PENINGKATAN PRODUKSI LISTRIK SEL BAHAN

advertisement
PENINGKATAN PRODUKSI LISTRIK SEL BAHAN BAKAR
MIKROBA DENGAN PENGHILANGAN
rpoS DARI Escherichia coli
ANISA NURUL ROSNADIA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peningkatan Produksi
Listrik Sel Bahan Bakar Mikroba dengan Penghilangan rpoS dari Escherichia coli
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Anisa Nurul Rosnadia
NIM F34110016
ABSTRAK
ANISA NURUL ROSNADIA. F34110016. Peningkatan Produksi Listrik Sel
Bahan Bakar Mikroba dengan Penghilangan rpoS dari Escherichia coli. Dibimbing
oleh PRAYOGA SURYADARMA
Sel bahan bakar mikroba (Microbial Fuel Cell disingkat MFC) merupakan
salah satu alternatif produksi listrik yang memanfaatkan mikroba untuk mengubah
energi kimia dalam biomassa menjadi listrik. Nikotinamida Adenosin Dinukleotida
Hidrogen (NADH), produk metabolisme karbon pusat dan asam nukleat,
merupakan komponen utama dalam pembentukan sistem MFC. Peningkatan
NADH dilakukan dengan menghilangkan rpoS dan menigkatkan putaran pada
kultivasi Escherichia coli untuk merekayasa metabolisme. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan pengaruh penghilangan rpoS pada E. coli dan putaran kultur
bergoyang terhadap peningkatan listrik MFC. E.coli dikutivasi dalam kondisi
aerobik pada media Luria Bertani yang diperkaya glukosa. Pengukuran tegangan
dilakukan di akhir fase stasioner, yakni kultivasi jam ke-24. Tegangan listrik yang
dihasilkan E. coli yakni 7.25 mV. Sementara, produksi listrik oleh E. coli yang
kehilangan gen rpoS meningkat signifikan, 1.5 kali lipat dari sel induk, yakni 10.25
mV. Peningkatan produksi listrik lebih jauh, yakni 2.25 kali lipat dicapai dengan
peningkatan putaran E. coli ∆rpoS, hingga tegangan mencapai 23 mV.
Kata Kunci:
Escherichia coli, gen rpoS, kultivasi aerobik, MFC, NADH,
oksigenasi
ABSTRACT
ANISA NURUL ROSNADIA. F34110016. Enhancement of Electricity Production
in Microbial Fuel Cell by Deleting rpoS of Escherichia coli. Supervised by
PRAYOGA SURYADARMA
Microbial Fuel Cell is one of the alternative electricity production through
conversion of chemical energy in the biomass into electricity by microbes.
Nicotinamide Adenosin Dinucleotide Hydrogen (NADH), carbon metabolism and
nucleic acid metabolism product, is the main component to build the MFC system.
The enhancement of NADH is occurred by deleting rpoS and increasing the rotation
speed of Escherichia coli cultivation. The objective of this research is investigating
the effect of rpoS deletion of E. coli and agitation rate enhancement on electricity
production. E. coli is cultivated aerobically in Luria Bertani glucose enriched
substrate. The voltage of E. coli MFC is measured in the end of stationary phase,
24h. The voltage produced by E. coli is 7.25 mV. The deletion of rpoS enhance the
voltage significantly, until 1.5 times, become 10.25 mV. Further electricity
production, up to 2.25 times, is produced by increasing the agitation rate, and the
voltage become 23 mV.
Keyword: aerobic cultivation, Escherichia coli, MFC, NADH, oxygenation, rpoS
gene
PENINGKATAN PRODUKSI LISTRIK SEL BAHAN BAKAR
MIKROBA DENGAN PENGHILANGAN
rpoS DARI Escherichia coli
ANISA NURUL ROSNADIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri
Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridho dari-Nya skripsi yang berjudul Peningkatan Produksi Listrik Sel Bahan Bakar
Mikroba dengan Penghilangan rpoS dari Escherichia coli berhasil diselesaikan.
Shalawat dan salam pun penulis curahkan pada Nabi Besar Muhammad SAW
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:
1.
Dr. Prayoga Suryadarma, S.TP, MT selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, gemblengan, dan motivasinya.
2.
Seluruh dosen Teknologi Industri Pertanian atas ilmu yang bermanfaat
3.
Seluruh staff dan laboran Teknologi industri Pertanian yang telah banyak
membantu hal-hal administratif dan terlaksananya penelitian .
4.
Rival, Sabroni, kak Fithri, kak Indra, dan kak Wahyu selaku rekan kerja
selama penelitian.
Seluruh teman, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lain yang telah banyak
5.
membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberi
kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan
agroindustri di Indonesia
Bogor, April 2016
Anisa Nurul Rosnadia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Hipotesis
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODOLOGI
Bahan
Alat
Tahapan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh NADH terhadap Tegangan Listrik MFC
Pengaruh Perbedaan Lama Kultivasi Anolit terhadap Perbedaan Produksi
Tegangan Listrik
Perubahan Produksi Tegangan Listrik akibat Penghilangan rpoS dan
Peningkatan Laju Oksigenasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
2
3
3
3
4
4
4
5
6
6
7
9
13
13
13
14
16
20
DAFTAR TABEL
1 Ringkasan analisis bobot sel kering, tegangan spesifik, konsumsi glukosa, piruvat,
dan asetat larutan anolit kultur E. coli dan E. coli ∆rpoS
10
DAFTAR GAMBAR
1 Ilustrasi pembentukan listrik dalam Microbial Fuel Cell
2 Produksi tegangan listrik MFC pada perbedaan konsentrasi NADH dalam larutan
anolit
3 Produksi tegangan listrik dari larutan anolit pada perbedaan lama kultivasi E. coli
BW 25113
4 Jalur pusat metabolisme karbon Escherichia coli pada kondisi aerobik
1
7
8
9
5 Pengaruh penghilangan rpoS dan peningkatan oksigenasi pada anolit kultur E. coli
kultivasi selama 24 jam terhadap produksi tegangan listrik
10
6 Metabolisme (a) karbon pusat (b) jalur de novo sintesis pirimidin (c) jalur de novo
degradasi pirimidin
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pembuatan larutan NADH
2 Prosedur pembuatan rangkaian listrik MFC
3 Prosedur pembuatan stok gliserol
4 Prosedur prakultivasi
5 Prosedur kultivasi
6 Prosedur analisis bobot sel kering
7 Prosedur analisis glukosa sisa
8 Prosedur analisis asam organik
16
16
16
17
17
17
17
18
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era modern ini, energi listrik telah menjadi kebutuhan primer bagi
manusia. Permintaan tenaga listrik dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
dengan pertumbuhan rata-rata 10.1 % per tahun (Kementrian ESDM 2015). Di sisi
lain, produksi sumber energi listrik seperti minyak mentah dan batu bara justru
mengalami penurunan. Selain itu, proses produksi listrik dari sumber-sumber
tersebut menghasilkan emisi CO2 yang mengakibatkan efek gas rumah kaca.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari sumber energi alternatif yang
dapat mengatasi kelangkaan sumber energi dan emisi terhadap lingkungan.
Namun, penggunaan beberapa sumber energi alternatif memiliki kekurangan.
