bab ii deskripsi proyek - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1. Latar Belakang
Proyek yang dipilih adalah proyek dengan status nyata, dengan pemilik
proyek adalh Vihara Dharma Shanti – Berastagi. dimana judul dari proyek ini
adalah “Museum Buddhist”, yang jika dipisahkan terdiri dari 2 kata yaitu Museum
dan Buddhist.
II.1.2. Terminologi Judul
II.1.2.1. Museum
A. Pengertian Museum
Pengertian museum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer 664. Museum adalah bagian dari gedung yang diguunakan
menyimpan dan merawat benda – benda yang mempunyai nilai – nilai tertentu
seperti nilai sejarah, budaya dan lain sebagainya.
Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan
mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari,
mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada
masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan
memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata”
tentang lingkungannya kepada masyarakat.
Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum
adalah Museum membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk
inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang
mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima artefak dan specimen dari
orang yang dipercaya oleh badan museum.
Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum
merupakan sebuah badan
yang
mengumpulkan,
mendokumentasikan,
melindungi, memamerkan dan menunjukkan materi bukti dan memberikan
informasi demi kepentingan umum.” 1
1
Museum Buildings ,By Laurence Vail Coleman
7
Universitas Sumatera Utara
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu
“museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan
kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani),
dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut
untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan
oleh Ptolomy I Soter 280 SM.2
Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan
alam, benda-benda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar
tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui
pameran permanen atau temporer. Museum besar tereletak di kota besar dan
museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan
program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang
dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program
untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar,
orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan
demontrasi dengan teknologi.
Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang
dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung)
, arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual,
numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori
khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum
penerbangan, pertanian, atau geologi.
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of
Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan
definisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka
untuk
umum,
memperoleh,
mengawetkan,
mengkomunikasikan
dan
memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk
tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.”
2
www.wikipedia.com
8
Universitas Sumatera Utara
B. Kriteria dan jenis – jenis Museum
Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara
lain :
•
Museum Seni
juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk
pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari
lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama
biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus.
•
Museum Sejarah
merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan
relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu. Beberapa museum sejarah
menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu.
Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen, artefak.
•
Museum Maritim
merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan
dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .
•
Museum Otomotif
merupakan museum yang memamerkan kenderaan .
•
Museum sejarah alam
merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di
alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada
dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .
•
Museum Open Air
merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua
di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali
bangunan dan suasana lansekap masa lalu.
•
Science Museum
merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan
sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada
umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan
memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi .
9
Universitas Sumatera Utara
•
Museum Spesialisasi
merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu . Contoh
museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas , dsb
.Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda
dibandingkan museum lainnya .
•
Museum Virtual
merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak
memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .
C. Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia
Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Berdasarkan jenis koleksi, museum terbagi atas:
•
Museum Umum
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya
yang berkaitan dengan seni, disiplin ilmu dan teknologi.
•
Museum Khusus
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya
yang berkaitan dengan salah satu cabang disiplin ilmu dan teknologi.
Berdasarkan Kedudukannya, museum terbagi atas:
•
Museum Nasional
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili seluruh wilayah
Indonesia.
•
Museum Provinsi
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu provinsi.
•
Museum Lokal
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu wilayah
kabupaten atau kotamadya.
10
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pengelolanya, museum terbagi atas:
•
Museum Pemerintah
Museum yang dikelola oleh pemerintah
•
Museum Swasta
Museum yang dikelola oleh pihak swasta.
Menurut Direktorat Pemuseuman dalam rangka pembinaan dan
pengembangan, museum dikelompokan sebagai berikut:

Berdasarkan status hukumnya, dibagi atas museum swasta dan museum
negri.

Berdasarkan jenis koleksinya, dibagi atas museum umum dan museum
khusus.

Berdasarkan ruang lingkup wilayah tugasnya dan status hokum
penyelenggaraannya, dibagi atas museum nasional, museum local, dan
museum lapangan terbuka.
Berdasarkan pengunjung yang berkunjung ke museum, dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
•
Menurut tujuan pengunjungnya dapat dibedakan atas pengunjung studi,
pengunjung rekreasi, pengunjung dengan tujuan tertentu.
•
Menurut jumlah pengunjungnya, dibedakan atas pengunjung rombongan,
dan pengunjung perorangan
•
Menurut media kedatangan pengunjung, dibedakan atas pengunjung
kendaraan pribadi, pengunjung kendaraan umum, dan pengunjung pejalan
kaki.
D. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia
Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan
didirikannya
Museum
Bataviaasch
Genootschap
Van
Kunsten en
Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya
penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan.
Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Jumlah
museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang
Dunia II.
11
Universitas Sumatera Utara
Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan
pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah
menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga
Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museummuseum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di
Indonesia maka:
• Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museummuseum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum,
Museum Khusus dan Museum Lokal.
• Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan
Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.
• Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum
Umum, dan Museum Khusus.
Berdasarkan
tingkat
kedudukan
Direktorat
Permuseuman
mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum
tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal
(kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat
135 buah museum.
Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman
dilakukan melalui:
• PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum
pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).
• PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan
pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).
• Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek
pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain
12
Universitas Sumatera Utara
membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan
museum pemerintah daerah.
Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya
museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi
bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi
dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta.
Tabel 2.1 : Tabel Perbandingan Museum Sebelum dan Sesudah kemerdekaan
Museum Sebelum Kemerdekaan
•
Museum Setelah Kemerdekaan
Didirikan untuk kepentingan ilmu • Didirikan
pengetahuan yang menunjang
untuk
kepentingan
pelestarian warisan budaya dalam
rangka pembinaan dan pengembangan
•
Pelaksaan
politik
kolonial
dan • Kebudayaan bangsa dan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dan sarana pendidikan non formal
pengembangan ilmu pengetahuan
•
Beberapa
jumlah
museum
koleksi
yang
mempunyai • Jumlah kolekasi masih terbatas
cukup
besar,
sebagian dipamerkan yang beroriantasi
pada tata pameran museum-museum di
Eropa
•
Sebagian
besar
bangunan
tidak • Bangunan museum pada umumnya
direncanakan untuk suatau museum,
sudah direncanakan khusus untuk
pada umumnya sudah tua dan tidak lagi suatu
memenuhi
persyaratan
bangunan suatu
modern
•
museum dan mencerminkan
gaya
arsitektur
tradisional
daerah tertentu
Sebagian dari museum-museum ini • Pada umunya masih kekurangan
tidak
memiliki
tenaga ilmiah
yang tenaga ahli
berpengalaman, namun jumlahnya tidak
memadai
•
Sebagian sudah mempunyai bagian • Struktur
yang melayani bimbingan edukatif yang
organisasai disesuaikan
dengan kebutuhan
tidak terdapat pada zaman kolonial,
sarana penunjang belum memadai
13
Universitas Sumatera Utara
E. Permasalahan Umum Permuseuman Di Indonesia
Masalah umum permuseuman di Indonesia pada umumnya meliputi:
•
Koleksi
Berdasarkan kerangka pembagian koleksi serta kerangka jenis dan bentuk
benda yang dijadikan koleksi museum maka dapat disimpulkan bahwa
museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dihadapkan pada masalah
dibidang sistem administrasi dan bahasa yang digunakan (Bahasa Belanda) di
samping itu masalah kondisi koleksi yang sebelumnya mendapatkan perhatian
dalam perawatan. Museum yang telah ada dan didirikan pada masa era
pembangunan ini menghadapi masalah dalam pengadaan koleksi. Hal ini
disebabkan
masih
kurangnya pengertian
berbagai pihak
dalam
hal
mempelancar pengadaan koleksi sehingga menghambat usaha pengamanan
warisan budaya dari kepentingan lain yang merugikan yang berjalan cukup
pesat.
•
Fisik Bangunan
Pada umunya bangunan museum yang didirikan sebelum kemerdekaan telah
dinyatakan sebagai monumen bersejarah yang dilindungi Monumenten
Ordonantie. Kondisi konstruksi bangunanya memerlukan perawatan secara
khusus. Di samping itu juga kurang tersedianya areal tanah yang
memungkinkan pengembangannya.
Museum yang telah dan akan didirikan pada masa pembangunan pada garis
besarnya banyak menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan
mendapatkan arsitek dibidang permuseuman pada waktu pembangunannya.
•
Ketenagaan
Berdasarkan persyaratan pendidikan dan banyaknya pegawai serta persyaratan
pendidikan untuk jabatan pimpinan museum umum negeri maka dapat
disimpulkan bahwa masalah umum di bidang ketenagaan adalah kesulitan
untuk mendapatkan tenaga yang berkualifikasi
pendidikan yang relevan
dengan permuseuman. Khususnya bagi daerah-daerah yang jauh dari pusatpusat pendidikan tinggi. Masalah tersebut ditambah dengan kesulitan
14
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan latihan yang diperlukan untuk kegiatan permuseuman di daerah
yang bersangkutan.
•
Sarana Penunjang
Sarana penunjang ini meliputi kantor dan peralatan teknis dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hamper setiap museum di Indonesia belum
mempunyai peralatan kantor dan peralatan teknis yang sesuai dengan
standarisasi permuseuman yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan adanya
hambatan procedural dan tidak tersedianya di pasaran jenis peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan.
•
Fungsionalisasi Museum
Pada umumnya permuseuman di Indonesia masih kurang memiliki tenaga
professional, di samping itu kurangnya peralatan, perlengkapan, dan dana yang
memadai, menyebabkan hambatan pelaksanaan fungsi setiap museum.
