Laporan Tahunan - Komisi Informasi

advertisement
Komisi Informasi Pusat
Gedung Graha PPI Lantai 5, Jl. Abdul Muis No. 8 Jakarta Pusat
Telp: 021-34830741 Fax: 021-34830757
Email: [email protected]
Kata Pengantar
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disebut UU KIP) dapat dibilang sebagai salah satu landasan yuridis bagi penyelenggara
negara untuk menyelenggarakan penyelenggaraan negara yang baik, transparan, efektif,
dan efesien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
Mustahil penyelenggaraan negara yang baik dapat terwujud jika transparansi atau
keterbukaan Informasi Publik tidak menjadi bagian dalam penyelenggaraan negera, karena
keterbukaan Informasi Publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang
baik.
Mendasarkan pada hal-hal di atas, Komisi Informasi Pusat (selanjutnya disebut KI Pusat)
yang dibentuk berdasarkan UU KIP memiliki peran dan tanggung jawab untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, transparan, efektif, dan efesien, akuntabel
dengan cara menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dimiliki setiap lembaga. KI Pusat memiliki tanggung jawab kepada Presiden Republik
Indonesia dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, dan secara umum kepada masyarakat sebagai bentuk
keterbukaan Informasi Publik serta sebagai sarana pengawasan publik atas
penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang KI Pusat selama tahun 2013.
Pada tahun 2013, untuk pertama kalinya terjadi proses transisi atau dalam bahasa lain
terdapat pergantian Anggota KI Pusat Periode 2009 – 2013 (Periode I), Abdul Rahman
Ma’mun, Alamsyah Saragih, Amirudin, Dono Prasetyo, Henny S. Widyaningsih, Ramly
Amin Simbolon, dan Usman Abdalik, ke Anggota KI Pusat Periode 2013 – 2017 (Periode
II) Abdulhamid Dopopramono, Dyah Aryani Prastyastuti, Evy Trisulo Dianasari, Henny
S.Widyaningsih, John Fresly, Rumadi, Yhannu Setyawan.
Proses pergantian tersebut terjadi pada bulan Juli 2013, artinya laporan ini akan
menyampaikan pelaksanaan tugas, fungsi yang telah dilaksanakan oleh Anggota KI Pusat
Periode I dan Periode II, sehingga laporan atas pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang
KI Pusat dibuat mulai dari Januari – Desember 2013.
Dengan adanya laporan ini, maka makin terbuka bagi publik untuk melakukan pengawasan
tehadap KI Pusat. Demikian juga dengan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang
KI Pusat makin dapat dipertanggungjawabkan. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat
dimaknai sebagai bentuk komitmen KI Pusat dalam penyelenggaraan negara yang terbuka,
transparan, efektif, dan efesien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
Ketua Komisi Informasi Pusat
Abdulhamid Dipopramono
LAPORAN TAHUNAN KOMISI INFORMASI PUSAT
TAHUN 2013
1. Pendahuluan
Perkembangan ketatanegaraan di Indonesia Pasca Amandemen Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), menghadirkan hal yang baru khususnya
terkait kehadiran lembaga-lembaga yang menjalankan kekuasaan negara yang tidak
lagi terbatas pada lembaga fundamental (state organ) seperti eksekutif, legilslatif, dan
yudikatif. Di luar itu terdapat lembaga negara tambahan yang pada saat ini lazim
disebut sebagai auxiliary state organ, lembaga kuasi negara, lembaga ekstra struktural,
maupun sebagai independent and self regulatory bodies yang sifatnya melengkapi,
namun memiliki fungsi yang sangat signifikan.
Lembaga-lembaga di luar eksekutif, legilslatif, dan yudikatif ini ada yang disebut secara
eksplisit di dalam UUD 1945, Undang-Undang, seperti halnya komisi, dewan, badan,
komite. Lembaga semacam ini selalu diidealkan bersifat independen dan seringkali
memiliki fungsi yang beragam, seperti fungsi semi legislatif dan regulatif, semi
administratif, dan bahkan semi yudikatif. Salah satunya adalah Komisi Informasi Pusat
(KI Pusat) yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).
KI Pusat dibentuk sebagai lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan
peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi
publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau
Ajudikasi non litigasi. Pembentukan KI Pusat diawali dengan penetapan anggota KI
Pusat yang berjumlah 7 orang dengan Keputusan Presiden Nomor 48/P Tahun 2009,
tertanggal 2 Juni 2009, setelah dilakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap para
calon oleh DPR RI.
Masa jabatan KI Pusat Periode I berakhir sesuai dengan tanggal ditetapkannya
Keputusan Presiden Nomor 48/P Tahun 2009. Masa jabatan Anggota KI Pusat Periode
I sempat diperpanjang Presiden melalui Keppres Nomor 82/P tentang Perpanjangan
Masa Jabatan Keanggotaan KI Pusat Periode 2009-2013 yang berlaku mulai 2 Juni
2013 sampai ditetatapkannya Anggota KI Pusat Periode II melalui Keputusan Presiden
Nomor 85/P Tahun 2013 tertanggal 16 Juli 2013, yaitu Abdulhamid Dopopramono,
Dyah Aryani Prastyastuti, Evy Trisulo Dianasari, Henny S.Widyaningsih, John Fresly,
Rumadi, Yhannu Setyawan.
1.1 Pergantian Anggota Komisi Informasi Pusat
Sebagaimana telah disampaikan di atas, KI Pusat terbentuk bersama dengan
penetapan Anggota KI Pusat Periode 2009 - 2013. Pada ketentuan Pasal 23 UU
KIP, KI Pusat pada pokoknya mempunyai tugas dan fungsi (1) Melaksanakan UU
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
2
KIP; (2) Menetapkan Standar Layanan Informasi Publik; dan (3) Menyelesaikan
Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi Nonlitigasi.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tugas dan fungsi KI Pusat, tentunya
Anggota KI Pusat Periode 2009 – 2013 memiliki tantangan dan tanggungjawab
besar untuk menancapkan pondasi kelembagaan yang benar-benar mandiri dan
independen sebagaimana cita-cita yang terkandung dalam UU KIP. Banyak hal
yang sudah dilakukan oleh Anggota KI Pusat Periode 2009 – 2013 untuk
mewujudkan cita-cita sebagai lembaga yang mandiri dan independen.
Dalam acara seremonial serah terima jabatan dari Anggota Periode I ke Periode II,
Abdul Rahman Ma’mun (Anggota KI Pusat Periode 2009 – 2013) menyampaikan
“Memori Akhir Masa Jabatan Komisi Informasi Pusat Periode 2009 – 2013” yang
diselenggarakan di Kantor KI Pusat pada tanggal 16 Juli 2013, menyampaikan
beberapa hal yang telah dicapai Anggota KI Pusat Periode I, antaranya, dalam hal
regulasi telah dihasilkan: (i) Peraturan Komisi Informasi Pusat tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik; (ii) Peraturan Komisi Informasi Pusat
tentang Standar Layanan Informasi Publik; (iii) beberapa Surat Edaran tentang
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik; dan (iv) keputusan penghentian
sementara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Adapun kerjasama
kelembagaan yang dibangun KI Pusat dilakukan dengan lembaga seperti: (i)
Dewan Pers; (ii) Mahkamah Agung; (iii) Badan Pengawas Pemilu; (iv) Komisi
Penyiaran Indonesia; (v) Ombudsman Republik Indonesia, dan lain-lain.
