FAKTOR HARAPAN DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ANAK JALANAN DI JAKARTA Aini Wahdah1 & Ima Sri Rahmani2 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No.5 Ciendeu Ciputat, 15412 Telp 021-7433060 Fax. 021-74714714 [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel harapan (agency dan pathway) dan dukungan sosial (appraisal support, tangible support, self esteem support dan belonging support) terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan sebanyak 116 anak jalanan di wilayah Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability purposive sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk uji validitas kontruk alat ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel terikat sebesar 0.567 dengan (p > 0,05) dengan rincian dimensi agency dari varibael harapan dan dimensi tangible support dan self esteem support dari variabel dukungan sosial. Dengan demikian kebermaknaan hidup pada anak jalanan dipengaruhi oleh seluruh independen variabel sebesar 56,7%, sedangkan 43.3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Kata kunci : kebermaknaan hidup, harapan, dukungan sosial, anak jalanan Abstract This study was conducted to determine the effect of variable hope (agency and pathway) and social support (appraisal support, tangible support, self esteem, support and belonging support) to the meaningfulness of life on street children were 116 street children in Jakarta. The sampling technique used was purposive non-probability sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity construct measuring instruments and Multiple Regression Analysis was used to examine the research hypothesis with a significance level of 0.05. The results showed that there was a significant influence on the whole of 0,567 with the dependent variable (p> 0.05) with details of dimensions agency of varibael hope and tangible dimension of support and selfesteem support of social support variables. Thus the meaningfulness of life on street children are influenced by all the independent variables 56.7%, while 43.3% is influenced by other variables outside of this research. Keyword : meaningfulness of life, hope, social support, street children 1 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengantar Bertambahnya jumlah anak jalanan setiap tahun merupakan salah satu masalah dari kehidupan sosial yang sering dijumpai. Semakin banyak jumlah anak jalanan, maka tidak diragukan bahwa hal ini merupakan suatu permasalahan yang harus segera ditemukan solusinya. Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat angka bertambahnya jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 3.724, lalu bertambah pada tahun 2010 sebanyak 5.650 dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 7.135 orang (Megapolitan, 2011). Latar belakang fenomena bertambahnya jumlah anak jalanan telah dikaitkan dengan beberapa faktor seperti, resesi ekonomi, kemiskinan, pengangguran, urbanisasi, perang, ketidakstabilan politik, bencana alam, perceraian dan kekerasan termasuk kekerasan fisik, emosional serta pelecehan seksual (Thapa, Ghatane & Rimal, 2009). Scanlon, Thomskin, Lync dan Scanlon (1996) menyebutkan bahwa anak jalanan pada umumnya tidak memiliki akses kesehatan atau pendidikan, bahkan beberapa dari mereka menjadi korban kekerasan. Dalam penelitian lain dijelaskan bahwa kemunculan anak jalanan memiliki resiko sosial yang tinggi seperti, menjadi korban trafficking, resiko kesehatan, persoalan akses dalam pekerjaan, kekerasan di jalanan, kecelakaan dan rentan terhadap penggunaan obat-obatan serta terlibat dalam prostitusi (Gurgel, JDC, Neyra-Castenada, Gill, & Cuevas, 2004). Selain itu, berdasarkan pada penjabaran UNICEF mengenai latar belakang munculnya fenomena anak jalanan, ditemukan bahwa peran ayah sebagai pencari nafkah menjadi salah satu faktor pemicu munculnya anak jalanan. Tidak berfungsinya peran ayah dalam memenuhi kebutuhan keluarga memaksa ibu/keluarga melibatkan anak untuk mencari nafkah (Ayuku, Odero, & Kaplan, 2003). Untuk mengetahui lebih mendalam fenomena anak jalanan, maka untuk memahami anak jalanan secara etimologis adalah hal yang penting. Berikut dipaparkan mengenai definisi anak jalanan menurut UNICEF yang mengkategorikan anak jalanan menjadi ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok pertama adalah anak jalanan yang beresiko, yaitu mereka yang hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan pendidikan yang disebabkan oleh pengusiran dari rumah dan akhirnya menghabiskan sebagian hidupnya di jalan. 