•
Museum Pembina
Perbandingan antara museum yang dipandang mampu sebagai museum
pembinan belum atau tidak sebanding dengan jumlah yang perlu dibina. Di
samping itu museum Pembina dan yang dibina letaknya berjauhan sehingga
menambah hambatan pelaksanaan pembinaan. Juga museum belum mencapai
kemantapan yang ideal.
Museum mempunyai peranan sebagai berikut:
•
Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah
•
Pusat penyaluran ilmu dan umum
•
Pusat peningkatan apresiasi budaya
•
Pusat perkenalan kebudayaan antara daerah dan antara bangsa
•
Sumber inspirasi
•
Objek pariwisata
•
Media Pembina pendidikan sejarah alam, ilmu pengetahuan dan budaya
•
Suaka alam dan suaka budaya
•
Cermin sejarah dan kebudayaan
15
Universitas Sumatera Utara
F. Permasalahan Khusus Museum Nasional
Beberapa masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan museum
adalah sebagai berikut :
Koleksi
•
Jumlah jenis dan harga koleksi dalam rencana pengadaan koleksi tidak
dapat ditentukan, karena koleksi yang ditawarkan kepada museum tidak dapat
diperhitungkan sebelumnya, sehingga menurut prosedur, rencana pengadaan
koleksi harus mencantumkan jumlahnya, jenis serta harga satuan koleksi,
sehingga mengakibatkan kurang lancarnya pengadaan koleksi.
•
Sistem administrasi koleksi sebagai museum yang bertaraf nasional belum
memadai, sehingga pelayanan informasi yang diperlukan kurang lancer.
•
Setiap jenis koleksi terdaftar dalam buku inventari tersendiri yang terpisah
satu sama lain, karena belum mempunyai buku inventaris koleksi yang
memuat semua jenis jenis koleksi.
•
Penulisan deskripsi atau identitas koleksi yang hamper seluruhnya dalam
Bahasa Belanda, sehingga menimbulkan kesulitan bagi sebagian besar
pemakai koleksi.
•
Katalog koleksi yang memuat uraian latar belakang suatu fungsi koleksi
dan merupakan referensi untuk penelitian lebih lanjut belum tersedia sehingga
katalog sebagai sumber informasi belum dapat disediakan.
•
Kondisi fisik koleksi yang berjumlah lebih kurang 80.000 ribu buah
memerlukan perawatan dan pengamanan untuk pelestarian sehingga
membutuhkan tenaga yang berkemampuan dan fasilitas yang memadai yang
segera harus dipenuhi.
•
Harga benda yang dapat dijadikan koleksi terus meningkat, sedangkan
dana yang diperoleh untuk pengadaan koleksi sangat terbatas, sehingga jumlah
koleksi yang diperoleh relative sedikit. Meskipun demikian, masih diperlukan
adanya pengembangan dalam menerapkan sistem bimbingan agar lebih
mantap.
16
Universitas Sumatera Utara
Fisik Bangunan
•
Bangunan induk museum yang didirikan pada tahun 1862 merupakan
bangunan bersejarah yang dilindungi oleh Monumenten Ordonantie 1931,
telah peka terhadap kelembaban udara, sehingga iklim mikro di ruang pameran
dan gudang koleksi dapat mempercepat proses proses kerusakan koleksi.
•
Besarnya jumlah dan terbatasnya volume ruang pameran serta fasilitas
ruang penunjang pameran menimbulkan kesulitan dalam pengembangan tata
penyajian koleksi yang berguna sebagai sarana pendidikan non-formal dan
pembinaan kepribadian bangsa.
•
Luas gudang koleksi tidak mampu menampung penyajian koleksi
sehingga tidak lagi memenuhi syarat sebagai tempat studi koleksi dan tempat
pelestariannya.
•
Luas ruang laboratorium konservasi, bengkel restorasi dan preparasi
pameran tidak mungkin ditambah karena terbatasnya lahan museum padahal
ruang yang sempit dapat menghambat kelancaran kerja dan kurang menjamin
kesehatan maupun keamanan kerja.
•
Bangunan museum terletak pada lahan yang sempit berbatasan dengan
bangunan permanent lainnya menyebabkan tidak mungkin dilaksanakannya
pengembangan gudang tempat penyimpanan koleksi dan ruang kerja
karyawan.
•
Letak tanah dan lingkungan bangunan museum pada saat ini berada di
bawah permukaan jalan dan disekitarnya pada waktu hujan terjadi genangan
air yang terpusat di pekarangan museum. Hal ini menyebabkan bertambah
lembabnya udara di dalam ruang pameran dan gudang koleksi dan
memungkinkan berkembang biaknya rayat yang dapat merusak bangunan
museum maupun koleksinya.
17
Universitas Sumatera Utara
Ketenagaan
•
Jumlah koleksi yang cukup banyak volume ruang kerja dan ruang
pameran serta ruang penyimpanan koleksi yang sulit diperluas menyebabkan
terhambatnya penambahan tenaga teknis permuseuman yang pada umumnya
membutuhkan ruang kerja yang layak.
•
Tenaga teknis yang dibutuhkan banyak kurang berminat untuk bekerja di
museum sehingga untuk mendapatkan tenaga yang berkualitas pendidikan
yang relevan dan memiliki kemampuan serta terampil.
•
Belum adanya bidang studi permuseuman di perguruan tinggi, terbatasnya
tempat latihan teknis permuseuman, sukarnya mendapatkan tenaga pelatih
yang dapat memenuhi kebutuhan museum sangat sedikitnya buku refrensi
mengenai teknis permuseuman dan tidak tersedianya dana pembelian buku ke
luar negeri, sehingga menyebabkan pelaksanaan pembinaan dan peningkatan
kemampuan dann keterampilan dibidang teknis permuseuman.
•
Prosedur pengadaan ketenagaan yang terkait dengan peraturan yang
kurang fleksibel menyebabkan tidak cukupnya jumlah tenaga yang diperlukan
sehingga mengurangi kemampuan mencapai hasil yang diharapkan.
Sarana Penunjang
Sarana penunjang untuk museum sukar diperoleh karena terbatasnya
dana yang tersedia prosedur pengadaan yang kurang baik sehingga tata
penyajian koleksi sebagai museum yang bertaraf nasional kurang memadai.
Fungsionalisasi
•
Ruang pameran tetap dan pameran temporer kurang luas, dana yang
tersedia tidak memenuhi kebutuhan sehingga sarana penunjang yang
diperlukan dalam teknis pameran kurang memadai menunjang penampilan dan
bobot penyajian koleksi yang dipamerkan.
•
Penggunaan metode dalam bimbingan edukatif cultural yang dilaksanakan
di museum masih kurang efektif sehingga hasilnya kurang apresiasif dan
inspiratif.
•
Penyajian dalam bentuk penerbitan hasil penelitian koleksi dalam rangka
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kebudayaan masih
18
Universitas Sumatera Utara
kurang memadai jumlahnya sehingga masyarakat kurang mengetahui makna
kebudayaan material yang dipamerkan di museum.
•
Kerja sama museum dengan instansi dibadan swasta lainnya masih belum
memenuhi
harapan sehingga
partisipasi masyarakat
belum memadai
jumlahnya.
Museum Pembina
Museum
Nasional
dapat
dijadikan
museum
Pembina
karena
mempunyai tenaga ahli yang mampu dan terampil dibidang teknis
permuseuman yang dapat membina dan megembangkan Museum Umum
Propinsi dan lokal dapat menerima tenaga dari museum lainnya untuk diberi
bimbingan magang di museum. Walaupun demikian, Museum Nasional masih
memerlukan pengembangan sistem pembinaan dan peraturan magang.
G. Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989
Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil
pemikiran dibidang pembinaan dan pengembvangan permuseuman secara
garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional,
Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia.
Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan programprogram pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum
Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman
kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan
“tinggal landas”.
Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu
REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha
penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan
pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang
dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar
1945.
Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan
Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidangbidang koleksi, fisik, ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi.
19
Universitas Sumatera Utara
Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula
peranannya sebagai museum pembina.
Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang
kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu:
•
Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya
•
Dokumentasi dan penelitian ilmiah
•
Konservasi dan preservasi
•
Penyebaran dan pemerataan ilmu umtuk umum
•
Pengenalan dan penghayatan kesenian
•
Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa
•
Visualisasi warisan alam dan budaya
•
Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
•
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan
sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina
nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa,
mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan
nasional.
Landasan Kebijaksanaan
•
Landasan Idial
Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu
Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang
Dasar 1945. “….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social….”
•
Landasan Konstitusional
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:
(1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
(2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran
nasional yang diatur oleh undang-undang.
20
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32:
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”
hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut.
•
Landasan Operasional
Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR
No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan
kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang
Maha Esa, antara lain menyebutkan.
1. Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus
dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan
pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri
dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
2.
Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilainilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.
3.
Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka
sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat
feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh
kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan
kemampuan masyarakat untuk menunjang dan menyerap nilai-nilai dari
luar yang positif dan memang dalam pembaharuan dalam proses
pembangunan.
H. Struktur Organisasi Museum .
Bagan 2.1. : Bagan Struktur Organisasi Museum
21
Universitas Sumatera Utara
Tugas Kepala museum:
•
Membuat program kegiatan meseum secara rutin/ khusus
•
Menyediakan sarana/ fasilitas material untuk kegiatan museum
•
Mengkoordinasikan karyawa-karyawan museum
•
Mengusahakan peneyediaan dana/ sumber dana
Tugas Bagian Pengelola Koleksi/ Kuratorial:
•
Mengumpulkan, mendata, meneliti, dan mempelejari koleksi serta
menyiapkan konsepsi yang berhubungan dengan presentasi/ tulisan ilmiah
•
Preparasi: Mempersiapkan penyajian koleksi dan pameran.
