BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Analisis
Terdapat beberapa konsep mengenai analisis yaitu:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:43)
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan
penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan.
2. Menurut Komaruddin (2001:53)
Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan segala sesuatu secara
keseluruhan menjadi komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu kesatuan yang padu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan
berpikir untuk menguraikan, menelaah, dan menafsirkan berbagai bagian secara
keseluruhan serta hubungan antar bagian tersebut sehingga dapat diperoleh
gambaran yang lebih jelas untuk pengambilan keputusan yang tepat.
2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang
disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses akuntansi
tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan.
Dalam proses akuntansi didefinisikan berbagai transaksi atau peristiwa yang
merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran,
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi yang bersifat keuangan
sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan
satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran yang layak
tentang keadaan keuangan serta hasil perusahaan dalam satu periode yang
akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan
atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9
pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang mana
dapat menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan.
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan keuangan,
berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (2004:2) adalah:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas,
atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu
juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misal: informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan perubahan harga”.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada
periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan
keuangan.
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan akuntansi menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (2004:2) adalah:
“Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen
atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.”
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setarara kas), dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10
sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas
serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Informasi kenerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang memungkinkan
dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode
pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai
kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
Selain untuk tujan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan
apa
yang
telah
dilakukan
oleh
pertanggungjawaban manajemen atas
manajemen
sumber
atau
daya
menggambarkan
yang dipercayakan
kepadanya.
2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Informasi yang ada dalam laporan keuangan dan laporan lainnya yang
dibuat perusahaan untuk melaporkan kegiatannya harus memiliki karakteristik
tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakainya.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (2004:7) terdapat empat karakteristik kualitatif laporan
keuangan, yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan
bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa
depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memilki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengevaluasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukutan dan penyajian dampak
keuangan perusahaan dari transaksi dan peistiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut antar periode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.2.4. Pemakai Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004: 2), para
pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Pihak ekstern yang terdiri dari:
a. Investor
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
saat jatuh tempo.
c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
d. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
e. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
karena
itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
f. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2. Pihak intern yang terdiri dari karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatan kerja.
2.2.5. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Laporan
keuangan
yang
lengkap
menurut
Pernyataan
Standar
Akuntansi Keuangan (2004:3) terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Neraca,
2. Laporan laba-rugi,
3. Laporan perubahan ekuitas,
4. Laporan arus kas, dan
5. Catatan atas laporan keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu seperti yang telah tertera dalam neraca. Komponen dari
neraca yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas. Aktiva terdiri dari aktiva lancar,
aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban terdiri dari kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang, dan ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran
modal ataupun laba yang belum dibagi.
2. Laporan laba-rugi
Laporan laba-rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu. Komponen laporan
laba-rugi yaitu:
a. Pendapatan atau penjualan (dari usaha utama)
Pendapatan atau penjualan merupakan hasil penjualan produk atau jasa
utama yang dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan.
b. Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan adalah biaya produksi sesungguhnya dari produk
atau jasa yang dijual pada periode tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
14
c. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memasarkan produk atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan
untuk pelanggan pada periode tersebut
d. Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk keperluan administrasi dan umum perusahaan.
e. Pendapatan luar usaha (non operasional)
Pendapatan luar usaha merupakan pendapatan perusahaan yang
diperoleh selain dari bisnis utama perusahaan.
f.
Biaya luar usaha (non operasional)
Biaya luar usaha merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
selain untuk kegiatan bisnis utama dari perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan saldo dan perubahan hak si
pemilik yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan
laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan,
yang menunjukan:
a. Laba atau rugi bersih pada periode yang bersangkutan.
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas.
c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
d. Saldo akumulasi rugi atau laba pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
e. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapakan
secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan arus kas
Perusahaan
harus
menyusun
laporan
arus
kas
sesuai
dengan
persyaratan yang terdapat dalam PSAK dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagai bagian yang tak terpisah dari laporan keuangan untuk
setiap
periode
penyajian
laporan
keuangan.
Laporan
menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu.
arus
kas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
15
5. Catatan atas laporan keuangan.
Isi dari catatan atas laporan keuangan merupakan gambaran umum dari
perusahaan, kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, dan
penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba-rugi.
2.2.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (pogress report) secara periodik
yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut S. Munawir
(2002:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu
pogress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari
suatu kombinasi antara:
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)
Sifat ini menunjukkan bahwa data dalam laporan keuangan itu dibuat atas
dasar fakta dari catatan-catatan akuntansi atas peristiwa-peristiwa atau
transaksi yang telah terjadi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam
perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan
barang dagangan, hutang, maupun aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (accounting
conversation and postulate)
Sifat ini berarti bahwa data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggaran-anggaran tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim (General Accepted Accounting Principles). Hal ini dilakukan dengan
tujuan memudahkan pencatatan untuk keseragaman.
