BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Audit secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pengertian audit menurut Arens et al (2010:4) adalah : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine on report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.” Dari pengertian tersebut memberikan pernyataan bahwa dalam melakukan audit dilakukan tindakan-tindakan mengumpulkan (determine) dan melaporkan (report). Tindakan-tindakan ini harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen sehingga hasil audit dapat dipercaya objektivitasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan (audit) merupakan proses yang sistematis yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Audit sendiri terdiri dari beberapa jenis, Arens et al (2006:14-15) menyatakan bahwa jenis auditing terdiri dari : 9 10 1. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audits) Audit atas Laporan Keuangan merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan untuk menetapkan suatu kewajaran laporan keuangan tersebut dibandingkan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hasil dari pemeriksaan laporan keuangan yaitu berupa Laporan Pemeriksaan (Audit Report) yang berisi opini atau pendapat akuntan publik atas kewajaran laporan keuangan. 2. Audit Operasional (Operational Audits) Audit Operasional adalah penelahaan atas tiap bagian prosedur dan metode operasi perusahaan dengan tujuan untuk menilai apakah seluruh kegiatan organisasi yang ada di perusahaan sudah efisien dan efektif atau sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. 3. Audit atas Ketaatan (Compliance Audits) Audit atas Ketaatan merupakan pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu kebijakan, peraturan, maupun prosedur yang telah digariskan oleh pihak berwenang, baik pemerintah maupun pihak pimpinan perusahaan. Contoh pemeriksaan jenis ini adalah pemeriksaan atas ketaatan ketenagakerjaan. suatu perusahaan dalam menjalankan peraturan 11 2.1.1 Audit Internal Audit Internal terdapat dalam perusahaan yang relatif besar dimana pimpinan perusahaan membentuk banyak departemen, bagian/seksi, atau satuan organisasi yang lain. Bila perusahaan terdiri dari beberapa departemen maka pimpinan dapat mendelegasikan wewenang kepada kepala-kepala unit operasi tersebut. 2.1.1.1 Pengertian Audit Internal Lama Audit Internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang dipersiapkan dalam organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini meliputi audit dan penilaian efektivitas kegiatan unit yang lain. Pengertian audit internal menurut Ratliff et al (1996:49) adalah sebagai berikut : “Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization”. The Institute of Chartered Accountants in Australia (ICAA, 1994:76) yang dikutip oleh Tugiman (2006) mengemukakan tentang ruang lingkup audit internal, yaitu : “The scope and objective of internal audit very widely and are dependent upon the size and the structure of the entity and requirements of its managements. Normally however Internal Audit operates in one or more of the following areas : a. Review of accounting system and related internal control, b. Examination of the management of financial and operating information, 12 c. Examination of the economy, efficiency, and effectiviteness of operation including non-financial control of an organization.” Sedangkan menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) yang dikutip Boynton et al (1998:23) ruang lingkup audit internal adalah : “The scope of audit internal should encompass the examinations of the adequacy and effectiveness the organizations system of internal controls and the quality of performance incarrying and assigned responsibilities.” Definisi tersebut menyatakan bahwa ruang lingkup audit internal harus meliputi pengujian dan pengawasan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern perusahaan dan kualitas kerja berkaitan dengan tanggung-jawab organisasi. 2.1.1.2 Pengertian Audit Internal Baru Pengertian audit internal menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan audit internal yang dikutip oleh Arens et al (2010:770) sebagai berikut : “Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity design to add value and improve an organizations operation. It helps an organization to accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.” Sedangkan definisi Audit Internal menurut Standar Profesi Audit Internal (2004:5) adalah : “Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu 13 pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance.” Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan suatu kegiatan, jasa atau aktivitas yang berhubungan dengan informasi operasi dan keuangan, risiko, regulasi internal dan eksternal, penggunaan sumber daya dan kinerja perusahaan, pengelolaan (governance) serta pertanggungjawaban manajemen. Ruang lingkup audit internal yang dikemukakan oleh The Professional/practice Frameworks (The IIA Research Foundation) (Januari 2004) adalah : “The Internal Audit activity evaluate and contribute to the improvement of risk management control, governance processes using a systematic and disciplined approach.” Dan menurut International Professional/Practice Framework (IPPF) (Januari 2009) adalah : “The Internal Audit must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control process using a systematic and disciplined approach.” Berdasarkan Statement Responsibility of Internal Auditing, ruang lingkup Audit Internal meliputi : 1. Penelahaan atas keandalan dan kejujuran informasi keuangan dan operasi serta metode yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi tersebut. 