•
Reproduksi: Memproduksi karya-karya seni dan kerajinan.
•
Konservasi: Merawat dan mencegahkerusakan koleksi.
•
Pengadaan, penelitian, dan regristrasi (mengumpulkan materi pameran,
meneliti, dan mencatat koleksi materi.
Tugas Bagian Pendidikan:
•
Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak/ pelajar dan
kelompok-kelompok.
•
Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi
dan penghayatan nilai koleksi.
Tugas Bagian Pengelolaan Umum:
•
Mengurus
urusan
rumah
tangga
museum,
urusan
administrasi,
keamanaan, dan mengurus personalia.
22
Universitas Sumatera Utara
I. Prinsip Dasar Museum .
Luas
Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum
diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga
terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit
, begitu juga sebaliknya . Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai
dengan pembagian yang merata , dimana luas areal untuk kuratorial ditambah
administrasi dan servis harus seluas areal pameran.
Tabel 2.2. : Tabel Standar Luasan Museum Berdasarkan Jumlah Penduduk Lokal
Populasi
Total luas areal museum
10.000 jiwa
650m2 - 1300m2
25.000 jiwa
1115m2 - 2230m2
50.000 jiwa
1800m2 – 3600m2
100.000 jiwa
2700m2 – 5500m2
250.000 jiwa
4830m2 – 9800m2
500.000 jiwa
7600m2 – 15000m2
>1.000.000 jiwa
12000m2 – 23500m2
SUMBER : Buku “Museum Buildings” By Laurence Vail Coleman
Pencahayaan .
Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan
bangunan lainnya kecuali pada areal pameran . Pada areal pameran , pada
umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata . Pada umumnya
pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya
matahari . Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan
pencahayaan buatan . Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih
memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan
dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi , seorang manusia pada
umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit . Hal ini
dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya
buatan yang berkesan mati .
23
Universitas Sumatera Utara
Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum
dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami . Hal ini
dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu
bangunan . Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi
kerugian masing-masing pencahayaan . Permasalahan tersebut adalah seperti :
“The natural partner in the combination varies widely in chromaticity and
quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change
in both color and quanity in matter of minutes .”3
Warna pencahayaan , merupakan faktor yang sangat penting .Menurut
penelitian , pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya
. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent
4500o . Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu
incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o – 3100o memberi pencahayaan
spot pada objek individual , maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu .
Pencahayaan
ruangan
diharapkan
tidak
melebihi
terangnya
pencahayaaan terhadap objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak
diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast .
Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah efek silau , dan pantulan dari silau . Usaha untuk mencegah efek
silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi .Oleh karena itu
pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal
pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu
dalam hal ini . Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup
penting dalam hal ini.
3
Illuminating Engineering , Jan.,1945, page 20.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. : teknik pencahayaan pada ruang pameran Museum
25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. : teknik pencahayaan terhadap objek pameran 2 dimensi (panel)
Rekomendasi tingkat pencahayaan untuk ruangan dalam museum
•
Ruang kantor
•
Ruang serba guna : area duduk 300 lux, panggung 600 lux
•
Ruang pameran
: 500 lux dan 300 lux
: 500 lux, 300 lux, 100 lux tergantung keperluan
Tabel 2.3. : Tabel sifat cahaya
Cahaya fokus
Cahaya Bagian selatan
alami Cahaya siang, cirinya:
• hangat
• kontras
• cerah
Cahaya Lampu pijar, cirinya :
buatan Hangat (> dingin)
Kontras dan berbayangan
Pencahayaan langsung
Cahaya tidak fokus
Bagian utara
Cahaya sore/ mendung, cirinya:
• dingin
• Bayangannya datar dan lembut
• Kontras lebih rendah
Lampu neon, cirinya :
Dingin (> hangat)
Kurang kontras
Cahaya menyebar
Sumber : Architects’ Handbook
26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. : teknik pencahayaan terhadap objek pameran 4 dimensi
Gambar 2.4. : teknik peletakan objek pameran
27
Universitas Sumatera Utara
Ruang Pameran .
Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas
dua jenis , yakni ruang pamer tetap , dan ruang pamer tidak tetap . Didalam
ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas
tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada
umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel , dan
dapat dipindah-pindah . Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan
tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang
sedikit.
Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan
lebih intimate dibandingkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang
besar . Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang
antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang
mencapai 34 kaki .
Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran . Terdapat
beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni :
•
Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak
pada kamar yang saling berhubungan secara menerus . Pada umumnya
terdapat pada bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan
bersebalahan dengan ruang lobby . Keuntungan dari susunan ini adalah
pengelompokannya yang simpel , dan ruang yang cukup ekonomis .
Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu
ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya .
•
Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan
koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui
sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat
diakses secara langsung , oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan
pengaruh pada ruangan lainnya . Kelemahan dari susunan ini adalah
hilangnya ruang sebagai ruang koridor , walaupun dapat diminimalisir
dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga.
28
Universitas Sumatera Utara
•
Susunan lingkaran pusat merupakan susunan yang berpusat pada suatu
ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil disekelilingnya . Keuntungan
dari susunan ini adalah susunanya yang paling fleksibel . Kekurangan
dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama
menjadi tidak terlalu sering dikunjungi ataupun terlalu exclusive .
Gambar 2.5. : Susunan Ruang ke Ruang
Gambar 2.6. : Susunan Koridor ke Ruang
Gambar 2.7. : Susunan Lingkaran Terpusat
Sirkulasi dalam ruang pameran memiliki peran yang sangat
penting . Sirkulasi ini biasanya tercipta sesuai dengan bentuk layout
bangunan . Pengarahan terhadap sirkulasi dapat dilakukan agar kegiatan
pameran dapat berjalan lebih menarik .Pengkontrolan pada susunan
koridor ke ruang , dan susunan lingkaran terpusat dapat lebih baik
dibandingkan susunan ruang ke ruang . Contoh-contoh susunan partisi
yang mempengaruhi jalur sirkuasi pengunjung :
29
Universitas Sumatera Utara
Gambar2.8. : Susunan Ruang museum A
Gambar 2.9. : Susunan Ruang museum B
Gambar 2.10. : Susunan Ruang museum C
Gambar 2.11. : Susunan Ruang museum D
Gambar 2.12. : Susunan Ruang museum E
Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang . Pada
gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal , akan tetapi memiliki
pergerakan yang terlalu banyak .Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan
cakupan yang baik .
30
Universitas Sumatera Utara
Organisasi Ruang .
Gambar 2.12. : Organisasi ruang pada museum
Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah
tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik .
Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya :
•
Ruang Lobby dan ruang umum .
o
Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui
oleh pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar
menuju lobby utama . Pada bangunan yang tidak memiliki ruang
Vestibule disarankan penggunaan revolving door . Akan tetapi
penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang tua . Oleh
karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi .
o
Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung
museum . Ruang lobby harus luas , atraktif , memiliki pencahayaan
yang bagus , dan memiliki penghawaan yang baik . Ruang Lobby harus
mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk
bagi pengunjung . Ruang lobby harus menjadi ruang untuk
mengkontrol ruang kanor , ruang edukasi , ruang auditorium , ruang
pameran , ruang perpustakaan , dan ruang kuratorial , serta ruang untuk
menjual aksesories .
31
Universitas Sumatera Utara
o
Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional
terhadap ukuran bangunan . Ruang toilet disarankan berhubungan
langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik.
Serta harus tersedia toilet bagi orang yang memiliki kemampuan
terbatas.
o
Ruang kafetaria pada umumnya ditemukan pada bangunan
museum yang cukup luas . ruang kafetaria pada umumnya
berhubungan langsung dengan ruang lobby .
•
Ruang Pameran
o
Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan
museum seni yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan .
Pada museum science dan sejarah , jarang sekali memamerkan
bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga
terdapat pameran temporer untuk menarik minat pengunjung pada
event tertentu . Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya
berada pada lantai pertama , dan terpisah dari lobby . Ruangan ini
disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya . Disarankan tidak
terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain
yang berhubungan .
o
Ruang Pameran Permanent lebih baik memiliki pemisahan
antara jenis pameran yang dipamerkan untuk publik , dan untuk pelajar
. Pada bangunan museum zaman sekarang , pameran untuk publik
diletakkan dekat dengan lobby .Hal ini dimaksudkan agar pameran
yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis
, dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih
tidak strategis .

Ruang pendidikan .
o
Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk
memenuhi kenyamanan publik maupun staff museum . Perpustakaan
disarankan terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk , dan mendapat
pengawalan dari lobby . Akan tetapi karena untuk memenuhi
kenyamanan publik , kadang-kadang kenyamanan staff sedikit
32
Universitas Sumatera Utara
terganggu . Oleh karena itu , pada museum yang cukup besar, biasanya
terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk
dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca , meja
penjaga perpustakaan , tempat bekerja , dan tempat menyimpan buku .
o
Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar
perpustakaan umum , dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi
untuk setiap satu orang pembaca . Ruang baca haruslah sepi tanpa
banyak ganguan suara . Oleh karena itu biasanya material lantai dari
ruang baca biasanya terbuat dari linoleum , maupun karet .
o
Stacks (Ruang tempat buku) harus mengikuti standar desain
perpustakaan umum . Pada perpustakaan yang kecil , ruang ini dapat
menjadi bagia dari ruang baca , dan pada umumnya lemari buku terbuat
dari besi dengan tinggi 7,5 kaki.

