BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etos Kerja
1. Pengertian Etos Kerja
Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan
semata-mata ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi
banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang berperan
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan organisasi (Manullang,
2005). Manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan dengan baik
akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha mencapai
sasaran organisasi atau perusahaan (Triton, 2005).
Setiap organisasi yag selalu ingin maju, akan melibatkan anggota
untuk meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus
memiliki etos kerja. Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat
penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu.
Etos kerja berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti
sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak hanya dimiliki individu tetapi juga dimiliki oleh masyarakat.
Menurut Tasmara (1995), etos kerja adalah totalitas kepribadian
dirinya serta cara memandang, mengekspresikan, meyakini dan
25
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
memberikan makna pada suatu yang mendorong dirinya untuk bertindak
dan meraih amal yang optimal (high performance). Sedangkan menurut
Anoraga dan Suryanti (2001) etos kerja diartikan sebagai pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Berpijak pada pengertian
bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki
oleh individu atau kelompok dalam memberikan penilaian terhadap
kegiatan kerja.
Etos kerja menurut Geertz (dalam Abdullah, 1986) diartikan
sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan
hidup. Sedangkan menurut Abdullah (1986), secara lebih khusus
mendefinisikan kerja sebagai usaha komersial yang menjadi suatu
keharusan demi hidup, atau sesuatu yng imperatif dari diri maupun sesuatu
yang terkait pada identitas diri yang bersifat sakral. Identitas diri yang
terkadung dalam hal ini, adalah sesuatu yang telah diberikan oleh tuntutan
religius (agama).
Berpijak pada pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etos
kerja menggambarkan suatu sikap, maka etos kerja memiliki unsur
penilaian individu, dan dapat ditegaskan bahwa etos kerja dapat
memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan.
Menurut Anoraga (2001) etos kerja merupakan suatu pandangan
dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu
dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi
26
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya
sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah
bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Dalam situs resmi kementerian KUKM, etos kerja diartikan sebagai
sikap mental yang mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa
tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas (www.depkop.go.id).
Pada Webster's Online Dictionary, Work Ethic diartikan sebagai;
Earnestness or fervor in working, morale with regard to the tasks at hand;
kesungguhan atau semangat dalam bekerja, suatu pandangan moral pada
pekerjaan yang dilakoni. Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana
etos kerja dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada
penghargaan terhadap kerja dan upaya peningkatan produktivitas.
Dalam rumusan Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat
perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai
komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika
seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma
kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut,
semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas.
Itulah yang akan menjadi etos kerja dan budaya. Sinamo (2005)
memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses sejati dan
otentik.
27
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun
praktis dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap
atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk
menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas
kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
2. Aspek-aspek etos kerja
Seseorang
dalam
bekerja
melibatkan
kemampuan
yang
dimilikinya, serta diperngaruhi oleh nilai-nilai harapan, dan nilai-nilai
yang berbeda, oleh karena itu antara satu orang dengan orang yang lain
akan menunjukan menunjukan cara kerja yang berbeda-beda. Seseorang
yang yang memiliki etos tinggi diasumsikan memiliki kecerdasan spiritual
yang lebih baik daripada seseorang dengan etos kerja rendah. Tinggi
rendahnya etos kerja dapat diketahui dengan berbagai indikator.
Menurut Moehadjir (2000) etos kerja yang tinggi akan nampak
dalam bentuk seperti kerja dengan rasa puas, tidak mudah lesu, saling
membantu, kerja tambahan dikerjakan tanpa mengeluh, kekurangan alat
dan biaya serta keahlian diterima dengan penuh perhatian, sebaliknya
seseorang dengan etos kerja rendah diasumsikan akan mudah putus asa
dalam bekerja, kurang disiplin, cepat mengeluh dan tidak bekerjasama.
Mustansyir (1993) mengutip pendapat Myrdal tentang tiga belas
aspek manusia industri, antara lain :
28
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
a. Efisien
b. Ketekunan atau kerajinan
c. Keteraturan
d. Ketepatan waktu
e. Kejujuran
f. Sederhana
g. Rasional dalam mengambil keputusan
h. Kegesitan dalam memanfaatkan waktu dan kesempatankesempatan yang muncul
i. Pandai memanfaatkan peluang dalam menghadapi perubahan
dunia
j. Melaksankan usaha secara energik
k. Integritas dan percaya pada diri sendiri
l. Sikap menjalin kerjasama
m. Mau memandang jauh ke depan
Cherington (Hadipranata, 2000) menyebutkan bahwa tinggi
rendahnya etos kerja seseorang dapat dilihat dari tiga indikator, antara lain:
a. Kerja sebagai kewajiban moral dan religius untuk mengisi
kehidupannya.
