PERBANDINGAN TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN MENGGUNAKAN METODE KLINIK DAN ULTRASONOGRAFI PADA KEHAMILAN ATERM (REVIEW LITERATUR) Kiki Tazkiyah Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung Jalan Sederhana No. 2 Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Kota Bandung 40161 Email : [email protected] ABSTRAK Ketepatan taksiran berat badan janin pada saat usia kehamilan aterm sangat penting dalam membuat keputusan klinik selama kehamilan dan persalinan. Hal tersebut juga mempengaruhi asuhan yang akan diberikan bidan kepada kliennya, terutama dalam hal konseling, menentukan diagnosa, dan perencanaan persalinan. Terdapat dua metode yang digunakan dalam menghitung taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik dan metode ultrasonografi (USG). Metode klinik terdiri dari metode dengan perabaan (maneuver Leopold), faktor risiko klinik, maternal self estimation, dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin memiliki. Kelebihannya mudah, sederhana, dan murah. Akan tetapi ketepatannya dinilai lebih subjektif. Metode USG terdiri dari beberapa rumus, yaitu Hadlock’s formula, Sephard’s formula, dan Aoki’s formula. Kelebihan metode USG antara lain ; lebih akurat dalam menaksir berat badan janin <2500 gram dan > 3000 gram, dapat mengidentifikasi adanya kelainan pada janin, dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, serta jumlah janin. Penelitian menunjukkan bahwa keakuratan metode klinik sama dengan USG pada kehamilan aterm yang normal. Metode klinik dapat digunakan sebagai deteksi dini adanya pertumbuhan janin yang abnormal. Metode USG lebih baik digunakan bagi kehamilan dengan penyulit serta untuk memantau kesejahteraan janin. Kata Kunci: Taksiran berat badan janin, metode klinik, metode ultrasonografi. PENDAHULUAN Berat lahir merupakan parameter penting bagi morbiditas dan mortalitas neonatus. Oleh karena itu, keakuratan taksiran berat badan janin merupakan hal yang penting untuk menentukan manajemen kebidanan yang lebih lanjut. Berat lahir rendah dan berat badan janin yang berlebihan pada persalinan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi neonatal selama persalinan dan nifas (Saqib, 2008). Selama 10 tahun terakhir, penaksiran berat janin telah masuk ke dalam penilaian standar kehamilan dan persalinan berisiko tinggi. Misalnya, asuhan pada kehamilan dengan diabetes, persalinan pervaginam setelah operasi Caesar, dan asuhan pada persalinan sungsang adalah contoh kelahiran yang sangat dipengaruhi oleh perkiraan berat janin (Shittu, 2007). Taksiran berat badan janin sangat penting dalam membuat keputusan klinik selama kehamilan dan persalinan. Hal ini membantu bidan memprediksi adanya kemungkinan penyulit kehamilanpersalinan seperti gangguan pertumbuhan bayi, makrosomia (bayi besar), CPD (Cephalopelvic disproportion) ketika kemajuan persalinan buruk, ataupun deteksi dini kemungkinan adanya distosia bahu (Buchmann, 2009). Penaksirkan berat janin merupakan salah satu tugas yang penting bagi bidan maupun praktisi lainnya untuk dapat memprediksi salah satu kesulitan persalinan yang akan dialami oleh ibu hamil atau upaya apa yang bisa dilakukan oleh bidan jika terjadi masalah pada bayi yang baru lahir, sehingga dengan diketahuinya perkiraan berat bayi lahir bidan akan dapat melakukan persiapan persalinan lebih baik. Upaya pendeteksian berat janin baru lahir yang selama ini dipakai dengan menggunakan pendekatan taksiran berat janin berdasarkan metode klinik dan Ultrasonografi .Meskipun berdasarkan literatur yang sudah ada, tidak ada metode yang paling akurat dalam menghitung taksiran berat badan janin (Santjaka, 2011). Taksiran berat badan janin dengan palpasi abdomen (menggunakan