BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian 2.1.1 Audit Internal 2.1.1.1 Pengertian Audit Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur untuk melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Agoes (2012), pengertian audit adalah sebagai berikut : “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut “. Sedangkan menurut Arens et al (2011), pengertian audit adalah sebagai berikut : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Audit harus dilakukan oleh pihak yang kompeten menunjukkan seseorang yang cakap dan mengetahui dengan benar akan pekerjaannya, dalam hal ini pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh manajemendan auditor harus mempunyai wewenang dan berkuasa untuk memutuskan atau menentukan apa 9 10 yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Sedangkan independen yaitu orang yang bersangkutan dalam pemeriksaan dan bebas dari pengaruh pribadi dan pertanggungjawaban atas kegiatan objek yang diaudit sehingga dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, sehingga hasil pemeriksaan dapat dipercaya objektivitasnya Berdasarkan definisi audit yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa audit merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi, untuk kemudian hasilnya diinformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan 2.1.1.2 Pengertian Audit Internal Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntuan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara profesional, yang berarti pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencangkup pemeriksaan dan penilaian ata skontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Audit internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. 11 Audit internal dapat diaartikan sebagai aktivitas pemeriksaan dan penilaian dalam suatu perusahaan secara menyeluruh, yang bertujuan untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Menurut Intitute of Internal Auditors (IIA) dalam International Professional Practice Framework (2009), audit internal adalah sebagai berikut : “Internal audit is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of governance process, risk management, and control”. Sedangkan menurut Sawyer (2009) (diterjemahkan), pengertian audit adalah sebagai berikut : “Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan operasi terlah akurat dan dapat diandalkan; (b) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjelaksan tanggungjawabnya secara efektif”. Berdasarkan definisi audit internal yang dikemukakan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa audit internal dilakukan untuk membantu organisasi mencapai tujuan dan dilakukan oleh auditor yang independen dan memiliki kompetensi di bidang audit dan keuangan maupun berbagai disiplin ilmu. 2.1.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal Menurut Hiro Tugiman (2006) tujuan audit internal adalah : 12 “ Tujuan dasar audit internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian dan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal meliputi: 1. Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya. 2. Memberikan jaminan kepatuhan terhadap hukum, perturan dna perundang-undangan. 3. Memberikan penilaian saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. 4. Mencapai tujuan dengan cara yang etis. Definisi ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2006) adalah: “Menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kegiatan kelengkapan dan keefektifan system pengendalian internal yang dimiliki organisasi serta kualitas dan tanggung jawab pelaksanaan yang diberikan”. Sedangkan, menurut International Professional Practices Framework (IPPF) dalam Institute of Internal Auditors (2009): “The internal audit activity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systematic and disciplined approach”. Maksud dari pengertian ruang lingkup audit internal menurut International Professional Practices Framework (IPPF) dalam The Institute of Internal Auditors di atas adalah audit internal harus mampu membantu organisasi mencapai 13 tujuannya dengan memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis dan meningkatkan keefektifan manajemen resiko, pengendalian dan proses pengelolaannya. Lingkup penugasan audit internal, yaitu: 1. Pengelolaan Risiko Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. 2. Pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektifitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. 3. Proses Governance Fungsi Audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut : a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai didalam organisasi. b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas. c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat dalam organisasi. 14 d) Secara efektif mengkoordinasikan mengkomunikasikan informasi kegiaatan diantara dari pimpinan, dan dewa pengawasan auditor internal dan eksternal serta manajemen. Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit internal adalah meliputi penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan perusahaan. serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit internal juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan telah dilaksanakan dengan baik. 2.1.2 Auditor Internal 2.1.2.1 Pengertian Auditor Internal Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan yang bertugas untuk melakukan aktivitas pemeriksaan. Mulyadi (2011) mendefinisikan auditor internal adalah sebagai berikut: “Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian perusahaan”. Sedangkan definisi auditor internal menurut Gondodiyoto (2007) adalah sebagai berikut : “Auditor Internal merancang dan mengevaluasi prosedur-prosedur keuangan atau operasional, menelaah catatan-catatan keuangan atau prosedur operasi, menilai sistem pengendalian internal, mendokumentasikan hasil temuan auditnya, memberikan saran serta melaporkan hasil auditnya kepada pimpinan perusahaan untuk kemudian ditindak lanjuti”. 