9 bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian
2.1.1 Audit Internal
2.1.1.1 Pengertian Audit
Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur untuk melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Agoes (2012),
pengertian audit adalah sebagai berikut :
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut “.
Sedangkan menurut Arens et al (2011), pengertian audit adalah sebagai
berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent, independent person”.
Audit harus dilakukan oleh pihak yang kompeten menunjukkan seseorang
yang cakap dan mengetahui dengan benar akan pekerjaannya, dalam hal ini
pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh manajemendan auditor harus
mempunyai wewenang dan berkuasa untuk memutuskan atau menentukan apa
9
10
yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Sedangkan
independen yaitu orang yang bersangkutan dalam pemeriksaan dan bebas dari
pengaruh pribadi dan pertanggungjawaban atas kegiatan objek yang diaudit
sehingga dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka,
sehingga hasil pemeriksaan dapat dipercaya objektivitasnya
Berdasarkan definisi audit yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa audit merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi, untuk kemudian hasilnya diinformasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan
2.1.1.2 Pengertian Audit Internal
Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai
dengan tuntuan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut
suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara profesional, yang berarti
pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
perusahaan. Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang
memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Audit
internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencangkup pemeriksaan dan
penilaian ata skontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan
publik maupun privat. Audit internal memberikan informasi yang diperlukan
manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif.
11
Audit internal dapat diaartikan sebagai aktivitas pemeriksaan dan penilaian
dalam suatu perusahaan secara menyeluruh, yang bertujuan untuk membantu
semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif.
Menurut Intitute of Internal Auditors (IIA) dalam International
Professional Practice Framework (2009), audit internal adalah sebagai berikut :
“Internal audit is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps
an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of governance process, risk
management, and control”.
Sedangkan menurut Sawyer (2009) (diterjemahkan), pengertian audit
adalah sebagai berikut :
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan
operasi terlah akurat dan dapat diandalkan; (b) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (c) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (d)
kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (e) sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (f) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjelaksan tanggungjawabnya secara efektif”.
Berdasarkan definisi audit internal yang dikemukakan tersebut, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa audit internal dilakukan untuk membantu
organisasi mencapai tujuan dan dilakukan oleh auditor yang independen dan
memiliki kompetensi di bidang audit dan keuangan maupun berbagai disiplin
ilmu.
2.1.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut Hiro Tugiman (2006) tujuan audit internal adalah :
12
“ Tujuan dasar audit internal adalah untuk membantu para anggota
organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian dan
pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal
meliputi:
1. Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung
jawabnya.
2. Memberikan jaminan kepatuhan terhadap hukum, perturan dna
perundang-undangan.
3. Memberikan penilaian saran dan komentar mengenai kegiatan yang
diperiksanya.
4. Mencapai tujuan dengan cara yang etis.
Definisi ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2006)
adalah:
“Menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta pengevaluasian
terhadap kegiatan kelengkapan dan keefektifan system pengendalian
internal yang dimiliki organisasi serta kualitas dan tanggung jawab
pelaksanaan yang diberikan”.
Sedangkan, menurut International Professional Practices Framework
(IPPF) dalam Institute of Internal Auditors (2009):
“The internal audit activity must evaluate and contribute to the
improvement of governance, risk management, and control processes
using a systematic and disciplined approach”.
Maksud dari pengertian ruang lingkup audit internal menurut International
Professional Practices Framework (IPPF) dalam The Institute of Internal Auditors
di atas adalah audit internal harus mampu membantu organisasi mencapai
13
tujuannya dengan memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis dan
meningkatkan
keefektifan
manajemen
resiko,
pengendalian
dan
proses
pengelolaannya. Lingkup penugasan audit internal, yaitu:
1. Pengelolaan Risiko
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan
kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
2. Pengendalian
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian
intern
yang
efektif
dengan
cara
mengevaluasi
kecukupan, efisiensi dan efektifitas pengendalian tersebut, serta
mendorong
peningkatan
pengendalian
intern
secara
berkesinambungan.
3. Proses Governance
Fungsi Audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi
yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai
tujuan-tujuan berikut :
a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai didalam
organisasi.
b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan
akuntabilitas.
c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada
unit-unit yang tepat dalam organisasi.
14
d) Secara
efektif
mengkoordinasikan
mengkomunikasikan
informasi
kegiaatan
diantara
dari
pimpinan,
dan
dewa
pengawasan auditor internal dan eksternal serta manajemen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit internal adalah meliputi
penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan
perusahaan. serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit internal
juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan pelaksanaan
kegiatan perusahaan telah dilaksanakan dengan baik.