manuver Leopold) bersifat subjektif dan sulit untuk diajarkan, terutama bagi bidan dan dokter muda.Lain halnya dengan metode klinik untuk perhitungan taksiran berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus dan lingkar perut ibu bersifat lebih objektif dan mudah untuk diajarkan (Tarloni, 2008). Beberapa penelitian menilai bahwa perhitungan taksiran berat badan janin diperoleh dari pengukuran TFU lebih akurat dibandingkan dengan taksiran menggunakan USG (Tarloni, 2008) Oleh karena itu, penulis ingin membahas lebih dalam mengenai Perbandingan Taksiran Berat Badan Janin Menggunakan Metode Klinik dan Ultrasonografi Pada Kehamilan Aterm (Review Literatur). METODE Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah berupa review literatur dari beberapa jurnal internasional yang sudah dipublikasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Taksiran Berat Badan Janin Perhitungan taksiran berat badan janin sangat penting bagi bidan untuk membuat keputusan klinik selama kehamilan dan persalinan. Hal ini membantu bidan dalam memprediksi adanya kemungkinan penyulit kehamilan, seperti pertumbuhan janin terhambat, makrosomia. Ketika masa persalinan dikhawatirkan adanya penyulit seperti cephalopelvic disproportion (CPD) atau kemungkinan adanya distosia bahu pada kala II. Keakuratan taksiran berat badan janin sangat mempengaruhi asuhan kebidanan yang akan diberikan. Contohnya pada kehamilan dengan IUGR atau makrosomia, rencana persalinan pervaginam bagi ibu dengan riwayat sesar, dan rencana persalinan bagi kehamilan dengan presentasi sungsang. Hal ini berpengaruh terhadap konseling yang akan diberikan bidan pada klien, penentuan diagnosa kehamilan, dan persiapan persalinan klien. Diharapkan dengan diketahuinya taksiran berat badan janin ini, bidan dan klien dapat mempersiapkan rencana persalinan dengan lebih baik. Selain itu, taksiran berat badan janin juga dapat digunakan sebagai parameter kesejahteraan janin, yaitu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sehingga perhitungan taksiran berat badan janin dapat dilakukan pada akhir trimester II dan trimester III. Perhitungan taksiran berat badan janin dapat dihitung dengan menggunakan metode klinik, seperti pengukuran TFU, lingkar perut, atau dengan metode ultrasonografi (USG). 1. menunjukkan bahwa sensitivitas palpasi klinik untuk mengidentifikasi berat badan janin dibawah 2500 gram hanya 17%, dihubungkan dengan nilai prediksi positif 37%. Pada batas tertinggi dari berat badan janin, dua penelitian menunjukkan nilai prediksi positif palpasi klinik untuk memprediksi berat badan janin lebih besar dari 4000 gram sebesar 60-63%, dengan tingkat sensitivitas 35-54%. Untuk itu, keakuratan kedua penelitian sebelumnya tidak bergantung pada latihan dari petugas, meskipun ada beberapa penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa kemampuan dokter residen (obgin) lebih baik daripada mahasiswa kesehatan dalam memprediksi berat badan janin. Untuk janin yang lebih dari 4000 gram rata-rata eror berat lahirnya berkisar 300-400 gram. Menurut Nahum (2013), beberapa penelitian menunjukkan bahwa keakuratan dari palpasi klinik buruk untuk berat badan janin <2500 gram, dengan rata-rata presentasi eror + 13,7 – 19,8%. Hanya 40-49% berat badan janin dibawah 2500 gram yang dapat diprediksi menggunakan palpasi klinik. Ketika berat badan janin <1800 gram, keakuratan taksiran berat badan janin akan lebih berkurang, dengan lebih dari setengah prediksi eror, yaitu >450 gram (+ 25%). a. Penaksiran berat badan janin dengan perabaan (manuver Leopold) Taksiran berat badan janin dengan metode sentuhan merupakan teknik tertua dalam menentukan berat badan janin. Satu penelitian baru-baru ini Taksiran berat badan