Setiap orang memiliki penilaian dan pandangan yang
berbeda tentang kerja. Ada sebagian orang yang bekerja hanya
didasarkan pada keinginan untuk memenuhi kenutuhan hidupnya,
29
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
namun ada juga sebagian orang yang mempunyai pandangan
bahwa bekerja merupakan bentuk kepatuha terhadap Tuhan atau
kewajibannya. Dasar berpijak yang dimiliki oleh seseorang ini
sangat mempengaruhi penampakan (performance) seseorang
dalam bekerja. Pekerjaan yang dilakukan dengan dilandasi oleh
pertimbangan moral merupakan pekerjaan bermoral. Menurut
Dhurkheim (Cheppy, 1988)pekerjaan bermoral mempunyai tiga
komponen pokok :
1) Menghargai kedisiplinan
2) Dapat menempatkan diri dalam kelompok maupun
masyarakat
3) Mengetahui alasan tertentu akan perbuatan atau tingkah
lakunya
Lebih lanjut ketiga komponen tersebut merupakan kualitaskualitas yang sejalan dengan kehidupan pada lingkungan kerjanya
maupun pribadinya. Ketiga komponentersebut merupakan kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain, namun secara bersamasama mewujudkan keseimbangan yang baik anatara pekerja dengan
lingkungan sosial kerja. Jadi dengan kata lain pekerja yang
menganggap bekerja sebagai kewajiban moral akan menurut cara
yang merefleksikan kesan yang secara konsisten, sadar dan bahagia
dalam ntindakan-tindakannya.
30
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Cheepy
(1988)
yang
mengutip
pendapat
Wilson
mengatakan bahwa ang dimaksud bertindak secara moral adalah :
1) Berdasarkan suatu
penalaran
dan mengkaitkan dengan
kepentingan orang lain
2) Konsisten dengan logikanya
3) Mengetahui fakta dan bersedia menghadapinya
4) Menerapkan semua keterampilan yang diwujudkan dalm
tindakan dan tingkah laku.
Konsep kerja menurut Cherington (Kustono, 2001)
didasarkan atas pendapat bahwa orang hidup harus bekerja,
memberikan layanan pada masyarakat atau orang lain. Seseorang
percaya bahwa bekerja merupakan hukum alam, sehingga setiap
orang harus bekerja agar bisa bertahan hidup. Selain itu seseorang
yang bekerja bertujuan mengarahkan hidupnya agar mempunyai
martabat, lebih dihargai dan berguna bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya. Dengan demikian seseorang yang menganggap
bekerja
sebagai
kewajiban
moral
akan
selalu
berusaha
memenuhikwajibannya dalam bekerja.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa,
seseorang yang menganggap kerja sebagai kewajiban moral tidak
hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun lebih
jauh mereka bekerja unutk menunjukan ketaatan atasa hukum alam.
31
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Dengan demikian seseorang yang menganggap kerja sebagai
kewajiban moral akan bekerja secara sungguh-sungguh bukan
semata-mata mencari harta kekayaan, melainkan untuk mengisi
hidupnya agar lebih berarti baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang lain.
b. Disiplin kerja tinggi
Disiplin merupakan sikap kejiwaan seseorang atau
sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mematuhi
keputusan yang telah ditetapkan (Ravianto, 1986). Lebih lanjut
dijelasakan bahwa disiplin adalah kesadaran diri untuk mentaati
nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam lingkungannya.
Berkaintan dengan pekerjaan, disiplin kerja adalah ketaatan
melaksanakan
aturan-aturan
yang
diwajibkan
oleh
pihak
manajemen agarsetiap karyawan dapat melaksanakan pekerjaan
dengan tertib. Aturan-aturan tersebut dapat berupa aturan-aturan
tertulis yang disepakati bersama, atau berupa aturan-aturan tak
tertulis yang merupakan kesepakatan bersama.
Seseorang memiliki disiplin kerja yang tinggi akan
senantiasa patuh pada peraturan-peraturan yang ada, baik tertulis
maupun tak tertulis. Kepatuhan itu bisa berujud kepatuhan terhadap
jam kerja dan kepatuhan terhadap prosedur kerja. Seseorang
dengan etos kerja tinggi cenderung lebih disiplin dibandingkan
32
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
dengan seseorang dengan etos kerja yang rendah. Hal ini
disebabkan karena mereka merasa kurnag efektif kalau tidak
menepati aturan yang ada. Keyakinan akan pentingnya disiplin
kerja ini akan membuat mereka lebih lama bertahan dalam bekerja,
sehingga mereka akan lebih produktif.
