9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Audit secara umum dapat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit
Audit secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses sistematis untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan asersi
tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pengertian audit menurut Arens et al (2010:4) adalah :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine on report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person.”
Dari pengertian tersebut memberikan pernyataan bahwa
dalam
melakukan audit dilakukan tindakan-tindakan mengumpulkan (determine) dan
melaporkan (report). Tindakan-tindakan ini harus dilakukan oleh seseorang
yang kompeten dan independen sehingga hasil audit dapat dipercaya
objektivitasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemeriksaan (audit) merupakan proses yang sistematis yang dilakukan
oleh seseorang yang kompeten dan independen.
Audit sendiri terdiri dari beberapa jenis, Arens et al (2006:14-15)
menyatakan bahwa jenis auditing terdiri dari :
9
10
1.
Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audits)
Audit atas Laporan Keuangan merupakan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan
dengan tujuan untuk menetapkan suatu kewajaran laporan keuangan
tersebut dibandingkan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hasil dari pemeriksaan laporan keuangan yaitu berupa Laporan
Pemeriksaan (Audit Report) yang berisi opini atau pendapat akuntan
publik atas kewajaran laporan keuangan.
2.
Audit Operasional (Operational Audits)
Audit Operasional adalah penelahaan atas tiap bagian prosedur
dan metode operasi perusahaan dengan tujuan untuk menilai apakah
seluruh kegiatan organisasi yang ada di perusahaan sudah efisien dan
efektif atau sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
3.
Audit atas Ketaatan (Compliance Audits)
Audit
atas
Ketaatan
merupakan
pemeriksaan
terhadap
pelaksanaan suatu kebijakan, peraturan, maupun prosedur yang telah
digariskan oleh pihak berwenang, baik pemerintah maupun pihak
pimpinan perusahaan. Contoh pemeriksaan jenis ini adalah pemeriksaan
atas
ketaatan
ketenagakerjaan.
suatu
perusahaan
dalam
menjalankan
peraturan
11
2.1.1 Audit Internal
Audit Internal terdapat dalam perusahaan yang relatif besar dimana
pimpinan perusahaan membentuk banyak departemen, bagian/seksi, atau satuan
organisasi yang lain. Bila perusahaan terdiri dari beberapa departemen maka
pimpinan dapat mendelegasikan wewenang kepada kepala-kepala unit operasi
tersebut.
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal Lama
Audit Internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang dipersiapkan
dalam organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini meliputi
audit dan penilaian efektivitas kegiatan unit yang lain.
Pengertian audit internal menurut Ratliff et al (1996:49) adalah sebagai
berikut :
“Internal auditing is an independent appraisal function established
within an organization to examine and evaluate its activities as a service
to the organization”.
The Institute of Chartered Accountants in Australia (ICAA, 1994:76)
yang dikutip oleh Tugiman (2006) mengemukakan tentang ruang lingkup audit
internal, yaitu :
“The scope and objective of internal audit very widely and are dependent
upon the size and the structure of the entity and requirements of its
managements. Normally however Internal Audit operates in one or more
of the following areas :
a. Review of accounting system and related internal control,
b. Examination of the management of financial and operating
information,
12
c. Examination of the economy, efficiency, and effectiviteness of
operation including non-financial control of an organization.”
Sedangkan menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) yang dikutip
Boynton et al (1998:23) ruang lingkup audit internal adalah :
“The scope of audit internal should encompass the examinations of the
adequacy and effectiveness the organizations system of internal controls and
the quality of performance incarrying and assigned responsibilities.”
Definisi tersebut menyatakan bahwa ruang lingkup audit internal harus
meliputi pengujian dan pengawasan terhadap efektivitas sistem pengendalian
intern perusahaan dan kualitas kerja berkaitan dengan tanggung-jawab
organisasi.
2.1.1.2 Pengertian Audit Internal Baru
Pengertian audit internal menurut The Institute of Internal Auditors (IIA)
mendefinisikan audit internal yang dikutip oleh Arens et al (2010:770) sebagai
berikut :
“Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity design to add value and improve an organizations operation. It
helps an organization to accomplish its objectives by bringing a
systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance processes.”
Sedangkan definisi Audit Internal menurut Standar Profesi Audit Internal
(2004:5) adalah :
“Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit Internal
membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
13
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses
governance.”
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit
internal merupakan suatu kegiatan, jasa atau aktivitas yang berhubungan dengan
informasi operasi dan keuangan, risiko, regulasi internal dan eksternal,
penggunaan sumber daya dan kinerja perusahaan, pengelolaan (governance)
serta pertanggungjawaban manajemen.
Ruang
lingkup
audit
internal
yang
dikemukakan
oleh
The
Professional/practice Frameworks (The IIA Research Foundation) (Januari
2004) adalah :
“The Internal Audit activity evaluate and contribute to the improvement
of risk management control, governance processes using a systematic
and disciplined approach.”
Dan menurut International Professional/Practice Framework (IPPF)
(Januari 2009) adalah :
“The Internal Audit must evaluate and contribute to the improvement of
governance, risk management, and control process using a systematic
and disciplined approach.”