janin dengan menggunakan palpasi klinik memperlihatkan kekakuratannya dalam 85% kasus, yaitu kekeakuratannya dalam +500 gram, metode ini lebih akurat pada kehamilan aterm dibandingkan pada B. Metode Perhitungan Taksiran Berat Badan Janin Terdapat dua metode dalam menghitung taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik dan metode USG. Masing-masing dari kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam menghitung keakuratan dari masing-masing metode. Metode Klinik Metode klinik merupakan metode lama yang diharapkan dapat memprediksi berat badan janin. Sebelum adanya metode USG, pemeriksaan manual terhadap perut ibu merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menentukan taksiran berat badan janin. USG tidak selalu tersedia di tempat pelayanan dasar, belajar mengenai taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik dianggap perlu. Karena prediksi berat badan lahir seperti ini akan membantu bidan dalam membuat asuhan yang tepat untuk ibu hamil di lingkungannya (Ugwu, 2014). Metode klinik antara lain: penaksiran berat badan janin dengan sentuhan (maneuver Leopold); faktor risiko klinik; maternal self estimation ; dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin. kehamilan preterm dan janin makrosomia (Ashrafganjooei, 2010). b. Faktor risiko klinik Metode ini merupakan penaksiran kuantitatif pada faktor risiko klinis yang terdapat pada ibu dan telah terbukti berpengaruh dalam memprediksi berat badan janin (Sharma, 2014). Dalam kasus makrosomia janin, adanya faktor risiko, seperti diabetes mellitus pada ibu, kehamilan posmatur, obesitas, berat badan kehamilan> 20 kg, usia ibu> 35 tahun, tinggi ibu> 5ft 3 inci, multiparitas, jenis kelamin janin laki-laki dan ras kulit putih harus ditambahkan. Dalam status sosial ekonomi diperkirakan berat badan lahir rendah, berat badan ibu hamil rendah, infeksi janin, malformasi kongenital, kelainan kromosom, paparan teratogenik, anemia maternal, sindrom antibodi fosfolipid dan gangguan kesehatan kehamilan lainnya harus disebutkan (Sharma, 2014). c. Maternal self estimation Beberapa literatur menyebutkan bahwa penaksiran berat badan janin dengan maternal self estimation pada wanita multipara menunjukkan keakuratan. Pada suatu penelitian, wanita multipara diminta untuk memprediksi berat badan lahir sang janin. Mereka memprediksi apakah janinnya lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan sebelumnya. d. Persamaan perhitungan taksiran berat badan janin. Taksiran berat badan janin dengan mengukur TFU dan lingkar perut lebih objektif, mudah dipelajari, dan dapat digunakan berulang kali. Beberapa metode persamaan perhitungan berat badan janin secara sederhana antara lain : 1) Dare’s formula Rumus ini dihitung berdasarkan ukuran lingkar perut dikali TFU, hasilnya didapatkan berat badan janin dalam gram (Ratwani, 2014) Pengukuran lingkar perut (Abdominal girth/AG) menggunakan pita pengukur yang dilingkarkan ke perut ibu tepat diatas pusar, tanpa memberikan tekanan yang berlebihan atau terlalu ketat.(Kamari, 2010). Tinggi Fundus Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (fundus). (Ratwani,2014). Pengukuran lingkar perut ibu hamil bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan dan besarnya kehamilan yang disesuaikan dengan usia kehamilan, misalnya kehamilan kembar, air ketuban berlebih, dan bayi besar (Lesthama, 2014). Menurut Mortazavi (2010), sejak diketahui berat badan janin mempengaruhi lingkar perut, prediksi berat badan janin menggunakan lingkar perut mulai digunakan. Dare’s formula merupakan rumus taksiran berat badan janin dengan cara mengalikan TFU dan lingkar perut pada kehamilan aterm. Shittu (2007) membandingkan Dare’s formula dan USG dalam