Kedisiplinan berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang
dipegang seseorang. Meskipun sifat dari nilai adalah relatif
menetap dalam diri seseorang, namun dengan menciptakan iklim
kerja yang baik tidak menutup kemungkinan seseorang berubah
taraf kedisiplinannya.
c. Rasa bangga atas hasil karyanya
Perasaan biasanya ditafsirkan sebagai gejala psikis yang
bersifat subjektif karena lebih banyak dipengaruhi keadaan dalam
diri seseorang dan berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dengan berbagai taraf. Menurut Wilson
yang dikutip oleh Suryabrata (1982) bahwa timbulnya hal-hal yang
idak menyenagkan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang
asalanya bisa berasal dari dalam atau luar individu.
Perasaan atas hasil karya merupakan perasaan harga diri
yang positif, artinya perasaan ini berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat positif. Sebagai contoh: orang akan merasa bangga jika
orang tersebut mendapat pujian, hadiah dan tanda jasa. Seorang
33
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
pekerja yang mempunyai rasa bangga atas hasil karyanya
cenderung akan mempertahankan hasil karyanya tersebut, karena
seseorang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan bagi
dirinya.
Perasaan bangga seseorang atas hasil karyanya berkaitan
erat dengan mutu hasil karya seseorang. Kualitas yang baik atas
produk yang dihasilkan tidak hanya menguntungkan bagi
perusahaan tetapi bermanfaat juga bgi peningkatan motivasi
karyawan. Seorang karyawan yang mampu menghasilkan produk
berkualitas akan berusaha mempertahankan hasil keahliaanya itu
dan berusaha mengadakan perbaikan untuk hasil yang optimal.
Seorang akan merasa senang dan tidak merasa keberatan untuk
bekerja keras. Kekurangan alat kerja tidak membuat mereka putus
asa, karena bagi mereka yang terpenting menghasilkan produk yang
berkualitas, dengan mempertahankan dan berbuat sebaik-baiknya
agar produk keahliannya berkualitas sehingga tidak akan
menurunkan rasa bangganya.
Berdasarkan beberapa aspek-aspek diatas dapat di tarik kesimpulan
bahwa aspek-aspek etos kerja adalah kerja sebagai kewajiban moral,
disiplin kerja tinggi dan rasa bangga atas hasil karyanya.
34
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
3. Ciri-ciri etos kerja
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan
tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk
ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya,
memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan. (Muharram,
2001). Adapun ciri etos kerja menurut Muharram, 2001 yaitu :
a. Memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan yang dimiliki diartikan suatu kemampuan untuk
mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehingga
kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungan. Seorang
pemimpin yang tinggi adalah orang yang mempunyai personalitas
yang tinggi.
b. Selalu berhitung
Di dalm bekerja selalu memperhitungkan segala resiko dan aspek,
bisa berkomitmen dan disiplin pada waktu.
c. Menghargai waktu
Mampu menyusun tujuan (goal), membuat perencanan kerja, dan
kemudian melakukan evaluasi atas hasil kerja dirinya
d. Tidak pernah merasa puas
Bagi orang yang memiliki sikap tidak pernah puas dapat diartikan
orang yang tidak pantang menyerah, dan mudah putus asa dalam
35
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
setiap masalah yang dihadapi. Memiliki semangat untuk
mengambil posisi dan memainkan perannya dalam bekerja.
e. Efisien
Menjauhkan sikapp yang tidak produktif dan mubazir dari hal yang
dapat merugikan diri dalam setiap pekerjaan yang dilakukan
f. Memiliki jiwa wiraswasta
Adanya semangat wiraswasta yang tinggi, memikirkan segala
fenomena yang terjadi disekitar lingkungan, merenungkan, dan
kemudian memiliki semangta untuk mewujudkan segala renungan
yang teah dilakukan dalam setiap pekerjaan.
g. Memiliki insting bersaing dan bertanding
Semangat bertanding dan insting merupakan sisi lain dari citra
orang untuk bekerja. Seorang pekerja yang memiliki semangat
untuk bertanding dan memiliki insting memiliki etos kerja yang
tinggi.
h. Keinginan untuk mandiri
Orang yang memiliki keinginan untuk mandiri memiliki semangat
untuk mandiri yang dapat melahirkan sejuta keberhasilan atas
usaha yang telah dilakukan dalam bekerja.
i. Haus akan keilmuan
Seseorang yang memiliki wawasan keilmuan tidak pernah cepat
menerima sesuatu sebagai taken for granted karena sifat pribadinya
36
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
yang kritis dan tak pernah mau untuk berdiam diri saja. Sikap orang
yang demikian juga dapat terlihat jika berhadapan dengan
lingkungan maka akan kritis dan melaukan analisa terhadap
lingkungan sekitar.
j. Berwawasan Makro – Universal
Seorang pekerja yang memiliki wawasan makro akan menjadikan
pekerja itu seorang yang bijaksana, mampu membuat pertimbangan
yang tepat, serta keputusan lebih mendekati tngkat presisi yang
terarah dan benar. Wawasan yang luas mampu mendorong untuk
lebig realistis dalam membuat perencanaan dan tindakan.
k. Memperhatikan kesehatan
Seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang tinggi dpat
dibuktikan dengan pemeliharaan pad kebugaran jasmani agar
dapat menunjang segala aktifitas dalam bekerja.
l. Ulet dan pantang menyerah
Keuletan merupakan modal yang sangat besar didalam
menghadapi segala macam tantangan atau tekanan dalam dunia
kerja.