15 2.1.2.2 Fungsi dan Tanggung Jawab Auditor Internal Fungsi audit internal menurut Institute of Internal Auidotrs pada International Profesional Practoce Framwork (IPFF, 2012): “The internal audit must evaluated and contribute to the improvement of governance, risk management and control processes using a systematic and disciplined approach”. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal adalah mengevaluasi dan memberikan konstribusi terhadap perbaikan tata kelola, peningkatan proses pengelolaan manajemen resiko dan proses pengendalian dengan pendekatan yang sistematis dan teratur, semua kebijakan tersebut tidak akand ilaksanakan secara menyimpang. Tanggung jawab seorang auditor internal dalam perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya di dalam struktur organisasi. Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi.Auditor internal bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif (Sawyer, 2009). Hal ini menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor. 16 2.1.3 Kompetensi 2.1.3.1 Pengertian Kompetensi Auditor Internal Kompetensi menurut IIA Code of ethics dalam Reding (2009) menyatakan bahwa : “Internal auditors must possess the knowledge, skills, andother competencies needed to perform their individual responsibilities. The internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge skills and other competencies needed to perform its responsibilities.” Definisi tersebut dapa diartikan bahwa kompetensi menurut IIA Code of ethics dalam Reding (2009), adalah : "Seorang auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip- prinsip yang salah satu diantaranya merupakan kompetensi, dalam penerapan prinsip kompetensi internal audit diharapkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam memenuhi tanggung jawab.” Menurut IIA Code of Ethics dalam Reding (2009) bahwa seorang internal audiotor dalam pelaksanaan prinsip kompetensi: 1. Shall engage only in those services for which they have the necessary knowledge, skills and experience. 2. Shall perform internal audit services in accordance with the international standards for the professional practice of internal auditing. 3. Shall continually improve their proficiency and the effectiveness and quality of their service. Definisi tersebut dapat diartikan bawah internal auditor dalam pelaksanaan prinsip kompetensi : 1. Hanya boleh terlibat dalam suatu layanan yang mereka miliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya 2. Wajib melakukan jasa audit internal sesuai dengan standar internasional untuk praktek profesional audit internal. 17 3. Harus terus meningkatkan kemampuan, efektivitas, serta kualitas layanan mereka. 2.1.3.2 Indikator Kompetensi Auditor Internal Dalam Standar 1210 (IPPF,2012) menyebutkan bahwa kompetensi adalah: “Internal auditors must possess the knowledge, skilss, and other competencies needed to perform their individual responsibilities. The internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge, skilss, and other competencies needed to perform its responsibilities.” Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, kompetensi auditor internal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Agung (2008), yaitu : “Indikator-indikator kompetensi : 1) Mutu personal 2) Pengetahuan umum 3) Keahlian khusus.” Dari ketiga indikator kompetensi diatas dapat dijelaskan bahwa : 1) Mutu personal a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas dan mampu menangani ketidakpastian. b. Harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah, serta menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subyektif c. Mampu bekerja sama dengan tim (Suraida,2005) 2) Pengetahuan yang memadai a. Memiliki kemampuan untuk melakukan review analitis b. Memiliki pengetahuan tentang teori organisasi untuk memahami organisasi 18 c. Memiliki pengetahuan auditing dan pengetahuan tentang sektor publik d. Memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang akan membantu dalam mengolah angka dan data (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal,2004) 3) Keahlian khusus dibidangnya a. Memiliki keahlian untuk melakukan wawancara serta kemampuan membaca cepat b. Memahami ilmu statistik serta mempunyai keahlian menggunakan komputer c. Memiliki kemampuan untuk menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik (Tugiman,2006). 2.1.4 Kualitas Jasa Audit Internal Audit Internal menurut IIA (Institute of Internal Auditor) dikutip dari Sawyer (2005) : “Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan perusahaan.” 2.1.4.1 Kedudukan dan Peran Auditor Internal Kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi sangat mempengaruhi keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan kedudukan tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan 19 baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif. Struktur organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan membawa dampak yang positif dalam proses komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan auditor internal ini. Menurut Agoes (2012), ada empat alternatif kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi,yaitu: 1. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi keuangan), 2. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama, 3. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris, 4. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit director. Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat besar. Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus dilaporkan 20 secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan. 2.1.4.2 Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Auditor Internal Menurut Sawyer (2005) untuk mencapai tujuannya masing-masing, auditor internal dapat melakukan beberapa pendekatan yang berbeda yakni: 1. Audit Komprehensif istilah ini pertama kali digunakan oleh General Accounting Office (GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan audit atas semua aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah. Audit komprehensif merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas audit terhadap aktivitas operasi. 2. Audit Berorientasi Manajemen penelaahan atas semua aktivitas sesuai dengan perspektif manajer atau konsultan manajemen. Audit berorientasi manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya berdasarkan cara pandangnya, bukan dari segi prosedur audit. Audit berorientasi manajemen memfokuskan diri pada membantu organisasi mencapai tujuannya. Hasil yang signifikan adalah membantu manajer mengelola perusahaan dengan lebih baik dan untuk membuat manajer, bukan auditor, kelihatan baik. Audit berorientasi manajemen jangan disamakan dengan “audit manajemen”, yang merupakan audit atas manajer itu sendiri. Auditor professional menghindari implikasi seperti ini karena penilai sejati atas manajer adalah atasan mereka sendiri. 21 3. Audit Partisipatif proses yang melibatkan bantuan klien dalam mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah. Jadi audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah, sehingga terkadang disebut audit kemitraan. 4. Audit Program penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan publik maupun privat, untuk menentukan apakah manfaat yang diinginkan telah tercapai. Program dalam istilah ini berarti serangkaian rencana dan prosedur untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Istilah tersebut berbeda dari penelaahan atas aktivitas secara terus-menerus dalam sebuah perusahaan. 2.1.4.3 Pelaksanaan Audit Internal Menurut Boynton at al yang dikutip Hiro Tugiman (2006) tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan audit 2. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi 3. Tahap penyampaian hasil audit 4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas sebagai berikut: 1. Perencanaan Audit Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling awal dalam pelaksanaan kegiatan audit intenal, perencanaan dibuat bertujuan untuk 22 menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit, arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses audit. Audit intern haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah didokumentasikan dan harus meliputi: a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan. b) Peroleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan-kegiatan yang akan diperiksa. c) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit. d) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. e) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan. f) Penulisan program audit. g) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit akan disampaikan. h) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit. 2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, menganalisa, menginterprestasi dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut: 23 a) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja. b) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi-rekomendasi. c) Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk teknik-teknik proses pengumpulan, pengujian. d) Dilakukan pengawasan terhadap penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi. e) Dibuat kertas kerja pemeriksaan. 3. Penyampaian Hasil Pemeriksaan Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Audit intern harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyelewengan/penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan memberikan saran-saran/rekomendasi untuk perbaikannya. Audit intern harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu: a) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern. b) Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi. 24 c) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu. d) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil dari pelaksanaan pemeriksaan. e) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi. f) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan. g) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit. 4. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. 2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Internal Agar terciptanya audit internal yang efektif Tugiman (2006) mengemukakan beberapa kriteria tersebut: 1. Independensi Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa oleh objektivitas para pemeriksa (internal auditor). Status 25 organisasi dari unit audit internal haruslah memberi keleluasan dan kebebasan yang bertanggung jawab dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas pemeriksaan yang diberikan kepada unit audit tersebut. 2. Kemampuan Profesional Audit internal harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian profesional. Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal, Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. 3. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan auditor internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. 4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Kegiatan audit (pemeriksaan) harus meliputi perencanaan audit (audit program), engujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil (reporting), dan menindak lanjuti (follow up) a) Perencanaan audit: pemeriksa internal atau audit internal haruslah merencanakan setiap pemeriksaan 26 b) Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan c) Penyampaian hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya d) Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus membantu tindak lanjut hasil pemeriksaan untuk memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang dilaporkan kepada manajemen perusahaan telah dilakukan tindak lanjut tepat oleh manajemen perusahaan tersebut 5. Manajemen bagian audit internal Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal dengan tepat. a) Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal. b) Koordinasi: pimpinan audit internal harus mengkoordinasi usahausaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal perusahaan untuk memastikan bahwa seluruh lingkup penugasan sudah memadai dan meminimalkan duplikasi pemeriksaan. 