Jurnal Praktek Keahlian Bandeng

advertisement
PEMBESARAN BANDENG (Chanos chanos) UNTUK UMPAN PANCING IKAN
LAUT DENGAN SISTEM RESIRKULASI
Ferry Dwi Jatmiko1, Agistia Deamanti2, Zulfiani3, Angki Eka Setiawan4, Fauzi Islahul Haq5,
Arum Nisfi Laeli6, Dela Putri Akmalia7, Edi Putra Kusuma8 dan Cirilus Pajo Sina9.
Bagian Administrasi dan Pelatihan Perikanan Lapangan (BAPPL) – STP SERANG
Jurusan Teknologi Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan
ABSTRAK
Pembesaran bandeng dilakukan di bak fiber berbentuk bulat dengan memanipulasi seperti
pembesaran bandeng di tambak. Pembesaran bandeng umumnya dilakukan untuk kebutuhan
pangan manusia, namun belakangan ini berkembangnya pembesaran bandeng yang
digunakan sebagai umpan pancing ikan besar seperti tuna, cakalang, dan ikan-ikan besar
lainnya. Pembesaran bandeng yang digunakan sebagai umpan ikan tuna dilakukan pada tahun
2016 di BAPPL-STP Serang. Perlakuan resirkulasi pada pembesaran bandeng dimaksudkan
supaya air selalu berputar sehingga bandeng merasa seperti hidup di alam, selain itu juga
untuk efisiensi penggunaan air. Pada resirkulasi terjadi penyaringan secara fisik yang
menggunakan batu split dan pasir kuarsa, ini bertujuan untuk menahan kotoran yang
berukuran besar sehingga air yang berada di bak pemeliharaan selalu bersih. Penggunaan bak
bulat yang ditambah dengan air masuk dari resirkulasi, akan menghasilkan putaran air pada
bak pemeliharaan seperti di alam aslinya dan ikan merasa hidup pada tempat yang luas.
Ukuran bandeng yang di tebar adalah ukuran nener sepanjang 2-3 cm dan diberikan pakan
buatan berupa pakan udang dan pakan lele. Untuk mengetahui teknologi ini baik digunakan
maka di lakukan monitoring pertumbuhan, kesehatan, kualitas air, kelangsungan hidup, pakan
yang sesuai, hama dan penyakit.
Kata Kunci : Pembesaran Bandeng, Bandeng Umpan, sistem resirkulasi,
PENDAHULUAN
Ikan bandeng merupakan salah satu
jenis ikan yang banyak dikenal dan
digemari
untuk
dikonsumsi
oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
ikan bandeng mempunyai rasa daging
yang enak dan harga yang terjangkau.
Oleh karena itu ikan bandeng mempunyai
andil yang cukup besar bagi peningkatan
gizi masyarakat. Khusus di daerah Jawa
dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
menjadi komoditas yang memiliki tingkat
konsumsi
yang
tinggi.
Kebiasaan
masyarakat mengkonsumsi ikan bandeng
berbeda penyajiannya antar daerah di
Indonesia,
sehingga
masing-masing
menjadi produk makanan unggulan bagi
daerah tertentu hingga saat ini. Seperti
halnya di Serang (Banten) dikenal dengan
sate ikan bandengnya, Jawa Timur dikenal
dengan ikan bandeng asapnya, Semarang
cukup ternama dengan ikan bandeng
Page 1
prestonya, Sulawesi Selatan dikenal
dengan ikan bandeng bakarnya, dan lain
sebagainya (Sudrajat, dkk, 2011).
Selain sebagai ikan konsumsi, ikan
bandeng pada tahun-tahun terakhir ini
banyak diminta sebagai umpan hidup bagi
usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus sp)
dan cakalang (Katsuwonus pelamis)
(Sudrajat, dkk, 2011).
Dewasa ini ikan bandeng dipasarkan
sebagai umpan hidup atau umpan mati
dalam penangkapan ikan cakalang atau
tuna maupun sebagai ikan konsumsi
langsung. Ikan bandeng ukuran 10-15 cm
atau 50-150 g per ekor merupakan umpan
yang baik untuk penangkapan cakalang
menggunakan long line (rawai) telah
terbukti berhasil baik bila umpan yang
digunakan adalah ikan bandeng segar
ukuran 15-20 cm atau 150-200 g per ekor
atau 5-8 ekor per kg (Sudrajat, 2000).
Pengembangan industri akuakultur
untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah
keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap
lingkungan. Selain itu dengan semakin
tingginya harga pakan maka usaha
pembesaran ikan membutuhkan biaya
operasinal yang tinggi serta margin
keuntungan yang rendah. Intensifikasi
budidaya melalui padat tebar dan laju
pemberian pakan yang tinggi dapat
menimbulkan masalah kualitas air
(Wahyjuningrum, dkk, 2011). Usaha yang
dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah
diatas
yaitu
dengan
mengaplikasikan sistem resirkulasi.
Pemberian probiotik sebagai agen
bioremediasi berguna untuk memperbaiki
kualitas lingkungan budidaya karena dapat
mendekomposisi materi organik, menekan
pertumbuhan
patogen
serta
menyeimbangkan komunitas mikroba
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
sehingga dapat menyediakan lingkungan
yang lebih baik bagi ikan.
Menurut Wahyjuningrum, dkk (2011)
sistem resirkulasi dalam prinsipnya adalah
penggunaan kembali air yang telah
dikeluarkan dari kegiatan budidaya.
Resirkulasi merupakan salah satu cara
untuk memperbaiki kualitas air sebagai
media pemeliharaan ikan dalam kegiatan
budidaya. Suantika dan Hernawati (2007),
menambahkan bahwa sistem resirkulasi ini
menggunakan teknik akuakultur dengan
kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup
(indoor), serta kondisi lingkungan yang
terkontrol sehingga mampu meningkatkan
produksi ikan pada lahan dan air yang
terbatas, meningkatkan produksi ikan
sepanjang tahun, serta fleksibilitas lokasi
produksi.
Sistem resirkulasi tidak memerlukan
tempat yang luas, air mudah dikontrol,
sehingga dapat dijaga kelestarian air
(MUIR,1981
dalam
Mayunar,1990).
Penggunaan sistem resirkulasi, secara
umum memiliki beberapa kelebihan yaitu
penggunaan air per satuan waktu relatif
rendah, fleksibilitas lokasi budidaya,
budidaya yang terkontrol dan lebih
higienis, kebutuhan akan ruang/lahan
relatif
kecil,
kemudahan
dalam
mengendalikan,
memelihara
dan
mempertahankan suhu serta kualitas air
(Helfrichdan Libey, 2000 dalam Suantika
dan Hernawati, 2007).
METODE PERAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Keahlian Teknologi
Akuakultur dilaksanakan selama 42 hari,
mulai tanggal 1 Februari sampai 12 Maret
2016 di Hatchery Bagian Administrasi
Pelatihan Perikanan Lapangan (BAPPL)
STP Serang, Karangantu Provinsi Banten.