Penggunaan nuklir beresiko memberi dampak radiasi dan ledakan besar, energi
surya membutuhkan biaya tinggi dan lahan luas, sementara energi hidro berpotensi
merusak habitat dan efisiensi rendah. Sumber-sumber energi alternatif lain yang
ditemukan berasal dari bahan-bahan organik, dimana mikroba memegang peranan
penting dalam proses konversi energi, antara lain biogas, bioetanol, gas hidrogen,
dan sel bahan bakar mikroba (Microbial Fuel Cell disingkat MFC). Sumber energi
baru yang dibutuhkan untuk menjawab kelangkaan dan masalah lingkungan
haruslah memiliki efisiensi tinggi, dapat diperbaharui, tidak menghasilkan emisi
gas berbahaya, dan tidak membahayakan.
MFC merupakan salah satu alternatif produksi listrik yang kuncinya terletak
pada aktivitas metabolisme mikroba. MFC diaplikasikan dengan penyusunan sel
elektrolisis pada substrat yang mengandung mikroba dan zat lain yang akan
direduksi. Pada MFC, elektron hasil metabolisme akan mengalir melalui anoda
sirkuit terbuka dan ditangkap oleh elektron akseptor pada katoda (Gambar 1).
Proses ini akan menyebabkan perpindahan elektron dari anoda ke katoda (Logan
2007).
˄˄˄
e
O2
glucose
H+
NAD+
MB
e
NADH
MB
CO2
acetate
Gambar 1 Mekanisme produksi listrik dalam Microbial Fuel Cell
2
Keuntungan dari penggunaan MFC yakni tingginya efisiensi untuk
menghasilkan listrik. Pada sumber energi alternatif konvensional seperti gas metan,
bioetanol, dan gas hidrogen, kandungan energi dalam biomassa dan limbah organik
dapat dimanfaatkan dalam bentuk energy carrier seperti cairan (bioetanol) dan gas
(metan dan hidrogen). Pelepasan energi dalam bentuk gas dan cairan efektif jika
bahan tersebut dibakar setelah melalui tahap fermentasi. Sementara pada MFC,
energi yang terdapat pada bahan organik dikonversi langsung menjadi energi tanpa
melalui pembakaran. Konversi untuk melepas energi ke dalam bentuk-bentuk
tersebut menurunkan efisiensi dalam jumlah tinggi. Efisiensi penggunaan bioetanol
yakni sebesar 10 %-25%, biogas sebesar 35 %, gas hidrogen 15 %- 30%, dan MFC
sebesar 100 %. (Rabaey et al. 2005)
Pada awal ditemukannya, MFC terdiri dari dua tabung. Kini berbagai desain
telah dikembangkan menjadi tiga hingga satu tabung. Pada desain dua tabung,
anoda diisi dengan kultur mikroba sementara katoda diisi dengan bahan kimia yang
memiliki potensial tinggi seperti larutan ferisianida. Desain dua tabung memiliki
kekurangan dalam hal efisiensi tempat dan limbah bahan kimia. Kekurangan
tersebut ditutupi dengan dikembangkannya desain satu tabung dimana peran larutan
kimia pada katoda digantikan oleh oksigen di luar tabung. Hal ini dilakukan karena
oksigen memiliki kemampuan yang baik dalam menangkap elektron. Selain itu,
tidak banyak larutan kimia yang digunakan sehingga minim limbah kimia
berbahaya. (Muralidharan et al. 2011)
Berbagai parameter yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kapabilitas
MFC antara lain jalur metabolisme bakteri, efisiensi anoda dan katoda, dan kinerja
Proton Exchange Membrane (PEM). Rekayasa jalur metabolisme dilakukan untuk
meningkatkan konsentrasi NADH di dalam sel bakteri (Rabaey et al. 2005).
Awalnya, bakteri yang digunakan dalam MFC yakni bakteri pereduksi logam.
Bakteri ini memiliki sitokrom-c yang berfungsi sebagai pembawa elektron dan
dapat keluar dari sel (Park 2001). Namun aplikasi ini sulit dikembangkan karena
kurangnya pengetahuan tentang metabolisme bakteri tersebut. Pengembangan
MFC dilakukan dengan memperluas jenis bakteri. McKinlay dan Zeikus (2004)
menyatakan bahwa E. coli dapat digunakan untuk produksi listrik dengan
menggunakan mediator sebagai oksidator NADH dan transpor elektron.
Penggunaan E. coli pada MFC didasari pada kemampuannya untuk hidup baik
maupun tanpa oksigen dan luasnya penggunaan bakteri tersebut dalam rekayasa
genetika sehingga mudah diaplikasikan untuk peningkatan jalur produksi NADH.
Selain itu, E. coli efisien dalam mengonsumsi berbagai sumber karbon sehingga
murah dan mudah digunakan.
Perumusan Masalah
Peningkatan jumlah NADH dalam larutan anolit merupakan hal penting
dalam mengembangkan aplikasi MFC. Nikotinamida Adenosin Dinukleotida
Hidrogen (NADH) merupakan koenzim dalam metabolisme utama seperti
metabolisme karbon pusat, sintesis asam lemak, sintesis steroid, dan sintesis asam
nukleat. Pada metabolisme karbon pusat, NADH diproduksi dari konversi glukosa
di jalur glikolisis dan siklus kreb. Di dalam sel elektrolisis tabung MFC, NADH
dioksidasi hingga terbentuk NADH yang kehilangan proton H+ (NAD+), ion
3
hidrogen, dan elektron. Sejumlah elektron hasil oksidasi akan ditangkap oleh anoda
dan dialirkan menuju katoda untuk dilepas pada zat dengan nilai potensial lebih
tinggi. Aliran elektron dari anoda menuju katoda akan menghasilkan arus listrik.
Pada jalur metabolisme karbon pusat, produksi NADH dapat dioptimalkan
dengan mengatur kultivasi E. coli pada kondisi stres oksigen (Omilusik 2001) dan
menambah konsentrasi karbon pada substrat. Di sisi lain kedua hal tersebut
berimplikasi pada overflow metabolism, perubahan konversi piruvat menjadi asetat
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Sementara itu, pada jalur
metabolisme asam nukleat, NADH dihasilkan di jalur de novo. Oleh karena itu,
dibutuhkan strategi peningkatan NADH dalam sel E. coli tanpa efek samping yang
menurunkan produksi NADH untuk mendapatkan peningkatan listrik pada MFC.
Hipotesis
Peningkatan produksi NADH dalam sel E. coli dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan penghilangan rpoS dari E. coli. Gen rpoS
merupakan gen yang berperan aktif saat E. coli dikultivasi pada kondisi stres dalam
menekan metabolisme di jalur glikolisis, siklus kreb, dan sintesis pirimidin. Selain
itu, rpoS mampu meningkatkan pembentukan asetat.
Penghilangan rpoS
menyebabkan hilangnya dampak rpoS dalam jalur metabolisme sehingga
meningkatkan jalur glikolisis, siklus kreb, dan menekan produksi asetat. Selain itu,
pada metabolisme asam nukleat, peningkatan terjadi pada sintesis pirimidin di jalur
de novo. Jalur glikolisis, siklus kreb, dan sintesis pirimidin merupakan jalur
produksi NADH sehingga peningkatan pada jalur tersebut berimplikasi pada
peningkatan NADH. Jalur pembentukan asetat merupakan konversi piruvat
menjadi asetat sehingga mengurangi laju konversi karbon menuju siklus kreb.