14 2. Penelaahan sistem yang ada untuk memastikan kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat membawa dampak yang penting bagi operasi dan pelaporan, serta menentukan apakah organisasi telah mengikuti hal tersebut. 3. Penelaahan cara-cara pengamanan harga dan selanjutnya menelusuri keberadaan harga tersebut. 4. Penilaian keefisienan dan keekonomisan penggunaan sumber daya. 5. Melakukan review operasi dan penggunaan program untuk memastikan bahwa hasil-hasilnya telah konsisten terhadap tujuan yang telah ditetapkan dan juga operasi dan program tersebut telah dijadikan dasar penyusunan rencana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dan tujuan audit internal sangat luas, tergantung pada besar kecilnya suatu organisasi dan permintaan dari pihak manajemen organisasi yang bersangkutan. 2.1.1.3 Fungsi dan Tanggung Jawab Auditor Internal Seiring dengan berkembangnya profesi auditor internal yang disebabkan semakin tingginya pengakuan atas pentingnya keberadaan Internal Auditing bagi suatu perusahaan, maka fungsi Audit Internal juga terus mengalami perkembangan. Tanpa adanya fungsi Internal Auditing pada suatu perusahaan, maka dewan direksi tidak memiliki suatu sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja para manajer. 15 Hal yang harus ditekankan di sini adalah Audit Internal merupakan bagian internal dari perusahaan dan fungsi yang diemban dan dijalankannya adalah berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajer senior dan dewan direksi. Standar profesi Audit Internal (2004:8-13) merupakan pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, yaitu sebagai berikut : a. Independensi dan Objektivitas Fungsi Audit Internal harus independen dan Auditor Internal harus objektif dalam melaksanakan pekerjaanya. (1110,SPAI) b. Keahlian dan Kecermatan Profesional Menyatakan penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab. (1210,SPAI) c. Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal menyatakan penanggung jawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus-menerus memonitor efektivitasnya. (1300,SPAI) d. Pengelolaan dan Fungsi Audit Internal 16 Menyatakan bahwa penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi. (2000,SPAI) e. Lingkup Penugasan Menyatakan fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian, dan governance dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. (2100,SPAI) Tanggung jawab Auditor Internal menurut Amin Widjaja Tunggal (2005:21) adalah : 1. Tanggung jawab direktur Audit Internal adalah untuk menerapkan program audit internal perusahaan. Direktur audit internal mengarahkan personil aktifitas-aktifitas departemen audit internal, juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan. 2. Tanggung jawab seorang supervisor adalah untuk membantu direktur audit internal dalam mengembangkan program audit tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai dengan yang diharapkan. 17 2.1.1.4 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai Kualifikasi audit internal yang memadai, yaitu : 1. Independensi Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh Auditor. Menurut Arens et al (2008) Independensi yaitu : “Independence in fact exist when the auditors is actually able to maintain an unbiased attitude throughtout the audit, where as independence in appearance is the result of the others interpretations of this independence.” Agar seorang audit internal efektif dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal harus independen dan objektif dalam melaksanakan kegiatannya, hal ini berarti auditor internal harus memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun. Audit internal harus independen terhadap segala aktifitas yang akan diauditnya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tugiman (2006:16), yaitu : a. Independensi Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya. b. Status Organisasi Status organisasi dari unit auditor internal (bagian pemeriksaan internal) haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan kepadanya. c. Objektivitas tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan 18 Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah melaksanakan tugasnya secara objektif. Menurut Konsorsium Organsasi Profesi Audit Internal dalam standar Profesi Audit Internal (2004:8) menyatakan : “Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi dan auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).” 2. Kompetensi atau Kecakapan Profesional Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan, auditor internal harus mempunyai kompetensi yang baik. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9) menyatakan bahwa : Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional. a. Keahlian Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau 19 memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. b. Kecermatan Profesional Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang profesional dan berkompeten. c. Pengembangan Profesional yang berkelanjutan Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensinya melaui pengembangan profesional yang berkelanjutan. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2005:22-27) Kualifikasi audit internal adalah sebagai berkut : 1) Auditor internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang memadai, karena audit internal berhubungan dengan analisis dan petimbangan. Oleh karena itu audit internal harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik. 2) Selain pendidikan dan pelatihan, seorang auditor internal juga harus berpengalaman di bidangnya. Apabila ia seorang auditor internal yang baru, ia harus dibimbing oleh auditor yang kompeten. 3) Seorang auditor dikatakan kompeten apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 20 (a). Auditor internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi perusahaan, selain itu pula harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan mulai dari tingkat bawah sampai dengan tingkat atas. (b).Seorang auditor internal harus tekun dalam menjalankan pekerjaannya. (c). Auditor internal harus menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap probabilitas atau efisiensi kegiatan perusahaan. 4) Auditor internal harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dan kesalahan yang telah dibuat sebisa mungkin dihindari. 3. Program Audit Internal Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan yang tetulis secara sistematis untuk mencapai tujuan pemeriksaan secara efektif dan efisien. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga penting untuk mengatur pembagian kerja, memonitor jalannya kegiatan pemeriksaan, menelaah pekerjaan yang telah dilakukan. Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan sasaran penugasan, sumber daya penugasan, serta program kerja penugasan. Program kerja harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan informasi selama penugasan. 21 Program kerja harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Perubahan atau penyesuaian atas program kerja harus segera mendapat persetujuan. Program kerja yang baik harus mencakup : a. Tujuan audit yang dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas pekerjaan yang direncanakan. b. Disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan. c. Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang harus dilaksanakan dan bersifat fleksibel. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain: a. Memberikan bimbingan proseduril untuk melaksanakan pemeriksaan. b. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung, tahap demi tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan. c. Merevisi program audit sebelumnya jika ada perubahan standar dan prosedur yang digunakan oleh perusahaan. Manfaat program audit adalah sebagai berikut : a. Meratanya program kerja antar auditor. b. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu. c. Program audit memilih tujuan yang penting saja. d. Program audit yang telah digunakan dapat kembali menjadi pedoman untuk tahun berikutnya. e. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerjanya. f. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi telah dijalankan. 22 4. Pelaksanaan Pekerjaan Audit Internal Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan penevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti. Pengertian empat langkah kerja pelaksanaan audit internal menurut Tugiman (2006:53-78) adalah sebagai berikut : a. Perencanaan pemeriksaan, meliputi : (a). Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan. (b).Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan yang akan diperiksa. (c). Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan. (d).Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. (e). Melaksanakan survei dengan tepat untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasanpengawasan utuk mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang diperiksa. b. Pengujian dan pengevaluasian informasi, pemeriksa internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Hal ini meliputi : 23 (a). Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan. (b).Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat dasar logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi. (c). Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh yang dipergunakan harus terlebih dahulu diseleksi. (d).Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi haruslah diawasi. c. Penyampaian hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus terusmenerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. 5. Laporan Hasil Audit Internal Laporan hasil audit internal dibuat setelah selesai melakukan audit, laporan ditujukan kepada manajemen. Pada dasarnya audit internal dirancang untuk memperkuat pengendalian internal, menentukan ditaatinya prosedur atau kebijakan yang telah digariskan oleh manajemen dan meyakinkan bahwa pengendalian intern yang telah ditetapkan cukup 24 baik, ekonomis dan efektif. Oleh karena itu auditor internal harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyimpangan- penyimpangan yang berarti dan mengusulkan cara-cara memperbaikinya, apabila disetujui oleh manajemen, auditor internal akan mengawasi perbaikan tersebut. Laporan dianggap baik apabila memenuhi persyaratan yang dikemukakan oleh Gil Courtemance yang dialihbahasakan oleh Tugiman (2006:191) sebagai berikut : Pengawas internal yang baru harus menekuni profesinya atau belum pernah mendapat latihan penulisan laporan pemeriksaan perlu menyadari bahwa suatu laporan pemeriksaan akan dianggap baik apabila memenuhi kriteria mendasar, yaitu : a. Objektivitas