Ruang berkumpul.
o
Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar ,harus
dirancang
dengan
memperhatikan
faktor
akustik
.
Biasanya
permasalahan dari auditorium adalah letak , perlatan , dan desain
interior dir ruang tersebut . Hal yang perlu diperhatikan dari posisi
auditorium , adalah letak dari auditorium disarankan berhubungan
langsung dengan lobby utama ,agar dapat digunakan terpisah dari
ruang pameran .
o
Ruang untuk musik tidak mengharuskan berada di dalam sebuah
auditorium , akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman
terbuka , maupun amphitheatre.

Divisi Pendidikan .
o
Ruang kelas dan studio biasanya muncul apabila museum
merupakan cabang dari institusi tertentu .Biasanya dilakukan
pemisahan antara ruang kelas anak-anak , dan ruang kelas orang
dewasa .
o
Ruang museum untuk anak-anak merupakan bagian untuk
menerima pelajar yang datang bersama guru , dan berkelompok
berdasarkan sekolahnya.
33
Universitas Sumatera Utara

Ruang Kuratorial.
o
Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan
untuk pembelajaran . Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat
digunakan sebagai reverensi pekerjaan , dan penelitian yang penting
untuk perkembangan museum .
o
Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar , ruang kerja
kurator , dan gudang penyimpanan . Ruang pameran juga merupakan
bagian dari ruang kuratorial , oleh karena itu perlu adanya hubungan
antara ruang pameran dan ruang kuratorial . Sebaiknya ruang kuratorial
berada di dekat ruang lobby utama agar mudah diakses .

Ruang Administrasi
o
Ruang Kantor sebaiknya berdekatan dengan lobby , Hal ini
diakarenakan agar pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis
masuk melalui pintu utama ,menuju ke lobby , dan menuju ke kantor
dengan pengawalan khusus , tanpa harus mengelilingi seluruh museum.
o
Ruang rapat biasanya disediakan untuk rapat, akan tetapi pada
perpustakaan besar disarankan perletakannya berada di ruang kantor
direktur . Walaupun terpisah dari ruang direktur , disarankan ruang ini
memiliki akses langsung terhadap ruang direktur
o
Ruang kantor direktur memiliki standar yang sama dengan
bangunan perkantoran.

Bagian Servis.
o
Pintu masuk servis harus langsung menuju keruang penerimaan
dengan area packing dan unpacking .Ruang servis biasanya dilalui oleh
pekerja , pengantar barang , dsb . Ruang servis harus memiliki loading
dock yang mampu menampung truk besar .
o
Ruang penerimaan merupakan areal vokal dimana semua kiriman
barang datang , maupun keluar dari bangunan. Ruang penerimaan dan
lift
barang
disarankan
untuk
berdekatan
agar
mempermudah
pendistriusian barang di dalam bangunan .
o
Ruang pengawas berada didekat pintu
masuk servis ,dan
merupakn ruang kontrol dari segala sesuatu yg terjadi di sini . Biasanya
34
Universitas Sumatera Utara
beradadi ruang tertentu dengan terdapat kaca yang dapat melihat keluar
tanpa orang dapat melihat ke dalam ruangan .
o
Lift barang memiliki posisi yang terbaik berada pas di samping
ruang penerimaan ,harusah berukuran besar ,pelan , dan dioperasikan
dengan tombol .Lift barang harus dapat mencapai semua tingkatan
dimana barang yang diangkut akan dibawa menuju kesana
o
Bilik Registrasi merupaknn tempat membuat arsip barang milik
museum yang dipinjamkan maupun yang dipinjam.Begitu juga dengan
barang yang akan dipamerkan dari ruang peyimpanan .Ruang ini juga
berfungsi untuk mengarsipkan barang yang keluar masuk dari areal
pameran , dan ruang kuratorial . Ruang ini harus dapat berkomunikasi
secara bebas dengan ruang penerimaan , dan harus dirancang dengan
memiliki pengamanan yang baik.
o
Koridor servis merupakan pusat sirkulasi dari manusia pada
basement . Koridor ini haruslah bebas hambatan , dan harus memiliki
jalur distribusi ke seluruh bagian bangunan .
o
Ruang kerja fotografi biasanya diletakkan di basement agar
pekerjaan fotografi dapat diawasi dengan baik dengan cahaya buatan .
Ruang ini harus memiliki penghawaan yang baik dan bebas dari
getaran.
o
Ruang kerja(shops) merupakan ruang yang dibutuhkan di setiap
museum . Ruang ini harus memiliki pencahayaan alami yang baik ,dan
penghawaan yang baik .Ruang kerja ini merupakan tempat dimana
pekerja museum mempersiapkan sebuah pameran ,baik dekorasi ,
sistem elektrikal , dsb.
o
Ruang preparasi ,dan ruang restorasi merupakan ruang kerja
bagi para ahli untuk memperbaiki artefak , maupun mengrestorasi
benda-benda seni .Ruangan ini harus memiliki pencahayaan alami yang
bagus , dan pencahayaan buatan yang memadai.
o
Printing
Shop
merupakan
ruang
yang
berfungsi
untuk
membuatlabel pada benda yang akan dipamerkan .
35
Universitas Sumatera Utara
o
Ruang penyimpanan servis merupaakn tempat menyimpan alat
kerja . Lebih baik ruang ini dipisahkan menurut benda yang disimpan ,
seperti peralatan kebersiahan , peralatan dapur ,peralatan kantor , dan
peralatan pameran .
o
Ruang pekerja pada umumnya dipisah menurut bidangnya
masing-masing seperti pengamanan , kebersihan , dsb .
o
Garasi merupakan ruang tambahan yang biasanya digunakan
untuk menyimpan mobil truk museum , maupun mobil karyawan
museum .
Contoh susunan areal servis:
Gambar 2.14. : Contoh denah area servis museum
36
Universitas Sumatera Utara
II.1.2.2. Pengertian Buddhis
Buddhis kata dasanya adalah kata
“Buddha”.
Buddha
(Bahasa
Sansekerta:
berarti. Mereka yang Sadar, Yang
mencapai pencerahan sejati. dari perkataan
Sansekerta:
"Budh",
untuk
mengetahui)
merupakan gelar kepada individu yang
menyadari potensi penuh mereka untuk
memajukan diri dan yang
berkembang
kesadarannya.
penggunaan
Dalam
kontemporer, ia sering digunakan untuk
Gambar 2.15 : Buddha Gautama
merujuk Siddharta Gautama, guru agama
dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam
penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah
sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang
hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang
menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara
yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar
kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus
(tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir
ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha
adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas
dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Tiga jenis golongan Buddha adalah:
•
Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya
dengan usaha sendiri
•
Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai SammaSambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma
pada diri sendiri.
•
Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi
mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma.
37
Universitas Sumatera Utara
A. Riwayat Hidup Buddha Gautama
Ayah dari Pangeran Sidharta Gautama adalah Sri Baginda Raja
Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Dewi Mahamaya.
Pangeran Sidharta lahir pada tahun 623 SM (Sebelum Masehi) di Taman
Lumbini. Ibunda Ratu Dewi Mahamaya meninggal dunia setelah tujuh hari
melahirkan Sang Pangeran. Sejak itu Pangeran Sidharta dirawat oleh bibinya
Mahapajapati yang kemudian menjadi ibu tirinya dan istri Raja Suddhodana.
Untuk merayakan kelahiran Sang
Pangeran, Raja Suddhodana mengundang
lima pertapa suci. Salah satu dari pertapa,
Asita Kaladewala meramalkan kelak Sang
Pangeran akan menjadi Raja yang termansyur
atau menjadi seorang yang tercerahkan
(Buddha). Mendengar ramalan itu, Raja
Suddhodana menjadi cemas. Pertapa Asita
menjelaskan kepada Raja Suddhodana bahwa
Pangeran Sidharta akan melepas kehidupan
Gambar 2.16 : Kelahiran Pangeran
keduniawaian jika melihat empat peristiwa
duniawi. Empat macam peristiwa itu antara lain : orang tua, orang sakit, orang
mati dan pertapa.
Sejak kecil Pangeran Siddharta tumbuh dalam istana yang megah dan
dilayani olehh adayang – dayang yang muda dan cantik. Ketika usianya 16
tahun Pangeran menikah dengan Putri Yasodhara yang dipersuntingnya
setelah memenangkan sanyembar. Selain itu, Pangeran juga dihadiakan tiga
istana dengan tiga musim serta kemewahan yang melimpah.
Dibalik semua kemewahan yang didapatnya, Pangeran merasa bosan
dan ingin melihat ke luar istana. Pangeran Sidharta memohon kepada Raja
Suddhodana agar mengijinkan Pangeran untuk jalan – jalan ke luar istana,
dengan beat hati Raja Suddhodana mengijinkan pangeran untuk meninggalkan
istana. Dalam perjalanannya ke luar istana, ramalan dari pertapa Asita menjadi
kenyataan, peristiwa yang pertama dilihat adalah orang tua, kemudian orang
sakit dan orang mati. Melihat ketiga peristwa tersebut Sang Pangeran menjadi
38
Universitas Sumatera Utara
murung dan merenungkan hal tersebut di taman istana. Di taman istana inilah,
Pangeran melihat peristiwa terakhir yaitu seorang pertama yang telah melepas
kehidupan keduniawian.