3. Pendapat pribadi (personal judgement)
Sifat ini dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konversi-konversi dan dalil-dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan
atau manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengingat dan memperhatikan sifar-sifat laporan keuangan
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai
keterbatasan. Menurut S. Munawir (2002:9) keterbatasan laporan keuangan
adalah:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
16
merupakan laporan yang final karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal
yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai realisasi
dimana di dalamnya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah
dibukukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standar nilai yng mungkin berbeda-beda atau berubah-ubah. Laporan
keuangan dibuat berdasarkan konsep going concen sehingga aktiva tetap
dinilai
berdasarkan
nilai-nilai
historis
atau
harga
perolehan
dan
pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi
depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan
hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar
sekarang dan nilai gantinya.
3. Laporan keuangan berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau
nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,dimana daya beli uang
semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga
kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu
menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti
kenaikan tingkat harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak
mencerminkan berbagai faktor
yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
Dengan memahami sifat dan keterbatasan laporan keuangan, maka
pengguna informasi laporan keuangan dapat menjaga kemungkinan salah tafsir
terhadap informasi yang diberikan, sehingga kesimpulan yang diambil lebih
akurat.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat
memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi, namun dengan adanya keterbatasan pada
laporan keuangan maka para pemakai laporan keuangan harus dapat mengolah
lebih lanjut lagi laporan keuangan tersebut melalui proses analisis atas laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
17
keuangan, sehingga laporan keuangan dapat lebih bermanfaat lagi dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan
keuangan. Menurut S.S Harahap (2004:189) pengertian analisis dan laporan
keuangan adalah:
“Analisis adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit
menjadi berbagai unit terkecil”.
“Laporan keuangan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan
arus kas”.
Jika kedua pengertian di atas digabungkan maka pengertian analisis
laporan keuangan menurut S.S. Harahap (2004:190) adalah:
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara
data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menguraikan pos-pos
laporan keuangan untuk mencari hubungan yang ada baik antara data kuantitatif
maupun data non kuantitatif sehingga dapat diperoleh gambaran kondisi
keuangan perusahaan dengan jelas untuk pengambilan keputusan ekonomi.
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pandangan seorang
analis, misalnya investor akan melakukan analisis dengan tujuan untuk
mengetahui kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan apakah
harus membeli, menahan atau menjual investasi yang telah mereka lakukan atau
yang akan mereka lakukan pada suatu perusahaan, selain itu mereka juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
18
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan untuk beberapa tujuan,
misalnya menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:53) analisa laporan
keuangan dapat dilakukan untuk tujuan:
“Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam
memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting
mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai
proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi
atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap
manajemen.”
Terlepas dari siapa yang akan menggunakan informasi keuangan,
umumnya analisis atas laporan keuangan akan menyangkut usaha untuk
mengetahui:
1. Kondisi likuditas jangka pendek, yaitu memastikan bahwa dalam jangka
pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar untuk
membiayai kegiatannya sehari-hari.
2. Arus dana, yaitu untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar
dari perusahaan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Penggunaan
aset,
untuk
mengetahui
efisiensi
perusahaan
dalam
memperoleh pendapatan dengan menggunakan aset yang ada.
4. Pengembalian
dari
investasi,
yaitu
untuk
mengetahui
apakah
nilai
pengembalian dari investasi pada suatu perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga SBI
misalnya.
5. Kinerja operasi perusahaan, dengan analisis maka diharapkan dapat
diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan
menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba
operasi yang maksimal.
Analisis laporan keuangan pada dasarnya memiliki tujuan untuk dapat
memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka
memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, dimana data yang
disajikan oleh laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
19
2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty
(2002:54) mengungkapkan bahwa terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, yaitu:
1.
Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis
perlu dilakukan agar memperoleh pemahaman tentang bidang usaha yang
diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan
diterapkan oleh perusahaan tersebut.
2.
Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan, misalnya
perubahan selera konsumen, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan
teknologi, perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri seperti
perubahan posisi manajemen dan lain sebagainya.
3.
Mempelajari dan mereview laporan keuangan bertujuan untuk memastikan
bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan
yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
4.
Setelah melakukan ketiga langkah sebelumnya maka langkah selanjutnya
yaitu menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan metoda dan
teknik analisis yang ada.
2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005:6-49) ada 6 metode yang digunakan dalam
analisis laporan keuangan yaitu:
1. Analisis rasio keuangan
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan unsur-unsur
neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, sehingga dapat
memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya
pada saat ini.
1) Rasio Likuiditas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajibannya yang segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas terdiri dari:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
20
a. Rasio Lancar
Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva yang dimiliki
perusahaan dengan hutang jangka pendek
Rasio lancar =
Aktiva lancar
Utang lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio cepat =
Aktiva lancar - persediaan
Utang lancar
Quick ratio yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu)
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang
lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.
Rasio kas =
Kas + sekuritas
Utang lancar
2) Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi.
Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Rasio–rasio leverage yang umum digunakan adalah:
a. Rasio Utang atau Debt Ratio (Debt to Total Assets Ratio)
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya,
cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun
pemegang saham.
Rasio utang=
Total utang
Total Aktiva
b. Rasio Utang terhadap Ekuitas atau DER (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DER =
c.
21
Total Utang
Total Ekuitas
Rasio Laba terhadap Bebab Bunga atau TIE (Times Interest Earned)
Rasio ini sering disebut rasio penutupan (coverage ratio), mengukur
kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengn laba operasi
(EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan
kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
TIE=
d.