Berdasarkan urain diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang
mempunyai dan menghayati etos kerja mempunyai ciri-ciri memiliki jiwa
kepemimpinan (leadership), selalu berhitung, menghargai waktu, tidak
pernah merasa puas, efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting
37
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
bersaing dan bertanding, keinginan untuk mandiri, haus akan keilmuan,
berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan, ulet dan pantang
menyerah.
4. Dasar-dasar Etos Kerja dalam Islam
Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja ini
barangkali dapat dimulai dengan usaha menangkap makna sedalamdalamnya, sabda Nabi saw yang amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk
kerja itu bergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya : jika
tujuannya tinggi (seperti tujuan mencapai ridha Allah) maka ia pun akan
mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti
hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka
setingkat itu pulalah nilai kerjanya tersebut. (Tasmara, 1995)
Sabda Nabi saw yang mencerminkan penjelasan diatas adalah
sebagai berikut : “Sesungguhnya (nilai) segala pekerjaan itu adalah
(sesuai) dengan niat-niat yang ada, dan setiap orang akan memperoleh
apa yang ia niatkan.”(HR. Bukhori Muslim).
Sabda Nabi tersebut menegaskan bahwa nilai kerja manusia
tergantung pada komitmen yang mendasari kerja itu. Tinggi-rendah nilai
kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan tinggi-rendah nilai komitmen
yang dimiliki. Adapun komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan
keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai yang dianut oleh
38
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
seseorang. Karena itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber
dorongan batin untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu, atau
jika ia mengerjakannya, maka ia mengerjakannya dengan tingkat
kesungguhan yang tertentu. (Tasmara, 1995)
Selain sabda Nabi di atas yang lebih menyoroti pada niat untuk
melakukan suatu pekerjaan ada juga firman Allah yang berpesan untuk
bekerja, yaitu dalam surat al-Jumu’ah ayat 10 sebagai berikut : “Apabila
telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah : 10).
Jadi, maksud dari pesan itu ialah bahwa hendaknya kita beribadah
sebagaimana yang diwajibkan, namun disisi lain kita juga harus mencari
rizki (bekerja). Bersamaan dengan itu, kita harus senantiasa ingat kepadaNya, yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlak dalam bekerja itu,
dengan menginsyafi pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap
bentuk kerja kita.
B. Kecerdasan Spritual
1. Pengertian kecerdasan spiritual
Kecerdasan (dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan hahasa
Arab disebut (al-dzaka`) menurut arti bahasa adalah pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaansesuatu. Dalam arti, kemampuan (alqudrah)
39
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
dalam memahami sesuatu secara cepatdan sempurna. Begitu cepat
penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina, seorang psikologfalsafi,
menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-badlsj (Mujib dan
Muzdakir, 2001).
Wachler (dalam Azwa, 1996) mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara rasional serta menghadapi lingkungan dengan efektif.
Mujib dan Mudzakir (2001) mengemukakan tentang kecerdasan
intelektual sebagai kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif
seperti berfikir, menilai dan mempertimbangkan seuatu untuk kecedasan
yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan
menggunakan logika.
Zohar dan Marshall (2001) mengemukakan, kecerdasan spiritual
adalah
fasilitas
yang
berkembang
selama
jutaan
tahun
yang
memungkinkan otak untuk menekan dan menggunakan makna dalam
pemechan masalah atau persoalan.