Page 2
B. Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan kegiatan keahlian
dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang
digunakan sebagai penunjang kegiatan
baik yang digunakan pada pembesaran
ikan bandeng umpan resirkulasi. Adapun
beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Alat
Peralatan yang gunakan selama kegiatan
praktek keahlian baik yang digunakan
pada pembesaran ikan bandeng umpan
resirkulasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Peralatan yang digunakan selama praktek keahlian untuk Pembesaran Ikan bandeng
Umpan
No
Nama Alat
Spesifikasi
Jumlah
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Bak Bulat
Fiberglass, diameter 3 buah Bak pemeliharaan Ikan
bak 3,95 meter
bandeng
2
Bak
Filter Terbuat dari Drum
3 buah Digunakan
untuk
Mekanik
Diameter 59 cm
wadah sand filter
3
Bak kontrol
Terbuat dari drum
3 buah Bak control air
Diameter 25 cm
4
Pompa
Tegangan 220 volt
1 buah Digunakan
untuk
Diameter 2 inch
pemasukan air
Daya 200 watt
5
Pompa
Tegangan 220 volt
3 buah Memompa
air
Diameter 1 inch
resirkulasi
Daya 125 watt
6
Pasir Kuarsa
Berwarna
putih 45 kg
Material sand filter
bening, ukuran 3,2 –
0,8 mm
7
Batu Split
Pecahan
Batu 30 kg
Material sand filter
bangunan,Jenis
Agregat A
8
Dudukan
pompa
Terbuat dari Kayu
3 buah
9
Seser
Mesh size 0,2
2 buah
10
Ember
Berbahan Plastik
2 buah
11
12
Alat siphon
Selang
13
Timbangan
Selang 1 inch (1,5 m) 2 buah
Diameter 1,5 inch, 1 buah
panjang 10 meter
Digital ketelitian 1 gr 1 Unit
14
Timbangan
Digital
dengan 1 unit
ketelitian 0,1 gr
15
Penggaris
Panjang 30 cm
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
1 buah
Dudukan
pompa
sentrifugal
dipinggir
bak
Untuk
memudahkan
dalam
penangkapan
ikan
Untuk treatment ikan
bandeng
Sebagai alat siphon
Untuk pemasukan air
Untuk
menimbang
pakan
Untuk sampling berat
Untuk
sampling
Page 3
16
17
Termomether
Refraktometer
18
Kertas
indicator pH
Termometer alcohol
1 buah
Hand-held
1 unit
Refractometer
Merek:
ATAGO
Kisaran Salinitas: 0100%
Berupa
lembaran 1 unit
(strip) kertas
panjang
Untuk pengukuran suhu
Untuk
pengukuran
salinitas
Untuk mengukur pH
Bahan
Pada kegiatan keahlian pembesaran ikan bandeng umpan, beberapa bahan yang
digunakan pada praktek keahlian ini dapat di lihat pada Tabel. 2
Tabel 2. Bahan yang Digunakan untuk pembesaran ikan bandeng umpan
No
(1)
1
Jenis Bahan
(2)
Nener ikan bandeng
2
Pakan Udang 931
3
Pakan pF 800
4
5
6
7
8
Spirulina
Klekap kering
Vitamin C
Rekato
Kaporit
9
Probiotik
C. Metode Kerja
Dalam pelaksanaan praktikum
kahlian terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan didalamnya terkait dengan judul
praktikum yang terkait, dan dijelaskan
sebagai berikut :
Persiapan Wadah
Sebelum dilakukan pemeliharaan
terlebih dahulu dilakukan persiapan
wadah. Adapun persiapan wadah yang
kami lakukan ialah:
1. Membersihkan bak yang akan
digunakan dengan menyikat dinding
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Keterangan
(3)
Nener 1 datang umur 22 hari panjang
2,34 cm dan berat 0,08 gram.
Nener 2 datang umur 15 hari panjang
2 cm dan berat 0,7 gram.
Sebagai pakan buatan crumble,pakan
tenggelam .
Sebagai Pakan buatan crumble, pakan
terapung
Tambahan pakan pada perlakuan bak 1
Tambahan pakan pada perlakuan bak 3
Suplemen pada pakan
Perekat vitamin dan pakan
Untuk sterilisasi alat, wadah dan
media
Untuk menguraikan bahan organik
dalam media pemeliharaan
dan dasar bak menggunakan
potongan waring.
2. Mensterilkan bak pemeliharaan
dengan menggunakan larutan clorin
dengan dosis 50 mg/l dan diamkan
selama 1-2 hari.
3. Bilas bak pemeliharaan dengan
menggunakan air tawar.
Pemasangan Filter
Filter yang digunakan untuk
pembesaran ikan bandeng umpan ialah
filter mekanik dengan menggunakan
material pasir kuarsa dan batu split.
Page 4
Adapun wadah yang digunakan yaitu dua
drum, satu sebagai bak filter dan satunya
sebagai bak kontrol.
Adapun teknik pemasangan filter
pada pembesaran ikan bandeng umpan
yaitu sebagi berikut :
1. Lubangi bagian bawah drum
menggunakan
mesin bor untuk
disambungkan ke drum kecil (bak
kontrol).
2. Pipa
sambungan
direkatkan
menggunakan resin dan katalis lalu
didiamkan hingga kering.
3. Setiap material dicuci bersih lalu
dikeringkan di bawah sinar matahari.
4. Setelah drum filter kering dilakukan
percobaan.
5. Selanjutnya material batu split
dimasukkan kedalam drum begitu
pula pada material pasir dimasukkan
ke dalam waring lalu disusun pada
filter.
Persiapan Media
Air
yang
digunakan
untuk
pemeliharaan merupakan air
yang
ditransfer dari kolam tanah yang berada di
modul 3, ditransfer langsung ke bak
pemeliharaan,
dilanjutkan
dengan
sterilisasi menggunakan chlorin 100 mg/l,
Diamkan beberapa hari hingga bak
pemeliharaan netral.
Penebaran
Ikan bandeng yang dibudidayakan
berasal dari pontang yang sebelumnya di
budidayakan pada tambak tradisional
maka sebelum ditebar terlebih dahulu
dilakukan
aklimatisasi.
Aklimatisasi
sangat berpengaruh untuk proses adaptasi
lingkungan. Dengan demikian proses
aklimatisasi harus dilakukan sesuai dengan
standar operasional yang berlaku. Adapun
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
proses penebaran nener yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Mengukur Parameter suhu dan
salinitas di dalam bak pembesaran
dan kantong nener. Hal ini bertujuan
untuk
mengoptimalkan
proses
aklimatisasi, yaitu menyamakan
parameter kimia air di dalam bak
dengan kantong nener.
2. Melakukan penghitungan jumlah
kantong nener, kemudian dibagi
kedalam 3 bak.
3. Aklimatisasi ± 27 menit sampai
kantong berembun.
4. Melakukan sampling panjang dan
berat awal sebelum di tebar pada10
sampel ikan untuk pembuatan
program pakan.
5. Melakukan perhitungan jumlah
populasi dalam satu kantong nener.