Berdasarkan Statement Responsibility of Internal Auditing, ruang lingkup
Audit Internal meliputi :
1. Penelahaan atas keandalan dan kejujuran informasi keuangan dan
operasi serta metode yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi tersebut.
14
2. Penelaahan sistem yang ada untuk memastikan kesesuaian dengan
kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat
membawa dampak yang penting bagi operasi dan pelaporan, serta
menentukan apakah organisasi telah mengikuti hal tersebut.
3. Penelaahan cara-cara pengamanan harga dan selanjutnya menelusuri
keberadaan harga tersebut.
4. Penilaian keefisienan dan keekonomisan penggunaan sumber daya.
5. Melakukan review operasi dan penggunaan program untuk
memastikan bahwa hasil-hasilnya telah konsisten terhadap tujuan
yang telah ditetapkan dan juga operasi dan program tersebut telah
dijadikan dasar penyusunan rencana.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dan tujuan
audit internal sangat luas, tergantung pada besar kecilnya suatu organisasi dan
permintaan dari pihak manajemen organisasi yang bersangkutan.
2.1.1.3 Fungsi dan Tanggung Jawab Auditor Internal
Seiring dengan berkembangnya profesi auditor internal yang disebabkan
semakin tingginya pengakuan atas pentingnya keberadaan Internal Auditing bagi
suatu perusahaan, maka fungsi Audit Internal juga terus mengalami
perkembangan. Tanpa adanya fungsi Internal Auditing pada suatu perusahaan,
maka dewan direksi tidak memiliki suatu sumber informasi internal yang bebas
mengenai kinerja para manajer.
15
Hal yang harus ditekankan di sini adalah Audit Internal merupakan
bagian internal dari perusahaan dan fungsi yang diemban dan dijalankannya
adalah berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajer senior dan
dewan direksi.
Standar profesi Audit Internal (2004:8-13) merupakan pedoman bagi
auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, yaitu
sebagai berikut :
a. Independensi dan Objektivitas
Fungsi Audit Internal harus independen dan Auditor Internal harus
objektif dalam melaksanakan pekerjaanya. (1110,SPAI)
b. Keahlian dan Kecermatan Profesional
Menyatakan penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan
keahlian dan kecermatan profesional. Fungsi audit internal secara
kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung
jawab. (1210,SPAI)
c. Program Quality Assurance
Fungsi Audit Internal menyatakan penanggung jawab fungsi audit
internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan
dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi
audit internal dan secara terus-menerus memonitor efektivitasnya.
(1300,SPAI)
d. Pengelolaan dan Fungsi Audit Internal
16
Menyatakan bahwa penanggung jawab fungsi audit internal harus
mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk
memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai
tambah bagi organisasi. (2000,SPAI)
e. Lingkup Penugasan
Menyatakan
fungsi
audit
internal
melakukan
evaluasi
dan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan
resiko, pengendalian, dan governance dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. (2100,SPAI)
Tanggung jawab Auditor Internal menurut Amin Widjaja Tunggal
(2005:21) adalah :
1. Tanggung jawab direktur Audit Internal adalah untuk menerapkan
program
audit
internal
perusahaan.
Direktur
audit
internal
mengarahkan personil aktifitas-aktifitas departemen audit internal,
juga menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit
perusahaan dan menyajikan program yang telah dibuat untuk
persetujuan.
2. Tanggung jawab seorang supervisor adalah untuk membantu direktur
audit internal dalam mengembangkan program audit tahunan dan
membantu dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan auditor
independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai dengan
yang diharapkan.
17
2.1.1.4 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai
Kualifikasi audit internal yang memadai, yaitu :
1.
Independensi
Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dan sikap mental harus dipertahankan oleh Auditor.
Menurut Arens et al (2008) Independensi yaitu :
“Independence in fact exist when the auditors is actually able to
maintain an unbiased attitude throughtout the audit, where as
independence in appearance is the result of the others interpretations of
this independence.”
Agar seorang audit internal efektif dalam melaksanakan tugasnya,
auditor internal harus independen dan objektif dalam melaksanakan kegiatannya,
hal ini berarti auditor internal harus memberikan penilaian tidak memihak
kepada siapapun. Audit internal harus independen terhadap segala aktifitas yang
akan diauditnya.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tugiman (2006:16), yaitu :
a. Independensi
Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang
diperiksanya.
b. Status Organisasi
Status organisasi dari unit auditor internal (bagian pemeriksaan
internal) haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi dan
menyelesaikan
kepadanya.
c. Objektivitas
tanggung
jawab
pemeriksaan
yang
diberikan
18
Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah melaksanakan
tugasnya secara objektif.
Menurut Konsorsium Organsasi Profesi Audit Internal dalam
standar Profesi Audit Internal (2004:8) menyatakan :
“Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya.
Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki
akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan
pengawas organisasi dan auditor internal harus memiliki sikap
mental
yang
objektif,
tidak
memihak
dan
menghindari
kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of
interest).”
2.
