statistik lingkungan hidup kabupaten lombok barat - PPID

advertisement
STATISTIK LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN LOMBOK BARAT
2014
STATISTIK LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LOMBOK BARAT
2014
Nomor Publikasi
: 5201.015.006
Ukuran Buku
: 21 x 29,7 cm
Jumlah halaman
: 98
Naskah
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
BPS Kabupaten Lombok Barat
Editor
: Seksi Statistik Sosial dan
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
BPS Kabupaten Lombok Barat
Gambar Kulit
: Pande Gde Dony Gumilar, S.ST
Diterbitkan oleh
: Bappeda Kabupaten Lombok Barat
BPS Kabupaten Lombok Barat
Dicetak oleh
: CV. MAHARANI
May be cited by mentioning the source
SAMBUTAN
Dengan memanjatkan ucapan syukur terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Bappeda Kabupaten Lombok Barat menyambut baik
terbitnya publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok
Barat 2014. Di era green government dibutuhkan sebuah gambaran
mengenai kondisi lingkungan hidup Kabupaten Lombok Barat.
Merupakan publikasi perdana, Statistik Lingkungan hidup
Kabupaten Lombok Barat 2014 adalah hasil kompilasi data primer dan
sekunder mengenai kondisi lingkungan di Lombok Barat. Kepada
SKPD yang telah membantu tersedianya data diucapkan terima kasih.
Publikasi ini diharapkan bermanfaat bagi pengguna data,
terutama sebagai masukan pemerintah daerah dalam perencanaan
dan
evaluasi
kebijakan/program-program pembangunan
terkait
masalah lingkungan, kalangan akademisi dan para pemangku
kepentingan bidang lingkungan.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan tinggi dan
ucapan terima kasih. Saran dan masukan untuk perbaikan publikasi
ini pada penerbitan selanjutnya sangat diharapkan.
Giri Menang,
November 2014
BAPPEDA KABUPATEN LOMBOK BARAT
Kepala,
DR. H. BAEHAQI, S.Si, M.Pd, MM
i
Stati
stik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas penerbitan publikasi Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten
Lombok Barat 2014 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok
Barat. Penyusunan publikasi ini merupakan inovasi sekaligus jawaban
dari
banyak
kebutuhan
data
dan
pengembangan
kegiatan
perstatistikan serta penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya
untuk mewujudkan visi BPS sebagai “ pelopor data statistik terpercaya
untuk semua “.
Publikasi
ini
menyajikan
beberapa
indikator
yang
dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan perencanaan dan
evaluasi pembangunan berlandaskan lingkungan hidup sekaligus
melengkapi publikasi-publikasi lain yang sudah ada.
Selain itu,
publikasi ini juga merupakan bagian dari pelayanan kepada publik
yang berupa penyampaian informasi dan hasil berbagai kegiatan
perstatistikan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik.
Kami
berharap
publikasi
Statistik
Lingkungan
Hidup
Kabupaten Lombok Barat 2014 mampu memberikan informasi kepada
pemerintah daerah maupun masyarakat. Akhirnya, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan publikasi ini.
Giri Menang,
November 2014
BPS KABUPATEN LOMBOK BARAT
Kepala,
Ir. AGUS ALWI
ii
Stati
stik
DAFTAR ISI
Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….
1.2 Tujuan …………………………………………………………….
1.3 Ruang Lingkup ………………………………………………….
1.4 Sistematika Penulisan …………………………………………
Kerangka Kerja dan Metodologi
2.1 Kerangka Kerja ………………………………………………….
2.2 Metodologi ………………………………………………………..
2.3 Konsep dan Definisi …………………………………………….
Lingkungan Alam
3.1 Perubahan Iklim dan Kualitas Udara………………………..
3.2 Sumber Daya Hutan ……………………………………………
3.3 Sumber Daya Air ………………………………………………..
3.4 Sumber Daya Ikan ………………………………………………
3.5 Keanekaragaman Hayati dan Konservasi …………………..
3.6 Sumber Daya Mineral ………………………………………….
3.7 Bencana Alam …………………………………………………...
Lingkungan Buatan
4.1 Pertanian ………………………………………………………...
4.2 Limbah Padat dan Polusi ………………………………………
4.3 Transportasi ……………………………………………………..
4.4 Perumahan ………………………………………………………
Lingkungan Sosial
5.1 Dinamika dan Kualitas Penduduk …………………………..
5.2 Pendidikan ……………………………………………………….
5.3 Kesehatan ………………………………………………………..
5.4 Ketenaga Kerjaan ………………………………………………
5.5 Kemiskinan ………………………………………………………
5.6 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ………………..
5.7 Kerawanan Sosial ………………………………………………
iii
Stati
stik
i
ii
iii
iv
vii
1
4
5
5
6
9
9
16
20
24
30
35
39
42
48
53
57
60
65
71
75
79
81
84
89
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Topografi Kabupaten Lombok Barat …………..
Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2011-2013 ………………..
Suhu Maksimum dan Minimum di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2011-2013 ……………….
Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran
Udara
Menurut
Kecamatan,
Sumber
Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Desa
Tahun 2013 ………………………………………...
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………..
Luas Kawasan Hutan di Lombok Barat
Menurut Fungsi dan Kecamatan Tahun 2013 ..
Luas Lahan Kritis di Kabupaten Lombok
Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013……….
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan, Lokasi Desa Terhadap
Hutan dan Keberadaan Hutan Mangrove
Tahun 2013 ………………………………………...
Mata Air di Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2013 ………………
Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2013 …………………………………………………
Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Sungai di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………..
