STATISTIK LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LOMBOK BARAT 2014 STATISTIK LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LOMBOK BARAT 2014 Nomor Publikasi : 5201.015.006 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah halaman : 98 Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Lombok Barat Editor : Seksi Statistik Sosial dan Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Lombok Barat Gambar Kulit : Pande Gde Dony Gumilar, S.ST Diterbitkan oleh : Bappeda Kabupaten Lombok Barat BPS Kabupaten Lombok Barat Dicetak oleh : CV. MAHARANI May be cited by mentioning the source SAMBUTAN Dengan memanjatkan ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bappeda Kabupaten Lombok Barat menyambut baik terbitnya publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014. Di era green government dibutuhkan sebuah gambaran mengenai kondisi lingkungan hidup Kabupaten Lombok Barat. Merupakan publikasi perdana, Statistik Lingkungan hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 adalah hasil kompilasi data primer dan sekunder mengenai kondisi lingkungan di Lombok Barat. Kepada SKPD yang telah membantu tersedianya data diucapkan terima kasih. Publikasi ini diharapkan bermanfaat bagi pengguna data, terutama sebagai masukan pemerintah daerah dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan/program-program pembangunan terkait masalah lingkungan, kalangan akademisi dan para pemangku kepentingan bidang lingkungan. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan tinggi dan ucapan terima kasih. Saran dan masukan untuk perbaikan publikasi ini pada penerbitan selanjutnya sangat diharapkan. Giri Menang, November 2014 BAPPEDA KABUPATEN LOMBOK BARAT Kepala, DR. H. BAEHAQI, S.Si, M.Pd, MM i Stati stik KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas penerbitan publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. Penyusunan publikasi ini merupakan inovasi sekaligus jawaban dari banyak kebutuhan data dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan visi BPS sebagai “ pelopor data statistik terpercaya untuk semua “. Publikasi ini menyajikan beberapa indikator yang dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan perencanaan dan evaluasi pembangunan berlandaskan lingkungan hidup sekaligus melengkapi publikasi-publikasi lain yang sudah ada. Selain itu, publikasi ini juga merupakan bagian dari pelayanan kepada publik yang berupa penyampaian informasi dan hasil berbagai kegiatan perstatistikan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik. Kami berharap publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 mampu memberikan informasi kepada pemerintah daerah maupun masyarakat. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini. Giri Menang, November 2014 BPS KABUPATEN LOMBOK BARAT Kepala, Ir. AGUS ALWI ii Stati stik DAFTAR ISI Sambutan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Pendahuluan 1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1.2 Tujuan ……………………………………………………………. 1.3 Ruang Lingkup …………………………………………………. 1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………… Kerangka Kerja dan Metodologi 2.1 Kerangka Kerja …………………………………………………. 2.2 Metodologi ……………………………………………………….. 2.3 Konsep dan Definisi ……………………………………………. Lingkungan Alam 3.1 Perubahan Iklim dan Kualitas Udara……………………….. 3.2 Sumber Daya Hutan …………………………………………… 3.3 Sumber Daya Air ……………………………………………….. 3.4 Sumber Daya Ikan ……………………………………………… 3.5 Keanekaragaman Hayati dan Konservasi ………………….. 3.6 Sumber Daya Mineral …………………………………………. 3.7 Bencana Alam …………………………………………………... Lingkungan Buatan 4.1 Pertanian ………………………………………………………... 4.2 Limbah Padat dan Polusi ……………………………………… 4.3 Transportasi …………………………………………………….. 4.4 Perumahan ……………………………………………………… Lingkungan Sosial 5.1 Dinamika dan Kualitas Penduduk ………………………….. 5.2 Pendidikan ………………………………………………………. 5.3 Kesehatan ……………………………………………………….. 5.4 Ketenaga Kerjaan ……………………………………………… 5.5 Kemiskinan ……………………………………………………… 5.6 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ……………….. 5.7 Kerawanan Sosial ……………………………………………… iii Stati stik i ii iii iv vii 1 4 5 5 6 9 9 16 20 24 30 35 39 42 48 53 57 60 65 71 75 79 81 84 89 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Topografi Kabupaten Lombok Barat ………….. Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011-2013 ……………….. Suhu Maksimum dan Minimum di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011-2013 ………………. Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Udara Menurut Kecamatan, Sumber Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Desa Tahun 2013 ………………………………………... Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. Luas Kawasan Hutan di Lombok Barat Menurut Fungsi dan Kecamatan Tahun 2013 .. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013………. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan, Lokasi Desa Terhadap Hutan dan Keberadaan Hutan Mangrove Tahun 2013 ………………………………………... Mata Air di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 ……………… Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………………………………………………… Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Danau/Waduk /Situ/Bendungan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……………………… Jumlah Desa Dengan Pemukiman di Bantaran Sungai Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Air Menurut Sumber Pencemaran dan Pengaduan Kepada Aparat di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………………………………………... Produksi Perikanan Laut Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Ikan Tahun 2009-2013 … Produksi Ikan Air Payau Lombok Barat Menurut Jenis Ikan Tahun 2009-2013 ………... Daftar Perusahaan Pertambangan, Jenis Bahan Tambang dan Luas Areal di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……………………… iv Stati stik 16 17 18 19 21 21 22 23 25 26 27 28 29 30 33 34 41 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Cadangan Bahan Galian C di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012 – 2013 …………….. Jumlah Desa yang Mengalami Bencana Alam Dalam Tiga Tahun Terakhir Menurut Jenis Bencana di Kabupaten Lombok Barat ………… Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman dan Produksi per Hektar di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013………... Jumlah Desa Menurut Kebiasaan Membakar Ladang/Kebun di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………………………………………... Jumlah Desa Menurut Konversi Lahan Selama Setahun Terakhir di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……………………………………….. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat yang Sebagian Besar Penduduknya Bekerja Pada Sektor Pertanian Tahun 2013 …………… Produksi Ikan Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013 Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut Lokasi Pabrik/Industri yang Membuang Limbah ke Sungai Tahun 2013 …... Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat yang Mengalami Pencemaran Tanah Menurut Sumber Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Tahun 2013 ………………………………. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut Pengelolaan Sampah Tahun 2013…. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. Jumlah Desa Menurut Sarana Transportasi di Kabupaten Lombok Barat dan Ketersediaan Angkutan Umum Tahun 2013 ………………….. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013…. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Sanitasi Dasar di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 …………………………………………… v Stati stik 42 44 49 50 51 52 53 54 55 56 58 59 60 61 62 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 5.18 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 -2013 ………………. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2013 ………………… Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2010-2013.. Capaian IPM Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013 ………………………………………….. Ketersediaan Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 ………………………………………………… APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Usia Sekolah dan Tipe Daerah tahun 2010 dan 2013 …………………………….. APK Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2010-2013 ………... APM Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2010-2013 ………... Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 dan 2013 ……………………. Rata-Rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ……………….. TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 …………………………………. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013…. Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 – 2013 ……………………………….. Jumlah Panti Asuhan dan Anak Asuh di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 …………………………. Korban Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Menurut Jenis Kekerasan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ……….. Jumlah Desa yang Mengalami Perkelahian Massal dan Korbannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………………………………… Jumlah Desa di Lombok Barat Menurut Tindak Kejahatan yang Terjadi di Desa Itu Tahun 2013………………………………………… vi Stati stik 66 67 68 70 72 73 73 74 76 78 80 82 84 85 87 89 90 91 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Kerangka Kerja Statistik Lingkungan Hidup …………………………………………… Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak ke Tempat Penampungan Tinja Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 …………………... Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2012 dan 2013 ……………………………………………… Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ………………………………………. Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 ……………. vii Stati stik 7 63 69 77 79 81 PENDAHULUAN 1.1 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup diartikan sebagai satu kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Sehingga jelas dalam lingkungan hidup terjadi interaksi antara setiap komponen yang ada di dalamnya dan terdapat hubungan mutualisme, komensalisme dan bahkan parasitisme. Keselarasan hubungan antara manusia dengan alam sangat diperlukan untuk dapat melestarikan lingkungan hidup. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu bergerak secara intuitif untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya oleh sebab itu timbullah kegiatan ekonomi. Ekonomi dan lingkungan adalah dua hal yang selama ini tidak pernah berjalan beriringan. Sepanjang sejarah, upaya untuk membangun perekonomian selalu berdampak negatif terhadap lingkungan. perekonomian, konsumsi Seiring energi berkembangnya dan kegiatan sumber daya alam akan terus meningkat, kebutuhan akan lahan untuk pembangunan juga makin meningkat, dan pemenuhan keduanya akan mengorbankan lingkungan hidup. Tanpa disadari efek dari kemajuan jaman telah menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Cuaca ekstrim, el nino, la nina merupakan sebagian dari bukti nyata perubahan lingkungan hidup yang akan membahayakan lingkungan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 1 hidup tidak hanya bagi manusia saat ini namun juga bagi anak cucu kita kelak. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang diselenggarakan pada tanggal 20 – 22 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil, atau sering disebut sebagai KTT Rio+20, mencanangkan konsep ekonomi hijau sebagai pilar pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), Ekonomi hijau adalah kesejahteraan perekonomian manusia dan yang mampu kesetaraan meningkatkan sosial, yang sekaligus mengurangi resiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan. Dengan kata lain ekonomi hijau adalah perekonomian yang rendah karbon (kurang menghasilkan emisi dan polusi lingkungan), hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial. Implementasi ekonomi hijau telah tertuang dalam kebijakan pemerintah Indonesia dan tidak terkecuali Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yaitu; Pro- Growth, Pro-Job, Pro-Poor, dan ProEnvironment. Kebijakan ini akan sejalan dengan ekonomi hijau jika setiap pembangunan yang dilaksanakan benar-benar memperhatikan aspek lingkungan hidup (Pro-Environment). Dalam mewujudkan pembangunan yang Pro-Environment, Indonesia sebelumnya sudah menjadi bagian dari pelaksanaan REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation/ Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan). REDD adalah skema yang memungkinkan negara-negara maju untuk memberikan kompensasi pada negara berkembang atas jasa penyerapan karbon dari hutan-hutan di negara berkembang. Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 26 persen pada 2020 dan 41 persen dengan bantuan internasional terutama dengan mempertahankan hutan dalam skema REDD. Selain fokus kepada program REDD, Indonesia harus fokus Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 2 dalam menciptakan model ekonomi yang bertumpu pada ketiga pilar Ekonomi Hijau. Indonesia harus mampu melakukan efisiensi penggunaan energi yang dengan bersumber dari bahan bakar fosil menggunakan energi terbarukan, sehingga emisi yang dihasilkan berkurang. Apalagi, negeri ini mempunyai potensi penggunaan energi terbarukan yang sangat besar. Dalam pembangunan berkelanjutan harus ada keterkaitan antara ekonomi hijau, industri hijau (green company), dan berkelanjutan (sustainability). Ketiga konsep menganjurkan agar segala aktivitas memberikan dampak positif pada lingkungan, ekonomi, dan sosial. Konsep ekonomi hijau dan industri hijau lebih menekankan pada aspek lingkungan dan ekonomi, sedangkan sustainability menekankan juga pada aspek kesejahteraan individu dan masyarakat. Pembangunan yang apabila menggunakan memperhatikan aspek sustainability sumber daya secara bijaksana, sekaligus menghormati kesejahteraan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Dengan tercapainya sustainability, berarti generasi mendatang minimal akan mendapat kesempatan yang sama untuk memanfaatkan sumber daya yang ada seperti saat ini. Akan lebih baik lagi jika bisa mempunyai kesempatan yang lebih besar dibandingkan sekarang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan pemantauan atas pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh para pengelola lingkungan hidup membutuhkan informasi mengenai lingkungan hidup. Informasi tersebut memotret kondisi lingkungan pada suatu waktu, baik mengevaluasi tingkat kerusakan yang terjadi, perbaikan yang telah dilakukan, maupun langkah-langkah yang perlu disusun sebagai bahan masukan bagi perencanaaan lingkungan di waktu mendatang. Para pembuat kebijakan perlu memasukkan faktor Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 3 lingkungan dalam semua pertimbangan kegiatannya, ditunjang informasi tentang lingkungan hidup yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan berkelanjutan. Untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang terjadi pada lingkungan hidup, perlu dikembangkan data yang dapat mengukur kualitas lingkungan hidup. Statistik sebagai alat bantu yang sering dipakai untuk melihat fenomena dan perilaku lingkungan hidup perlu terus-menerus disusun dan dikembangkan dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Statistik lingkungan hidup merupakan paparan data hasil pengolahan dan penyajian yang berhubungan dengan keadaan lingkungan hidup. Dari data tersebut akan dilihat kondisi lingkungan hidup pada kurun waktu tertentu. Penggunaan statistik lingkungan hidup diantaranya untuk menganalisis keadaan masa datang, sehingga dapat segera dibuat kebijakan & tindakan bagi perbaikan lingkungan hidup. Adanya statistik lingkungan hidup menjadi salah satu indikator yang mencerminkan kesadaran suatu untuk menjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai salah satu lembaga negara peduli akan perlindungan lingkungan hidup dan berusaha mengumpulkan data-data statistik yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Namun demikian, kegiatan pengumpulan data statistik lingkungan membutuhkan koordinasi antar SKPD dan lembaga pemerintahan yang terkait. Perlu diakui bahwa kesadaran akan program green environment masih kurang di Lombok Barat, dalam rangka meningkatkan awareness masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Lombok Barat maka disusunlah publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014. 