Kompetensi atau Kecakapan Profesional
Agar
tujuan
perusahaan
dapat
tercapai
seperti
yang
telah
direncanakan, auditor internal harus mempunyai kompetensi yang baik.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9) menyatakan bahwa :
Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan
kecermatan profesional.
a. Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab
perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau
19
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
b. Kecermatan Profesional
Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan
yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang
profesional dan berkompeten.
c. Pengembangan Profesional yang berkelanjutan
Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kompetensinya
melaui
pengembangan
profesional
yang
berkelanjutan.
Menurut Amin Widjaja Tunggal
(2005:22-27) Kualifikasi audit
internal adalah sebagai berkut :
1) Auditor internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang
memadai, karena audit internal berhubungan dengan analisis dan
petimbangan. Oleh karena itu audit internal harus mengerti catatan
keuangan dan akuntansi sehingga dapat memverifikasi dan
menganalisis dengan baik.
2) Selain pendidikan dan pelatihan, seorang auditor internal juga harus
berpengalaman di bidangnya. Apabila ia seorang auditor internal
yang baru, ia harus dibimbing oleh auditor yang kompeten.
3) Seorang auditor dikatakan kompeten apabila memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
20
(a). Auditor internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua
operasi perusahaan, selain itu pula harus mempunyai perhatian
terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan mulai dari
tingkat bawah sampai dengan tingkat atas.
(b).Seorang auditor internal harus tekun dalam menjalankan
pekerjaannya.
(c). Auditor internal harus menelaah semua pengaruh yang terjadi
terhadap probabilitas atau efisiensi kegiatan perusahaan.
4) Auditor internal harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu
yang harus diselesaikan dan kesalahan yang telah dibuat sebisa
mungkin dihindari.
3.
Program Audit Internal
Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik-teknik
pemeriksaan yang tetulis secara sistematis untuk mencapai tujuan
pemeriksaan secara efektif dan efisien. Selain berfungsi sebagai alat
perencanaan juga penting untuk mengatur pembagian kerja, memonitor
jalannya kegiatan pemeriksaan, menelaah pekerjaan yang telah dilakukan.
Dalam
merencanakan
penugasan,
auditor
internal
harus
mempertimbangkan sasaran penugasan, sumber daya penugasan, serta
program kerja penugasan. Program kerja harus menetapkan prosedur untuk
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan
informasi selama penugasan.
21
Program kerja harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan.
Perubahan atau penyesuaian atas program kerja harus segera mendapat
persetujuan. Program kerja yang baik harus mencakup :
a. Tujuan audit yang dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas
pekerjaan yang direncanakan.
b. Disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan.
c. Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang harus dilaksanakan
dan bersifat fleksibel.
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain:
a. Memberikan bimbingan proseduril untuk melaksanakan pemeriksaan.
b. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung, tahap demi
tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.
c. Merevisi program audit sebelumnya jika ada perubahan standar dan
prosedur yang digunakan oleh perusahaan.
Manfaat program audit adalah sebagai berikut :
a. Meratanya program kerja antar auditor.
b. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.
c. Program audit memilih tujuan yang penting saja.
d. Program audit yang telah digunakan dapat kembali menjadi pedoman
untuk tahun berikutnya.
e. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerjanya.
f. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum
akuntansi telah dijalankan.
22
4.
Pelaksanaan Pekerjaan Audit Internal
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,
pengujian
dan
penevaluasian
informasi,
pemberitahuan
hasil
dan
menindaklanjuti.
Pengertian empat langkah kerja pelaksanaan audit internal menurut
Tugiman (2006:53-78) adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan pemeriksaan, meliputi :
(a). Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.
(b).Memperoleh informasi dasar (background information)
tentang kegiatan yang akan diperiksa.
(c). Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan.
(d).Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
(e). Melaksanakan survei dengan tepat untuk mengenali
kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasanpengawasan utuk mengidentifikasi area yang ditekankan
dalam pemeriksaan, serta untuk memperoleh berbagai
ulasan dan sasaran dari pihak yang diperiksa.
b. Pengujian dan pengevaluasian informasi, pemeriksa internal
haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi dan
membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil
pemeriksaan. Hal ini meliputi :
23
(a). Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan
dengan tujuan pemeriksa dan lingkup kerja haruslah
dikumpulkan.
(b).Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan
berguna untuk membuat dasar logis bagi temuan
pemeriksaan dan rekomendasi.
(c). Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan
penarikan contoh yang dipergunakan harus terlebih
dahulu diseleksi.
(d).Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian
kebenaran informasi haruslah diawasi.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus
melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus terusmenerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk
memastikan
bahwa
terhadap
temuan
pemeriksaan
yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
5.
Laporan Hasil Audit Internal
Laporan hasil audit internal dibuat setelah selesai melakukan
audit, laporan ditujukan kepada manajemen. Pada dasarnya audit internal
dirancang untuk memperkuat pengendalian internal, menentukan
ditaatinya prosedur atau kebijakan yang telah digariskan oleh manajemen
dan meyakinkan bahwa pengendalian intern yang telah ditetapkan cukup
24
baik, ekonomis dan efektif. Oleh karena itu auditor internal harus
melaporkan kepada
manajemen apabila terdapat
penyimpangan-
penyimpangan yang berarti dan mengusulkan cara-cara memperbaikinya,
apabila disetujui oleh manajemen, auditor internal akan mengawasi
perbaikan tersebut.
