MAKNA MENGAJAR (STUDI FENOMENOLOGI PADA PENGAJAR

advertisement
MAKNA MENGAJAR (STUDI FENOMENOLOGI PADA PENGAJAR DALAM
KOMUNITAS SAVE STREET CHILD SURABAYA)
MEANING OF TEACHING (TEACHING IN A PHENOMENOLOGICAL STUDY
ON COMMUNITY SAVE STREET CHILD SURABAYA)
Anggy Aprily Dwi Poetri
07101405
[email protected]
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
ABSTRAK
Komunitas Save Street Child Surabaya (SSCS) merupakan komunitas yang
muncul akibat dari keperdulian dan keprihatinan terhadap kondisi anak jalanan yang
tidak memiliki waktu untuk bermain, belajar seperti selayaknya anak-anak seumurannya
yang telah mendapatkan pendidikan yang layak dan waktu bermain yang cukup.
Fenomena tentang kegiatan sosial yang dilakukan oleh para relawan terutama pada
komunitas Save Street Child Surabaya yang melakukan kegiatan mengajar, dimana
pengajar dalam komunitas Save Street Child tersebut melakukan tindakan sosial dengan
ikhlas dan tanpa pamrih, dan kenyataannya setiap orang yang bekerja untuk
mendapatkan reward seperti gaji dari hasil kerja kerasnya selama ini, realitasnya dalam
komunitas Save Street Child Surabaya para pengajar tidak mendapatkan reward dari
setiap kegiatan mengajar anak jalanan. Maka fokus penelitian yang akan coba dikaji
dalam penelitian ini yaitu : Apakah makna mengajar bagi para pengajar dalam
komunitas Save Street Child Surabaya.
Untuk menganalisa permasalahan tersebut maka digunakan teori fenomenologi
Alfred Schutz. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam. Lokasi penelitian dilakukan di
kawasan Jembatan Merah Plaza (JMP) dikarenakan lokasi tersebut tempat awal
komunitas mengadakan kegiatan belajar mengajar dan informan penelitian dipilih
secara pusposive dengan mengambil lima informan yang terdiri dari ketua komunitas
SSCS, ketua bidang pendidikan, koordinator pengajar wilayah Jembatan Merah Plaza
(JMP) dan dua orang pengajar .
Hasil dari penelitian ini bahwa tiap-tiap informan memiliki pendapat yang
berbeda-beda mengenai makna mengajar anak jalanan dalam komunitas Save Street
Child Surabaya. Makna mengajar anak jalanan dapat dibedakan melalui latar belakang
informan, sebagai mahasiswa yang memberikan makna mengajar anak jalanan
merupakan kegiatan berbagi dan merupakan kegiatan mengisi waktu luang. Sedangkan
sebagai guru maupun orang yang sudah memiliki pekerjaan memaknai mengajar anak
jalanan merupakan ibadah dan juga kegiatan yang dapat memberikan memberikan
manfaat bagi orang lain yang membutuhkan dan juga kepuasan yang didapatkan oleh
diri sendirii dengan melihat kemajuan yang dialami oleh anak jalanan.
Kata kunci : Komunitas Save Street Child Surabaya, Fenomenologi, Anak Jalanan
ABSTRACT
Community Save Street Child Surabaya (SSCS) is an emerging community as a
result of awareness and concern over the condition of street children who do not have
time to play, should learn as children age who has received the proper education and
considerable playing time. The phenomenon of social activities done by volunteers,
especially at Save Street Child Surabaya community conducting teaching, where
teachers in the community Save Street Child social action with sincere and selfless, and
in fact everyone who works to earn rewards such as salary of the results of his hard
work over the years, the reality in community Save Street child Surabaya teachers do
not get any reward from teaching street children. So the focus of the research will try to
be studied in this research is : What is the meaning of teaching for teachers in the
community Save Street Child Surabaya.
To analyze the problems it is used phenomenological theory of Alfred Schutz.