Suatu pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedur atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemeriksaan. b. Kewibawaan Kewibawaan adalah kata yang tampaknya janggal untuk menggambarkan sifat yang harus terdapat dalam sebuah laporan pemeriksaan keuangan. Kewibawaan berawal dari adanya pernyataan tentang tujuan dan lingkup pemeriksaan yang jelas, relevan dan tepat waktu. c. Keseimbangan 25 Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporanyang memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar. Keseimbangan adalah keadilan. Keseimbangan adalah sudah seharusnya menjadi aturan utama yang mendasari pengawasan internal. d. Penulisan yang Profesional Laporan penulisan yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur, yaitu : struktur, kejelasan, keringkasan, nada laporan dan pengeditan. 6. Tindak Lanjut atas Laporan Hasil Audit Internal Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dari langkah kerja audit internal. Tindak lanjut dimaksudkan supaya auditor internal mempunyai keyakinan bahwa tindakan yang diambil sesuai dengan apa yang dilaporkan pada temuan audit. Bagian audit internal harus menentukan bahwa manajemen telah melaksanakan tindakan koreksi dan tindakan tersebut menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:18), yaitu : “Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif atau menanggung resiko karena tidak melakukan tindak lanjut.” 2.1.2 Pengendalian Intern Menurut Susanto (2013:95) pengendalian intern dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan 26 yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: (1) efisiensi dan efektifitas, (2) penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, (3) ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku. Committee of Sponsoring organization of the Treadway Commisson (COSO) dalam Susanto (2013:95) menyatakan bahwa dasar bagi dilakukannya pengendalian intern adalah tujuan. Tanpa tujuan pengendalian intern tidak ada artinya apa apa. Pengendalian internal yang dilakukan pada bidang perkreditan menjadi lebih matang, proses analisa permohonan kredit dilakukan lebih teliti, lebih terarah dan lebih seksama dan pengamanan kredit lebih diperketat sehingga kredit tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dan debitur. 2.1.2.1 Tujuan Pengendalian Intern Menurut Sawyer (2005: 62) mengatakan bahwa tujuan-tujuan umum yang akan dicapai dari sistem pengendalian intern adalah: 1. meningkatkan susunan, keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas operasi serta kualitas barang dan jasa sesuai misi organisasi; 2. mengamankan sumber daya terhadap kemungkinan kerugian akibat pelepasan, penyalahgunaan, kesalahan pengelolaan, kekeliruan, dan kecurangan; 3. meningkatkan kepatuhan pada hukum dan arahan manajemen; dan 27 4. membuat data keuangan dan manajemen yang dapat diandalkan serta pengungkapan yang wajar pada pelaporan yang tepat waktu. 2.1.2.2 Komponen Pengendalian Intern Pengendalian intern (internal control) menurut COSO (Commite of Sponsoring Organization) dalam Arens, dkk (2008: 376) yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo, terdiri atas beberapa komponen, yaitu: 1. lingkungan pengendalian (control environment), merupakan tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan tentang pengendalian intern dan arti pentingnya. 2. penilaian risiko (risk assessment), manajemen harus menyadari dan menghadapi risiko. Manajemen harus menetapkan tujuannya dipadukan dengan kegiatan keuangan serta kegiatan lainnya agar dapat beroperasi secara terkoordinasi. Manajemen juga harus membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko terkait. 3. aktivitas pengendalian (control activities), kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuannya bagi pelaporan keuangan. 4. informasi dan komunikasi, metode yang digunakan untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan mempertahankan akuntabitlitas aktiva terkait dan transaksi entitas serta 28 5. pemantauan (monitoring), merupakan penilaian berkelanjutan dan periodik oleh manajemen terhadap pelaksanaan pengendalian intern untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan seperti yang dimaksud dan dimodifikasi bila perlu. 2.1.3 Pengendalian Intern Pada tanggal 14 Mei 2013, COSO menerbitkan Internal ControlIntegrated Framework (ICIF) sebagai revisi dari versi tahun 1992. Revisi kerangka kerja pengendalian intern ini diharapkan akan membantu meningkatkan pelaksanaan pengendalian intern di setiap organisasi, walaupun penyesuaian lebih lanjut diperlukan untuk menyelaraskan pengendalian intern di seluruh dunia dan untuk membantu setiap organisasi mengelola risiko secara lebih baik dan meningkatkan kinerja organisasi keseluruhan.Pada edisi baru COSO (Committee of Sponsoring Organization) (2013:3) mengemukakan pengendalian intern adalah: “Internal control is process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objective relating to operations, reporting, and compliance”. Atau dalam terjamahan bebasnya adalah: “Pengendalian intern adalah proses, dipengaruhi oleh dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberi keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan dan kepatuhan.” Dari pengertian pengendalian intern menurut COSO tersebut, maka pengendalian intern adalah suatu proses, karena hal tersebut menembus kegiatan 29 operasional dari organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen dasar. Pengendalian intern dapat menyediakan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak. Hal ini berarti bahwa sebaik apapun suatu pengendalian intern itu dirancang, dan dioperasikan, hanya dapat menyediakan keyakinan memadai, tidak dapat sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan pengendalian intern meskipun telah dirancang dan disusun sedemekian rupa dengan sebaik-baiknya. Bagaimanapun baiknya pengendalian intern yang ideal dirancang, namun letak keberhasilannya tergantung pada kompetisi dan kendala dari pada pelaksanaanya yang tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. 