Laporan dianggap baik apabila memenuhi persyaratan yang
dikemukakan oleh Gil Courtemance yang dialihbahasakan oleh Tugiman
(2006:191) sebagai berikut :
Pengawas internal yang baru harus menekuni profesinya atau
belum pernah mendapat latihan penulisan laporan pemeriksaan perlu
menyadari bahwa suatu laporan pemeriksaan akan dianggap baik apabila
memenuhi kriteria mendasar, yaitu :
a. Objektivitas
Suatu pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan
dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedur atau hal-hal lain
yang diperlukan dalam proses pemeriksaan.
b. Kewibawaan
Kewibawaan adalah kata yang tampaknya janggal untuk
menggambarkan sifat yang harus terdapat dalam sebuah laporan
pemeriksaan keuangan. Kewibawaan berawal dari adanya
pernyataan tentang tujuan dan lingkup pemeriksaan yang jelas,
relevan dan tepat waktu.
c. Keseimbangan
25
Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporanyang
memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang
ditinjau
secara
wajar.
Keseimbangan
adalah
keadilan.
Keseimbangan adalah sudah seharusnya menjadi aturan utama
yang mendasari pengawasan internal.
d. Penulisan yang Profesional
Laporan penulisan yang ditulis secara profesional memperhatikan
beberapa unsur, yaitu : struktur, kejelasan, keringkasan, nada
laporan dan pengeditan.
6. Tindak Lanjut atas Laporan Hasil Audit Internal
Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dari langkah kerja audit
internal. Tindak lanjut dimaksudkan supaya auditor internal mempunyai
keyakinan bahwa tindakan yang diambil sesuai dengan apa yang
dilaporkan pada temuan audit. Bagian audit internal harus menentukan
bahwa manajemen telah melaksanakan tindakan koreksi dan tindakan
tersebut menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Menurut
Konsorsium
Organisasi
Profesi
Audit
Internal
(2004:18), yaitu :
“Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun
prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa
manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif atau
menanggung resiko karena tidak melakukan tindak lanjut.”
2.1.2 Pengendalian Intern
Menurut Susanto (2013:95) pengendalian intern dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan
26
yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan
organisasi akan dapat dicapai melalui: (1) efisiensi dan efektifitas, (2) penyajian
laporan keuangan yang dapat dipercaya, (3) ketaatan terhadap undang-undang
dan aturan yang berlaku.
Committee of Sponsoring organization of the Treadway Commisson
(COSO) dalam Susanto (2013:95) menyatakan bahwa dasar bagi dilakukannya
pengendalian intern adalah tujuan. Tanpa tujuan pengendalian intern tidak ada
artinya apa apa. Pengendalian internal yang dilakukan pada bidang perkreditan
menjadi lebih matang, proses analisa permohonan kredit dilakukan lebih teliti,
lebih terarah dan lebih seksama dan pengamanan kredit lebih diperketat
sehingga kredit tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan
antara bank dan debitur.
2.1.2.1 Tujuan Pengendalian Intern
Menurut Sawyer (2005: 62) mengatakan bahwa tujuan-tujuan umum yang
akan dicapai dari sistem pengendalian intern adalah:
1. meningkatkan susunan, keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas operasi
serta kualitas barang dan jasa sesuai misi organisasi;
2. mengamankan sumber daya terhadap kemungkinan kerugian akibat
pelepasan, penyalahgunaan, kesalahan pengelolaan, kekeliruan, dan
kecurangan;
3. meningkatkan kepatuhan pada hukum dan arahan manajemen; dan
27
4. membuat data keuangan dan manajemen yang dapat diandalkan serta
pengungkapan yang wajar pada pelaporan yang tepat waktu.
2.1.2.2 Komponen Pengendalian Intern
Pengendalian intern (internal control) menurut COSO (Commite of
Sponsoring Organization) dalam Arens, dkk (2008: 376) yang diterjemahkan
oleh Herman Wibowo, terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1.
lingkungan pengendalian (control environment), merupakan tindakan,
kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak,
direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan tentang pengendalian intern
dan arti pentingnya.
2.
penilaian risiko (risk assessment), manajemen harus menyadari dan
menghadapi risiko. Manajemen harus menetapkan tujuannya dipadukan
dengan kegiatan keuangan serta kegiatan lainnya agar dapat beroperasi
secara terkoordinasi. Manajemen juga harus membuat mekanisme untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko terkait.
3.
aktivitas pengendalian (control activities), kebijakan dan prosedur yang
telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuannya bagi pelaporan
keuangan.