The method used in this study is qualitative data collection techniques such as in-depth
interviews. Location of the research done in the area of Red Bridge Plaza (JMP) due to
the location of the start point of the community held a teaching and learning activities
and selected research informants pusposive by taking five informants consisting of
SSCS community chairman, chairman of education, faculty coordinator of the Red
Bridge Plaza area (JMP) and two teachers.
The results of this study that each informant has a different opinion about the
meaning of teaching street children in the community Save Street Child Surabaya.
Meaning teach street children can be distinguished by background informant, as a
student who gives meaning to teach street children is a shared activity and a spare time
activity. While the teachers and people who already have jobs to make sense of a
religious teaching street children and also activities that can provide benefits for others
in need and also the satisfaction derived by the self for oneself by looking at the
progress experienced by street children.
Keywords : Community Save Street Child Surabaya, Phenomenology, Street Children.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelompok sosial merupakan suatu himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia
yang hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Hubungan tersebut
menyangkut hubungan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan terdapat
kesadaran untuk saling tolong-menolong. Secara sosiolog, manusia akan banyak
berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, baik dalam kelompok kecil seperti
keluarga, maupun kelompok-kelompok besar seperti masyarakat desa, masyarakat kota,
dan lain sebagainya (Soekanto, 1990:118). Dengan berkembangnya suatu masyarakat
yang menjadi heterogen, maka tindakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut
menjadi terspesialisasi atau dapat dikatakan bahwa masyarakat melakukan pekerjaan
sesuai dengan bakat dan kemampuan dari masing-masing individu sehingga
menyebabkan juga berkembangnya komunikasi secara cepat dan jangkauan masyarakat
saat ini semakin luas, oleh karenanya banyak kepentingan individu dalam suatu
masyarakat tidak terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena jika individu memiliki
jangkauan yang luas terhadap kepentingannya tersebut maka mereka dapat memenuhi
kepentingannya begitu pula sebaliknya jika suatu individu atau masyarakat tidak
memiliki jangkauan yang luas maka kepentingannya tidak dapat terpenuhi secara utuh.
Salah satu akibat dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan individual
dalam suatu masyarakat baik yang bersifat material maupun spiritual, maka muncul
suatu kelompok volonter. Kelompok volonter mencakup orang-orang yang mempunyai
kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat secara luas akibat
dari daya jangkaunya tadi (Soekanto, 1990:144). Keberadaan suatu komunitas terletak
pada aktivitas yang dilakukan oleh anggota yang bersumber pada program-program
yang dibuat oleh komunitas tersebut untuk mengembangkan visi dan misi yang akan
dicapai maupun mempertahankan eksistensi komunitas tersebut. Ciri dari setiap
komunitas berbeda-beda, hal tersebut tergantung pada ruang lingkup komunitas, minat
maupun tempat komunitas tersebut berada.
Komunitas Save Street Child Surabaya (SSCS) merupakan komunitas yang
muncul akibat dari keperdulian dan keprihatinan terhadap kondisi anak jalanan yang
tidak memiliki waktu untuk bermain, belajar seperti selayaknya anak-anak seumurannya
yang telah mendapatkan pendidikan yang layak dan waktu bermain yang cukup. Dapat
dikatakan bahwa komunitas ini muncul akibat dari terbentuknya masyarakat kapitalis
dan birokratis yang melemahkan kelompok-kelompok sosial yang tradisional dan
mempunyai kepentingan bersama untuk memenuhi tujuan tertentu dimana hubungan
antar anggota kelompok menjadi penting. Oleh karena itu, komunitas Save Street Child
Surabaya muncul sebagai pemerhati anak jalanan agar bisa lebih diperhatikan oleh
masyarakat pada umumnya karena banyak dari anak jalanan tersebut memiliki bakat
yang terpendam namun terbatas dengan fasilitas yang dimiliki, maka dengan adanya
komunitas ini yang memberikan program bagi anak-anak jalanan yang kurang
beruntung yakni memberikan pelajaran yang diajarkan oleh para relawan. Dalam setiap
kegiatan yang diadakan para relawan tersebut sangat giat dan ingin benar-benar
membantu masyarakat.
Penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya seperti dalam skripsi yang
membahas tentang Pemberdayaan Anak Jalanan Oleh Rumah Singgah Kawah di
Kelurahan Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta. Dalam hal ini yang menjadi fokus
penelitiannya yakni apa peranan rumah singgah kawah bagi pemberdayaan anak jalanan
dan apa bentuk-bentuk program pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh rumah
singgah kawah. Dapat disimpulkan hasil dari penelitian tersebut bahwa rumah singgah
kawah merupakan tempat pemusatan sementara yang bersifat non-formal, di mana anak
jalanan dapat memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke
pembinaan lanjut. Peranan rumah singgah kawah yakni sebagai tempat perlindungan
dari berbagai bentuk kekerasan terhadap anak jalanan, sebagai tempat rehabilitasi, di
mana anak jalanan ditanamkan fungsi sosial masyarakat dan sebagai tempat akses
terhadap pelayanan seperti kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Sedangkan
bentuk-bentuk program pemberdayaan anak jalanan di rumah singgah kawah yakni
program pendidikan, dengan memberikan pendidikan formal yang berbasis persamaan
melalui kejar paket A, B, C, sedangkan untuk pendidikan non-formal diberikan
pengembangan bakat dan keterampilan yang berbasis wirausaha yang dimaksudkan
untuk anak-anak jalanan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan pekerjaan yang
layak. Selain itu terdapat program pengembangan kerohanian yang dimaksudkan agar
anak-anak jalanan lebih disiplin dalam beribadah dan progam pemagangan yakni
program pencarian pekerjaan untuk anak-anak jalanan yang dilakukan oleh pihak rumah
singgah sebagai upaya pencapaian bahwa anak-anak jalanan dapat hidup mandiri
(Itsnaini, 2010). Adapun jurnal yang membahas mengenai gerakan teman asuh dan
orang tua asuh untuk membantu anak jalanan yang mengungkapkan bahwa gerakan
teman asuh dan gerakan orang tua asuh merupakan alternatif yang patut didorong
keberadaannya agar anak-anak jalanan dapat ditolong. Gerakan teman asuh di
lingkungan sekolah tertentu dapat direncanakan sesuai dengan kondisi sekolah tersebut.
Sebagai contoh, sekolah A memiliki murid seribu orang, sekolah ini dapat membuat
program gerakan teman asuh dengan cara penyisihan uang jajan.
Setelah dana
terkumpul, maka dana tersebut dapat segera disalurkan kepada anak-anak jalanan yang
menjadi target sekolah. Penyerahan dana ini dapat dilakukan secara periodik misalnya
setiap tiga bulan, empat bulan, enam bulan, dan sebagainya. Selain pengumpulan uang,
dapat juga dilakukan pengumpulan pakaian seragam sekolah layak pakai dan buku-buku
pelajaran serta peralatan sekolah yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya. GNOTA
(Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) sudah lama dicanangkan oleh pemerintah.
Gerakan ini perlu dipupukkembangkan lagi agar mencapai jumlah yang lebih banyak.
Orang tua asuh yang dimaksud di sini adalah keluarga yang berkecukupan dan memiliki
kepedulian terhadap anak-anak jalanan dengan cara memberikan bantuan berupa
kebutuhan hidup atau biaya sekolah bagi anak-anak jalanan. Gereja merupakan lembaga
yang cukup potensial untuk menggerakkan orang tua asuh. Gereja dapat menawarkan
kepada keluarga-keluarga mampu untuk menjadi donatur bagi anak-anak jalanan.