27 2.1.5 Good Corporate Governance Good corporate governance adalah aspek penting dalam suatu organisasi karena merupakan suatu sistem mengenai bagaimana suatu usaha dikelola dan diawasi. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi berusaha mewujudkan good corporate governance agar tujuan yang telah ditentukan dapat dapat tercapai. 2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip dari Sedarmayanti (2012) : “...seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stackholders).” Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, maka ditetapkan bahwa: Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stackholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan definisidefinisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengatur, mengelola, dan mengevaluasi proses pengendalian usaha yang berjalan secara berkesinambungan untuk menaikkan nilai tambah dengan pola kerja manajemen yang bersih. 28 2.1.5.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan pasal 3 surat Keputusan Menteri BUMN No.117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 Tentang penerapan GCG pada BUMN menurut Sedarmayanti (2012) sebagai berikut: 1. Transparansi (Transparency) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perushaan. 2. Kemandirian (Independence) Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban (Responsibility) Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (Fairness) 29 Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip Good Corporate Governance menurut KNKG (2006) dalam Pedoman GCG Indonesia adalah: 1. Transparansi (Transparency) Prinsip transparansi adalah untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya (transparency), tanpa rekayasa oleh pihak manapun: Pedoman Pokok Pelaksanaan: a) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah di akses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. b) Informasi yang harus diungkapkan meliputi sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting 30 yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi , pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya. c) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. d) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. 2. Akuntabilitas (Accountability) Prinsip akuntabilitas membuat perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara lain dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu 31 melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan. b) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. c) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. d) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system). e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berdasarkan pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan 32 sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). b) Perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. 4. Independensi (Independency) Prinsip independensi adalah untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independensi berarti bebas dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. 33 b) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antar satu dengan lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. b) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. c) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaa , berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional 34 tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik. 2.1.5.3 Manfaat Good Corporate Governance Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) berdasarkan prinsip GCG memerlukan komitmen penuh dari top management dan konsistensi dalam implementasi di setiap jenjang organisasi (Effendi, 2009). Empat manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang mengelola SDM berdasarkan prinsip GCG menurut Effendi (2009) adalah sebagai berikut: 1. Suasana kerja menjadi kondusif dan tenang karena terbina hubungan yang harmonis antara sesama karyawan serta antara karyawan dengan manajemen. 2. Kinerja perusahaan meningkat, karena karyawan lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja, sehingga dapat memberikan hasil terbaik bagi perusahaan. 3. Terhindar dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sangat merugikan perusahaan karena segala kebijakan atau keputusan yang ditetapkan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, serta memenuhi prinsip keadilan. 4. Daya saing perusahaan akan meningkat, karena memiliki karyawan yang andal dan profesional. 2.1.5.4 Tujuan Good Corporate Governance Tujuan good corporate governance adalah untuk membuat operasional organisasi dapat berjalan dengan lancar dan dapat menciptakan nilai tambah untuk 35 semua stakeholder, seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012) tujuan penerapan GCG adalah : 1. Memaksimalkan BUMN dengan cara meningkatkan prinsip terbuka, akuntabel, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. 2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisiensi, serta meningkatkan kemandirian organisasi. 3. Mendorong agar dapat membuat keputusan dan menjalankan tindakan, organisasi dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan tanggung jawab sosial terhadap pemangku kepentingan termasuk kelestarian lingkungan di wilayah sekitar BUMN. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional 5. Meningkatkan iklim investasi nasional 2.2 Kerangka Pemikiran Salah satu fungsi dari audit internal adalah mengevaluasi dan memberikan konstribusi terhadap perbaikan tata kelola, peningkatan proses pengelolaan manajemen resiko dan proses pengendalian dengan pendekatan yang sistematis dan teratur, semua kebijakan tersebut tidak akand ilaksanakan secara menyimpang. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan auditor internal mengharuskan perusahaan BUMN memperhatikan tata kelola perusahaan. 36 Penerapan praktek-praktek GCG merupakan salah satu langkah penting bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan (corporate value), mendorong pengelolaan perusahaan meningkatkan yang profesional, prinsip transparan keterbukaan, dan efisien akuntabilitas, dengan dapat cara dipercaya, bertanggungjawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik kepada pemegang saham, dewan komisaris, mitra bisnis, serta stakeholders lainnya. Pada Gambar 2.1, menggambarkan bahwa kompetensi auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap GCG dan kualitas jasa audit internal secara parsial berpengaruh terhadap GCG, kompetensi dan kualitas jasa auditor internal secara simultan berpengaruh terhadap GCG Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL GOOD CORPORATE GOVERNANCE KUALITAS JASA AUDIT INTERNAL 37 Keterangan: 1. Garis putus-putus = Hububgan simultan 2. Garis bersambung = Hubungan parsial 2.2.1. Review Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh kompetensi auditor internal dan kualitas jasa audit internal terhadap pelaksanaan GCG yang digunakan penulis sebagai rujukan, yaitu: 1. Prasetyo (2014) Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Internal Terhadap Pelaksanaan GCG”. Penelitan ini mengambil sampel para auditor internal pada 5 BUMN di kota Bandung. Hasil penelitian menunjukan kualitas audit internal pada lima perusahaan BUMN di Kota Bandung telah dilaksanakan dengan sangat baik, dengan kata lain independensi, kompetensi, program audit, laporan hasil audit internal, dan tindak lanjut pemeriksaan audit yang dilakukan oleh lima perusahaan BUMN di Kota Bandung telah dilaksanakan dengan sangat memadai. Good Corporate Governance di lima perusahaan BUMN di Kota Bandung sudah baik, dengan kata lain transaparan, kewajaran, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan independensi yang dilakukan oleh lima perusahaan BUMN di Kota Bandung telah dilaksanakan dengan memadai. Pengaruh kualitas audit internal terhadap 38 pelaksanaan good corporate governance di lima perusahaan BUMN di Kota Bnadung 2. Pertiwi (2014) Melakukan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal terhadap Penerapan GCG”. Penelitian ini meneliti secara studi kasus pada perusahaan umum BULOG divisi regional Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan independensi auditor internal berpengaruh dalam mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance, terdapat pengaruh antara kompetensi terhadap Good Corporate Governance. Independensi dan kompetensi auditor internal berpengaruh signifikan dalam mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance. 3. Amelia (2010) Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Audit Internal terhadap GCG). Penelitian ini meneliti secara studi kasus pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung. Hasil Penelitian ini menunjukkan pelaksanaan audit internal pada PT Kereta Api Indonesia DAOP II Bandung telah dilaksanaakan secara efektif terhadap prinsip-prinsip GCG meliputi transparansi, kemanditian, akuntabilitas, pertanggung jawaban dan kewajaran. 39 No Nama Peneliti 1 Prasetyo (2014) 2 Pertiwi (2014) 3 Amalia (2010) Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Kualitas Audit Internal Terhadap Pelaksanaan GCG Kualitas audit internal pada 5 perusahaan BUMN di kota Bandung telah dilaksanakan sangat baik. Pengaruh kualitas audit internal terhadap pelaksanaan GCG berdasarkan uji korelasi memiliki hubungan yang kuat dengan demikian kualitas audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan GCG. Pengaruh Independensi dan Independensi auditor Kompetensi Auditor internal berpengaruh Internal terhadap Penerapan dalam mewujudkan GCG pelaksanaan GCG, walaupun demikian masih terdapat beberapa faktor yang perlu ditingkatkan. Sama halnya dengan kompetensi audior internal masih terdapat beberapa faktor yang mesti ditingkatkan. Apabila auditor menerapkan independensi secara memadai dengan kompetensi yang tinggi maka pelaksanaan GCG akan berjalan dengan efektif. Pengaruh Pelaksanaan Pelaksanaan audit Audit Internal Terhadap internal pada umumnya GCG telah dilaksanakan 40 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian memadai namun demikian belum sepenuhnya, antara lain kriteria hasil komunikasi. GCG pada umumnya telah dilaksanakan secara efektif, namun demikian prinsip pertanggung jawaban belum diterapkan sepenuhnya. 2.3 Pengembangan Hipotesis Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian yang ditanyakan. Dalam hal ini hipotesis yang dipakai adalah hipotesis penelitian 2.3.1 Hipotesis Penilaian Hipotesis penelitian merupakan hipotesis yang dibuat atau digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari kompetensi auditor internal dan kualitas jasa audit yang dimiliki oleh auditor terhadap kualitas jasa audit, apakah berpengaruh positif atau negatif. Dalam hal ini, penulis mengambil suatu rancangan pengujian hipotesis dengan menerapkan variabel dan hipotesis sebagai berikut : 41 H1 : Kompetensi auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap Good Corporate Governance. H2 : Kualitas jasa audit internal secara parsial berpengaruh terhadap Good Corporate Governance. H3 : Kompetensi auditor internal dan kualitas jasa audit internal secara simultan berpengaruh terhadap Good Corporate Governance.