Pada usia 29 tahun, putra Pangeran Sidharta lahir dan diberi nama
Rahula (artinya belenggu). Setelah kelahiran putranya, Pangeran Sidharta
bertekad untuk meninggalkan kehidupan keduniawian untuk mencari
kebijaksanaan dan melepaskan umat manusia dari segala bentuk penderitaan.
Setelah
meninggalkan
keluarga dan segala kemewahan
duniawi, Beliau meditasi di
bawah pohon Bodhi di hutan
Ghaya dengan menghadap kea
rah timur. Selama pertapaan,
Pertapa Sidharta berjuang untuk
melawan nafsu duniawi dan
Gambar 2.17 : Pangeran Sidharta mencapai kesempurnaan
berhasil
melewatinya,
Pertapa
Gautama
gangguan
melewati
Mara.
Setelah
beberapa
tahapan
kebijaksanaan, yaitu kebijaksanaan untuk mengetahui kelahiran – kelahiran
terdahulu, kebijaksaan untuk melihat kematian dan lahir kembalinya semua
makhluk sesuai dengan karma mereka, dan
kebijaksanaan menyingkirkan semua Asava atau
kekotoran batin. Dengan pencapaian ini beliau
telah mengerti arti kehidupan dan penderitaan serta
cara mengatasinya.
Pertapan-Nya memakan waktu enam tahun,
di usia yang ke 35 Pertapa Sidharta mencapai
Penerangan Sempurna (Nibbana) dan menjadi
Gambar 2.18 : Pemutaran Roda Dharma
Buddha (Budh artinya ia yang telah sadar). Sang
Buddha mengajarkan Dharma pertamanya kepada
lima orang pertapa yaitu: Kondanna, Bodhiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji.
Khotbah pertama Sang Buddha kepada kelima orang pertapa dikenal sebagai
Khotbah Pemutaran Roda Dharma (Dhamma Cakka Pavattana Sutta).
39
Universitas Sumatera Utara
Selama 45 tahun Sangg Buddha
mengajarkan ajaran-Nya kepada
umat
manusia dan para dewa. Pada usia yang ke80 Sang
Buddha Maha Parrinibbana
(meninggal dunia) di Kusinara di bawah
pohon sala Kembar.
Gambar 2.19 : Sang Buddha Maha Parinibbana
B. Perkembangan Agama Buddha
Perkembangan Agama Buddha di Dunia
Dunia Helenistik dan Baktria
Gambar 2.20 : Penyebaran Agama Buddha Semasa Pemerintahan Maharaja Asoka (260-218
Beberapa prasasti Asoka menulis tentang usaha – usaha yang telah
dilaksanakan oleh Raja Asoka untuk menyebarkan Agama Buddha di
Helenistik (Yunani), kala itu wilayahnya terbentang dari India sampai
Yunani. Prasasti – prasasti Asoka menunjukan sistim politik negri
Helenistik dan lokasi raja raja Yunani.
Kemudian menurut beberapa sumber dalam bahasa Pali, beberapa
utusan Asoka adalah Bhiksu – bhiksu Yunani, yang menunjukan
eratnya pertukaran agama antara kedua budaya ini.
Mulai dari tahun 100 SM, symbol bintang di tengah mahkota atau
cakra
berruji
delapan
yang
kemungkinan
dipengaruhi
desain
Dharmacakra Buddha. Koin yang bergambarkan cakra yang berisikan
40
Universitas Sumatera Utara
delapan ruji muncul pada masa pemerintahan Raja Alexander Yaneus
(103 - 76 SM).
Di wilayah barat anak benua india, kerajaan Yunani sudah ada di
Baktria (sekarang Afganistan utara) semenjak penaklukan oleh
Alexander yang Agung (326 SM). Raja Baktria Yunani, Demetrius I,
menginvasi India pada tahun 180 SM untuk menunjukan dukungan
mereka terhadap Kekaisaran Maurya dan melindungi para penganut
Buddha dari penindasan kaun Sungga (185 – 73 SM). Salah seorang
raja Yunani India yang termanyur adalah Raja Menander I.
Ekspansi ke Asia.
Di daerah – daerah sebelah timur, Myanmar. Budaya India banyak
mempengaruhi suku bangsa Mon. dikatakan suku Mon mulai masuk
agama Buddha sekitar tahun 200 SM berkat perintah Raja Asoka dari
India, sebelum terjadi pemisahan antara aliran Theravada dan
Mahayana.
Agama Buddha konon dibawa ke Sri Lanka oleh putra Asoka,
Mahinda pada abad ke-2 SM. Mereka berhasil menarik Raja
Devanampiva Tissa untuk masuk agama Buddha. Bahasa Pali mulai
ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani (29 - 27 SM),
dan tradisi Theravada mulai berkembang di sana. Meski aliran Mahayana
kemudian mendapat pengaruh waktu itu, tetapi akhirnya aliran Theravada
yang Berjaya dan Sri Lanka menjadi benteng terakhir aliran Theravada, di
mana aliran ini akan disebarkan lagi ke Asia Tenggara mulai abad ke-11.
Penindasan oleh Dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM)
Dinasti Sungga (185 – 73 SM) didirikan kurang llebih 50 tahun
setelah meninggalnya Raja Asoka. Setelah membunuh raja terakhir
dinasti Maurya, hulubalang tentara Pusyamitra Sungga naik takhta. Ia
adalah seorang Brahma, dan Sungga dikenal karena kebenciannya dan
penindasannya terhadap kaum – kaum Buddha. Dicatat ia telah merusak
Vihara, Stupa Buddha dan sejumlah besar Vihara diubah menjadi Kuil
Hindu.
41
Universitas Sumatera Utara
Berkembangnya Aliran Mahayana (abad ke-1 SM sampai abad ke-2)
Gambar 2.21 : Penyebaran aliran Mahayana antara abad pertama sampai abad ke-10 M
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari abad ke-1 SM
diiringi dengan perubahan kompleks politik di India barat laut. Kerajaankerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi oleh
kaum nomad Indo-Eropa yang berasal dari Asia Tengah, yaitu kaum
Schytia India, dan lalu kaum Yuezhi, yang mendirikan Kekaisaran
Kushan dari kira-kira tahun 12 SM.
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat
Buddha kemudian dibuka oleh maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun
100 Masehi di Jalandhar atau di Kashmir. Peristiwa ini seringkali
diasosiasikan dengan munculnya aliran Mahayana secara resmi dan
pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada. Mazhab Theravada tidak
mengakui keabsahan konsili ini dan seringkali menyebutnya "konsili
rahib bidaah".
Konon Kanishka mengumpulkan 500 bhiksu di Kashmir, yang
dikepalai oleh Vasumitra, untuk menyunting Tripitaka dan memberikan
komentar. Maka konon pada konsili ini telah dihasilkan 300.000 bait dan
lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini memerlukan waktu 12 tahun untuk
diselesaikan.
Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli (Tipitaka).
Sebaliknya, sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsipprinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini,
biasanya dalam bahasa Gandhari dan aksara Kharosthi kemudian ditulis
ulang dalam bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa klasik. Bagi
42
Universitas Sumatera Utara
banyak pakar hal ini merupakan titik balik penting dalam penyebaran
pemikiran Buddha.
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang
mirip dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada
di belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar
Buddha dan seyogyanya bercita-cita meraih "Kebuddhaan". Ada pula
sinkretisme keagamaan terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang
berada di India bagian barat laut dan Kekaisaran Kushan.
Kelahiran Kembali Theravada ke-11 sampai sekarang.
Gambar 2.22 : Peta penyebaran aliran Theravada ke Asia
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh
Serbuan Islam dan menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia
Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka
arah perjalanan laut langsung di antara Timur Tengah lewat Sri Lanka
dan ke China terjadi, menyebabkan dipeluknya kembali aliran Theravada.
Pali kanon lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar abah ke-11.
Raja Anawrahta (1044 -1077), pendiri sejarah kekaisaran Birma,
mempersatukan Negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai
membangun ribuan candi Buddha Pangan (antara abad 11 - 13 M) dan
sekitar 2.000 candi di antaranya masih berdiri, kekuasaan orang Birma
surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota
Pangan oleh orang Mongolia pada 1287, tetapi aliran Buddha Theravada
masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai sekarang.
43
Universitas Sumatera Utara
Di daratan Asia Tenggara, Theravada harus menyebar ke Laos dan
Kamboja pada abad ke-13. Tetapi, mulai abad ke-14, di daerah – daerah
ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh Islam ternyata lebih
kuat, mengembang ke Malaysia, Indonesia, hingga ke selatan Filipina.
Kerajaan Khmer (abad 9 – 13 M)
Dari abad ke-9 sampai abad ke-13, aliran Mahayana dan kerajaan
Khemer Hindu menguasai bagian terbesar semenanjung Asia Tenggara.
Di bawah Khmer, lebih dari 900 candi dibangun di Kamboja dan di
Negara tetangga Thailand. Angkor dengan komplek candid an pengaturan
perkotaan dapat menyangga sekitar satu juta orang penduduk perkotaan.
Raja Khmer yang istimewa, Jayavarman VII (1181 – 1219), membangun
bangunan terbesar Buddha di Bayon dan Angkor Thom. Mengikuti
hancurnya Buddhisme di India daratan selama abad ke-11, Mahayana
ditolak di Asia Tenggara, diganti dengan Theravada dari Sri Lanka.