Laba sebelum bunga dan pajak
Beban bunga
Rasio Penutupan Beban tetap (Fixed Charge Coverage)
Rasio ini mirip dengan rasio TIE, namun rasio ini lebih lengkap karena
dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban perusahaan seandainya
perusahaan melakukan leasing (sewa beli) aktiva dan memperoleh
utang jangka panjang berdasarkan kontrak sewa beli.
FCC =
Laba sebelum pajak + beban bunga + +kewajiban lease
Beban bunga + kewajiban lease
3) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.
Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah:
a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover)
Rasio
perputaran
persediaan
mengukur
efisiensi
pengelolaan
persediaan barang dagang. Oleh karena itu semakin tinggi persediaan
berputar semakin efektif perusahaan mengelola perusahaan dan
dianggap penjualan berjalan baik.
Rasio perputaran persediaan =
Penjualan
Persediaan
b. Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, ratarata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya
perusahaan
harus
menunggu
pembayaran
setelah
melakukan
penjualan. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
kedua
angka
22
ini
digunakan
dalam
lingkup
keuangan
dan
perbedaannya tidak akan memepengaruhi keputusan yang dihasilkan.
Piutang
Penjualan per hari
Periode penagihan rata - rata =
c. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Rasio perputaran modal kerja =
Penjualan
Modal kerja bersih
d. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan
aktivanya
secara
efektif
untuk
meningkatkan
pendapatan. Semakin cepat perputarannya semakin baik.
Rasio perputaran aktiva tetap=
Penjualan
Aktiva tetap
e. Rasio Perputaran Aktiva (Total Assets Turnover)
Rasio
ini
menunjukkan
perusahaan
dalam
menggambarkan
efektivitas
rangka
berapa
rupiah
penggunaan
menghasilkan
seluruh
harta
penjualan
atau
penjualan bersih
yang
dapat
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta
perusahaan. Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa
aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan
untuk menjual.
Rasio perputaran total aktiva=
Penjualan
Total Aktiva
4) Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan. Rasio kemampulabaan yang umum
digunakan adalah:
a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengidentifikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
23
Marjin laba kotor=
Penjualan − HPP
Penjualan
b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin on Sales)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Marjin laba bersih =
Laba bersih
Penjualan
c. Daya Laba Dasar (Basic Earning Power) atau Rentabilitas Ekonomis
Daya
laba
memanfaatkan
dasar
mengukur
seluruh
sumber
efektivitas
perusahaan
dayanya,
yang
dalam
menunjukkan
rentabilitas ekonomi perusahaan.
Daya laba dasar =
Laba sebelum pajak dan bunga
Total aktiva
d. Hasil Pengembalian atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets)
ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
hasilnya semakin efektif perusahaan dalam mengelola assetsnya.
ROA
sering
disamakan
ROA =
Laba bersih
Total aktiva
dengan
Return
on
Investment
(ROI)
e. Hasil Pengembalian atas Ekuitas atau ROE (Return on Equity)
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan
dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan modal sendiri atau
yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.
ROE =
Laba bersih
Ekuitas
5) Rasio penilaian pasar
Rasio penilaian (valuation ratio) adalah ukuran yang paling komprehensif
untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
24
kombinasi pengaruh-pengaruh rasio-rasio dan rasio hasil pengembalian.
Rasio penilaian yang umum digunakan adalah:
a. Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to Earnings Ratio)
PER sesungguhnya merupakan evaluasi hubungan antara kapital
suatu perusahaan terhadap laba.
PER =
Harga saham
Laba per saham
b. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio)
Rasio
ini
menggambarkan
penilaian
pasr
keuangan
terhadap
manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan
(going concern). Nilai buku menggambarkan biaya pendirian historis
dan aktiva fisik perusahaan. Suatu perusahaan yang berjalan baik
dengan staf manajemen yang kuat dan organisasi yang berfungsi
secara efisien akan mempunyai nilai pasar yang lebih besar atau
sekurang-kurangnya sama dengan nilai buku aktiva fisiknya.
Harga pasar terhadap nilai buku=
H arg apasar
Nilaibukup ersaham
Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim (2005: 77) jenis-jenis rasio
keuangan terdiri dari:
1. Rasio likuiditas
Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajibannya yang segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas terdiri dari:
a. Rasio lancar atau current ratio
Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva yang dimiliki perusahaan
dengan hutang jangka pendek
Rasio lancar =
Aktiva lancar
Hutang lancar
b. Rasio quick atau acid test ratio
Quick ratio =
Aktiva lancar - persediaan
Hutang lancar
Quick ratio yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
25
2. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber dayanya.
Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah:
a. Rasio perputaran piutang atau receivable turnover
Rasio perputaran piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan
tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu
rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat.
Perputaran piutang =
Penjualan
Rata - rata piutang
b. Rasio perputaran persediaan atau inventory turnover
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang. Oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar
semakin
efektif
perusahaan
mengelola
perusahaan
dan
dianggap
penjualan berjalan baik.
Perputaran persediaan =
Harga pokok penjualan
Persediaan
c. Rasio perputaran aktiva tetap atau fixed assets turnover
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam dalam
harga tetap yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada
aktiva tetap.