memprediksi taksiran berat badan janin, hasilnya Dare’s formula sama baiknya dengan USG, kecuali pada beart janin <2500 gram. Zagami, dkk (2010) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin dengan Dare’s formula memiliki rata-rata eror sebesar 224 gram. Johnson’s formula Rumus ini dihitung berdasarkan TFU dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan janin 2) dalam gram (Santjaka, 2011). Sebelumnya klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih, kemudia tidur terlentang untuk menghitung TFU dengan menggunakan pita pengukur. Koreksi bagi ibu yang obesitas telah dipecahkan dengan menambahkan 1cm dari pengukuran TFU. sederhana, mudah, dan tidak membutuhkan banyak biaya. Namun metode ini dinilai bersifat subjektif, khususnya berhubungan dengan kesalahan prediksi, karena pemeriksaan fisik hanya dilakukan secara umum dan kurang akurat bagi beberapa kondisi ibu dan janin. Contohnya pada kondisi olihidramnion atau polihidramnion, obesitas pada ibu, atau IUGR Terdapat perbedaan pendapat untuk penentuan nilai N. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa besar nilai N adalah 11, 12, atau 13. Adapun yang menyebutkan bahwa nilai N hanya 11 dan 12. Di Thailand, besar nilai N yang digunakan adalah 11 dan 12. Menurut Kavitha, dkk (2014) Johnson’s formula hanya digunakan pada kehamilan normal, yakni pada janin dengan presentasi kepala. Formula ini tidak dapat digunakan pada presentasi bokong atau pada malpresentasi lainnya. Sensitivitas dari metode ini sebesar 86% dan spesifitasnya sebesar 59%. Sedangkan untuk USG memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, yaitu 93% dan spesifitasnya 71%. Ketika dibandingkan antara metode klinik dan USG, sensitivitas dan spesifitas USG lebih baik daripada metode klinik. Menggunakan Johnson’s formula, 47% kasus dapat ditaksir dalam +10% dari berat lahir aktual. Pada kasus polihidramnion dan oligohidramnion, taksiran berat badan janin menjadi berlebih ketika cairan adekuat. Obesitas pada ibu juga menyebabkan taksiran yang berlebih pada berat badan janin. Johnson’s formula kurang akurat ketika berat badan lahir <2500 gram, keakuratan metode ini meningkat ketika berat badan janin dalam kisaran 2500-3500 gram. Kelebihan dari metode klinik antara lain, 2. Metode Ultrasonografi Ekspektasi awal pada metode ini adalah dapat dijadikan standar yang objektif untuk mengidentifikasi janin dari ukuran yang abnormal pada usia kehamilan. Namun, akhir-akhir ini diketahui dengan penelitian prospektif bahwa taksiran dengan USG tidak lebih baik dari metode klinik (Sharma, 2014). Ketersediaan USG masih sangat terbatas. Di puskesmas atau BPM, terutama di daerah pedesaan USG umunya tidak tersedia.Selain belum banyak tersedia, biaya pemakaian dan perawatan alat ini relatif mahal. USG pada trimester III dapat diketahui keadaan janin, yaitu taksiran berat badan janin, letak plasenta, jumlah air ketuban serta adanya lilitan tali pusat. Informasi tersebut dapat membantu rencana proses persalinan. Perhitungan taksiran berat badan janin dalam USG biasanya menggunakan kombinasi algoritma janin, seperti diameter biparietal, lingkar abdomen, dan panjang tulang paha. a. Diameter biparietal diameter/BPD) (biparietal Gambar 3a dan b. Pengukuran diameter biparietal(BPD). (a) pengukuran BPD dengan USG ; (b) Metode dalam mengukur BPD. (Singkatan : T, thalamus; F, falx; CSP, cavum septum pellucidum; CP, choroid plexus) b. Lingkar abdomen circumference/AC) (abdominal Gambar 4a dan b : Pengukuran lingkar abdomen (AC). (a) pengukuran AC dengan USG; (b) metode mengukur AC (Singkatan : LPV, left portal vein; SP, spine; S, fetal stomach) c. Panjang tulang length/FL) paha (femur Gambar 5a.b: Pengukuran Panjang tulang paha. (a) Pengukuran