2.1.2 Auditor Internal
2.1.2.1 Pengertian Auditor Internal
Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu
perusahaan yang bertugas untuk melakukan aktivitas pemeriksaan.
Mulyadi (2011) mendefinisikan auditor internal adalah sebagai berikut:
“Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang
tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi
dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian perusahaan”.
Sedangkan definisi auditor internal menurut Gondodiyoto (2007) adalah
sebagai berikut :
“Auditor Internal merancang dan mengevaluasi prosedur-prosedur
keuangan atau operasional, menelaah catatan-catatan keuangan atau
prosedur
operasi,
menilai
sistem
pengendalian
internal,
mendokumentasikan hasil temuan auditnya, memberikan saran serta
melaporkan hasil auditnya kepada pimpinan perusahaan untuk kemudian
ditindak lanjuti”.
15
2.1.2.2 Fungsi dan Tanggung Jawab Auditor Internal
Fungsi audit internal menurut Institute of Internal Auidotrs pada
International Profesional Practoce Framwork (IPFF, 2012):
“The internal audit must evaluated and contribute to the improvement of
governance, risk management and control processes using a systematic
and disciplined approach”.
Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal adalah mengevaluasi
dan memberikan konstribusi terhadap perbaikan tata kelola, peningkatan proses
pengelolaan manajemen resiko dan proses pengendalian dengan pendekatan yang
sistematis dan teratur, semua kebijakan tersebut tidak akand ilaksanakan secara
menyimpang.
Tanggung jawab seorang auditor internal dalam perusahaan tergantung
pada status dan kedudukannya di dalam struktur organisasi. Wewenang yang
berhubungan dengan tanggung jawab tersebut untuk berurusan dengan kekayaan
dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang
dihadapi.Auditor internal bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang
diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif
(Sawyer, 2009).
Hal ini menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang
dapat mengganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor
turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas
waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan
auditor.
16
2.1.3 Kompetensi
2.1.3.1 Pengertian Kompetensi Auditor Internal
Kompetensi menurut IIA Code of ethics dalam Reding (2009) menyatakan
bahwa :
“Internal auditors must possess the knowledge, skills, andother
competencies needed to perform their individual responsibilities. The
internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge
skills and other competencies needed to perform its responsibilities.”
Definisi tersebut dapa diartikan bahwa kompetensi menurut IIA Code of
ethics dalam Reding (2009), adalah :
"Seorang auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan
prinsip- prinsip yang salah satu diantaranya merupakan kompetensi, dalam
penerapan prinsip kompetensi internal audit diharapkan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam
memenuhi tanggung jawab.”
Menurut IIA Code of Ethics dalam Reding (2009) bahwa seorang internal
audiotor dalam pelaksanaan prinsip kompetensi:
1. Shall engage only in those services for which they have the necessary
knowledge, skills and experience.
2. Shall perform internal audit services in accordance with the
international standards for the professional practice of internal
auditing.
3. Shall continually improve their proficiency and the effectiveness and
quality of their service.
Definisi tersebut dapat diartikan bawah internal auditor dalam pelaksanaan
prinsip kompetensi :
1. Hanya boleh terlibat dalam suatu layanan yang mereka miliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
2. Wajib melakukan jasa audit
internal sesuai dengan standar
internasional untuk praktek profesional audit internal.
17
3. Harus terus meningkatkan kemampuan, efektivitas, serta kualitas
layanan mereka.
2.1.3.2 Indikator Kompetensi Auditor Internal
Dalam Standar 1210 (IPPF,2012) menyebutkan bahwa kompetensi adalah:
“Internal auditors must possess the knowledge, skilss, and other
competencies needed to perform their individual responsibilities. The
internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge,
skilss, and other competencies needed to perform its responsibilities.”
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, kompetensi auditor
internal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator yang
dikembangkan oleh Agung (2008), yaitu :
“Indikator-indikator kompetensi :
1) Mutu personal
2) Pengetahuan umum
3) Keahlian khusus.”