- Perkembangan Agama Buddha dI Indonesia
Awal Mula Agama Buddha Masuk ke Indonesia
Cerita rakyat Aji Saka melawan Dewata Cengkar, menceritakan
bahwa perang dasyat Dharma melawan kejahatan. Dalam bahasa Kawi,
Aji Sakya berarti ilmu kitab suci Sakya dan Dewata Cengkar berarti
Dewa Jahat. Cerita rakyat ini telah merakyat di Jawa Tengah.
Penanggalan tahun Saka (tahun Jawa) dimulai tanggal 0001 (Nir
Wuk Tanpa Jalu : kosong-tidak jadi-tanpa-1) di mana penaggalan ini
sama dengan tanggal 14 Maret 78 masehi. Sehingga banyak yang
mengatakan bahwa kedatangan Aji Saka merupakan awal masuknya
Agama Buddha di Indonesia yaitu abad I jauh sebelum candi Borobudur
didirikan.
44
Universitas Sumatera Utara
Zaman Sriwijaya
Sriwijaya berada di pulau
Sumatera dan didirikan sekitar
abad ke-7 dan dapat bertahan
lama
hingga
tahun
1377.
Sriwijaya bukan saja termansyur
karena
kekuatan
perangnya,
angkatan
melainkan
juga
karena merupakan pusat ilmu dan
Gambar 2.23 : Peta pengaruh Sriwijaya di abad ke-10
kebudayaan Buddha. Di sana
terdapat banyak
vihara yang
dihuni oleh ribuan bhikkhu. Pada perguruan tinggi agama Buddha di
Sriwijaya orang dapat mengikuti kuliah selain Agama Buddha, juga
kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Indonesia kuno. Pada waktu
itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama Buddha di Asia Tenggara.
Tentang Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diceritakan oleh ITsing, seorang sarjana asal tiongkok. Tahun 672 ia bertolak untuk
berziarah ke tempat – tempat suci Agama Buddha di India. Waktu pulang
dalam tahun 685 ia singgah di Sriwijaya dan tinggal di sana sampai 10
tahun lamanya untuk mempelajari dan menyalin buku – buku suci Agama
Buddha dalam bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa.
Zaman Mataram
Pada tahun 775 hingga tahun
850 di Yogyakarta berkuasa raja – raja
dari
Wangsa
Syailendra
yang
memeluk Agama Buddha. Zaman ini
adalah zaman ilmu pengetahuan dan
kesenian Agama Buddha mencapai
Gambar 2.24. : peta jejak – jejak kerajaan Mataram
taraf mutu yang sangat tinggi terutama
seni pahat. Ini terbukti dari catatan – catatan Fa – Hien asal Tiongkok
yang dating ke pulau Jawa. Pada waktu itu seniman – seniman bangsa
45
Universitas Sumatera Utara
Indonesia menghasilkan karya – karya yang mengagumkan. Hingga
sekarang pun masih dapat kita saksikan bertapa indahnya candi – candi
yang mereka bangun sebagai persembahan kepada Buddha, misalnya :
candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Pawon, dan Candi
Mendut
.
Zaman Majapahit
Gambar 2.25. : Peta kekuasaan Kerajaan Majapahit
Di dalam masa pemerintahan raja – raja Majapahit (tahun 1292 –
1476). Agama Buddha berkembang dengan baik bersama – sama dengan
Agama Hindu. Toleransi (saling menghargai) di bidang keagamaan dijaga
dengan baik, sehingga pertentangan agama tidak pernah terjadi. Di waktu
pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Seorang pujangga terkenal, Mpu
Tantular menulis sebuah buku yang berjudul Sutasoma, dimana di
dalamnya terdapat kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang kini dijadikan
slogan Negara Repubrik Indonesia yang mengartikan meskipun berbeda –
beda tetapi tetap satu kesatuan. Setelah majapahit runtuh pada tahun
1478, maka berangsur – angsur Agama Buddha dan Agama Hindu
digeser kedudukannya oleh Agama Islam.
46
Universitas Sumatera Utara
Kebangkitan Kembali Agama Buddha di Indonesia
Agama Buddha mulai bangkit kembali di pulau Jawa dengan
datangnya Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun
1934. Selama berada di pulau Jawa, Bhikkhu Narada Thera memberikan
khotbah – khotbah dan Dharma di beberapa tempat yang ditandai
pemberkatan penanaman pohon Bodhi di perkarangan candi Borobudur
sekaligus membantu pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan
Agama Buddha yang pertama) di Bogor dan Jakarta dengan menjalin
kerjasama erat dengan bhikshu – bhikshundari kelenteng – kelenteng dan
perkumpulan Theosofi Indonesia di Jakarta, Bogor, Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Beliau kemudian melantik upasaka- upasaka dan upasika –
upasika di tempat – tempat yang beliau kunjungi. Salah satunya adalah
Maha Upasaka S. Mangunkowotjo di Yogyakarta, seorang tokoh Buddhis
dan anggota MPR di Jawa Tengah.
Pada tanggal 22 Mei 1953 (Waisak 2497), umat Buddha bersama
Perkumpulan Theosofi Indonesia merayakan upacara waisak yang
dipimpin oleh Anagarika Tee Boan An di Candi Borobudur. Dengan
demikian, api Buddha Dharma menyala kembali di Indonesia. Hingga
sekarang, Agama Buddha telah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
dengan peringkat ketiga penganut agama di Indonesia setelah Agama
Islam dan Agama Kristen.
II.1.3. Interpretasi Judul
Proyek Museum Buddhis ini merupakan sebuah bangunan dengan tipologi
museum dan memiliki beberapa area pendukung. Dimana fungsi area pendukung
masih sejalan dengan fungsi utama sebagai edukatif dan rekreatif. Untuk fungsi utama
sebagai museum dimana berfungsi untuk memperoleh, menyimpan, mengoleksi,
merawat , memamerkan dan mengkomunikasikan barang – barang bersejarah Agama
Buddha dan perkembangan Agama Buddha kepada masyarakat umum sebagai objek
studi dan juga objek rekreasi. Sedangkan untuk area pendukungnya berfungsi
menunjang fungsi utama bangunan sebagai daerah edukatif, dimana di dalamnya
direncanakan untuk ditambah fungsi perpustakaan Buddhis, area pertokoan barang
47
Universitas Sumatera Utara
Buddhis, restoran . cafeteria Vegetarian, ruang serba guna untuk pertunjukan Muda –
mudi, serta area meditasi sebagai tempat pelatihan bagi umat awam untuk
menenangkan batin.
II.2. Tinjauan Khusus
II.2.1. Objek Pameran
Objek yang dipamerkan dalam museum bertujuan untuk memperkenalkan
sejarah Buddha serta ajaran – ajaran Buddha kepada masyarakat umum agar dapat
menerima dan lebih mengenal Buddha Dharma lebih dalam. Objek pameran yang
direncanakan untuk dipajang di museum, antara lain :
•
Relik - relik
Relik merupakan sisa kremasi
dari orang yang sudah meninggal
dunia. Relic merupakan salah satu
benda suci peninggalan Buddha
setelah beliau maha parinibbana.
Setelah
Sang
Buddha
maha
parinibbana, Beliau dikremasi dan
Gambar 2.26. : beberapa jenis Relik Buddha
sisa kremasi berupa relik disimpan
dan dibawa ke Sri Lanka. Dari Sri Lanka relik Buddha mulai menyebar ke seluruh
dunia.
•
Benda peninggalan Buddha.
Maksudnya
adalah
benta
peninggalan pada zaman Buddha
maupun pada saat perkembagan
Agama
Buddha
di
dunia
dan
Indonesia. baik berupa prasasti, koin
Gambar 2.27. : Koin emas Kekaisaran Kushan dengan
sebuah lukisan Helenistik Buddha, dan kata "Boddo"
dalam huruf Yunani.
masa itu dan sisa - sisa peradaban.
48
Universitas Sumatera Utara
•
Kitab suci Tripitaka
Kitab
suci
yang
dipamerkan
merupakan kitab suci agama Buddha yaitu
Tripitaka. Tipitaka terdiri dari 3 kitab
(piṭaka ), yaitu : Vinaya Pitaka, yang
berisikan
Gambar 2.28. : Contoh Kitab suci Tipitaka
tata-tertib
bagi
para
bhikkhu/bhikkhuni, Sutta Pitaka, yang
berisikan khotbah-khotbah Sang Buddha, dan Abhidhamma Pitaka, yang berisikan
Ajaran tentang metafisika dan ilmu kejiwaan. Baik itu dari bahasa sansekerta /
pali maupun bahasa mandarin.
•
Arca / Rupang Buddha
Arca atau rupang Buddha merupakan simbol
dari penghormatan kepada Sang Buddha yang sudah
Pari-Nibbana. Dalam Agama Buddha ada banyak
Buddha, Bodhisatva dan Dewa, semua wujud dari
Buddha tersebut disimbolkan dalam bentuk rupang.
Dalam museum direncanankan rupang Buddha yang
akan dipamerkan adalah rupang Buddha yang
umumnya dalam Ajaran Buddha Mahayana.
Gambar 2.29. : arca / rupang Buddha
•
Gambar / lukisan
Gambar yang dipamerkan dapat berupa hasil karya
dari seniman dalam negri maupun luar negri. Baik itu
gambar relig (3 dimensi) maupun yang 2 dimensi, yang
menceritakan kehidupan Sang Buddha dari Beliau lahir
hingga mencapai penerangan Sempurna.