FL dengan USG transvaginal; (b) Metode mengukur FL (Singkatan : DFE, distal femoral epiphysis) Terdapat beberapa rumus perhitungan taksiran berat badan janin daengan menggunakan USG, antara lain Hadlock’s formula, Sephard formula, Aoki’s formula, atau Campbell formula. Rumus yang paling umum dan digunakan secara luas adalah Hadlock’s formula. Hadlock’s formula menggunakan 4 (empat) biometrik janin, yaitu BPD, HC, AC, dan FL.Perhitungan dengan rumus tersebut lebih akurat daripada rumus lainnya. Karena, banyaknya pengukuran biometrik janin memperlihatkan seberapa besar keakuratannya. Menurut Kumara (2009) pada penelitiannya di Sri Lanka, Hadlock’s formula merupakan metode dengan keakuratan tertinggi dibanding dengan metode pengukuran taksiran berat badan janin lainnya.Sedangkan Campbell’s formula merupakan metode yang paling rendah korelasinya antara taksiran berat badan janin dan berat badan lahir. Meskipun Hadlock’s formula diperoleh dari populasi masyarakat Amerika, rumus ini dapat digunakan pada masyarakat Asia Tenggara. Sri Lanka telah melakukan penelitian yang sama dan mendapatkan hasil yang sama (Kumara, 2009). Kelebihan metode ini adalah dapat mengidetentifikasi kelainan janin, USG dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, dan jumlah janin, serta perhitungan dimensi secara linear dan/atau planar yang dapat diartikan bahwa metode ini objektif. Namun, ketersediaan alat yang terbatas, penggunaannya membutuhkan biaya yang cukup besar (mahal) dan dibutuhkan pelatihan bagi kesehatan dalam mengoperasikan alat tersebut. C. Perbandingan Taksiran Berat Badan Janin Menggunakan Metode Klinik dan Ultrasonografi Metode klinik dan metode USG merupakan metode yang paling umum digunakan dalam memprediksi berat badan janin. Kedua metode tersebut telah ditinjau secara luas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua metode tersebut dalam memprediksi berat badan janin. Meskipun USG umum digunakan dalam memprediksi berat badan janin, USG tidak selalu tersedia pada setiap tempat pemeriksaan (Levin, et al 2011). Masing-masing metode perhitungan taksiran berat badan janin memiliki keterbatasan dan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda, Contohnya, jumlah cairan amnion, berat badan ibu, ukuran bayi, usia kehamilan, akan mempengaruhi keakuratan taksiran berat badan janin. Menurut penelitan yang dilakukan oleh Akinola S. Shittu,dkk pada tahun 2007, taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik memiliki keakuratan yang sama dengan menggunakan metode USG, kecuali pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Keakuratan paling tinggi dengan menggunakan metode klinik diperoleh pada rentang berat badan 2500 gram – 4000 gram. Untuk itu, ketika ditemukan berat badan janin yang kurang dari 2500 gram dengan metode klinik maka pemeriksaan menggunakan USG sangat dianjurkan untuk prediksi yang lebih baik serta untuk menilai kesejahteraan janin. Penelitian Maria Tarloni, dkk (2008) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian. Akinola (2007). Penelitian tersebut menunjukkan metode klinik dengan metode USG memiliki keakuratan yang sama dalam mempredikisi berat badan lahir sebenarnya (+ 10%). Metode klinik memprediksi berat badan janin sama akuratnya dengan USG, dengan rata-rata meleset 250-300 gram dan presentasi eror sebesar 1015% pada kelahiran dengan berat bayi 2500-3500 gram. Metode klinik dapat digunakan secara rutin dalam menetukan taksiran berat badan janin. Sedangkan USG dapat digunakan untuk mencurigai adanya IUGR atau makrosomia. Asrafganjooei, dkk (2010) melakukan penelitian pada 246 wanita multipara pada kehamilan aterm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifitas USG sebesar 12,6% dan 