Dari ketiga indikator kompetensi diatas dapat dijelaskan bahwa :
1) Mutu personal
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas dan mampu
menangani ketidakpastian.
b. Harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah, serta
menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subyektif
c. Mampu bekerja sama dengan tim (Suraida,2005)
2) Pengetahuan yang memadai
a. Memiliki kemampuan untuk melakukan review analitis
b. Memiliki pengetahuan tentang teori organisasi untuk memahami
organisasi
18
c. Memiliki pengetahuan auditing dan pengetahuan tentang sektor
publik
d. Memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang akan membantu
dalam mengolah angka dan data (Konsorsium Organisasi Profesi
Audit Internal,2004)
3) Keahlian khusus dibidangnya
a. Memiliki keahlian untuk melakukan wawancara serta kemampuan
membaca cepat
b. Memahami ilmu statistik serta mempunyai keahlian menggunakan
komputer
c. Memiliki kemampuan untuk menulis dan mempresentasikan
laporan dengan baik (Tugiman,2006).
2.1.4 Kualitas Jasa Audit Internal
Audit Internal menurut IIA (Institute of Internal Auditor) dikutip dari
Sawyer (2005) :
“Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam
perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya
sebagai jasa yang diberikan perusahaan.”
2.1.4.1 Kedudukan dan Peran Auditor Internal
Kedudukan
auditor
internal
dalam
struktur
organisasi
sangat
mempengaruhi keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan kedudukan
tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan
19
baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif.
Struktur organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan
job description yang jelas akan membawa dampak yang positif dalam proses
komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer.
Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus
pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan
auditor internal ini.
Menurut Agoes (2012), ada empat alternatif kedudukan auditor internal
dalam struktur organisasi,yaitu:
1. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar
dengan bagian akuntansi keuangan),
2. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama,
3. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris,
4. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit director.
Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan
dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat besar. Jika auditor internal
menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka
ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi
tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan
investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer,
investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli
komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus dilaporkan
20
secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan,
kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.
2.1.4.2 Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Auditor Internal
Menurut Sawyer (2005) untuk mencapai tujuannya masing-masing,
auditor internal dapat melakukan beberapa pendekatan yang berbeda yakni:
1. Audit Komprehensif
istilah ini pertama kali digunakan oleh General Accounting Office
(GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan audit atas semua
aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah. Audit komprehensif
merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas audit terhadap
aktivitas operasi.
2. Audit Berorientasi Manajemen
penelaahan atas semua aktivitas sesuai dengan perspektif manajer atau
konsultan manajemen. Audit berorientasi manajemen dibedakan dari
jenis-jenis lainnya berdasarkan cara pandangnya, bukan dari segi
prosedur audit. Audit berorientasi manajemen memfokuskan diri pada
membantu organisasi mencapai tujuannya. Hasil yang signifikan
adalah membantu manajer mengelola perusahaan dengan lebih baik
dan untuk membuat manajer, bukan auditor, kelihatan baik. Audit
berorientasi manajemen jangan disamakan dengan “audit manajemen”,
yang merupakan audit atas manajer itu sendiri. Auditor professional
menghindari implikasi seperti ini karena penilai sejati atas manajer
adalah atasan mereka sendiri.
21
3. Audit Partisipatif
proses yang melibatkan bantuan klien dalam mengumpulkan data,
mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah. Jadi audit ini
merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah, sehingga
terkadang disebut audit kemitraan.
4. Audit Program
penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan publik maupun
privat, untuk menentukan apakah manfaat yang diinginkan telah
tercapai. Program dalam istilah ini berarti serangkaian rencana dan
prosedur untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Istilah tersebut
berbeda dari penelaahan atas aktivitas secara terus-menerus dalam
sebuah perusahaan.
2.1.4.3 Pelaksanaan Audit Internal
Menurut Boynton at al yang dikutip Hiro Tugiman (2006) tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan kegiatan audit internal adalah sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan audit
2. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi
3. Tahap penyampaian hasil audit
4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit
Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas sebagai berikut:
1. Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling awal dalam
pelaksanaan kegiatan audit intenal, perencanaan dibuat bertujuan untuk
22
menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit, arah dan
pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan
merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses audit.
Audit intern haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan
haruslah didokumentasikan dan harus meliputi:
a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.
b) Peroleh informasi dasar
(background information) tentang
kegiatan-kegiatan yang akan diperiksa.
c) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit.
d) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
e) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,
risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan.
f) Penulisan program audit.
g) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit
akan disampaikan.
h) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, menganalisa,
menginterprestasi dan membuktikan kebenaran informasi untuk
mendukung hasil audit. Proses pengujian dan pengevaluasian informasi
adalah sebagai berikut:
23
a) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang
berhubungan dengan tujuan-tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja.
b) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna
untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan
rekomendasi-rekomendasi.
c) Adanya
prosedur-prosedur
audit,
termasuk
teknik-teknik
proses
pengumpulan,
pengujian.
d) Dilakukan
pengawasan
terhadap
penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi.
e) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.
3. Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang
dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk
menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan oleh manajemen. Audit intern harus melaporkan kepada
manajemen
apabila
terdapat
penyelewengan/penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan
memberikan saran-saran/rekomendasi untuk perbaikannya. Audit
intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:
a) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.
b) Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan
dan rekomendasi.
24
c) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat
waktu.
d) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan
hasil dari pelaksanaan pemeriksaan.
e) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.
f) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan.
g) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit.
4. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow
up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan
yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit intern
harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan
memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen
senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya
tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Internal
Agar
terciptanya
audit
internal
yang
efektif
Tugiman
(2006)
mengemukakan beberapa kriteria tersebut:
1. Independensi
Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa oleh objektivitas para pemeriksa (internal auditor). Status
25
organisasi dari unit audit internal haruslah memberi keleluasan dan
kebebasan yang bertanggung jawab dalam rangka memenuhi dan
menyelesaikan tugas pemeriksaan yang diberikan kepada unit audit
tersebut.
2. Kemampuan Profesional
Audit internal harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian
profesional. Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab
bagian audit internal dan setiap auditor internal, Pimpinan audit
internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang
secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan secara tepat dan pantas.
3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan auditor internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian
internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung
jawab yang diberikan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan audit (pemeriksaan) harus meliputi perencanaan audit (audit
program), engujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil
(reporting), dan menindak lanjuti (follow up)
a) Perencanaan audit: pemeriksa internal atau audit internal haruslah
merencanakan setiap pemeriksaan
26
b) Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan
c) Penyampaian
hasil
pemeriksaan:
pemeriksa
internal
harus
melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan
pemeriksaannya
d) Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus
membantu tindak lanjut hasil pemeriksaan untuk memastikan
bahwa hasil pemeriksaan yang dilaporkan kepada manajemen
perusahaan telah dilakukan tindak lanjut tepat oleh manajemen
perusahaan tersebut
5. Manajemen bagian audit internal
Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal dengan
tepat.
a) Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus
membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang
akan dipergunakan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
fungsi audit internal.
b) Koordinasi: pimpinan audit internal harus mengkoordinasi usahausaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal
perusahaan untuk memastikan bahwa seluruh lingkup penugasan
sudah memadai dan meminimalkan duplikasi pemeriksaan.
27
2.1.5 Good Corporate Governance
Good corporate governance adalah aspek penting dalam suatu organisasi
karena merupakan suatu sistem mengenai bagaimana suatu usaha dikelola dan
diawasi.
Pihak-pihak
yang
berkepentingan
dalam
organisasi
berusaha
mewujudkan good corporate governance agar tujuan yang telah ditentukan dapat
dapat tercapai.
2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip dari
Sedarmayanti (2012) :
“...seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang,
pengurus (pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stackholders).”
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, maka
ditetapkan bahwa: Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stackholders lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan definisidefinisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance adalah suatu sistem yang mengatur, mengelola, dan mengevaluasi
proses pengendalian usaha yang berjalan secara berkesinambungan untuk
menaikkan nilai tambah dengan pola kerja manajemen yang bersih.
28
2.1.5.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan pasal 3 surat Keputusan Menteri
BUMN No.117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 Tentang penerapan GCG pada
BUMN menurut Sedarmayanti (2012) sebagai berikut:
1. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai perushaan.
2. Kemandirian (Independence)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
5. Kewajaran (Fairness)
29
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Prinsip Good Corporate Governance menurut KNKG (2006) dalam
Pedoman GCG Indonesia adalah:
1. Transparansi (Transparency)
Prinsip transparansi adalah untuk menjaga objektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya (transparency), tanpa
rekayasa oleh pihak manapun:
Pedoman Pokok Pelaksanaan:
a) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah di
akses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b) Informasi yang harus diungkapkan meliputi sistem manajemen
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
30
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, tidak terbatas pada
visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan
kompensasi
,
pemegang
saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya.
c) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi.
d) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip
akuntabilitas
membuat
perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan. Usaha yang dilakukan perusahaan
untuk menjalankan prinsip ini antara lain dengan memisahkan secara
jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ
perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu
31
melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis
dan pedoman perilaku perusahaan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan:
a) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate
values), dan strategi perusahaan.
b) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan
semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal
yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
d) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment
system).
e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berdasarkan pada etika
bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah
disepakati.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan
32
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Pedoman Pokok Pelaksanaan:
a) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
b) Perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan
antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan
pelaksanaan yang memadai.