6. Setelah ± 27 menit, buka kantong
kemudian percikan air sedikit demi
sedikit sampai nener keluar dengan
sendirinya.
Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan sumber energi
untuk pertumbuhan ikan bandeng.
Umumnya pakan utama ikan bandeng
terdiri dari organisme plankton, benthos,
detritus, dan epifit. Namun berdasarkan
hasil
praktikum
keahlian
pakan
sepenuhnya mengandalkan pakan buatan.
Adapun pakan yang diberikan pada ikan
bandeng umpan ialah merupakan pakan
tenggelam crumble dengan merk Gold
Coin ukuran 930, dengan kandungan
protein 36 %.
Pakan diberikan sebanyak 5% dari
total bobot ikan/hari. Waktu pemberian
pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari
yaitu pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00,
dan sore pukul 16.00. Pemberian pakan
Page 5
dilakukan sedikit demi sedikit untuk
menghindari pakan tidak terbuang.
Pada minggu kedua diberi perlakuan
pada pakan untuk masing-masing bak
yaitu bak 1 pakan ditambahkan dengan
spirulina 2% dari total pakan, bak 2 tidak
diberi perlakuan, bak 3 pakan ditambahkan
dengan klekap kering sebanyak 2 % dari
total pakan.
Pada minggu ketiga pakan diganti
dengan menggunakan pakan terapung
pakan lele PF800 yang terlebih dahulu
digerus sebelum diberikan. Dosis 5 % dari
biomass dengan frekuensi 3 kali sehari,
tanpa diberikan perlakuan.
Monitoring
Pertumbuhan
dan
Kesehatan Ikan
Monitoring
pertumbuhan
yang
dilakukan yaitu dengan
melakukan
sampling. Sampling dilakukan setiap 7
hari sekali. Adapun langkah-langkah
sampling yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan peralatan dan bahan
berupa waring hijau, ember,
timbangan analitik, penggaris, alat
tulis dan air.
2. Ikan
diambil
secara
acak
menggunakan waring.
3. timbang 10 ekor untuk mengetahui
berat rata-rata (ABW) dan ukur
panjang
nener
menggunakan
penggaris.
4. Catat hasil pengukuran panjang dan
berat rata-rata.
5. Dari data yang didapatkan hitung
populasi dengan mengurangi jumlah
ekor ikan yang mati.
Pengelolaan Kualitas Air
a. Pengukuran Parameter Suhu
Pengukuran
suhu
dilakukan
menggunakan thermometer alkohol pada
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
setiap pagi, siang dan sore hari. Adapun
teknik pengukuran yang dilakukan ialah
1. Siapkan
termometer yang pada
bagian ujung atas diberi tali
pengikat.
2. Celupkan thermometer kedalam air
yang akan diukur.
3. Posisi thermometer tidak terkena
sinar
matahari/membelakangi
matahari dan badan thermometer
tetap didalam air.
4. Baca hasil penukuran suhu dan catat
pada lembar monitoring kualitas air.
b. Pengukuran Salinitas
Salinitas
air
diukur
dengan
menggunakan
refraktometer
dengan
tingkat ketelitian 1 ppt. Pengukuran
salinitas dilakukan setiap 3 kali sehari pada
waktu pagi, siang, sore hari. Adapun
prosedur pengukuran salinitas yaitu
sebagai berikut
1. Sebelum digunakan refraktometer
dikalibrasi dengan akuades terlebih
dahulu kemudian cek hingga
salinitas menunjukkan angka 0 ppt
atau netral.
2. Ambil 1-2 tetes air sampel kemudian
teteskan pada kaca prisma, kemudian
nilainya
diamati
pada
lensa
okulernya. Penunjukan skala pada
lensa okulernya adalah nilai salinitas
air sampel.
3. Catat hasil pengukuran.
4. Kalibrasi
kembali
sebelum
dimasukkan
kedalam
box
refraktometer.
c. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH indikator dengan teknik
pengukuran sebagai berikut :
1. Siapkan alat pengukur pH yaitu pH
indikator.
Page 6
2. Pengukuran pH dilakukan dengan
cara mencelupkan pH indikator ke
dalam air sampel yang akan diukur.
3. Kemudian diamkan beberapa saat
dan lihat hasilnya dengan skala pada
kotak pH indikator, dan catat hasil
pengamatan.
d. Pengukuran DO
Pengukuran DO dilakukan dengan
metode titrasi. Pengukuran DO dilakukan
2 hari sekali, dengan frekuensi 3 kali
sehari yaitu pada dini hari, sore, dan
malam hari.
Cara pengukuran DO dengan titrasi
yaitu sebagai berikut :
1. Ambil sampel air menggunakan
botol winkler.
2. Kedalam sampel air ditambahkan 2
ml MnSO .
3. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan
alkali iodida azida. Botol ditutup
hati-hati
untuk
mencegah
terperangkapnya udara dari luar.
4. Kemudian
dikocok
dengan
membolak balikan botol beberapa
kali.
5. Biarkan gumpalan
mengendap
selama 10 menit. Bila proses
pengendapan
telah
sempurna,
ditambahkan H SO pekat.
6. Kocok kembali dengan membolakbalikkan botol winkler.
7. Setelah gumpalan pecah, ambil 100
ml sampel dengan menggunakan
pipet ke dalam erlenmeyer 500 ml
melalui dinding bagian dari leher
botol.
8. Setelah itu ditambahkan indikator
kanji 1-2 ml (akan timbul warna
biru).
9. Kemudian dititrasi dengan NaThiosulfat sampai biru pertama kali
hilang.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Rumus perhitungan DO :
OT = a x N x 8000
V-4
Keterangan :
OT = Oksigen terlarut (mg O /liter)
a = Volume titran Na-thiosulfat (ml)
N = Normalitas Na-thiosulfat (0,025
N)
V = Volume botol winkler (ml)
8000= 8 (1/4 mol dari oksigen) x 1000
(setiap mg/liter)
e. Pengukuran Karbon Dioksida
Pengukuran CO dilakukan dengan
metode titrasi yang dilakukan 2 hari sekali
dengan frekuensi 2 kali yaitu pagi dan
malam hari.
Cara pengukuran CO dengan titrasi yaitu
sebagai berikut :
1. Ambil sampel air sebanyak 25 ml
dan masukkan kedalam erlenmeyer,
lakukan pekerjaan dengan hati-hati
agar CO tidak lepas ke udara.
2. Tambahkan 5 tetes larutan PP
kedalam contoh air.
3. Bila ternyata timbul warna merah
berarti CO bebas tidak ada (nol),
Bila bening (tidak timbul warna)
lakukan titrasi dengan Na CO .
Rumus Perhitungan CO :
CO2 = A x B x 22000
Vol (ml) contoh air
Keterangan :
A = Volume (ml) larutan pentiter yang
tertakar
B = Normalitas pentiter yaitu 0,0454
(Na CO )
f. Amonia
Pengukuran amonia dilakukan 1 kali
dalam 6 hari dengan frekuensi pengukuran
1 kali sehari. Cara pengukuran amonia
yaitu sebagai berikut :
1. Ambil sampel air 10 ml.
Page 7
2. Tambahkan reagent I (5 tetes) dan
tutup sambil dikocok.