92,1%, palpasi klinik sebesar 12,6% dan 92,1%, dan maternal self estimation sebesar 6,3% dan 98%. Taksiran berat badan janin dengan metode klinik keakuratannya sama dengan USG pada kehamilan aterm dalam beberapa minggu sebelum persalinan. Wanila multipara lebih akurat dalam memprediksi berat lahir daripada metode klinik atau USG. Malik, dkk (2012) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik sama akuratnya dengan USG dan cukup baik untuk memprediksi berat lahir. Karena metode tersebut memiliki sensitivitas dan nilai prediksi negatif yang tinggi. Abdulrazak, dkk (2013) menyatakan bahwa taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik terbukti relatif lebih akurat dan sebanding dengan USG.Penelitiannya terbukti bahwa metode klinik lebih baik dari USG ketika berat badan lahir lebih dari 3 kg. Ia juga mengamati bahwa Johnson’s formula tidak terlalu akurat jika taksiran berat badan janin <3000 gram, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat badan janin dengan berat badan lahir sebenarnya, hal tersebut pernah diungkapkan oleh Numpraset, yang menyebutkan bahwa Johnson’s formula tidak cukup akurat pada bayi kecil usia kehamilan (berat <2500 gram). Penelitian tersebut dilakukan pada 100 wanita dengan kehamilan normal, presentasi kepala, jumlah cairan amnion normal, dan pada janin tunggal. Menurut Sharma, dkk (2014) perhitungan taksiran berat badan janin dengan metode klinik dapat digunakan di negara berkembang. Metode klinik telah digunakan secara luas karena sederhana, murah, dan mudah digunakan oleh bidan. Akan tetapi, metode tersebut kurang akurat pada kasus obesitas pada ibu hamil dan kasus polihidramnion. USG digunakan untuk mendeteksi adanya aliran darah yang abnormal pada kasus IUGR dan mendeteksi makrosomia. Menurut Ratwani, dkk (2014), taksiran berat badan janin dengan metode klinik jauh lebih mudah dan dapat diandalkan daripada metode USG. Terutama di negara berkembang atau di negara dengan jumlah penduduk terbanyak di pedesaan. Karena ketersedian USG tidak selalu ada di setiap tempat praktik dan biaya penggunaan serta perawatan USG yang relatif mahal. Ugwu (2014) menyatakan bahwa secara umum metode USG merupakan alat prediksi berat badan janin yang lebih baik daripada metode klinik. Penelitian dilakukan secara prospektif cross sectional pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di klinik University of Nigeria Teaching Hospital pada tanggal 1 April 2012 – 30 November 2012.Akan tetapi, metode klinik harus digunakan sebagai metode alternatif ketika USG tidak tersedia di tempat pelayanan kesehatan, karena metode klinik pun memiliki korelasi yang kuat dengan berat badan lahir. Oleh karena itu, di negara berkembang seperti Indonesia, metode klinik dapat diandalkan sebagai metode perhitungan taksiran berat badan janin. Selain itu, taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik lebih cocok bagi kehamilan normal. Namun diharapkan dapat menjadi acuan sebagai deteksi dini adanya masalah pada janin, contohnya IUGR atau makrosomia. USG dapat digunakan pada kehamilan normal, akan tetapi lebih disarankan USG digunakan pada kehamilan dengan adanya penyulit atau adanya pertumbuhan abnormal pada janin. Penggunaan USG juga bermanfaat untuk menilai kesejahteraan janin. PENUTUP A. SIMPULAN 1. Terdapat dua jenis metode perhitungan taksiran berat badan janin, yaitu metode klinik (melalui sentuhan, manuver Leopold; faktor risiko klinik; maternal self estimation; dan persamaan perhitungan taksiran berat badan janin) dan metode USG (Hadlock’s formula, Sephard’s formula, Aoki’s formula, dan Campbell’s formula). 