Rasio ini
berguna
untuk
mengevaluasi kemampuan
perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Semakin cepat perputarannya semakin baik.
Perputaran aktiva tetap =
Penjualan
Total aktiva tetap
d. Rasio perputaran total aktiva atau total assets turnover
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan
dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa
rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya
lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar
dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
26
Perputaran total aktiva =
Penjualan
Total aktiva
3. Rasio solvabilitas (rasio laverage)
Rasio laverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi.
Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Rasio–rasio laverage yang umum digunakan adalah:
a. Rasio total hutang terhadap total aset atau debt to total asset ratio
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaan yang
dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya,
cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun
pemegang saham.
Rasio total hutang terhadap total aset =
Total hutang
Total aktiva
b. Time interest earned ratio (TIE)
Rasio ini sering disebut coverage ratio (rasio penutupan) yang merupakan
rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.
Pada umumnya, laba dipandang cukup melindungi kreditor bila rasio ini
dua kali atau lebih.
TIE =
Laba sebelum pajak dan bunga (EBIT)
Bunga
c. Fixed charge coverage ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban
tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran,
pinjaman dan sewa
FCC =
EBIT + biaya sewa
Bunga + biaya sewa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
27
4. Rasio profitabilitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan. Rasio profitabilitas yang umum digunakan
adalah:
a. Profit margin atau profit margin on sales
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi
Profit margin =
Laba bersih
Penjualan
b. Return on assets (ROA)
ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
hasilnya semakin efektif perusahaan dalam mengelola assetsnya. ROA
sering disebut juga sebagai Return on Investment (ROI).
ROA =
Laba bersih
Total aktiva
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham.
ROE =
Laba bersih
Modal saham
5. Rasio penilaian pasar
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor atau calon
investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasiorasio ini. Rasio penilaian pasar terdiri dari :
a. Price to earning ratio (PER)
Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik)
mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi
investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
28
saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan
memperoleh capital gain akan lebih kecil.
PER =
Harga pasar per lembar
Laba bersih per lembar
b. Dividend yield
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
akan mempunyai dividen yield yang rendah, karena dividen sebagian besar
akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi
(PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividen yield akan menjadi kecil.
Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang
rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian
mempunyai dividen yield yang tinggi pula.
Dividen yield =
Dividen per lembar
Harga pasar saham per lembar
c. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio
Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai
dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak
dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Rasio pembayaran dividen =
Dividen per lembar
Laba bersih per lembar
S.S. Harahap (2004:298) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknis analisis lainnya, yaitu:
a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
b) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri yang lain.
d) Sangat berguna untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z- score).
e) Menstandarisasi ukuran perusahaan.
f) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
29
g) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang
akan datang.
Selain memiliki beberapa manfaat, analisis rasio keuangan juga memiliki
beberapa keterbatasan. Menurut S.S. Harahap (2004:299), keterbatasan analisis
rasio keuangan adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
2. Analisis kesehatan keuangan perusahaan
Untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio maka perlu dikombinasikan
berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti. Untuk tujuan
tersebut digunakan dua teknik statistik
yaitu analisis regresi dan analisis
diskriminan.
Analisis regresi menggunakan data masa lampau untuk memprediksi nilai
yang akan datang dari suatu variabel dependen, sedangkan analisis
diskriminan merupakan salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk
pengklasifikasian apakah suatu perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
30
Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960
menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Fungsi diskriminan Z (Zeta)
yang ditemukannya adalah:
Z=0.012X1+0.014X2+0.033X3+0.006X4+0.999X5
Dimana:
X1=Modal kerja/total aktiva (%)
X2=Laba ditahan/ total aktiva (%)
X3=Laba sebelum bunga dan pajak/ total aktiva (%)
X4=Nilai pasar modal sendiri/total utang (%)
X5=Penjualan/total aktiva(kali)
Kemudian, dia membuat apa yang disebutnya sebagai versi empat variabel,
yaitu:
Z=6,56 (X1)+3,26(X2)+6,72(X3)+1,05(X4)
Dimana:
X1=Modal kerja/total aktiva (%)
X2=Laba ditahan/ total aktiva (%)
X3=Laba sebelum bunga dan pajak/ total aktiva (%)
X4=Nilai pasar modal sendiri/total utang (%)
Bila total skor perusahaan lebih besar daripada 2,60 berarti segalanya
berjalan baik. Bila lebih kecil daripada 1,10 kebangkrutan mungkin terjadi. Bila
Z Skor perusahaan telah mencapai titik 1,70 perusahaan berada dalam
wilayah abu-abu, atau pada wilayah ini ada banyak perusahaan dengan skor
yang lebih tinggi telah bangkrut, sementara perusahaan dengan skor yang
lebih rendah masih bertahan hidup.
Keunggulan Z Skor adalah selain untuk menentukan kecenderungan
kebangkrutan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja
keuangan perusahaan dan andal sebagai alat analisis tanpa memperhatikan
ukuran perusahaan. Sedangkan kelemahannya Z Skor tidaklah mutlak bisa
digunakan dan model-model klasifiksi kebangkrutan dapat digunakan untuk
melengkapi laporan dan analisis-analisis lain dalam perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
31
3. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio
keuangan. Bagan Du Pont mula-mula dikembangkan oleh manajemen Du
Pont Corporation untuk pengendalian divisi.