3. Masukkan reagent nessler (8 tetes)
dibiarkan ± 5 menit.
4. Masukkan air sampel ke dalam
komparator sampai penuh/tanda
batas pengisian (biarkan 5 menit).
5. Kemudian baca skala yang tertera
disebelah
tabung
komparator,
cocokan dengan warna skala yang
ada.
g. Nitrit
Pengukuran
nitrit
dilakukan
bersamaan dengan amoniak dan nitrat
yaitu 1 kali selama 6 hari dan frekuensinya
1 kali sehari. Cara pengukuran nitrit yaitu
sebagai berikut :
1. Masukkan air sampel sabanyak 10
ml.
2. Masukkan 1 saset nitrit ke dalam
sampel air, kocok ±15 detik.
3. Masukkan sampel air ke tub
komparator.
4. Baca skala yang tertera pada tub
komparator.
h. Nitrat
Pengukuran nitrat yang dilakukan
sama dengan nitrit perbedaannya hanya
terdapat pada saset yang digunakan.
Pengukuran nitrat yaitu 1 kali selama 6
hari. Cara pengukuran nitrit yaitu sebagai
berikut :
1. Masukkan air sampel sabanyak 10
ml.
2. Masukkan 1 saset nitrit ke dalam
sampel air, kocok ±15 detik.
3. Kemudian masukkan sampel air ke
tub komparator.
Baca skala yang tertera pada tub
komparator.
Metode PerhitunganAnalisa Usaha
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
a. Perhitungan Laba/Rugi
Penghitungan
laba/rugi
dapat
dihitung dengan cara pengurangan antara
total penjualan yang telah didapatkan
dengan total keseluruhan dari biaya
investasi yang telah dilakukan. Untuk
rumus penghitungan laba/rugi :
Laba/ rugi (RP) =
Total
penerimaan
– Biaya
investasi
b. Perhitungan Break
Eventotal
Point
(BEP)
Penghitungan BEP harga didapatkan
dengan perbandingan antara jumlah dari
penghitungan
biaya
tetap
dan
perbandingan
antara
jumlah
dari
penghitungan biaya tidak tetap dan hasil
penjualan yang telah dihasilkan.
BEP Harga =
B aya
B y
−
H l pen
a
el
l n
Sedangkan untuk penghitungan BEP
produksi dihitung dengan melakukan
Perbandingan antara penjumlahan nilai
dari biaya tetap dengan jumlah dari harga
jual yang telah didapatkan yang
sebelumnya telah dikurangi dengan biaya
tidak tetap dan dibagi dengan jumlah ekor
benih yang telah dijual selama 1 tahun (3
siklus).
BEP Produksi =
Biaya tetap
Harga jual − biaya variabel/ekor
c. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C
ratio)
Penghitungan ini dilakukan dengan
cara perbandingan antara total dari hasil
penjualandengan biaya produksi yang
didapat dari hasil penjumlahan antara
biaya tetap dan tidak tetap.
B/C Ratio =
a
B aya
aa
Page 8
d. Perhitungan Payback Period (PP)
Penghitungan ini dilakukan dengan
cara penghitungan jumlah nilai investasi
yang dihitung dalam rupiah dan dibagi
dengan hasil pendapatan pertahuan lalu
dikali
dengan
1
tahun.
Karena
penghitungan
ini
dilakukan
untuk
mengetahui waktu pengembalian yang
terjadi jika dalam 1 tahun pemeliharaan (3
siklus)
Payback period (PP) =
P
a
a
a aa / a
x 1 Tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Wadah
Dalam persiapan wadah dilakukan
persiapan bak yang akan digunakan untuk
pemeliharaan ikan bandeng umpan. Bak
yang digunakan berupa bak fiber
berbentuk bulat dengan ukuran diameter
2,35 m, tinggi bak 1,3 m, tinggi air 0,9 m.
Sehingga volume bak 4 m2.
Pemeliharaan ikan bandeng umpan
menggunakan
sistem
resirkulasi.
Resirkulasi merupakan sistem yang
menggunakan air secara terus-menerus
dengan cara diputar untuk dibersihkan di
dalam filter kemudian di alirkan kembali
ke wadah budidaya (Tanjung, 1994 dalam
Riski alfia, 2013). Air yang terdapat pada
bak pemeliharaan di hisap menggunakan
pompa sentrifugal 1 inch kemudian
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Batu Split, (b) Pasir
Kuarsa.
(b)
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
dikeluarkan melalui sand filter yang
bertujuan untuk menyaring materi padat
terlarut dengan menggunakan material
pasir kuarsa dan batu split. Hal ini sesuai
dengan (Budi santoso,1987 dalam Rizky
alfia, 2013) yang menyatakan prinsip
filterisasi adalah untuk menyaring air yang
sudah banyak mengandung kotoran,
dengan menggunakan filter, air akan
kembali menjadi baik dan bersih sehingga
layak untuk digunakan. Kotoran – kotoran
dapat terikat oleh bahan – bahan filter
yang digunakan dan keluar ke bak kontrol
selanjutnya dialirkan ke bak pemeliharaan
kembali.
Persiapan
dimulai
dengan
melakukan pembersihan yang dilakukan
pada tanggal 3 Januari 2016 atau sebelum
pelaksanaan
keahlian,
selanjutnya
dilakukan setting pompa pada bak
pemeliharaan pada tanggal 6 Januari 2016.
Pompa
tersebut
bertujuan
untuk
memudahkan
berjalannya
resirkulasi
dengan prinsip mengisap air untuk
dilakukan penyaringan pada sand filter
yang selanjutnya masuk ke bak kontrol dan
dialirkan kembali ke bak pemeliharaan.
Pada tanggal 3-12 februari 2016
dilakukan pembersihan material sand filter
yaitu pasir kuarsa yang didatangkan dari
lampung serta batu split
dengan
melakukan pencucian dengan air mengalir
secara
berulang-ulang
hingga
mendapatkan air bilasan yang bersih.
Resirkulasi mulai berjalan setelah 5
hari pemeliharaan. Karena terdapat
beberapa kendala dalam penyambungan
drum filter dan drum kontrol, yaitu
seringnya terjadi kebocoran pada pipa
penghubung.
Penyambungan
pipa
penghubung menggunakan resin dan
katalis.
Page 9
coba terlebih dahulu pada drum untuk
menghindari terjadinya kebocoran pada
saat berjalannya resirkulasi. Penyusunan
material diawali dengan bagian dasar bak
diisi dengan batu split setinggi 20 cm
selanjutnya di bagian atas batu split diisi
dengan pasir kuarsa yang telah dibungkus
dengan waring hijau. Bagian teratas dari
filter diisi dengan batu split.