2.1.3.1 Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian intern pada didalam perusahaan dibuat untuk membantu agar organisasi berhasil mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan aspek biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang didapatkan. Pengendalian intern memiliki tujuannya yaitu untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tujuan. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:319.2) tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut: “(1) Keandalan laporan keuangan, (2) Efektifitas dan efisiensi operasi, (3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Tujuan pengendalian interndikatakan baik apabila pengendalian intern dijalankan secara baik pula dan sesuai dengan prosedur yang telah ada. 30 2.1.3.2 Komponen Pengendalian intern Perusahaan memiliki perbedaan antara satu sama lain, setiap perusahaan memiliki sifat khusus yang berbeda. Pengendalian intern yang baik pada suatu perusahaan belum tentu dianggap baik oleh perusahaan lainnya maka dari itu untuk menciptakan suatu pengendalian intern harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengendalian intern dikatakan baik apabila telah memenuhi unsur-unsur dari pengendalian intern. Elemen-elemen pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) COSO (2013:4-6) menjelaskan mengenai komponen lingkungan pengendalian (control environment) sebagai berikut : “The control environment is the set of standards, processes, and structures that provide the basis fpr carrying out internal control across the organization. The board of directors and senior management establish the tone at the top regarding the importance of internal control including expected standards of conduct. Management reinforces expectations at the various levels of the organization. The control environment comprises the integrity and ethical values of the organization; the parameters enabling the board of directors to carry out its governance oversight responsibilities; the process for attracting, developing, and retaining competent individuals; and the rigor around performance measures, incentives, and rewards to drive accountability for performance. The resulting control environment has a pervasive impact on the overall system of internal control.” Berdasarkan rumusan COSO di atas, bahwa lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai seperangkat standar, proses, dan struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian intern di seluruh organisasi.Lingkungan pengendalian terdiri dariIntegritas dan nilai etika organisasi; Parameter- 31 parameter pelaksanaan tugas dan tanggung jawan direksi dalam mengelola organisasinya; Struktur organisasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab; Proses untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; dan ketegasan mengenai tolok ukur kinerja, insentif, dan penghargaan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. 2. Penilaian Risiko (Risk Assesment) COSO (2013:4) menjelaskan mengenai komponen penilaian risiko (risk assessment) sebagai berikut : “Risk is defind as the possibility that an event will occur and adversely affect the achievement of objectives. Risk assessment involves a dynamic and iterative process for identifying and assessing risks to the achievement of objectives. Risks to the achievement of these objectives from across the entity are considered relative to estabilished risk tolerances. Thus, risk assessment forms the basis for determining how risks will be managed. A precondition to risk assessment is the estabilishment of objectives, linked at different levels of the entity. Management specifies objectives within categories relating to operations, reporting, and compliance with sufficient clarity to be able to identify and analyze risks to those objectives. Management also considers the suitability of the objectives for the entity. Risk assessment also requires management to consider the impact of possible changes in the external environment and within its own business model that may render internal control ineffective.” Berdasarkan rumusan COSO, bahwa penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan. Risiko itu sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dan risiko terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relative terhadap toleransi risiko yang ditetapkan. Oleh karena itu, penilaian 32 risiko membentuk dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh organisasi. 