Apabila tawaran ini sudah mendapatkan respon dari jemaat, pengelola dapat
menentukan target anak-anak jalanan yang akan dibantu. Bantuan tersebut dapat berupa
biaya sekolah selama satu tahun (pada akhir tahun pelajaran, kesanggupan keluarga
tersebut untuk menjadi donatur dapat diperbaharui lagi). Apabila jumlah orang tua asuh
lebih banyak, maka langkah untuk menolong para anak jalanan ini semakin dapat
membuahkan hasil (Ivena, 2005). Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar berdiri pada
tahun 2010. Bermula dari ide penggiat pendidikan, Anies Baswedan, gerakan ini
mengajak putra-putri terbaik di Indonesia, generasi baru yang terdidik,berprestasi dan
memiliki semangat juang untuk menjadi guru SD (Sekolah Dasar) selama satu tahun di
pelosok Indonesia. Indonesia Mengajar merupakan suatu gerakan yang memiliki misi
ganda, yakni membantu mengisi kekurangan guru berkualitas di daerah yang
membutuhkan serta menjadi wahana belajar kepemimpinan bagi anak-anak muda
terbaik di Indonesia agar memiliki kompetensi kelas dunia dan pemahaman masyarakat
akar rumput yang utuh. Indonesia mengajar menempatkan sarjana-sarjana terbaik di
pelosok negeri. Kehadiran mereka disana untuk mengajar, mendidik, menginspirasi dan
menjadi jembatan bagi masyarakat desa dengan pusat kemajuan. Para Pengajar Muda
itu akan meninggalkan ilmu, inspirasi, dan kenangan di masyarakat desa di pelosok
negeri. Para Pengajar Muda tersebut melalui proses seleksi dengan menulis esai, untuk
menjadi guru di daerah terpencil selama satu tahun. Dari 1.383 anak muda mengikuti
proses seleksi tersebut dan hanya terpilih sebanyak limapuluh satu pengajar yang
terpilih untuk mengajar di ujung negeri, menjadi guru dan tinggal bersama masyarakat
biasa (Henny, 2011). Berdasarkan penelitian, jurnal dan buku yang membahas
mengenai kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh relawan-relawan, maka
permasalahan yang menarik dikaji dalam penelitian ini yakni mengenai Makna
Mengajar pada Pengajar dalam Komunitas Save Street Child Surabaya. Karena
kebanyakan dari kegiatan sosial yang dilakukan oleh relawan terutama dalam bidang
pendidikan yakni berdasarkan Undang-undang Dasar yang menyatakan ingin
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Rumusan Masalah
Sebagaimana uraian dari latar belakang diatas, permasalahan tentang kegiatan
sosial yang dilakukan oleh para relawan terutama pada komunitas Save Street Child
Surabaya yang melakukan kegiatan mengajar, dimana pengajar dalam komunitas Save
Street Child tersebut melakukan tindakan sosial dengan ikhlas dan tanpa pamrih, dan
kenyataannya setiap orang yang bekerja untuk mendapatkan reward seperti gaji dari
hasil kerja kerasnya selama ini, realitasnya dalam komunitas Save Street Child Surabaya
para pengajar tidak mendapatkan reward dari setiap kegiatan mengajar anak jalanan.
Jika diuraikan lebih lanjut maka secara garis besar, fokus penelitian yang akan coba
dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana makna mengajar bagi para pengajar dalam komunitas Save Street
Child Surabaya?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menjawab apa yang menjadi
permasalahan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemahaman atas :
1.
Menjelaskan makna mengajar dari pengajar dalam komunitas Save Street
Child Surabaya.
Tinjauan Pustaka
Teori Fenomenologi Alfred Schutz
Alfred Schutz adalah salah satu tokoh fenomenologi yang merupakan ahli
fenomenologi yang paling menonjol. Schutz sangat tertarik untuk memahami makna
subjektif yaitu yang melihat bahwa orang selalu melakukan tindakan dan sekaligus
memberikan reaksi atas tindakan orang lain, juga melihat bahwa pengetahuan yang
dimiliki diperoleh karena adanya peranan indera.