Sedangkan kinerja menjalanankan tugas menyelesaikan Sengketa Informasi
Publik pada Periode I, sejak tahun 2010 sampai Desember 2012 sebanyak 818
perkara yang diterima. Target penyelesaian sengketa informasi publik adalah 60%
perkara selesai. Dari jumlah sengketa tersebut, 64% (523 perkara) telah selesai baik
melalui proses Mediasi dan/atau Ajudikasi dan hanya 2% (10 perkara) yang
diajukan upaya hukum (keberatan) ke Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan
Negeri dan Mahkamah Agung oleh Pemohon atau Termohon.
1.2 Tantangan Anggota KI Pusat Periode 2013 – 2017
Anggota KI Pusat Periode 2013 – 2017 yang diangkat Presiden RI melalui
Keputusan Presiden RI Nomor 85/P Tahun 2013 tanggal 16 Juli 2013, membawa
semangat dan paradigma baru dalam melihat, menilai, dan melaksanakan tugas dan
fungsi Komisi Informasi yang diatur dalam UU KIP. Capaian atau keberhasilan
dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang tersebut tidak hanya diukur
dengan jumlah sengketa Informasi Publik yang diselesaikan melainkan, bagaimana
Komisi Informasi dapat wewujudkan tujuan UU KIP.
Tujuan UU KIP tertuang pada Pasal 3, yang merupakan tujuan besar bangsa ini
dalam menjamin hak setiap warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
3
kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan
publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
Selain itu, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan publik, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. Mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik, transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta
dapat dipertanggungjawabkan, mengetahui alasan kebijakan publik yang
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan pengelolaan dan pelayanan
informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang
berkualitas.
Fungsi sebagaimana disebutkan di atas bersifat intangible tapi tidak kalah penting
dengan fungsi membuat standar dan menyelesaikan sengketa yang tangible, maka
dalam konteks itu keseriusan Anggota KI Pusat Periode 2013-2017 menjadikan
Komisi Informasi sebagai lembaga yang kuat dan mandiri terus diupayakan dengan
cara merumuskan percepatan program melalui pembentukan 3 (tiga) Gugus Tugas
sebagai bentuk sense of crisis situasi untuk mewujudkan tujuan UU KIP dan
memperkuat lembaga sebagai lembaga yang mandiri, akuntabel, dan kredibel serta
dalam rangka mengoptimalkan kinerja dalam masa transisi Anggota Periode II KI
Pusat.
Gugus Tugas sebagaimana dimaksud adalah menggantikan sementara
pembidangan Komisi Informasi Pusat yang diterapkan pada Periode I yang terdiri
dari Bidang Kelembagaan, Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dan
Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi. Istilah Gugus Tugas digunakan agar
langkah-langkah strategis dapat segera diwujudkan sebelum nantinya akan
dibentuk pembidangan kelembagaan KI Pusat. Sebagai langkah awal, dibentuk
susunan kepemimpinan, terdiri atas Ketua KI Pusat Abdulhamid Dipopramono,
Wakil Ketua KI Pusat John Fesly. Adapun Gugus Tugas tersebut yaitu:
1. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Sengketa Informasi
Komisioner
: Dyah Aryani Prastyastuti & Yhanny Setyawan
2. Gugus Tugas Revitalisasi Kesekretariatan dan Anggaran
Komisioner
: John Fresly & Evy Trisulo Dianasari
3. Gugus Tugas Peningkatan Hubungan Badan Publik dan Hubungan Media
Massa
Komisioner
: Henny S. Widyaningsih & Rumadi
Dari tiga Gugus Tugas tersebut Anggota KI Pusat Periode II, memilik Gugus Tugas
Penyelesaian Sengekata Informasi (GT 1) sebagai tugas prioritas dan diharapkan
masing-masing Gugus Tugas selama masa transisi bekerja secara cepat sesuai
dengan fokusnya, dan melaporkan hasilnya kepada Ketua KI Pusat secara periodik.
Penjelasan secara komprehensif terkait pelaksanaan tugas dan fungsi Gugus Tugas
diuraikan pada bagian-bagian selanjutnya.
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
4
2. Kinerja Komisi Informasi Pusat Tahun 2013
2.1 Penyelesaian Sengekata Informasi Publik
2.1.1 Gambaran Umum
Terjadinya pergantian Anggota KI Pusat Periode I ke Periode II, jelas
mempengaruhi salah satu penyelenggaraan fungsi KI Pusat khususnya pada
proses penyelesaian sengketa informasi publik yang secara nyata berdampak
pada kepentingan publik dan menimbulkan ketidakpastian hukum bagi
Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik maupun Termohon
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat Periode I
memutuskan untuk menghentikan sementara waktu penyelesaian sengketa
informasi publik melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat Nomor
04/KEP/KIP/III/2013, hingga terpilihnya anggota Komisi Informasi Pusat
periode 2013 -2017.
Penghentian ini tidak membatasi hak masyarakat untuk mengajukan
permohonan penyelesaian sengketa informasi publik sehingga dengan
terpilihnya anggota KI Pusat Periode II pada 2 Agustus 2013, proses
penyelesaian sengketa informasi publik mulai terlaksana kembali pada
September 2013. Dengan demikian, maka sekitar 6 bulan KI Pusat hanya
menerima permohonan penyelesaian sengketa informasi publik. Dalam
kurun waktu yang sangat singkat tersebut yakni September hingga Desember
2013, anggota KI Pusat Periode II berupaya secara maksimal melaksanakan
penyelesaian sengketa informasi publik, baik yang dilaksanakan di Jakarta
maupun di luar Jakarta.
Sengketa informasi publik yang berada di luar kota melibatkan pemerintah
provinsi yang belum memiliki Komisi Informasi provinsi seperti Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Jambi. Di
bawah koordinasi Gugus Tugas I, fungsi penyelesaian sengketa tidak an sich
ditafsirkan dalam melaksanakan persidangan sengketa informasi publik
selain itu pula mendorong dan menggugah kesadaran hukum Pemerintah
Daerah untuk segera membentuk Komisi Informasi Provinsi sebagaimana
diamanatkan oleh UU KIP.
Pelaksanaan fungsi penyelesaian sengketa informasi publik juga ditafsirkan
sebagai tugas dan fungsi untuk menyusun dan menerbitkan berbagai regulasi
sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyelesaian sengketa
informasi publik sebagaimana diamanatkan oleh UU KIP, termasuk
melaksanakan berbagai kajian hukum guna memperkuat pendapat dan
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
5
pertimbangan hukum Majelis Komisioner terhadap substansi penyelesaian
sengketa informasi publik.