1.2. Tujuan Penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 4 Barat Tahun 2014 bertujuan untuk menyajikan data dan informasi mengenai keadaan dan kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Barat. Selain itu publikasi ini juga ditujukan untuk membantu para pengambil kebijakan dalam merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi kebijakan dan program yang berkaitan dengan lingkungan hidup 1.3. Ruang Lingkup Data yang disajikan dalam publikasi ini berasal dari data primer yang bersumber dari survey Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu Susenas, dan Podes 2013. Selain itu disajikan juga data yang bersumber dari SKPD terkait sebagai pelengkap informasi mengenai kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Barat. 1.4. Sistematika Penulisan Agar dapat menuntun alur berfikir menjadi lebih terarah, maka sistematika dalam penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 akan dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan BAB II : Kerangka Kerja Dan Metodologi BAB III : Lingkungan Alam BAB IV : Lingkungan Buatan BAB V : Lingkungan Sosial Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 5 KERANGKA KERJA & METODOLOGI 2.1. Kerangka Kerja Kerangka kerja berguna sebagai acuan dalam penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014. Mengacu pada publikasi resmi yang berkaitan dengan lingkungan hidup kerangka kerja ini disusun berdasarkan ketersediaan data yang ada untuk level kabupaten. BPS memang melaksanakan survey khusus yang berkaitan dengan lingkungan hidup yaitu SPPLH (Survey Perilaku Peduli Lingkungan Hidup) setiap tahunnya, namun keterbatasan jumlah sampel membuat hasil survey tersebut hanya cukup sebagai estimasi tingkat provinsi saja. Namun dari hasil Susenas dan Podes yang diadakan pada tahun 2013 terdapat pula item pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup walaupun tidak sekomprehensif SPPLH. Karena publikasi ini merupakan publikasi perdana BPS Kabupaten Lombok Lingkungan Hidup Barat, maka Kabupaten sebisa Lombok mungkin Barat 2014 Statistik dibuat berdasarkan rekomendasi yang dianjurkan oleh Asian Development Bank/ ADB pada tahun 1999 yang hubungan yang kegunaannya. kuat agar bertujuan untuk memastikan antara upaya pengumpulan data dan benar-benar dapat memecahkan masalah lingkungan. Kerangka kerja yang sistematis sangat penting untuk memilah-milah data lingkungan hidup (khususnya udara, air, dan tanah) yang memiliki cakupan luas. ADB dan beberapa instansi di Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 6 Indonesia (Badan Pengendali Dampak Lingkungan/BAPEDAL, BPS, Kementerian Lingkungan Hidup) mengembangkan kerangka kerja Statistik Lingkungan Hidup Indonesia (Indonesian Framework for the Develpoment of Environment Statistic/ IFDES) pada yang mengacu kerangka UN-FDES dan mengakomodasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gambar 2.1. Kerangka Kerja Statistik Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997, lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam kelangsungan perikehidupan, dan itu sendiri, kesejahteran manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan dikelompokkan menjadi tiga komponen yaitu lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 7 tahun 1997 telah diperbarui dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Inti dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 ini, selain melakukan pengelolaan lingkungan hidup, juga harus ada langkah-langkah perlindungan terhadap lingkungan hidup agar proses keberlanjutan dapat terwujud. ketiga kelompok lingkungan (lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial) jelas saling mempengaruhi satu sama lain. Informasi tentang tekanan (pressure), dampak (impact), dan respon (response) untuk ketiga kelompok lingkungan tersebut dapat memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan. Segala bentuk kegiatan sosial ekonomi dan kejadian alam adalah berbagai aktivitas yang akan berdampak pada lingkungan alam, lingkungan buatan, maupun lingkungan sosial baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya mencakup beberapa komponen yang berkaitan dengan upaya penyelamatan, penjagaan, maupun rehabilitasi pada ketiga jenis lingkungan. Berlandaskan atas apa yang telah dipaparkan tadi, maka kerangka kerja Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 ini disajikan agar dapat memberikan informasi untuk peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup difokuskan pada empat prioritas yaitu pertama perbaikan kualitas lingkungan hidup, kedua peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan, ketiga peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan dan yang keempat, peningkatan kualitas informasi pada iklim dan bencana alam serta kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 8 2.2. Metodologi Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 datanya bersumber dari data primer BPS dan sekunder yang berasal dari instansi terkait. Data utama yang digunakan dalam penyusunan statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat ini berasal dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Potensi Desa (podes) 2013 dan didukung dari laporan tahunan instansi terkait lingkungan hidup. Studi literatur dilakukan untuk memperkuat bahan penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. Data mentah yang diperoleh dai survey BPS akan diolah dengan bantuan paket program SPSS, agar dapat menjadi informasi berupa rancangan tabel berlandaskan kerangka kerja yang telah disusun. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengindentifikasi data 2. Tabulasi data 3. Pemeriksaan dan evaluasi tabel 4. Melihat konsistensi data dan validasi Data sekunder akan ditampilkan sesuai kerangka kerja yang telah disusun. 2.3. Konsep dan Definisi Konsep dan definisi lingkungan hidup secara umum mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 9 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan pemanfaatan, hidup pengendalian, yang meliputi pemeliharaan, perencanaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar yang dan terencana memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 10 Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah dtetapkan. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 11 membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Lingkungan alam didefinisikan sebagai lingkungan alam murni yang keberadaannya bukan disebabkan oleh manusia. Lingkungan ini diciptakan oleh Sang Maha Pencipta. Unit Lingkungan alam adalah alam itu sendiri, sedangkan komponen atau media lingkungan alam mencakup hutan, lahan, air, flora-fauna, mineral, dan udara. Lingkungan buatan adalah lingkungan yang terbentuk atas upaya manusia mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan sumber daya untuk memfasilitasi aktivitasnya, baik di bidang sosial maupun ekonomi. Contoh lingkungan buatan di antaranya adalah pemukiman, pabrik, sarana dan prasarana berupa bangunan, jalan, serta sarana fisik lain yang dibangun oleh manusia untuk melaksanakan aktivitas ekonomi dan sosial-budaya, termasuk juga hutan yang telah diubah menjadi hutan produksi. Lingkungan sosial adalah lingkungan non fisik yang merupakan hasil interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat atau komunitasnya, yang muncul dalam berbagai fenomena seperti demografi, kesehatan, nilai-nilai sosial budaya, kelompok sosial, ketenagakerjaan, aktivitas sosial, serta kriminalitas. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 12 LINGKUNGAN ALAM Kabupaten Lombok Barat dikarunia dengan tanah yang subur dan sumber air yang melimpah. Tidak hanya perbukitan, kontur alam Lombok Barat juga dikelilingi oleh lautan yang kaya akan keanekaragaman hayati. Tidak heran jika sebagian besar penduduk di Lombok Barat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Bahkan pendapatan asli daerah Kabupaten Lombok Barat banyak yang bersumber dari sektor pariwisata yang berpusat di Senggigi yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia maupun mancanegara. Walaupun masih banyak areal persawahan yang dapat ditemui di Lombok Barat, namun perlahan-lahan kualitas lingkungannya mulai mengalami degradasi. Peralihan lahan persawahan menjadi area permukiman, pembangunan pusat pertokoan, pembangunan jalan semakin mempersempit ruang terbuka hijau yang ada. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat telah berupaya melakukan berbagai macam program antara lain Gerakan Penghijauan, Gerakan Sejuta Pohon, Pelestarian dan Perlindungan Sumber Daya Air, Pemberdayaan Pesisir, Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan, Pemberdayaan Masyarakat Adat, Rehabilitas Lahan Kritis Dan Lahan Eks Galian non logam dan sebagainya. Namun akibat ketersediaan anggaran daerah yang sangat terbatas maka belum semua permasalahan lingkungan dapat ditangani dengan baik sehingga perlu adanya dukungan dana dari Pemerintah Pusat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 13 Beberapa masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Barat pada umumnya berkaitan dengan: 1. Semakin meluasnya lahan-lahan kritis dari penebangan liar atau illegal loging. 2. Menurunnya kualitas sumber daya air sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan untuk kesejahteraan masyarakat. 3. Meningkatnya kerusakan sumber-sumber mata air dan banyak sumber mata air yang terancam punah. 4. Semakin meluasnya penambangan bahan galian non logam yang berakibat pada rusaknya lahan. 5. Meningkatnya produksi sampah masyarakat sedangkan sarana dan prasarana untuk persampahan belum memadai termasuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih bergabung dengan Kota Mataram. 6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta menjaga kelestarian lingkungan, dan ketidakpedulian masyarakat akan perubahan iklim yang mulai terjadi dan dirasakan dampaknya oleh masyarakat itu sendiri. Masalah lingkungan yang saat ini cukup menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yaitu masalah kerusakan lahan akibat kegiatan penambangan tanpa ijin, pengolahan mineral logam menggunakan mercury dan sianida, dampak perubahan iklim global serta penebangan liar (illegal loging). Kegiatan penambangan liar marak terjadi di Kecamatan Sekotong, Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Gerung. Kegiatan penebangan liar di Kabupaten Lombok Barat banyak terjadi di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sekotong, Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 14 Melalui Badan Lingkungan Hidup, pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat menggulirkan beberapa program peduli lingkungan yaitu: 1. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, terdiri dari kegiatan : a. Koordinasi penilaian kota sehat/Adipura b. Pemantauan kualitas lingkungan c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup d. Pengelolaan B3 dan limbah B3 e. Koordinasi penyusunan Amdal 2. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam, terdiri dari kegiatan: a. Pengendalian dampak perubahan iklim b. Peningkatan konservasi daerah tangkapan air dan sumbersumber air c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA 3. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam, terdiri dari kegiatan : a. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA 4. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, terdiri dari kegiatan : a. Pengembangan data dan informasi lingkungan b. Penyusunan data sumber daya alam dan neraca sumber daya hutan (NSDH) nasional dan daerah 5. Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), terdiri dari kegiatan : a. Penataan RTH b. Pemeliharaan RTH Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 15 Selain program/kegiatan yang terbagi dalam urusan rutin dan urusan wajib tersebut terdapat juga bebarapa kegiatan khusus yang menjadi binaan yang merupakan program/kegiatan nasional yaitu Adiwiyata, Kalpataru, Adipura, Menuju Indonesia Hijau/ Raksaniyata, Proklim, PROPER dan lain-lain. Secara umum topografi Kabupaten Lombok Barat sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan persentase mencapai 45,86 persen, kemudian 44,86 persen merupakan daerah dataran dan sisanya 9,28 persen merupakan pegunungan. Tabel 3.1. Topografi Kabupaten Lombok Barat Morfologi Ketinggian (1) (2) Luas ha % (3) (4) Dataran 0-150 mdpl 41,794 44.86 Perbukitan 150-1500 mdpl 42,722 45.86 Pegunungan > 1500 mdpl 8,650 9.28 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat Gambaran mengenai kondisi lingkungan alam di Kabupaten Lombok Barat akan dijelaskan melalui beberapa indikator perubahan iklim, sumberdaya hutan, sumber daya air, sumber daya ikan, keanekaragaman hayati, sumber daya mineral dan bencana alam. 3.1. Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Disadari atau tidak perubahan iklim global yang berdampak pada cuaca ekstrim, kenaikan suhu bumi, banjir dan masih banyak lagi merupakan efek dari perbuatan memperdulikan lingkungan. Para manusia yang tidak petani dan nelayan dapat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 16 merasakan sendiri bahwa hasil panen mereka sering gagal dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Saat cuaca ekstrim tiba, tinggi gelombang bisa mencapai 5 meter sehingga nelayan kesulitan untuk melaut. Tabel 3.2. Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011-2013 Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2011 Hari Curah Hujan Hujan 2012 Hari Curah Hujan Hujan 2013 Hari Curah Hujan Hujan (2) (3) (4) (5) (6) (7) 26 20 21 20 14 5 2 1 6 14 17 24 14 266 129 134 253 167 6 1 1 2 104 186 338 132 23 19 26 8 8 2 13 1 4 7 16 24 13 462 234 625 109 245 2 2 0 12 8 197 271 181 22 17 12 13 12 11 4 1 1 6 16 22 11 356 197 145 200 171 139 53 4 1 120 184 509 173 Sumber: Stasiun Klimatologi Kediri Dalam tiga tahun terakhir secara rata-rata hari hujan di Kabupaten Lombok Barat berkurang, hal ini mengindikasikan bahwa musim kemarau semakin panjang dirasakan di Lombok Barat. Pada tahun 2011, kemarau terjadi pada Bulan Juni hingga September, siklus ini bergeser di tahun 2012 dimana kemarau dirasakan sejak Bulan April hingga Oktober. Pada tahun 2013 siklus ini kembali bergeser, kemarau mulai terjadi pada Bulan Juli hingga Oktober. Perubahan siklus kemarau berdampak pada pola tanam petani, dan apabila siklusnya selalu berubah maka petani akan merugi karena bisa mengalami gagal panen. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 17 Walau kemarau dirasa kian panjang, namun curah hujan dalam tiga tahun terakhir cenderung lebih lebat. Curah hujan paling tinggi terjadi di Bulan Januari dan Desember dalam tiga tahun terakhir. Curah hujan dapat menjadi kawan jika debitnya tidak berlebihan. Akan tetapi bila debitnya sangat besar yang akan terjadi adalah banjir yang tentu saja akan merugikan banyak pihak. Tabel 3.3. Suhu Maksimum dan Minimum di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011-2013 Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2011 Temperatur (◦c) min max (2) 24,2 24,5 24,1 23,8 22,8 20,7 20,7 20,4 22,1 23,7 22,9 23,1 (3) 31,7 31,6 31,8 31,0 31,8 30,4 30,9 31,1 31,8 32,5 31,2 31,2 2012 Temperatur (◦c) min max (4) 23,6 23,4 23,5 23,3 22,5 20,2 20,2 19,8 21,5 23,6 24,1 24,1 (5) 30,2 31,2 30,0 31,6 30,3 29,6 28,2 29,0 30,1 32,3 32,4 31,6 2013 Temperatur (◦c) min max (6) 23,6 22,4 21,2 21,0 22,2 21,6 18,8 17,0 19,6 21,2 21,2 22,6 (7) 32,4 32,2 33,4 33,6 33,2 32,8 31,4 32,0 32,2 33,8 33,8 32,6 Sumber: Stasiun Klimatologi Kediri Suhu terendah sepanjang tahun 2011 adalah 20,4°C, namun suhu maksimumnya bisa mencapai 32,5°C. Pada tahun 2012 suhu erendahnya 20,2 °C sedangkan suhu maksimumnya mencapai 32,4°C. Suhu ekstrim berupa penurunan dan peningkatan suhu mulai tampak pada tahun 2013 dimana suhu terendah mencapai 17,0°C sedangkan suhu maksimumnya mencapai 33,8°C. Anomali yang terjadi pada dalam tiga tahun terakhir adalah bahwa suhu minimum yang terendah justru terjadi di musim kemarau, sedangkan suhu maksimum yang tertinggi justru terjadi di musim penghujan. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 18 Pesatnya penambahan jumlah kendaraan bermotor terutama roda dua di Lombok Barat merupakan salah satu penyumbang pencemaran udara. Rendahnya kualitas bahan bakar minyak (BBM), masih digunakannya jenis bahan bakar minyak mengandung Pb, penggunaan teknologi lama (sistem pembakaran) pada sebagian besar kendaraan bermotor dan minimnya budaya perawatan kendaraan secara teratur semakin menambah beban bagi kualitas udara di Lombok Barat. Bahan bakar kendaraan bermotor di Lombok Barat adalah didominasi oleh premium dan solar. Bahan bakar premium sebagian besar belum ramah lingkungan karena masih menggunakan Pb sebagai peningkat oktan yang menjadi penyumbang terbesar bagi pencemaran di udara. Tabel 3.4. Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Udara Menurut Kecamatan, Sumber Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Desa Tahun 2013 Kecamatan (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Udara Rumah Tangga Pabrik Lainnya Ada (2) (3) (4) (5) (6) 1 0 0 0 7 1 0 1 3 0 13 Pengaduan ke Aparat Desa/Kelurahan Sumber Pencemaran 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 8 Tidak Ada (7) 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 3 1 0 0 0 7 1 0 0 1 0 10 Sumber: Podes 2014 Hasil Potensi Desa tahun 2014 mencatat bahwa ada 13 desa di Lombok Barat yang mengaku mengalami pencemaran udara. Satu Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 19 desa berada di Kecamatan Sekotong, 7 desa di Kecamatan Kediri, 1 desa di Kecamatan Kuripan, 1 desa di Kecamatan Lingsar dan 3 desa di Kecamatan Gunungsari. Sebanyak 8 desa mengaku bahwa sumber pencemaran udara di desa mereka diakibatkan oleh lainnya (termasuk diantaranya asap kendaraan bermotor), 4 desa mengaku bahwa pencemaran udaranya berasal dari rumah tangga dan 1 desa tercemari udaranya oleh pabrik yang berada di desa mereka. 3.2. Sumber Daya Hutan Salah satu upaya untuk dapat mengurangi pencemaran udara dan meningkatkan kualitas udara adalah dengan melakukan penghijauan. Penghijauan bisa dilakukan melalui reboisasi, penertiban penebangan liar, pelestarian hutan, dan dalam lingkup yang lebih kecil lagi penghijauan dapat dilakukan di rumah tangga dengan menanam tanaman di rumah. Sebagian besar kawasan hutan di Lombok Barat merupakan hutan lindung dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan hutan produksi. Selain hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas, Lombok Barat juga memiliki taman wisata alam yang dimanfaatkan selain untuk konservasi sumber daya hutan juga sebagai sarana rekreasi masyarakat, yaitu Taman Suranadi yang terletak di Kecamatan Narmada. Hutan produksi merupakan areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi masyarakat, industry maupun ekspor. Sedangkan hutan produksi terbatas adalah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 20 Tabel 3.5 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Fungsi Luas (Ha) (1) (2) 3.396,19 22.441,20 1.289,00 10.299,00 - Cagar Alam Suaka Margasatwa Taman Wisata Taman Buru Taman Nasional Taman Hutan Raya Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Konservasi Hutan Kota Total Luas 37.425,39 Keterangan : (-) data tidak tersedia Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat Tidak semua kecamatan di Lombok Barat memiliki kawasan hutan. Hutan lindung yang terluas berada di Kecamatan Narmada, sedangkan yang paling sedikit ada di Kecamatan Lembar. Kecamatan Sekotong merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Lombok Barat, tidak mengherankan apabila hutan produksi dan hutan produksi terbatas hanya ditemui di Kecamatan Sekotong. Tabel 3.6. Luas Kawasan Hutan di Lombok Barat Menurut Fungsi dan Kecamatan Tahun 2013 Luas Hutan (Ha) Kecamatan (1) Narmada Gerung Sekotong Lembar Gunungsari Lindung Produksi Produksi Terbatas (2) (3) (4) 8.783,35 4.384,85 2.982,00 1.909,00 4.382,00 1.289,00 - 10.299,00 - Keterangan : (-) data tidak tersedia Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 21 Rehabilitasi lingkungan merupakan suatu upaya/usaha yang dilakukan untuk memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lingkungan yang rusak atau kritis agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Kegiatan rehabilitasi perlu dilakukan, karena kondisi lingkungan yang tidak selalu dalam kondisi yang baik akibat perilaku manusia yang tidak perduli terhadap lingkungannya. Kegiatan rehabilitasi lingkungan ini dapat berupa kegiatan penghijauan, reboisasi atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki, memulihkan kembali dan/atau meningkatkan kondisi lingkungan. Tabel 3.7. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) (1) (2) 10.708,91 183,5 263,35 327,5 49,5 115,5 (3) 8.821,60 2.025,00 573,6 382,4 77 77,5 Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar Keterangan : (-) tidak ada lahan kritis Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat Lahan kritis maupun sangat kritis di Kecamatan Sekotong hingga tahun 2013 ternyata cukup luas mencapai 19.530,51 Ha. Kondisi ini disebabkan karena bentuk wilayah Kecamatan Sekotong berbentuk pegunungan dan bebatuan dengan lereng yang cukup tajam sehingga menyulitkan untuk dilakukan penanaman pohon. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 22 Kecamatan Gunungsari merupakan kecamatan denga lahan kritis yang paling kecil yaitu hanya mencapai 126,5 Ha. Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh lahan kritis, bisa melakukan rehabilitasi dan konservasi. Rehabilitasi lahan kritis bisa dimulai dari cara yang paling sederhana yaitu dengan reboisasi. Semua unsur baik dari masyarakat maupun pemerintahan harus dapat bersinergi untuk dapat memperbaiki lahan kritis ini. Tabel 3.8. Jumlah Desa Di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan, Lokasi Desa Terhadap Hutan dan Keberadaan Hutan Mangrove Tahun 2013 Lokasi Desa Kecamatan Dalam Hutan (1) (2) Tepi/Sekitar Hutan (3) Luar Hutan Keberadaan Tanaman Mangrove (4) (5) Sekotong 0 2 7 7 Lembar 0 4 6 4 Gerung 0 0 14 0 Labu Api Kediri 0 0 0 0 12 10 0 0 Kuripan 0 3 3 0 Narmada 0 1 20 0 Lingsar Gunung Sari 0 0 2 4 13 12 0 0 Batu Layar 0 0 9 0 Sumber: Podes 2014 Hutan mangrove hanya dapat ditemui di Kecamatan Sekotong dan Kecamatan Lembar. Dari Sembilan desa yang ada di Kecamatan Sekotong, 7 desa diantaranya memiliki hutan mangrove. Di Kecamatan Gerung, Labuapi, Kediri, dan Batulayar tidak ada satu Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 23 desapun yang berada di dalam hutan maupun di tepi atau sekitar hutan. Hutan merupakan paru-paru yang tak hanya membantu menyaring polusi, menyediakan oksigen bagi manusia juga menjadi penyimpan cadangan air. Oleh karenanya keberadaan hutan dan kelestariannya perlu dijaga tidak hanya bagi manusia namun bagi seluruh mahluk hidup di bumi. 3.3. Sumber Daya Air Air adalah segala sumber kehidupan. Semua makhluk hidup baik manusia, hewan maupun tumbuhan bisa hidup di bumi karena air dan udara yang ada di planet biru ini. Begitu pentingnya air bagi kehidupan. Bahkan 70 persen tubuh manusia terdiri atas air. Kekurangan air bisa menyebabkan dehidrasi yang berakibat fatal bagi tubuh. Melihat pentingnya air bagi kehidupan, maka tindakan menjaga kebersihan dan eksistensi sumber-sumber air adalah kebutuhan manusia. Beberapa bentuk lingkungan alam yang berupa sumber daya air adalah sungai, mata air, laut, dan danau. Sebagaimana telah dijeaskan sebelumnya, Lombok Barat merupakan kabupaten yang kaya akan cadangan air. Kendati ada sebagian kecil wilayah yang mengalami kekeringan saat kemarau panjang namun semua kecamatan yang ada di Lombok Barat memiliki sumber mata air. Salah satu permasalahan sumber- sumber air tersebut yaitu terjadinya pencemaran baik di mata air, sungai dan laut. Pencemaran yang terjadi di Lombok Barat pada umumnya berasal dari limbah rumah tangga dan sampah yang dibuang sembarangan. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 24 Tabel 3.9. Mata Air Di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan Jumlah Mata Air (1) (2) Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar 42 11 23 8 4 8 170 190 39 10 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat Jumlah mata air yang terbanyak terdapat di Kecamatan Lingsar dan Narmada, sedangkan Kecamatan Kediri dan Kuripan merupakan kecamatan dengan jumlah mata air paling sedikit. Kendati demikian luas wilayah Kediri dan Kuripan yang tidak terlampau luas menjadi alasan sedikitnya mata air di kedua kecamatan ini. Selain itu masyarakat akan cenderung mencari mata air ke tempat yang lebih dekat dengan rumah mereka walaupun berada di kecamatan lain (wilayah perbatasan). Pencemaran sungai pada akhirnya akan menimbulkan pencemaran laut juga karena sungai akan bermuara di laut. Dengan semakin parahnya pencemaran sungai-sungai, maka hal itu juga akan semakin meningkatkan pencemaran laut. Namun, sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal nelayan maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 25 pantai dan sangat siginifikan merusak makhluk hidup sekitar pantai. Tabel 3.10. Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Nama Sungai Panjang (m) (1) Meninting Midang Jangkok Babak Dodokan (2) 24.92 12.02 51.632 54.942 25.082 Paku Keling Dalam/Batu Kumbung Lebar (m) Kdlmn Debit (m3/dtk) Permukaan Dasar (m) Maks Min (3) (4) (5) (7) 740 2.168 15.365 17.983 805 62 27 65 20 30 60 26 65 17 25 5 6 11 5 3 (6) 12.178 9.443 99.214 62.16 904 6.904 15 10 7 16.701 4.311 10.312 15 15 9 1.702 323 7.492 61 60 3 2.596 338 Jelateng Kelep 12.651 19.068 15 25 12 20 5 3,5 - - Pelangan 18.425 27 22 - - - Sulin/ Lendang Lekong Keterangan: (-) data tidak tersedia Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Barat Jumlah sungai besar yang melintas menjadi urat nadi pengairan di Kabupaten Lombok Barat ada sebanyak 11 sungai dengan sungai terpanjang adalah Sungai Babak yang panjangnya mencapai 54.942 meter. Sungai dengan lebar permukaan terbesar adalah Sungai Jangkok dengan lebar mencapai 65 meter. Sungai Jangkok juga merupakan sungai yang terdalam dengan debit air terbesar di Lombok Barat. Memanfaatkan sungai untuk mandi dan cuci sebenarnya sudah tidak lagi memenuhi standar kesehatan. Kendati demikian masih banyak masyarakat di Lombok Barat yang mempertahankan kebiasaan tidak sehat ini. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 26 Tabel 3.11. Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan Mandi/ Cuci Minum / Masak Pengairan/ Irigasi Lahan Pertanian Pariwi sata Transpor tasi Pembangkit Listrik Perika nan Tidak Dimanfaat kan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL 5 4 5 11 3 6 16 11 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 3 12 0 5 15 11 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 1 7 0 3 4 10 1 0 6 0 3 0 0 0 14 2 77 2 0 2 12 0 65 1 0 3 1 0 2 0 0 2 5 0 32 0 5 15 Sumber: Podes 2014 Dari 122 desa yang ada di Lombok Barat, 77 desa masih menggunakan air sungai untuk mandi/cuci, dan desa yang paling banyak menggunakannya ada di Kecamatan Narmada, sedagkan di Kecamatan Batulayar hanya 2 desa yang menggunakan air sungai untuk mandi/cuci. 2 Desa di Kecamatan Gunungsari masih menggunakan sungai untuk minum/masak. Idealnya memang sungai diambil manfaatnya untuk pengairan/irigasi pertanian dan budidaya perikanan. Penduduk memanfaatkan sungai di Kecamatan untuk budidaya Lingsar saja perikanan. yang Namun pemanfaatan sungai untuk irigasi maupun budidaya bukanlah bebas polusi, namun paling tidak pencemaran yang diakibatkan dari dua tindakan ini tidak sebesar untuk pemanfaatan lain. Selain sungai, sumber daya air yang merupakan bagian dari lingkungan alam adalah danau, embung atau situ. Namun seiring waktu agak sulit memisahkan danau/embung yang memang terbuat oleh alam ataupun yang dibuat oleh manusia. Namun keberadaannya di Lombok Barat cukup banyak demikian pula pemanfaatannya. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 27 Tabel 3.12. Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Danau/Waduk /Situ/Bendungan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan Mandi /Cuci Minum/ Masak Pengairan/ Irigasi Lahan Pertanian Pariwi sata Transpor tasi Pembangkit Listrik Perika nan Tidak Dimanfaat kan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 6 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 12 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 5 0 0 0 Sumber: Podes 2014 Danau/ waduk/situ/ bendungan di Lombok Barat utamanya digunakan untuk pengairan/irigasi lahan pertanian. Hal ini tercermin dari banyaknya desa yang menggunakannya untuk kegiatan tersebut. Selain itu ada juga penduduk desa yang memanfaatkannya untuk mandi/cuci, pariwisata, dan budidaya perikanan. Keberadaan pemukiman di bantaran sungai lebih banyak merugikan daripada manfaatnya. Bagi penduduk yang bermukim itu sendiri, resiko mereka untuk terkena banjir ataupun tanah longsor sangat besar. Bagi sungai, keberadaan penduduk di bantaran sungai akan meningkatkan pencemaran air akibat sampah rumah tangga, dan limbah domestik lainnya. Selain itu pemukiman di bantaran sungai identik dengan kumuh dan kemiskinan, oleh sebab itu sebaiknya penduduk yang tinggal di bantaran sungai dapat direlokasi ke tempat yang lebih representative. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 28 Tabel 3.13. Jumlah Desa dengan Pemukiman di Bantaran Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL Bantaran/Tepi Sungai Tidak Ada Tidak Ada Sungai Ada (2) (3) 7 4 10 3 0 3 4 8 4 0 43 (4) 0 1 3 9 6 3 13 4 11 7 57 Jumlah (5) 2 5 1 0 4 0 4 3 1 2 22 9 10 14 12 10 6 21 15 16 9 122 Sumber: Podes 2014 Ternyata Kecamatan Gerung yang merupakan ibukota Kabupaten di Lombok Barat merupakan kecamatan dengan jumlah desa yang memiliki pemukiman di bantaran sungai yang paling banyak. Hanya ada dua kecamatan yang tidak memiliki pemukiman di bantaran sungai yaitu Kecamatan Kediri dan Kecamatan Batulayar. Perlu ditelusuri alasan penduduk ini bermukim di bantaran sungai agar dapat ditemukan jalan keluar sehingga jumlah pemukiman di bantaran sungai tidak bertambah setiap tahunnya. Pencemaran air di Lombok Barat memang lebih banyak disebabkan oleh pencemaran rumah tangga, namun ada sebagian kecil masyarakat yang mengeluhkan pencemaran air oleh limbah pabrik dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dengan baik memang masih sangat rendah, salah satu penyebabnya karena memang belum ada suatu system pembuangan sampah yang terintegrasi dan terkoordinir sebagai alternatif bagi masyarakat Lombok Barat untuk membuang sampahnya. Membuang Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 29 sampah ke sungai masih merupakan alternatif termudah bagi masyarakat. Tabel 3.14. Jumlah Desa Yang Mengalami Pencemaran Air Menurut Sumber Pencemaran dan Pengaduan Kepada Aparat di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan (1) Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Air Rumah Tangga Pabrik Lainnya Ada Tidak Ada (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL Pengaduan ke Aparat Desa/Kelurahan Sumber Pencemaran 2 1 1 3 0 4 1 1 0 0 0 1 1 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 1 0 0 2 1 1 2 0 2 0 0 0 0 13 7 1 5 5 8 Sumber: Podes 2014 Sebanyak 13 desa di Lombok Barat mengaku mengalami pencemaran air, dan yang terbanyak ada di Kecamatan Kuripan. Hanya Kecamatan Kediri, Gunungsari dan Batulayar saja yang belum merasa bahwa air di lingkungan mereka telah tercemari. Dari 13 desa yang mengaku tercemar tersebut hanya 5 desa saja yang berinisiatif untuk melaporkannya ke aparat desa atau kelurahan. 