Mujib dan Mudzakir (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin
seseorang, kecerdasan yang mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih
manusiawi hingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin
belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
40
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Menurut ar-Razi (dalam Iskandar, 2012), manusia sejatinya
adalah makhluk yang disamping memiliki dimensi fisik material juga
memiliki dimensi spiritual. Selain diciptakan dari saripati tanah (Q.S. alMu'minμn/23: 12), manusia juga diciptakan dari tiupan roh Tuhan,
sehingga bisa mendengar, melihat dan berpikir : “Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya Ruh (ciptaan)Nya. Dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
tetapi kamu sedikit sekali bersyukur”. (Q.S. as-Sajdah/32: 9). Ar-Razi
juga menjelaskan bahwa spiritual berasal dari kata spirit dalam
pandangan Islam memiliki makna yang sama dengan Al-ruh, seperti yang
dijelaskan dalam terjemah QS AL-Isra : 85, “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang Ruh katakanlah : Ruh itu termasuk urusan Tuhanku
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Menurut Al-Ghazali (dalam Mujib dan Mudzakir, 2001), kedua
ayat di atas memiliki tiga proses yaitu :
a. Taswiyah yaitu aktivitas di dalam tempat penerimaan ruh,
yaitu tanah (at-thin) bagi Adam dan Air mani (al-nuthfah)
bagi anak cucunya, kondisi taswiyah ini bersih dan sucu dari
segala kotoran.
b. Nafh yaitu menyulutnya cahaya ruh pada syaraf air mani, nafh
merupakan
citra
dan
hasil,
citranya
adalah
seperti
mengeluarkan angin dari lumbung zat yang meniupkan pada
41
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
lumbung orang yang di beri, sehingga syaraf-syarafnya
menyalakan nur-Nya.
c. Ruh yaitu substansi yang bukan baru datang (‘aradb) sebab ia
mampu mengenal dirinya sendiri dan penciptanya, serta
memahami hal-hal yang masuk akal. Dengan demikian Ruh
(spirit) yang dimaksudkan adalah substansi ruhani manusia
yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi esensi kehidupan.
Lebih lanjut diterangkan di Najati (2002) Danah dan Ian Marshall
mendefinisikan
kecerdasan
Spiritual
adalah
kecerdasan
untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan inti
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yanglebih
luas dan lebih kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan
Spiritual
adalah
landasan
yang
diperlukan
untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan Spiritual
merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
Sedangkan pada abad ke-20 data ilmiah menunjukan adnya “Q”
jenis ktiga, yaitu gambaran yang menunjukan gambarn kecerdasan
manusia yang disebut sebagai kecerdasan spirutual (SQ). SQ merupakan
suatu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan pesolan, makna
dan nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup dalam
konteks yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa
42
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan
yang lainnya (Mujib dan Mudzakir, 2001).
Mujib dan Mudzakir (2001) mengatakan bahwa kecerdasan
spiritual adalah lebih merupakan konsep yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendaya guna maknamakna nilai dan kualitas kehidupan spiritualnya. Sedangkan menurut
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna yaitu kecerdasan yang
menempatkan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas.
Secara teoritis belum ada pengertian tentang kecedasan spiritual
yang kongkrit dan jelas. Kecerdasan spiritual dapat didefinisikan sebagai
suatu kemampuan yang sama tuanya dengan umat manusia, dan konsep
ini baru pertama kali dikemabangkan secara utuh, Namun dengan hal ini
banyak bukti ilmiah mengenai kecerdasan spiritual. Para Ilmuan (dalam
Zohar dan Marshall, 2001) telah melakukan penelitian dasar yang
mengungkap suatu pondasi saraf bagi kecerdasan spiritual di dalam otak
dan ada beberapa peneliti yang memperkuat adanya kecerdasan spiritual
yaitu :
a. Penelitian neurolog Australia Wolf Singer di tahun 1990-an
tentang probelum ikatan membuktikan adanya proses saraf dalam
otak yang dicurahkan untuk menyatakan dan memberikan makna
dan pengalaman.
43
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
b. Terrance Deacun membuktikan bahwa bahas adalah sesuatu yang
unik pada manusia, dimana suatu aktivitas yang pada dasarnya
bersifat simbolik dan berpusat pada makna yang berkembang
bersama dalam perkembangan yang cepat pada cuping – cuping
dengan otak.
c. Rodolfo Linas menjelaskan tentang kesadaran saat terjaga dari
ikatan peristiwa-peristiwa kognitif dalam otak telah dapat
ditingkatkan dengan teknologi
MEL (Megneto – Encepha -
Lohgrapic) baru yang memungkinkan diadakannya penelitian
menyaluruh atas bidang-bidang elektris otak yang bersosialisasi
dan bidang magnetik.
Menurut Agustin (2001), kecerdasan spiritual merupakan
kemampuan untuk memberikan ibadah terhadap setisp perilaku dan
kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid.
Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan untuk
memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan,
serta mampu menyeinergikan IQ, EQ, dan SQ.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia mengelola nilai-nilai
spiritualnya untuk bisa mendayagunakan sebagai kecerdasan untuk
44
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
menghadapi persoalan makna yaitu kecerdasan yang menempatkan
perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas.