2. Kelebihan metode klinik antara lain sederhana, mudah, murah, dan dapat menjadi alat deteksi dini adanya pertumbuhan abnormal pada janin. Sedangkan kekurangannya metode ini dinilai subjektif dan tidak akurat pada beberapa kasus seperti polihidramnion atau obesitas pada ibu. Untuk metode USG dinilai lebih objektif dan alat yang sangat baik untuk mengkaji perkembangan janin, USG dapat mengidentifikasi posisi janin, lokasi plasenta, dan jumlah janin. Namun, ketersedian USG masih sangat terbatas terutama pada pelayanan kesehatan dasar, dibutuhkan keahlian dalam penggunaannya, serta biaya pemakaian dan perawatan USG yang cukup mahal. 3. Taksiran berat badan janin dengan menggunakan metode klinik sama akuratnya dengan USG rutin di kehamilan normal pada kehamilan aterm. Akan tetapi, USG lebih akurat dalam menilai kesejahteraan janin dan memeriksa adanya pertumbuhan janin yang abnormal. B. SARAN 1. Untuk praktisi kebidanan : a. Taksiran berat badan janin lebih diperhatikan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas nenonatal dengan cara menghitung berat badan janin setiap kali asuhan antenatal pada akhir trimester II sampai trimester III baik dengan metode klinik maupun dengan metode USG. b. Bidan lebih memperhatikan adanya pertumbuhan yang abnormal pada janin dengan pengukuran taksiran berat badan janin menggunakan metode klinik, kemudian dapat divalidasi menggunakan USG. 2. Untuk Institusi : Sebagai bahan pembelajaran perkuliahan mengenai taksiran berat badan janin dengan berbagai metode. DAFTAR PUSTAKA . (2013). Comparison of Clinical Methods and Ultrasound for Prediction of Expected Fetal Weight With True Birth Weight in Term Pregnancies A Prospective Study.Disertasi, Jawaharlal Nehru Medical College. Abdulrazak, H. et. al. (2013). Fetal Body Weight: How Far the Clinical and Sonographic Estimations Can Coincide and their Correlation with the Actual Birth Weight. 2. Ashraffganjooei, T, et al. (2010). Accuracy of Ultrasound, Clinical, and Maternal Estimates of Birth Weight in Term Women. 16. Eastern Mediterranean Health Journal. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online. Tersedia di kbbi.web.id diakses tanggal 14 Juli 2014. Baert, A.L dan K. Sartor. (2002). Perinatal Imaging From Ultrasound to MR Imaging. (F. E. Avni, Ed.) New York: SpringerVerlag Berlin Heidelberg. Tersedia di books.google.co.id diakses tanggal 24 Mei 2014. Baskett, Thomas, et al. (2014). Munro Kerr's Operative Obstetrics. Elsevier. Tersedia di https://www.inkling.com diakses tanggal 24 Mei 2014. Belden, M. (2011). Obstetrics and Gynecology: A CompetencyBased Companion. Elsevier. Tersedia di https://www.inkling.com diakses tanggal 24 Mei 2014. Buchmann, Eckhart dan Karabo Tlale. (2009). A Simple Clinical Formula for Predicting Fetal Weight in Labour at Term Derivation and Validation. South African Medical Journal: Cape Town. Cunningham, F.Gary, et.al. (2009). Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC. Curti, Alessandra, et al/. (2013). Symphisis-fundal height at term: A new birth weight predictive equation. International Journal of Nursing and Midwifery, 113-116. Gabbe, Steven, et al. (2012). Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. Elvisier. Tersedia di https://www.inkling.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014. Hobbins, J. C. (2008). Obstetrics Ultrasound: Atristry in Pregnancy. Massacusetts: Blackwell Publishing. Ida. (2012). Manfaat USG Saat Hamil. Tersedia di www.sweetestmoment oflife.blogspot.com diakses tanggal 14 Juli 2014. Kamari, Anupama, et. al. (2013). Comparative Study of Various Methods of Fetal Weight Estimation In Term Pregnancy. Journal of South Asian Federation of Obstetrics and Gynaecology, 22-25. Kavitha, et.al. (2014). A Comparative Study of Fetal Weight Estimation Using Ultrasound and Johnson's Formula and Its Correlation With Actual Birth Weight. 