian pembesaran ikan bandeng umpan sistem resirkulasi, dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembesaran ikan bandeng dengan sitem resirkulasi tentang dengan ditarik umpan adalah Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 mengolah air dengan cara mengangkat air yang terdapat didasar bak menggunakan pompa kemudian masuk ke drum filter (filter fisik : pasir kuarsa dan batu split), kemudian keluar ke bak kontrol lalu masuk lagi ke bak pemeliharaan kembali. Namun sistem ini kurang cocok untuk pemeliharaan ikan bandeng umpan. 2. Dari perkembangan pertumbuhan ikan bandeng umpan yang dilakukan dengan sistem resirkulasi ini lebih lambat dibandingkan dengan pemeliharaan ikan bandeng umpan di tambak. Ini disebabkan beberapa faktor yaitu : tidak tersediannya pakan alami, ketinggian air, pemberian pakan buatan tidak sesuai dengan kebiasaan makan ikan bandeng, padat tebar yang terlalu tinggi. 3. Dari hasil analisa usaha pembesaran ikan bandeng umpan dengan system resirkulasi ini tidak layak untuk dilanjutkan karena hasil yang didapat lebih kecil dibanding dengan biaya operasional lebih dari 2 kali lipat. B. Saran Dari kesimpulan yang dipaparkan diatas, menghasilkan beberapa saran untuk kemajuan pembesaran ikan bandeng umpan dengan sistem resirkulasi kedepannya. adapun saran-saran yang didapat, sebagai berikut: 1. Untuk pembesaran ikan bandeng umpan sebaiknya ukuran benih yang di tebar adalah ukuran gelondongan, karena jika ukuran nener yang ditebar tidak sesuai dengan kebiasaan hidup nener diair dangkal dan kaya akan pakan alami. 2. Jika yang di tebar ukuran nener, sebaiknya sebelum tebar dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan phytoplankton yang merupakan Page 17 makanan pokok bagi nener ikan bandeng. 3. Penggunaan filter sebaiknya bukan filter fisik saja. Melainkan filter biologi supaya membantu perombakan amoniak menjadi nitrit, kemudian nitrit menjadi nitrat. Dimana nitrat adalah bahan yang dibutuhkan oleh phytoplankton. REFERENSI Achmad Sudrajat., Wedjatmiko.,T. Setiadharma. 2011. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta Ahmad Romadon dan E, Subekti. 2013. Teknik Budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten demak. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. (diakses 27 Maret 2016 pukul 22.00 WIB). Agriefishery. 2010. Kecerahan dan Kekeruhan Air. https:// zonaikan. wordpress. com/2010/06/26/kecerahan-dankekeruhan-air/. (di akses 12 April 2016 pukul 21.30 WIB). Baim, Ibrahim .2013. Sistem Pencernaan. (Online). (http:// ibrahimbaiim. blogspot. co.id/2013/12/ sistempencernaan. html, diakses 22 Maret 2016 pukul 10.11 WIB). Desrita, Dera. 2011. Ikan Bandeng. (Online), (http:// deradesrita. blogspot. co.id/2011/11/ikanbandeng-chanos-chanos.html /, diakses 14 Maret 2016 pukul 17.10 WIB). Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius. Kordi, K.M.G.H. 2000. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak..Penerbit Dahara Prize. Semarang. . 2011. Buku Pintar Budidaya 32 Ikan Laut Ekonomis. Lily Publisher. Yogyakarta Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Kordi, K.M.G.H. dan A. B. Tancung. 2010. Pengelolaan kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Murtidjo, B. A,. 2002. Budidaya Ikan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta Rangka, N.A., 2010. Teknologi Ikan Bandeng. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan. Razi, Fahrur. 2013. Kebutuhan Gizi Pakan Ikan Bandeng. (Online), (http://komunitaspenyuluhperikanan. blogspot.co.id/2013/01/kebutuhanzat gizipakan-ikan-bandeng.html) , diakses 22 Maret 2016 pukul 10.41) Ridwanto, Widi. 2014. Hatcery (Online) (http:// coretanridwanto. blogspot. co.id/ 2014/11/ hatchery_15. html, /diakses 27 Maret 2016 pukul 22.00 WIB) Rustam., J, Wiyana., Robah., Ilham., N, Nurul., L, Deswati., S, S, Latief., Y, Karim., Saenong., Burhanuddin., M., Ruslan, Pabbola., S, Raharjo., G, Gumilar., Khambali., I, Arief., E, A, Hendrajat., A, Munandar., B, Ayunda., I, Malkap., A. Kurniati., 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos-chanos) pada tambak ramah lingkungan. Tim Perikanan WWF – Indonesia Ryan, 2015. Info Sehat Si Ikan Berbau Tanah Ikan Bandeng. https:// komunitas. bukalapak.com/s/lktykv/info_sehat_s i_ikan_berbau_tanah_ikan_bandeng. (diakses 27 Maret 2016 pukul 22.00 WIB). Saputra,d.2007. Teknik Budidaya Intensif Tambak Bandeng. Titian Ilmu. Bandeng. Sudrajat, Achmad. 2010. Panen Bandeng 50 Hari. Penebar Swadaya. Depok Suantika, Gede dan Hernawati. 2007. Penggunaan Sistem Resirkulasi Dalam Pendederan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Page 18 Lac.). Disalin Tek Volume 01. No. 01. Tetzlaff B. L. and Heidinger R. C. (1990). Basic Principles of Biofiltration and System Design. SIUC Fisheries Bulletin No. 9. SIUC Fisheries and Illinois Aquaculture Center. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Bandeng. Nuansa Aulia. Bandung. Tursinah. 2014. Makalah Ikan Bandeng (Chanos-Chanos). http:// inahazzahra. Blogspot.co.id/2014/01/makalah- Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 ikan-bandeng.html. (di akses 12 April 2016 pukul 21.30 WIB) Wahyuningrum, Dinamella, Iskandar Putra, D. Djoko Setiyanto. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 56-63. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2013. Oksigen Terlarut. https:// id. wikipedia.org/wiki/Oksigen_terlarut. (di akses 12 April 2016 pukul 21.30 WIB). Page 19