Gambar 3. Penyambungan Pipa
Penghubung
Pengisian material sand filter pada
drum filter dilakukan setelah dilakukan uji
B. Persiapan Media
Skema persiapan media Pemeliharaan Ikan bandeng Umpan :
Air Laut
(belakang bak
sedimentasi)
Bak
Pemeliharaan
Sebelum Benih di Tebar
Pompa Selalu Menyala
Proses Sterilisasi
(klorin 50 ppm)
Media Siap
Digunakan
7
Hari
Gambar 4. Skema Persiapan Media Ikan bandeng Umpan.
Persiapan media pemeliharaan ikan
bandeng menggunakan air payau yang
terdapat di kolam tanah di belakang bak
sedimentasi. Air laut diambil dengan
menggunakan pompa 2 inchi dengan debit
air 3,3 liter/detik, pengisian air dilakukan
pada tanggal 11 januari 2016. Kemudian di
lakukan sterilisasi
air
pada bak
pemeliharaan menggunakan klorin dengan
dosis 50 mg/l. Karena bak diisi air
sebanyak 4 m3. Sehingga kebutuhan klorin
dalam 1 bak adalah 200 gram. jadi untuk
mensterilkan
3
bak
pemeliharaan
membutuhkan klorin 600 gram, pada saat
proses sterilisasi pompa dihidupkan 24 jam
agar mempercepat proses sterilisasi dari air
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
tersebut. Setelah 7 hari barulah bak siap
untuk digunakan pada tanggal 18 januari
2016.
C. Penebaran Nener
Penebaran nener dilakukan pada
tanggal 6 Februari 2016. Dengan umur
nener 21 hari setelah penetasan. Setiap bak
resirkulasi terdapat 8 kantong dengan
jumlah nener per kantong 250 ekor nener.
Sehingga jumlah per bak resirkulasi ada
2.000 nener dan total nener yang di tebar
pada 3 bak resirkulasi adalah 6.000 nener.
Ukuran nener yang ditebar berbeda-beda.
Sehingga harus dilakukan sampling 20
nener per bak untuk mengetahui berat dan
Page 10
panjang rata-rata. Ini digunakan untuk
mengetahui biomassa per bak sehingga
untuk menentukan jumlah pakan yang
diberikan dalam satu hari. Di dapatkan
hasil sampling berat rata-rata 0.08 gram
panjang 2,34 cm pada saat awal penebaran.
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Pengukuran Panjang,
(b) Pengukuran Bobot.
Sebelum ditebar terlebih dahulu
dilakukan proses aklimatisasi yaitu proses
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang
baru, berdasarkan hasil pengukuran
salinitas, salinitas dalam kantong 11 ppt
sedangkan salinitas didalam bak 29 ppt,
sedangkan hasil pengukuran suhu, suhu
kantong 29⁰c sedangkan suhu bak 30⁰c,
sehingga waktu aklimatisasi dilakukan
cukup lama yaitu selama 27 menit, lalu
dilakukan penebaran.
Gambar 6. Proses Aklimatisasi
D. Pengelolaan Pakan
Ikan bandeng memiliki sifat
herbivora. pakan yang diberikan pada ikan
bandeng umpan ialah merupakan pakan
tenggelam crumble dengan merk Gold
Coin ukuran 930, dengan kandungan
protein 36 %.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Pakan diberikan sebanyak 5% dari
total bobot ikan/hari. Waktu pemberian
pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari
yaitu pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00,
dan sore pukul 16.00. Pemberian pakan
dilakukan sedikit demi sedikit untuk
menghindari pakan tidak terbuang.
Pada minggu kedua diberi perlakuan
pada pakan untuk masing-masing bak
yaitu bak 1 pakan ditambahkan dengan
spirulina 2% dari total pakan, bak 2 tidak
diberi perlakuan, bak 3 pakan ditambahkan
dengan klekap kering sebanyak 2 % dari
total pakan.Hal ini berjalan kurang lebih 2
minggu. Setelah 2 minggu terdapat
kematian secara mendadak pada bak 2. Hal
ini disebabkan karena nitrit dan nitrat
tinggi dan tidak teruraikan sisa pakan yang
tidak dimakan didasar bak oleh bakteri.
Pada minggu ketiga pakan diganti
dengan menggunakan pakan terapung
pakan lele PF800 yang terlebih dahulu
digerus sebelum diberikan. Dosis 5 % dari
biomass dengan frekuensi 3 kali sehari,
tanpa diberikan perlakuan.
E. Pengelolaan Kualitas Air
.
Untuk tumbuh optimal, biota
budidaya membutuhkan lingkungan hidup
yang
optimal.
Kualitas
air
dan
pengaruhnya terhadap biota budidaya
sangat
penting
diketahui
oleh
pembudidaya.
Adapun
pengelolaan
kualitas air yang dilakukan pada
pembesaran ikan bandeng umpan ialah
dengan
melakukan
penyiponan,
penambahan air, pemberian probiotik dan
pengukuran serta pengontrolan parameter
kualitas air.
Monitoring Kualitas Air
Kegiatan monitoring kualitas air
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan kondisi kualitas air pada
Page 11
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
DO (mg/liter )
media budidaya ikan bandeng. Sehingga
apabila terjadi masalah kualitas air dapat
diketahui dari beberapa parameternya.
Berikut beberapa parameter kualitas air
yang digunakan pada praktek keahlian,
yaitu :
a. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen yang diperlukan biota air
untuk pernapasannya harus terlihat dalam
air. Oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehingga bila ketersediannya di
dalam air tidak mencukupi kebutuhan
biota budidaya, maka segala aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen untuk
ikan mempunyai kepentingan untuk dua
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang tergantung pada metabolisme ikan.
Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik
dalam budidaya perairan adalah antara 5 –
7 mg/l.
Pengukuran DO dilakukan setiap 2
hari sekali yang dengan waktu pengukuran
pukul 05.30 dini hari, pukul 18.00 sore
hari dan pukul 22.00 malam hari atau
diukur berdasarkan perkiraan waktu krisis.
Pada waktu fajar, konsentrasi
yang
disebabkan oleh fotosintesis,
sampai
mencapai titik maksimal lewat tengah hari.
Pada malam hari, saat tidak terjadi
fotosintesis, pernapasan organisme di
dalam tambak memerlukan oksigen
terlarut. Oksigen terlarut yang baik untuk
budidaya yaitu 5 mg/l. Adapun Grafik
hasil pengukuran DO dapat dilihat pada
gambarA9.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
bak 1
bak 2
bak 3
Waktu
Gambar.9 Grafik Pengukuran DO
Dari grafik diatas dapat dilihat kisaran DO
pada saat pemelihraan ikan bandeng yaitu
1,5 – 5,5 mg/ liter. Do terendah terjadi
pada bak 1 DOC 32 yaitu 1,5 mg/ liter
sedangkan DO tertinggi terjadi pada DOC
29 yaitu 5,5 mg/ liter. Kisaran ini masih
dalam kondisi optimal yang dapat di tolerir
dari pemeliharaan ikan bandeng umpan.
b. Suhu air
Suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan pertumbuhan biota air.