2.1.2 Jumlah Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
1) Register Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Selama tahun 2013, Komisi Informasi Pusat menerima permohonan
penyelesaian sengeta informasi publik sebanyak 377. Jika dirata-rata
maka dalam setiap bulannya selama kurun waktu 2013, sebanyak 31
permohonan penyelesaian sengketa informasi publik diterima Komisi
Informasi Pusat. Permohonan penyelesaian sengketa informasi dengan
jumlah terbanyak terjadi pada bulan Mei 2013, yakni sebanyak 81
permohonan. Sedangkan jumlah permohonan penyelesaian sengketa
informasi terendah terdap terjadi pada bulan Desember 2013 dengan 6
permohonan (lihat jumlah permohonan pada tabel di bawah ini).
No
Bulan
Jumlah Register
1
Januari
10
2
Februari
10
3
Maret
11
4
April
74
5
Mei
81
6
Juni
52
7
Juli
17
8
Agustus
76
9
September
16
10
Oktober
12
11
November
12
12
Desember
6
Total
377
Tabel 1. Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi
Tahun 2013 Per bulan
Adapun status penanganan sengketa informasi yang diregister pada
tahun 2013 adalah sebagai berikut:
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
6
4%
Status Penyelesaian
Sengketa
3%
Dalam
Proses
Ditolak
3%
0% 3%
Dilimpahkan
Dicabut
Mediasi
Selesai
Ajudikasi
Selesai
87%
Grafik 1.Presentase Penyelesaian Sengketa per 27 Desember 2013
2) Pokok Sengketa Informasi Publik
Sengketa informasi publik yang dimohonkan penyelesaiannya di KI Pusat
belum bergeser dari persoalan tentang keuangan dan/atau rencana
anggaran kegiatan dari badan publik serta penggadaan barang dan jasa.
Padahal sebagaimana tercantum dalam UU KIP, informasi publik tersebut
masuk dalam kategori informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
Grafik 2. Jenis Informasi Publik yang Dimohonkan
Tahun 2013
2.1.3 Penyelesaian Sengketa Infomasi Publik Pascaputusan Komisi Informasi
Pusat
1) Upaya Keberatan Melalui Gugatan Pada Pengadilan Tata Usaha
Negara dan Pengadilan Negeri
Dalam ketentuan UU KIP dan Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelensaian
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
7
Sengketa Informasi Publik di Pengadilan, Pemohon dan Termohon
diberikan hak hukum untuk mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri
maupun Pengadilan Tata usaha Negara.
Selama tahun 2013, terdapat beberapa sengketa informasi publik yang
telah diputuskan KI Pusat diajukan keberatan oleh Pemohon atau
Termohon ke Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tata usaha Negara
(lihat pada tabel di bawah ini, pengajuan keberatan atas putusan KI
Pusat).
NO
1
2
3
4
5
6
REGISTER
PERKARA
066/IV/KIP-PSA-M/2013
008/I/KIP-PSA/2013
277/IX/KIP-PSM-A/2012
288/VII/KIP-PSM-A/2012
208/VI/KIP-PSM-A/2012
188/V/KIP-PSA/2012
PEMOHON
HMI Cab
Kendari
Agus Yahya
TERMOHON
Sekretariat Daerah
Propinsi Sulawesi
Tenggara
PT TUN Suarabaya
Joshua L
Siahaan
LSM
SarvodayaKPODI
Agus Yahya
PT Kereta Api
Indonesia Persero
Kantor Pertanahan
Bekasi
Drs. Syahrial
Dt. Garang
BPN Kantor
Wilayah Sumatera
Barat
Dirjen Pajak
Kementerian
Keuangan
Universitas Negeri
Medan
7
040/IV/KIPPS/2013
Ari Widodo
8
205/VI/KIPP/2012
Gerakan
Mahasiswa
Kristen
Indonesia
PN Bangil
WILAYAH
HUKUM
PTUN Kendari
PTUN
Surabaya
PN Bandung
PTUN Jakarta
PTUN
Surabaya
PTUN Padang
PTUN Jakarta
PTUN Medan
Tabel 2. Upaya Keberatan Pascaputusan Komisi Informasi Pusat
2) Komisi Informasi Pusat Digugat di Pengadilan.
Beberapa putusan yang telah dijatuhkan oleh KI Pusat telah menjadi dasar
bagi Pemohon dan/atau Termohon mengajukan gugatan terhadap KI Pusat
di Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Negeri.
Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara didasarkan pada argumentasi
hukum bahwa putusan KI Pusat merupakan produk dan/atau keputusan
badan usaha negara. Adapun gugatan di Pengadilan Negeri didasarkan
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
8
pada gugatan atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh KI
Pusat.
Tugas pendampingan terhadap gugatan-gugatan yang dilayangkan kepada
KI Pusat merupakan bagian dari tugas operasional Tim Hukum Komisi
Informasi Pusat. (Lihat pada tabel di bawah ini, Jumlah Gugatannya) .
No
Register perkara
Kedudukan
KIP
1.
Perkara Nomor
171/G/2012/PTU
N-JKT
Perkara Nomor
173/G/2012/PTU
N-JKT
Perkara Nomor
181/G/2012/PTU
N-JKT
Perkara Nomor
450/Pdt.G/2012/P
N.JKT.SEL.
Tergugat
5.
Perkara Nomor
401/PDT.G/2013/
PN.JKT.PST
Tergugat
6.
Perkara Nomor:
6/PDT.G/2014/P
N.MTR
Tergugat III
2.
3.
4.
Tergugat
Tergugat
Turut
Tergugat
Penggugat
Wilayah
Hukum
Pengadilan
Muhammad
Pengadilan
Hidayat S
Tata Usaha
Jakarta
Muhammad
Pengadilan
Hidayat S
Tata Usaha
Jakarta
Muhammad
Pengadilan
Hidayat S
Tata Usaha
Jakarta
Badan
Pengadilan
Pelaksana
Negeri
Kegiatan
Jakarta
Usaha Hulu Selatan
Minyak dan
Gas
PT. Bank
Pengadilan
Negara
Negeri
Indonesia
Jakarta
(BNI)
Pusat
Syariah
Zaini Aroni
Pengadilan
(DPD Partai Negeri
Golkar NTB) Mataram
Ketera
ngan
Selesai
Selesai
Selesai
Kasasi
Proses
Proses
Tabel 3. Gugatan Terhadap Komisi Informasi Pusat
3) Memberikan Keterangan terhadap Laporan Tindak Pidana
Keterbukaan Informasi Publik di Kepolisian
Pada tahun 2013, Komisi Informasi Pusat telah menerima 4 (empat)
permohonan untuk bertindak sebagai ahli pada laporan dugaan tindak
pidana keterbukaan informasi di Kepolisian yang dilaporkan oleh
Masyarakat.
No
Dasar Pengaduan
Putusan
Sengketa
Informasi
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
Wilayah
Hukum
Kepolisian
Permohonan
saksi atau ahli
9
1
Laporan Polisi
Nomor : LP / B026 / I / 2013 /
LPG / SPKT,
tanggal 15 Januari
2013
2
Laporan Polisi
Nomor : LP / 1484
/ V / 2013 / PMJ /
Dit Reskrimsus,
tanggal 3 Mei
2012.