Penekanan produksi asetat menunjukkan peningkatan konversi karbon yang
memasuki siklus kreb sehingga meniingkatkan produksi NADH.
Salah satu kondisi stres yang dapat diberikan pada pertumbuhan E. coli yakni
dengan oksigenasi tinggi. Sehubungan dengan upaya peningkatan NADH, peran
rpoS yang aktif saat oksigenasi tinggi dikonfirmasi melalui peningkatan oksigenasi
pada proses kultivasi E. coli yang telah dihilangkan rpoS-nya. Pengaruh
penghilangan rpoS terhadap peningkatan NADH akan lebih optimal saat diberi
peningkatan stres oksigen.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengaji pengaruh penghilangan rpoS E. coli
terhadap peningkatan produksi tegangan listrik pada MFC sistem tabung tunggal.
Selain itu, bertujuan pula untuk mengaji peningkatan lebih lanjut peningkatan
tegangan listrik MFC akibat peningkatan oksigenasi pada kultivasi E. coli.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai pengaruh penghilangan
rpoS dari E. coli terhadap peningkatan tegangan listrik pada MFC yang digunakan.
4
Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi peningkatan
tegangan listrik akibat peningkatan laju oksigenasi pada kultivasi E. coli.
METODOLOGI
Bahan
Bakteri yang digunakan sebagai induk adalah E.coli BW25113. Sementara
mutan yang digunakan yakni E. coli BW25113 yang telah dihilangkan gen rpoSnya atau disebut E. coli ΔrpoS. Kedua strain didapatkan dari National Bio-resource
Project (NBRP) Jepang. Bahan lain yang digunakan antara lain media prakultivasi,
media dan bahan kultivasi, serta bahan operasi MFC. Media prakultivasi yang
digunakan yakni Luria Bertani (LB) yang terdiri 10 g polypepton, 5 g yeast extract,
dan 10 g natrium klorida per liter aquades. Media kultivasi yang digunakan yakni
LB yang diperkaya glukosa dengan konsentrasi 40 g per liter aquades. Kultivasi
kedua bakteri dilakukan dengan penambahan buffer CaCO3 sebanyak 20 g/L
(Suryadarma et al. 2012).
Saat pengukuran listrik, bahan lain yang dibutuhkan yakni jembatan garam
dan mediator. Jembatan garam yang digunakan dibuat dari bacto agar dengan
konsentrasi 10 % dan KCl 4 % dalam aquades (Nair et al. 2013). Mediator yang
digunakan yakni Methylene Blue (MB) dengan konsentrasi 300µM terhadap hasil
kultivasi dalam tabung MFC (Taskan et al. 2008). Sementara pengukuran listrik
untuk melihat pengaruh NADH terhadap produksi listrik, bahan yang digunakan
yakni glucose kit dengan konsentrasi glukosa 0.5 g dan 1 g per liter aquades.
Bahan yang digunakan untuk analisa glukosa sisa antara lain larutan glukosa
dengan konsentrasi 50 ppm hingga 250 ppm dan larutan DNS yang terdiri dari 5.3
g DNS, 9.9 g NaOH, 153 g potassium tartarat, 3.8 g fenol, dan 4.15 g natrium
metabisulfit dalam 708 ml aquades. Pada analisa bobot sel kering bahan yang
digunakan yakni larutan HC 1M. Sementara pada analisa asam organik, bahan yang
digunakan yakni larutan asam organik dan fase bergerak. Asam organik yang
digunakan antara lain asam asetat dan piruvat dengan konsentrasi 0.5, 1, dan 2 g
per liter aquades. Fase bergerak yang digunakan yakni larutan berpH 2 yang terdiri
atas 99 % NaH2PO4 20 mM dan 1 % ACN.
Alat
Alat yang digunakan untuk prakultivasi dan kultivasi antara lain labu
erlenmeyer 250 ml, buffle flask 250 ml, gelas ukur, gelas piala, mikropipet 1000 µl
dan 100 µl, otoklaf 121oC, clean bench, inkubator bergoyang 200 dan 250 rpm suhu
37oC, timbangan analitik, alumunium foil, sudip, dan pH meter Beckman.
Pada proses pengukuran tegangan MFC, alat-alat yang digunakan antara lain
botol Schott Durant 100 ml, stopper karet yang telah dilubangi, pipa kaca
berdiameter ±1 cm dengan panjang 5 cm, 2 buah grafit masing-masing berdiameter
0.3 cm dan memiliki panjang 5.3 cm dan 7 cm, magnetic stirrer, suntikan 10 ml,
5
kabel tembaga dengan panjang ± 50 cm, resistor 100 Ω dan 1 000 Ω, capit buaya,
dan multimeter.
Sementara pada proses analisa, alat-alat yang dibutuhkan antara lain tabung
ulir, spektrofotometer Hach DR 2500, vortex, mikropipet 1000 µl dan 100 µl,
eppendorf tube, syringe filter 0,2 µm, sentrifugator 10 000 rpm 4oC, HPLC, dan
kolom ZORBAX SB-Aq 883975-914.
Tahapan Penelitian
Penentuan Pengaruh Peningkatan Konsentrasi NADH terhadap Produksi
Listrik MFC
Langkah pertama penentuan pengaruh peningkatan konsentrasi NADH
terhadap produksi listrik MFC yakni penyiapan sampel larutan NADH
dengankonsentrasi 1 g/L dan 2 g/L yang berasal dari glucose kit (F-Kit 716251).
Pembuatan sampel dijelaskan pada Lampiran 1. Sampel dimasukkan ke dalam
tabung MFC dan dilarutkan kembali dengan aquades hingga volume total mencapai
115 ml. Detail pembuatan rangkaian MFC dijelaskan pada Lampiran 2.
Setelah rangkaian listrik dan sampel siap, magnetic stirrer disiapkan.
Multimeter dinyalakan, kemudian ditunggu ±30 detik hingga stabil. Larutan
methylene blue dengan konsentrasi 300 µM terhadap seluruh anolit (Taskan et al.
2008) dimasukkan ke dalam tabung. Saat pertama larutan memasuki sampel, saat
itulah menit ke-0 pengukuran tegangan listrik dilakukan. Pengukuran tegangan
dilakukan tiap menit selama 20 menit (Park et al. 2000).
Penentuan Pengaruh Lama Kultivasi terhadap Produksi Listrik MFC
Pada proses penentuan pengaruh lama kultivasi terhadap produksi listrik,
sampel yang digunakan adalah kultur hasil kultivasi E. coli BW 25113. Penyiapan
sampel dilakukan melalui tiga tahapan, yakni pembuatan stok gliserol, prakultivasi,
dan kultivasi. Pembuatan stok gliserol digunakan untuk menyimpan E. coli yang
akan digunakan dalam penelitian. Gliserol berperan sebagai senyawa krioprotektan
yang dapat mengurangi dampak negatif dari pembekuan (Machmud 2001).