4.
informasi dan komunikasi, metode yang digunakan untuk memulai,
mencatat,
memproses,
dan
melaporkan
mempertahankan akuntabitlitas aktiva terkait dan
transaksi
entitas
serta
28
5.
pemantauan (monitoring), merupakan penilaian berkelanjutan dan periodik
oleh
manajemen
terhadap
pelaksanaan
pengendalian
intern
untuk
menentukan apakah pengendalian telah berjalan seperti yang dimaksud dan
dimodifikasi bila perlu.
2.1.3 Pengendalian Intern
Pada
tanggal
14
Mei
2013,
COSO
menerbitkan
Internal
ControlIntegrated Framework (ICIF) sebagai revisi dari versi tahun 1992.
Revisi kerangka kerja pengendalian intern ini diharapkan akan membantu
meningkatkan pelaksanaan pengendalian intern di setiap organisasi, walaupun
penyesuaian lebih lanjut diperlukan untuk menyelaraskan pengendalian intern di
seluruh dunia dan untuk membantu setiap organisasi mengelola risiko secara
lebih baik dan meningkatkan kinerja organisasi keseluruhan.Pada edisi baru
COSO (Committee of Sponsoring Organization) (2013:3) mengemukakan
pengendalian intern adalah:
“Internal control is process, effected by an entity’s board of directors,
management, and other personnel, designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement of objective relating to operations,
reporting, and compliance”.
Atau dalam terjamahan bebasnya adalah:
“Pengendalian intern adalah proses, dipengaruhi oleh dewan entitas
direksi, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberi
keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan
dengan operasi, pelaporan dan kepatuhan.”
Dari pengertian pengendalian intern menurut COSO tersebut, maka
pengendalian intern adalah suatu proses, karena hal tersebut menembus kegiatan
29
operasional dari organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan
manajemen dasar. Pengendalian intern dapat menyediakan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak. Hal ini berarti bahwa sebaik apapun suatu
pengendalian intern itu dirancang, dan dioperasikan, hanya dapat menyediakan
keyakinan memadai, tidak dapat sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan
pengendalian intern meskipun telah dirancang dan disusun sedemekian rupa
dengan sebaik-baiknya. Bagaimanapun baiknya pengendalian intern yang ideal
dirancang, namun letak keberhasilannya tergantung pada kompetisi dan kendala
dari pada pelaksanaanya yang tidak terlepas dari berbagai keterbatasan.
2.1.3.1 Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian intern pada didalam perusahaan dibuat untuk membantu
agar organisasi berhasil mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan
aspek biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang didapatkan. Pengendalian intern
memiliki tujuannya yaitu untuk memberikan keyakinan memadai dalam
pencapaian tujuan. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:319.2)
tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut:
“(1) Keandalan laporan keuangan, (2) Efektifitas dan efisiensi operasi,
(3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Tujuan pengendalian interndikatakan baik apabila pengendalian intern
dijalankan secara baik pula dan sesuai dengan prosedur yang telah ada.
30
2.1.3.2 Komponen Pengendalian intern
Perusahaan memiliki perbedaan antara satu sama lain, setiap perusahaan
memiliki sifat khusus yang berbeda. Pengendalian intern yang baik pada suatu
perusahaan belum tentu dianggap baik oleh perusahaan lainnya maka dari itu
untuk menciptakan suatu pengendalian intern harus diperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengendalian
intern dikatakan baik apabila telah memenuhi unsur-unsur dari pengendalian
intern.
Elemen-elemen pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
COSO (2013:4-6) menjelaskan mengenai komponen lingkungan
pengendalian (control environment) sebagai berikut :
“The control environment is the set of standards, processes, and
structures that provide the basis fpr carrying out internal control across
the organization. The board of directors and senior management
establish the tone at the top regarding the importance of internal control
including expected standards of conduct. Management reinforces
expectations at the various levels of the organization. The control
environment comprises the integrity and ethical values of the
organization; the parameters enabling the board of directors to carry out
its governance oversight responsibilities; the process for attracting,
developing, and retaining competent individuals; and the rigor around
performance measures, incentives, and rewards to drive accountability
for performance. The resulting control environment has a pervasive
impact on the overall system of internal control.”
Berdasarkan rumusan COSO di atas, bahwa lingkungan pengendalian
didefinisikan sebagai seperangkat standar, proses, dan struktur yang memberikan
dasar untuk melaksanakan pengendalian intern di seluruh organisasi.Lingkungan
pengendalian terdiri dariIntegritas dan nilai etika organisasi; Parameter-
31
parameter pelaksanaan tugas dan tanggung jawan direksi dalam mengelola
organisasinya; Struktur organisasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab; Proses
untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten;
dan ketegasan mengenai tolok ukur kinerja, insentif, dan penghargaan untuk
mendorong akuntabilitas kinerja.
2.
Penilaian Risiko (Risk Assesment)
COSO (2013:4) menjelaskan mengenai komponen penilaian risiko (risk
assessment) sebagai berikut :
“Risk is defind as the possibility that an event will occur and adversely
affect the achievement of objectives. Risk assessment involves a dynamic
and iterative process for identifying and assessing risks to the
achievement of objectives. Risks to the achievement of these objectives
from across the entity are considered relative to estabilished risk
tolerances. Thus, risk assessment forms the basis for determining how
risks will be managed. A precondition to risk assessment is the
estabilishment of objectives, linked at different levels of the entity.