2. Kelompok kedua adalah anak jalanan di jalan, yaitu mereka yang bekerja pada siang hari dan kembali ke rumah pada malam hari. Pekerjaan yang di lakukan seperti, tukang semir sepatu, berjualan, mencuci dan menjaga kendaraan. 3. Kelompok ketiga adalah anak jalanan dari jalanan, yaitu mereka yang memiliki keluarga yang sangat terbatas karena sejak kecil mereka tinggal dan tidur di jalan bersama keluarganya. Sementara itu, Huang, Barreda, Menzoda, Guzman dan Gilbert (2004) menambahkan satu ketegori anak jalanan dengan kategori anak jalanan terlantar yaitu, anak jalanan yang tidak memiliki kontak dengan orang tuanya dan ditelantarkan. Lebih lanjut sebagai bagian dari proses riset untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak jalanan khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya, peneliti melakukan wawancara pendahuluan terhadap anak jalanan. Wawancara tersebut dilakukan untuk menggali informasi seputar persepsi anak jalanan terhadap aktivitas yang dilakukan selama di jalanan. Mengejutkan, dari hasil wawancara ternyata anak jalanan menikmati kehidupan lingkungan jalanan sebagai tempat yang bermakna bagi anak jalanan, meskipun bahaya lingkungan jalanan sangat rentan mereka alami. Hal ini memberikan gambaran yang kontradiktif dengan pendapat pada umumnya mengenai anak jalanan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Mengapa kehidupan jalanan dengan segala resikonya sangat bermakna bagi mereka? Secara teoritis Frankl (1984) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup adalah motivasi utama dalam kehidupan seseorang yang bukan merupakan rasionalisasi sekunder dari dorongan insting, makna hidup bersifat unik dan spesifik. Untuk menemukan makna hidup dan mencapai kepuasan hanya dapat dipenuhi oleh diri sendiri melalui nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap. Kebermaknaan hidup mempengaruhi harapan seseorang terhadap masa depannya, sehingga dengan memiliki harapan seseorang akan termotivasi untuk mencapai tujuan hidup yang bermakna. Hal ini tidak dipungkiri dengan kehidupan anak jalanan yang memiliki harapan dalam hidupnya, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Argo dan Kristiana (2014) mendapatkan pengakuan seorang anak jalanan berinisial D yang memiliki harapan mewujudkan cita-cita untuk membahagiakan orang tua dengan cara bekerja dan mengembangkan usaha. Berdasarkan pemaparan diatas harapan menjadi faktor dalam kebermaknaan hidup. Harapan adalah motivasi positif didasarkan pada agency motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan pathway cara untuk mencapai tujuan (Snyder, 1991). Feldman dan Snyder (2005) menunjukkan adanya hubungan antara harapan dan kebermaknaan hidup dengan mengontrol makna. Dengan demikian harapan dapat ditemukan dengan cara mereduksi tingkat depresi dan kecemasan. Sementara itu, memiliki harapan adalah kekuatan pendukung yang berkorelasi positif dengan harga diri yang tinggi. Selanjutnya, harapan dapat membantu anak jalanan memahami lingkungan sekitar dan menemukan cara-cara yang dapat mengarahkan anak jalanan ke lingkungan yang lebih baik (Hinton-Nelson, Robert, & Snyder, 1996). Mengenai nilai dukungan sosial, anak jalanan yang sebagian waktunya di jalan dan bukan anak jalanan dilaporkan secara signifikan lebih mendapat dukungan dari keluarga daripada anak jalanan yang menghabiskan waktunya di jalanan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku anak jalanan. Dukungan keluarga membuat anak jalanan yang sebagian waktunya di jalan dan kembali ke rumah lebih terkontrol. Informasi ini mengidentifikasi kemungkinan alasan mengapa anak jalanan yang menghabiskan sepanjang waktu di jalanan lebih rentan berpindah hidup ke jalanan terutama di daerah perkotaan (McAlpine, Henley, Mueller, & Vetter, 2010). Berdasarkan teori Cohen (1983) dukungan sosial adalah bentuk pemberian informasi yang akan membuat seseorang merasa dirinya dicintai, diperhatikan, dihormati dan dihargai. Sementara itu dukukungan sosial merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan timbal balik dari orang tua, kekasih / kerabat, teman dan jaringan lingkungan sosial masyarakat. Lebih dari pada itu Sedjati (2013) menemukan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima cenderung tinggi kebermaknaan hidupnya dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diterima, cenderung rendah pula kebermaknaan hidupnya (Astuti & Budiyani, 2012). Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebermaknaan hidup anak jalanan dengan mengaitkan variabel harapan dan dukungan sosial sebagai variabel independet yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup pada anak jalanan. Metode 1. Sampel dan Teknik Pengambilang Sampel Sampel penelitian adalah populasi anak jalanan berjumlah 116 anak jalanan yang berada di Jakarta, maupun anak jalanan yang berada dalam pengawasan dinas sosial, karena terjaring operasi tertib dan dipindahkan ke panti asuhan anak Dinas Sosial Jakarta, kemudian ditempatkan di kelas adapatasi yaitu tempat bagi anak jalanan yang baru menempati panti asuhan kurang dari satu minggu. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling, dimana peluang dari setiap sampel tidak sama. Alasan pemilihan teknik sampling ini adalah karena sifat populasi itu sendiri yang heterogen sehingga terdapat diskriminasi tertentu dalam unit-unit populasi. Oleh karena itu harus ada perlakuan khusus lainnya. Sedangkan metode yang digunakan adalah purposive sampling, karena peneliti lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian, dimana peneliti menganggap populasi yang digunakan memiliki karakteristik (Bungin, 2006). 2. Variabel Penelitian Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu kebermaknaan hidup sebagai varibel terikat, varaibel harapan dan dukungan sosial sebagai variabel bebas. Variabel yang pertama, yaitu kebermaknaan hidup adalah bagaimana anak jalanan menemukan kebermaknaan hidup dan mencapai kepuasan yang dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri bersifat unik dan spesifik. Harapan, sebagai variabel kedua yaitu motivasi positif anak jalanan didasarkan pada agency motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan pathway cara untuk mencapai tujuan. Ketiga, variabel dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi yang akan membuat anak jalanan merasa dirinya dicintai, diperhatikan, dihormati dan dihargai. Sementara itu dukukungan sosial merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan timbal balik dari orang tua, kekasih / kerabat, teman dan jaringan lingkungan sosial masyaraka Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif regresi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh harapan dan dukungan sosial (independent variable) terhadap kebermaknaan hidup (dependent variable). 3. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Instrumen dalam pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat ukur, yang pertama adalah skala kebermaknaan, yaitu Purpose In Life Test (PILT) dikembangkan oleh Crumbaugh dan Maholick (1964) diadaptasikan dari teori kebermaknaan hidup oleh Frankl. Alat ukur ini terdiri dari 20 item yang mengukur tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran untuk bunuh diri dan kepantasan hidup. Selanjutnya adalah skala harapan, yaitu Children’s Hope Scale yang dibuat oleh Snyder (1991) terdiri dari 6 item, 3 diantaranya merupakan komponen dari agency dan 3 item merupakan komponen dari pathway dimana responden menggambarkan bagaimana diri mereka “sekarang”.Saat pengadministrasian skala Children Hope Scale diberi label “Goals Scale for the presen”, meskipun demikian sejumlah penelitian mendukung realibilitas dan validitas skala ini. Keseluruhan item merupakan item favorable, namun peneliti menambahkan jumlah item unfavorable sebanyak 6 item. Fungsinya adalah untuk menguji konsistensi responden dalam mengisi kuesioner, kemudian peneliti telah memodifikasi jumlah item menjadi 11 item. Hal lain yang membuat peneliti memilih alat ukur ini adalah karena jumlah item yang sedikit sehingga diharapkan dapat lebih efisien dalam mengadministrasikannya pada anak jalanan. Ketiga adalah skala dukungan sosial, yaitu Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) merupakan skala yang disusun oleh Cohen et.al., (1985) terdiri dari 40 item dan terbagi atas 4 dimensi yang mengukur apparaisal support, tangible support, self-esteem support dan belonging support . Sementara itu, peneliti memodifikasi jumlah item menjadi 28. Langkah ini diambil agar lebih efisien dalam pengadministrasian kepada responden, meskipun demikian hal ini tidak mengurangi realibiltas dan validitas item. 4. Validitas Konstruk Untuk menguji validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas Confirmatory factor Analysis (CFA) dengan menggunakan sofware Lisrel 8.80. Adapun prosedur uji validitas konstruk dengan CFA seperti yang di kemukakan oleh Jahja Umar (dalam Afifah, 2012), yaitu : 1) Konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan yang dapat mengukur trait tersebut. Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2) Diteorikan bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitu pula subskala hanya mengukur satu faktor saja. Artinya baik item maupun subskala bersifat unidimensional. 3) Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimiensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori itu benar (unideminsional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matris Σ dengan matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ-S=0. 4) Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada beberapa item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti bahwa selain suatu item mengukur konstruk yang diniati ingin diukur (sesuai teori), juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran disebabkan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 5) Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya. Melihat signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka item tersebut signifikan dan sebaliknya. 6) Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). (g) Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL 8.80. Hasil Penelitian A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 116 anak jalanan jalanan yang berada di Jakarta, maupun anak jalanan yang berada dalam pengawasan dinas sosial, karena terjaring operasi tertib dan dipindahkan ke panti asuhan anak Dinas Sosial Jakarta, kemudian ditempatkan di kelas adapatasi yaitu tempat bagi anak jalanan yang baru menempati panti asuhan kurang dari satu minggu. Berikut adalah tabel karakteristik responden penelitian: Tabel 1 Karakteristik Responden Penelitian Jenis Kelamin Laki-laki Perempun Total Frekuensi 94 22 Presentase 81 19 116 100 Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari 116 anak jalanan yang dijadikan sampel berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 81 subjek laki-laki, dan subjek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 subjek. Maka dapat disimpulkan subjek penelitian terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 94subjek. B. Analisis regresi variabel penelitian Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 8.80. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, untuk hal yang pertama adalah peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) variasi kebermaknaan hidup yang dijelaskan oleh seluruh independen variabel (agency, pathway, appraisal support,tanible support, self esteem support, belonging support). Tabel 2 Tabel R-Square Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .753a .567 .538 6.20411 a.Predictors:(Constant), jenis kelamin, agency, pathway, apparaisal support, tangible support, self-esteem support, belonging support. Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,567 atau 56,7% artinya proporsi varians dari kebermaknaan hidup yang dijelaskan oleh semua independent variable (jenis kelamin, agency, pathway, appraisal support, tangible support,self esteem support, belonging support) adalah sebesar 56,7%, sedangkan43,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Kedua adalah peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable R square sebesar 0,567 atau 56,7% artinya proporsi varians dari kebermaknaan hidup yang dijelaskan oleh semua independent variable (jenis kelamin, agency, pathway, appraisal support, tangible support,self esteem support, belonging support) terhadap kebermaknaan hidup. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Anova Df Model 1 Mean Square Sum of Squares Regression 5433.674 7 776.239 Residual 4157.024 108 38.491 F 20.167 Sig. .000b Total 9590.698 115 a. Dependent Variable: kebermaknaan hidup b. Predictors: (Constant), jenis kelamin, agency, pathway, appraisal support, tangible support,self esteem support, belonging support, Jika melihat kolom Sig., diketahui bahwa (sig < 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh independent variable (jenis kelamin, agency, pathway, appraisal support, tangible support,self esteem support, belonging support) terhadap kebermaknaan hidup ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari (jenis kelamin, agency, pathway, appraisal support, tangible support,self esteem support, belonging support) terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan di Jakarta. Hal yang terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable (jenis kelamin, agency, pathway,appraisal support, tangible support, self esteem support, belonging support). Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa independent variable independent (jenis kelamin, agency, pathway,appraisal support, tangible support, self esteem support, belonging support) tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kebermaknaan hidup. Adapun analisisnya ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4 Tabel Koefisien Regresi Unstandardized Coefficients B (Constan) Agency Pathway Appraisal support Tangible support Self esteem support Belonging support Jenis kelamin a. b. Standardized Coefficient Beta -9.926 Sig. .093 .453 .406 .000 .080 .088 .214 -.162 -.138 .078 .293 .254 .001 .391 .340 .000 .167 .137 .084 -1.444 -.063 .322 Dependent Variabel: Kebermaknaan Hidup Independent Variable: agency, pathway, appraisal support, tangible support, self esteem support, belonging support, jenis kelmain Berdasarkan tabel 4 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut: Kebermaknaan hidup anak jalanan = -9,926 (constant) + 0,406 agency* + 0,088 pathway - 0,135 apparisal support + 0,254 tangible support* + 340 self esteem support* + 137 belonging support - 0.063 jenis kelamin. Lebih lanjut, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita dapat melihat nilai sig pada kolom sig tabel 4., jika sig < 0,05, maka pengaruh koefisien regresi yang dihasilkan bernilai signifikan terhadap kebermaknaan dan sebaliknya. Pada tabel 4 terdapat 3 koefisien regresi yang signifikan, yaitu agency, tangible support dan self esteem support. Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi kebermaknaan hidup pada anak jalanan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari tujuh independent variable, yaitu agency, pathway, appraisal support, tangible support, self-esteem support, belonging support dan jenis kelamin ditemukan hanya tiga variabel yang mempengaruhi kebermaknaan hidup pada anak jalanan secara signifikan dan memiliki hubungan arah yang positif. Ketiga variabel tersebut adalah agency, tangible support dan self-esteem support. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari harapan (agency) terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan di Jakarta. Variabel harapan agency ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebermaknaan hidup. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Argo dan Kristiana (2014) menemukan pengaruh harapan terhadap kebermaknaan hidup agar seseorang termotivasi mencapai tujuan. Selain itu Feldman dan Snyder (2005) mengemukakan adanya hubungan harapan dengan kebermaknaan hidup dan menjadi faktor dalam kebermaknaan hidup yang dimilki seseorang, sehingga dengan memiliki harapan akan memberikan kekuatan pendukung yang berkorelasi positif dengan harga diri yang tinggi. Selanjutnya, hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat variabel dukungan sosial tangible support dan self esteem support yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan di Jakarta terbukti memiliki pengaruh signifikan dengan arah hubungan positif terhadap kebermaknaan hidup yang dicapai, hal ini menginformasikan bahwa apabila skor self-esteem support maupun skor tangible support tinggi, maka skor kebermaknaan hidup akan tinggi begitun pun sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sedjati (2013) yang menemukan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang. Semakin besar dukungan yang diberikan dalam meningkatkan harga diri anak jalanan, maka semakin baik pula kebermaknaan hidupnya. Dengan dukungan sosial berupa penghargaan diri akan membangun rasa untuk menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan harga diri akan sangat berguna ketika anak jalanan mengalami tekanan. Dengan demikian kebermaknaan hidup yang diraih akan jauh lebih positif. Sedangkan variabel lain dari dukungan sosial yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap kebermaknaan hidup adalah appraisal support. Pada penelitian ini, appraisal support tidak mempengaruhi kebermaknaan hidup, karena berdasarkan