Menurut Schutz, cara mengkontruksikan makna diluar dari arus utama
pengalaman ialah melalui proses tipikasi, termasuk membentuk penggolongan atau
klasifikasi dari pengalaman. Jadi hal tersebut yang menentukan apa yang disebut Schutz
sebagai “hubungan-hubungan makna” (meaning contexs) yang merupakan serangkaian
kriteria yang mengorganisir pengalaman inderawi ke dalam suatu makna. Hubunganhubungan makna yang teroganisir tersebut juga melalui proses tipikasi yang disebut
dengam “kumpulan pengetahuan” (stock of knowledge). Dalam setiap konteks ruang,
waktu dan historis, individu memiliki dan menerapkan pengetahuan (stock of
knowledge) yang terdiri dari semua fakta, kepercayaan, prasangka dan aturan yang
dipelajari dari pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah tersedia. Stock of
knowledge bagi Schutz memiliki arti bahwa pengetahuan yang diperoleh manusia
sebenarnya merupakan dampak dari berbagai situasi atau keadaan atau kejadian yang
terjadi sebelumnya, dimana situasi yang dihadapi itu merupakan situasi yang benarbenar unik dan merupakan sesuatu yang berbeda dengan situasi yang dihadapi orang
lain. Jadi, stock of knowledge itu sebenarnya merujuk pada hal mendasar, yakni content
(isi), meaning (makna), intensity (intensitas), dan duration (jangka waktu) dari berbagai
kejadian dan rentetan pengalaman yang dialami setiap individu. Sehingga dengan
pengetahuan itu lah seseorang dapat berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain,
dimana semua perilaku seseorang sesungguhnya diberi makna dan ditafsirkan
maknanya.
Selanjutnya dalam proses pemaknaan tersebut terjadi suatu kesepakatan yang
intinya tidak mau terjebak hanya pada pemikiran ilmiah sosial tetapi lebih pada
interpretasi terhadap kehidupan keseharian berdasarkan kesepakatan peneliti dengan
“objek penelitian” yang sekaligus sebagai subjek yang menginterpretasikan dunia sosial
dalam proses pemahaman terhadap kontruksi makna dari suatu proses yang bernama
intersubjektivitas. Proses pemaknaan ini membentuk sistem relevansi yang menjalankan
proses interaksi dengan lingkungan, di mana pembentukan sistem relevansi dalam
proses interaksi sosial ini dapat dijadikan elemen pembentuk tujuan dalam setiap
tindakan sosial yang dilakukan oleh individu (Nindito, 2005:89).
METODOLOGI
Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini merupakan
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah yang terdapat pada kehidupan manusia.
Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Metode ini menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di
amati.
Definisi Operasional
1. Mengajar
: merupakan suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan
tujuan pengajaran tercapai (http://juprimalino.blogspot.com/2012/01/pengertianmengajar-menurut-para-ahli.html)
Teknik Penentuan Informan
Pemilihan informan merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu
penelitian karena informan inilah yang akan memberi data-data yang dapat
mempresentasikan apa yang dicari dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini yakni purposive, di
mana memilih informan dengan cara pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan
penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini, informan yang dipilih yakni anggota
yang tergabung dalam komunitas Save Street Child Surabaya yang juga ikut mengajar
anak jalanan atau biasa disebut dengan “pengajar keren”. Dalam penelitian ini dipilih 5
informan oleh karena menurut peneliti sudah menjawab fokus penelitian dalam
penelitian ini, informan pertama bernama Advin merupakan ketua komunitas Save
Street Child Surabaya, informan kedua yang bernama Indra merupakan ketua bidang
pendidikan dalam komunitas Save Street Child Surabaya, informan ketiga bernama
Acis, merupakan koordinator wilayah pengajar di kawasan Jembatan Merah Plaza
(JMP), informan keempat yang bernama Muji dan kelima yang bernama Sundari
merupakan pengajar dari komunitas Save Street Child Surabaya yang telah mengikuti
kegiatan mengajar selama 1 tahun di kawasan Jembatan Merah Plaza (JMP).