Gambar 2.30. : Lukisan Sang Buddha
49
Universitas Sumatera Utara
•
Simbol – simbol Buddha
Dalam Agama Buddha ada banyak
simbol yang memiliki nilai religius. Simbol –
simbol tersebut memiliki arti tersendiri pada
tiap
bentuk
yang
disajikan,
bagi
yang
melihatnya simbol ini terkesan bercerita,
contoh salah satu simbol adalah Delapan
Gambar 2.31. : Delapan Simbol Kebahagiaan
Simbol
Kebahagiaan
(Eight
Auspicious
Symbol). Dimana di dalamnya terdiri dari
delapan simbol yang sering digunakan dalam Agama Buddha.
•
Kaligrafi
Kaligrafi banyak dikenal setelah Agama Buddha
masuk ke daratan Cina. Di Negara Cina, agama Buddha
berkembang sejalan dengan kebudayaan Cina, sehingga di
Negara
Cina
Agama
Buddha
banyak
mengalami
perubahan. Baik dalam hal ajarannya maupun dalam hal
seni dan kebudayaan Buddha. Kaligrafi mulai dan muncul
dari Negara cina. Dimana dalam Agama Buddha kaligrafi
digunakan untuk melukis mantra / sutra Buddha.
Gambar 2.32. : contoh kaligrafi
•
Foto - foto dan miniature komplek Vihara Fo Guang Shan, Taiwan
Fo Guang Shan merupakan
komplek vihara induk dari
perkumpulan
BLIA
(Buddha’s
Light
Internasional
Associaton).
Dimana komplek vihara ini
sangat luas dan memiliki
Gambar 2.33. : peta komplek Vihara Fo Guang Shan
fasilitas yang sangat lengkap
untuk penyebaran agama Buddha. Baik itu, vihara, museum Buddhis, Universitas
50
Universitas Sumatera Utara
Buddhis, Restoran Vegetarian, tempat penginapan bagi tamu Fo Guang Shan juga
tersedia.
•
Gambar – gambar dan hasil karya BLIA YAD
Vihara Dharma Shanti – Berastagi sebagai rumah
besar bagi BLIA YAD (Buddha’s Light Internasional
Association Young Adult Division). Dimana BLIA YAD
sering mengadakan kegiatan muda – mudi di dalam
vihara dan sejalan dengan perkembangan vihara Dharma
SHanti yng ingin menyimpan dan memperkenalkan
BLIA YAD ke masyarakat luas.
Gambar : acara yang diselenggarakan BLIA YAD
II.2.2. Sistem Pameran
Beberapa sistem pameran diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu
•
Pameran tetap
Pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang – kurangnya 5 tahun
atau selamanya sesuai dengan rencana dari pihak museum dan kepentingan benda
koleksi dalam museum.
•
Pameran tidak tetap (temporer)
Pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan acara
yang diselenggarakan dalam museum. Objek pameran sesuai dengan tema acara
pameran yang diselenggarakan.
•
Pameran audio visual
Pameran yang diselenggarakan dalam ruangan khusus. Objek pameran
ditampilkan dengan menggunakan projector pada layar besar. Objek pameran
dapat berupa slide foto – foto Buddhis dan filim – film Buddhis.
•
Pameran keliling
Pameran yang diselenggarakan diluar dari komplek museum yaitu di tempat yang
dianggap pantas karena diundang maupun dalam rangka penyebaran Buddha
Dharma.
51
Universitas Sumatera Utara
Sistem pameran berdasarkan system penyajian objek pameran dibagi atas :
•
Berdasarkan kronologis dan perkembangan masa ke masa
Contoh : cerita sejarah perkembangan Agama Buddha dan catatan – catatan
sejarah
•
Berdasarkan funsi objek pameran
Contoh :symbol – symbol Buddhis, model / miniature vihara, dan tanaman
Buddhis
•
Berdasarkan jenis objek pameran
Contoh : Rupang / arca Buddha, kitab suci Tripitaka, kaligrafi, gambar – gambar
dan lukisan Buddha, foto – foto kegiatan BLIA YAD.
•
Berdasarkan materi objek pameran
Contoh : relik – relik Buddha, prasasti peninggalan peradaban Buddha, dan
tanaman Buddhis
•
Berdasarkan asal – usul objeka pameran
Contoh : situs – situs peninggalan Buddha, benda – benda peninggalan anggota
Sangha.
II.2.3. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang disediakan tidak keluar dari fungsi utama Museum
Buddhis dan hanya berfungsi untuk menunjang dungsi utama museum sebagai tempat
pembelajaran. Di mana fasilitas pendukung yang disediakan harus sejalan dengan
aliran Mahayana. Adapun beberapa fasilitas yang disediakan antara lain :
•
Perpustakaan Buddhis
Perpustakaan
Buddhis
dimana ruangan berisi buku – buku
baik dalam bahasa Mandarin, Bahasa
Inggris
dan
bahasa
Indonesia
meliputi berbagai aspek Buddhisme,
termasuk teks – teks Kitab Suci,
doktrin,
filsafat,
pengabdian,
seni
etika,
meditasi,
dan
arsitektur
Gambar 2.35. : perpustakaan Buddhis
Buddhis.
52
Universitas Sumatera Utara
•
Restoran / cafeteria Vegeratian
Restoran
Vegetarian
cafeteria
bertujuan
memperkenalkan
umat
/
umum
untuk
dan
mengajak
pada
makanan
vegetarian yang sehat dan enak.
Selain itu, juga diusahakan agar
pengunjung
dapat
menikmati
suasana museum lebih lama dalam
Gambar 2.36. : Restoran vegetarian
bangunan jika tersedia tempat duduk dan bersantai.
•
Ruang serba guna
Ruang serba guna berfungsi
untuk menampung semua kegiatan
selain kegiatan pameran. Kegiatan
yang
ditampung
dapat
berupa
kegiatan BLIA YAD, kegiatan
pertunjukan yang berkaitan dengan
barang
pameran
dan
kegiatan
lainnya di luar kegiatan museum.
Gambar 2.37 : ruang serba guna
•
Area meditasi
Dalam praktek Buddhis meditasi merupakan
salah satu dari Delapan Jalan Tengah (Attha Arya
Magga). Area meditasi disediakan bagi umat umum
untuk memnenangkan batin mereka, serta melepaskan
beban kehidupan. Area meditasi harus tenang dan
sejuk agar orang dapat tenang dalam bermeditasi baik
itu terletak di outdoor maupun pada area indoor.
Gambar 2.38 : outdoor meditation
53
Universitas Sumatera Utara
•
Area pertokoan Buddhis
Toko
–
toko
Buddhis
merupakan
area
kormersial yang menjual berbagai alat – alat dan
perlengkapan Buddhis meliputi, arca / rupang Buddha,
replika barang yang dipamerkan dalam museum, tasbih
Buddhis, CD mantra / lagu Buddhis, aksesoris Buddhis
dan lainnya yang berhubungan dengan Buddha.
Gambar 2.39 : Retail Buddhist
•
Tempat tinggal / kuti
tempat tinggal / kuti diperuntukkan untuk
orang jompo yang tidak memiliki keluarga untuk
menenangkan diri dan menghabiskan sisa hidup
mereka
untuk
melatih
diri
dan
menjadi
sukarelawan di vihara. Tempat tinggal / kuti ini
hanya untuk umat Buddha dan tdak semua orang
Gambar 2.40 : kuti / tempat tinggal
jompo akan ditampung di sini.
II.3. Studi Lokasi
II.3.1. Kriteria Lokasi Museum
Kriteria pemilihan lokasi untuk museum menurut Brian Hall dalam “The
Manual of Museum Planning”, masalah penyelesaian tapak harus mengikuti
criteria tapak utama, yaitu :
-
Kriteria tapak untuk kepedulian atas koleksi, meliputi faktor – faktor sebagai
berikut:
•
Keamanan
o Fisik dinding yang tidak mudah dimasuki dengan mudah, setiap
bukaan untuk enterance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol.
o Pintu keluar masuk harus dibatasi.
o Tersedia pintu keluar darurat.
o Alarm yang dihubungkan dengan pos sekuriti bangunan.
54
Universitas Sumatera Utara
o Perlindungan terhadap bahaya kebakaran.
•
Lingkungan
o Lingkungan harus aman dan tertata rapi.
•
Konservasi
o Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan polusi tinggi, karena akan
membuat biaya operasional dan maintance menjadi mahal untuk
pengkondisi dan penyaringan udara.
•
Ruang Ekspansi (perluasan)
o Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal.
o Taman untuk ekspansi pada masa yang akan dating dilihat dari
pertumbuhan kolesi museum.
•
Loading area
o Tersedia ruang untuk troly / mobil barang (misalnya 15m), da cukup
untuk maneuver kendaraan tersebut.
o Tersedia juga loading area untuk fungsi lain seperti restaurant maupun
retail.
•
Ruang Luar
o Courtyard atau taman patung sebagai titik awal tempat istirahat bagi
pengunjung, dapat juga sebagai ruang pameran terbuka.
-
Kriteria untuk akses publik, meliputi faktor sebagai berikut:
•
Pencapaian
o Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi dan angkutan umum
dan tersedia jalur bagi pejalan kaki.
•
Parkir
o Tersedia parkir untuk pengunjung dan sevis.
o Dapat memanfaatkan lahan parkir umum apabila jumlah pengunjung
melebihi kapasitas.
o Mudahnya enterance, jalan keluar bagi kendaraan.