Prosedur pembuatan stok gliserol dijelaskan dalam Lampiran 3. Prakultivasi
dilakukan untuk menyegarkan kembali sel E. coli setelah masa dorman sehingga
dapat tumbuh dengan baik saat dikultivasi. Prosedur prakultivasi dapat dilihat di
Lampiran 4. Berikutnya, yakni kultivasi, dilakukan secara aerobik menggunakan
kultur bergoyang dengan putaran 200 rpm dan suhu 37oC selama 0, 6, 12, 18, dan
24 jam. Detail prosedur kultivasi dapat dilihat di Lampiran 5. Sampel diambil dari
masing-masing lama waktu kultivasi. Setelah itu, sampel dimasukkan ke dalam
tabung dan pengukuran listrik MFC dilakukan.
Penentuan Pengaruh Penghilangan rpoS dan Peningkatan Oksigenasi
terhadap Produksi Listrik MFC
Pada proses penentuan pengaruh penghilangan rpoS dan peningkatan
putaran terhadap produksi listrik, selain E. coli BW 25113, sampel lain yang
digunakan yakni hasil kultivasi E. coli BW 25113 ∆rpoS. Tahap penyiapan sampel
dilakukan sama seperti pada proses penentuan pengaruh lama kultivasi terhadap
produksi listrik, yakni prakultivasi dan kultivasi. Pengaruh penghilangan rpoS
6
dilakukan dengan kultivasi E. coli dengan kultur bergoyang 200 rpm. Sementara
pengaruh peningkatan oksigenasi dilakukan dengan meningkatkan putaran pada
kultivasi E. coli ∆rpoS dari 200 menjadi 250 rpm. Lama waktu kultivasi masingmasing strain yakni 24 jam. Setelah sampel siap, pengukuran tegangan listrik
dilakukan.
Analisis
Pada penelitian, analisis yang dilakukan antara lain bobot sel kering,
glukosa sisa dengan menggunakan DNS, dan asam organik. Sampel diambil setelah
proses kultivasi selesai sebelum pengukuran tegangan listrik. Untuk analisis
glukosa sisa dan asam organik, sampel terlebih dahulu disimpan dalam eppendorf
tube 1.5 ml, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 10 000 rpm dan suhu 4oC selama
2 menit untuk memisahkan supernatan dan pelet. Kemudian, supernatan disaring
menggunakan syringe filter 0.2 µm.
Analisis bobot sel kering dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
E. coli dan langsung dilakukan setelah proses kultivasi. Sampel diukur nilai ODnya menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500 pada absorbansi (λ) 660 nm.
Nilai OD yang diperoleh dikonversi dengan dikalikan 0.36 (Ojima et al. 2012).
Detail analisis bobot sel kering dapat dilihat pada Lampiran 6.
Analisis glukosa sisa dilakukan untuk mengetahui jumlah glukosa yang
dikonsumsi E. coli. Sampel yang telah siap dicampur dengan larutan DNS dan
diukur OD-nya mengguakan spektrofotometer Hach DR 2500. Nilai OD yang
diperoleh kemudian dikonversi menjadi bobot glukosa berdasarkan kurva standar
yang telah dibuat. Prosedur analisis glukosa sisa dan kurva standar dapat dilihat di
Lampiran 7.
Analisis sisa asam organik dilkukan untuk mengetahui jumlah asam-asam
organik yang dihasilkan E.coli selama bermetabolisme. Kolom yang digunakan
yakni kolom ZORBAX SB-Aq 883975-914. Sementara fase bergerak yang
digunakan antara lain NaH2PO4 20 mM, pH2, 1% ACN. Prosedur analisis asam
organik ditunjukkan oleh Lampiran 8.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh NADH terhadap Tegangan Listrik MFC
NADH merupakan koenzim yang melepas elektron dalam rangkaian
metabolisme bakteri untuk menghasilkan energi (Moat et al. 2002). Kemampuan
melepas elektron inilah yang menyebabkan NADH memegang peranan sebagai
pendonor elektron (Alim et al. 2007; Saha et al. 2007). Semakin tinggi konsentrasi
NADH dalam larutan anolit MFC, semakin banyak elektron yang dapat dihasilkan
dan dialirkan dalam sel elektrolisis sehingga tegangan listrik yang dihasilkan
semakin tinggi. Untuk mengawali penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan
yakni konfirmasi pengaruh konsentrasi NADH dalam larutan anolit terhadap
produksi tegangan listrik yang dihasilkan (Gambar 2).
7
14
NADH 1 g/l
Tegangan Listrik (mV)
12
NADH 2 g/l
10
8
6
4
2
0
0
5
10
15
Waktu Pengukuran (menit)
20
Gambar 2 Produksi tegangan listrik MFC pada perbedaan konsentrasi NADH
dalam larutan anolit
Pengukuran tegangan listrik dari dua anolit dengan konsentrasi NADH yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan. Peningkatan konsentrasi NADH
dari 1 ke 2 g/l dalam larutan anolit menyebabkan rata-rata peningkatan 10 kali
tegangan listrik yang dihasilkan pada MFC. Hal ini sesuai dengan teori yang
dinyatakan Park dan Zeikus (2000) bahwa peningkatan konsentrasi NADH dalam
larutan anolit mengakibatkan peningkatan tegangan pada MFC. Hasil tersebut juga
mengonfirmasi bahwa rangkaian MFC yang digunakan dapat dioperasikan sebagai
alat uji pengukuran efektifitas tegangan listrik MFC yang dihasilkan.
Dalam sel E. coli, NADH dihasilkan pada jalur metabolisme utama seperti
metabolisme karbon pusat (Spaans et al. 2015), sintesis asam lemak (Campbell et
al. 2001), sintesis steroid, dan sintesis asam nukleat (Jansen et al. 2014). Pada
metabolisme karbon pusat, NADH diproduksi dari konversi glukosa jalur glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs (Spaans et al. 2015). Pada metabolisme
asam nukleat, NADH dihasilkan di jalur de novo dan salvage. Pada jalur ini, NADH
berperan dalam menjaga keseimbangan redoks dalam produksi basa pirimidin
(Jansen et al. 2014).
Pengaruh Perbedaan Lama Kultivasi Anolit terhadap Perbedaan Produksi
Tegangan Listrik
Pada studi terdahulu, dinyatakan bahwa pengukuran listrik MFC yang
optimum dilakukan saat pertumbuhan anaerobik bakteri E. coli mencapai fase
stasioner. Hal ini disebabkan NADH yang diproduksi di fase eksponensial
digunakan untuk pertumbuhan, sehingga tidak dapat dioksidasi untuk
menghasilkan listrik (Park et al. 2000). Untuk mengonfirmasi lama kultivasi E.
coli yang tepat pada kondisi aerobik, maka dilakukan penelitian pengaruh lama
kultivasi sel terhadap tegangan listrik MFC yang dihasilkan (Gambar 3)
8
Tegangan Listrik (mV)
2
media tanpa sel (kontrol)
6 jam
12 jam
18 jam
24 jam
1.5
1
0.5
0
0
5
10
15
Waktu Pengukuran (menit)
20
Gambar 3 Produksi tegangan listrik dari larutan anolit pada perbedaan lama
kultivasi E. coli BW 25113
Gambar 3 menunjukkan perbedaan tegangan listrik yang dihasilkan
berdasarkan perbedaan lama kultivasi. Media tanpa kultur bakteri tidak
menghasilkan tegangan sama sekali. Di lain pihak, setelah E. coli diinokulasi dan
dikultivasi pada media, tegangan listrik dapat dihasilkan dan terbaca oleh alat ukur
multimeter. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sel E. coli memiliki peranan
penting dalam menghasilkan tegangan listrik MFC .