Secara umum laju pertumbuhan meningkat
sejalan dengan kenaikan suhu, Dapat
menekan kehidupan hewan budidaya
bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis).
Pengukuran suhu dilakukan setiap
hari yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul
12.00 siang, dan pukul 18.00 sore hari.
Adapun grafik pengukuran suhu dapat
dilihat pada gambar 10.
Page 12
32
30
29
28
bak 1
27
bak 2
26
bak 3
25
Waktu Pengukuran
pH
Suhu ( oC)
31
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
bak 1
bak 2
bak 3
Waktu
Gambar.11 Grafik Hasil Pengukuran pH
Gambar 10. Hasil Pengukuran Suhu Pada
Pembesaran Ikan Bandeng Umpan
Berdasarkan grafk diatas kisaran
suhu bak pemeliharaan ikan bandeng
umpan yaitu 27-30 °C, suhu tertinggi
terjadi pada bak 2 DOC 4 sedangkan pada
bak 3 suhu tertinggi terjadi pada DOC 18.
Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan
masih dalam kondisi optimal untuk
pemeliharaan ikan bandeng umpan.
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman lebih dikenal
dengan istilah pH. pH yaitu logaritma dari
kepekatan ion – ion H (hydrogen) yang
terlepas dalam suatu cairan. Derajat
keasaman atau pH air menunjukkan
aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut
dan
dinyatakan
sebagai
konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per
liter).
Pengukuran pH dilakukan setiap hari
menggunakan kertas indikator pH yaitu
pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang,
dan pukul 18.00 sore hari. Adapun grafik
hasil pengukuran pH dapat dilihat pada
gambar 11.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Kisaran Optimum untuk pH ialah
6,5 – 8. Berdasarkan grafik pengukuran
diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi
perubahan optimum yang melewati batas
toleransi dari pemeliharaan ikan bandeng.
Untuk pH tertinggi yaitu 8 dan selebihnya
masih dalam kisaran pH 7 (netral).
d. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh
larutan garam yang diperoleh dalam air
laut. Selain itu, berpengaruh terhadap
tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitas, akan semakin besar pula tekanan
osmotiknya. Biota yang hidup di air asin
harus mampu menyesuaikan dirinya
terhadap
tekanan
osmotik
dari
lingkungannya.
Penyesuaian
ini
memerlukan banyak energi yang diperoleh
dari makanan dan digunakan untuk
keperluan tersebut.
Pengukuran salinitas dilakukan
setiap hari menggunakan refraktometer
yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00
siang, dan pukul 18.00 sore hari.
Adapun Grafik Salinitas pada ketiga bak
dapat dilihat pada gambar 12.
Page 13
probiotik yang diberikan ialah sebanyak 2
ppm ( 8 gr /bak ).
40
Salinitas (ppt)
35
30
25
20
15
bak 1
10
bak 2
5
bak 3
0
Waktu Pengukuran
Gambar.12 Grafik Pengukuran Salinitas
Dari grafik diatas bahwa perubahan
salinitas dari ke 3 bak sangat fluktuatif
yaitu dengan kisaran 14- 35 ppt,
Penurunan salinitas mulai dilakukan pada
DOC 16 yaitu setelah terjadinya kematian
massal pada bak pemeliharan yaitu dengan
melakukan penambahan air tawar pada bak
pemeliharaan, akan tetapi ikan bandeng
adalah ikan yang bersifat euryhaline
sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap perubahan salinitas yang cukup
besar.
Pemberian Probiotik
Salah satu pengelolaan kualitas air
yang kami lakukan yaitu dengan
pemberian probiotik yang bertujuan untuk
mengurai bahan organik pada bak
pemeliharaan. Adapun probiotik yang
digunakan berjenis bakteri bacillus sp.
yang dapat memperbaiki kualitas air
karena dapat mendekomposisi materi
organik, menekan pertumbuhan pathogen
serta menyeimbangkan komunitas mikroba
sehingga dapat menyediakan lingkungan
yang baik bagi biota yang dibudidayakan
Pemberian probioik dilakukan
setiap 2 hari sekali yaitu dilakukan pada
pagi hari pukul 07.00, dengan dosis
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
F. Monitoring Tingkat Kelangsungan
Hidup
Monitoring tingkat kelangsungan
hidup pada ikan bandeng umpan dengan
sistem resirkulasi dilakukan dengan cara
menghitung jumlah ikan yang mati setiap
harinya. Nener ikan bandeng yang mati
akan mengendap didasar bak, sehingga
untuk mengambil ikan yang mati didasar
perlu dilakukan penyiponan menggunakan
selang ¾ inch dengan ujung selang
pengeluaran air diberi waring untuk
memudahkan dalam perhitungan ikan yang
mati.
Keadaan nener ikan bandengdari
awal tebar sampai umur ke 9 masih dalam
keadaan baik. Pada umur ke 10 dari waktu
awal tebar nener ikan bandeng mengalami
kematian massal pada semua bak tetapi
yang paling banyak terjadi kematian pada
bak 2. Sampai pada umur ke 11 nener ikan
bandeng yang ada di bak 2 dilakukan
flashing atau dibuang karena terkena
penyakit Trichodinella sp. Selanjutnya bak
2 dibersihkan dan dilakukan sterilisasi
untuk membunuh sisa-sisa penyakit yang
masih menempel pada bak 2 kemudian
dilanjutkan dengan persiapan wadah
seperti awal persiapan wadah dan media
untuk tebar pada tanggal 22 Februari 2016.
Adapun grafik SR dari budidaya ikan
bandeng umpan ini adalah sebagai berikut.
Page 14
2.5
2500
2000
2000
1500
1000
2000
1885 1732
1804
1700 1755 1712 1684
1527 1503 1423
1141
BAK 1
500
BAK 2
0
BAK 3
7
14
21
28
34
Hari Ke-
Gambar 13. Grafik Tingkat Kelangsungan
Hidup Ikan Bandeng
Dari data penurunan populasi ini
banyak penyebab kematian pada nener
ikan bandeng yaitu dari pemberian pakan
awal yaitu pakan udang, sehingga tidak
dimakan karena sifat udang dan bendeng
berbeda. Ketinggian bak yang mencapai 90
cm berbeda dengan nener yang di alam
selalu menuju ke pantai atau muara yang
tingginya tidak lebih dari 50 cm dan padat
tebar yang terlalu tinggi.
G. Monitoring Pertumbuhan Benih
Nener ikan bandeng yang ditebar
berumur 15-21 hari setelah menetas.
Berdasarkan hasil sampling pada nener
yang ditebar dikatahui memliliki berat
awal 0,08 gram dengan panjang 2-3 cm.
Untuk ikan bandeng umpan yang
diinginkan adalah yang memiliki berat 80100 gram.
Monitoring pertumbuhan nener ikan
bandeng dapat dilakukan dengan metode
sampling setaip 1 kali dalam 7 hari.
