BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Terdapat beberapa konsep mengenai analisis yaitu: 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:43) Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan. 2. Menurut Komaruddin (2001:53) Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan segala sesuatu secara keseluruhan menjadi komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu kesatuan yang padu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan, menelaah, dan menafsirkan berbagai bagian secara keseluruhan serta hubungan antar bagian tersebut sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas untuk pengambilan keputusan yang tepat. 2.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi didefinisikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran yang layak tentang keadaan keuangan serta hasil perusahaan dalam satu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang mana dapat menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan keuangan, berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal: informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga”. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan. 2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan akuntansi menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) adalah: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setarara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kenerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang memungkinkan dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Selain untuk tujan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh pertanggungjawaban manajemen atas manajemen sumber atau daya menggambarkan yang dipercayakan kepadanya. 2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Informasi yang ada dalam laporan keuangan dan laporan lainnya yang dibuat perusahaan untuk melaporkan kegiatannya harus memiliki karakteristik tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakainya. Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:7) terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memilki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengevaluasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukutan dan penyajian dampak keuangan perusahaan dari transaksi dan peistiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. 2.2.4. Pemakai Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: 2), para pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Pihak ekstern yang terdiri dari: a. Investor Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo. c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. d. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. e. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. f. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2. Pihak intern yang terdiri dari karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 2.2.5. Komponen-Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:3) terdiri dari komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca, 2. Laporan laba-rugi, 3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas, dan 5. Catatan atas laporan keuangan. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Neraca Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang telah tertera dalam neraca. Komponen dari neraca yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas. Aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban terdiri dari kewajiban jangka pendek dan jangka panjang, dan ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi. 2. Laporan laba-rugi Laporan laba-rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu. Komponen laporan laba-rugi yaitu: a. Pendapatan atau penjualan (dari usaha utama) Pendapatan atau penjualan merupakan hasil penjualan produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan. b. Harga pokok penjualan Harga pokok penjualan adalah biaya produksi sesungguhnya dari produk atau jasa yang dijual pada periode tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 c. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan produk atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan pada periode tersebut d. Biaya administrasi dan umum Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan administrasi dan umum perusahaan. e. Pendapatan luar usaha (non operasional) Pendapatan luar usaha merupakan pendapatan perusahaan yang diperoleh selain dari bisnis utama perusahaan. f. Biaya luar usaha (non operasional) Biaya luar usaha merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain untuk kegiatan bisnis utama dari perusahaan. 3. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan: a. Laba atau rugi bersih pada periode yang bersangkutan. b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. d. Saldo akumulasi rugi atau laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya. e. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapakan secara terpisah setiap perubahan. 4. Laporan arus kas Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam PSAK dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisah dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu. arus kas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 5. Catatan atas laporan keuangan. Isi dari catatan atas laporan keuangan merupakan gambaran umum dari perusahaan, kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba-rugi. 2.2.