3 (2). International Journal of Scientific Research: Khammam. Kumara, D. M. A. dan Hemantha Parera. (2009). Evaluation of Six Commonly Used Formulae for Sonographic Estimation of Fetal Weight In A Sri Lanka Population.Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecology , 2033. Lesthama, Dhely. (2014). Kenapa Lingkar Perut Ibu Hamil Perlu Diukur?. Tersedia di http://health.detik.com, diakses tanggal 14 Juli 2014. Levin, Ishai, et.al. (2011). Clinical Estimation of Fetal Weight: Is Accuracy Aquired with Professional Experience? Fetal Diagnosis and Therapy, 321-324. Malik, Naushaba, et al. (2012). Comparison of Two Different Methods for Estimation Fetal Weight at Term. 37. Rawal Medical Journal. Mortazavi, dan A. Akaberi. (2010). Estimation of Birth Weight by Measurements of Fundal Height and Abdominal Girthin Parturient at Term 16 (5). Eastern Mediterranean Health Journal. Nahum, Gerard G. (2013). Accuracy of Fetal Weight Prediction by Using Different Methods. Estimation of Fetal Weight. Medscape Reference. La Jolla. Nahum, Gerard G. (2013). Importance of Antenatal Fetal Weight Estimation.Estimation of Fetal Weight. Medscape Reference: La Jolla. Numparasert, Watchree. (2004). A Study Johnson's Formula: Fundal Height Measurements for Estimation of Birth Weight. 8(1), 15-20. AU.J.T. Rashid, Sabrina Q. (2012). Growth Profile by Estimated Fetal Weight in Bangladesh. Journal of Medical Ultrasound. 20, 215-219. Elsevier. Ratwani, Karuna, et.al. (2014). Comparative Study for Estimation of Fetal Weight by Clinical & Ultrasonographical Methods in Term Patients. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences 2014, 3 (10), 2553-2560. RSIA Tambak. (2014). Pemeriksaan USG Pada Kehamilan. Tersedia di http://www.rsiatambak.com diakses tanggal 29 Mei 2014. Rumack, Carol, et al. (2011). Diagnostic Ultrasound. Elsevier. Tersedia di https://www.inkling.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014.Saqib, Rizwan, et.al. (2008). Estimation of Fetal Weight in Third Trimester Using Thight Measurements. 20 (3). Ayub Medical College: Abbottabad. Salomon, J.P. et al. (2007). Estimation of Fetal Weight : Reference range at 20-36 weeks gestation and comparison with actual birthweight reference range. Ultrasound Obstet Gynecol, 550555. Santjaka, Hana, dkk. (2011). Studi Ketepatan Taksiran Berat Janin Berdasarkan Statistik dan Tinggi Fundus Uteri.Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 2, 21-34. Saxena, Richa. (2010). Bedside Obstetrics & Gynecology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. Sharma, Nidhi, et.al. (2014). Foetal Weight Estimation Methods Clinical, Sonographic, and MRI Imaging. 4(1), 1-5. Shittu, Akinola S et.al. (2007). Clinical versus Sonographic Estimation of Foetal Weight in Southwest Nigeria. 14-23. Suwannobol, Nareelux, et.al (2012). The Results of the Fetal Weight Estimation of the Infants Delivered in the Delivery Room At Dan Khunthot Hospital by Johnson's Method.World Academy of Science, Engineering and Technology.6. Thailand: International Science Index. Tarloni, Maria Regina et.al (2008). Clinical Formulas, Mother's Opinion and Ultrasound in Predicting Birth Weight. 126(3), 145-149. Sao Paulo Med: Sao Paulo. Ugwu, EO, et.al. (2014). Accuracy of clinical and ultrasound estimation of fetal weight in predicting actual birth weight in Enugu, Southeastern Nigeria. Nigerian Journal of Clinical Practice, 17 (3). Varney, Helen, dkk. (2003). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Vol. 4). Jakarta: EGC. Zagami, Samira, et al. (2010). Comparison of Clinical Estimation of Feoetal Weight at The Beginning and End of Labour.3 (10). Australasian Medical Journal.