Tabel 2.1 Rumus Analisis Du Pont
Sumber: Agnes Sawir (2005:27)
Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profitabilitas, dan
menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan
profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran
aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
32
pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian
investasi (ROI).
LabaBersih Penjualan
X
=ROA
Penjualan
TotalAktiva
S.S.Harahap (2004:341), mengemukakan bahwa:
“Analisis Du Pont memiliki keunggulan yaitu analisis ini sangat
simpel sehingga analisis ini dapat digunakan dengan mudah dan
dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan. Namun analisis Du Pont juga memiliki kelemahan yaitu
analisis ini tidak banyak memberikan informasi yang lebih rinci dan
kritis karena sangat terbatas pada rentabilitas dan likuiditas”.
4. Analisis horizontal dan vertikal
Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis dengan
cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir
secara berurutan. Maksudnya memperoleh gambaran mengenai perubahanperubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun laporan laba rugi,
sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir apakah
telah terjadi kenaikan atau penurunan.
Analisis vertikal (common-size statement) adalah analisis yang dilakukan
dengan jalan menghitung pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu
dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba rugi dengan
jumlah tertentu dari laporan laba rugi.
Bila analisis didasarkan pada suatu tahun dasar yang dianggap sebagai basis
disebut angka indeks. Pos-pos pada neraca dan laporan laba rugi dihitung
sebagai persentase dari pos pada tahun yang dijadikan dasar indeks.
Pemilihan tahun dasar tidak harus tahun yang paling awal, tahun dasar adalah
tahun yang dianggap normal oleh perusahaan.
Analisis vertikal dan analisis indeks, yang menganalisis tren laporan keuangan
dalam bentuk persentase selama waktu tertentu, berguna bagi analisis untuk
mendapat
pandangan
yang
tajam
tentang
pergerakan
dana
dan
membandingkan laporan-laporan keuangan untuk perusahaan yang berbeda
ukurannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
33
5. Analisis sumber dan penggunaan dana
Analisis laporan sumber dan penggunaan dana menyediakan latar belakang
historis dari pola aliran dana. Berdasarkan analisis ini yang bermanfaat
terutama perusahaan akan mengajukan permohonan kredit, dapat ditentukan
bagaimana dana telah dimanfaatkan di masa lalu, dana dari mana yang dapat
diharapkan di masa depan dan bagaimana akan digunakan.
Dana yang dimaksud dalam laporan sumber dan penggunaan dana adalah
modal kerja, sehingga laporan ini sering disebut juga laporan sumber dan
penggunaan modal kerja. Langkah-langkah dalam penyusunan laporan
sumber dan penggunaan dana adalah sebagai berikut:
a) Tabulasikan perubahan-perubahan pos-pos neraca awal dan akhir (2
periode) dan klasifikasikan sebagai sumber dan penggunaan dana sesuai
pola berikut ini:
• Sumber dana terdiri dari penurunan dalam pos-pos aktiva dan kenaikan
pada pos-pos pasiva.
• Penggunaan dana terdiri dari kenaikan pos-pos aktiva atau penurunan
pos-pos pasiva.
• Depresiasi adalah biaya non kas, yang sebenarnya merupakan alokasi
pembebanan biaya adalah sumber dana.
b) Masukkan data laba bersih sebagai sumber dana dan dividen sebagai
penggunaan dana. Laba bersih dikurangi dividen adalah laba ditahan,
sehingga laba ditahan tidak dimasukkan lagi sebagai sumber dana.
c) Kelompokkan perubahan-perubahan dalam modal kerja (aktiva lancar dan
pasiva lancar).
Disamping jumlah uang, pos-pos dalam laporan sumber dan penggunan dana
umumnya disajikan dalam persentase dari total sumber dana atau total
penggunaan dana (total sumber dana= total penggunaan dana=100%),
sehingga lebih memudahkan manajemen membaca laporan tersebut.
6. Analisis kinerja dengan metode EVA
EVA (Economic Value Added) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan. EVA merupakan indikator tentang adanya pertambahan nilai dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
suatu
investasi.
EVA
34
yang
positif
menunjukkan
bahwa
manajemen
perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan
sesuai
dengan
tujuan
manajemen
keuangan
memaksimumkan
nilai
perusahaan.
EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA=EBIT-Pajak-Biaya Modal
EVA dapat ditingkatkan dengan cara:
a) Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal.
Cara yang paling popular adalah memotong biaya-biaya, bekerja dengan
biaya produksi dan pemasaran yang lebih rendah agar diperoleh margin
laba yang lebih besar. Hal ini dapat juga dicapai dengan meningkatkan
perputaran aktiva, baik dengan cara menaikkan volume penjualan atau
bekerja dengan aktiva yang lebih rendah (lower assets).
b) Memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi daripada biaya modal
atas investasi baru.