Peningkatan lama kultivasi dari 6 ke 12 dan dari 18 ke 24 jam menyebabkan
kenaikan rata-rata tegangan listrik MFC yang dihasilkan. Sementara, peningkatan
lama kultivasi dari 12 ke 18 jam menghasilkan rata-rata tegangan listrik yang relatif
sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan metabolisme
NADH pada masing-masing fase pertumbuhan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, E. coli mengalami fase eksponensial dari jam ke-3 hingga jam ke-12.
Setelah itu, pertumbuhan mengalami fase stasioner hingga jam ke-24 (Suryadarma
et al. 2012). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenaikan tegangan
listrik yang dihasilkan dari lama kultivasi 6 ke 12 jam beriringan dengan
pertumbuhan sel pada fase eksponensial. Pada fase ini NADH banyak dihasilkan
pada jalur glikolisis dan siklus kreb mengingat pada fase tersebut terjadi laju
konsumsi glukosa dan pertumbuhan yang tinggi (Suryadarma et al. 2012).
Sementara itu, pada fase stasioner, yakni kultivasi 12 hingga 24 jam, tegangan
listrik mengalami peningkatan. Di fase yang sama, meskipun jumlah sel tidak
berbeda secara signifikan, namun tegangan yang dihasilkan oleh anolit dengan
lama kultivasi 24 jam lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa selain jumlah sel,
metabolisme turut menentukan produksi NADH. Setelah E. coli dikultivasi secara
aerobik selama 24 jam, metabolisme menjadi optimal untuk produksi NADH dan
tegangan listrik. Gambar 4 menunjukkan metabolisme karbon pusat dalam
produksi NADH.
9
Glukosa
2 NAD+
2 NADH
Piruvat
Asetat
Asetil Ko-A
Asetil
Fosfat
NAD+
2
2 NADH
6 NAD+
6 NADH
Siklus
Kreb
Gambar 4 Jalur pusat metabolisme karbon Escherichia coli pada kondisi aerobic
Perubahan Produksi Tegangan Listrik akibat Penghilangan rpoS dan
Peningkatan Laju Oksigenasi
Di awal telah disebutkan bahwa kunci penting dari MFC adalah NADH.
Pada penelitian ini, upaya peningkatan listrik dilakukan dengan menaikkan
konsentrasi NADH dalam sel. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan rpoS dan
meningkatkan oksigenasi pada proses kultivasi E. coli BW25113 ∆rpoS.
Peningkatan oksigenasi dilakukan dengan meningkatkan putaran kultur bergoyang.
Perlakuan ini dilakukan berdasarkan teori Lopes et al (2013) yang menyatakan
bahwa putaran berbanding lurus dengan transfer oksigen dari fase gas ke fase cair.
Putaran ditingkatkan hingga laju bernilai 250 rpm. Persamaan 1 dan 2 berikut
menunjukkan korelasi antara koefisien transfer masa oksigen dengan putaran.
0
Pg 𝛿
𝛾
(1)
𝑘𝐿 𝑎 = 𝛼 ( ) (𝑉𝑠)
𝑉
𝑃′𝑔 𝑁𝐷𝑖 3
0.45
0
(2)
)
𝐹𝑔 0.56
Pada persamaan pertama, kLa menunjukkan transfer oksigen, Pg
menunjukkan daya pada bioreaktor yang diaerasi, V menunjukkan volume total, vs
menunjukkan laju gas permukaan, sementara parameter α, δ, dan γ merupakan
konstanta tanpa dimensi. Pada persamaan kedua c menunjukkan konstanta yang
bergantung pada impeller, P’g menunjukkan daya bioreaktor tanpa aerasi, N
menunjukkan laju putaran, Di menunjukkan diameter impeller, dan Fg
menunjukkan laju alir gas volumetrik.
Pada E. coli, kinerja rpoS rendah di fase pertumbuhan eksponensial karena
gen tersebut masih ditranskripsi. Kinerja rpoS stabil dan mencapai puncaknya di
fase stasioner. Hasil konfirmasi pengaruh waktu pertumbuhan dan teori fase
optimal rpoS menjadi landasan untuk menggunakan anolit hasil kultivasi E. coli
selama 24 jam. Gambar 5 menampilkan hubungan antara tegangan listrik yang
dihasilkan dengan penghilangan rpoS dan peningkatan oksigenasi.
𝑃𝑔 = 𝑐 (
10
30
*: Signifikan pada α < 0.05
25
*
*
20
15
10
5
0
E. coli
coliBW
BW25113
25113 E.E.coli
coliBW
BW25113
25113
kultivasi
kultivasi
lajulaju
putaran ∆rpoS
∆rpoSkultivasi
kultivasilaju
laju
putaran
putaran
200200
rpmrpm
putaran200
200rpm
rpm
E. coli BW
E.
BW25113
25113
∆rpoS kultivasi
∆rpoS
kultivasilaju
laju
putaran 250
putaran
250rpm
rpm
Gambar 5 Pengaruh penghilangan rpoS dan peningkatan oksigenasi pada anolit
kultur E. coli kultivasi selama 24 jam terhadap produksi tegangan
listrik
Data di atas memperlihatkan fenomena peningkatan produksi listrik yang
signifikan dengan menghilangkan rpoS dan meningkatkan laju putaran pada E. coli
BW 25113. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produksi NADH pada E. coli
∆rpoS, dan peningkatan NADH yang lebih tinggi akibat kenaikan oksigenasi pada
E. coli ∆rpoS. Konfirmasi pengaruh penghilangan rpoS dan peningkatan
oksigenasi terhadap peningkatan produksi NADH dalam sel E. coli dilakukan
analisis bobot sel kering, tegangan spesifik, konsumsi glukosa, asam piruvat, dan
asam asetat. Berikut Tabel 1 yang menunjukkan bobot sel kering, tegangan
spesifik, konsumsi glukosa, asam piruvat, dan asam asetat.
Tabel 1 Ringkasan analisis bobot sel kering, tegangan spesifik, konsumsi glukosa,piruvat,
dan asetat larutan anolit kultur E. coli dan E. coli ∆rpoS
Anolit
E. coli BW
25113
E. coli BW
25113 ∆rpoS
E. coli BW
25113 ∆rpoS
Laju
Putaran
(rpm)
200
200
250
Bobot Sel
Kering (g l-1)
1.9086 ±
0.0938
1.8528 ±
0.0145
1.191 ±
0.0147b)
Konsumsi
Glukosa
(g l-1)
24.496 ±
0.3903
22.871 ±
0.4277a)
18.951 ±
0.4769b)
a) Signifikan terhadap E. coli BW 25113
b) Signifikan terhadap E. coli BW 25113 ∆rpoS laju putaran 200 rpm
Piruvat
(g l-1)
Asetat
(g l-1)
1.9559
15.5388
0.6043
4.5036
1.1365
5.1740
11
Penghilangan rpoS menyebabkan peningkatan tegangan listrik secara
signifikan, yakni hampir 1.5 kali lipat. Di awal telah disebutkan bahwa peningkatan
tegangan listrik berbanding lurus dengan peningkatan NADH yang dihasilkan pada
proses metabolisme. Konfirmasi pengaruh penghilangan rpoS terhadap
peningkatan NADH yang pertama dianalisis melalui bobot sel kering. Kultivasi E.
coli ∆rpoS pada putaran 200 rpm tidak menyebabkan perubahan bobot sel kering
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan NADH tidak terjadi
akibat peningkatan jumlah sel, namun terjadi akibat peningkatan aktivitas setiap sel
dalam menghasilkan NADH. Konfirmasi berikutnya yakni konsumsi glukosa.