3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Aktivitas pengendalian adalah kebijakan adan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan: Review terhadap kerja, Pengolahan informasi, Pengendalian fisikPemisahan tugas. COSO (2013:5) menjelaskan mengenai aktivitas pengendalian (control activities) sebagai berikut : “Control that activities are the actions estabilished through policies and procedures that help ensure that management’s directives to mitigate risks to the achievement of objectives are carried out. Control activities are performed at all levels of the entity, at various stages within business processes, and over the technology environment. They may be preventive or detective in nature and may encompass a range of manual and automated activities such as authoriztions and approvals, verifications, reconciliations, and business performance reviews. Segregation of duties is typically built into the selection and development of control activities. Where segregation of duties is not pratical, management selects and develops alternative control activities.” Berdasarkan rumusan COSO, bahwa aktivitas pengendalian adalah tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Aktivitas 33 pengendalian dilakukan pada semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam proses bisnis, dan atas lingkungan teknologi. 4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, uang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak pada kemampuan manajemen untu membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang handal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian internterhadap pelaporan keuangan.Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami: a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan. b. Bagaimana transaksi dimulai. c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi. d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik 34 (seperti computer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi. COSO (2013:5) menjelaskan mengenai komponen informasi dan komunikasi (information and communication) dalam pengendalian intern sebagai berikut: ”Information is necessary for the entity to carry out internal control responsibilities to support the achievement of its objectives. Management obtains or generators and users relevant and quality information fro, both internal and external sources to support the functioning of other components of internal control. Communication is the continual, iterative process of providing, sharing, and obtaining necessary information. Internal communication is the means by which information is disseminated throughout the organization, flowing up, down, and across the entity. It enables personnel to receive a clear massage from senior management thet control respomsibilities must be taken seriously. External communication is twofold: it enables inbound communications of relevant external information, and it provides information to external parties in response to requirements and exoectations.” Sebagaimana dinyatakan oleh COSO, bahwa informasi sangat penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian intern guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Informasi yang diperlukan manajemen adalah informasi yang relevan dan berkualitas baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal dan infoormasi digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain dari pengendalian intern. Informasi diperoleh ataupun dihasilkan melalui proses komunikasi antar pihak internal maupun eksternal yang dilakukan secara terus-menerus, berulang, dan berbagi. Kebanyakan organisasi membangun suatu sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi yang handal, relevan, dan tepat waktu. 35 5. Pemantauan (Monitoring) Suatu proses yang menguji dan merupakan kualitas kerja pelaksanaan pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengabilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. COSO (2013:5) menjelasakan mengenai komponen aktivitas pemantauan (monitoring activities) dalam pengendalian intern sebagai berikut : “Ongoing evaluations, separate evaluations, or some combination of the two are used to ascertain whether each of the five components o internal control, including controls to effect the principles within each component, is present and functioning. Onging evaluations, built into business processes at different levels of the entity, provide eimely information. Separate evaluations, conducted periodically, will very in scope and frequency depending on assessment of risks, effectiveness of onging evaluations, and other management considerations. Findings are evaluated against criteria estabilished by regulators, recognized standard-setting bodies or management and the board of directors, and deficiencies are communicated to management and the board of the directors as appropriate.” Memperhatikan rumusan yang dikemukakan oleh COSO di atas, bahwa aktivitas pemantauan merupakan kegiatan evaluasi dengan beebrapa bentuk apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah ataupu kombinasi keduanya yang digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima koponen pengendalian intern mempengaruhi prinsip-prinsip dalam setiap komponen, ada dan berfungsi. 