2.4 Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan
manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
2.4.1
Pengertian Penilaian Kinerja
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para
pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Kinerja
keuangan dapat diartikan sebagai potensi organisasi atau perusahaan dinilai
secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat dari segi pengelolaannya,
pergerakannya, maupun tujuannya. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005:570) :
“Kinerja adalah sesuatu yang dapat dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, kemampuan kerja”.
“Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan
atau dikerjakan”.
Sedangkan pengertian penilaian kinerja menurut Hiro Tugiman (1999:1) adalah:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
35
“Penilaian kinerja (performance measurement) mengandung makna
suatu proses atau sistem pengukuran mengenai pelaksanaan
kemampuan kerja suatu organisasi”.
Dengan demikian penilaian kinerja adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas yang telah
dilaksanakan, dibandingkan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2.4.2
Pengukuran Kinerja
Menurut Helfert (1998:69) terdapat tiga ukuran kinerja keuangan menurut
bidang dan sudut pandang:
1. Sudut pandang manajemen atau perusahaan
Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kinerja keuangan,
yaitu menilai efisiensi dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa
efektif penggunaan suber daya perusahaan. Penilaian atas operasi sebagian
besar dilakukan berdasarkan atas analisis laporan laba rugi, sedangkan
efektifitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang
baik neraca maupun laporan laba rugi.
2. Sudut pandang pemilik
Pemilik
adalah
investor,
yaitu
kepada
siapa
manajemen
harus
bertanggungjawab. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan dan pemegang
saham dalam sebuah perusahaan adalah profitabilitas. Profitabilitas berarti
hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan
pemilik. Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menjadi haknya, yaitu
seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang
dibayarkan sebagai dividen kepada mereka.
3. Sudut pandang pemberi pinjaman
Bila orientasi pokok manajemen dan pemilik mengarah pada kesinambungan
perusahaan, pemberi pinjaman paling sedikit mempunyai dua kepentingan
atas perusahaan. Pada saat yang sama mereka harus mempertimbangkan
konsekuensi negatif seperti kegagalan dan likuidasi. Meskipun tidak
memperoleh imbalan apapun dari keberhasilan perusahaan, kecuali menerima
pembayaran bunga dan pokok pinjaman secara teratur, pemberi pinjaman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
36
harus menilai dengan cermat resiko pengembalian dana awal tersebut yang
diberikan, khususnya jika dana tersebut disediakan untuik jangka panjang.
2.4.3
Alat Ukur Penilaian Kinerja perusahaan
Menurut Hiro Tugiman (1999:1), terdapat empat cara penilaian kinerja:
1. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan contemporary management tool yang
digunakan untuk mendongkrak kemajuan organisasi dalam melipat gandakan
kinerja keuangan.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (score card), dan (2)
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mrncatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga bisa digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan
dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hal ini digunakan untuk
melakukan evaluasi kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara
berimbang dari dua aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern.
2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000
Mutu adalah istilah yang biasanya dikaikan dengan harga, merek dagang,
atau identik dengan kemewahan. Namun menurut standar ISO 8402, mutu
diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa.
Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi terhadp mutu,
antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan
kemudian pemilihan.
3. Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQA)
MBNQA
merupakan
kinerja
pengukuran
kinerja
perusahaan
secara
menyeluruh yang mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek
pendekatan, penyebarluasan, dan hasil-hasil usaha, memperbandingkan
pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu dengan
perusahaan terbaik di bidangnya.
Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari perusahaan sendiri
dan pelatihan, serta alat untuk mengembangkan kinerja dari proses bisnis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
37
4. Penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan
Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah
untuk meningkatkan daya saing.
Kuswadi (2006:2) menyatakan:
“Analisis rasio-rasio keuangan juga membantu kita mengetahui
kinerja perusahaan baik secara keseluruhan maupun mendetail dari
waktu ke waktu, termasuk sumber daya manusianya”.
Menurut Helfert (1998:67) :
“Banyak
teknik-teknik
analisis
untuk
melakukan
pengukuran
prestasi perusahaan yang sebagian besar dilakukan atas berjenisjenis rasio”.
2.4.4
Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002:52) mengungkapkan
bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai
pihak (stakeholder) seperti investor, kreditor, analis, konsultan keuangan, pialang,
pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Manfaat penilaian kinerja perusahaan
menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:50), yaitu:
a. Para pemegang saham (investor)
Para investor dan juga calon investor berkepentingan terhadap informasi
laporan keuangan antara lain untuk mengambil keputusan apakah tetap
mempertahankan atau menjual saham suatu perusahaan, apakah grup
manajemen yang sekarang ada harus diganti atau dipertahankan dan apakah
perusahaan memiliki persetujuan untuk menerbitkan atau memperoleh
pinjaman baru.
b. Para kreditur
Para kreditur dan juga calon kreditur berkepentingan terhadap informasi
laporan keuangan antara lain untuk menilai apakah laba yang diperoleh suatu
perusahaan akan mamapu digunakan untuk membayar beban bunga periodik
dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban
(pokok pinjaman) pada saat jatuh tempo.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
38
c. Para manajer
Para manajer berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara
lain untuk dapat melakukan penilaian apakah perusahaan mempunyai
kemampuan untuk membayar dividen (dividen policy), apakah cukup tersedia
dana yang akan digunakan untuk pengembangan usahanya dan apakah ada
kemungkinan
keberhasilan
perusahaan
di
masa
datang
dibawah
kepemimpinnnya.
d. Analis sekuritas
Para analis sekuritas tertarik terhadap informasi tentang estimasi laba di masa
datang dan kekuatan keuangan sebagai elemen penting untuk dasar
penentuan nilai sekuritas.
e. Analis kredit
Para analis kredit menginginkan untuk dapat menentukan aliran dana di masa
datang dan konsekuensinya pada posisi keuangan sebagai upaya untuk dapat
mengevaluasi resiko kredit yang melekat pada perluasan kreditnya.
2.5 Saham Dan Harga Saham
2.5.1
Pengertian Saham
Menurut Asril Sitompul (2000:164):
“Saham adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Bukti
kepemilikan ini terdapat dalam dua bentuk yaitu saham yang
dikeluarkan atas nama pemiliknya disebut saham atas nama dan
saham yang tidak mencantumkan nama pemiliknya disebut saham
atas tunjuk”.
Jadi dapat
dijelaskan bahwa saham adalah surat bukti keikutsertaan
dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan
perusahaan, hal ini berarti kalau seorang investor membeli saham, maka iapun
menjadi pemilik perusahaan tersebut, dimana proporsi kepemilikannya sesuai
dengan jumlah kepemilikan saham yang dipunyai oleh pemegang saham
tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas
tersebut
2.5.2
Pengertian Harga Saham
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
39
Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar
yang akan berbeda-beda pada setiap waktu, hal ini akan berkaitan dengan nilai
dari suatu saham tersebut. Menurut Sentanoe Kertonegoro (1995:102)
berbagai jenis nilai saham yaitu nilai nominal, nilai buku, dan nilai intrinsik.
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan
pencantumannya berdasarka keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan
yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah ditentukan pada
waktu saham itu diterbitkan.
Nilai buku menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai
buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan
dengan hutang serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham
yang beredar. Nilai buku seringkali lebih tinggi daripada nilai nominalnya.
Nilai intrinsik adalah nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan
pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun dana
dimasa yang akan datang.
Kalau kemudian saham diperjualbelikan di pasar yaitu di bursa efek,
maka diperoleh harga pasar. Harga ini sering disebut kurs saham. Harga pasar
secara umum adalah harga saham yang dibentuk oleh kekuatan hukum
permintaan dan penawaran yaitu dimana saham banyak diminati oleh investor
maka harganya cenderung naik, namun sebaliknya apabila saham kurang
diminati maka harganya cenderung akan turun.
2.5.3
Jenis-Jenis Saham
Saham mempunyai berbagai macam jenis yang dapat kita bedakan
menurut cara pengalihan dan manfaat yang diperoleh dari pemegang saham.
Marzuki Usman, Singgih R., dan Syahrir Ika (1997:113-126) menjelaskan
jenis-jenis saham sebagai berikut:
a) Saham biasa (common stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir
dalam
pembagian
dividen,
hak
atas
kekayaan
perusahaan
apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham jenis ini merupakan saham yang
paling dikenal di masyarakat.
Saham biasa dibedakan menjadi:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
40
• Blue chip stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai
reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenis, mempunyai
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
• Inc stock, yaitu saham dari suatu emiten dimana emiten yang bersangkutan
dapat membayar dividen lebih tinggi dan secara teratur membayarkan
dividen tunai.
• Growth stock (well-known), yaitu saham dari emiten yang mempunyai
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader dari perusahaan
sejenis.
• Growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai
leader dalam industri, tetapi mempunyai ciri seperti Growth stock (lesserknown). Umumnya saham ini berasal dari daerah yang kurang populer
dikalangan emiten.
• Speculative stock yaitu saham yang emitennya tidak bisa secara konsisten
mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun tapi mampu mendapatkan
penghasilan yang tinggi di masa yang akan datang meskipun belum pasti.
• Counter cyclical stock yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi harga saham
inu tetap tinggi dan emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi
karena kemampuan emiten dalam mengdapatkan penghasilan yang tinggi
pada saat resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam menghasilkan
produk yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti barang-barang komsumsi.
b) Saham preferen (preferred stock)
Saham preferan adalah saham yang berbentuk gabungan antara obigasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap (seperti
bunga obligasi), namum dapat juga tidak mendatangkan hasil yang
dikehendaki oleh investor.
Di dalam praktek pasar modal dikenal ada beberapa jenis saham preferen
yaitu:
• Cummulative preferred stock
Saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen
yng sifatnya kumulatif dalam suatu persentase jumlah tertentu. Apabila
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
41
dalam tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak
dibayar sama sekali, maka hal ini diperhitungkan dalam tahun-tahun
berikutnya. Pembayaran dividen pada pemegang saham ini selalu
didahulukan dari pemegang saham biasa.
• Non cummulative preferred stock
Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen
sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat
kumulatif. Bila pada tahun tertentu dividen yang dibayar kurang atau tidak
diperhitungkan di tahun berikutnya.
• Participating preferred stock
Pemilik saham preferen jenis ini disamping mendapat dividen tetap seperti
yang telah ditentukan pada tahun lalu, juga mendapat ekstra dividen apabila
perusahaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran tersebut
dapat berupa penjualan atau keuntungan pada waktu tertentu.
2.6
Dividen
2.6.1
Pengertian Dividen
Smith and Skoussen (1990:741) mengemukakan pengertian dividen
sebagai:
“Dividens are distribution to stockholders of corporation in
proportion to the number of shares held by the respective owners”.
Sedangkan Bambang Riyanto (1995:266) menyatakan dividen sebagai:
“Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan emiten kepada
pemegang saham atau equity investor sebagai imbalan atas modal
yang ditanamkan”.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividen sangat
penting artinya bagi pemegang saham. Dividen merupakan pembayaran dari
emiten kepada pemegang saham sebagai imbalan atas modal yang telah
ditanamkan di perusahaan tersebut.
2.6.2
Jenis-Jenis Dividen
Jenis-Jenis dividen dapat dibedakan menjadi:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
42
1) Dividen Skrip (Script Dividen)
Dividen skrip adalah dividen yang ada saat posisi likuiditas perusahaan tidak
memungkinkan untuk segera membagikan dividen dalam bentuk kas sehingga
dividen diwujudkan dalam bentuk janji hutang kepada pemegang saham
dimana akan dibayarkan oleh perusahaan pada periode tertentu dengan
jumlah sesuai dengan yang telah diumumkan atau jumlah yang telah tertera
dalam skrip. Skrip oleh perusahaan dianggap sebagai wesel bayar yang juga
diberikan bunga dan dapat diperjualbelikan.
2) Dividen Properti (Property Dividen)
Dividen properti adalah dividen yang akan dibayar dalam bentuk aset
(property) dengan nilaia wajarnya bukan dengan nilai historisnya sehingga
diperlukan suatu pengakuan atas adanya keuntungan atau kerugian saat aset
dibagikan. Pembagian ini sering disebut juga dengan nonreaprocal transfer of
nonmonetary assets.
3) Dividen Saham (Share Dividen)
Dividen saham adalah dividen yang diberikan dalam bentuk tambahan lembar
saham baru dari perusahaan. Tidak ada pembagian aktiva dan tidak
menambah porsi kepemilikan dalam perusahaan.
a) Small stock dividen yaitu pembagian dividen saham sampai dengan porsi
maksimal 20%-25% dari jumlah saham awal. Menurut pendapat para
praktisi, pembagian dividen saham porsi rendah ini tidak akan berimbas
secara material terhadap nilai saham.
b) Large stock dividen yaitu pembagian dividen saham sampai dengan porsi
lebih besar dari 20%-25% terhadap pemecahan saham (stock split) dan
akan menurunkan nilai tiap saham.
4) Dividen Kas (Cash Dividen)
Dividen kas adalah dividen yang paling umum dibagikan. Dalam memutuskan
pembagiannya banyak hal yang harus diperhatikan seperti kecukupan jumlah
laba ditahan ( retained earning), kas yang cukup, dan formal action dari dewan
direksi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
43
2.7 Hubungan Analisis Laporan Keuangan Atas Penilaian Kinerja
Perusahaan Terhadap Harga Saham dan Dividen
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para
pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Performa
suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tesebut.
Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui tentang keadaan keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahan selama periode tertentu.
Harrington (1991:1) menyebutkan bahwa:
“The primary resources of information these analysist use to
evaluate firm performance are its financial statement the historical
record of it’s past performance”.
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui secara mendalam
dengan cara membaca, membuat analisa, dan mengintepretasikan laporan
keuangannya. Analisis rasio keuangan dengan merupakan salah satu metode
dalam menganalisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini mencoba
mengintepretasikan kondisi keuangan dari hasil-hasil operasi perusahaan
dengan melihat hubungan dari berbagai pos pada laporan keuangan. Angka
rasio mempunyai arti tertentu yang dapat menggambarkan baik buruknya kondisi
keuangan suatu perusahaan, sehingga dapat dilihat kinerja perusahaan tersebut.
Menilai kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan
rasio dari waktu ke waktu atau membandingkan rasio perusahaan dengan
perusahaan lain yang bergerak pada industri yang sama atau sejenis. Penilaian
kinerja perusahaan dengan rasio keuangan sangat penting bagi calon investor
atau investor, karena apabila hasil dari analisis rasio keuangan ini menunjukkan
rasio keuangan yang baik maka akan mencerminkan kinerja perusahaan yang
baik pula.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya
dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan yaitu
dengan cara melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan
keuangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Dengan
44
melakukan
analisis
laporan
keuangan,
selain
dapat
mengevaluasi kinerja perusahaan dari waktu ke waktu, juga dapat
membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lainnya yang
sejenis.
3. Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan maka dapat membantu
manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan dan kemudian melakukan
tindakan
korektif
untuk
memperbaikinya
dan
mengorganisasikan
perusahaan dengan efektif, efisien, dan ekonomis sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.
4. Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan untuk
membantu dalam proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
5. Kinerja perusahaan yang baik akan berdampak terhadap naiknya harga
saham perusahaan dipasar modal dan dividen yang akan diterima oleh
para investor.
Download