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian fenomenologi, oleh karena itu secara
khusus pula penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang ditawarkan
dalam tipe penelitian fenomenologi. Dalam penelitian fenomenologi yang terpenting
adalah wawancara mendalam atau wawancara yang dilakukan dengan cara mengambil
informasi hingga ke akar dan makna individu dalam menanggapi fenomena yang
muncul dihadapannya.
Sumber data penelitian terbagi menjadi dua sumber data antara lain data primer
dan data sekunder. Data primer mencakup, profil informan dan latar belakang informan.
Data sekunder mecakup, foto-foto kegiatan dan pengumpulan data melalui media sosial
seperti internet. Dalam pendekatan ini menggunakan metode purposif, dengan asumsi
meskipun mudah utuk dijumpai banyaknya ‘pengajar keren’ dalam komunitas SSChild
Surabaya, namun seseorang dapat dijadikan informan dengan melewati tahap-tahap
tertentu, seperti berkenalan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa, subyek benar
menjadi pengajar dalam komunitas Save Street Child Surabaya dan bersedia untuk
menjadi informan pentelitian.
Teknik Analisis Data
Penelitian
ini
menggunakan
metode
analisis
Kualitatif
berupa
studi
Fenomenologi. Di mana fenomenologi dikenal sebagai metode berpikir yang
mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena). Penelitian fenomenologi
mengenai makna mengajar bagi para pengajar dalam komunitas Save Street Child
Surabaya memang menarik untuk diteliti. Dalam penelitian yang menggunakan kajian
fenomenologi ini berusaha memunculkan kemurnian makna yang dipaparkan oleh
informan mengenai makna mengajar dalam kegiatan mengajar yang dilakukan oleh
komunitas Save Street Child Surabaya. Tentang bagaimana peristiwa itu muncul
pertama kali, perihal yang dirasakan informan mengenai fenomena itu, pengalaman apa
saja yang informan rasakan dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian penelitian
fenomenologi mengenai makna mengajar pada pengajar dalam komunitas Save Street
Child Surabaya dapat dikaji, dianalisis secara komprehensif.
PEMBAHASAN
Skema Proses Makna Mengajar Anak Jalanan
GURU / ORANG
YANG SUDAH
BEKERJA
MAHASISWA
PEMAHAMAN TENTANG
ANAK JALANAN
- KURANG
TERSENTUH
DALAM HAL PENDIDIKAN
YANG LAYAK
- KURANG DALAM SEGI
EKONOMI
- ANAK YANG BANYAK
MENGHABISKAN WAKTU
DIJALAN
- KURANG PERHATIAN
FAKTOR
KETERTARIKAN
- DIAJAK TEMAN
- KEINGINAN DIRI
SENDIRI
PENGAJAR KEREN
KOMUNITAS SAVE STREET
CHILD SURABAYA
- KEGIATAN BERBAGI
- KEGIATAN
UNTUK
MENGISI WAKTU LUANG
- MENDAPATKAN
KEPUASAN TERSENDIRI
- IBADAH
- TINDAKAN
YANG
BERGUNA
DAN
BERMANFAAT
BAGI
ORANG LAIN
-
Melalui skema di atas, penulis menggambarkan bagaimana proses makna
mengajar anak jalanan yang dilakukan oleh para pengajar dari komunitas Save Street
Child Surabaya yang dibedakan melalui latar belakang ekonomi yang dilihat dari
pekerjaan. Makna mengajar dihasilkan melalui proses apa yang di sebut Schutz
pengetahuan (Stock of knowledge) yang mana dalam hal ini pengetahuan dan
pemahaman informan mengenai anak jalanan itu sendiri sangat beragam, kemudian
muncul suatu ketertarikan untuk melakukan kegiatan dalam bidang sosial yakni menjadi
pengajar dalam komunitas Save Street Child Surabaya. Komunitas Save Street Child
Surabaya merupakan komunitas yang bergerak dalam bidang sosial yang muncul
sebagai pemerhati anak jalanan, di mana komunitas ini bertujuan untuk membantu anak
jalanan mendapatkan pendidikan yang layak, seperti beasiswa untuk anak jalanan tidak
putus sekolah sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Ketertarikan dari para informan berasal dari keinginan diri sendiri dan ajakan teman.