•
Kemudahan dilihat (visibility)
55
Universitas Sumatera Utara
o Sebaiknya tapak berada dekat simpang / sudut jalan utama (daripada di
tengah – tengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk
menarik donor dan dana masyarakat.
o Dapat menimbulkan image, memberi image, memberi impresi besar /
agung misalnya dengan bukaan, ataupun image kormersial.
•
Sinergi dengan Institusi lain
o Berdekatan dengan intitusi penunjang ataupun bangunan yang
berkaitan untuk mendukung museum.
o Umumnya
museum
menghidupi
/
mengelola
sendiri
dengan
menyediakan sarana penjualan makanan dan servis lainnya yang
berhubungan.
•
Ketentuan Khusus
o Tersedia parkir khusus untuk penyandang cacat, yaitu dekat dengan
pintu utama.
o Jalan ke bangunan dengan memakai ramp.
o Penataan titik penurunan antara tapak dengan jalan.
56
Universitas Sumatera Utara
II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis
II.5.1. Museum Buddhist Indonesia
Luasan tapak :
Pemilik
: Sangha Agung Indonesia
Pendanaan
: Swasta
Arsitek
: Andy,S.T
Gambar 2.41. : Museum Buddhis Indonesia
Museum Buddhis Indonesia dibagi menjadi bangunan utama dan area fasilitas
pendukung.dengan luas tapak mencapai + 2,8 Ha. Bangunan utamanya berfungsi
sebagai museum yaitu memperoleh, menyimpan, mengoleksi, merawat, memamerkan
dan menkomunikasikan barang –
barang
bersejarah Agama Buddha dan
perkembangannya kepada masyarakat umum baik sebagai objek studi maupun
sebagai objek rekreasi.
Ruang inti dalam museum akan mewadahi berbagai benda – benda penting seperti
relik-relik orang suci, Area kitab suci Tripitaka, area peta perkembangan dan situs
Buddhis, area model – model Vihara, area alat – alat kebaktian, area kebutuhan
Sangha, area Arca / rupang Buddha, area lukisan dan kaligrafi, area display foto –
foto dan film dokumentasi peristiwa sejarah, area benda – benda simbolik, area
tanaman khas Buddhis, hingga area benda – benda yang bernilai sejarah, seni dan
pengetahuan Buddhis lainnya. Sedangkan fasilitas pendukung pada Museum Buddhis
Indonesia ditujukan sebagai fungsi tambahan seperti area Sangha, perpustakaan, retail
dan workshop souvenir, ruang – ruang untuk kegiatan muda – mudi, ruang
audiovisual, kafe Buddhis dan taman meditasi
Dalam perancanagan Museum Buddhis Indonesia ini, menggunkan simbol – simbol
Agama Buddha ssebagai pendekatan dalam perancangan. Berangkat dari hal tersebut,
tema rancanganmenerapkan konsep sombolik melalui fungsional, struktural, dan
estetika arsitektur yang mengkomunikasikannya kepada manusia dan lingkungan.
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.42. : Konsep zoning Blokplan
Konsep dasar zoning blokplan dibagi atas
beberapa zoning yang berdasarkan
interpretasi terhadap tingkatan keadaan
mulai dari keadaan berbentuk seperti
duniawi luar, relizius (sadar), dan proses
pembelajaran, hingga tanpa bentuk dan
nirvana atau tingkat penerangan sempurna.
Sebagaimana hirarki Buddhis yang
menggambarkan tidak teratur menjadi
teratur, kerumitan menjadi bersahaja, dan
ketamakan menjadi kekosongan.
Penataan massa bangunan ini dilakukan
berdasarkan
pendekatan
interpretasi
segidelapan yang berasal dari Dharma Cakra
sebagai pembentuk gugusan massa dan
sirkulasi bangunan utama. Dharma Cakra
adalah simbol ajaran pertama Sang Buddha,
ajaran yang menyatukan umat Buddhis yang
terhimpun dalam Buddhayana. Massa tersebut
mewadahi berbagai kegiatan dalam bangunan
terdiri atas massa Tantrayana, massa
GGambar 2.43. : konsep massa bangunan
Theravada dan massa Mahayana
Untuk zoning dan sirkulasi dari lantai tipikal,
sirkulasi pengunjung tiap lantai diusahakan
kontinu sesuai dengan arah perputaran
Swastika agar seluruh zona dapat dilewati
dengan tertib dan nyaman. Tiap zona
dihubungkan area peralihan sebagai area
istirahat dengan lobi dan toilet berada di ujung
sirkulasi.
Tiap
lantai
nantinya akan
dihubungkan tangga manual dengan besaran
yang disesuaikan kapasitas maksimum
pengunjung.
Gambar 2.44 : konsep sirkulasi lantai tipikal
58
Universitas Sumatera Utara
II.2.2. Museum Buddhist, Fo Guang Shan Temple
Buddhist museum of
Fo Guang Shan berada pi
dalam komplek fo Guang
Shan temple yang berlokasi
di
Gau
Shiong,
Taiwan.
Bangunan museum ini selesai
dibangun pada bulan January
1983
dan
memiliki
luas
sebesar 2650 meter persegi,
awalnya
Gambar 2.45. : Buddhist Museum, Fo Guang Shan Temple
gedung
ini
dinamakan Buddhist Cultural
Museum, tetapi kemudian diganti namanya menjadi Fo Guang Shan museum pada
tahun 2002. Museum ini merupakan satu-satunya museum di Taiwan yang
berkhususkan hal-hal tentang Buddha.
Pendiri Fo guang Shan Ven. Master Hsing Yun merasa bahwa perlu adanya
pembangunan terus-menerus yang sesuai zaman. Dalam rangka untuk meningkatkan
standar kehidupan manusia dan memberikan kesempatan bagi pengunjung ke vihara
untuk menikmati dan menghargai seni dan artefak Buddha dalam suatu lingkup
agama dan seni. Dengan demikian, Fo Guang Shan Museum dibangun, serta
menyebarkan Buddha Dharma. Hal ini memungkinkan setiap orang untuk
meningkatkan pengetahuan mereka tentang kebudayaan Buddha dan berusaha untuk
menghargsi suatu karya seni.
Bagian luar museum adalah berbentuk huruf U, dan terdiri dari unsur-unsur
dari Gua Dunhuang dan biara Cina tradisional dan arsitektur candi. Di depan Museum
adalah 'bulan mezbah', dengan tiga setengah lingkaran cincin yang melambangkan
alam semesta tiga kali lipat. Gajah, burung bangau dan bunga teratai juga
melambangkan kelengkapan dan kesempurnaan, keadaan nirwana.
Di dalam museum, yang disebut 'Dunia Avatamsaka ini dirancang atas
prinsip-prinsip dari Avatamsaka Sutra, bahwa gunung besar mungkin terkandung
dalam biji sawi, dan bahwa biji sawi bisa mengisi gunung yang besar. Keempat
dinding layar ini terus terang mirror, membawa pemandangan overlaying refleksi. Ini
59
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan tak terhingga dari Alam Padmagarbha, dalam harmoni dan
interpenetrasi terhalangi. Semesta simbolis ini mengandung banyak atom, di masingmasing orang dapat melihat seluruh alam semesta, dengan cahaya tak terbatas dan tak
terhitung banyaknya Buddha. Ini adalah salah satu fitur khusus dari galeri
Bagian yang paling penting dari item permanen dipamerkan di galeri antara
lain: seni gua Buddha, yang 2500 tahun sejarah Buddhis, reliik Buddha, Fo Guang
Galeri Seni, Pameran Budaya Buddhis, Tiga-seribu kali lipat Universe, model Kuil
Buddha, lukisan dan patung-patung, artefak, tulisan suci dan perlengkapan
keagamaan. Semua ini adalah untuk menunjukkan prinsip-prinsip ajaran Buddha,
untuk membiarkan setiap orang memiliki pemahaman tentang isi dan asal-usul budaya
Buddha. Museum Buddha juga mengadakan berbagai pameran dan menampilkan bila
tersedia, semua untuk tujuan menempatkan seni dan budaya Buddha dalam praktek.
II.2.3. Moga Buddhist Museum
Moga Buddha Museum
ini
didirikan
mengembangkan
untuk
seni
pertukangan tradisional korea
dan seni Buddha. Museum ini
telah berkomitmen untuk bisnis
budaya sebagai museum pribadi
profesional
sejak
upacara
percandian
Triad
Maitreya
Grand patung pameran di luar
situs pada bulan Juni 1994.
Museum
Gambar 2.46. : Moga Buddhist Museum
memegang
budaya
Buddhis tradisional kelas dan
pameran
tahunan
untuk
pengembangan budaya Korea. Ini juga memperkenalkan bahan Buddha Korea dan
data yang tak ternilai woodworking kerajinan kepada publik. Ini memiliki banyak
proyek direncanakan untuk mengembalikan seni tradisional Korea.
60
Universitas Sumatera Utara
Banyak karya seni Buddhis yang
terbuat dari kayu dipamerkan di sini, satusatunya salah satu jenis di Korea. Tujuan
dari museum ini adalah dalam Buddhisme
mewarisi seni dan pengetahuan. Mog-yang
berarti tunas pohon. Juga merupakan nama
pena Park Chansoo (Intangible Budaya
Treasure # 108), seorang artis Buddha.
Gambar 2.47. : Interior dari Moga Buddhist
berisi dasar Bagan Peninggalan House, Buddhisme Budaya Sekolah, Tempat Pameran
Outdoor, Outdoor Pernikahan Place, teh tradisional toko dan restoran, dan tempat
ibadah. Hal tersebut merupakan suatu tempat bagi budaya Buddha.
61
Universitas Sumatera Utara
Download