Management specifies objectives within categories relating to
operations, reporting, and compliance with sufficient clarity to be able to
identify and analyze risks to those objectives. Management also
considers the suitability of the objectives for the entity. Risk assessment
also requires management to consider the impact of possible changes in
the external environment and within its own business model that may
render internal control ineffective.”
Berdasarkan rumusan COSO, bahwa penilaian risiko melibatkan proses
yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap
pencapaian tujuan. Risiko itu sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan
bahwa
suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan
entitas, dan risiko terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap
relative terhadap toleransi risiko yang ditetapkan. Oleh karena itu, penilaian
32
risiko membentuk dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh
organisasi.
3.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan adan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Aktivitas
pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan
dengan audit dapat digolongkan: Review terhadap kerja, Pengolahan informasi,
Pengendalian fisikPemisahan tugas.
COSO (2013:5) menjelaskan mengenai aktivitas pengendalian (control
activities) sebagai berikut :
“Control that activities are the actions estabilished through policies and
procedures that help ensure that management’s directives to mitigate
risks to the achievement of objectives are carried out. Control activities
are performed at all levels of the entity, at various stages within business
processes, and over the technology environment. They may be preventive
or detective in nature and may encompass a range of manual and
automated activities such as authoriztions and approvals, verifications,
reconciliations, and business performance reviews. Segregation of duties
is typically built into the selection and development of control activities.
Where segregation of duties is not pratical, management selects and
develops alternative control activities.”
Berdasarkan rumusan COSO, bahwa aktivitas pengendalian adalah
tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk
mengurangi
risiko
terhadap
pencapaian
tujuan
dilakukan.
Aktivitas
33
pengendalian dilakukan pada semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam
proses bisnis, dan atas lingkungan teknologi.
4.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik
peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, uang,
dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem
tersebut berdampak pada kemampuan manajemen untu membuat keputusan
semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan
keuangan yang handal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan
tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian internterhadap
pelaporan keuangan.Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang
sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan.
b. Bagaimana transaksi dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
34
(seperti computer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
COSO (2013:5) menjelaskan mengenai komponen informasi dan komunikasi
(information and communication) dalam pengendalian intern sebagai
berikut:
”Information is necessary for the entity to carry out internal control
responsibilities to support the achievement of its objectives. Management
obtains or generators and users relevant and quality information fro,
both internal and external sources to support the functioning of other
components of internal control. Communication is the continual, iterative
process of providing, sharing, and obtaining necessary information.
Internal communication is the means by which information is
disseminated throughout the organization, flowing up, down, and across
the entity. It enables personnel to receive a clear massage from senior
management thet control respomsibilities must be taken seriously.
External communication is twofold: it enables inbound communications
of relevant external information, and it provides information to external
parties in response to requirements and exoectations.”
Sebagaimana dinyatakan oleh COSO, bahwa informasi sangat penting
bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian
intern guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Informasi yang
diperlukan manajemen adalah informasi yang relevan dan berkualitas
baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal dan infoormasi
digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain dari
pengendalian intern. Informasi diperoleh ataupun dihasilkan melalui
proses komunikasi antar pihak internal maupun eksternal yang dilakukan
secara terus-menerus, berulang, dan berbagi. Kebanyakan organisasi
membangun suatu sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang handal, relevan, dan tepat waktu.
35
5.
Pemantauan (Monitoring)
Suatu proses yang menguji dan merupakan kualitas kerja pelaksanaan
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan
desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengabilan tindakan koreksi.
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
COSO (2013:5) menjelasakan mengenai komponen aktivitas pemantauan
(monitoring activities) dalam pengendalian intern sebagai berikut :
“Ongoing evaluations, separate evaluations, or some combination of the
two are used to ascertain whether each of the five components o internal
control, including controls to effect the principles within each
component, is present and functioning. Onging evaluations, built into
business processes at different levels of the entity, provide eimely
information. Separate evaluations, conducted periodically, will very in
scope and frequency depending on assessment of risks, effectiveness of
onging evaluations, and other management considerations. Findings are
evaluated against criteria estabilished by regulators, recognized
standard-setting bodies or management and the board of directors, and
deficiencies are communicated to management and the board of the
directors as appropriate.”
Memperhatikan rumusan yang dikemukakan oleh COSO di atas, bahwa
aktivitas pemantauan merupakan kegiatan evaluasi dengan beebrapa bentuk
apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah ataupu kombinasi keduanya yang
digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima koponen
pengendalian intern mempengaruhi prinsip-prinsip dalam setiap komponen, ada
dan berfungsi.