4. Independensi (Independency)
Prinsip independensi adalah untuk melancarkan pelaksanaan asas
GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Independensi berarti bebas dari segala
pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara objektif.
Pedoman Pokok Pelaksanaan:
a) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan
dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
33
b) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antar satu dengan lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan
kepentingan
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh
kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang
saham minoritas.
Pedoman Pokok Pelaksanaan:
a) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
b) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
c) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaa , berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional
34
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan
kondisi fisik.
2.1.5.3 Manfaat Good Corporate Governance
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) berdasarkan prinsip GCG
memerlukan komitmen penuh dari top management dan konsistensi dalam
implementasi di setiap jenjang organisasi (Effendi, 2009). Empat manfaat yang
dapat diperoleh perusahaan yang mengelola SDM berdasarkan prinsip GCG
menurut Effendi (2009) adalah sebagai berikut:
1. Suasana kerja menjadi kondusif dan tenang karena terbina hubungan
yang harmonis antara sesama karyawan serta antara karyawan dengan
manajemen.
2. Kinerja perusahaan meningkat, karena karyawan lebih kreatif dan
inovatif dalam bekerja, sehingga dapat memberikan hasil terbaik bagi
perusahaan.
3. Terhindar dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
sangat merugikan perusahaan karena segala kebijakan atau keputusan
yang ditetapkan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan,
serta memenuhi prinsip keadilan.
4. Daya saing perusahaan akan meningkat, karena memiliki karyawan
yang andal dan profesional.
2.1.5.4 Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan good corporate governance adalah untuk membuat operasional
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan dapat menciptakan nilai tambah untuk
35
semua stakeholder, seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012) tujuan
penerapan GCG adalah :
1. Memaksimalkan BUMN dengan cara meningkatkan prinsip terbuka,
akuntabel, dapat
dipercaya,
bertanggungjawab, dan adil agar
perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan
efisiensi, serta meningkatkan kemandirian organisasi.
3. Mendorong agar dapat membuat keputusan dan menjalankan tindakan,
organisasi dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran
akan tanggung jawab sosial terhadap pemangku kepentingan termasuk
kelestarian lingkungan di wilayah sekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional
5. Meningkatkan iklim investasi nasional
2.2
Kerangka Pemikiran
Salah satu fungsi dari audit internal adalah mengevaluasi dan memberikan
konstribusi terhadap perbaikan tata kelola, peningkatan proses pengelolaan
manajemen resiko dan proses pengendalian dengan pendekatan yang sistematis
dan teratur, semua kebijakan tersebut tidak akand ilaksanakan secara
menyimpang. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan
dan jasa yang diberikan auditor internal mengharuskan perusahaan BUMN
memperhatikan tata kelola perusahaan.
36
Penerapan praktek-praktek GCG merupakan salah satu langkah penting
bagi
Badan Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
untuk
meningkatkan dan
memaksimalkan nilai perusahaan (corporate value), mendorong pengelolaan
perusahaan
meningkatkan
yang
profesional,
prinsip
transparan
keterbukaan,
dan
efisien
akuntabilitas,
dengan
dapat
cara
dipercaya,
bertanggungjawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik
kepada pemegang saham, dewan komisaris, mitra bisnis, serta stakeholders
lainnya.
Pada Gambar 2.1, menggambarkan bahwa kompetensi auditor internal
secara parsial berpengaruh terhadap GCG dan kualitas jasa audit internal secara
parsial berpengaruh terhadap GCG, kompetensi dan kualitas jasa auditor internal
secara simultan berpengaruh terhadap GCG
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
KOMPETENSI
AUDITOR INTERNAL
GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
KUALITAS JASA
AUDIT INTERNAL
37
Keterangan:
1. Garis putus-putus
= Hububgan simultan
2. Garis bersambung
= Hubungan parsial
2.2.1. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh kompetensi
auditor internal dan kualitas jasa audit internal terhadap pelaksanaan GCG yang
digunakan penulis sebagai rujukan, yaitu:
1. Prasetyo (2014)
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Internal
Terhadap Pelaksanaan GCG”. Penelitan ini mengambil sampel para
auditor internal pada 5 BUMN di kota Bandung. Hasil penelitian
menunjukan kualitas audit internal pada lima perusahaan BUMN di
Kota Bandung telah dilaksanakan dengan sangat baik, dengan kata lain
independensi, kompetensi, program audit, laporan hasil audit internal,
dan tindak lanjut pemeriksaan audit yang dilakukan oleh lima
perusahaan BUMN di Kota Bandung telah dilaksanakan dengan sangat
memadai. Good Corporate Governance di lima perusahaan BUMN di
Kota Bandung sudah baik, dengan kata lain transaparan, kewajaran,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan independensi yang dilakukan
oleh lima perusahaan BUMN di Kota Bandung telah dilaksanakan
dengan
memadai.