Analisis konsumsi glukosa menunjukan bahwa tingkat konsumsi glukosa oleh E.
coli yang kehilangan rpoS mengalami penurunan secara signifikan. Konfirmasi
ketiga yakni analisis asam piruvat dan asetat. Asam piruvat merupakan hasil
konversi glukosa di jalur glikolisis, sementara asam asetat adalah hasil konversi
piruvat akibat glukosa dan oksigen berlebih (Vemuri et al. 2006). Penghilangan
rpoS menyebabkan penurunan produksi asam piruvat dan asetat. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan konversi piruvat selain menuju asetat.
Gen rpoS merupakan gen yang berperan sebagai regulator global dan aktif
saat sel E. coli dalam kondisi stres (Loewen et al. 1998). Di jalur metabolisme
karbon pusat, rpoS menstimulasi kerja gen arcA yang berperan dalam menekan gen
gltA sehingga menekan laju asetil ko-A menuju siklus kreb. Selain itu, rpoS
menstimulus poxB yang berperan dalam peningkatan laju pembentukan asam asetat
(Suryadarma et al. 2012). Oleh karena itu, penghilangan rpoS pada E. coli dapat
meningkatkan metabolisme karbon pusat jalur glikolisis dan siklus kreb sementara
pembentukan asam asetat terhambat (Suryadarma et al. 2012). Peningkatan jalurjalur tersebut berpengaruh terhadap peningkatan rasio NADH/NAD+.
Penurunan konsumsi glukosa pada E. coli ∆rpoS menunjukkan penurunan
aktivitas glikolisis total. Perubahan bobot sel kering yang tidak signifikan
menunjukkan tidak adanya peningkatan pada jalur siklus kreb. Fakta-fakta tersebut
menunjukkan bahwa penghilangan rpoS pada E. coli yang dikultivasi pada putaran
200 rpm selama 24 jam menyebabkan peningkatan konsentrasi NADH, namun
bukan dari jalur metabolisme karbon pusat.
Selain metabolisme karbon pusat, rpoS pun berperan dalam sintesis asam
nukleat. Dong (2009) menyatakan bahwa penghilangan gen rpoS pada E. coli akan
meningkatkan performa gen udk, cmk, upp, dan codA yang berperan dalam
biosintesis pirimidin dan menekan kinerja gen cdd dan udp yang berperan dalam
degradasi pirimidin. Sintesis dan degradasi pirimidin dapat terjadi di jalur de novo
dan salvage. Sementara, produksi dan konsumsi NADH terjadi di jalur de novo
(Palmer 2014). Sintesis pirimidin menghasilkan NADH sementara degradasi
pirimidin mengonsumsi NADH (Palmer 2014). Artinya, penghilangan rpoS dan
peningkatan NADH berkorelasi positif dengan sintesis pirimidin di jalur de novo.
Jalur ini merupakan jalur metabolisme pembentukan nukleotida berupa basa purin
dan pirimidin dengan memanfaatkan asam amino, ribosa-5-fosfat, CO2, dan unit
satu karbon sebagai prekursor (Kusnadi et al 2003).
Berdasarkan hasil konfirmasi terhadap metabolisme karbon pusat,
peningkatan NADH tidak terjadi di jalur tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh penghilangan rpoS terjadi di jalur lain, yakni jalur de novo untuk sintesis
12
pirimidin. Gambar 6 menunjukkan mekanisme peningkatan NADH yang terjadi
pada penelitian ini akibat penghilangan rpoS dalam E. coli.
Bikarbonat
NAD+
Glukosa
2 NAD+
2 NADH
Piruvat
NAD+
2
2 NADH
Asetat
NADH
Orotidin
Monofosfat
Asetil Ko-A
(b)
UMP
6 NAD+
6 NADH
Siklus
Kreb
CMP
Urasil
β-alanin
NADH
NAD+
(a)
(c)
Gambar 6 Metabolisme (a) karbon pusat (b) jalur de novo sintesis pirimidin (c) jalur
de novo degradasi pirimidin
Dong (2010) menyatakan bahwa rpoS merupakan gen yang aktif saat
bakteri berada dalam berbagai kondisi stres, salah satunya yakni tingginya tingkat
oksigenasi. Hal ini menjadi dasar dilakukannya konfirmasi terhadap pengaruh
oksigenasi terhadap produksi listrik E. coli yang telah dihilangkan rpoS nya.
Produksi listrik MFC dari anolit kultur E. coli ∆rpoS yang ditingkatkan
putarannya mengalami kenaikan secara signifikan, yakni hampir 2.25 kali lipat dari
kultur E. coli ∆rpoS yang dikultivasi dengan putaran 200 rpm. Peningkatan
tegangan listrik berbanding lurus dengan peningkatan produksi NADH.
Konfirmasi peningkatan NADH melalui peningkatan oksigenasi pada E. coli ∆rpoS
dianalisa dari konsumsi glukosa, produksi asam asetat dan piruvat, serta bobot sel
kering. Konsumsi glukosa menurun secara signifikan. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan aktivitas glikolisis. Glukosa yang dikonsumsi kemudian
dikonversi menjadi piruvat dan konversi dilanjutkan ke jalur produksi asetat
maupun siklus kreb (Vemuri et al. 2006). Produksi asam asetat dan piruvat
mengalami kecenderungan sama dengan E. coli ∆rpoS yang dikultivasi dengan
putaran 200 rpm, namun dengan jumlah yang sedikit lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan konversi piruvat ke jalur lain selain asetat.
Aktivitas siklus kreb diketahui dari data pertumbuhan. Analisa bobot sel kering
menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Fenomena ini menunjukkan
adanya penurunan aktivitas siklus kreb.
Penurunan glikolisis dan siklus kreb menunjukkan bahwa peningkatan
NADH terjadi bukan dari jalur metabolisme karbon pusat. Sama seperti anolit
dengan menggunakan kultur E. coli ∆rpoS tanpa peningkatan oksigenasi,
peningkatan NADH terjadi di jalur de novo sintesisi pirimidin. Tingginya
13
peningkatan tegangan listrik MFC akibat peningkatan oksigenasi disebabkan
karena rpoS merupakan gen yang sensitif terhadap oksigen. Kinerja gen ini tinggi
saat bakteri mengalami stres oksigen sehingga dampak kehilangan rpoS berupa
peningkatan NADH lebih optimal saat E. coli dikultivasi dengan oksigenasi tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penghilangan rpoS pada E. coli meningkatkan tegangan listrik MFC sebesar
1.5 kali lipat dari 7.25 mV hingga 10.25 mV. Peningkatan ini kemungkinan terjadi
akibat peningkatan metabolisme pada jalur de novo untuk sintesis nukleotida
pirimidin dan penurunan degradasi nukleotida pirimidin. Selain itu, optimasi
dampak kehilangan rpoS, yang dilakukan dengan pemberian kondisi stres berupa
peningkatan oksigenasi pada kultivasi E. coli, meningkatkan tegangan hingga 2.25
kali lipat dari E. coli ∆rpoS sebelum peningkatan oksigenasi. Tegangan yang
diproleh dari kultur E. coli ∆rpoS dengan peningkatan oksigenasi yakni sebesar 23
mV.