3
Laporan Polisi
Nomor : 3340 / IX
/ 2013 / PMJ / Dit
Reskrimsus,
tanggal 24
September 2013
Laporan Polisi
Nomor : LP / 1819
/ V / 2012 / PMJ /
Dit Reskrimsus,
tanggal 30 Mei
2012
4
Putusan Komisi
Informasi
Propinsi
Lampung Nomor
: 019/VI/KIProv.LPG-PS-MA/2012, tanggal
16 oktober 2012
Putusan Komisi
Informasi
Provinsi Jawa
Barat Nomor:
074/PNTPMK.A/KIJBR/XI/2012
-
-
Polda
Lampung
Ahli
Polda Metro
Jaya
Ahli
Polda Metro
Jaya
Ahli
Polda Metro
Jaya
Ahli
Tabel 4. Permohonan Sebagai Ahli
2.1.4 Perubahan Regulasi Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Hukum acara dalam penyelesaian sengketa informasi publik diatur melalui
Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki 1 Tahun 2010). Peraturan
tersebut kemudian dicabut dengan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1
Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki
PPSIP), yang berlaku pada 29 April 2013.
Perubahan peraturan ini terjadi pada masa Periode I. Meski terjadi perubahan
Perki PPSIP, guna menjamin kepastian hukum penyelesaian sengketa
informasi¸ terhadap permohonan yang telah sampai pada pemeriksaan
pendahuluan sebelum berlakunya Perki 1 Tahun 2013 tetap diselesaikan
dengan menggunakan Perki 2 Tahun 2010. Adapun terhadap permohonan
yang telah diregistrasi namun belum sampai pada tahap pemeriksaan
pendahuluan disidangkan dengan menggunakan Perki 1 Tahun 2013.
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
10
Perubahan mendasar pada Perki 1 Tahun 2013 adalah meletakan tahap
Mediasi ke dalam tahap awal pemeriksaan Ajudikasi. Hal ini dimaksudkan
agar kesepakatan yang dihasilkan dari proses Mediasi dikuatkan dalam
Putusan Komisi Informasi sehingga terpenuhi ketentuan Pasal 40 ayat (3) UU
KIP.
2.1.5 Peningkatan Keahlian dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
1) Pelatihan Mediator Bersertifikat
Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik menuntut penyelesaian sengketa informasi ditangani dengan
prinsip cepat dan tepat waktu, berbiaya ringan, dan cara sederhana. Salah
satu cara penyelesaian sengketa tersebut adalah dengan cara Mediasi.
Untuk mendukung keahlian dalam penyelesaian sengketa informasi
publik, Anggota KI Pusat mengikuti Pelatihan Mediator Bersertifikat
yang diselenggarakan Indonesia Institute for ConflictTransformation
(IICT) yang tujuannya adalah dapat meningkatkan kompetensi
Komisioner Komisi Informasi dalam menyelesaikan sengketa informasi
publik.
2) Pelatihan Case Management (Manajemen Kasus)
Kegiatan pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pegawai di
lingkungan Sekretariat Komisi Informasi Pusat dalam memahami sistem
administrasi penanganan sengketa informasi publik. Pelatihan
dilaksanakan di Hotel Pramesthi, Cibogo, Bogor pada tanggal 10 - 12 Juli
2013 dengan jumlah peserta 23 orang. Peserta terdiri dari staf
administrasi, Asisten Ahli dan beberapa pejabat struktural di lingkungan
Sekretariat Komisi Informasi Pusat. Peserta diberikan pelatihan dengan
metode pembelajaran aktif. Dengan pemberian pre-test dan post-test
terlihat perubahan kemampuan dan pengetahuan peserta sebelum dan
sesudah pelatihan.
3) Peningkatan Kapasitas Panitera Pengganti
Kegiatan pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas
kepaniteraan dalam melayani permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik serta pelaksanaan tugas dan fungsi kepaniteraan dalam
proses persidangan dan paska persidangan penyelesaian sengketa
informasi yang sesuai dengan Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun
2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Pelatihan
dilaksanakan di Hotel Pramesthi, Cibogo, Bogor pada tanggal 12 - 13 Juli
2013 dengan jumlah peserta 44 orang. Peserta terdiri dari pegawai
sekretariat Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi Provinsi.
Narasumber untuk kegiatan ini adalah Komisioner Komisi Informasi
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
11
Pusat yaitu Henny S. Widyaningsih dan Tenaga Ahli. Serta Asisten Ahli
Komisi Informasi Pusat sebagai fasilitator.
2.1.6 Forum Diskusi Ahli Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Guna memperdalam pemahaman terhadap substansi penyelesaian sengketa
informasi publik yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
Majelis Komisioner dalam menjatuhkan putusan. Diadakannya beberapa
kegiatan diskusi ahli penyelesaian sengketa informasi publik dengan nara
sumber dari beberapa pakar hukum dan akademisi, dengan beberapa tema
sebagai berikut:
1. Keberadaan Lembaga Quasi Judicial dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia;
2. Informasi Publik di bidang Pertanahan Pendaftaran;
3. Penerapan Pasal 4 Perki I Tahun 2013 Terkait Vexatious Request
(permohonan tidak sungguh-sungguh).
2.1.7 Kunjungan dalam Rangkan Penelitian Keterbukaan Infomasi Publik
Isu keterbukaan informasi di Indonesia telah menarik beberapa peneliti luar
negeri untuk melakukan penelitian di KI Pusat. Peneliti tersebut antaranya
Monica Ang dari Mahasiswa Ilmu Politik Universitas DE La Sella Manila
Filiphina dengan tema “Peran Masyarakat Global dalam Advokasi
Keterbukaan Informasi”. Kemudian Ward Barenschot peneliti dari Kitlv,
Universitas Leiden yang melakukan penelitian tentang Bagi Keterbukaan
Informasi di Indonesia.
2.2 Kelembagaan
2.2.1 Gambaran Umum
Salah satu syarat atau ciri penting menuju negara yang demokratis adalah
dengan adanya keterbukaan informasi publik, dan hal ini sejalan dengan
konsideran dalam bagian menimbang UU KIP. Keterbukaan informasi dalam
sebuah negara yang demokratis merupakan bagian dari cita-cita masyarakat
untuk dapat melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara yang baik.
Berlandaskan hal di atas, KI Pusat sebagai lembaga yang dibentuk
berdasarkan UU KIP serta mempunyai tugas untuk menjalankan UU KIP ini,
memahami bahwa lembaga ini seyogyanya menjadi atau memberikan contoh
kepada lembaga lain untuk menerapkan prinsip-prinsip transparansi dalam
setiap pelaksanaan kegiatan, pengambilan kebijakan dengan cara membuat
laporan pertanggungjawaban kegiatan atau pengambilan kebijakan yang
disebarluaskan kepada masyarakat melalui sarana yang mudah diakses oleh
publik, sebagaimana diatur dalam UU KIP.
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
12
UU KIP dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Standar Layanan Informasi Publik merupakan landasan hukum dalam hal
keterbukaan informasi publik. Dalam rangka itu, Periode II, melalui Gugus
Tugas Revitalisasi Kesekretariatan Dan Anggaran yang mempunyai tugas
dibidang kelembagaan, anggaran dan pengelolaan sumber daya manusia
membuat laporan pelaksanaan kegiatan berdasarkan cakupan tugasnya, yang
diuraikan pada bagian-bagian selanjutnya.
2.2.2 Pembentukan Konsep Pembidangan Kelembagaan KI Pusat
Sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa adanya
pergantian Anggota KI Pusat Periode I ke Periode II, maka Anggota KI Pusat
Periode II secara aktif masuk pada bulan Juli 2013 serta berdasarkan catatan
memori akhir jabatan tersebut, salah satu hal yang menjadi dasar pemikiran
perlu adanya perubahan pembidangan pada tingkat kelembagaan KI Pusat.
Pertimbangan perubahan pembidangan mendasarkan pada pemahaman
tujuan UU KIP. Inilah yang menjadi tolok ukur pemenuhan Hak atas
Informasi Publik, sehingga bidang-bidang pada Anggota Periode I dipandang
perlu dilakukan penyegaran guna mewujudkan tujuan UU KIP dan penguatan
kelembagaan. Dengan dasar tersebut, Anggota KI Pusat Periode II membuat
struktur bidang untuk komisioner yaitu:
1) Gugus Tugas 1 (Hubungan badan publik dan media massa)
2) Gugus Tugas 2 (Revitalisasi kesekretariatan dan anggaran)
3) Gugus Tugas 3 (Percepatan Penangan Sengketa Informasi)
Tujuan dari pada pembentukan gugus tugas (task force) sebagaimana yang
disampaikan Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono yaitu
untuk “Memperkuat Komisi Informasi sebagai Lembaga yang Mandiri,
Akuntabel, dan Kredibel." (Buka! Informasi Publik hal 2. Edisi 1 Tahun
2013).
Konsep kelembagaan Komisi Informasi Pusat sebagaimana yang dijelaskan
di atas telah disosialisasikan ke Komisi Informasi Provinsi pada acara Rapat
Koordinasi Nasional yang diselenggarakan pada September 2013 di
Surakarta, Jawa Tengah.
Sosiliasasi tersebut dimasukkan untuk memberikan gambaran mengenai
konsep Kelembagaan Komisi Informasi Pusat, bukan untuk menuntut
Komisi Informasi provinsi memiliki kelembagaan yang sama, karena pada
tingkat kebutuhannya berbeda-beda. Sehingga KI sebagai lembaga yang kuat
dan mandiri sehingga berhasil merumuskan percepatan program melalui
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
13
pembentukan Gugus Tugas sebagai bentuk sense of crisis (Buka! Informasi
Publik, Edisi 1 Tahun 2013).
2.2.3 Penganugrahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik
Sudah ketiga kalinya, KI Pusat menyelenggarakan Penganugrahan dan
Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik (dua tahun sebelumnya
bernama Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik) yaitu pada
tahun 2012 dan 2011 yang dilaksanakan Periode I. Pada tahun 2013, KI Pusat
juga melakukan perbaikan instrument penilaian. Tak hanya perbaikan
instrument penilaian, KI Pusat juga menambahkan peserta/responden yaitu
Badan Usaha Milik Negara dan Partai Politik yang sebelumnya responden
hanya dari Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan Provinsi.
Proses Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik dimulai dengan
menyebarluaskan kuesioner ke 323 Badan Publik dan yang mengambilkan
sebanyak 123 Badan Publik (lihat table di bawah) untuk diisi secara mandiri
kuesioner (Self Assessment Questioner) yang telah disiapkan oleh Tim
Penilai Mandiri. Adapun Kuesioner yang telah dikirim ke Badan Publik
terdiri atas 27 pertanyaan yang bersifat penilaian mandiri, dengan klaster
bobot penilaian sebagai berikut: (i) Informasi Dasar dengan bobot penilaian
10%; (ii) Kewajiban Badan Publik untuk Menyediakan Informasi dengan
bobot penilaian 20%; (iii) Kewajiban Badan Publik untuk Mengumumkan
Informasi dengan bobot penilaian 30%; dan (iv) Pelayanan Informasi dengan
bobot penilaian 40%.
No
Kategori
Badan Publik
Kirim
Kembali
1
Pemerintahan
140
51
2
Provinsi
34
12
3
BUMN
137
59
4
Partai Politik
Nasional
12
1
Jumlah
323
123
Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tersebut menghasilkan
peringkat tingkat kepatuhan Badan Publik untuk mengimplementasikan UU
KIP dengan peringkat (1) adalah Kementerian Keuangan dengan nilai
84,516; (2) Kementerian Pekerjaan Umum dengan nilai 80,291; dan (3)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dengan nilai
77,722. Untuk peringkat kategori Provinsi, peringkat (1) Provinsi
Kalimantan Timur dengan nilai 56,832; (2) Provinsi Jawa Timur dengan
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
14
nilai 52,442; dan (3) Provinsi Aceh dengan nilai 52,004. Untuk kategori
BUMN peringkat (1) PT. Perusahan Listrik Negara dengan nilai 74,092; (2)
PT. Bio Farma dengan nilai 60,652; dan peringkat (3) PT. Taspen dengan
nilai 57,696.
Dari Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik 2013, KI Pusat
berdasarkan hasil penilaian self assessment dan verifikasi didapatkan nilai
rata-rata keterbukaan informasi Badan Publik per kategori yaitu untuk
Kategori BP Pemerintahan adalah 49,309; nilai rata-rata BP Provinsi adalah
42,722; dan nilai rata-rata Kategori BP BUMN adalah 38,070.
Melihat hasil tersebut, Komisi Informasi Pusat berpendapat bahwa tingkat
kepatuhan Badan Publik untuk mengimplementasikan UU KIP belum
maksimal, dilihat dari belum mencapai nilai setengah dari Kewajiban
Badan Publik sesuai dengan yang diamanatkan UU KIP. Karena itu, Komisi
Informasi Pusat harus lebih memacu Badan Publik dalam mendorong
keterbukaan informasi publik dengan mengimplementasikan UU KIP.
2.3 Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi
2.3.1 Gambaran Umum
UU KIP telah diberlakukan lebih dari 3 (tiga) tahun. UU KIP terbentuk tidak
bisa lepas dari aspirasi masyarakat, UU KIP memberi kesempatan kepada
masyarakat luas untuk mengakses informasi publik sehingga dapat
berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan publik dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang transparan, efektif, efisien, serta akuntabel.
Kewajiban Badan Publik untuk menyediakan informasi publik harus sejalan
dengan pemahaman masyarakat yang lebih luas terhadap hak dan
kewajibannya sebagai Pemohon dan Pengguna Informasi. Menguatnya
animo masyarakat untuk melakukan permohonan informasi apabila tidak
diimbangi dengan kesiapan Badan Publik dalam mengelola informasi
berpotensi menimbulkan sengketa informasi publik. Ketidaksiapan Badan
Publik dalam mengelola informasi tidak menjadi satu-satunya faktor yang
menyebabkan timbulnya sengketa informasi publik. Faktor lain yang tetap
perlu diantisipasi adalah tingkat kepuasan Pemohon atas respon Badan
Publik serta pengujian kepentingan publik atas informasi yang dikecualikan
berdasarkan undang-undang.
Keberadaan Komisi Informasi sebagai lembaga yang menyelesaikan
sengketa informasi publik harus tetap kuat dan berwibawa. Perbaikan demi
perbaikan pola penyelesaian sengketa terus dilakukan untuk mendukung
terwujudnya asas penyelesaian yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
15
sederhana. Perwujudan asas ini tidak lepas dari terpenuhinya tujuan undangundang untuk menjamin hak warga negara untuk mengakses informasi yang
bermanfaat sesuai dengan tujuan permohonannya dan tepat waktu.
Dalam kaitan tersebut menjadi penting untuk mengedukasi Badan Publik
agar benar-benar mengimplementasikan UU KIP yang dialaksanakan oleh
Bidang Kelembagaan (Periode I) sedangkan pada Periode II dilaksanakan
Gugus Hubungan Badan Publik Dan Media Massa. Selain itu penting juga
melakukan sosialisasi untuk meningkatkan awareness masyarakat bahwa
mereka punya hak untuk mengetahui informasi publik.
Oleh karena itu diperlukan media yang mampu menjadi sarana edukasi dan
sosialisasi mengenai UU KIP. Komisioner KI Pusat telah berupaya
melakukan Advokasi, sosialisasi, dan edukasi Badan Publik dan masyarakat
sejak Periode I, dan Periode II.
Kesadaran Badan Publik untuk mengimpelemtasikan UU KIP dapat dilihat
dari upaya Badan Publik untuk melakukan sosialisasi internal Badan Publik
yang melakukan sosialisasi dan mengundang Komisi Informasi Pusat sebagai
Narasumber dapat dilihat dari table dibawah ini :
2012
2011
Sumber : Komisi Informasi Pusat, berdasarkan Surat Masuk 2013
Dari
Diagram
diatas
bisa
dilihat
bahwa
Badan
Publik
Kementerian/Badan/Lembaga Negara yang paling banyak mengadakan
sosialisasi UU KIP, namun jika diperhatikan dari jumlah prosentasenya dari
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
16
tahun 2011 sebanyak 67%; 2012 sebanyak 55%; dan 2013 sebanyak 54%
faktor turunnya jumlah prosentase di Kementerian/Badan/Lembaga Negara
mungkin salah satunya karena Kementerian/Badan/Lembaga Negara yang
sudah siap dengan tata kelola internal mereka sudah baik, dan banyak factor
lainnya yang menyebabkan turunnya prosentase itu. Jumlah prosentase tahun
ke tahun yang paling kecil atau paling sedikit melakukan sosialisasi adalah
Perguruan Tinggi. Untuk BUMN dari tahun ke tahun semakin meningkat
untuk melakukan Sosialisasi UU KIP, sedangkan LSM mengalami
peningkatan dalam hal sosialisasi.
2.3.2 Penyuluhan dan Penyebaran Standar Layanan Informasi Publik
kepada Badan Publik
Kegiatan penyuluhan dan penyebaran Standar Layanan Informasi Publik dini
bertujuan untuk memberikan pemahaman tenatang prinsip-prinsi
keterbukaan informasi yang diatur di dalam UU KIP serta meningkatkan
kesadaran terhadap badan publik dan elemen masyarakat atas hak dan
kewajiban yang diatur di dalam UU KIP.
Penyuluhan ini dibagi menjadi dua tahap sasaran. Pertama, sasaran
penyuluhan dilakukan kepada beberapa Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) pada badan publik. Kedua, sasaran penyuluhan
dilakukan kepada perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan lembaga
swadaya masyarakat, yang dilokukan di dua wilyah Indonesia yaitu Wilayah
Barat, Timur dan Pusat.
2.3.3 Dialog Interaktif
Dialog Interaktif menjadi penting untuk mengedukasi Badan Publik agar
benar-benar menyesuaikan diri dengan atmosfer keterbukaan yang dibawa
oleh UU KIP. Dalam hal ini media elektronik seperti siaran radio dan televisi
menjadi pilihan yang penting untuk edukasi dan sosialisasi UU KIP serta
Komisi Informasi yang menjamin ‘Hak Anda untuk tahu’.
Kegiatan ini dilakukan dibeberapa media Televisi dan Radio yang terdiri:
Televisi
1. Jak Tv, selama dua kali dengan Tema “Seleksi Anggota KI Pusat
Periode 2013-2017” dan “Open Government dan Pemeringkatan
Badan Publik.”
2. TV-One, Tema ”Open Government dan Pemeringkatan Badan
Publik”
3. TVRI, Tema “Open Government dan Pemeringkatan Badan Publik”
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
17
Radio
1. KBR 68H, Tema “Seleksi Anggota KI Pusat Periode 2013-2017”
2. RRI Medan, Tema “Memperingati Tiga Tahun Efektif Berlakunya
UU Keterbukaan Informasi Publik Dalam Rangka Penguatan PPID”
3. RRI Bengkulu, Tema “Peran Masyarakat dalam Mendorong
Penguatan PPID”
4. RRI Surakarta, Tema “Penguatan kelembagaan Komisi Informasi
dalam Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik”
5. RRI Jakarta, Tema “Peringatan Keterbukaan Informasi Publik dalam
kaitannya dengan RTKD”
6. Radio Green FM, Tema “Open Government dan Pemeringkatan
Badan Publik”
7. Radio Smart FM, Tema “Open Government dan Pemeringkatan
Badan Publik”
8. Radio KBR 68 H Jakarta, Tema “Open Government dan
Pemeringkatan Badan Publik”
9. Radio RRI Pro 4, Tema “Open Government dan Pemeringkatan
Badan Publik”
2.3.4 Pengembangan dan Pengelolaan Website
Pengembangan dan Pengelolaan Website ini sudah mulai dilaksanakan mulai
dari bulan Januari 2013 melibatkan Kementerian Komunikasi dan
Informatika yaitu Pusat Data dan Sarana Informatika serta Direktorat
Jenderal Aplikasi dan Informatika yang secara berkala melakukan
pengembangan Website Komisi Informasi Pusat, yaitu pengembangan dan
pengelolaan website, update system, dan update berita mengenai KI Pusat.
Pada program rekonstruksi Website KIP juga penambahan konten pada
regulasi PPID dimana didalamnya terdapat informasi berkala dan informasi
tersedia setiap saat. Di akhir tahun 2013, dilakukan Rekonstruksi Website KI
Pusat berbasis mobile support dan terdiri dari struktur engine yang lebih baik
dari sisi layout, Image Slide preview/slide rotator, video preview dengan
menu maksimal 3 layer, dengan bread-crumb dan instalasi unit server
berbasis centos. Server, firewall, dan security system.
Dengan adanya server baru tersebut, dilakukan migrasi data dari hosting
sewa ke server yang baru. Didalam server yang baru ini, juga terinstalasi
roundcube/aplikasi email dengan domain komisiinformasi.go.id.
Berdasarkan data kunjungan yang terpantau oleh admin website KIP terjadi
peningkatan pengunjung. Adapun rubrik yang banyak dikunjungi
pengunjung website KIP adalah berita dan putusan KIP. Dengan demikian
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
18
adanya rekonstruksi website KIP ini telah mampu meningkatkan trafik
kunjungan.
2.3.5 Penerbitan Newsletter
Newsletter adalah media atau penerbitan internal berupa majalah berisi
sejumlah kegiatan dan pembahasan isu Keterbukaan Informasi Publik serta
sebagian kegiatan KI Daerah yang disusun dan diterbitkan oleh Komisi
Informasi Pusat. Penyusunan Newsletter di Komisi Informasi Pusat sudah
dilakukan sebanyak 3 kali, untuk edisi ke-1 dilaksanakan pada bulan Juni
2013 dengan nomor edisi 1/06/2013, tema “Launching tentang PERKI
(Peraturan Komisi Informasi) 1 tahun 2013”, untuk edisi ke- 2 pada bulan
September 2013 dengan nomor edisi 2/09/2013, tema Rapat Kerja Teknis
dan Persiapan Rakornas (Rapat Kerja Nasional).
Sedangkan untuk edisi ke-3 pada bulan Desember 2013 dengan nomor edisi
3/12/2013, tema “Pemeringkatan Badan Publik”. Newsletter itu
didistribusikan untuk event berskala nasional seperti Rakornas dan
Peringatan Hari Hak untuk Tahu se-Indonesia. Adapun output dari tiga kali
penerbitan Newsletter KI Pusat memberikan banyak sosialisasi tentang
program dan kegiatan serta pembahasan isu Keterbukaan Informasi Publik
kepada masyarakat luas khususnya kalangan KI Daerah, PPID Badan Publik,
dan LSM.
Penerbitan Newsletter KIP dengan edisi yang telah ditingkatkan kualitas
penulisan dan perbaikan rubrikasi ini sacara nyata mampu memberikan
dampak positif. Dampak positif yang ditunjukkan dari peningkatan
pengelolaan Newsletter KIP ini bisa dilihat dari animo yang besar
Komisioner KI Provinsi.
Setiap edisi penerbitan Newsletter KIP selalu menjadi perhatian serius dari
para Komisioner KI Daerah. Bahkan mereka harus bersusahpayah memotret
cover Newsletter untuk share ke rekan-rekannya di daerah, ini menandakan
minat mereka sangat tinggi terhadap penerbitan majalah ini.
Dengan demikian, kehadiran Newsletter edisi baru ini memberikan banyak
inspirasi dari Komisioner KI Daerah. Indikator ini menunjukkan pentingnya
inovasi penerbitan ini sehingga mampu lebih meningkatkan promosi KIP ke
publik.
2.3.6 Advetorial
Advetorial adalah Publikasi Program Kerja dan Keberhasilan yang dilakukan
oleh lembaga berupa tulisan dan foto yang telah disetujui PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) untuk kepentingan promosi atau sosialisasi program
kepada masyarakat luas atau publik, Komisi Informasi Pusat sudah
melaksanakan penayangan Advetorial yang termudi di media cetak:
1. Majalah Sindo Weekly, judul “Tim Panitia Seleksi Penerimaan
Calon Komisioner KIP Periode 2013-2017
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
19
2. Majalah GATRA, judul “Indonesia Bangkit melalui Keterbukaan
Informasi Publik”
3. Majalah GATRA, judul “Pelaksanaan UU No.14 Tahun 2008 dan
Pemeringkatan Badan Publik Tahun 2013”
2.3.7 Pemantauan Media Cetak dan Online Nasional tentang Issu
Keterbukaan Informasi Publik
Pemantauan media cetak dan online nasional sudah mulai dilaksanakan
melalui Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Sekretariat Komisi Informasi
Pusat Nomor: 16A/KEP/KPA/SET.KIP/KOMINFO/02/2013 tertanggal 28
Februari 2013 dan Nomor: 30B/KEP/KPA/SET.KIP/KOMINFO/07/2013
tertanggal 31 Juli 2013 tentang Pembentukan Tim Pemantauan Media Cetak
dan Online Nasional tentang Keterbukaan Informasi Publik Komisi
Informasi Pusat 2013 dengan melibatkan Pusat Informasi Humas dan Ditjen
IKP Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hal ini bertujuan untuk
mendokumentasikan berita yang terkait dengan keterbukaan informasi
publik, baik media cetak maupun online, kegiatan ini bertujuan sebagai
bahan referensi KI Pusat dalam melihat sisi pemberitaan mengenai
keterbukaan informasi ataupun mengenai lembaga Komisi Informasi Pusat.
Media yang dipantau oleh Tim diantaranya adalah: Cetak (Kompas, Media
Indonesia, Koran Tempo, Republika, Jurnal Nasional. Rakyat Merdeka,
Seputar Indonesia, Majalah Gatra, Majalah Tempo). Elektronik (Media
Online:
www.detik.com,
www.kompas.com,
www.beritasatu.com,
www.rmol.com, dll). Kategori pemberitaan yang dipantau dibagi menjadi 4
Kategori: 1). Terkait Keterbukaan Informasi; 2). Komisi Informasi Pusat; 3).
Komisioner Komisi Informasi Pusat sebagai Narasumber; 4). Komisi
Informasi Provinsi. Adapun hasil dari pemantauan media massa cetak
sebagai berikut:
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
20
Rekap Pemberitaan Media Massa Cetak bulan 3 - 30 September 2013
Kategori
No
1
2
3
4
5
Media
Indonesia
Jurnal
Nasional
Koran
Tempo
Koran
Sindo
Rakyat
Merdeka
Majalah
Gatra
Majalah
Tempo
TOTAL
2
-
1
-
-
-
-
-
-
3
8
-
5
12
-
4
12
-
1
13
-
3
-
3
7
-
2
-
1
-
5
0
20
Kompas
Republika
Lembaga KI Pusat
Komisioner sebagai Narasumber
2
Keterbukaan Informasi Publik
Terkait Keterbukaan Informasi Publik
Komisi Informasi Provinsi
4
12
-
70
0
Rekap Pemberitaan Media Massa Cetak bulan Oktober 2013
No
1
2
3
4
5
Kategori
Lembaga KI Pusat
Komisioner sebagai Narasumber
Keterbukaan Informasi Publik
Terkait Keterbukaan Informasi Publik
Komisi Informasi Provinsi
Kompas
Republika
Media
Indonesia
Jurnal
Nasional
Koran
Tempo
Koran
Sindo
Rakyat
Merdeka
Majalah
Gatra
Majalah
Tempo
26
-
23
-
1
36
-
1
19
-
1
30
-
1
23
-
4
25
-
7
-
-
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
TOTAL
0
0
8
189
0
21
Rekap Pemberitaan Media Massa Cetak bulan November 2013
No.
1
2
3
4
5
Kategori
Lembaga KI Pusat
Komisioner sebagai Narasumber
Keterbukaan Informasi Publik
Terkait Keterbukaan Informasi Publik
Komisi Informasi Provinsi
Kompas
Republika
Media
Indonesia
Jurnal
Nasional
Koran
Tempo
Koran
Sindo
Rakyat
Merdeka
Majalah
Gatra
Majalah
Tempo
TOTAL
3
22
-
8
-
26
-
9
-
2
10
-
9
-
1
14
-
1
-
-
0
0
6
99
0
Rekap Pemberitaan Media Massa Cetak bulan Desember 2013
No.
1
2
3
4
5
Kategori
Lembaga KI Pusat
Komisioner sebagai Narasumber
Keterbukaan Informasi Publik
Terkait Keterbukaan Informasi Publik
Komisi Informasi Provinsi
Kompas
Republika
Media
Indonesia
Jurnal
Nasional
Koran
Tempo
Koran
Sindo
Rakyat
Merdeka
Majalah
Gatra
Majalah
Tempo
TOTAL
1
5
-
1
9
-
1
11
-
4
-
1
3
-
3
-
2
9
-
1
-
1
-
1
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
0
6
45
0
22
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Terkait Keterbukaan Informasi setiap
bulannya sangat dinamis dan cukup banyak isunya. Sedangkan Kategori
Komisioner Komisi Informasi Pusat sebagai Narasumber masih kosong
setiap bulannya.
2.3.8 Iklan Layanan Masyarakat tentang Keterbukaan Informasi Publik
Untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, maka diperlukan sebuah
penayangan Iklan Layanan Masyarakat yang berisi pesan-pesan tentang
keterbukaan informasi publik. Iklan Layanan Masyarakat selain sedang
banyak disukai, pada salah satu sisi dapat membantu menyampaikan serta
memberikan informasi tentang keterbukaan informasi secara lebih utuh dan
menyatu secara kontinyu. Iklan Layanan Masyarakat atau Publik Service
Announcement (PSA) merupakan media efektif dalam menjangkau khalayak
luas, karena di dalamnya ada 3 kekuatan yang menjadi unik dalam
penyampaian informasi tersebut seperti gambar, narasi, dan musik.
Penayangan Iklan Layanan Masyarakat ini dilakukan dengan memanfaatkan
media massa yang ada, salah satu media yang dipilih oleh Komisi Informasi
pusat adalah audio atau lebih dikenal dengan Radio. Komisi Informasi Pusat
memilih Radio karena memiliki karakteristik dan keunggulan diantaranya
sebagai berikut:
a. Mampu menyampaikan pesan secara langsung tanpa dipengaruhi oleh
jarak dan waktu
b. Mampu membentuk theather of mind bagi para pendengarnya
c. Mudah diingat dan dipahami maksud dan tujuan dari Iklan Layanan
Masyarakat Komisi Informasi Pusat.
Dengan berbagai keunggulan media radio tersebut, maka diharapkan
penayangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai keterbukaan informasi
publik yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat akan mampu
disosialisasikan dengan baik sehingga mampu memberikan hasil yang efektif
dan efisien. Target yang dicapai dari PSA Komisi Informasi Pusat adalah:
a. Meningkatnya awareness masyarakat akan informasi mengenai
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
b. Tersosialisasinya tugas pokok dan fungsi Komisi Informasi.
Iklan layanan masyarakat tentang keterbukaan informasi ini bertujuan untuk
mengenalkan Komisi Informasi dan Apa itu Badan Publik serta Hak dan
Kewajibannya. Iklan Layanan Masyarakat pada tahun ini ditayangkan di
Televisi dan Radio. Pada tahun 2013 Komisi Informasi Pusat hanya
menayangkan Iklan Layanan Masyaralat melalui Jaringan Radio 68H (200
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
23
Stasiun Radio Daerah), mulai dari tanggal 5 November sampai dengan 5
Desember 2013 dengan durasi penayangan 60 menit yang disiarkan setiap
hari.
2.3.9 Peringatan Internasional Right to Know Day “Hari Hak untuk Tahu
Interasional.
Kegiatan Peringatan Right to Know Day (RTKD) 2012. Right to Know Day
atau Hari Hak untuk Tahu diperingati di seluruh dunia setiap tanggal 28
September terutama di negara-negara yang telah efektif menerapkan aturan
tentang transparansi, Right to Information (RTI) Act, atau Freedom of
Information (FOI) Law.
Right to Know Day di Dunia dimulai di Sofia, Bulgaria. Gagasan tersebut
muncul pada saat pertemuan Internasional tentang advokasi informasi yang
berhasil mencetuskan perlunya 1 (satu) hari khusus diberikan untuk
mempromosikan kebebasan informasi di dunia. Tujuan adanya Hari Hak
untuk Tahu, untuk meningkatkan kesadaran global dari individu untuk
mengakses informasi pemerintah dan juga untuk mempromosikan akses
informasi yang mengacu pada Hak Asasi Manusia.
Prinsip Utama RTK Sebagai berikut :
1. Akses informasi adalah Hak setiap orang;
2. Informasi yang dirahasiakan adalah pengecualian;
3. Hak untuk Tahu diaplikasikan di semua lembaga publik;
4. Semua permintaan menjadi cepat, sederhana, dan tanpa biaya;
5. Para pejabat memiliki tugas untuk melayani Pemohon;
6. Penolakan harus berdasarkan Undang-Undang;
7. Kepentingan publik menjadi Hak yang lebih tinggi dari kerahasiaan;
8. Setiap orang memiliki hak untuk mengkritisi keputusan yang
merugikan;
9. Lembaga publik harus proaktif menginformasikan tentang
lembaganya;
10. Hak tersebut dijamin oleh lembaga independen.
Tujuan : dari kegiatan ini adalah mensosialisasikan dan mengedukasi
Masyarakat dan Badan Publik untuk mengimplementasikan UU KIP secara
optimal, menguatkan komitmen bersama akan pelaksanaan UU KIP,
mencapai dukungan penuh dari pemerintah agar konsisten dalam
melaksanakan penyelenggaraan negara yang baik, transparan dan akuntabel.
Acara ini diperingati tanggal 28 September 2013, Komisi Informasi Pusat
dan didukung oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
(Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelanggerakan
kegiatan tersebut di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Tenggara.
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
24
Acara ini dimeriahkan dengan Lenong Betawi tentang Keterbukaan
Informasi, kemudian dilanjutkan dengan Seruan Keterbukaan Informasi yang
dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI Bapak Priyo Budi Santoso. Acara ditutup
dengan menggelar Aksi Simpatik Keterbukaan Informasi Publik disekitar
lapangan silang monas tenggara dengan menandatangai spanduk Hari Hak
untuk Tahu, membagikan sticker dan flyer kepada masyarakat yang sedang
berada dilingkungan monas dan juga dibagikan kepada sejumlah PPID Badan
Publik dan/atau yang mewakilinya. Dalam kegiatan ini juga Komisi
Informasi Pusat mendapatkan sponsor dari Pupuk Sriwijaya berupa Kaos
yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
3. Penutup
Demikian Laporan tentang Pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang KI Pusat tahun
2013 sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenang yang diberikan UU KIP kepada KI Pusat. Selain sebagai bentuk
pertanggungjawabkan KI Pusat, laporan ini juga dimaksudkan sebagai bentuk
komitmen KI Pusat sebagai lembaga yang diberikan fungsi melaksanakan UU KIP dan
peraturan pelaksananya untuk terus memajukan dan memberikan contoh keterbukaan
Informasi Publik kepada setiap badan publik yang ada.
LAPORAN KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2013
25
Download