2. Aspek-aspek kecerdasan spiritual
Menurut Buzan (2003) ada sepuluh aspek-aspek dalam
kecerdasan spiritual yaitu mendapatkan gambaran menyeluruh tentang
jagad raya, menggali nilai-nilai, visi dan panggilan hidup, belas kasih,
memberi dan menerima, kekuatan takwa, menjadi kanak-kanak kembali,
kekuatan ritual, ketentraman, dan cinta.
Sedangkan Sinetar (2001) menuliskan beberapa aspek dalam
kecerdasan spiritual, yaitu :
a. Kemempuan seni untuk memilih. Kemampuan untuk memilih dan
menata hingga kebagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya
berdasarkan suatu visi batin yang tetap dan kuat yang
memungkinkan hidup mengorganisasikan bakat.
b. Kemampuan seni untuk melindungi diri. Individu mempelajari
keadaan dirinya, baik bakat maupun keterbatasaanya unutk
menciptakan dan menata pilihan terbaiknya.
c. Kedewasaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti kita tidak
menyembunyikan kekuatan-kekuatan kita dan ketakutan dan
sebagai konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan
terbaik kita.
45
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
d. Kemampuan untuk mengikuti cinta. Memilih antara harapanharapan orang lain di mata kita penting atau kita cintai.
e. Displin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang
lain, pemaaf tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang
lain dan selalu ingin membuat orang lain bahagia.
Clinebel (Hawari, 1999) mengemukakan bahwa pada dasarnya
setiap diri manusia memiliki sepuluh aspek kemampuan dasar kecerdasan
spiritual (“Basic Spritual Abeality”) tidak hanya bagi mereka yang
beragama tetapi juga bagi mereka yang sekuler.
a. Kemampuan akan kepercayaan dasar (Basic Trust), kepercayaan
dasar berguna untuk membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini
adalah ibadah, maka manusia tidak perlu risau manakala suatu saat
mengalami kesusahan, kesedihan atau kehilangan sesuatu yang
dicintai karena semua itu adalah cobaan keimanan. Sementara
kalau diberi kenikmatan hendaknya manusia mensyukurinya
“Basic Trust” kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, Penyanyang
lagi Maha Pengampun amat penting hingga manusia tidak perlu
merasa stres, depresi atau cemas.
b. Kemampuan untuk mengerti akan makna hidup, tujuan hidup
dalam membangun yang selaras, serasi, seimbang dengan
Tuhannya dan dengan sesama manusia dan alam sekitarnya.
46
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
c. Kemampuan untuk melakukan komitmen peribadatan dan
hubungannya dalam hidup keseharian. Pengalaman agama
hendaknya integratif antara ritual dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Kemampuan pengisian keimanan secara teratur mengadakan
hubungan dengan Tuhan, hal ini dimaksud agar kekuatan iman dan
taqwa senantiasa tidak melemah.
e. Kemampuan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa, rasa
bersalah dan rasa berdosa ini merupakan beban bagi seseorang dan
tidak baik bagi kesehatan jiwa.
f. Kemampuan akan penerimaan diri dan harga diri (Self Acceptance
and Self Sistem), dua hal tersebut sangat penting bagi kesehatan
jiwa seseorang. Setiap diri ingin diterima dan dihargai oleh
lingkungannya tidak ingin dilecehkan atau di pinggirkan.
Sehingga dalam setiap pekerjaan yang di lakukan oleh seseorang
akan mendapat penghargaan dan pengakuan dari orang lain, yang
akan membuat orang tersebut merasa bangga akan hasil kerjanya.
g. Kebutuhan akan rasa aman. Bagi orang yang beriman akan
memperoleh rasa aman (Security Feeling) sementara bag orang
yang tidak beriman akan mengalami kecemasan menghadapi masa
depan (hari kemudian).
47
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
h. Kemampuan untuk mencapainya derajat dan martabat yang
semakin tinggi sebagai pribadi yang utuh (Integrated Personality).
Bagi orang yang beriman akan senantiasa mendekatkan diri pada
Tuhannya, sehingga akan diharapkan derajat dan martabatnya
dimata sesama manusia akan tinggi.
i. Kemampuan untuk memlihara interaksi dengan alam dans sesama
manusia.
j. Kemampuan untuk melakukan hidup bermasyarakat yang
syaratnya dengan melakukan nilai-nilai religiusitas. Komunitas
keagamaan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan
seseorang.
Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa kecerdasan spiritual terdiri dari sepuluh aspek yaitu kemampuan
dasar, makna hidup, komitmen peribadatan, keimanan, bebas dari rasa
bersalah dan berdosa, penerimaan diri dan harga diri, kebutuhan akan rasa
aman, pribadi yang utuh, interaksi dengan alam dan manusia, dan hidup
bersosial.