Saran
Perlu dilakukan uji aktivitas gen yang bekerja di jalur de novo sebagai
konfirmasi adanya peningkatan di jalur tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Albert B, Alexander J, Jullian L, Martin R, Keith R, Peter W. 2002. Molecular
biology of the cell. Bethesda, MD (US): National Centre for Biotechnology
Information, US National Library of Medicine.
Campbell JW, Cronan JE Jr. 2001. Bacterial fatty acid biosynthesis: Targets for
antibacterial drug disvovery. Annu Rev Microbiol. 55: 305-332.
Champe PC, Harvey RA, Ferier DR. 2005. Lippincotts illustrated reviews:
Biochemistry third edition. Philadelphia (US): A Wolters Kluwer Company.
Cole J, Crooke H. 1998. Oxygen toxicity, oxygen starvation, and the assembly of
cytochrome C-dependent electron transfer chains in Escherichia coli. Mol
Microbiol. 103: 264-268.
Dewan A, Beyenal H. 2007. Microbial fuel cells education module. Washington
DC (US): The School of Chemical Engineering and Bioengineering,
Washington State University.
Dong T, Schellhorn HE. 2009. Global effect of rpoS on gene expression in
pathogenic Escherichia coli O157:H7 strain. Gen. 10: 349. ---- . 2010.
Role of rpoS in virulence of pathogens. Infect Immun. 78: 887-897
Guest JR. 1992. Oxygen regulated gene expression in Escherichia coli. Gen
Microbiol. 138: 2253-2263.
Hara KY, Kondo A. 2015. ATP regulation in bioproduction. Microbiol Cell Fact.
14: 198
Kusnadi. 2003. Common textbook mikrobiologi. Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Loewen P, Hu B, Strutinsky J, Sparling R. 1998. Regulation in the rpoS regulon of
Escherichia coli. Microbiol. 44: 707-717
Logan BE. 2007. Microbial fuel cells. Pennsylvania (US): Wiley Interscience, A
John Wiley and Sons, Inc Publication.
Lustig KD, Kroll K,Sum E, Ramos R, Elmendorf H, Kirschner MW. 1996. A
xenopus nodal-related gene that acts in synergy with noggin to induce
complete secondary axis and notochord formation. Develop. 122: 32573282.
Nair R, Renganathan K, Barathi S, Venkatraman K. 2013. Performance of salt
bridge microbial fuel cell at various agarose concentration using hostel
sewage waste as substrate. Internat J Advancements in Research Technol.
2: 326-330.
Machmud M. 2001. Teknik penyimpanan dan pemeliharaan mikroba [ulasan]. Bul
Agrobio. 4: 24-32
McKinlay JB, Zeikus JG. 2004. Extracellular iron reduction is mediated in part by
neutral red and hydrogenase in Escherichia coli. Appl Environ Microbiol.
70: 3467-3474.
Moat AG, Foster JW, Spector MP. 2002. Microbial phsyiology. Hoboken (US):
Wiley Liss, Inc.
Muralidharan A, Babu OKA, Nirmalraman K, M. Ramya. 2011. Impact of salt
concentration on electricity production in microbial hydrogen based salt
bridge fuel cell. Indian J Fundamental Appl Life Sci 1: 178-184.
15
Ojima Y, Suryadarma P, Tsuchida K, Taya M. 2012. Accumulation of pyruvate by
changing the redox status in Escherichia coli. Biotechnol Lett. 34: 889-893.
Omilusik K. 2001. The role of metabolic by-product secretion by Escherichia coli
relation to intracellular NADH concentration and re-dox potential. Exp
Microbiol Immun. 1: 1-8.
Palmer M. 2014. Human metabolism lecture notes. Ontario (USA): Waterloo
University. Department of Chemistry.
Panja S, Saha S, Basu T. 2006. Role of membrane potential on artificial
transformation of E. coli with plasmid DNA. Biotechnol. 127: 14-20
Park DH, Zeikus JG. 2000. Electricity generation in microbial fuel cells using
neutral red as an electronophore. Appl Environ Microbiol. 66 :1292-1297
Rabaey K, Lissence G, Verstraete W. 2005. Biofuel for fuel cells: Renewable energy
from biomass fermentation. London (UK): IWA Publishing.
Rencana Strategis. 2015. Indonesia Energy Outlook. Jakarta: Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Singh A, Fard AK, dan Gill RT. 2010. Increased mutation frequency in redox
impaired Escherichia coli due to RelA and rpoS mediated repression of
DNA. Appl Environ Microbiol. 76: 5463-5470.
Spaans, Sebastian K, Weusthuis RA, Oost JVD, Kengen SWM. 2015. NADPH
generating systems in bacteria and archaea. Front Microbiol. 6 : 742.
Suryadarma P, Ojima Y, Fukuda Y, Akamatsu N, Taya M. 2012. The rpoS
deficiency suppresses acetate accumulation in glucose-enriched culture of
Escherichia coli under an aerobic condition. Front Chem Sci Eng. 6: 152157.
Taskan E, Ozkaya B, Hasar H. Effect of different mediator concentration on power
generation in MFC using Ti-TiO2 electrode. Internat J Energy Sci. 4: 9-11
Vemuri GN, Altman E, Sangurdekar DP, Khodursky AB, Eiteman MA. 2006.
Overflow metabolism in Escherichia coli during steady state growth:
Transcriptional regulation and effect of the redox ratio. Appl Environ
Microbiol. 72: 3653-3661
Verstraete W, Rabaey K, Lissence G, Siciliano SD. 2003. A microbial fuel cell
capable of converting glucose to electricity at high rate and effiency.
Biotechnol Lett. 25: 1531-1535.
16
Lampiran 1 Pembuatan Larutan NADH (Cat. No. 10716 251 035)
Larutan glukosa disiapkan dalam tabung ulir dengan konsentrasi 0.5 g dan
1 g per liter aquades. Masing- masing larutan glukosa diambil sebanyak 0,1 ml dan
direaksikan dengan 1 ml larutan 1 dalam kit dan 1.9 ml aquabides lalu ditunggu 3
menit. Reaksi yang terjadi yakni antara glukosa dan adenosine-5’-trifosfat (ATP)
dengan katalis enzim heksokinase (HK). Fosfat pada ATP dilepas dan ditangkap
oleh glukosa membentuk glukosa-6-fosfat, sementara ATP yang kehilangan fosfat
berubah menjadi adenosine-5-difosfat (ADP).
Larutan tersebut kemudian
direaksikan dengan 0.02 ml suspense 2 dalam kit dan ditunggu selama 15 menit.
Reaksi yang terjadi yakni konversi glukosa-6-fosfat hasil reakis sebelumnya oleh
enzim glukosa-6-fosfat dehydrogenase menjadi glukonat-6-fosfat, Nikotinamida
Adenosin Dinukleotida Fosfat Hidrogen (NADPH), dan ion H+. Detail reaksi
glucose kit ditunjukkan oleh bagan di bawah ini.