hasil skor yang tidak memiliki hubungan positif terhadap kebermaknaan hidup, sehingga dapat diartikan bahwa apabila skor appraisal support rendah, maka skor kebermaknaan hidup akan ikut rendah. Pernyataan tersebut tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sedjati (2013) menemukan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang. Namun dalam penelitian ini subjek kurang mendapatkan dukungan sosial berupa appraisal support. Maka yang terjadi adalah anak jalanan tidak dapat memahami tekanan yang dialami dan tidak mampu menentukan cara menghadapi stres. Dimensi dukungan sosial belonging support yang menujukkan hasil tidak ada pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan positif terhadap kebermaknaan hidup, menjelaskan bahwa apabila skor belonging support rendah, maka secara tidak langsung kebermaknaan hidup anak jalanan rendah. Hal ini terjadi karena beberapa anak jalanan yang menjadi subjek penelitian tidak memiliki hubungan kedekatan dengan keluarga, mereka adalah anak-anak jalanan yang termasuk dalam kategori anak terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Dan Jenis kelamin sebagai variabel demografi memiliki pengaruh tidak signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan, hal ini disebabkan karena kurang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan pada subjek penelitian ini. Sehingga, perbedaan kebermaknaan hidup pada laki-laki dan perempuan pada penelitian tidak signifikan. Kesimpulan dan Implikasi Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat pengaruh harapan (agency, pathway), dukungan sosial (appraisal support, tangible support, self esteem support, belonging support) variabel demografi jenis kelamin terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan di Jakarta”. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mayor pada penelitian ini gagl untuk ditolak. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji masing-masing koefisien regresi terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan di Jakarta, ditemukan bahwa terdapat tiga variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap kebermaknaan hidup, yaitu agency, tangible support dan self esteem support. Adapun pengaruh dari tiga variabel tersebut terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanana di Jakarta adalah sebesar 56,7%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel-variabel yang diteliti. Oleh karena itu disarankan agar lebih spesifik dalam menggunakan variabel lain khususnya dukungan sosial agar disesuaikan dengan teori yang lebih mendekati keadaan dukungan sosial yang didapat oleh anak jalanan. Selain itu pada penelitian berikutnya agar lebih memperhatikan variabel demografi usia pada anak jalanan, karena tahap perkembanga usia anak jalanan tidak relevan dengan usia kronologi. Contohnya sebutan “anak jalanan” mempersepsikan pada anak dengan rentang usia perkembangan menurut santrock (2012) 6-9 tahun dikategorikan sebagai anak dan usia 10-18 tahun dikategorikan remaja. Hal ini berbeda dengan keadaan di lapangan karena anak pada usia 6-9 tahun belum tentu bisa membaca dan menulis sehingga menyulitkan untuk mengisi kuesioner. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan yang juga dapat memepengaruhi hasil penelitian, misalnya saja kuesioner yang digunakan memiliki item pernyataan yang jumlahnya cukup banyak, sehingga mengakibatkan kejenuhan dalam menjawab butir-butir pernyataan yang berujung pada kurangnya kevaliditasan serta kereliabilitasan hasil. Keterbatasan selanjutnya adalah terbatasnya penelitian yang mengkaji tentang kebermaknaan hidup khususnya pada anak jalanan sehingga penelitian ini belum sepenuhnya sempurna dalam meneliti kebermaknaan hidup anak jalanan. Terlebih pemahanaman anak jalanan terkait kebermaknaan hidup belum sepenuhnya mereka sadari makna hidup itu sendiri. Saran Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan dependent variable yang sama. Adapun saran tersebut berlandaskan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Menurut hasil analisi data, diketahui bahwa terdapat faktor lain di luar penelitian ini yang mungkin lebih erat kaitannya dengan kebermaknaan hidup pada anak jalanan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar penelitian mengenai kebermaknaan hidup selanjutnya dapat menambah variabel-variabel di luar penelitian ini yang memiliki pengaruh terhadap kebermaknaan