36 2.1.3.3 Keterbatasan Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2008:181) pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan, oleh karena itu, pengendalian intern hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak, kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern: 1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali, manajemen dan personel mempertimbangkan keputusan bisnis lain dapat yang diambil salah dalam atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintahatau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. Kolusi Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang. 37 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat menghabiskan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku. 5. Biaya lawan Manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut karena pengukuran secar tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkekirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern. Menurut Herry (2013:178) menyatakan bahwa: “sistem pengendalian intern perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Pada dasarnya konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung dengan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan melebihi manfaat yang akan diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari pelaksanaan prosedur pengendalian tersebut.” 2.1.4 Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham dan 38 pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya (Sukrisno, 2011). Dr. Waseem “mohammad yahya “ Al haddad (2011) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance is basically concerned with ways in which all parties interested in the well-being of the firm (the stakeholders) attempt to ensure that managers and other insiders are always taking appropriate measures or adopt mechanisms that safeguard the interests of the stakeholders. Such measures are necessitated because of the separation of ownership from management, an increasingly vital feature of the modern corporations” Pengertian dari definisi tersebut adalah Corporate Governance pada dasarnya berkaitan dengan cara di mana semua pihak yang berkepentingan di perusahaan (stakeholder) mencoba untuk memastikan bahwa para manajer dan orang lain yang didalamnya selalu mengambil langkah-langkah yang tepat atau mengadopsi mekanisme yang aman para pemangku kepentingan. Susilo dan Simarmata (2007:12) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya”. Sedangkan definisi Corporate Governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER – 01/MBU/2011 memperbarui dari Keputusan Menteri Nomor 117/M-MBU/2002 adalah: “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna 39 mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.” Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan, corporate governance secara umum diartikan sebagai suatu proses, aturan, ataupun alat yang digunakan perusahaan dalam mengelola perusahaan melalui cara yang sehat dan benar, serta digunakan untuk menjaga hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder baik yang pemegang saham maupun yang non-pemegang saham berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban semua pihak yang terkait. 2.1.4.1 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Manfaat dari penerapan GCG menurut Daniri (2005); Effendi (2009) adalah sebagai berikut: 1. Meminimalkan Agency Cost Para pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul dari adanya pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya ini dapat berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya manusia untuk kepentingan pribadi maupun biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan. Dengan penyusunan struktur dan pembagian fungsi yang baik biaya ini dapat ditekan seminimal mungkin. 2. Meminimalkan Cost of Capital Perusahaan yang dikelola dengan baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi positif bagi pihak kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam 40 meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman. 3. Meningkatkan Nilai Pemegang Saham Sebuah perusahan yang dikelola dengan baik akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rusell Reynold Associates (2007) mengemukakan bahwa kualitas Dewan Komisaris adalah salah satu factor utama yang dinilai oleh investor sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham sebuah perusahaan. 4. Mengangkat Citra Perusahaan Citra yang melekat pda suatu perusahan adalah hal yang paling penting. Dalam beberapa kasus, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperbaiki citra jauh lebih mahal dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dengan mengabaikannya. Menurut Surat Keputusan Mentri BUMN No.117 Tahun 2002 menyatakan bahwa tujuan dari penerapan Good Corporate Governance pada BUMN adalah: 1. Memaksimalkan nilai BUMN 2. Mendorong pengelolaan BUMN 3. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi: nilai moral tinggi, kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dan perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional. 41 6. Mensukseskan program prativasi. 2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Corporate Governance menjalankan prinsip GCG yang dilaksanakan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER – 01/MBU/2011 yaitu meliputi: 1. Transparasi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan; 2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan petanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; 3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; 4. Kemandirian (indepedency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dan pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (srakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. 42 Berdasarkan uraian diatas, bahwa pengaruh good corporate governance bukan hanya untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus alat untuk mencapai kemenangan dalam persaingan global. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian sebenarnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian yang terkait dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa orang. Untuk memperjelas perbedaan dan persamaannya dengan penelitian sekarang. Maka dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Nama Trimanto Wardoyo. (2010) Judul S. Peranan Auditor Intenal Dalam Menunjang Pelaksanaan Good corporate governance (studi kasus pada pt dirgantara indonesia) 2. Ferlencia Widjaja dan Ronny H. Mustamu (2014) Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Implementasi Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance Pada Hasil Penelitian Hasil menunjukan bahwa audit intern yang memadai mempunyai peranan dalam melaksanakan perwujudan good corporate governance yang efektif Sumber Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No.3 Tahun ke-1 SeptemberDesember 2010 Sistem Agora Vol. 2, No. pengendalian 1, (2014) internal memiliki implikasi manajerial atas implementasi prinsip – prinsip 43 Perusahaan Keramik 3 Patricia Saptapradipta 2.3 Industri good corporate governance pada perusahaan industri keramik. Pengaruh audit audit internal dan Universitas internal dan pengendalian Brawijaya Malang pengendalian internal internal Terhadap berpengaruh pelaksanaan terhadap good Good governance corporate governance Kerangka Pemikiran Konsep GCG timbul berkaitan dengan principal-agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agent-nya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. agent adalah perantara para pemegang saham dalam menjalankan pengelolaan perusahaan, sementara para pemegang saham hanya mengawasi kinerja para agent-nya dan memastikan bahwa para agent bekerja sesuai dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung tinggi kepentingan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Di dalam organisasi terdapat tata kelola, dan tata kelola tersebut harus dapat dikatakan tata kelola yang baik, Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara stakeholder (pemangku kepentingan utama) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas. 44 Didalam tata kelola perusahaan terdapat empat prinsip yang melekat, yaitu: a. Fairness (Keadilan) Merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). b. Transparency (transparansi) Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. c. Accountability (akuntabilitas) Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statement) yang dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung-jawabam setiap organ sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif. d. Responsibility (prinsip tanggung-jawab) Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan. 45 e. Kemandirian (indepedency) Keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dan pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Seorang agent bekerja sesuai dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung tinggi kepentingan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, dan sangat diperlukan Peran dari Audit Internal sehingga sorang agent dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang berlaku di perusahaan dan tdak sedikitpun melakukan penyimpangan. Auditor internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam perusahaan adalah independen. Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, sementara hal ini sangat diperlukan dan penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal. Pengendalian intern menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) adalah suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini: “Efektivitas dan efisiensi operasi, Keandalan pelaporan keuangan, Kepatuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.(COSO, 2013:3). Menurut Hery (2011) Sistem Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk 46 memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Ditinjau dari perkembangannya profesi auditor internal ini sebenarnya bukan profesi baru, hal ini didasarkan kebutuhan perusahaan selain dari peran auditor eksternal, karena suatu perusahaan yang semakin berkembang maka perlu pihak–pihak yang mampu mengendalikan kegiatan operasional perusahaanya, sehingga pelaksanaa transaksi perusahaan dapat terkontrol, hal ini merupakan tugas dari seorang internal auditor yang selain membantu manajemen dalam memberikan solusi juga harus dapat mengontrol dan mengendalikan kegiatan operasional agar tetap sesuai dengan tujuan semula. Dari landasan teori yang telah diuraikan, kemudian digambarkan didalam kerangka teoritis yang merupakan alur pemikiran peneliti yang disusun sebagai berikut : Audit internal Penerapan Good Corporate Governance Pengendalian internal Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran 47 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Sugiyono (2010) adalah : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belumdidasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris”. Berdasarkan teori hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel- variabel dependen maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut : H1 : Audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance H2 : Pengendalian Internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance. H1 : Audit internal dan Pengendalian Internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance