PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POTRET ANAK JALANAN (POALA) : MEMBANGUN KEPRIBADIAN DAN KEMANDIRIAN ANAK BANGSA Jenis Kegiatan: PKM Gagasan Tertulis Diusulkan oleh: Abdul Rahman Putra C54090001/2009 Heru Anggara G34080004/2008 Feby Yolanda W B04090160/2009 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Potret Anak Jalanan (Poala) : Membangun Kepribadian dan Kemandirian Anak Bangsa 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT Bid. Humaniora 3. Ketua Pelaksana Kegiatan/Penulis Utama a. Nama Lengkap : Abdul Rahman Putra b. NIM : C54090001 c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Kelautan d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Asrama Jambi, Bogor, HP: 085310176145 f. Alamat email : [email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : b. NIP : c. Alamat Rumah dan No.Tel./HP : Menyetujui, a.n. Direktur Tingkat Persiapan Bersama IPB ( Dr. Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si) NIP.196911061997021001 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS) NIP.195812281985031003 2 (Dua) orang Ir. Sri Rahayu, M.Si 195706111987032001 Jln. Bagaspati Raya 15 Bumi Indraprasta Bantarjati-Bogor 16153 Bogor, 25 Maret 2010 Ketua Pelaksana Kegiatan (Abdul Rahman Putra) NIM. C54090001 Dosen Pembimbing (Ir. Sri Rahayu, M.Si) NIP. 195706111987032001 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan artikel ini untuk keperluaan PKM-GT (Pekan Kreavitas Mahasiswa- Gagasan Tertulis). Persoalan sosial yang terjadi di masyarakakat terutama yang menimpa anak jalanan menjadi masalah yang sangat penting untuk ditemukan solusinya. Dalam artikel ini kami akan membahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan anak jalanan. Mulai dari motif anak turun ke jalan, keadaan terkini mengenai kondisi anak jalanan, dan pendidikan anak jalanan, disertai dengan solusi yang kami tawarkan. Dalam penulisan artikel ini, kami tak terlepas dari faktor kerjasama kelompok , serta bantuan dari berbagai pihak. Baik bantuan semangat yang diberikan teman-teman kami, bantuan doa yang dicurahkan orang tua kami, serta bantuan Ibu Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku pembimbing kami dalam penyelesaian artikel ini. Harapan kami melalui artikel yang kami tulis ini menjadi salah satu solusi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dan pemerintah dalam memperbaiki kehidupan anak jalanan Indonesia pada umumnya dan Kota Bogor pada khususnya. Tentu saja, kami pun selaku penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Bogor, 25 Maret 2010 Penulis ii DAFTAR ISI 1. Pengesahan ......................................................................................... i 2. Kata Pengantar ................................................................................... ii 3. Daftar Isi ............................................................................................. iii 4. Ringkasan ........................................................................................... 1 5. Latar Belakang ................................................................................... 2 6. Tujuan................................................................................................. 3 7. Kondisi Anak Jalanan......................................................................... 4 8. Solusi yang Pernah Ditawarkan dalam Menyelesaikan Masalah Anak Jalanan........................................................................ 5 9. Kondisi Anak Jalanan yang Mendukung Keberhasilan Gagasan ....... 5 10. Pihak yang Berperan untuk Dijadikan Sampel................................... 6 11. Pihak yang Berperan dalam Mengimplementasikan Gagasan ........... 7 12. Stategi untuk Mencapai Tujuan.......................................................... 8 13. Kesimpulan......................................................................................... 8 14. Daftar Pustaka .................................................................................... 10 15. Curriculum Vitae Peserta ................................................................... 11 iii Ringkasan Penulisan artikel ini menjadikan anak jalanan di Bogor sebagai sasaran utama, akan di bentuk kelompok kecil anak jalanan yang akan diberikan keterampilan untuk mendaur ulang potongan-potongan kain hasil limbah industri tekstil dan pengetahuan entrepreuner sebagai bekal mereka untuk usaha dikemudian hari. Kami menjadikan anak jalanan sebagai sasaran karena banyak anak jalanan yang nasibnya kurang terperhatikan. Mereka ada yang bekerja sebagai pengamen, pedagang asongan, penjual kantong plastik di pasar, bahkan tak jarang hanya bekerja sebagai peminta-minta. Dari hal itu penulis melihat ada hal yang bisa dikembangkan dari anak jalanan, yaitu sikap pekerja kerasyang sudah tertanam pada mereka. Agar adanya keseimbangan, sifat pekerja keras mereka juga harus di sertai dengan penanaman akhlak mulia yang menjadi cita – cita kami yaitu membentuk generasi pekerja keras dan berakhlak mulia(Gepras Aklia) Dengan bekerja sama dengan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan industri tekstil gagasan ini dapat terlaksana. Dimulai dalam kelompok kecil namun mengutamakan kualitas anggotanya dan dengan sistem koperasi untuk menyimpan sebagian hasil produksi sebagai tabungan anggota dan apabila telah mencukupi untuk melakukan usaha sendiri. Anggota yang awalnya adalah anak jalanan dapat membuka lapangan kerja baru dan memperkerjakan anak jalanan lainnya dengan menerapkan prinsip yang sama atau dengan variasi berbeda, namun tetap mencapai tujuannya secara berantai untuk memperdayakan anak jalanan. Kami mengusulkan pemerintah menerapkan sistem kami ini agar tercipta kehidupan anak jalanan yang lebih baik. serta kami merekomendasikan agar anak jalanan mau menggunakan metode yang kami tawarkan ini. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Realita yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat Indonesia benarbenar membuat kita miris. Kejahatan sosial terjadi dimana-mana, termasuk yang paling menyita perhatian kita adalah masalah sosial yang menimpa anak-anak. Kekerasan terhadap anak baik kekerasan fisik, psikis, dan seksual, masih menjadi fakta yang nyata dan tidak tersembunyikan lagi. Karenanya, tidak tepat jika kekerasan terhadap anak dianggap urusan domestik, atau masalah internal keluarga yang tidak boleh diintervensi oleh masyarakat, Pemerintah, dan penegak hukum. Kekerasan terhadap anak (fisik, psikis, dan seksual), tersembunyikan lagi, juga membawa dampak permanen dan berjangka panjang. Karena itu, penanggulangannya perlu disegerakan, mulai dari sekarang! Selain argumentasi itu, secara yuridis formal perintah melindungi anak-anak dari kekerasan sudah diamanatkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 13 yang menyebutkan bahwa “Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan, diskriminasi eksploitasi, baik ekonomi maupun seks, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah lainnya” dan pada pasal 1 disebutkan bahwa ”orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibi tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat”. Bahkan, Pasal 28B ayat 2 UUD 1945, secara eksplisit menjamin perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi(Rangkuti, 2007). Kota Bogor adalah salah satu kota besar di Indonesia, pusat segala aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Seperti halnya kota-kota lain yang sedang berkembang di seluruh dunia, Bogor juga merasakan fenomena yang serupa. Perkembangan pesat, seperti berdirinya kantor-kantor,pusat perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan sebagainya tak pelak mendorong para urban untuk mengadu nasib. Bagi mereka yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang cukup bukan tidak mungkin mereka mampu bertahan di kota ini. Tetapi bagi mereka yang belum beruntung sebaliknya, menjadi gelandangan atau pengemis. Adalah sebuah pemandangan yang acap kali kita temui di jalanan besar Kota Bogor, beberapa anak usia sekolah yang meminta-minta, berjualan koran, mengamen atau becanda dengan kawankawannya. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya (Wikipedia), dan Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. 2 Pemerintah telah melakukan segala upaya untuk memperdayagunakan anak jalanan, namun jika dilihat suasana di jalanan di kota-kota besar usaha itu dapat dikatakan tidak memberikan hasil yang signifikan. Motif ekonomi, kekerasan keluarga, pengaruh teman (peer group), dan ulah sindikat menjadi pemicu semakin bertambahnya anak jalanan. Banyak yang simpati terhadap nasib anak-anak ini yang seharusnya terlindungi hak-haknya. Tidak mengherankan jika banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membangun rumah singgah untuk mengurangi dampak buruk kehidupan keras jalanan. Di sana mereka biasanya dibekali keterampilan, menerima pengajaran, dan diajari sosialisasi dalam bermasyarakat. Namun yang terjadi di lokasi, kebanyakan anak bekerja dijalanan adalah karena motif sindikat nakal. Tak jarang, bahkan yang menjadi sindikat itu adalah orang tua mereka sendiri. Hal ini tidak bisa terus dibiarkan, karena hal ini akan sangat merusak mental dan mempersempit kesempatan anak untuk meraih masa depan yang cerah. Karena sebagian anak yang bekerja dijalanan tidak mendapatkan pendidikan formal sebagai mana mestinya. Ini berarti mereka kurang pembekalan untuk masa depan, yang justru terjadi adalah mereka banyak belajar tentang kekerasan yang lazim terjadi dijalanan. Seperti mencuri, berkata kasar, perbutan asusila bahkan ada yang membunuh. Hal ini tidak mungkin untuk kita biarkan terjadi. Karena hal ini menyangkut masa depan anak dan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan dengan matang mestinya. Pada hakekatnya manusia termasuk juga anak jalanan mempunyai keinginan untuk bermasyarakat dan menjadi satu dengan sesama anggota( Kolopaking, 2003) Seperti yang kita semua tahu bahwa anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak berperan sangat strategis sebagai estafet bagi kepemimpinan suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadari oleh masyarakat Internasional untuk melahirkan sebuah konvensi yang intinya menekankan posisi anak sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hakhak yang dimilikinya. Karena itu masalah anak adalah masalah yang benar- benar harus kita selesaikan bersama. Tujuan Tujuan penulisan artikel ini adalah menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak jalanan di Kota Bogor. Manfaat yang kami harapkan adalah perbaikan kehidupan anak jalanan baik dari segi ekonomi maupun segi pendidikannya, disamping itu dengan memberikan keterampilan pada anak jalanan dengan memanfaatkan limbah industri dari pabrik tekstil sedikit banyak membantu dalam menguranggi jumlah limbah industri di Bogor dan memberikan dampak positif pada lingkungan. Serta untuk membentuk generasi pekerja keras yang berakhlak mulia (Gepras Aklia) melalui pembekalan agama dan penanaman budi pekerti. 3 Kondisi Anak Jalanan Anak jalanan digambarkan sebagai kelompok masyarakat dengan tingkat stratifikasi sosial rendah atau merupakan golongan bawah “grassroots” dengan status sosial serta posisi kekuasaan/wewenang (power/autority) yang tidak jelas. Tidak memiliki banyak akses ke sumber daya serta tidak memiliki kemampuan untuk menjadi subjek (Ritzer dan Godman, 2004). Anak jalanan pertama kali muncul di Indonesia setelah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997(Irwanto.et al. 1998). Munculnya anak jalanan diakibatkan keterpurukan ekonomi yang dialami oleh masyarakat yang mengakibatkan banyak yang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membiayai keluarganya secara material, sehingga anak-anak yang harusnya duduk di bangku sekolah ataupun bermain dituntut untuk turun ke jalan dan membantu orang tua mereka mencari nafkah. Berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan pada tahun 1999 yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Departemen Sosial dengan dukungan Asia Development Bank, jumlah anak jalanan adalah 39.861 orang, yang tersebar di 12 kota besar. Pada tahun 2004, menurut Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial, jumlah anak jalanan sebesar 98.113 orang, yang tersebar di 30 provinsi. Khusus di wilayah Bandung kurang lebih berjumlah 5.500 anak jalanan (Data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2006) ; di wilayah Bogor 3.023 orang (Data Dinas Sosial Pemda Bogor, 2006) ; dan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta kurang lebih berjumlah 8.000 orang (Data Dinas Sosial DKI Jakarta, 2006). Anak-anak yang hidup dijalanan atau yang melakukan kegiatan di jalanan, sangat rentan mendapat perlakuan kekerasan dan eksploitasi. Sudah menjadi hukum di jalanan, siapa yang kuat merekalah yang menang. Masa anak-anak yang mestinya dihiasi dengan keceriaan dan kemanjaan, terpaksa harus berjuang sendirian mempertahankan hidup. Fisik dan jiwa yang masih rentan, secara terpaksa harus berhadapan dengan dunia yang keras dan kejam, yaitu dunia jalan. Masalah sosial anak jalanan berkaitan pula dengan ketidakmampuan anak memperoleh haknya, sebagaimana diatur oleh konvensi hak anak. Juga disebabkan kurangnya aksesibilitas anak, akibat berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Baik di rumah dan di lingkungan sekitarnya, untuk dapat bermain dan berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya. Terkait dengan kondisi tersebut, permasalahan anak jalanan sudah merupakan permasalahan krusial yang harus ditangani sampai ke akar-akarnya. Sebab jika permasalahan hanya ditangani di permukaan saja, maka setiap saat permasalahan tersebut akan muncul dan muncul kembali, serta menyebabkan timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kompleks. Seperti munculnya orang dewasa jalanan, kriminalitas, premanisasi, ekploitasi tenaga, ekploitasi seksual, penyimpangan perilaku. Jika masalah ini tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan masa depan anak itu sendiri bahkan akan sangat membahayakan masa depan bangsa kita karena rendahnya kualitas pemuda Indonesia (Tjahjorini, 2004). 4 Solusi yang Pernah Ditawarkan dalam Menyelesaikan Masalah Anak Jalanan Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah. Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak- anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai media perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pemda DKI Jakarta misalnya, sejak tahun 1998 telah mencanangkan program rumah singgah. Dimana disediakan rumah penampungan dan pendidikan (Draft Pembinaan Anak Jalanan : Pemda DKI, 1998). Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif. Sehingga mendorong anak jalanan tidak betah tinggal di rumah singgah. Selain pemerintah, telah banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membentuk rumah singgah sebagai alternatif bagi anak jalanan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Kebanyakan bergerak di bidang pendidikan alternatif bagi anak jalanan. Kendati demikian, dibanding jumlah anak jalanan yang terus meningkat, daya serap LSM yang sangat terbatas sungguh tidak memadai. Belum lagi munculnya indikasi "komersialisasi" anak jalanan oleh beberapa LSM yang kurang bertanggung jawab dan hanya berorientasi pada profit semata. Dari dunia usaha, Carrefour muncul dengan terobosan yang sangat baik bagi anak jalanan, perusahaan yang bergerak di bidang perbelanjaan ini menerima 4 anak jalanan yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini mungkin akan membawa pencerahan bagi anak jalanan, jika banyak perusahaan atau bidang usaha lainnya memberi kesempatan pada anak jalanan yang telah cukup umur untuk bekerja di tempat usaha mereka. Pemerintah sebagai pemegang keputusan tertinggi telah melakukan upaya Bantuan Pangan. Dengan hadirnya sembako murah, sedikit banyak mesyarakat dari keluarga tidak mampu merasa diringankan untuk memenuhi kebutuhannya( Kompas, 20 januari 2003). Di bidang Pendidikan pemerintah juga telah menggalangkan proram wajib belajar Sembilan tahun dengan didanai oleh Biaya Operasional Sekolah (BOS) sehingga biaya yang diperlukan untuk sekolah dan memperoleh pendidikan dapat diringankan bahkan bebas biaya sekolah. Kondisi Anak Jalanan yang Mendukung Keberhasilan Gagasan Terkait dengan kondisi anak jalanan di Bogor, kami mengajukan alternatif solusi untuk memecahkan “sebagian” permasalah yang dihadapi oleh anak jalanan 5 melalui pemberdayaan anak jalanan dalam memanfaatkan limbah industri tekstil yang ada di Bogor. Sistem yang kami tawarkan memberikan kesempatan anakanak untuk tetap mengenyam pendidikan formal (sekolah), karena sebagian besar anak jalanan di Bogor adalah anak-anak yang masih memperoleh pendidikan di sekolah dan bekerja di jalanan setelah jam sekolah berakhir. Jadi, kami menawarkan sistem kerja part time untuk mengisi waktu luang anak yang biasanya digunakan untuk mengamen atau berdagang asongan. Anak-anak jalanan akan diberikan keterampilan untuk memanfaatkan limbah industri tekstil yang berupa potongan-potongan kain (perca). Mereka akan mengolah potongan kain itu menjadi barang yang memiliki nilai jual, seperti : tas, dompet, boneka, dan lain-lain. Selain diberi keterampilan mereka juga akan dibekali pengetahuan untuk menjadi seorang wirausaha yang baik. Dengan keterampilan itu mereka dapat membuka usaha sendiri dan menggembangkan jiwa entrepreneurship dalam diri mereka dan jika usaha itu dapat berkembang pesat mereka dapat memberikan lapangan kerja bagi rekan-rekan sasama anak jalanan. Jika solusi tersebut ditetapkan secara benar dan diinformasikan secara benar kepada anak jalanan, maka sebagian masalah dari anak jalanan Kota Bogor akan segera teratasi. Bahkan jika dilakukan secara berkelanjutan dengan cara yang benar maka anak jalanan pun akan bisa mandiri dengan bekal pendidikan yang baik, kesehatan yang layak, serta kunci utamanya adalah pembekalan keterampilan dan kewirausahaan yang ditanamkan kepada anak untuk dapat memanfaatkan limbah industri tekstil Kota Bogor menjadi hal yang bernilai lebih. Tentunya semua hal ini akan berjalan baik jika semua kalangan ikut mewujudkannya, baik dari kalangan anak jalan itu sendiri, dukungan masyarakat, dan juga dukungan dari pemerintah. Pihak yang Berperan untuk dijadikan sampel Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjelaskan bahwa dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan perlindungan anak maka perlu peran beberapa pihak, yaitu : (1) Lembaga Perlindungan Anak (LPA), (2) Lembaga Keagamaan, (3) Lembaga Swadaya Masyaraka (LSM), (4) Organisasi Kemasyarakatan (termasuk LBH), (5) Organisasi Sosial, (6) Dunia Usaha, (7) Media Massa, atau (8) Lembaga Pendidikan. Dalam merealisasikan gagasan ini, pihak-pihak yang akan dipertimbangkan untuk bekerja sama adalah pabrik-pabrik tekstil yang ada di Bogor untuk memperoleh bahan baku yang berupa limbah industri mereka. Pada prosesnya kerja sama yang dilakukan dengan industri tekstil akan bersifat simbiosis mutualisme mereka tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembuangan potongan-potongan kain yang tidak bisa dimanfaatkan lagi dan dengan limbah industri mereka kita dapat menghasilkan barang lain yang memiliki nilai jual tinggi. 6 Anak jalanan adalah pihak terpenting yang mesti diajak bekerja sama, mereka harus diberi keyakinan bahwa dengan memperoleh keterampilan mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai titik awal, sasaran utama dalam gagasan ini adalah anak jalanan yang berusia antara 6-12 tahun, dengan usia yang lebih dini mereka akan lebih mudah diberi keyakinan akan keberhasilan gagasan ini, dalam usia itu mereka sangat cepat dalam menerima materi yang diberikan, dan dalam usia ini mereka seharusnya memperoleh waktu untuk bermain bukan bekerja. Saat pembekalan keterampilan mereka tidak akan dipaksa untuk bekerja secara total dan harus menghasilkan barang sejumlah “x” setiap harinya, mereka akan dibekali keterampilan sambil bermain dan belajar agar suasana menjadi lebih hidup dan permainan yang akan dimainkan merupakan permainan yang akan menambah wawasan mereka dalam berbagai hal. Sebagai sampel akan dimulai dari kelompok kecil yang berjumlah antara 20-30 anak, dan apabila semua dari anak yang masuk dalam pembinaan ini mampu menerapkan setiap pengetahuan yang di berikan mereka akan membentuk kelompok-kelompok kecil lainnya setelah memiliki modal cukup untuk membuka usaha sendiri, modal ini berasal dari hasil penjualan produk yang di bagi secara rata dengan menyimpan sebagian dari hasil sebagai tabungan, dan dalam menyimapan hasil ini digunakan prinsip koperasi agar suasana yang dibentuk dalam kelompok ini berdasarkan pada asas kekeluargaan. Pihak yang Berperan dalam Mengimplementasikan Gagasan Masalah yang di hadapi anak jalanan harus segera kita selesaikan. Semua pihak harus berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita bersama kita ini. Tentu saja masing-masing pihak memiliki perannya masing masing. Pihak utama yang harus berperan aktif dalam menyelesaikan masalah ini adalah bagian internal dari anak jalanan yaitu orang tua anak. Mungkin ada banyak orang tua anak-anak jalanan yang tidak mengizinkan anak mereka ikut bergabung dalam pelaksanaan gagasan ini, karena itu orang tua anak jalanan akan diberikan penjelasan tentang manfaat dan prospek keberhasilan gagasan ini. Pemerintah sebagai pemegang keputusan tertinggi di negeri ini harus lebih memeperhatikan kondisi anak jalanan, pemerintah harus lebih giat dalam mencari solusi efektif bagi anak jalanan dan merealisasikannya sehingga kehidupan anak jalanan menjadi lebih baik lagi. Permasalahan anak jalanan tidak dapat diselesaikan secara tuntas jika hanya pemerintah saja yang aktif, karena setiap permasalahan yang tumbuh di negeri ini dapat diselesaikan dengan baik apabila ada kerja sama dan komunikasi yang baik antara pemerintah dan lembaga-lembaganya, LSM, Masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya. 7 Strategi untuk Mencapai Tujuan Melakukan pendekatan terhadap anak jalanan yang berusia 6-12 tahun dan keluarga mereka agar mendapat kepercayaan mereka agar gagasan ini dapat direalisasikan. Tidak mudah untuk mendapat kepercayaan itu, mungkin saja dianggap sebagai komplotan penjual anak atau orang yang berniat jahat pada anak jalanan. Karena itulah kerja sama dengan pemerintah perlu dilaksanakan, selain pemerintah perlu ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mendukung gagasan ini dan menjadi penanggung jawab saat kegiatan dilaksanakan. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dipilih mesti LSM yang telah dipercaya oleh masyarakat setempat atau LSM yang memang bergerak dibidang pemberdayaan anak jalanan. Karena keterampilan yang diberikan membutuhkan potongan kain hasil limbah pabrik tekstil, maka perlu adanya kerja sama dengan pabrik tekstil sebagai pemasok bahan baku. Pabrik yang dipilih adalah pabrik yang benar-benar mendukung gagasan ini dan memiliki tujuan sama agar tidak ada permasalahan yang timbul dikemudian hari. Setelah mendapat dukungan pemerintah, LSM yang menjadi penanggung jawab, pabrik tekstil yang akan memasokkan bahan baku, dan telah ada anak jalanan yang akan diberikan keterampilan gagasan ini dapat dilaksanakan, anak-anak jalanan dapat dilatih dan hasil penjualan akan disimpan sebagai kas dan akan dibagikan pada mereka setelah uang yang dikumpulkan cukup bagi mereka untuk memulai usahanya sendiri dengan bekal pengetahuan wirausaha yang diberikan pada mereka. Sebagai titik permulaan, akan di mulai dari kelompok kecil yang berjumlah antara 20-30 anak, setelah anggota kelompok ini menguasai keterampilan yang diberikan, mampu menguasai pengetahuan entrepreneur, dan tabungan yang dimiliki anggota dari hasil penjualan produk mencukupi mereka dapat membuka bidang usaha sendiri dan memberi pekerjaan pada anak jalanan lainnya . Dengan demikian akan ada regenerasi dalam pelaksanaan gagasan ini dan tidak terpusat pada satu perkumpulan anak jalanan saja. Kesimpulan dan Rekomendasi Gagasan yang Diajukan Dalam penyelesaian masalah anak jalanan kami menawarkan solusi dengan memberi keterampilan pada anak jalanan dan dibekali dengan pengetahuan entrepreneurship sebagai bekal mereka untuk berwirausaha secara mandiri dan mampu memberi lapangan kerja bagi rekan-rekan sesama anak jalanan. Serta menanamkan sikap kepada anak jalanan untuk mejadi generasi pekerja keras dan berakhlak mulia(Gepras Aklia). 8 Teknik Implementasi yang Dilakukan Teknik implementasi yang bisa dilakukan adalah melakukan pendekatan kepada anak jalanan. Teknik pendekatan yang dilakukan haruslah teknik pendekatan yang tepat. Karena selama ini pemerintah telah berupaya untuk melakukan pendekatan kepada anak jalanan yang bersifat akomodatif, namun karena disebabkan kurang adanya sosialisasi yang tepat, ditambah lagi cara pelaksanaan program yang terlalu kaku berakibat pada tidak terlaksananya pendekatan ini secara baik. Dalam pandangan lain, anak jalanan sendiri memiliki stigma bahwa masyarkat telah menganggap mereka memiliki perilaku yang menyimpang dari norma umum. Stigma buruk yang telah tertanam ini membuat anak jalanan susah untuk bertindak seperti individu biasa. Jadi teknik implementasi yang kami lakukan adalah melakukan pendekatan yang benar kepada anak jalanan dengan mengubah stigma dan perilaku negatif mereka. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pemanasan, tujuaannya adalah memotivasi dan mengkondisikan individu baru untuk siap melakukan perubahan. Selanjutnya adalah pengubahan, apabila seseorang telah termotivasi untuk berubah mereka siap menerima pola perilaku baru, dilakukan dengan mekanisme identifikasi dan internalisasi. Yang terakhir adalah pembekuaan kembali, apabila perilaku baru telah diinternalisasikan pada saat dipelajari , secara otomatis akan mudah untuk dilakukan pembekuaan sikap yang baru karena hal itu telah tertanam dalm diri ( Sears, 1990) Setelah terbentuk perilaku baru yang positif, barulah setelah itu penulis mengajarkan kepada anak jalanan tentang daur ulang dan teknik kewirausahaan kepada anak jalanan. Karena akan lebih mudah melakukan pembinaa kepada anak yang telah ditanamkan sikap positif dalam diri mereka. Selain itu juga akan ditanamkan kepada anak tentang pentingnya hidup mandiri. Dengan upaya ini penulis memilki keyakinan bahwa tujuan kami yaitu memberi solusi kepada anak jalanan akan terimplementasi dengan baik. Prediksi Hasil Hasil yang akan dicapai bersifat seperti rantai, di awali dalam kelompok kecil yang dibentuk dengan bekerja sama dengan pemerintah, LSM, dan Industri tekstil akan semakin berkembang setelah setiap anak jalanan yang menjadi anggota kelompok ini telah memiliki cukup modal dan bekal pengetahuan entrepreneurship yang memadai mampu membentuk kelompok serupa dan memperkerjakan anak jalanan lainnya. Maka lambat laun kelompok yang awalnya hanya berjumlah antara 20-30 orang akan membentuk sebuah jaringan yang luas dan mampu memperkerjakan anak jalanan, dengan kata lain jumlah anak jalanan yang selama beberapa tahun terakhir ini kian bertambah akan berkurang sedikit demi sedikit karena mereka telah memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. 9 DAFTAR PUSTAKA Irwanto, Mohammad Farid, dan Jeffry Anwar.1998. Ringkasan Analisa Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus.Jakarta: PKMP Atma Jaya Kolopaking,Lala M. 2003. Sosiologi Umum. Bogor : Pustaka Wirausaha Muda Bogor Kompas. 2003. Anggaran Anak Jalanan Rp. 10 Juta. 20 Januari ,Hal 26 Rangkuti, Parlaungan Adil. 2007. Membangun Kesadaran Bela Negara. Bogor: IPB Press Ritzer, George dan Dauglas J. Godman. 2004. Teori Sociology Modern.Tribuwono B.S. penerjemah. Jakarta: Kencana Seats,O David.Psikologi Sosial. Michael Aryanto dan Savitri Soekrisno, penerjemah. Jakarta: Erlangga Tjahjorini,Sri Sugiharto. 2004. Strategi Mengubah Perilaku Anak Jalanan: Sebuah Pemikiran.Makalah. Makalah Pribadi Falsafah Sains, 2 November 2004 [Anonim].2010. Anak Jalana Indonesia. http: Wikipedia Indonesia(Terhubung berkala)[20 Maret 2010] 10 CURICULUM VITAE KETUA KELOMPOK Nama : Abdul Rahman Putra Tempat,tanggal lahir : Sungai Penuh, 15 April 1991 NIM : C54090001 ANGGOTA KELOMPOK I Nama : Heru Anggara Tempat, tanggal lahir : Kumun, 10 Juli 1990 NIM : G34080003 ANGGOTA KELOMPOK II Nama : Feby Yolanda W Tempat, tanggal lahir : Sungai Penuh, 21 Februari 1992 NIM : B04090160 11