Dalam hal keinginan diri sendiri, informan dengan latar belakang sebagai guru dan
orang yang sudah memiliki pekerjaan memang sejak awal berniat untuk membantu dan
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Save Street Child Surabaya,
sedangkan dalam hal ajakan teman, informan dengan latar belakang sebagai mahasiswa
tertarik untuk mengikuti komunitas ini karena mendapat penjelasan dari teman tentang
visi dan misi komunitas Save Street Child Surabaya ini sehingga muncul ketertarikan
untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan didalamnya khususnya mengajar anak
jalanan. Setelah tertarik mengikuti komunitas ini, mereka menjadi pengajar untuk
mengajar anak jalanan. Dan setelah itu mereka dapat memberikan makna mengenai
mengajar anak jalanan, di mana setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda
terhadap sesuatu. Seperti yang ada pada skema di atas dapat dibedakan pemaknaan yang
diperoleh dari mahasiswa dengan pemaknaan yang diperoleh dari guru maupun orang
yang memiliki pekerjaan. Di mana dari pendapat informan dengan latar belakang
mahasiswa bahwa mengajar anak jalanan merupakan kegiatan berbagi dan merupakan
kegiatan untuk mengisi waktu luang, pemaknaan tersebut merupakan pemikiran yang
biasanya muncul pada mahasiswa karena mahasiswa memiliki pemikiran yang idealis
sehingga memberikan makna mengajar anak jalanan tersebut sesuai dengan tujuan
diadakannya kegiatan sosial dari komunitas Save Street Child Surabaya yakni berbagi,
dan mahasiswa memiliki waktu yang cukup luang karena pada tingkat mahasiswa
proses pembelajaran tidak terpaku pada jadwal yang telah diatur oleh instansi
pendidikan, akan tetapi mahasiswa dapat menentukan mata kuliah dengan waktu yang
sesuai. Jadi, informan memberikan makna dalam mengajar anak jalanan merupakan
kegiatan mengisi waktu luang. Berbeda dengan pemaknaan yang diberikan oleh guru
maupun orang yang memiliki pekerjaan, di mana mereka memberikan pemaknaan
sesuai dengan pemahaman dan pengalaman yang mereka dapatkan dari lingkungan
sekitar. Sehingga makna yang diberikan dalam mengajar anak jalanan adalah dengan
mengikuti kegiatan tersebut salah satu informan mendapatkan kepuasan tersendiri
dengan melihat kemajuan-kemajuan dari anak-anak jalanan, informan lain memberikan
makna mengajar anak jalanan merupakan ibadah, di mana informan memang memiliki
keinginan diri sendiri untuk mengikuti kegiatan sosial yang dapat membantu dan
memberikan manfaat bagi orang lain yang membutuhkan, seperti mengikuti kegiatan
sosial yang diadakan oleh komunitas Save Street Child Surabaya khususnya membantu
anak jalanan dalam hal mendapatkan pendidikan yang layak.