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (pogress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut S. Munawir (2002:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu pogress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara: 1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact) Sifat ini menunjukkan bahwa data dalam laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan-catatan akuntansi atas peristiwa-peristiwa atau transaksi yang telah terjadi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang, maupun aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (accounting conversation and postulate) Sifat ini berarti bahwa data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggaran-anggaran tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principles). Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi (personal judgement) Sifat ini dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konversi-konversi dan dalil-dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengingat dan memperhatikan sifar-sifat laporan keuangan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai keterbatasan. Menurut S. Munawir (2002:9) keterbatasan laporan keuangan adalah: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 merupakan laporan yang final karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai realisasi dimana di dalamnya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dibukukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yng mungkin berbeda-beda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concen sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehan dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang dan nilai gantinya. 3. Laporan keuangan berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,dimana daya beli uang semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. Dengan memahami sifat dan keterbatasan laporan keuangan, maka pengguna informasi laporan keuangan dapat menjaga kemungkinan salah tafsir terhadap informasi yang diberikan, sehingga kesimpulan yang diambil lebih akurat. 2.3 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, namun dengan adanya keterbatasan pada laporan keuangan maka para pemakai laporan keuangan harus dapat mengolah lebih lanjut lagi laporan keuangan tersebut melalui proses analisis atas laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 keuangan, sehingga laporan keuangan dapat lebih bermanfaat lagi dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Menurut S.S Harahap (2004:189) pengertian analisis dan laporan keuangan adalah: “Analisis adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”. “Laporan keuangan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas”. Jika kedua pengertian di atas digabungkan maka pengertian analisis laporan keuangan menurut S.S. Harahap (2004:190) adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari hubungan yang ada baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif sehingga dapat diperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan dengan jelas untuk pengambilan keputusan ekonomi. 2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pandangan seorang analis, misalnya investor akan melakukan analisis dengan tujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi yang telah mereka lakukan atau yang akan mereka lakukan pada suatu perusahaan, selain itu mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18 Analisis laporan keuangan dapat dilakukan untuk beberapa tujuan, misalnya menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:53) analisa laporan keuangan dapat dilakukan untuk tujuan: “Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.” Terlepas dari siapa yang akan menggunakan informasi keuangan, umumnya analisis atas laporan keuangan akan menyangkut usaha untuk mengetahui: 1. Kondisi likuditas jangka pendek, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar untuk membiayai kegiatannya sehari-hari. 2. Arus dana, yaitu untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. 3. Penggunaan aset, untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam memperoleh pendapatan dengan menggunakan aset yang ada. 4. Pengembalian dari investasi, yaitu untuk mengetahui apakah nilai pengembalian dari investasi pada suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga SBI misalnya. 5. Kinerja operasi perusahaan, dengan analisis maka diharapkan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Analisis laporan keuangan pada dasarnya memiliki tujuan untuk dapat memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, dimana data yang disajikan oleh laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis laporan keuangan Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:54) mengungkapkan bahwa terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu: 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis perlu dilakukan agar memperoleh pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan, misalnya perubahan selera konsumen, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan teknologi, perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri seperti perubahan posisi manajemen dan lain sebagainya. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 4. Setelah melakukan ketiga langkah sebelumnya maka langkah selanjutnya yaitu menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan metoda dan teknik analisis yang ada. 2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Agnes Sawir (2005:6-49) ada 6 metode yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu: 1. Analisis rasio keuangan Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, sehingga dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. 1) Rasio Likuiditas Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajibannya yang segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas terdiri dari: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 a. Rasio Lancar Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek Rasio lancar = Aktiva lancar Utang lancar b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio cepat = Aktiva lancar - persediaan Utang lancar Quick ratio yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu) c. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas. Rasio kas = Kas + sekuritas Utang lancar 2) Rasio Leverage (Solvabilitas) Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Rasio–rasio leverage yang umum digunakan adalah: a. Rasio Utang atau Debt Ratio (Debt to Total Assets Ratio) Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. Rasio utang= Total utang Total Aktiva b. Rasio Utang terhadap Ekuitas atau DER (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DER = c. 21 Total Utang Total Ekuitas Rasio Laba terhadap Bebab Bunga atau TIE (Times Interest Earned) Rasio ini sering disebut rasio penutupan (coverage ratio), mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengn laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. TIE= d. Laba sebelum bunga dan pajak Beban bunga Rasio Penutupan Beban tetap (Fixed Charge Coverage) Rasio ini mirip dengan rasio TIE, namun rasio ini lebih lengkap karena dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban perusahaan seandainya perusahaan melakukan leasing (sewa beli) aktiva dan memperoleh utang jangka panjang berdasarkan kontrak sewa beli. FCC = Laba sebelum pajak + beban bunga + +kewajiban lease Beban bunga + kewajiban lease 3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah: a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover) Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan mengelola perusahaan dan dianggap penjualan berjalan baik. Rasio perputaran persediaan = Penjualan Persediaan b. Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period) Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, ratarata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA kedua angka 22 ini digunakan dalam lingkup keuangan dan perbedaannya tidak akan memepengaruhi keputusan yang dihasilkan. Piutang Penjualan per hari Periode penagihan rata - rata = c. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rasio perputaran modal kerja = Penjualan Modal kerja bersih d. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Semakin cepat perputarannya semakin baik. Rasio perputaran aktiva tetap= Penjualan Aktiva tetap e. Rasio Perputaran Aktiva (Total Assets Turnover) Rasio ini menunjukkan perusahaan dalam menggambarkan efektivitas rangka berapa rupiah penggunaan menghasilkan seluruh harta penjualan atau penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Rasio perputaran total aktiva= Penjualan Total Aktiva 4) Rasio Profitabilitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio kemampulabaan yang umum digunakan adalah: a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengidentifikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 Marjin laba kotor= Penjualan − HPP Penjualan b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin on Sales) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Marjin laba bersih = Laba bersih Penjualan c. Daya Laba Dasar (Basic Earning Power) atau Rentabilitas Ekonomis Daya laba memanfaatkan dasar mengukur seluruh sumber efektivitas perusahaan dayanya, yang dalam menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan. Daya laba dasar = Laba sebelum pajak dan bunga Total aktiva d. Hasil Pengembalian atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets) ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi hasilnya semakin efektif perusahaan dalam mengelola assetsnya. ROA sering disamakan ROA = Laba bersih Total aktiva dengan Return on Investment (ROI) e. Hasil Pengembalian atas Ekuitas atau ROE (Return on Equity) Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha. ROE = Laba bersih Ekuitas 5) Rasio penilaian pasar Rasio penilaian (valuation ratio) adalah ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 kombinasi pengaruh-pengaruh rasio-rasio dan rasio hasil pengembalian. Rasio penilaian yang umum digunakan adalah: a. Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to Earnings Ratio) PER sesungguhnya merupakan evaluasi hubungan antara kapital suatu perusahaan terhadap laba. PER = Harga saham Laba per saham b. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio) Rasio ini menggambarkan penilaian pasr keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan (going concern). Nilai buku menggambarkan biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Suatu perusahaan yang berjalan baik dengan staf manajemen yang kuat dan organisasi yang berfungsi secara efisien akan mempunyai nilai pasar yang lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nilai buku aktiva fisiknya. Harga pasar terhadap nilai buku= H arg apasar Nilaibukup ersaham Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim (2005: 77) jenis-jenis rasio keuangan terdiri dari: 1. Rasio likuiditas Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajibannya yang segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas terdiri dari: a. Rasio lancar atau current ratio Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek Rasio lancar = Aktiva lancar Hutang lancar b. Rasio quick atau acid test ratio Quick ratio = Aktiva lancar - persediaan Hutang lancar Quick ratio yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25 2. Rasio aktivitas Rasio aktivitas mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dayanya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah: a. Rasio perputaran piutang atau receivable turnover Rasio perputaran piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat. Perputaran piutang = Penjualan Rata - rata piutang b. Rasio perputaran persediaan atau inventory turnover Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan mengelola perusahaan dan dianggap penjualan berjalan baik. Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan Persediaan c. Rasio perputaran aktiva tetap atau fixed assets turnover Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam dalam harga tetap yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Semakin cepat perputarannya semakin baik. Perputaran aktiva tetap = Penjualan Total aktiva tetap d. Rasio perputaran total aktiva atau total assets turnover Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual BAB II TINJAUAN PUSTAKA 26 Perputaran total aktiva = Penjualan Total aktiva 3. Rasio solvabilitas (rasio laverage) Rasio laverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Rasio–rasio laverage yang umum digunakan adalah: a. Rasio total hutang terhadap total aset atau debt to total asset ratio Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. Rasio total hutang terhadap total aset = Total hutang Total aktiva b. Time interest earned ratio (TIE) Rasio ini sering disebut coverage ratio (rasio penutupan) yang merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Pada umumnya, laba dipandang cukup melindungi kreditor bila rasio ini dua kali atau lebih. TIE = Laba sebelum pajak dan bunga (EBIT) Bunga c. Fixed charge coverage ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran, pinjaman dan sewa FCC = EBIT + biaya sewa Bunga + biaya sewa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 27 4. Rasio profitabilitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah: a. Profit margin atau profit margin on sales Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi Profit margin = Laba bersih Penjualan b. Return on assets (ROA) ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi hasilnya semakin efektif perusahaan dalam mengelola assetsnya. ROA sering disebut juga sebagai Return on Investment (ROI). ROA = Laba bersih Total aktiva c. Return on Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE = Laba bersih Modal saham 5. Rasio penilaian pasar Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasiorasio ini. Rasio penilaian pasar terdiri dari : a. Price to earning ratio (PER) Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil. PER = Harga pasar per lembar Laba bersih per lembar b. Dividend yield Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividen yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividen yield akan menjadi kecil. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian mempunyai dividen yield yang tinggi pula. Dividen yield = Dividen per lembar Harga pasar saham per lembar c. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen = Dividen per lembar Laba bersih per lembar S.S. Harahap (2004:298) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknis analisis lainnya, yaitu: a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri yang lain. d) Sangat berguna untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z- score). e) Menstandarisasi ukuran perusahaan. f) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 29 g) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Selain memiliki beberapa manfaat, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut S.S. Harahap (2004:299), keterbatasan analisis rasio keuangan adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. 2. Analisis kesehatan keuangan perusahaan Untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti. Untuk tujuan tersebut digunakan dua teknik statistik yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan. Analisis regresi menggunakan data masa lampau untuk memprediksi nilai yang akan datang dari suatu variabel dependen, sedangkan analisis diskriminan merupakan salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk pengklasifikasian apakah suatu perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 30 Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah: Z=0.012X1+0.014X2+0.033X3+0.006X4+0.999X5 Dimana: X1=Modal kerja/total aktiva (%) X2=Laba ditahan/ total aktiva (%) X3=Laba sebelum bunga dan pajak/ total aktiva (%) X4=Nilai pasar modal sendiri/total utang (%) X5=Penjualan/total aktiva(kali) Kemudian, dia membuat apa yang disebutnya sebagai versi empat variabel, yaitu: Z=6,56 (X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4) Dimana: X1=Modal kerja/total aktiva (%) X2=Laba ditahan/ total aktiva (%) X3=Laba sebelum bunga dan pajak/ total aktiva (%) X4=Nilai pasar modal sendiri/total utang (%) Bila total skor perusahaan lebih besar daripada 2,60 berarti segalanya berjalan baik. Bila lebih kecil daripada 1,10 kebangkrutan mungkin terjadi. Bila Z Skor perusahaan telah mencapai titik 1,70 perusahaan berada dalam wilayah abu-abu, atau pada wilayah ini ada banyak perusahaan dengan skor yang lebih tinggi telah bangkrut, sementara perusahaan dengan skor yang lebih rendah masih bertahan hidup. Keunggulan Z Skor adalah selain untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan dan andal sebagai alat analisis tanpa memperhatikan ukuran perusahaan. Sedangkan kelemahannya Z Skor tidaklah mutlak bisa digunakan dan model-model klasifiksi kebangkrutan dapat digunakan untuk melengkapi laporan dan analisis-analisis lain dalam perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 31 3. Analisis Du Pont Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Bagan Du Pont mula-mula dikembangkan oleh manajemen Du Pont Corporation untuk pengendalian divisi. Tabel 2.1 Rumus Analisis Du Pont Sumber: Agnes Sawir (2005:27) Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profitabilitas, dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32 pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI). LabaBersih Penjualan X =ROA Penjualan TotalAktiva S.S.Harahap (2004:341), mengemukakan bahwa: “Analisis Du Pont memiliki keunggulan yaitu analisis ini sangat simpel sehingga analisis ini dapat digunakan dengan mudah dan dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Namun analisis Du Pont juga memiliki kelemahan yaitu analisis ini tidak banyak memberikan informasi yang lebih rinci dan kritis karena sangat terbatas pada rentabilitas dan likuiditas”. 4. Analisis horizontal dan vertikal Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya memperoleh gambaran mengenai perubahanperubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun laporan laba rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan. Analisis vertikal (common-size statement) adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba rugi. Bila analisis didasarkan pada suatu tahun dasar yang dianggap sebagai basis disebut angka indeks. Pos-pos pada neraca dan laporan laba rugi dihitung sebagai persentase dari pos pada tahun yang dijadikan dasar indeks. Pemilihan tahun dasar tidak harus tahun yang paling awal, tahun dasar adalah tahun yang dianggap normal oleh perusahaan. Analisis vertikal dan analisis indeks, yang menganalisis tren laporan keuangan dalam bentuk persentase selama waktu tertentu, berguna bagi analisis untuk mendapat pandangan yang tajam tentang pergerakan dana dan membandingkan laporan-laporan keuangan untuk perusahaan yang berbeda ukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 33 5. Analisis sumber dan penggunaan dana Analisis laporan sumber dan penggunaan dana menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Berdasarkan analisis ini yang bermanfaat terutama perusahaan akan mengajukan permohonan kredit, dapat ditentukan bagaimana dana telah dimanfaatkan di masa lalu, dana dari mana yang dapat diharapkan di masa depan dan bagaimana akan digunakan. Dana yang dimaksud dalam laporan sumber dan penggunaan dana adalah modal kerja, sehingga laporan ini sering disebut juga laporan sumber dan penggunaan modal kerja. Langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana adalah sebagai berikut: a) Tabulasikan perubahan-perubahan pos-pos neraca awal dan akhir (2 periode) dan klasifikasikan sebagai sumber dan penggunaan dana sesuai pola berikut ini: • Sumber dana terdiri dari penurunan dalam pos-pos aktiva dan kenaikan pada pos-pos pasiva. • Penggunaan dana terdiri dari kenaikan pos-pos aktiva atau penurunan pos-pos pasiva. • Depresiasi adalah biaya non kas, yang sebenarnya merupakan alokasi pembebanan biaya adalah sumber dana. b) Masukkan data laba bersih sebagai sumber dana dan dividen sebagai penggunaan dana. Laba bersih dikurangi dividen adalah laba ditahan, sehingga laba ditahan tidak dimasukkan lagi sebagai sumber dana. c) Kelompokkan perubahan-perubahan dalam modal kerja (aktiva lancar dan pasiva lancar). Disamping jumlah uang, pos-pos dalam laporan sumber dan penggunan dana umumnya disajikan dalam persentase dari total sumber dana atau total penggunaan dana (total sumber dana= total penggunaan dana=100%), sehingga lebih memudahkan manajemen membaca laporan tersebut. 6. Analisis kinerja dengan metode EVA EVA (Economic Value Added) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. EVA merupakan indikator tentang adanya pertambahan nilai dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA suatu investasi. EVA 34 yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. EVA dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA=EBIT-Pajak-Biaya Modal EVA dapat ditingkatkan dengan cara: a) Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal. Cara yang paling popular adalah memotong biaya-biaya, bekerja dengan biaya produksi dan pemasaran yang lebih rendah agar diperoleh margin laba yang lebih besar. Hal ini dapat juga dicapai dengan meningkatkan perputaran aktiva, baik dengan cara menaikkan volume penjualan atau bekerja dengan aktiva yang lebih rendah (lower assets). b) Memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi daripada biaya modal atas investasi baru. 2.4 Kinerja Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya. 2.4.1 Pengertian Penilaian Kinerja Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai potensi organisasi atau perusahaan dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat dari segi pengelolaannya, pergerakannya, maupun tujuannya. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:570) : “Kinerja adalah sesuatu yang dapat dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja”. “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan”. Sedangkan pengertian penilaian kinerja menurut Hiro Tugiman (1999:1) adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 35 “Penilaian kinerja (performance measurement) mengandung makna suatu proses atau sistem pengukuran mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu organisasi”. Dengan demikian penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan, dibandingkan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.4.2 Pengukuran Kinerja Menurut Helfert (1998:69) terdapat tiga ukuran kinerja keuangan menurut bidang dan sudut pandang: 1. Sudut pandang manajemen atau perusahaan Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kinerja keuangan, yaitu menilai efisiensi dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa efektif penggunaan suber daya perusahaan. Penilaian atas operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan atas analisis laporan laba rugi, sedangkan efektifitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang baik neraca maupun laporan laba rugi. 2. Sudut pandang pemilik Pemilik adalah investor, yaitu kepada siapa manajemen harus bertanggungjawab. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan dan pemegang saham dalam sebuah perusahaan adalah profitabilitas. Profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik. Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menjadi haknya, yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen kepada mereka. 3. Sudut pandang pemberi pinjaman Bila orientasi pokok manajemen dan pemilik mengarah pada kesinambungan perusahaan, pemberi pinjaman paling sedikit mempunyai dua kepentingan atas perusahaan. Pada saat yang sama mereka harus mempertimbangkan konsekuensi negatif seperti kegagalan dan likuidasi. Meskipun tidak memperoleh imbalan apapun dari keberhasilan perusahaan, kecuali menerima pembayaran bunga dan pokok pinjaman secara teratur, pemberi pinjaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 36 harus menilai dengan cermat resiko pengembalian dana awal tersebut yang diberikan, khususnya jika dana tersebut disediakan untuik jangka panjang. 2.4.3 Alat Ukur Penilaian Kinerja perusahaan Menurut Hiro Tugiman (1999:1), terdapat empat cara penilaian kinerja: 1. Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemajuan organisasi dalam melipat gandakan kinerja keuangan. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (score card), dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mrncatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga bisa digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hal ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. 2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Mutu adalah istilah yang biasanya dikaikan dengan harga, merek dagang, atau identik dengan kemewahan. Namun menurut standar ISO 8402, mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi terhadp mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan kemudian pemilihan. 3. Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQA) MBNQA merupakan kinerja pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan hasil-hasil usaha, memperbandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu dengan perusahaan terbaik di bidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari perusahaan sendiri dan pelatihan, serta alat untuk mengembangkan kinerja dari proses bisnis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 37 4. Penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah untuk meningkatkan daya saing. Kuswadi (2006:2) menyatakan: “Analisis rasio-rasio keuangan juga membantu kita mengetahui kinerja perusahaan baik secara keseluruhan maupun mendetail dari waktu ke waktu, termasuk sumber daya manusianya”. Menurut Helfert (1998:67) : “Banyak teknik-teknik analisis untuk melakukan pengukuran prestasi perusahaan yang sebagian besar dilakukan atas berjenisjenis rasio”. 2.4.4 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002:52) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholder) seperti investor, kreditor, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Manfaat penilaian kinerja perusahaan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:50), yaitu: a. Para pemegang saham (investor) Para investor dan juga calon investor berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk mengambil keputusan apakah tetap mempertahankan atau menjual saham suatu perusahaan, apakah grup manajemen yang sekarang ada harus diganti atau dipertahankan dan apakah perusahaan memiliki persetujuan untuk menerbitkan atau memperoleh pinjaman baru. b. Para kreditur Para kreditur dan juga calon kreditur berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk menilai apakah laba yang diperoleh suatu perusahaan akan mamapu digunakan untuk membayar beban bunga periodik dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban (pokok pinjaman) pada saat jatuh tempo. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 38 c. Para manajer Para manajer berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk dapat melakukan penilaian apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar dividen (dividen policy), apakah cukup tersedia dana yang akan digunakan untuk pengembangan usahanya dan apakah ada kemungkinan keberhasilan perusahaan di masa datang dibawah kepemimpinnnya. d. Analis sekuritas Para analis sekuritas tertarik terhadap informasi tentang estimasi laba di masa datang dan kekuatan keuangan sebagai elemen penting untuk dasar penentuan nilai sekuritas. e. Analis kredit Para analis kredit menginginkan untuk dapat menentukan aliran dana di masa datang dan konsekuensinya pada posisi keuangan sebagai upaya untuk dapat mengevaluasi resiko kredit yang melekat pada perluasan kreditnya. 2.5 Saham Dan Harga Saham 2.5.1 Pengertian Saham Menurut Asril Sitompul (2000:164): “Saham adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Bukti kepemilikan ini terdapat dalam dua bentuk yaitu saham yang dikeluarkan atas nama pemiliknya disebut saham atas nama dan saham yang tidak mencantumkan nama pemiliknya disebut saham atas tunjuk”. Jadi dapat dijelaskan bahwa saham adalah surat bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan, hal ini berarti kalau seorang investor membeli saham, maka iapun menjadi pemilik perusahaan tersebut, dimana proporsi kepemilikannya sesuai dengan jumlah kepemilikan saham yang dipunyai oleh pemegang saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut 2.5.2 Pengertian Harga Saham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 39 Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada setiap waktu, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Menurut Sentanoe Kertonegoro (1995:102) berbagai jenis nilai saham yaitu nilai nominal, nilai buku, dan nilai intrinsik. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya berdasarka keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan. Nilai buku menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan hutang serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku seringkali lebih tinggi daripada nilai nominalnya. Nilai intrinsik adalah nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun dana dimasa yang akan datang. Kalau kemudian saham diperjualbelikan di pasar yaitu di bursa efek, maka diperoleh harga pasar. Harga ini sering disebut kurs saham. Harga pasar secara umum adalah harga saham yang dibentuk oleh kekuatan hukum permintaan dan penawaran yaitu dimana saham banyak diminati oleh investor maka harganya cenderung naik, namun sebaliknya apabila saham kurang diminati maka harganya cenderung akan turun. 2.5.3 Jenis-Jenis Saham Saham mempunyai berbagai macam jenis yang dapat kita bedakan menurut cara pengalihan dan manfaat yang diperoleh dari pemegang saham. Marzuki Usman, Singgih R., dan Syahrir Ika (1997:113-126) menjelaskan jenis-jenis saham sebagai berikut: a) Saham biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir dalam pembagian dividen, hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham jenis ini merupakan saham yang paling dikenal di masyarakat. Saham biasa dibedakan menjadi: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 40 • Blue chip stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenis, mempunyai pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. • Inc stock, yaitu saham dari suatu emiten dimana emiten yang bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dan secara teratur membayarkan dividen tunai. • Growth stock (well-known), yaitu saham dari emiten yang mempunyai pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenis. • Growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai leader dalam industri, tetapi mempunyai ciri seperti Growth stock (lesserknown). Umumnya saham ini berasal dari daerah yang kurang populer dikalangan emiten. • Speculative stock yaitu saham yang emitennya tidak bisa secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun tapi mampu mendapatkan penghasilan yang tinggi di masa yang akan datang meskipun belum pasti. • Counter cyclical stock yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi harga saham inu tetap tinggi dan emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi karena kemampuan emiten dalam mengdapatkan penghasilan yang tinggi pada saat resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti barang-barang komsumsi. b) Saham preferen (preferred stock) Saham preferan adalah saham yang berbentuk gabungan antara obigasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap (seperti bunga obligasi), namum dapat juga tidak mendatangkan hasil yang dikehendaki oleh investor. Di dalam praktek pasar modal dikenal ada beberapa jenis saham preferen yaitu: • Cummulative preferred stock Saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yng sifatnya kumulatif dalam suatu persentase jumlah tertentu. Apabila BAB II TINJAUAN PUSTAKA 41 dalam tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini diperhitungkan dalam tahun-tahun berikutnya. Pembayaran dividen pada pemegang saham ini selalu didahulukan dari pemegang saham biasa. • Non cummulative preferred stock Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Bila pada tahun tertentu dividen yang dibayar kurang atau tidak diperhitungkan di tahun berikutnya. • Participating preferred stock Pemilik saham preferen jenis ini disamping mendapat dividen tetap seperti yang telah ditentukan pada tahun lalu, juga mendapat ekstra dividen apabila perusahaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran tersebut dapat berupa penjualan atau keuntungan pada waktu tertentu. 