36
2.1.3.3 Keterbatasan Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2008:181) pengendalian intern setiap entitas memiliki
keterbatasan bawaan, oleh karena itu, pengendalian intern hanya memberikan
keyakinan memadai, bukan mutlak, kepada manajemen dan dewan komisaris
tentang pencapaian tujuan entitas.Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang
melekat dalam setiap pengendalian intern:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali,
manajemen
dan
personel
mempertimbangkan keputusan bisnis
lain
dapat
yang diambil
salah
dalam
atau dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintahatau membuat kesalahan
karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang
bersifat sementara atau permanen dalam sistem dan prosedur dapat pula
mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut
dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya
pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas
dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya
kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
37
4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat menghabiskan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan
semu. Contohnya adalah manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi
bagi dirinya atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan
perundangan yang berlaku.
5. Biaya lawan Manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern
tersebut karena pengukuran secar tepat baik biaya maupun manfaat
biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkekirakan
dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.
Menurut Herry (2013:178) menyatakan bahwa:
“sistem pengendalian intern perusahaan pada umumnya dirancang untuk
memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah
diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan.
Pada dasarnya konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung
dengan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan
untuk membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan
melebihi manfaat yang akan diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari
pelaksanaan prosedur pengendalian tersebut.”
2.1.4 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham dan
38
pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut
sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaiannya dan penilaian kinerjanya (Sukrisno, 2011).
Dr. Waseem “mohammad yahya “ Al haddad (2011) mendefinisikan
Good Corporate Governance sebagai berikut:
“Corporate Governance is basically concerned with ways in which all
parties interested in the well-being of the firm (the stakeholders) attempt
to ensure that managers and other insiders are always taking
appropriate measures or adopt mechanisms that safeguard the interests
of the stakeholders. Such measures are necessitated because of the
separation of ownership from management, an increasingly vital feature
of the modern corporations”
Pengertian dari definisi tersebut adalah Corporate Governance pada
dasarnya berkaitan dengan cara di mana semua pihak yang berkepentingan di
perusahaan (stakeholder) mencoba untuk memastikan bahwa para manajer dan
orang lain yang didalamnya selalu mengambil langkah-langkah yang tepat atau
mengadopsi mekanisme yang aman para pemangku kepentingan.
Susilo dan Simarmata (2007:12) mendefinisikan Good Corporate
Governance sebagai berikut:
“Corporate Governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara
manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan lainnya”.
Sedangkan definisi Corporate Governance menurut Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor PER – 01/MBU/2011 memperbarui dari
Keputusan Menteri Nomor 117/M-MBU/2002 adalah:
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
39
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika.”
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan, corporate governance
secara umum diartikan sebagai suatu proses, aturan, ataupun alat yang
digunakan perusahaan dalam mengelola perusahaan melalui cara yang sehat dan
benar, serta digunakan untuk menjaga hubungan antara perusahaan dengan
seluruh stakeholder baik yang pemegang saham maupun yang non-pemegang
saham berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban semua pihak yang terkait.
2.1.4.1 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Manfaat dari penerapan GCG menurut Daniri (2005); Effendi (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Meminimalkan Agency Cost
Para pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul dari adanya
pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya ini dapat berupa
kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya manusia untuk
kepentingan pribadi maupun biaya pengawasan yang harus dikeluarkan
perusahaan. Dengan penyusunan struktur dan pembagian fungsi yang
baik biaya ini dapat ditekan seminimal mungkin.
2. Meminimalkan Cost of Capital
Perusahaan yang dikelola dengan baik dan sehat akan menciptakan suatu
referensi positif bagi pihak kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam
40
meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan
mengajukan pinjaman.
3. Meningkatkan Nilai Pemegang Saham
Sebuah perusahan yang dikelola dengan baik akan menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Rusell Reynold Associates (2007) mengemukakan bahwa kualitas Dewan
Komisaris adalah salah satu factor utama yang dinilai oleh investor
sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham sebuah perusahaan.
4. Mengangkat Citra Perusahaan
Citra yang melekat pda suatu perusahan adalah hal yang paling penting.
Dalam beberapa kasus, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memperbaiki citra jauh lebih mahal dibandingkan dengan keuntungan
yang diperoleh dengan mengabaikannya.
Menurut Surat Keputusan Mentri BUMN No.117 Tahun 2002
menyatakan bahwa tujuan dari penerapan Good Corporate Governance pada
BUMN adalah:
1. Memaksimalkan nilai BUMN
2. Mendorong pengelolaan BUMN
3. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi: nilai moral tinggi,
kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan tanggung
jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dan perekonomian nasional.
5. Meningkatkan iklim investasi nasional.
41
6. Mensukseskan program prativasi.
2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Corporate Governance menjalankan prinsip GCG yang dilaksanakan
menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER –
01/MBU/2011 yaitu meliputi:
1. Transparasi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
petanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif;
3. Pertanggungjawaban
(responsibility),
yaitu
kesesuaian
didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
4. Kemandirian (indepedency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan
dan pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak Pemangku Kepentingan (srakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
42
Berdasarkan uraian diatas, bahwa pengaruh good corporate governance
bukan hanya untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat
menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan
sekaligus alat untuk mencapai kemenangan dalam persaingan global.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebenarnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian yang terkait dengan penelitian
ini telah dilakukan oleh beberapa orang. Untuk memperjelas perbedaan dan
persamaannya dengan penelitian sekarang. Maka dapat disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Nama
Trimanto
Wardoyo.