3.4. Sumber Daya Ikan Sebagai Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia dan Selat Lombok, banyak wilayah Lombok Barat yang berbatasan langsung dengan laut. Kecamatan Batulayar, Kecamatan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 30 Labuapi, Kecamatan Lembar, Kecamatan Sekotong adalah beberapa kecamatan dengan jumlah nelayan yang cukup besar. Maka, dengan gambaran sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah selayaknya pembangunan kelautan dan perikanan di Lombok Barat mendapat perhatian lebih agar dapat memaksimalkan produksi perikanan. Beberapa tantangan yang muncul ditengah potensi perikanan yang dimiliki Lombok Barat dan di banyak wilayah lainnya di Indonesia adalah adanya illegal fishing, harga Ikan yang rendah, dan rendahnya mutu hasil perikanan. Illegal fishing merupakan masalah rutin yang dihadapai bangsa ini. Setiap tahun, sumberdaya ikan kita di curi nelayan negara lain. Mereka dengan sengaja mencari ikan diperairan Indonesia. Dengan menggunakan peralatan yang lengkap dan kapal yang besar mereka menjarah sumberdaya alam diperairan Indonesia. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin sumberdaya yang dimiliki Indonesia akan semakin berkurang. Penyebab illegal fishing sangat kompleks mulai dari luas peraian yang besar, keamanan yang lemah dan nelayan kecil yang tak mampu menjangkau sumberdaya ikan di laut bebas. Pengamanan yang lemah ini dikarenakan armada yang dimiliki Indonesia dalam menjaga keamanan perairan sangat minim. Selain itu rendahnya jangkauan nelayan diperairan lepas menjadikan sumberdaya yang dimiliki Indonesia tidak bisa termanfaatkan maksimal. Berdasarkan data tersebut dapat maka sumberdaya yang dimiliki Indonesia tak dimanfaatkan dan dilkelola dengan maksimal oleh para nelayan. Dan yang sangat fatal, malah negara lain yang memanfaatkannya. Praktek illegal fishing merupakan tindakan kriminal lintas negara yang terorganisir dan secara jelas telah menyebabkan kerusakan serius bagi Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik lainnya. Selain merugikan ekonomi, sosial, dan ekologi, Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 31 praktik ini merupakan tindakan yang melemahkan kedaulatan wilayah suatu bangsa. Bahkan perang terhadap illegal fishing pernah dibahas oleh negara-negara yang tergabung dalam Asia-Pasific Economic Development (APEC) termasuk Indonesia dimana mereka bersepakat untuk lebih gencar dalam memerangi dan mengatasi illegal fishing. Namun, pada kenyataannya praktek illegal fishing masih tetap marak sampai saat. Tidak Kurang dari 37 jenis ikan konsumsi ada di wilayah perairan Lombok Barat, dan produksinya sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 cukup berfluktuasi. Penangkapan ikan di laut memang sangat bergantung pada faktor cuaca. Apalagi nelayan yang ada di Lombok Barat pada umumnya masih merupakan nelayan tradisional yang menggunakan dayung atau jika kemampuan permodalannya lebih baik menggunakan perahu motor tempel. Ikan tongkol dan ikan teri merupakan jenis ikan yang paling banyak produksinya di Kabupaten Lombok Barat. Ikan Kakap dan Ikan Gulamah merupakan jenis ikan yang paling sedikit produksinya di Lombok Barat. Alat penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan Lombok Baratpun pada umumnya masih sederhana seperti menggunakan pancing ulur, atau jika ingin menangkap ikan yang lebih banyak menggunakan jarring. Namun masih terdapat beberapa nelayan yang memilih menggunakan cara cepat memperoleh ikan dengan menggunakan bom, dan mereka tidak memikirkan efek yang ditimbulkan bagi kelangsungan biota laut dimasa datang. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 32 Tabel 3.15. Produksi Perikanan Laut Lombok Barat Menurut Jenis Ikan Tahun 2009 - 2013 Jenis Ikan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Sebel a h 115,10 74,5 51.6 63,5 47.3 2. Perepek 157,40 44,8 70.4 - 50,3 3. Bel os o 35,90 7,6 42.2 - 16,3 4. Bi ji Na ngka 100,90 164,0 131.4 157,1 27,0 5. Gerot-gerot 161,00 95,0 112.7 73,1 33,0 6. Mera h Ba mba nga n 428,80 70,7 235.2 - 73,3 7. K e r a p u 170,60 460,8 209.6 90,1 59,7 8. Lenca m 201,00 75,8 105.7 - 93,4 9. K a k a p 314,60 219,3 258.8 116,8 3,4 10. K u r i s i 145,00 101,6 116 97,7 158,2 11. S w a n g i 93,50 79,5 50.6 - - 12. Ekor Kuni ng 300,00 79,5 200.6 - 16,8 13.Gul a ma h 157,00 556,6 101.4 - 3,0 14.Cucut 127,00 33,7 68.5 136,1 9,5 15. .Pa ri 115,00 133,3 92.5 192,4 10,0 16. Al u-a l u - 208,9 - - - 17. La ya ng 100,20 208,9 143.2 201,4 20,0 18. S e l a r 324,80 773,7 364.7 708,0 426,9 19.K u w e 53,20 50,9 59.5 77,3 55,9 20.Da un Ba mbu - - - - - 128,50 278,3 101,1 13,6 25,0 22. Terba ng 32,70 316,0 139,2 293,5 113,5 23. Bel a na k 191,50 353,4 249,1 290,4 197,7 58,8 78,2 88,7 78,5 57,8 25. Teri 356,10 805,5 309,1 677,0 1.895,5 26. Temba ng 237,50 699,4 389,3 486,,0 494,8 27. Lemuru 286,00 689,4 462,2 840,3 970,7 28. Gol ok-gol ok 97,70 63,8 124,9 48,0 35,3 29. Terumbuk 42,50 0,0 69,6 72,2 54,0 30. Kembung 443,40 97,6 404,1 227,1 538,6 31. Tenggi ri 227,00 271,1 218,9 235,2 16,3 93,30 45,6 83,4 136,1 81,6 21. Sungl i r 24. Jul ung-jul ung 32. La yur 33. Ca ka l a ng 257,70 311,8 307,4 312,2 353,1 1,156,90 442,4 1.859,0 886,8 1.826,0 35. Jeni s Uda ng 288,40 101,0 355,6 223,2 206,5 36. Cumi -cumi 246,30 21,4 114,1 56,1 46,5 222,1 56,4 87,9 146,2 432,4 9.174,1 8.070,4 5.363,6 6.449,9 8.449,3 34. Tongkol 37. La i nnya Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 33 Selain produksi ikan laut, produksi ikan air payau dan air tawar di Lombok Barat juga cukup besar dan dapat diperhitungkan sebagai sumber mata pencaharian yang menguntungkan bagi masyarakat. Karena ikan air tawar banyak yang dibudidayakan di perairan buatan (tambak, kolam, dsb) maka pembahasan mengenai produksi ikan air tawar akan diuraikan pada bab Lingkungan Buatan. Tabel 3.16. Produksi Ikan Air Payau Lombok Barat Menurut Jenis Ikan Tahun 2009 - 2013 Jenis Ikan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Bandeng 235,20 1.796 258,7 327,80 488,01 2. Ikan Belanak 0,20 40 - - - 3. Ikan Mujair 6,30 36 - - - 4. Ikan Lain-lain 1,14 8 35,1 - 18,02 5. Udang Windu 81,79 90 118,3 141,40 35,51 6. Udang Putih 63,57 45 97,5 54,5 44,60 7. Udang Api-api 29,70 27 16,9 - - 8. Udang Lainnya 24,70 - 18,2 10,81 0,72 Jumlah / Total 442,60 2,042 544,7 534,51 586,86 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat Ikan bandeng merupakan jenis ikan air payau yang banyak diproduksi di Lombok Barat, bahkan produksinya pada tahun 2010 sempat meningkat tajam mencapai 1.796 ton. Akan tetapi produksi di tahun 2011 berkurang jauh menjadi 258,7 ton namun pada tahun 2012 kembali meningkat dan terus meningkat hingga tahun 2013 produksinya mencapai 488,01 ton. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 34 3.5. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna yang ada di dalamnya. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Sebagai bagian dari Indonesia, Lombok Barat juga kaya akan keragaman hayati. Namun, semua warisan alam itu kini berada dalam ancaman karena masih terus terjadinya perusakan hutan dan laut. Salah satu upaya pelestarian keanekaragaman hayati yaitu pelaksanaan pembangunan ekonomi hijau. Akan tetapi, pembangunan ekonomi hijau masih kurang mendapat perhatian dalam perencanaan pembangunan. Karenanya perlu diusulkan konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan pendayagunaan kekayaan sumber daya hayati secara lestari. Selain itu diperlukan kesadaran pemerintah dan rakyat untuk melakukan konservasi. perlindungan. Konservasi adalah pelestarian atau Secara lebih luas, konservasi (sumber daya alam hayati) merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 35 hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. 1. Keanekaragaman Tingkat Genetik ( gen ) Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan penampakan ( fenotipe ), baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada setiap organisme. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies), misalnya : variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder, anjing kampung, dan sebagainya variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang putih), Allium fistulosum (locang) Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis ( fenotif ) adalah faktor gen ( genotif ) dan faktor lingkungan (environment). Jika Genotip berubah karena suatu hal ( misalnya mutasi) atau lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di Fenotip. 2. Keanekaragaman Tingkat Species (Jenis) Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil (mampu melakukan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 36 perkawinan dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk hidup tersebut merupakan satu spesies. Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaanperbedaan sifat. Contoh : famili Fellidae : kucing, harimau, singa famili Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar famili Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri familia graminae : rumput teki, padi, jagung genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan (Ipomoea crassicaulis) genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes). 3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem. Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 37 keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut.. Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan bioma tundra. Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan vegetasi serta hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut. Bisa juga diartikan suatu daratan luas yang memiliki karakteristik komponen biotik dan abiotik. Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang. Indonesia sebagai negara ketiga terluas dari hutan tropika di dunia, kaya akan berbagai spesies kehidupan liar dan beragam tipe ekosistem mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan hujan dataran tinggi, hutan gambut, hutan mangrove serta beberapa hutan campuran, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar (Mega-diversity) dan memiliki tingkat keendemikan yang sangat tinggi. Dimasa yang akan datang keanekaragaman hayati akan menjadi sangat penting dan perlu dikembangkan, hal ini mengingat bahwa kebutuhan berbagai jenis “Keanekaragaman Hayati” sebagai bahan bagi obat-obatan, penemuan varietas baru bagi pertanian, proses industri dan kebutuhan pangan, dimana hal tersebut tidak menjadi potensial seandainya terjadi erosi biodiversity yang terus mengancam terhadap keberadaan ekosistem, jenis dan genetik. Karena kondisinya yang begitu strategis, maka kawasan pulau Lombok umumnya, dan khususnya Kabupaten Lombok Barat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 38 mempunyai potensi keragaman hayati yang cukup tinggi. Seperti yang dilaporkan menurut Sumber Konservasi Sumber Daya Alam NTB Tahun 2013, tercatat potensi seperti : a. Hewan Menyusui yang dilindungi antara lain : Rusa Timur, Trenggiling, Landak, Kijang dan Kera Hitam b. Burung yang dilindungi antara lain : Burung alap-alap, Burung Elang Bondol, Burung Gosong Kaki Merah, Burung Koakiau, Burung Raja Udang Biru, Burung Tekukur, Burung Kuntul Putih, Burung Camar Laut, Burung Elang Laut, Burung Elang Brontok dan Burung Gereja Erasia c. Jenis Serangga yang dilindung adalah Kupu-kupu Raja Helena (Troides Helena). 3.6. Sumber Daya Mineral Sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan bahan galian mengandung arti bahan yang dijumpai di dalam baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan. Berdasarkan bentuknya bahan galian dibedakan menjadi tiga yaitu bahan galian berbentuk padat (misalnya gamping, emas, perak dan lempung dll), bahan galian berbentuk cair (misalnya minyak bumi, yodium dll), maupun bahan galian yang berbentuk gas (misalnya gas alam). Memang tidak terdapat pertambangan minyak bumi maupun batubara di Lombok Barat, namun Lombok Barat kaya akan bahan galian. Sumber daya mineral merupakan kebutuhan yang sifatnya esensial bagi kehidupan manusia. Sungguh ironi limpahan sumber daya mineral yang terkandung dan tersebar secara merata tak lantas menjadikan masyarakat dapat mencicipi manisnya kesejahteraan. Hal itu, ditengarai oleh minimnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga semua kekayaan alam ini belum Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 39 mampu tereksplorasi secara maksimal. Minimnya kualitas ini pula yang menyebabkan eksplorasi penggalian yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat tradisional sehingga tidak pernah mempertimbangkan efeknya bagi lingkungan. Pertambangan merupakan suatu usaha yang meliputi kegiatan penyelidikan development, umum, prospeksi, penambangan, eksplorasi, studi kelayakan, pengolahan/pemurnian/ekstraksi hingga pemasaran dari suatu jenis bahan galian. Bahan galian dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : a. Bahan Galian Golongan A (Vital) ; seperti minyak bumi, gas alam, Uranium, panas bumi, dan lain-lain. b. Bahan Galian Golongan B (Strategis) ; seperti Besi, Emas, Tembaga, Perak, Mangan, Aluminium, dan lain-lain. c. Bahan Galian Golongan C (Industri) ; seperti Batuapung, Andesit, Batu gamping, Lempung (tanah liat), Andesit, dan lain-lain. Potensi bahan galian di Kabupaten Lombok Barat cukup besar. Potensi ini tidak hanya bahan galian golongan C tetapi juga bahan galian golongan B. Namun penggalian di Lombok Barat dibatasi oleh Perda No. 11 Tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat tentang larangan kegiatan penambangan bahan galian golongan B di Pulau Lombok. Berdasarkan Perda tersebut, kegiatan penambangan yang dapat dilakukan di Pulau Lombok termasuk di Kabupaten Lombok Barat hanya berupa penambangan bahan galian golongan C. Namun secara sembunyi-sembunyi banyak dilakukan praktik penambangan emas di Kecamatan Sekotong dan karena kegiatannya yang illegal, efeknya terhadap pencemaran lingkungan tidak terpantau. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 40 Tabel 3.17. Daftar Perusahaan Pertambangan, Jenis Bahan Tambang dan Luas Areal di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Nama Perusahaan Jenis Bahan Galian Luas Areal (Ha) (1) (2) (3) Bijih Besi dmp 27.5 Bijih Besi DMP 49 Mangaan DMP 50 Mangaan DMP 48 Timah DMP 50 CV. LOMBOK JAYA MINERAL H. DAMANHURI CV. PADAK MAS SUDI HARTAWAN UD. PALAPA 96 LALU ZAINUDIN PT. TANGO INDAH PERSADA MUNAWAR MUNIR PT. DPA MINING INDONESIA SYAFRUDDIN MAULA PT. DPA MINING INDONESIA SYAFRUDDIN MAULA Mangaan DMP KUD KEDARO LALU DARYADI PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Empol) H. LALU DARYADI PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Batu Kumbu) H. LALU DARYADI PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Lendang Re) H. LALU DARYADI PT. BINTANG BULAENG PERKASA SYAFRUDDIN MAULA PT. INDOTAN LOMBOK BARAT BANGKIT PT. OASITAMA SUPLAINDO I MADE SADIATHI SANGKA KOPERASI RINJANI TAMBORA R. WAHJOEDI, SH KSU BANGUN SARANA SEJAHTERA L. MUHAMMAD IRZI, SE PT. BUMI CASA MINING ANDRI SETIAWAN, SE, MBA PT. BUMI CASA MINING ANDRI SETIAWAN, SE, MBA Timah dan 1797 Mangaan DMP 10 Mangaan DMP 10 Mangaan DMP 15 Mangaan DMP 15 Emas DMP 4500 Emas DMP 10088 Bijih Besi dmp 150 Mangaan DMP 25 Mangaan DMP 25 Mangaan DMP 50 Bijih besi DMP 50 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 41 Tabel 3.18. Cadangan Bahan Galian C di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2013 2011 2012 Jenis Bahan Galian Satuan Cadangan Terpakai Cadangan Tersisa Cadangan Terpakai Cadangan Tersisa (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.686.462 7 948.276.400 36 763.982.005 53.047 819.42 2.420.553 417.567 16.5 3.044.728 1 466.067.975 3.703.409.344 - 46.635 38.600 523.713 - 1.686.462 7 948.268.822 36.000 763.982.005 53.047 819.420 2.420.553 417.567 16.500 3.044.728 1.000 465.882.585 3.703.409.344 - 1. Belerang 2. Emas 3. Pasir Besi 4. Batu Andesit 5. Diorit 6. Batu Apung 7. Batu Gamping 8. Dasit 9. Kalsit 10. Lempung 11. Marmer 12. Sirtu 13. Batu Silika 14. Tanah Urug 15. Trass 16. Bijih Besi Ton Ton Ton m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 Ton m3 m3 m3 39.057 38.6 338.323 - Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat 3.7. Bencana Alam Bencana alam merupakan hasil dari pemanfaatan lingkungan alam yang salah dan berlebihan, namun bencana alam dapat juga disebabkan oleh aktivitas alam itu sendiri. Sekitar 80-90% bencana alam dunia dipicu oleh banjir, kekeringan, puting beliung tropis, gelombang panas dan badai. Kondisi ini mencabut nyawa, merusak infrastruktur sosial dan ekonomi serta menurunkan kualitas ekosistem yang sudah terlanjur rentan. Fakta tersebut terungkap dalam laporan terbaru hasil kerja sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) berjudul “Atlas of Health and Climate” yang diterbitkan baru-baru ini. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 42 Laporan cuaca ekstrim dan bencana juga naik lebih dari tiga kali lipat sejak 1960-an. Para ilmuwan memprediksi kondisi iklim ini akan semakin parah pada masa datang. Krisis iklim dan sumber daya alam termasuk pangan dan air juga akan memicu konflik dan kekerasan. Menciptakan sistem peringatan dini adalah salah satu upaya membantu upaya adaptasi dan mitigasi bencana dan perubahan iklim. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan informasi pendahuluan kepada masyarakat Indonesia adalah memetakan daerah yang potensial mengalami bencana. Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup maka kerugian akibat bencana dapat diminimalisir. Bentuk bencana alam yang pernah dan berpotensi terjadi kembali di Lombok Barat adalah banjir, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan dan kekeringan. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sebanyak 13 desa di Lombok Barat pernah mengalami tanah longsor, 20 desa mengalami banjir, 10 desa mengalami bencana gempa bumi, 1 desa pernah terkena tsunami kecil, 9 desa terkena gelombang pasang laut, 25 desa terkena angin puting beliung, dan 1 desa di Kecamatan Sekotong mengalami bencana kekeringan. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 43 Tabel 3.19. Jumlah Desa yang Mengalami Bencana Alam Dalam Tiga Tahun Terakhir Menurut Jenis Bencana di Kabupaten Lombok Barat Kecamatan Tanah Longsor Banjir Banjir Bandang Gempa Bumi (1) (2) (3) (4) (5) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL 2 2 0 0 0 0 4 0 2 3 13 5 3 1 3 3 1 1 1 0 2 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Gelomba Tsunami ng Pasang Laut (6) 1 0 0 0 3 0 5 0 1 0 10 (7) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Angin Puyuh/ Puting Beliung/ Topan (8) 5 2 0 2 0 0 0 0 0 0 9 Gunung Kebakaran Kekering Meletus Hutan an (9) 1 1 1 8 8 0 1 2 2 1 25 (10) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (11) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Sumber: Podes 2014 Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat baik berupa pencegahan dan penanggulangan bencana yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat, diantaranya yaitu dengan program : a. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam b. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Data Hasil Pelaksanaan Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam dengan kegiatan : a. Papan Peringatan daerah Rawan Bencana tahun 2013 Kecamatan Lembar Di Kecamatan Lembar pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Padak desa Lembar Dusun Cemare Desa Lembar Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 44 Dusun Buncit Desa Lembar Kecamatan Gerung Di Kecamatan Gerung pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Kr Penujak Desa Gapuk Kecamatan Gunungsari Kecamatan Gunungsari Di Kecamatan Gunungsari pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Kecengok Desa Sesela Dusun Bukit Tinggi Desa Bukit Tinggi Kecamatan Labuapi Di Kecamatan Labuapi pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Kr Bangket Desa Kuranji Kecamatan Kediri Di Kecamatan Kediri pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Ombe Rebot Desa Ombe Baru Dusun Dasan Tebu Desa Ombe Baru Kecamatan Batu Layar Di Kecamatan Batu Layar pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Kogok Desa Meninting Dusun Senteluk Daye Desa Senteluk Dusun Are Manis Desa Sandik Kecamatan Narmada Di Kecamatan Narmada pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu : Dusun Pesantek Desa Pakuan Dusun Jurang Malang Desa Pakuan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 45 Dusun Lembah Sempage Selatan Desa Lembah Sempage Dusun Kr Kates Desa Mekar Sari Kecamatan Lingsar Di Kecamatan Lingsar pemasangan Papan peringatan rawan bencana di lakukan di Dusun Sigerongan Desa Sigerongan b. Peta Potensi Bencana Alam Kabupaten Lombok Barat. 1) Peta Potensi Aliran Sedimen. 2) Peta Potensi Rawan Bencana Banjir Pasang air Laut (ROB) 3) Peta Potensi Rawan Bencana Banjir. 4) Peta Potensi Rawan Bencana Erosi. 5) Peta Potensi Rawan Abrasi. 6) Peta Potensi Gerakan Tanah atau Gempa Tektonik. 7) Peta Potensi Kecepatan angin. 8) Peta Potensi Rawan Kekeringan. 9) Peta Potensi Rawan Kemiskinan. 10) Peta Potensi Peledakan Penduduk atau Populasi. 11) Peta Potensi Rawan Penambangan Galian C. 12) Peta Potensi Bencana Tsunami. c. Pembagian Brosur atau Pamflet Informasi Potensi Bencana di Kabupaten Lombok Barat. d. Penyusunan Draf Rancangan Peraturan Bupati Lombok Barat tentang Penanggulangan Bencana. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 46 LINGKUNGAN BUATAN Lingkungan yang terbentuk atas upaya manusia dalam memanfaatkan lingkungan sekitar agar mempermudah kehidupannya disebut sebagai lingkungan buatan. Pembangunan adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan pembangunan di segala bidang. Dengan demikian lingkungan buatan merupakan hasil dari pembangunan itu sendiri. Contoh lingkungan buatan antara lain sarana dan prasarana berupa bangunan dan perumahan, jalan, dan sarana fisik lainnya yang digunakan manusia untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial budaya. Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan buatan yang merupakan hasil buatannya seperti rumah, jalan, jembatan, waduk, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya, proses pembangunan memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Namun sumber daya alam memiliki keterbatasan, seringkali pembangunan lingkungan buatan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan alam. Hal ini secara langsung atau tidak langsung akan membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan tersebut. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 47 4.1. Pertanian Pembangunan sektor pertanian seyogyanya tidak hanya menitik beratkan pada peningkatan nilai tambah secara ekonomis tapi juga harus memperhatikan keberlanjutannya. Selama ini pembangunan sektor pertanian lebih ditekankan pada eksploitasi sumber daya saja sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan. Penggunaan pupuk misalnya, petani memanfaatkannya untuk menjaga produktivitas pertaniannya namun disisi lain penggunaan pupuk mengakibatkan hilangnya unsur-unsur penting dalam tanah sehingga mengurangi kualitas tanah tersebut. Sisa-sisa pupuk kimia yang tidak terserap tanaman, setelah terkena air akan mengikat tanah seperti lem. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain sehingga keras dan tidak gembur. Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat organisme-organisme pembentuk (organisme unsur hara penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang populasinya. Selain itu pupuk kimia yang larut dalam air dan terbawa aliran air akan menyebabkan suburnya tanaman gulma seperti enceng gondok. hal inilah yang membuat keseimbangan ekosistem sungai, danau dan rawa terganggu. Kecamatan Sekotong, Lembar, Kuripan dan Batulayar memiliki areal persawahan yang ditanami 1 kali dalam setahun da nada pula yang dtanami 2 kali dalam setahun. Kecamatan Gerung, Labuapi, Kediri, Narmada, Lingsar dan Gunungsari pola tanamnya hanya yang 2 kali dalam setahun. Produktivitas padi di masingmasing kecamatan ternyata berbeda, Kecamatan Narmada merupakan kecamatan dengan produktivitas pertanian yang tertinggi dengan produksi per hektar mencapai 59,14 ton. Adapun kecamatan dengan produktivitas terendah adalah Kecamatan Sekotong dengan produksi sawahnya hanya 49,50 ton per hektar. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 48 Tabel 4.1. Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman dan Produksi Per Hektar di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Luas (Ha) dan Frkuensi Penanaman Kecamatan (1) 1 kali 2 kali 3 kali Produksi per Hektar (ton) (2) (3) (4) (5) Sekotong 2.125 915 - 49,50 Lembar 1.046 1.044 - 51,50 Gerung - 2.632 - 57,46 Labuapi - 1.456 - 55,48 Kediri - 1.455 - 56,75 204 868 - 54,35 Narmada - 2.242 - 59,14 Lingsar - 1.849 - 58,73 - 905 - 58,35 45 215 - 53,83 Kuripan Gunungsari Batulayar Jumlah 3.420 13.581 - 555,09 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat Untuk membuka lahan petani yang tradisional menggunakan cara cepat dengan cara membakar lahannya. Petani yang masih mempertahankan cara ini tidak menyadari bahwa selain menimbulkan polusi udara, membakar lahan akan berpengaruh langsung terhadap pemanasan tanah, sedangkan pengaruh tidak langsung berupa perubahan sifat tanah karena kebakaran mengkonsumsi vegetasi yang hidup di atas tanah. Dapak kebakaran terhadap sifat tanah ditentukan oleh frekuensi kebakaran, intensitas panas, lamanya kebakaran, vegetasi yang tumbuh dan jenis tanah. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 49 Adanya kombinasi antara kebakaran, pembukaan lahan dan hujan deras, dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah. Tanah akan menjadi disagregat dan kompak. Kerapatan tanah meningkat dan porositas menurun mengakibatkan kelembaban tanah dan kapasitas menyerap tanah menurun. Jika hal ini terjadi pada tanahtanah Oxisol, Ultisol, Inceptisol dan tanah merah, akan terbentuk lapisan keras (hardpan). Tanah yang terbuka berulang-ulang akan terjadi pengeringan dan pembasahan, dan berakibat pada terjadinya erosi dan peningkatan aliran permukaan. Tabel 4.2. Jumlah Desa Menurut Kebiasaan Membakar Ladang/ Kebun di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar Jumlah Kebiasaan Membakar Ladang/Kebun Ada Tidak Ada (2) (3) 4 2 4 0 1 0 4 2 0 2 19 5 8 10 12 9 6 17 13 16 7 103 Sumber: Podes 2014 Hingga akhir tahun 2013 ternyata masih ada 19 desa yang masih menggunakan cara membakar ladang/ kebun untuk memulai musim tanam baru ataupun membuka lahan baru. Hanya Kecamatan Labuapi, Kuripan dan Gunungsari saja yang sudah meninggalkan kebiasaan ini. Pola pengolahan pertanian yang seperti inilah yang harus dirubah. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 50 Sumber daya alam harus digunakan secara bijaksana, sehingga generasi mendatang memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Tabel 4.3. Jumlah Desa Menurut Konversi Lahan Selama Setahun Terakhir di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan Perubahan Penggunaan dari Perubahan Penggunaan dari Lahan Perubahan Penggunaan dari Lahan Lahan Pertanian Sawah Menjadi: Pertanian Non Sawah Menjadi: Non Pertanian Menjadi: Lahan Pertanian Non-Sawah (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar Jumlah (2) Lahan Non Lahan Pertanian Pertanian Sawah (3) 2 0 0 5 0 0 6 5 2 3 23 (4) 5 3 4 5 3 2 15 7 3 0 47 Lahan Non Pertanian (5) 5 0 0 3 0 0 0 0 1 0 9 Lahan Pertanian Lahan Pertanian Sawah Non Sawah (6) 6 7 4 1 0 0 8 1 1 5 33 (7) 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 4 7 Sumber: Podes 2014 Sebanyak 23 desa mengalami konversi dari lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian non sawah, dan 47 desa mengalami konversi dari lahan sawah menjadi lahan bukan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan sawah terjadi di 9 desa dan 33 desa mengalami alih fungsi lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan bukan pertanian. Untuk desa yang mengalami alih fungsi dari lahan bukan pertanian menjadi lahan sawah maupun pertanian bukan sawah hanya mencapai 10 desa saja. Dapat dilihat bahwa peralihan dari lahan pertanian ke bukan pertanian dialami di banyak desa di Lombok Barat. Konversi lahan dari pertanian ke lahan bukan pertanian baik itu untuk perumahan, industri maupun pertokoan akan berdampak pada produksi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 51 pangan. Selain itu efek sosial dan ekonomi yang ditimbulkan juga tidak kalah pelik. Alih fungsi lahan pertanian akan menyebabkan petani kehilangan mata pencaharian utamanya dan ini akan memberikan efek berantai pada tingkat pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Tabel 4.4. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Yang Sebagian Besar Penduduknya Bekerja Pada Sektor Pertanian Tahun 2013 Kecamatan Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Kehutanan Jasa Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL 7 7 12 9 8 5 20 13 5 4 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Sumber: Podes 2014 Dari 122 desa yang ada, 90 desa merupakan desa yang sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian tanaman pangan, 4 desa sebagian besar menggantungkan hidup pada perkebunan, 2 desa sebagian besar penduduknya mengusahakan perikanan tangkap, 1 desa di Kecamatan Lingsar yang mayoritas membudidayakan ikan air tawar. Hanya ada 1 desa yang sebagian besar penduduknya mengusahakan kehutanan yaitu di Kecamatan Lembar dan 1 desa di Kecamatan Lingsar sebagian besar penduduknya merupakan rumah tangga jasa pertanian. Kegiatan budidaya perikanan air tawar termasuk dalam salah satu sub sektor pertanian. Kecamatan Lingsar dikenal sebagai sentra budidaya perikanan.air tawar. Produksi perikanan air tawar ini juga cenderung meningkat produksi setiap tahun. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 52 Tabel 4.5. Produksi Ikan Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013 Jenis Ikan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Ikan Mas 369,82 213,40 854,4 972,23 2.027,64 2. Ikan Tawes - 3. Ikan Mujair 114,56 256,08 - - 29,71 192,06 274,6 - - 4. Ikan Nila 565,44 853,6 1.335,1 48.513,20 6.380,20 5. Ikan Gurami 39,58 85,36 136,0 92,20 149,63 6. Ikan Lele 55,33 - 183,1 3.034,2 1.304,09 7. Ikan Lainnya 30,66 126,0 577,4 8. Udang dan 1,3 Binatang Air Lainnya Jumlah / Total 1.175,39 1.600,5 2.909,2 53.190,53 9.891,27 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat Ikan nila merupakan produk unggulan dari para pembudidaya perikanan air tawar di Lombok Barat, khususnya di Kecamatan Lingsar. Pemeliharaan ikan nila yang mudah dan siklus panen yang cepat ( satu tahun 3 kali panen) membuat pembudidaya memilih jenis ikan ini. Ternyata dengan pengelolaan yang baik, budidaya ikan di air tawar banyak memberikan manfaat yaitu dapat menjadi pengontrol lingkungan khususnya terhadap limbah ternak yang berbau. Dengan sistem budidaya terpadu ternak-ikan, kotoran terbuang ke kolam menjadi pupuk/pakan sehingga tidak berbau. Air kolam dapat berguna menjaga mikro-klimat lingkungan. 4.2. Limbah Padat dan Polusi Limbah padat atau yang lebih dikenal orang dengan sampah merupakan kotoran yang dihasilkan dari pembuangan sebagai keluaran dari aktivitas manusia baik itu berupa aktivitas industri maupun rumah tangga. Limbah berpotensi sebagai penekan kondisi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 53 lingkungan yaitu terhadap tanah, air, udara, dan lingkungan. Tekanan terhadap lingkungan oleh limbah umumnya disebabkan oleh cara penanganan dan pengendapan limbah. Limbah dihasilkan dari setiap tahap aktivitas manusia. Komposisi dan jumlahnya sangat tergantung pada pola konsumsi dan produksi. Kekhawatiran utama antara lain dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (baik tanah, air, dan keindahan). Pencemaran dari limbah inilah yang dikenal masyarakat sebagai polusi. Tabel 4.6. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut Lokasi Pabrik/Indutri yang Membuang Limbah ke Sungai Tahun 2013 Lokasi Pabrik/Industri Kecamatan Jumlah Desa yang Dilalui Sungai Dalam Desa/Kelurahan Luar Desa/Kelurahan Tidak Ada yang Membuang Limbah ke Sungai (1) (2) (3) (4) (5) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL 7 5 13 12 6 6 17 12 15 7 100 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 4 0 1 0 0 6 5 4 12 11 6 2 17 11 15 7 90 Sumber: Podes 2014 Jumlah desa yang dilalui oleh sungai di Kabupaten Lombok Barat mencapai 100 desa, dan dari desa-desa tersebut 4 desa mengaku bahwa pabrik yang ada di dalam desanya membuang limbah ke sungai. Sebanyak 6 desa mengaku bahwa ada pabrik yang berlokasi di luar desa mereka namun membuang limbah di sungai yang melalui desa mereka. Jumlah industri di Kabupaten Lombok Barat memang Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 54 tidak banyak, dan industri yang sifatnya besar hanya berlokasi di Kecamatan Labuapi, Lingsar dan Narmada. Industri lain yang banyak berkembang adalah industri menengah/kecil yang sebenarnya limbah padatnya patut diperhitungkan. Tabel 4.7. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat yang Mengalami Pencemaran Tanah Menurut Sumber Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Tahun 2013 Kecamatan Pengaduan ke Aparat Desa/Kelurahan Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Tanah Rumah Tangga Pabrik Lainnya Ada Tidak Ada (2) (3) (4) (5) (6) (7) (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL Sumber Pencemaran 6 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 4 0 0 0 0 0 0 1 0 11 5 0 6 0 11 Sumber: Podes 2014 Terdapat 11 desa yang mengaku tercemar tanahnya namun dari kesebelas desa tersebut tidak ada satupun yang melakukan pengaduan ke aparat desa/kelurahan. Sumber pencemaran tanah yang mereka rasakan ternyata bukan dari pabrik melainkan dari rumah tangga, dan lainnya. Hal ini mengindikasikan kuatnya pengaruh limbah padat rumah tangga terhadap pencemaran. Limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Penanganan limbah padat terutama yang dihasilkan oleh rumah tangga apabila disepelekan akan dapat menimbulkan dampak yang serius di kemudian hari. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 55 Dengan meningkatnya populasi penduduk maka jumlah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga semakin meningkat. Hal ini menjadi masalah besar terutama untuk wilayah yang padat penduduknya untuk menangani masalah yang dihadapi setiap hari. Dibutuhkan kesiapan aparat terkait agar sampah yang diproduksi setiap hari dapat dikelola dengan baik. Pola penanganan sampah di Lombok Barat perlu diorganisir agar dampaknya terhapad lingkungan dapat terukur dan terkendali. Tabel 4.8. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut Pengelolaan Sampah Tahun 2013 Kecamatan (1) Tempat/Saluran Pembuangan Sampah Tempah Dalam Sungai/ Sampah Lubang/ Saluran Drainase kemudian Dibakar irigasi Diangkut (2) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar TOTAL (3) (4) (5) Lainnya (6) Ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Sementara (7) 0 1 7 4 3 0 1 2 7 4 6 6 0 6 10 3 2 0 0 2 2 0 7 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 5 0 3 0 0 2 8 3 3 0 2 4 2 1 9 3 2 0 0 1 3 4 6 2 21 54 25 1 21 30 Sumber: Podes 2014 Hanya ada 21 desa di Lombok Barat yang sampahnya diangkut oleh petugas, sedangkan mayoritas desa mengelola sampah padatnya dengan dibakar. Amat disayangkan bahwa ada 25 desa yang membuang sampahnya di sungai/saluran irigasi dan 1 desa yang membuang sampahnya di drainase. Ketersediaan tempat penampungan sampah sementara dirasa masih kurang di Lombok Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 56 Barat, hal ini terindikasi karena hanya 30 desa yang mengaku memiliki tempat penampungan sampah sementara dari 122 desa yang ada di Lombok Barat. 4.3. Transportasi Transportasi merupakan penghubung antar wilayah, dan seiring dengan berkembangnya jaman sarana transportasi kian berkembang. Transportasi sangat penting untuk mendukung terselenggaranya pembangunan dan perkembangan ekonomi suatu wilayah, dan di sisi lain pembangunan juga berdampak pada berubahnya sistem transportasi. Perubahan sistem transportasi pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan kemudahan bagi manusia, namun tanpa disadari ada efek samping yang ditimbulkan bagi lingkungan. Transportasi dapat membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaaan antar wilayah sehingga mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah. Dengan adanya transportasi dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan bagi perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor lainnya. Sarana transportasi menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Sarana transportasi sangat bergantung pada sumber energi, dan sumber energi inilah yang memberikan dampak bagi lingkungan, utamanya bagi polusi udara. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 57 dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawasenyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL (Tetra Ethyl Lead) , akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawasenyawa lainnya. Tabel 4.9. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang digunakan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Jenis Kendaraan Bensin Solar Total (1) (2) (3) (4) Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua JUMLAH 1.578 15 233 25 42 1.893 454 7 10 313 65 849 2.032 15 233 7 10 25 313 65 42 2.742 Keterangan: (-) Data Tidak tersedia Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lombok Barat Banyak jenis kendaraan yang tidak terpantau namun dari yang terpantau ada 1.893 kendaraan berbagai jenis yang Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 58 menggunakan bahan bakar bensin/ premium. Sedangkan yang menggunakan solar tercatat mencapai 849 kendaraan. Kemudahan untuk membeli motor juga menjadi pencetus bertambahnya konsumsi energi dan tentu saja berefek pada pencemaran udara. Tabel 4.10. Jumlah Desa Menurut Sarana Transportasi di Kabupaten Lombok Barat dan Ketersediaan Angkutan Umum Tahun 2013 Jenis Lalu Lintas Kecamatan Ketersediaan Angkutan Umum Darat Air Darat dan Air Ada, dengan trayek tetap Ada, tanpa trayek tetap Tidak ada angkutan umum (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah 7 9 14 12 10 6 20 15 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 2 7 7 5 4 0 14 5 6 2 7 5 0 6 0 4 1 1 0 2 6 0 7 6 15 8 0 0 0 1 7 7 8 1 1 1 117 0 5 58 39 25 Sumber: Podes 2014 Masih ada 25 desa yang mengaku tidak memiliki sarana transportasi umum. Jenis transportasi yang ada di Lombok Barat sebagian besar merupakan transportasi darat. Hanya dua kecamatan yang memiliki transportasi darat dan air yaitu Kecamatan Lembar dan Kecamatan Batulayar. Transportasi air di Kecamatan Lembar berupa Kapal penyeberangan dari Pulau Lombok ke Pulau Bali, selain itu ada juga angkutan laut yang mengantarkan penumpang ke beberapa kota besar di Indonesia melalui jalur laut. Adapun angkutan air di Kecamatan Batulayar pada umumnya berorientasi pada wisata Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 59 dimana alat transportasinya berupa kapal yang mengantarkan penumpang ke obyek wisata yang ada di Nusa Tenggara Barat, dan bahkan ada yang ke Pulau Komodo di NTT. 4.4. Perumahan Perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh manusia. Setelah pangan dan sandang terpenuhi, secara alami setiap manusia akan mencari papan atau perumahan sebagai tempat berlindung. Pertumbuhan jumlah penduduk dengan sendirinya akan semakin meningkatkan tuntutan akan ketersediaan perumahan berikut sarana yang menyertainya. Semakin banyak area yang dipergunakan sebagai sarana tempat tinggal maka tekanan terhapat lingkungan akan semakin besar. Perumahan merupakan salah satu penyumbang pencemaran bagi lingkungan. Kebutuhan akan pemukiman merupakan kesatuan dari kebutuhan air bersih, bahan bakar memasak dan fasilitas buang air besar. Tabel 4.11. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009 – 2013 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 52,92 45,86 46,15 32,33 57,68 66,00 31,75 30,99 30,30 24,44 60,31 38,36 37,85 31,22 39,42 Perkotaan Perdesaan Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 60 Pada tahun 2009 persentase rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di perdesaan lebih besar dari perkotaan, artinya kualitas air minum di perdesaan lebih baik dari perkotaan pada masa itu. Namun seiring berjalannya waktu, persentase rumah tangga di perkotaan dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak ternyata melonjak melebihi perdesaan.Ini merupakan indikasi bahwa kualitas air minum di perdesaan semakin hari semakin buruk sehingga justru kualitas air di perkotaan lebih baik dari perdesaan. Sanitasi dasar merupakan sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat bagi manusia yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. Sanitasi lingkungan, berupa got atau selokan, keberadaan area resapan, dan tempat pembuangan akhir tinja harus memenuhi standar yang dianjurkan. Tempat pembuangan akhir tinja bukan tangki septik akan menjadi masalah bagi kesehatan lingkungan perumahan. Tabel 4.12. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Sanitasi Dasar di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009 – 2013 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 26.25 50.38 41.98 50.92 46.22 15.50 19.50 26.38 18.81 32.58 20.17 33.94 33.44 33.27 38.72 Perkotaan Perdesaan Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Secara umum kualitas perumahan di perkotaan lebih baik dari perdesaan. Ini tercermin dari tingginya persentase rumah tangga Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 61 dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar di daerah perkotaan yang lebih besar dari perdesaan. Namun dalam skala kabupaten, persentase rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar di Lombok Barat masih tergolong rendah karena persentase rumah tangga yang memiliki akses ini masih di bawah 50 persennya hingga tahun 2013. Tabel 4.13. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 2010 2013 Fasilitas BAB Kota Desa K+D Kota Desa K+D (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sendiri 44,36 24,23 33,65 54,26 31,41 41,70 Bersama 17,29 11,14 14,02 17,30 6,74 11,50 3,76 3,06 3,39 1,19 2,40 1,86 34,59 61,56 48,94 27,25 59,45 44,94 (1) Umum Tidak ada Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Pada tahun 2010 masih ada sebanyak 48,94 persen rumah tangga di Lombok Barat yang tidak memiliki fasilitas BAB. Mereka yang tidak memiliki fasilitas BAB biasanya menggunakan sungai atau kebun sebagai tempat BAB. Persentase rumah tangga yang sudah memiliki fasilitas BAB sendiri pada tahun 2010 pun hanya mencapai 33,65 persen. Pada tahun 2013 persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas BAB sendiri meningkat menjadi 41,70 persen, peningkatan ini disertai dengan berkurangnya persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB umum maupun bersama. Sayangnya pada tahun 2013 persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB justru meningkat menjadi 44,94 persen. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 62 Penampungan akhir tinja yang bukan berupa septic tank mengakibatkan tercemarnya air tanah maupun air sungai dengan bakteri e-coli. Terlebih lagi di Lombok Barat ada budaya menanam kangkung di sungai yang juga bercampur dengan BAB masyarakat di sekitarnya. Ini tentu saja membuat masyarakat yang masih berkutat pada kebiasaan itu rentan terhadap pencemaran bakteri. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), standar jarak sumber air minum ke tempat penampungan kotoran terdekat adalah 10 meter. Semakin dekat jaraknya akan semakin buruk untuk kesehatan. Gambar 4.1.Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak ke Tempat Penampungan Tinja Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 60.33 55.22 45.88 36.35 24.42 21.77 15.25 23.00 17.77 < 10 M >= 10 M Perkotaan Perdesaan TIDAK TAHU Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 63 LINGKUNGAN SOSIAL Lingkungan sosial merupakan hasil interaksi manusia dengan manusia dan termasuk pula manusia dengan masyarakat atau komunitasnya. Dari lingkungan hidup sosial lahirlah lingkungan buatan dan lingkungan sosial sudah pasti akan memanfaatkan lingkungan alam untuk kepentingannya. Sehingga jelas ketiga lingkungan merupakan suatu rantai yang tak terputus yang akan saling mempengaruhi satu sama lain. Selama ketiga komponen lingkungan hidup berada dalam keseimbangan maka berarti lingkungan hidup berada dalam kondisi yang baik, namun bila salah satu dari ketiga komponen lingkungan hidup terganggu maka hubungan dan ketergantungan antara ketiga komponen lingkungan hidup tersebut akan mengalami gangguan, dan efeknya akan merugikan bagi manusia. Pelakon utama dalam lingkungan sosial adalah manusia, itu pula sebabnya manusia disebut sebagai mahluk sosial. Manusia yang berinteraksi dengan manusia akan membentuk suatu komunitas sehingga muncul istilah penduduk. Segala permasalahan yang menyangkut kependudukan akan menimbulkan permasalahan sosial. Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan permasalahanpermasalahan sosial seperti peningkatan jumlah pengangguran, bertambahnya penduduk miskin, meningkatnya kriminalitas, Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 64 masalah kesehatan penduduk serta permasalahan sosial lainnya. Tidak meratanya kepadatan penduduk antara wilayah perdesaan dengan perkotaan akan menimbulkan masalah perumahan hingga kesehatan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penduduk akan selalu bertambah namun bertambahnya jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan mengakibatkan tekanan pada lingkungan alam. Pencemaran terhadap tanah, air dan udara semakin meningkat yang berarti juga semakin buruknya kondisi lingkungan. Semakin buruknya kondisi lingkungan mengakibatkan semakin turunnya derajat kesehatan masyarakat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah penderita penyakit akibat lingkungan yang kurang baik seperti, diare, paru- paru, kanker bahkan HIV/AIDS yang hingga sekarang belum ditemukan obatnya. 5.1. Dinamika dan Kualitas Penduduk Penduduk yang berkualitas akan menjadi potensi bagi pembangunan suatu wilayah, namun penanganan masalah kependudukan yang tidak tepat akan membuat penduduk justru menjadi beban bagi pembangunan. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi. Kesejahteraan penduduk tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat menemukan solusi atas permasalahan kependudukan. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Lombok Barat mencapai 599.986 jiwa dan dilihat dari jenis kelaminnya, perempuan lebih banyak dari laki-laki hal ini tercermin Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 65 pula dari rasio jenis kelamin yang bernilai di bawah 100 persen. Hingga tahun 2013 pola kependudukan masih sama dimana jumlah penduduk perempuan selalu lebih banyak dari laki-lakinya. Tabel 5.1. Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 - 2013 Jumlah Penduduk Tahun Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (2) (3) (4) 2010 293.528 306.458 599.986 95,78 2011 296.680 309.364 606.044 95,90 2012 300.364 312.797 613.161 96,03 2013 303.210 317.202 620.412 95,59 (1) (5) Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Laju pertumbuhan penduduk memberikan gambaran seberapa cepat penduduk bertambah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (antar sensus). Hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Lombok Barat sebesar 1,49 namun laju pertumbuhan penduduk Lombok Barat menurut masing – masing kecamatannya ternyata berfluktuasi. Ada beberapa kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya jauh di atas laju pertumbuhan penduduk Lombok Barat dan ada juga beberapa kecamatan yang lajunya lebih lambat dari laju pertumbuhan penduduk Kabupaten. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 66 Tabel 5.2. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2013 2011 2012 2013 Laju Pertumbuhan SP 2010 (2) (3) (4) (5) Jumlah Penduduk Kecamatan (1) Sekotong 56.808 57.476 58.153 2,76 Lembar 44.934 45.461 45.999 1,53 Gerung 75.220 76.102 77.007 1,36 Labuapi 61.462 62.183 62.919 1,03 Kediri 54.771 55.414 56.070 0,75 Kuripan 34.400 34.804 35.215 1,33 Narmada 88.932 89.976 91.041 0,68 Lingsar 64.155 64.909 65.677 1,10 Gunungsari 79.475 80.409 81.358 2,25 Batulayar 45.887 46.427 46.974 2,71 606.044 613.161 620.412 1,49 Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Penduduk terbesar di Lombok Barat berada di Kecamatan Narmada, namun laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Narmada hasil Sensus Penduduk 2010 merupakan yang terendah dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Sekotong, kendatipun demikian hal ini belum mengkhawatirkan sebab Kecamatan Sekotong masih tergolong sedikit penduduknya apabila dibandingkan dengan wilayahnya yang sangat luas. Penduduk yang paling sedikit ada di Kecamatan Kuripan, namun hal ini masih tergolong wajar mengingat luas wilayah Kuripan juga merupakan yang terkecil di Lombok Barat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 67 Tabel 5.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2010 – 2013 Kepadatan (jiwa/km2) Kecamatan 2010 (1) 1. Sekotong 2. Lembar 3. G e r u n g 4. L a b u a p i 5. K e d i r i 6. Kuripan 7. Narmada 8. Lingsar 9. Gunungsari 10.Batu Layar (2) Jumlah 2011 (3) 2012 (4) 2013 (5) 106 709 1.193 2.145 2.505 1.578 817 657 876 1.331 107 717 1.207 2.170 2.531 1.596 826 664 886 1.345 109 726 1.222 2.195 2.561 1.614 836 672 896 1.361 110 734 1.236 2.221 2.591 1.633 846 680 907 1.377 569 575 582 589 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Membandingkan antara luas wilayah dengan kepadatan penduduknya akan memperjelas gambaran bahwa Lombok Barat menghadapi permasalahan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam empat tahun terakhir wilayah yang sudah padat menjadi semakin padat, sedangkan kepadatan penduduk di wilayah yang tidak padat hanya sedikit mengalami perubahan. Kecamatan Sekotong sebagai contohnya, luasnya mendominasi Lombok Barat namun kepadatan penduduknya merupakan yang terkecil se Lombok Barat. Kecamatan Kediri merupakan kecamatan terpadat di Lombok Barat, padahal luas wilayah Kediri hanya sedikit lebih besar dari luas Kecamatan Kuripan. Gambaran kepadatan penduduk antar kecamatan yang polanya masih tidak berubah merupakan indikasi bahwa belum ada kebijakan yang dapat menyentuh perubahan penyebaran penduduk di Kabupaten Lombok Barat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 68 Gambar 5.1. Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2012 dan 2013 2012 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Jumlah rumah tangga yang terbentuk pada suatu wilayah juga menjadi salah satu faktor penentu kepadatan penduduk. Rumah tangga Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 mencapai 172.562 rumah tangga dan pada tahun 2013 mencapai 175.188 rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Lombok Barat sendiri masih sebanyak 4 orang per rumah tangga dan itu merupakan jumlah yang ideal. Pola jumlah rumah tangga menurut kecamatan mengikuti pola jumlah penduduk sehingga jumlah rumah tangga terbanyak juga ada di Kecamatan Narmada dan terkecil ada di Kecamatan Kuripan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat, selain itu IPM juga dijadikan sebagai salah satu alat ukur kualitas pembangunan manusia di suatu wilayah. Semakin tinggi IPM semakin baik kualitas pembangunan manusia, kualitas pembangunan manusia yang baik akan menuntun suatu wilayah pada kesejahteraan masyarakatnya. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 69 Tabel 5.4. Capaian IPM Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 – 2013 Komponen IPM 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Indeks Harapan Hidup 57,57 58,28 59,00 59,73 60,47 61,18 61,88 Indeks Pendidikan 61,76 63,67 63,98 64,04 65,28 65,95 66,39 Indeks Pendapatan 58,70 59,64 60,83 61,36 61,87 62,44 63,19 59,34 60,53 61,27 61,71 62,54 63,19 63,82 IPM Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Dalam periode 2007-2013 IPM Kabupaten Lombok Barat telah meningkat sebanyak 4,48 point hingga secara rata-rata tiap tahunnya IPM Lombok Barat meningkat sebanyak 0,64 poin. Dengan IPM sebesar 63,82 maka Kabupaten Lombok Barat dikategorikan dalam menengah bawah karena masih berada di bawah level 66. Capaian IPM Lombok Barat memang dirasa cukup lamban, dan diperlukan kebijakan yang efektif untuk bisa memacunya. Melihat kecenderungan yang mencuat pada 7 tahun terakhir maka untuk bisa menggenjot peningkatan IPM Lombok Barat, Indeks pendidikan harus dapat meningkat lebih tinggi. 5.2. Pendidikan Belum banyak yang menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan bagi manusia. Proses pendidikan membutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan agar hasilnya dapat maksimal. Buah dari pendidikan tentu saja berupa manusia yang berkualitas, intelek dan berdaya saing. Kualitas sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan global Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 70 yang terjadi seperti sekarang. Pendidikan merupakan hal yang pertama dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Mengingat wilayah Lombok Barat yang membentang dari Selatan ke Utara, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Lombok Barat adalah pemerataan fasilitas pendidikan. Ada beberapa daerah yang telah memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), namun masih ada juga daerah yang minim fasilitas. Kendati demikian, pemerintah berusaha agar membangun di lokasi yang strategis sehingga ada sekolah yang dapat dituju oleh penduduk dari beberapa kecamatan sekaligus karena kedekatan wilayahnya. Di kecamatan tertentu bahkan lebih banyak fasilitas pendidikan yang didirikan oleh pihak swasta, namun mutu pendidikannya tetap terjamin sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas masyarakat Lombok Barat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 71 Tabel 5.5. Ketersediaan Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 Nama Kecamatan TK SD (1) Sekotong Lembar Gerung Kediri Kuripan Labuapi Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar (2) 1 4 12 15 7 10 19 4 10 10 (3) 45 29 45 27 21 27 49 37 41 27 92 348 Jumlah SMP SPDT SMA SMK (4) (5) (6) (7) 4 6 8 7 5 5 9 8 5 3 4 1 2 2 2 0 3 3 4 3 2 2 3 3 1 3 5 3 5 3 2 2 7 6 3 3 4 6 4 1 60 24 30 38 Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang sudah dikenal luas di masyarakat dan kalangan peneliti . APS merupakan perbandingan antara penduduk yang masih bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu dengan penduduk di usia sekolah tersebut. Dengan demikian, APS memberikan gambaran akan kesempatan penduduk untuk mengenyam pendidikan. Untuk penghitungan APS, penduduk dikelompokkan dalam kelompok usia sekolah yaitu, SD usia 7 – 12 tahun, SMP usia 13 – 15 tahun dan SMA usia 16 – 18 tahun. Secara umum APS usia SD merupakan yang tertinggi karena mencapai lebih dari 90 persen, dan semakin tinggi tingkat pendidikannya APS nya menjadi semakin rendah. Apabila dipilah menurut tipe daerah, maka tampak bahwa APS di daerah perkotaan lebih tinggi dari perdesaan di ketiga jenjang pendidikan. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 72 Tabel 5.6. APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Usia Sekolah dan Tipe Daerah Tahun 2010 dan 2013 Perkotaan Perdesaan Lombok Barat Kelompok Umur 2010 2013 2010 2013 2010 2013 (2) (3) (4) (5) (6) (7) 7 - 12 99,22 98,72 96,81 96,36 97,96 97,38 13 - 15 87,30 86,67 73,02 82,49 80,53 84,76 16 - 18 62,50 76,81 52,11 43,99 57,31 59,84 (1) Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang bersekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Tabel 5.7. APK Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2010 - 2013 APK 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 106,87 101,30 103,09 104,55 86,05 93,53 84,63 82,07 SD/MI/ Paket A SMP/MTs/ Paket B Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 73 APK untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A sejak tahun 2010 hingga 2013 selalu bernilai di atas 100. APK SD sederajat tahun 2013 yang bernilai 104,55 persen diartikan bahwa terdapat 104,55 penduduk yang sedang bersekolah SD sederajat (berapapun usianya) dari 100 penduduk usia 7-12 tahun di Lombok Barat. APK SMP sederajat bernilai 82,07 artinya terdapat 82,07 siswa SMP sederajat berapapun usianya dari 100 penduduk usia 13-15 tahun di Lombok Barat. APK memiliki kelemahan karena tidak melihat usia penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu (SD sederajat atau SMP sederajat), sehingga Angka Partisipasi Murni (APM) lebih direkomendasikan. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. Tabel 5.8. APM Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2010 – 2013 APM 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 95.14 95.07 95.53 97.12 71.01 80.42 79.56 75.32 SD/MI/ Paket A SMP/MTs/ Paket B Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 74 APM tidak pernah bernilai lebih dari 100 persen karena dibatasi hanya siswa yang bersekolah di jenjang tertentu terhadap penduduk usia di jenjang tersebut. APM SD sederajat Lombok Barat sejak tahun 2010 hingga 2013 terus meningkat. APM SD sederajat sebesar 97,12 berarti terdapat 97,12 siswa usia 7-12 tahun yang bersekolah SD sederajat dari 100 penduduk usia 7-12 tahun di Lombok Barat. APM SMP sederajat selalu lebih kecil dari SD sederajat, artinya banyak penduduk Lombok Barat yang berhenti sekolah di level SD sederajat dan tidak melanjutkan ke SMP sederajat. Pendidikan akan membentuk pola pikir dan intelektualitas seseorang. Biasanya yang pendidikannya lebih tinggi kesadaran akan pelestarian lingkungannya juga lebih baik karena pengetahuannya akan cara melestarikan lingkungan juga lebih banyak dari yang berpendidikan rendah. 5.3. Kesehatan Tingkat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan hidupnya. Baik buruknya kondisi lingkungan mempengaruhi baik buruknya kondisi kesehatan masyarakat. Kondisi lingkungan yang buruk dimana banyak terjadi pencemaran terhadap air, udara dan tanah berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat. Tingkat kesehatan masyarakat menjadi rendah dan rentan terjangkit penyakit tertentu. Tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat yang dilandasi oleh nilai Patut Patuh Patju. Tujuan tersebut didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan nasional dan filosofi kehidupan masyarakat yang berakar di Kabupaten Lombok Barat. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah dengan meningkatkan dan memudahkan akses masyarakat terhadap Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 75 fasilitas kesehatan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin, dan masih banyak lagi. Semua usaha itu dilakukan untuk meningkatkan angka harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan gizi balita dan secara umum meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat. Tabel.5.9. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 dan 2013 Fasilitas Kesehatan 2011 2013 (1) (2) (3) Rumah Sakit Umum Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan/klinik Praktik dokter Perorangan Bank Darah Rumah Sakit 1 5 11 21 57 2 10 0 1 1 5 11 17 57 2 11 105 1 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Rumah sakit besar hanya ada satu unit di Lombok Barat dan terletak di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Gerung. Akan tetapi, di setiap desa telah dibangun fasilitas mulai dari puskesmas hingga puskesmas keliling untuk menampung keluhan kesehatan masyarakat. Membandingkan fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun 2011 dengan tahun 2013 yang tampak sangat jauh berbeda adalah pada jumlah praktik dokter perorangan. Pada tahun 2011 belum ada dokter yang praktik secara perorangan namun pada tahun 2013 telah ada 105 tempat praktek dokter perorangan yang tersebar di setiap kecamatan yang ada di Lombok Barat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 76 Gambar 5.2. Persentase Penduduk Dengan keluhan Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 34.61 23.39 20.94 2010 2011 2012 20.91 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Pada tahun 2010 penduduk Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan mencapai 34,61 persen. Keluhan kesehatan ini berkurang cukup banyak di tahun 2011 sehingga persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menjadi 23,39 persen. Keluhan kesehatan ini terus berkurang di tahun 2012 dan 2013 namun pergeseran dari 2012 ke 2013 tidaklah terlalu besar karena hanya berkurang 0,03 persen saja. Berkurangnya persentase penduduk yang tidak sehat sejak tahun 2010 hingga 2013 mengindikasikan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat semakin membaik dan tentu saja ditunjang dengan penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada. Pada umumnya suatu penyakit baru dapat didiagnosa setelah tiga hari, sebab di awal sakit gejala yang timbul masih merupakan gejala parsial yang bersifat umum bagi banyak penyakit. Lama hari sakit menjadi salah satu penanda berat atau tidaknya sakit yang diderita, semakin lama (hari) sakit maka dapat diasumsikan bahwa penyakit yang diderita cukup serius. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 77 Tabel 5.10. Rata-Rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 Tahun Rata-Rata Lama Sakit (hari) Persentase Mengobati Sendiri dalam Sebulan Terakhir (1) (2) (3) 2010 6,31 73,02 2011 4,68 59,53 2012 4,92 51,28 2013 4,71 66,79 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Rata-rata lama sakit penduduk Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai 6,31 hari, lama sakit ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun berikutnya yang hanya berkisar antara 4-5 hari. Morbiditas penduduk Lombok Barat pada tahun 2010 memang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 hingga 2013. Hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah merebaknya wabah penyakit tertentu pada tahun 2010 yang baru dapat diatasi dan dikendalikan pada tahun-tahun berikutnya, misalnya cikungunya, diare dan demam berdarah. Apabila masyarakat Lombok Barat telah dapat hidup dengan sehat maka korelasinya adalah umur yang panjang sehingga Angka Harapan Hidup (AHH) meningkat. Sebagai indikator dampak, AHH dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan keseluruhan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun peningkatannya lambat namun AHH Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 2007 hingga 2013 selalu meningkat. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 78 Gambar 5.3. Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013 62.13 61.71 61.28 60.84 60.4 59.97 59.54 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lobar Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Lima tahun yang lalu penduduk Lombok Barat hanya memiliki harapan hidup hingga berusia 60,40 tahun saja. Fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun tersebut (2009) memang masih dapat dikatakan belum sebanyak saat ini (2013), apabila ada masyarakat Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan, masih banyak yang memilih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di provinsi dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 5.4. Ketenagakerjaan Pertumbuhan lapangan pekerjaan seyogyanya sebanding dengan pertumbuhan penduduk, karena jika tidak yang akan terjadi adalah masalah pengangguran dan imbasnya adalah menurunnya kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang dapat mengakomodir dan memperluas kesempatan kerja merupakan salah satu sasaran pembangunan. Angkatan kerja yang tidak tertampung Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 79 dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Besarnya pengangguran merupakan beban dalam perekonomian. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi. TPAK Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 mencapai 61,72 persen artinya dari total jumlah penduduk yang termasuk usia kerja atau tenaga kerja, sebesar 61,72 persen masuk sebagai angkatan kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. Jadi hanya sekitar sepertiga dari penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja. Tabel 5.11. TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 2013 Tahun TPAK TKK (1) (2) (3) 2010 61,14 94,88 2011 66,08 95,11 2012 66,09 94,70 2013 61,72 95,84 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) TPAK pada tahun 2013 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010, namun jauh lebih rendah dibandingkan TPAK pada tahun 2011 dan 2012. Walaupun TPAK tahun 2013 lebih rendah dibanding tahun 2010, namun TKK pada tahun 2013 justru lebih tinggi dari tahun meningkatnya 2010-2012. TKK Ini merupakan merupakan indikasi pertanda baik bahwa karena tingkat pengangguran berkurang. Karena besarnya daya serap angkatan kerja yang masuk dalam lapangan kerja berbanding terbalik dengan besarnya pengangguran terbuka. Semakin tinggi daya serap angkatan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 80 kerja maka proporsi pengangguran terbuka semakin kecil nilainya, begitu juga sebaliknya. Gambar 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 5.3 5.12 4.89 4.16 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) TPT Lombok Barat selama kurun waktu 2010-2013 memang fluktuatif, namun fluktuasinya menggembirakan. TPT tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 5,30 persen dan TPT terendah berhasil dicapai pada tahun 2013 menjadi 4,16 persen. Nilai TPT inilah yang sering kali disebut-sebut berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan pengangguran. pemerintah Semakin rendah dalam mengatasi angka TPT maka masalah jumlah penganggur dalam angkatan kerja semakin sedikit, yang berarti daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik. 5.5. Kemiskinan Hubungan antara kemiskinan dengan lingkungan adalah bahwa kemiskinan akan memberi tekanan pada lingkungan alam. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 81 Misalkan penduduk miskin cenderung memilih kayu sebagai bahan bakar memasaknya karena lebih murah, asap dari kayu bakar akan mencemari udara. Penduduk yang hidup dekat dengan garis kemiskinan atau penduduk yang rentan miskin (vurnerable) jumlahnya masih sangat besar. Mereka adalah orang-orang yang tergolong rentan karena apabila terjadi goncangan ekonomi mereka dapat dengan mudah jatuh miskin. Kemiskinan dapat muncul karena banyak faktor dan juga menyangkut banyak aspek seperti sosial, ekonomi bahkan budaya sehingga permasalahan kemiskinan menjadi suatu permasalahan yang multidimensional dimana cukup sulit untuk mengukurnya dan diperlukan adanya suatu kesamaan pandang dalam pengukurannya. Tabel 5.12. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribu(000)) Headcount Index (P0) (1) (2) (3) 2010 129,7 21,59 2011 119,6 19,70 2012 110,5 17,91 2013 111.0 17.43 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Dari sejumlah 129,7 ribu penduduk miskin pada tahun 2010, telah berhasil dipangkas menjadi 111,0 ribu penduduk miskin pada tahun 2013. Dalam persentase terlihat jelas bahwa persentase penduduk miskin terus berkurang setiap tahunnya di Lombok Barat. Membandingkan antara jumlah penduduk dengan persentase, anomali hanya terjadi di tahun 2013. Apabila pada tahun sebelumnya Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 82 penurunan persentase penduduk miskin dibarengi dengan penurunan jumlah penduduk miskin, namun pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin justru bertambah walaupun persentasenya berkurang. Fenomena ini dimungkinkan terjadi sebab jumlah penduduk juga terus bertambah. Apabila penduduk yang baru lahir, maupun penduduk yang bermigrasi ke Lombok Barat (penyebab pertambahan jumlah penduduk) merupakan penduduk miskin, tentu saja jumlah penduduk miskin akan bertambah. Namun karena bertambahnya jumlah penduduk miskin tidak sebanyak pertambahan total penduduk maka secara umum persentase penduduk miskin tetap berkurang. Garis kemiskinan merupakan pembatas antara penduduk yang miskin dan tidak miskin. Apabila pengeluaran perkapita per bulan penduduk lebih tinggi dari garis kemiskinan maka dia akan menjadi tidak miskin. Sebaliknya apabila lebih kecil dari garis kemiskinan maka ia akan menjadi penduduk miskin. Penduduk yang berada di sekitar garis kemiskinan merupakan kasus batas yang dikategorikan sebagai penduduk yang rentan miskin. Penduduk rentan miskin ini akan mudah naik menjadi tidak miskin namun juga akan mudah jatuh menjadi miskin. Sedikit saja ada gejolak ekonomi maka penduduk rentan miskin akan berkontribusi pada besarnya penduduk miskin. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 83 Tabel 5.13. Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 – 2013 Tahun Garis Kemiskinan (Rp) (1) (2) 2010 245.177 2011 270.677 2012 298.829 2013 313.632 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Garis kemiskinan Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 adalah Rp 245.177 sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 270.677. Garis kemiskinan akan terus meningkat, dan hingga tahun 2013 garis kemiskinan Lombok Barat telah mencapai Rp 313.632 perkapita per bulan. Apabila sebuah rumah tangga miskin memiliki 4 orang anggota rumah tangga, maka pengeluaran rumah tangga tersebut harus melebihi Rp 1.254.528 agar rumah tangga tersebut menjadi rumah tangga yang tidak miskin. 5.6. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar. Terdapat 26 jenis PMKS yaitu: anak balita terlantar, anak terlantar, anak yang berhadapan dengan hukum, anak jalanan, anak dengan kedisabilitasan, anak yang diperlakukan salah, anak menjadi yang korban memerlukan kekerasan dan perlindungan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 84 khusus, lanjut usia terlantar, penyandang disabilitas, tuna susila, gelandangan, pengemis, pemulung, kelompok minoritas, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan, orang dengan HIV/AIDS, korban penyalahgunaan NAPZA, korban trafficking, korban tindak kekerasan, pekerja migran bermasalah sosial, korban bencana alam, korban bencana sosial, perempuan rawan sosial ekonomi, fakir miskin, keluarga bermasalah sosial psikologis, dan komunitas adat terpencil. Permasalahan kesejahteraan sosial dari waktu ke waktu semakin kompleks. Dibutuhkan penanganan dan perhatian secara serius untuk menanggulanginya. Penanganan masalah sosial memerlukan strategi terukur, terprogram serta turut melibatkan pihak-pihak terkait. Butuh dukungan dari banyak pihak untuk mengatasi masalah PMKS. Tabel 5.14. Jumlah Panti Asuhan dan Anak Asuh di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar Lombok Barat Jumlah Anak Asuh Jumlah Panti Asuhan Laki-laki (3) (2) Perempuan (4) 1 2 4 5 1 6 4 4 2 22 40 80 100 25 93 101 78 30 18 57 82 79 78 37 16 29 569 367 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Lombok Barat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 85 Kecamatan Narmada memiliki panti asuhan dengan jumlah paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Namun dari segi jumlah anak yang diasuh, justru anak asuh terbanyak ada di Kecamatan Lingsar padahal jumlah panti asuhan yang menampung 179 anak asuh ini hanya ada sebanyak 4 panti. Tabel berikut akan merinci jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang dialami oleh setiap kecamatannya selama tahun 2013. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 86 Tabel. 5.15. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013 PMKS Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Anak Terlantar 7.953 6.507 7.907 5.927 2. Anak Nakal 73 22 225 182 5085 238 3. Tuna Susila - - - - - 4. Pengemis - - - 8 - 5. Gelandangan - - - - - - 1 7 12 6 - 41 78 - - 269 159 716 333 316 9. Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis 34 18 399 57 10. Bekas Narapidana 90 10 140 37 11. Lanjut Usia Terlantar 1.947 1.417 3.075 2.122 12. Wanita Rawan Sosial Ekonomi 1.972 1.520 3.221 1.910 13. Keluarga Fakir Miskin 7.877 4.999 8.391 5.695 7.543 3.640 4.144 3.384 108 27 2020 2542 6465 2942 15. Wanita Korban Kekerasan - 111 133 61 - 16. Lansia Korban Kekerasan - 1 - 15 63 17. Keluarga Bermasalah Sos. Psikologis - 15 - 7 - 14 1 199 10 1 359 260 592 2 245 - 388 - - - 2.626 2.199 2.312 2.273 673 22. Anak Jalanan - 129 93 35 124 23. Trafficking - - - - 124 24. Korban Bencana Sosial - 6 - - 2 81 32 122 39 26. Pekerja Migran 7 187 83 - 44 140 27. HIV/AIDS - - - - - 6. Korban Penyalahgunaan Narkoba 7. Anak Korban Kekerasan 8. Penyandang Cacat 14. Keluarga Berumah Tak Layak Huni 18. Korban Bencana dan Musibah 19. Masy. Tinggal di Daerah Rawan 20. Komunitas Adat Terpencil 21. Anak Balita Terlantar 25. Anak Cacat Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 87 Tabel 5.15. Lanjutan PMKS Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar (1) (7) (8) (9) (9) (10) 1. Anak Terlantar 2.873 9.507 6.062 4.671 4.608 2. Anak Nakal 203 132 68 140 42 3. Tuna Susila - - - - 8 4. Pengemis 2 - - 1 - 5. Gelandangan - - - - 8 1 1 6 6 14 9 1 - 4 - 279 392 575 425 188 46 83 122 80 7 4 73 86 60 11 1.204 3.344 2.366 1.486 731 692 2.674 1.993 1.732 688 2.477 9.451 6.860 5.129 2.782 1.823 5.871 4.149 2.532 943 147 - - 139 - - - - - - 76 - - 13 3 6. Korban Penyalahgunaan Narkoba 7. Anak Korban Kekerasan 8. Penyandang Cacat 9. Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis 10. Bekas Narapidana 11. Lanjut Usia Terlantar 12. Wanita Rawan Sosial Ekonomi 13. Keluarga Fakir Miskin 14. Keluarga Berumah Tak Layak Huni 15. Wanita Korban Kekerasan 16. Lansia Korban Kekerasan 17. Keluarga Bermasalah Sos. Psikologis 18. Korban Bencana dan Musibah 8 21 3 15 3 21 14 32 456 123 - - 16 - - 634 3.012 2.473 1.473 1.241 22. Anak Jalanan 30 44 31 202 163 23. Trafficking 30 44 31 202 163 24. Korban Bencana Sosial - - 31 - - 25. Anak Cacat - 94 36 - - 17 59 760 85 6 - - - - - 19. Masy. Tinggal di Daerah Rawan 20. Komunitas Adat Terpencil 21. Anak Balita Terlantar 26. Pekerja Migran 27. HIV/AIDS Sumber: Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 88 5.7. Kerawanan Sosial Kerawanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya (hazards). Tindak kriminalitas dan resiko terjadinya tindak pidana merupakan beberapa indikator kerawanan sosial. Dengan mengetahui kecenderungan tindak kriminal yang sering terjadi di suatu wilayah maka dapat dilakukan langkah-langkah pencegahannya. Masih banyaknya tindak pidana yang belum diselesaikan merupakan tantangan bagi aparat penegak hukum untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Pesatnya arus informasi dan semakin terbukanya media elektronik seperti internet membuka peluang baru bagi kerawanan sosial. Variasi tindak kriminal semakin beragam dan bahkan lingkup terkecil seperti keluarga menjadi salah satu lokus kerawanan sosial. Kekerasan dalam rumah tangga misalnya, tidak hanya dialami oleh para ibu, namun kekerasan terhadap anak juga terjadi. Tabel 5.16. Korban Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Menurut Jenis Kekerasan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Jenis Kekerasan Perempuan (1) 1. Penganiayaan 2. Penghinaan 3. Pelecehan 4. Penelantaran 5. Lainnya Jumlah Anak (2) (3) 42 1 7 15 65 4 7 3 14 Sumber: Polres Lombok Barat Kepolisian Resort Lombok Barat mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 terjadi 65 kasus kekerasan terhadap wanita dan 14 kasus kekerasan terhadap anak. Kasus kekerasan ini hanya yang Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 89 terlaporkan, sehingga kejadian yang tidak dilaporkan tidak tercermin dalam data ini. Kerawanan sosial dapat timbul dari berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik, ideologi hankam dan hukum. Kerawanan sosial yang masih sulit dicegah di Lombok Barat adalah perkelahian masal. Tabel 5.17. Jumlah Desa Yang Mengalami Perkelahian Masal dan Korbannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Kecamatan Jenis Korban Desa yang Mengalami Perkelahian Masal Meninggal Luka-luka (2) (3) (4) (1) Sekotong Lembar Gerung Labu Api Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Sari Batu Layar Jumlah 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 5 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 5 Sumber: Podes 2014 Pada tahun 2013, perkelahian masal terjadi di 5 desa di Lombok Barat dan dari kejadian tersebut amat disayangkan bahwa korban jiwa yang terjadi mencapai 3 orang, sedangkan ada 5 orang mengalami luka-luka. Pada umumnya perkelahian masal hanya dipicu oleh masalah yang sepele, oleh karenanya dituntut kesadaran semua pihak untuk menjada perdamaian dan kerukunan sesama agar di kemudian hari perkelahian masal dapat dicegah. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 90 Tabel 5.18. Jumlah Desa di Lombok Barat Menurut Tindak Kejahatan yang Terjadi di Desa Itu Tahun 2013 Kecamatan Pencurian Pencurian dengan kekerasan Penipuan /Penggel apan Pengania yaan Pemb akaran Perko saan Penyalahgunaan /Pengedaran narkoba Perjudi an Pembu nuhan Perdagangan Orang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Sekotong 9 3 Lembar 9 3 Gerung 7 0 Labu Api 11 4 Kediri 9 5 Kuripan 6 0 Narmada 16 0 Lingsar 13 1 Gunung Sari 15 4 Batu Layar 6 0 Jumlah 101 20 Sumber: Podes 2014 1 0 1 1 1 0 0 2 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 5 2 0 0 1 1 1 0 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0 0 0 0 6 0 5 0 2 0 2 0 12 0 7 0 2 0 0 Pencurian merupakan tindak kejahatan yang frekuensinya paling banyak terjadi di Lombok Barat. Sebanyak 101 tindak pencurian terjadi di Lombok Barat, dan tempat kejadian yang paling sering mengalami adalah Kecamatan Narmada. Tak cukup hanya pencurian, pencurian dengan tindak kekerasan juga terjadi di tahun 2013. Masih adanya kejadian penganiayaan, pembakaran, perkosaan, penyalahgunaan/ pengedaran narkoba,perjudian, dan pembunuhan mengindikasikan kerawanan sosial yang telah terjadi dan akan berpotensi untuk terjadi kembali di kemudian hari. Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 91