2.6 Dividen 2.6.1 Pengertian Dividen Smith and Skoussen (1990:741) mengemukakan pengertian dividen sebagai: “Dividens are distribution to stockholders of corporation in proportion to the number of shares held by the respective owners”. Sedangkan Bambang Riyanto (1995:266) menyatakan dividen sebagai: “Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan emiten kepada pemegang saham atau equity investor sebagai imbalan atas modal yang ditanamkan”. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividen sangat penting artinya bagi pemegang saham. Dividen merupakan pembayaran dari emiten kepada pemegang saham sebagai imbalan atas modal yang telah ditanamkan di perusahaan tersebut. 2.6.2 Jenis-Jenis Dividen Jenis-Jenis dividen dapat dibedakan menjadi: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 42 1) Dividen Skrip (Script Dividen) Dividen skrip adalah dividen yang ada saat posisi likuiditas perusahaan tidak memungkinkan untuk segera membagikan dividen dalam bentuk kas sehingga dividen diwujudkan dalam bentuk janji hutang kepada pemegang saham dimana akan dibayarkan oleh perusahaan pada periode tertentu dengan jumlah sesuai dengan yang telah diumumkan atau jumlah yang telah tertera dalam skrip. Skrip oleh perusahaan dianggap sebagai wesel bayar yang juga diberikan bunga dan dapat diperjualbelikan. 2) Dividen Properti (Property Dividen) Dividen properti adalah dividen yang akan dibayar dalam bentuk aset (property) dengan nilaia wajarnya bukan dengan nilai historisnya sehingga diperlukan suatu pengakuan atas adanya keuntungan atau kerugian saat aset dibagikan. Pembagian ini sering disebut juga dengan nonreaprocal transfer of nonmonetary assets. 3) Dividen Saham (Share Dividen) Dividen saham adalah dividen yang diberikan dalam bentuk tambahan lembar saham baru dari perusahaan. Tidak ada pembagian aktiva dan tidak menambah porsi kepemilikan dalam perusahaan. a) Small stock dividen yaitu pembagian dividen saham sampai dengan porsi maksimal 20%-25% dari jumlah saham awal. Menurut pendapat para praktisi, pembagian dividen saham porsi rendah ini tidak akan berimbas secara material terhadap nilai saham. b) Large stock dividen yaitu pembagian dividen saham sampai dengan porsi lebih besar dari 20%-25% terhadap pemecahan saham (stock split) dan akan menurunkan nilai tiap saham. 4) Dividen Kas (Cash Dividen) Dividen kas adalah dividen yang paling umum dibagikan. Dalam memutuskan pembagiannya banyak hal yang harus diperhatikan seperti kecukupan jumlah laba ditahan ( retained earning), kas yang cukup, dan formal action dari dewan direksi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 43 2.7 Hubungan Analisis Laporan Keuangan Atas Penilaian Kinerja Perusahaan Terhadap Harga Saham dan Dividen Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Performa suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tesebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui tentang keadaan keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahan selama periode tertentu. Harrington (1991:1) menyebutkan bahwa: “The primary resources of information these analysist use to evaluate firm performance are its financial statement the historical record of it’s past performance”. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui secara mendalam dengan cara membaca, membuat analisa, dan mengintepretasikan laporan keuangannya. Analisis rasio keuangan dengan merupakan salah satu metode dalam menganalisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini mencoba mengintepretasikan kondisi keuangan dari hasil-hasil operasi perusahaan dengan melihat hubungan dari berbagai pos pada laporan keuangan. Angka rasio mempunyai arti tertentu yang dapat menggambarkan baik buruknya kondisi keuangan suatu perusahaan, sehingga dapat dilihat kinerja perusahaan tersebut. Menilai kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan rasio dari waktu ke waktu atau membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak pada industri yang sama atau sejenis. Penilaian kinerja perusahaan dengan rasio keuangan sangat penting bagi calon investor atau investor, karena apabila hasil dari analisis rasio keuangan ini menunjukkan rasio keuangan yang baik maka akan mencerminkan kinerja perusahaan yang baik pula. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan yaitu dengan cara melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Dengan 44 melakukan analisis laporan keuangan, selain dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dari waktu ke waktu, juga dapat membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis. 3. Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan maka dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan dan kemudian melakukan tindakan korektif untuk memperbaikinya dan mengorganisasikan perusahaan dengan efektif, efisien, dan ekonomis sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. 4. Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. 5. Kinerja perusahaan yang baik akan berdampak terhadap naiknya harga saham perusahaan dipasar modal dan dividen yang akan diterima oleh para investor.