(2010)
Judul
S. Peranan
Auditor
Intenal
Dalam
Menunjang
Pelaksanaan
Good
corporate
governance
(studi kasus pada pt
dirgantara indonesia)
2.
Ferlencia
Widjaja
dan
Ronny
H.
Mustamu (2014)
Pengaruh
Sistem
Pengendalian
Internal
Terhadap
Implementasi Prinsip
–
Prinsip
Good
Corporate
Governance
Pada
Hasil Penelitian
Hasil menunjukan
bahwa
audit
intern
yang
memadai
mempunyai
peranan
dalam
melaksanakan
perwujudan good
corporate
governance yang
efektif
Sumber
Akurat
Jurnal
Ilmiah Akuntansi
No.3 Tahun ke-1
SeptemberDesember 2010
Sistem
Agora Vol. 2, No.
pengendalian
1, (2014)
internal memiliki
implikasi
manajerial
atas
implementasi
prinsip – prinsip
43
Perusahaan
Keramik
3
Patricia
Saptapradipta
2.3
Industri good corporate
governance pada
perusahaan
industri keramik.
Pengaruh
audit audit internal dan Universitas
internal
dan pengendalian
Brawijaya Malang
pengendalian internal internal
Terhadap
berpengaruh
pelaksanaan
terhadap
good
Good governance
corporate
governance
Kerangka Pemikiran
Konsep GCG timbul berkaitan dengan principal-agency theory,
yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agent-nya. Konflik muncul
karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola dengan baik sehingga tidak
menimbulkan kerugian pada para pihak. agent adalah perantara para pemegang
saham dalam menjalankan pengelolaan perusahaan, sementara para pemegang
saham hanya mengawasi kinerja para agent-nya dan memastikan bahwa para
agent bekerja sesuai dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung tinggi
kepentingan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Di dalam organisasi terdapat tata kelola, dan tata kelola tersebut harus
dapat dikatakan tata kelola yang baik, Tata kelola perusahaan juga mencakup
hubungan antara stakeholder (pemangku kepentingan utama) yang terlibat serta
tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan
adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku
kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor
lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas.
44
Didalam tata kelola perusahaan terdapat empat prinsip yang melekat,
yaitu:
a. Fairness (Keadilan)
Merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan yang sama
terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang
dalam (insider trading).
b. Transparency (transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
c. Accountability (akuntabilitas)
Prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial
statement) yang dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi,
pelaksanaan dan pertanggung-jawabam setiap organ sehingga pengelolaan dapat
berjalan dengan efektif.
d. Responsibility (prinsip tanggung-jawab)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan
dalam menciptakan kesejahteraan.
45
e. Kemandirian (indepedency)
Keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dan pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Seorang agent bekerja sesuai dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung
tinggi kepentingan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, dan
sangat diperlukan Peran dari Audit Internal sehingga sorang agent dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar yang berlaku di perusahaan dan tdak
sedikitpun melakukan penyimpangan.
Auditor internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam
perusahaan adalah independen. Para auditor internal dianggap mandiri apabila
dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian
pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa
prasangka, sementara hal ini sangat diperlukan dan penting bagi pemeriksaan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan
sikap objektif para auditor internal.
Pengendalian
intern
menurut
COSO
(Committee
of
Sponsoring
Organization) adalah suatu proses yang melibatkan dewan komisaris,
manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini: “Efektivitas dan efisiensi
operasi, Keandalan pelaporan keuangan, Kepatuhan kerhadap hukum dan
peraturan yang berlaku”.(COSO, 2013:3). Menurut Hery (2011) Sistem
Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
46
memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa perusahaan telah
mencapai tujuan dan sasarannya. Ditinjau dari perkembangannya profesi auditor
internal ini sebenarnya bukan profesi baru, hal ini didasarkan kebutuhan
perusahaan selain dari peran auditor eksternal, karena suatu perusahaan yang
semakin berkembang maka perlu pihak–pihak yang mampu mengendalikan
kegiatan operasional perusahaanya, sehingga pelaksanaa transaksi perusahaan
dapat terkontrol, hal ini merupakan tugas dari seorang internal auditor yang
selain membantu manajemen dalam memberikan solusi juga harus dapat
mengontrol dan mengendalikan kegiatan operasional agar tetap sesuai dengan
tujuan semula.
Dari landasan teori yang telah diuraikan, kemudian digambarkan didalam
kerangka teoritis yang merupakan alur pemikiran peneliti yang disusun sebagai
berikut :
Audit internal
Penerapan Good Corporate
Governance
Pengendalian internal
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
47
2.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Sugiyono (2010) adalah :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belumdidasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empiris”.
Berdasarkan teori hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel-
variabel dependen maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut :
H1 : Audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate
Governance
H2 :
Pengendalian Internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate
Governance.
H1 : Audit internal dan Pengendalian Internal berpengaruh terhadap penerapan
Good Corporate Governance
Download