Adapun perkembangan nener ikan
bandeng sampai siap dijual untuk ikan
bandeng umpan dapat dilihat pada
grafikyang terdapat pada gambar 14 :
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Bobot (gram)
Nener (ekor)
2.2
2
1.66
1.8
1.5
BAK 1
1.05
1.3
1
0.5
0
0.43
0.049
0.08
0.45
0.08 0.026 0.4
0.08 0.047
1
7 14 21
0.9
0.9
BAK 2
BAK 3
0.42
BAK 2
(baru)
0.07
28
34
Hari ke-
Gambar 14. Grafik Pertumbuhan Benih
Ikan bandeng
Dari grafik diatas dapat dilihat
pertumbuhan ikan bandeng yang sangat
lama. Ini berbeda dengan ikan bandeng
yang di pelihara di tambak ataupun
keramba jaring apung. Jika ini terus di
lanjutkan maka untuk mencapai ukuran
ikan bandeng umpan bisa sampai 6 bulan
bahkan lebih. Penyebabnya adalah faktor
pakan yang kurang mendukung. Budidaya
ikan bandeng dengan sistem resirkulasi di
semi outdoor maka pakan yang diberikan
hanya pakan buatan. Berbeda dengan
budidaya ikan bandeng di tambak yang
banyak pakan alami.
H. Hama dan Penyakit
Pada saat pelaksanaan praktikum
keahlian ikan bandeng, tidak ditemukan
hama pada budidaya ikan bandeng umpan.
Sedangkan untuk penyakit, Pada saat
terjadinya kematian massal pada nener
ikan bandeng dilakukan pengamatan
parasit menggunakan mikroskop dan
ditemukan parasit trichodinella sp. yang
menyerang pada bagian ekor dari ikan
bandeng umpan tersebut.
Untuk kematian massal pada DOC
10 berdasarkan pengamatan hal tersebut
dikarenakan kualitas air yang kurang baik,
Page 15
pakan yang tidak dimakan karena tidak
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
oleh tubuh ikan bandeng. Pakan yang
diberikan
adalah
pakan
karnivora
sedangkan kebiasaan makan ikan bandeng
adalah herbivora. Karena banyak pakan
yang
mengendap
didasar
akan
menimbulkan Kandungan Amoniak tinggi,
walaupun diberikan probiotik untuk
mengurai sisa pakan tersebut. Tetapi tetap
tidak dapat mengatasi banyaknya pakan
yang tidak dimakan. Amoniak yang tinggi
itulah yang mengakibatkan kematian
massal pada umur ke 10.
Untuk bak 2 yang baru diisi pada
tanggal 22 Februari 2016. Juga terjadi
kematian massal pada umur ke 13. Untuk
kematian ini disebabkan dari beberapa hal
yaitu ketinggian air yang telalu tinggi,
padat tebar yang seiring pertumbuhan ikan
bandeng maka memerlukan wadah yang
cukup luas, dan kurangnya pakan alami
yang mana pada fase nener ikan bandeng
cenderung
memakan
pakan
alami
dibandingkan pakan buatan.
Akan tetapi, Berbeda halnya dari
hasil pengamatan parasit yang dilakukan di
kampus STP Jakarta, berdasarkan sampel
yang diamati tidak ditemukannya adanya
parasit yang menyerang dari ikan tersebut,
begitu juga dengan hasil pengujian bakteri
dan pewarnaan gram yang dilakukan pada
hari rabu, 16 maret 2016 di laboratorium
kesehatan ikan Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta. Dan hasil pengamatan dalam
mikroskop didapat hasil pada sirip ikan
bandeng terlihat bakteri berwarna merah
dan berbentuk bulat. Bakteri ini disebut
atau digolongkan jenis coccus. Dan hasil
pengamatan bakteri, dapat disimpulkan
bahwa bakteri yang menyerang pada
sampel ikan bandeng pada bagian sirip
adalah bakteri gram negatif berwarna
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
merah dan termasuk kedalam jenis coccus
karena berbentuk bulat kecil.
I. Analisa Usaha
1) Biaya Investasi
Biaya investasi adalah modal awal yang
harus disediakan untuk pengadaan materi
atau yang sifatnya fisik, yang nantinya
modal tersebut akan terikat menjadi aset.
Uraian
biaya
investasi
kegiatan
pemeliharaan nener ikan bandeng dapat
dilihat pada Lampiran 4. Biaya investasi
untuk kegiatan Pemeliharaan ikan bandeng
umpan dengan sistem resirkulasi mencapai
Rp. 17.153.000,- dengan biaya penyusutan
per tahun sebesar Rp. 1.922.200,sehingga untuk penyusutan per siklus
sebesar Rp. 640.733,33,2) Biaya Operasional
Biaya operasional ialah biaya yang
dikeluarkan pada saat pelaksanaan
kegiatan produksi. Biaya operasional
berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi
biaya tetap dan biaya tidak tetap/variabel.
Untuk
biaya
operasional
pada
Pemeliharaan ikan bandeng umpan dengan
sistem resirkulasi per tahunnya Rp.
24.471.541,- sehingga per siklusnya
sebesar Rp. 8.257.180,a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang
jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada
perubahan
tingkat
kegiatan
dalam
menghasilkan keluaran atau produk di
dalam interval waktu tertentu. Adapun
uraian biaya tetap kegiatan Pemeliharaan
ikan bandeng umpan dengan sistem
resirkulasi dapat dilihat pada Lampiran 5.
Biaya Tetap pertahunnya mencapai Rp.
2.222.200,- sehingga untuk per siklusnya
sebesarRp.740.733,b. Biaya Tidak Tetap/Variabel
Page 16
Biaya tidak tetap/variabel adalah biaya
yang penggunaannya habis dalam satu kali
produksi, besar kecilnya tergantung pada
besar kecilnya produksi yang dihasilkan.
Adapun uraian biaya tidak tetap/variabel
kegiatan Pemeliharaan ikan bandeng
umpan dengan sistem resirkulasi dapat
dilihat pada Lampiran 5. Biaya tidak tetap
pertahunnya mencapai Rp. 22.549.341,sehingga untuk per siklusnya sebesar Rp.
7.516.447,3) Analisa Laba – Rugi
Analisa laba rugi adalah besarnya
keuntungan dan kerugian yang dialami
oleh suatu perusahaan pada kurun waktu
per tahun dan per siklus produksi.
Pendapatan yang didapatkan per siklus
sebesar Rp. 3.344.640,-tetapi mengalami
kerugian
sebesar
Rp.-4.912.540,(Lampiran 6). Hasil yang didapat kurang
dari ½ pengeluaran yang dikeluarkan
untuk pemeliharaan ikan bandeng umpan
ini.