SIMPULAN
Studi ini menggunakan pemikiran Alfred Schutz mengenai fenomenologi untuk
menjawab permasalahan yang ada. Hasil studi ini memberikan wawasan baru terhadap
teori tersebut, yakni :
1. Dalam memaknai suatu permasalahan yang dipaparkan oleh Schutz meliputi
proses tipikasi, yang menghasilkan suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman kemudian hal tersebut yang menentukan apa yang disebut Schutz
sebagai “hubungan-hubungan makna” (meaning contexs) yang merupakan
serangkaian kriteria yang mengorganisir pengalaman inderawi ke dalam suatu
makna. Studi ini menemukan bahwa pemaknaan yang dilakukan oleh pengajar
dari komunitas Save Street Child Surabaya melalui proses pemahaman mengenai
anak jalanan yang kemudian memunculkan suatu ketertarikan untuk mengikuti
kegiatan dalam komunitas Save Street Child Surabaya ini, khususnya menjadi
pengajar sehingga dengan menjadi pengajar tersebut mereka dapat memaknai
bagaimana mengajar anak jalanan dengan mendapatkan imbalan
2. Studi ini memperkaya studi-studi kualitatif sosiologis tentang masalah sosial
yang ada dalam masyarakat, salah satunya yakni kegiatan mengajar anak jalanan
yang dilakukan oleh komunitas Save Street Child Surabaya dengan tanpa
memperoleh imbalan.
3. Penggunaan teori yang relevan dapat menjadi pisau analisis yang tajam bagi
setiap fenomena yang terjadi
4. Teori yang digunakan dalam penelitian ini belum mampu mengeksplorasi lebih
mendalam mengenai proses pembelajaran yang digunakan serta mekanisme
survival yang dilakukan oleh komunitas Save Street Child Surabaya untuk tetap
bertahan di lingkungan masyarakat
5. Perlu banyak dikembangkan berbagai studi atau kajian mengenai fenomena
mengajar anak jalanan dengan tanpa imbalan dari perspektif sosiologis. Teori
sosiologi terbukti mampu menjelaskan fenomena mengenai mengajar anak
jalanan dengan tanpa imbalan dengan mengangkat aspek pemaknaan dari
pengajar terhadap mengajar anak jalanan. Studi selanjutnya mengenai komunitas
Save Street Child Surabaya dapat dilakukan dengan pendekatan lain sehingga
memperkaya studi sosiologi.
SARAN
Studi ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka dari Alfred Schutz tentang
fenomenologi, di mana pemikirannya kerap kali diaplikasikan dalam masalah sosial dari
berbagai studi bahkan hingga sampai saat ini. Di harapkan kedepannya dapat
ditindaklanjuti dengan menggunakan setting yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Damarsari, Nimas. 2010. Skripsi : Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI)
(Studi Fenomenologi Mengenai Pengetahuan Orang Tua Murid Tentang
Pendidikan Bertaraf Internasional di SMU 3 Madiun). Universitas Airlangga
Surabaya.
Esterlita, Krista Marsha. 2013. Skripsi : Dilema Pengungkapan Identitas Wanita
Transeksual (Kajian Fenomenologi Wanita Transeksual di Surabaya). Universitas
Airlangga Surabaya.
Hamonangan, Adventus Daniel. Jurnal : Fenomena Komunikasi Anak Jalanan di Pasar
Kota 45 Manado.
Henny, Ikhdah. Retno Widyastuti. 2011. Indonesia Mengajar. Yogyakarta : Bentang.
Heru. 2009. Skripsi : Taman Baca Rumah Pelangi (Studi Deskriptif Tentang
Perpustakaan Komunitas di Bantul. Surabaya.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung : Widya Padjajaran.
Nindito, Stefanus. 2005. Jurnal. Fenomenologi Alfred Schutz : Studi Tentang Kontruksi
Makna dan Realitas dalam Ilmu Sosial. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Volume 2 Nomer 1. Juni
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochma, Aulia. 2010. Skripsi : Pemaknaan Kekerasan pada “BONEK” Sebuah Studi
Fenomenologi. Universitas Airlangga Surabaya.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada.
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metodepenelitian-kualitatif.html
https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/03/16/menyalakan-indonesia-bersamaindonesia-mengajar/
http://ayorek.org/networks/save-street-child-surabaya/ diakses pada tanggal 3 Oktober
2013
http://didanel.wordpress.com/2011/06/22/teori-fenomenologi-dan-etnometodologi/
diakses pada tanggal 18 Desember 2013
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.phd/JIK/article/view/2506/2490 diakses pada tanggal 19
Desember 2013
Download