(1) Glukosa + ATP
(2) Glukosa-6-Fosfat
HK
G6P-DH
Glukosa-6-Fosfat + ADP
Glukonat-6-Fosfat + NADPH + H+
Lampiran 2 Prosedur pembuatan rangkaian listik MFC
Rangkaian yang digunakan merupakan rangkaian elektrolisis dalam satu
tabung dimana kultur berperan sebagai anoda sementara oksigen di luar tabung
berperan sebagai katoda. Tabung disusun dari botol Schott 100 ml yang ditutup
dengan stopper karet. Stopper yang digunakan terlebih dahulu dilubangi dengan 3
lubang yakni lubang untuk jembatan garam, mediator, dan grafit yang lebih panjang
(grafit anoda). Sebelum stopper tersebut disusun, dilakukan penyiapan jembatan
garam dan mediator terlebih dahulu.
Jembatan garam dibuat dengan cara melarutkan bacto agar dan KCl dalam
aquades, kemudian dimasukkan ke dalam otoklaf dengan suhu 121oC selama 15
menit. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam pipa kaca yang telah
ditutup dengan alumunium foil pada salah satu sisinya. Larutan tersebut kemudian
ditunggu hingga setengah padat. Setelah itu, grafit yang lebih pendek (grafit
katoda) dimasukkan ke dalam agar hingga yang tampak di permukaan hanya
setengah dari tinggi grafit tersebut. Lalu ditunggu kembali hingga agar benar-benar
memadat (Muralidharan et al, 2011). Sementara itu, sebelum dimasukkan ke dalam
tabung, mediator MB dilarutkan dalam 5 ml aquades dan dimasukkan dalam
suntikan, dan kedua grafit direndam terlebih dahulu dalam HCl 1 M selama satu
jam kemudian dalam NaOH 1 M selama satu jam dan dibersihkan dalam aquades.
Berikutnya, penyusunan listrik dilakukan. Kabel dipotong menjadi 4
bagian, yakni 2 buah kabel 15 cm dan 10 cm. Kedua kabel 15 cm dihubungkan
dengan hambatan 1000 Ω, ujung salah satu kabel kemudian dililitkan pada grafit
anoda semenara ujung kabel lainnya dililitkan pada ujung grafit katoda. Pada kabel
10 cm, capit buaya dipasang di masing-masing ujung kabel. Capit buaya kemudian
dipasang pada bagian kabel panjang yang telah dihilangkan pelindungnya di aliran
anoda dan hal yang sama dilakukan di aliran katoda. Ujung capit buaya yang lain
dihubungkan pada multimeter.
17
Lampiran 3 Prosedur pembuatan stok gliserol (Lustig et al. 1996)
Preparasi biakan dilakukan dengan membuat stok kultur dalam gliserol.
Sebanyak 700 µl gliserol 30 % dan 300 µl sel E. coli hasil prakultivasi dicampur ke
dalam eppendorf tube. Proses ini dilakukan di dalam clean bench dan kemudian
disimpan dalam freezer.
Lampiran 4 Prosedur prakultivasi (Ojima et al. 2012)
Prakultivasi dilakukan untuk mengadaptasi sel E. coli agar siap dikultivasi.
Sel E. coli dari stok gliserol diinokulasikan pada 50 ml medium larutan Luria
Bertani (LB) dan diinkubasi di inkubator bergoyang dengan putaran 100 rpm pada
suhu 37oC selama 12 jam. Kemudian optical density (OD) sel tersebut dianalisis
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Sel bisa
dilanjutkan ke tahap kultivasi jika OD bernilai 1-1.5.
Lampiran 5 Prosedur kultivasi (Ojima et al. 2012)
Kultivasi dilakukan secara aerobik. E. coli hasil prakultivasi diinokulasi
pada 50 ml LB yang diperkaya glukosa dan ditambahkan CaCO3 sebagai buffer di
tiap buffle flask. Kemudian kultur diinkubasi di inkubator bergoyang dengan
kecepatan 200 rpm pada suhu 37oC selama 24 jam. Sementara pada E. coli ∆rpoS,
kecepatan dilakukan di dua kondisi, yakni 200 rpm dan 250 rpm.
Lampiran 6 Prosedur analisis bobot sel kering (Ojima et al. 2012)
Pengencerean sampel 1: 10 dilakukan terhadap HCl 1 M. Kemudian,
sampel diukur nilai OD nya menggunakan spektrofotometer Hach DR 2500 pada
absorbansi (λ) 660 nm.
Bobot sel kering (g/l) = 0.36 x OD660
Lampiran 7 Prosedur analisis glukosa sisa
Analisis glukosa sisa dilakukan untuk mengetahui jumlah glukosa yang
dikonsumsi E. coli. Sampel yang telah siap dicampur dengan larutan DNS dengan
perbandingan 1:3. Kemudian dipanaskan di air mendidih selama 5 menit. Setelah
itu sampel didinginkan dan diukur OD nya mengguakan spektrofotometer Hach DR
2500. Nilai OD yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi bobot glukosa
berdasarkan kurva standar yang telah dibuat. Berikut kuva standar larutan DNS
yang digunakan.
18
1.0
y = 0.0036x - 0.0591
R² = 0.9821
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0
100
200
300
Kurva standar glukosa
Lampiran 8 Prosedur analisis asam organik
Analisis sisa asam organik dilkukan untuk mengetahui jumlah asam-asam
organik yang dihasilkan E.coli selama metabolisme. Kolom yang digunakan antara
lain kolom ZORBAX SB-Aq 883975-914. Fase bergerak yang digunakan yakni
NaH2PO4 20 mM, pH2, 1% ACN. Suhu, laju alir, dan panjang gelombang yang
digunakan berturut-turut yakni 35oC, 1 ml/menit, dan 210 nm. Setelah semua siap,
20 µl sampel disuntik. Hasilnya kemudian dikonversi melalui kurva standar.
300
y = 531.616x + 1.464
R² = 0.999
Luas area
250
200
150
100
Kurva Standar
Asetat
50
0
0
0.2
0.4
Konsentrasi (ppm)
Kurva standar asam asetat
0.6
19
1600
1400
y = 2,966.133x - 21.006
R² = 1.000
Luas area
1200
1000
800
600
400
200
0
0
0.2
0.4
Konsentrasi (ppm)
Kurva standar asam piruvat
0.6
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung tanggal 13 Juli 1993 dari
pasangan Bapak Suroso dan Ibu Trisnani Eka S.P. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2011,
penulis menamatkan Sekolah menengah Atas di SMA Negeri 1
Bogor. Di tahun yang sama, penulis diterima di Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi dan
kegiatan mengajar. Pada tahun 2011, di ranah Kota Bogor penulis menjadi salah
satu staf departemen penelitian dan pengembangan Inspirasi Muda Bogor dan
steering committee di Forum Silaturahmi Rohis Bogor (FSRB). Sementara di ranah
kampus, penulis mengikuti IPB Political School (IPS). Selanjutnya di tahun 2012
dan 2013, penulis mendapat amanah sebagai wakil Kepala Sekolah IPB Political
School. Selain itu, penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian (BEM FATETA) sebagai staff Departemen Kajian dan
Strategi. Pada tahun 2014, penulis mulai mengajar di bimbingan belajar SIMPLE
dan Sanggar Genius Al Ihsan di bawah binaan Yayasan Yatim Mandiri.
Selama menjadi mahasiswa juga, penulis mendapatkan beasiswa dari
Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) dan PT Indofood Sukses Makmur.
Download