4) Analisa B/C Ratio
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran
6 ), didapatkan nilai B/C Ratio sebesar
0,41. Hal ini berarti usaha Pemeliharaan
ikan bandeng umpan dengan sistem
resirkulasi ini tidak layak untuk diteruskan
karena nilainya kurang dari satu. Artinya,
setiap pengeluaran Rp 1 maka akan
menghasilkan Rp 0,41 sehingga jika
diteruskan tidak mendapat keuntungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil peraktek keahlian
pembesaran ikan bandeng umpan
sistem
resirkulasi,
dapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembesaran ikan bandeng
dengan sitem resirkulasi
tentang
dengan
ditarik
umpan
adalah
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
mengolah air dengan cara mengangkat
air yang terdapat didasar bak
menggunakan pompa kemudian masuk
ke drum filter (filter fisik : pasir kuarsa
dan batu split), kemudian keluar ke bak
kontrol lalu masuk lagi ke bak
pemeliharaan kembali. Namun sistem
ini kurang cocok untuk pemeliharaan
ikan bandeng umpan.
2. Dari perkembangan pertumbuhan ikan
bandeng umpan yang dilakukan dengan
sistem resirkulasi ini lebih lambat
dibandingkan dengan pemeliharaan
ikan bandeng umpan di tambak. Ini
disebabkan beberapa faktor yaitu : tidak
tersediannya pakan alami, ketinggian
air, pemberian pakan buatan tidak
sesuai dengan kebiasaan makan ikan
bandeng, padat tebar yang terlalu tinggi.
3. Dari hasil analisa usaha pembesaran
ikan bandeng umpan dengan system
resirkulasi ini tidak layak untuk
dilanjutkan karena hasil yang didapat
lebih kecil dibanding dengan biaya
operasional lebih dari 2 kali lipat.
B. Saran
Dari kesimpulan yang dipaparkan
diatas, menghasilkan beberapa saran untuk
kemajuan pembesaran ikan bandeng
umpan
dengan
sistem
resirkulasi
kedepannya. adapun saran-saran yang
didapat, sebagai berikut:
1. Untuk pembesaran ikan bandeng umpan
sebaiknya ukuran benih yang di tebar
adalah ukuran gelondongan, karena jika
ukuran nener yang ditebar tidak sesuai
dengan kebiasaan hidup nener diair
dangkal dan kaya akan pakan alami.
2. Jika yang di tebar ukuran nener,
sebaiknya sebelum tebar dilakukan
pemupukan
untuk
menumbuhkan
phytoplankton
yang
merupakan
Page 17
makanan pokok bagi nener ikan
bandeng.
3. Penggunaan filter sebaiknya bukan
filter fisik saja. Melainkan filter biologi
supaya membantu perombakan amoniak
menjadi nitrit, kemudian nitrit menjadi
nitrat. Dimana nitrat adalah bahan yang
dibutuhkan oleh phytoplankton.
REFERENSI
Achmad Sudrajat., Wedjatmiko.,T.
Setiadharma. 2011. Teknologi
Budidaya Ikan Bandeng. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Ahmad Romadon dan E, Subekti. 2013.
Teknik Budidaya Ikan Bandeng di
Kabupaten demak. Jurnal Ilmu –
ilmu Pertanian. (diakses 27 Maret
2016 pukul 22.00 WIB).
Agriefishery. 2010. Kecerahan dan
Kekeruhan Air. https:// zonaikan.
wordpress.
com/2010/06/26/kecerahan-dankekeruhan-air/. (di akses 12 April
2016 pukul 21.30 WIB).
Baim, Ibrahim .2013. Sistem Pencernaan.
(Online). (http:// ibrahimbaiim.
blogspot. co.id/2013/12/ sistempencernaan. html, diakses 22 Maret
2016 pukul 10.11 WIB).
Desrita, Dera. 2011. Ikan Bandeng.
(Online), (http:// deradesrita.
blogspot. co.id/2011/11/ikanbandeng-chanos-chanos.html /,
diakses 14 Maret 2016 pukul 17.10
WIB).
Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan
Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Kordi, K.M.G.H. 2000. Budidaya
Kepiting dan Ikan Bandeng di
Tambak..Penerbit Dahara Prize.
Semarang.
. 2011. Buku Pintar
Budidaya 32 Ikan Laut
Ekonomis. Lily Publisher.
Yogyakarta
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Kordi, K.M.G.H. dan A. B. Tancung.
2010. Pengelolaan kualitas Air
Dalam Budi Daya Perairan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Murtidjo, B. A,. 2002. Budidaya Ikan
Bandeng. Kanisius. Yogyakarta
Rangka, N.A., 2010. Teknologi Ikan
Bandeng. Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau. Sulawesi
Selatan.
Razi, Fahrur. 2013. Kebutuhan Gizi
Pakan Ikan Bandeng. (Online),
(http://komunitaspenyuluhperikanan.
blogspot.co.id/2013/01/kebutuhanzat
gizipakan-ikan-bandeng.html) ,
diakses 22 Maret 2016 pukul 10.41)
Ridwanto, Widi. 2014. Hatcery (Online)
(http:// coretanridwanto. blogspot.
co.id/ 2014/11/ hatchery_15. html,
/diakses 27 Maret 2016 pukul 22.00
WIB)
Rustam., J, Wiyana., Robah., Ilham., N,
Nurul., L, Deswati., S, S, Latief., Y,
Karim., Saenong., Burhanuddin., M.,
Ruslan, Pabbola., S, Raharjo., G,
Gumilar., Khambali., I, Arief., E, A,
Hendrajat., A, Munandar., B,
Ayunda., I, Malkap., A. Kurniati.,
2014. Budidaya Ikan Bandeng
(Chanos-chanos) pada tambak
ramah lingkungan. Tim Perikanan
WWF – Indonesia
Ryan, 2015. Info Sehat Si Ikan Berbau
Tanah Ikan Bandeng. https://
komunitas.
bukalapak.com/s/lktykv/info_sehat_s
i_ikan_berbau_tanah_ikan_bandeng.
(diakses 27 Maret 2016 pukul 22.00
WIB).
Saputra,d.2007. Teknik Budidaya Intensif
Tambak Bandeng. Titian Ilmu.
Bandeng.
Sudrajat, Achmad. 2010. Panen Bandeng
50 Hari. Penebar Swadaya. Depok
Suantika, Gede dan Hernawati. 2007.
Penggunaan Sistem Resirkulasi
Dalam Pendederan Benih Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy
Page 18
Lac.). Disalin Tek Volume 01. No.
01.
Tetzlaff B. L. and Heidinger R. C. (1990).
Basic Principles of Biofiltration and
System Design. SIUC Fisheries
Bulletin No. 9. SIUC Fisheries and
Illinois Aquaculture Center.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman
Budidaya Beternak Ikan Bandeng.
Nuansa Aulia. Bandung.
Tursinah. 2014. Makalah Ikan Bandeng
(Chanos-Chanos). http://
inahazzahra.
Blogspot.co.id/2014/01/makalah-
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
ikan-bandeng.html. (di akses 12
April 2016 pukul 21.30 WIB)
Wahyuningrum, Dinamella, Iskandar
Putra, D. Djoko Setiyanto. 2011.
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Dalam Sistem
Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 16,1 (2011) : 56-63.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas. 2013. Oksigen Terlarut.
https:// id.
wikipedia.org/wiki/Oksigen_terlarut.
(di akses 12 April 2016 pukul 21.30
WIB).
Page 19
Download