3. Faktor-faktor yang mempegaruhi kecerdasan spiritual
Zohar dan Marshall (2001) membagi beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu :
48
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
a. Motif yang paling dalam, yaitu motif dimana kita dapat bertindak
di dunia dan mencari realita dibalik setip hasrat permulaan.
b. Kesadaran diri yang tinggi, untuk menyadari segala permasalahan
dan menyadari keadaan dirinya.
c. Tanggap terhadap diri yang dalam, kecerdasan spiritul yang tinggi
menurut seorang untuk mengabdi pada diri dengan penuh
kesadaran agar dapat merasakan apa yang benar-benar memotivasi
untuk mengetahui nilai dan makna hidup yang tinggi.
d. Kemampuan untuk memanfaatkan dan mengatasi kesulitan, agar
dapat memegang tanggung jawab terhadap kehidupan kit seharihari.
e. Berdiri menentang orang banyak. Seseorang yang memiliki
kecerdasan spiritual dapat menjadi seseorang yang mandiri dan
orang tersebut mampu berdiri menentang orang banyak yang
memiliki ego fungsional peran serta yang sehat dalam kelompok,
namun keduanya harus berakar dari dalam diri kita sendiri.
f. Keengganan utuk menyebabkan kerusakan, seseorang yang tinggi
kecerdasan spiritualnya mengetahui bahwa ketika dia merugikan
orang lain maka dia merugikan diri sendiri.
g. Menjadi cerdas spiritual dalam agama, adanya titik tuhan dalam
susunan syaraf otak yang menunjukan bahwa kemampuan untuk
menjalani
pengalaman
dan
keyakinan
memberikan
suatu
49
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
keuntungan evolusioner pada individu. Menghubungkan individu
dengan makna dan nilai dengan cara yang dapat individu ikuti,
mendorong individu berjuang juga memberikan individu suatu
tujuan.
h. Memiliki kesadaran diri yang positif. Seseorang yang memiliki
kecerdasan spiritual tinggi maka benar-benar jujur pada diri sendiri,
sadar diri dan menuntut diri untuk menghadapi pilihan, terkadang
pilihan yang tepat merupakan pilihan yang sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
yang mempengaruhi kecerdasan spiritual antara lain : motif yang paling
mendalam, kesadaran diri yang tinggi, tanggap terhadap diri, kemampuan
untuk memanfaatkan dan mengatasi kesulitan, berdiri menentang orang
banyak, keengganan untuk menyebabkan kerusakan, menjadi cerdas
spiritual dalam agama, memiliki kesadaran diri yang positif.
C. Perawat
1. Pengertian
Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam
batas-batas kewenangan yang dimilikinya. (www.academia.edu).
50
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
American Nurses Association (Potter & Perry, 1999)
mendefinisikan perawat sebagai profesi yang membantu dan yang
memberikan pelayanan yang berkontribusi pada kesehatan dan
kesejahteraan individu.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat pada pasal 1 ayat 1).
Berdasarkan uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
perawat merupakan profesi yang memfokuskan pada pelayanan dan
perawatan yang berkontribusi pada kesehatan pasien.
2. Tanggung jawab perawat
Menurut Sudarma (2008) tanggung jawab perawat terhadap klein
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat,
diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1.
Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa
berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya
kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan
masyarakat.
51
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
2.
Perawat,
dalam
keperawatan,
melaksanakan
memelihara
pengabdian
suasana
dibidang
lingkungan
yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
3.
Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,
keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4.
Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu,
keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa
dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan
pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
Sedangkan tanggung jawab Perawat terhadap tugas antara lain,
Sudarma (2008):
1.
Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu, keluarga, dan masyarakat.
2.
Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali
diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
52
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
3.
Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan
dengan norma-norma kemanusiaan.
4.
Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5.
Perawat,
mengutamakan
perlindungan
dan
keselamatan
pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta
matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima
atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan keperawatan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahawa tanggung
jawab seorang perawat diantara dalam melaksanakan pengabdiannya
berpedoman pada tanggung jawab, memlihara suasana lingkungan,
melaksanakan
kewajibannya
terhadap
individu,
keluarga,
dan
masyarakat dengan didasari rasa ikhlas, menjalin hubungan kerjasama
dengan individu, keluarga dan masyarakat.
D. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Etos Kerja
Etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal
53
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi
perilaku kerjanya. Perawat dalam bekerja hendaknya sebaik mungkin dan
bertangung jawab penuh terhadap pasiennya karena itu merupakan tuntutan
profesi sebagai perawat. Walaupun terkadang perawat menghadapi sikap
pasien yang sulit diatur. Dalam kondisi kerja yang demikian membuat
perawat merasakan ketegangan, merasa cepat lelah, muncul sikap acuh dan
mudah marah bahkan sampai tidak bersemangat dalam bekerja atau dapat
dikatakan memiliki etos kerja yang rendah.