Pengaruh
kualitas
audit
internal
terhadap
38
pelaksanaan good corporate governance di lima perusahaan BUMN di
Kota Bnadung
2. Pertiwi (2014)
Melakukan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Independensi dan
Kompetensi Auditor Internal terhadap Penerapan GCG”. Penelitian ini
meneliti secara studi kasus pada perusahaan umum BULOG divisi
regional Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan independensi
auditor internal berpengaruh dalam mewujudkan pelaksanaan Good
Corporate Governance, terdapat pengaruh antara kompetensi terhadap
Good Corporate Governance. Independensi dan kompetensi auditor
internal berpengaruh signifikan dalam mewujudkan pelaksanaan Good
Corporate Governance.
3. Amelia (2010)
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Audit
Internal terhadap GCG). Penelitian ini meneliti secara studi kasus pada
PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung. Hasil Penelitian
ini menunjukkan pelaksanaan audit internal pada PT Kereta Api
Indonesia DAOP II Bandung telah dilaksanaakan secara efektif
terhadap prinsip-prinsip GCG meliputi transparansi, kemanditian,
akuntabilitas, pertanggung jawaban dan kewajaran.
39
No Nama
Peneliti
1
Prasetyo
(2014)
2
Pertiwi
(2014)
3
Amalia
(2010)
Tabel 2.1
Review Peneliti Terdahulu
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh Kualitas Audit
Internal Terhadap
Pelaksanaan GCG
Kualitas audit internal
pada 5 perusahaan
BUMN di kota Bandung
telah dilaksanakan sangat
baik. Pengaruh kualitas
audit internal terhadap
pelaksanaan GCG
berdasarkan uji korelasi
memiliki hubungan yang
kuat dengan demikian
kualitas audit internal
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pelaksanaan GCG.
Pengaruh Independensi dan Independensi auditor
Kompetensi
Auditor internal berpengaruh
Internal terhadap Penerapan dalam mewujudkan
GCG
pelaksanaan GCG,
walaupun demikian
masih terdapat beberapa
faktor yang perlu
ditingkatkan. Sama
halnya dengan
kompetensi audior
internal masih terdapat
beberapa faktor yang
mesti ditingkatkan.
Apabila auditor
menerapkan
independensi secara
memadai dengan
kompetensi yang tinggi
maka pelaksanaan GCG
akan berjalan dengan
efektif.
Pengaruh Pelaksanaan
Pelaksanaan audit
Audit Internal Terhadap
internal pada umumnya
GCG
telah dilaksanakan
40
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
memadai namun demikian
belum sepenuhnya, antara
lain kriteria hasil
komunikasi. GCG pada
umumnya telah
dilaksanakan secara
efektif, namun demikian
prinsip pertanggung
jawaban belum diterapkan
sepenuhnya.
2.3
Pengembangan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian yang
ditanyakan. Dalam hal ini hipotesis yang dipakai adalah hipotesis penelitian
2.3.1 Hipotesis Penilaian
Hipotesis penelitian merupakan hipotesis yang dibuat atau digunakan
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh dari kompetensi auditor internal dan kualitas jasa audit yang
dimiliki oleh auditor terhadap kualitas jasa audit, apakah berpengaruh positif atau
negatif. Dalam hal ini, penulis mengambil suatu rancangan pengujian hipotesis
dengan menerapkan variabel dan hipotesis sebagai berikut :
41
H1
: Kompetensi auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap
Good Corporate Governance.
H2
: Kualitas jasa audit internal secara parsial berpengaruh terhadap
Good Corporate Governance.
H3
: Kompetensi auditor internal dan kualitas jasa audit internal secara
simultan berpengaruh terhadap Good Corporate Governance.
Download