hidup pada anak jalanan. Peneliti menyarankan untuk memperbanyak jumlah responden dan keseimbangan antara jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam penelitian selanjutnya, agar hasil yang didapat lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan mendapatkan informasi yang lebih mendalam serta memperhatikan subjek dalam mengisi kuesioner. Peneliti juga menyarankan untuk memilih sampel dengan fokus pada anak jalanan yang masuk dalam kategori UNICEF hal tersebut tidak termasuk pada golongan anak punk, karena kelompok anak punk memiliki ideologi yang berbeda dengan anak jalanan pada umumnya. Kepustakaan Afifah. (2012). Uji Validitas Konstruk General Aptitude Test Battery (GATB) dengan Metode Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia.Vol.1.No.1. Astuti, A., & Budiyani, K. (2012, August). Hubungan Antara Dukungan Sosial Yang Di terima Dengan Kebermaknaan hidup pada ODHA. 7. Retrieved September 5, 2015, from http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wpcontent/uploads/2012/06/Agustus_2010_Kondang-Budiyani.pdf. Ayuku, D., Odero, W., & Kaplan, C. (2003). Social network analysis for health and social interventions among Kenyan scavening street children. Health Policy and Planning, 109118. Retrieved August 19, 2015. Bungin, B. (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, dan ekonomi dan kebijkan publik serta ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Cohen, S., & Hoberman, H. (1983). Positive events and social supports as buffers of life change stress. Journal of Applied Social Psychology, 99-125. Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Social Support: Theory, Research, and Applications. Journal of Applied Social Psychology. Feldman, D. B., & Snyder, C. R. (2005). Hope and The Meaningful Life: Theoritical and Empirical Associations Between Goal-Directed Thinking and Life Meaning. Journal of Social and Clinical Pstchilogy, 24, 401-421.Retrieved Mei 12, 2015. Frankl, V. E. (1984). Mans Search For Meaning. New York: Pocket Book. Retrieved September 5, 2015. Gurgel, R. Q., JDC, d. F., Neyra-Castenada, D., Gill, G., & Cuevas, L. (2004). Capturerecapture to estimate the number of street children in a city in Brazil. Arch Dis Child, 89, 222-224. doi:10.1136/2002. Hinton-Nelson, M. D., Robert, M. C., & Snyder, C. R. (1996, July). Early Adolescents Exposed to Violence: Hope and Vulnerability to Victimization. American Journal of Orthopsychiatry, 347. Retrieved September 9, 2015. Huang, C.-C., Barreda, P., Menzoda, V., Guzman, L., & Gilbert, P. (2004). A comparative analysis of abandoned street childre and formerly abandoned street children in La Paz, Bolivia. Arch Dis child, 89, 821-826. Marsh, A., Smith, L., & Piek, J. (2003). The Purpose in life scale: Psychoetric properties for social drinkers and dringkers alcohol treatment. Educational and Psychological Measurement, 60, 859-871. McAlpine, K., Henley, R., Mueller, M., & Vetter, S. (2010, May 5). A Survey of Street Children in Northern Tanzania:How Abuse or Support Fctors May Influence Migration to the Street. Community Ment Health J, 26-32. doi:10.1007/s10597-009-9196-5. Megapolitan. (2011). Jumlah Anak Jalanan Meningkat. (B. Juwono, Editor, & Kompas.com, Producer) Retrieved Maret 24, 2015, from http://megapolitan.kompas.com. Santrock, J. W. (2012). Life Span Development. Erlangga. Scanlon, T. J., Thomskin, A., Lync, M. A., & Scanlon, F. (1996, May 23). US international library of medicine national institute of health. Retrieved August 19, 2015, from NCBI: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1113205/. Snyder, C. R. (1991). Hypotesis: There is Hope. Snyder, C. R., Anderson, J. R., Holleran, S. A., Irving, L. M., & Sigmon, S. T. (1991). The will and the ways: Development and validation of an individual-differences measure of hope. Journal of Personality and Social Psychology, 570-585. Snyder, C. R., Harris, C., Anderson, J. R., Holleran, S. A., Irving, L. M., Sigmon, S. T., . . . Harney, P. (1991). The will and teh ways development & validation of an individual differences measure of hope. Tennen, H., Afleck, G., & Tennen, R. (2002). The Theory and Measurement of Hope. Psychologicala Inquiring, 13, 311-317. Retrieved 09 07, 2015, from http://www.jstor.org/stable/1448876 Thapa, K., Ghatane, S., & Rimal, S. (2009). Health problems among the street children of Dharan municipality. 7(27), 272-279.