Hal terburuk yang dapat terjadi dari kinerja perawat yang kurang
maksimal yaitu mutu pelayanan rumah sakit yang menurun dan kepuasan
konsumen yang akan menurun pula.
Unsur
terpenting
yang
dapat
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jiwa manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk
ajaran agama. Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan yang dapat
diimplikasikan untuk menempatkan perilaku dan hidup individu dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, yaitu kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding orang
lain. Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu
berinteraksi dengan baik di lingkungan kerja dan mampu meningkatkan
produktivitas yang tinggi. Sehingga individu yang memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi akan terhindar dari sikap acuh, mudah marah atau tidak
semangat dalam bekerja.
54
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
E. Kerangka Berfikir
Sumber daya manusia (orang-orang) merupakan elemen dasar dari
organisasi yang dapat menentukan maju mundurnya suatu organisasi.
Keberlangsungan hidup suatu organisasi tergantung bagaimana sumber daya
manusianya dalam mencapai tujuan organisasi.
Perawat sebagai salah satu sumber daya manusia di dalam sebuah
institusi rumah sakit memiliki peran yang penting dalam pelayanan kesehatan.
Pada prakteknya perawat sebagai tenaga non medis rumah sakit dan juga
ujung tombak pelayanan kesehatan, tidak hanya berhubungan dengan
pasiennya saja tetapi dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja, serta
berhubungan dengan dokter dan sesama perawat yang lainnya juga.
Selain itu perawat juga harus bisa memberikan perawatan dan
pelayanan yang maksimal untuk kesembuhan pasien, walaupun terkadang
perawat harus menghadapi sikap pasien yang sulit diatur. Kondisi kerja yang
demikian membuat perawat merasakan ketegangan, merasa cepat lelah,
muncul sikap acuh dan mudah marah bahkan sampai tidak bersemangat dalam
bekerja. Ciri-ciri tersebut menggambarkan seorang pekerja yang memiliki
etos kerja yang rendah.
Menurut Tasmara (1995), etos kerja adalah totalitas kepribadian
dirinya serta cara memandang, mengekspresikan, meyakini dan memberikan
makna pada suatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal
yang optimal (high performance). Cherington (Hadipranata, 2000)
55
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
menyebutkan bahwa tinggi rendahnya etos kerja seseorang dapat dilihat dari
tiga indikator, antara lain : a) kerja sebagai kewajiban moral dan religius untuk
mengisi kehidupan, b) disiplin kerja tinggi, c) rasa bangga atas hasil karya.
Hasil penelitian Trihandini (2004) menyimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual memiliki pengaruh yang nyata terhadap etos kerja karyawan. Seperti
yang dijelaskan Zohar dan Marshall (2001) bahwa kecerdasan spiritual juga
memegang peranan yang besar terhadap kesuksesan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya. Seseorang karyawan dalam hal ini perawat yang
memperoleh kebahagiaan dalam bekerja akan berkarya lebih baik.
Pada dasarnya setiap diri manusia memiliki sepuluh aspek
kemampuan dasar kecerdasan spiritual (“Basic Spiritual Abeality”) tidak
hanya bagi mereka yang beragama tetapi juga bagi mereka yang sekuler,
aspek-aspek tersebut meliputi : a) kemampuan akan kepercayaan dasar (Basic
Trust), b) kemampuan untuk mengerti akan makna hidup, c) komitmen
peribadatan, d) keimanan, e) bebas dari rasa bersalah dan berdosa, f)
penerimaan diri dan harga diri, g) kebutuhan rasa aman, h) pribadi yang utuh,
i) interaksi dengan alam dan manusia, j) hidup bersosial.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah akan alur
penelitian ini dengan memperhatikan tinjauan kepustakaan serta landasan
teori, digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :
56
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Etos Kerja Perawat
Kecerdasan Spiritual
Instalasi Rawat Inap
Aspek-aspek kecerdasan spiritual :
Aspek-aspek etos kerja :
1. Kemampuan dasar
1. Kerja sebagai kewajiban
2. Makna hidup
moral
3. Komitmen peribadatan
4. Keimanan
2. Disiplin kerja tinggi
5. Bebas dari rasa bersalah dan
3. Rasa bangga atas hasil
karyanya
berdosa
6. Penerimaan diri dan harga diri
7. Kebutuhan rasa aman
8. Pribadi yang utuh
9. Interaksi dengan alam dan
manusia
10. Hidup bersosial
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian hubungan kecerdasan spiritual
dengan etos kerja pada perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, maka dapat diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut : Ada hubungan kecerdasan spiritual
dengan etos kerja perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto.
57
Hubungan Antara Kecerdasan..., Deni Perdana Putra, Fak. Psikologi UMP 2014
Download