Jumlah
Desa
Menurut
Pemanfaatan
Danau/Waduk /Situ/Bendungan di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013 ………………………
Jumlah Desa Dengan Pemukiman di Bantaran
Sungai Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Air
Menurut Sumber Pencemaran dan Pengaduan
Kepada Aparat di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013 ………………………………………...
Produksi Perikanan Laut Kabupaten Lombok
Barat Menurut Jenis Ikan Tahun 2009-2013 …
Produksi Ikan Air Payau Lombok Barat
Menurut Jenis Ikan Tahun 2009-2013 ………...
Daftar Perusahaan Pertambangan, Jenis
Bahan Tambang dan Luas Areal di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013 ………………………
iv
Stati
stik
16
17
18
19
21
21
22
23
25
26
27
28
29
30
33
34
41
Tabel 3.18
Tabel 3.19
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Cadangan Bahan Galian C di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012 – 2013 ……………..
Jumlah Desa yang Mengalami Bencana Alam
Dalam Tiga Tahun Terakhir Menurut Jenis
Bencana di Kabupaten Lombok Barat …………
Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi
Penanaman dan Produksi per Hektar di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013………...
Jumlah Desa Menurut Kebiasaan Membakar
Ladang/Kebun di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013 ………………………………………...
Jumlah Desa Menurut Konversi Lahan Selama
Setahun Terakhir di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013 ………………………………………..
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat
yang Sebagian Besar Penduduknya Bekerja
Pada Sektor Pertanian Tahun 2013 ……………
Produksi Ikan Air Tawar Menurut Jenis Ikan
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat
Menurut
Lokasi
Pabrik/Industri
yang
Membuang Limbah ke Sungai Tahun 2013 …...
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat
yang Mengalami Pencemaran Tanah Menurut
Sumber Pencemaran dan Pengaduan ke
Aparat Tahun 2013 ……………………………….
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat
Menurut Pengelolaan Sampah Tahun 2013….
Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan
dan Bahan Bakar yang Digunakan di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………..
Jumlah Desa Menurut Sarana Transportasi di
Kabupaten Lombok Barat dan Ketersediaan
Angkutan Umum Tahun 2013 …………………..
Persentase Rumah Tangga dengan Akses
Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013….
Persentase Rumah Tangga dengan Akses
Berkelanjutan Terhadap Sanitasi Dasar di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas
BAB di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
dan 2013 ……………………………………………
v
Stati
stik
42
44
49
50
51
52
53
54
55
56
58
59
60
61
62
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
Tabel 5.14
Tabel 5.15
Tabel 5.16
Tabel 5.17
Tabel 5.18
Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2010 -2013 ……………….
Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten
Lombok
Barat
Menurut
Kecamatan Tahun 2011 – 2013 …………………
Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok
Barat Menurut Kecamatan Tahun 2010-2013..
Capaian IPM Kabupaten Lombok Barat Tahun
2007-2013 …………………………………………..
Ketersediaan Fasilitas Sekolah di Kabupaten
Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun
2013 …………………………………………………
APS Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kelompok Usia Sekolah dan Tipe Daerah
tahun 2010 dan 2013 ……………………………..
APK Kabupaten Lombok Barat Menurut
Jenjang Pendidikan Tahun 2010-2013 ………...
APM Kabupaten Lombok Barat Menurut
Jenjang Pendidikan Tahun 2010-2013 ………...
Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2011 dan 2013 …………………….
Rata-Rata Lama Sakit dan Persentase
Mengobati Sendiri Penduduk Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2013 ………………..
TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2010-2013 ………………………………….
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013….
Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2010 – 2013 ………………………………..
Jumlah Panti Asuhan dan Anak Asuh di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………..
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kecamatan Tahun 2013 ………………………….
Korban Kekerasan Terhadap Anak dan
Perempuan Menurut Jenis Kekerasan di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 ………..
Jumlah Desa yang Mengalami Perkelahian
Massal dan Korbannya di Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2013 …………………………………
Jumlah Desa di Lombok Barat Menurut
Tindak Kejahatan yang Terjadi di Desa Itu
Tahun 2013…………………………………………
vi
Stati
stik
66
67
68
70
72
73
73
74
76
78
80
82
84
85
87
89
90
91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Kerangka Kerja Statistik Lingkungan
Hidup ……………………………………………
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak
ke Tempat Penampungan Tinja Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013 …………………...
Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Lombok
Barat Menurut Kecamatan Tahun 2012 dan
2013 ………………………………………………
Persentase Penduduk Dengan Keluhan
Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun
2010-2013 ……………………………………….
Angka
Harapan
Hidup
Penduduk
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2013 …………….
vii
Stati
stik
7
63
69
77
79
81
PENDAHULUAN
1.1
1.1.
Latar Belakang
Lingkungan hidup diartikan sebagai satu kesatuan ruang
dengan semua benda, daya dan keadaan dan mahluk hidup, termasuk
di
dalamnya
manusia
dan
perilakunya
yang
mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya. Sehingga jelas dalam lingkungan hidup terjadi
interaksi antara setiap komponen yang ada di dalamnya dan terdapat
hubungan mutualisme, komensalisme dan bahkan parasitisme.
Keselarasan hubungan antara
manusia
dengan alam
sangat
diperlukan untuk dapat melestarikan lingkungan hidup.
Sebagai mahluk sosial, manusia selalu bergerak secara intuitif
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya oleh sebab itu timbullah
kegiatan ekonomi. Ekonomi dan lingkungan adalah dua hal yang
selama ini tidak pernah berjalan beriringan. Sepanjang sejarah,
upaya untuk membangun perekonomian selalu berdampak negatif
terhadap
lingkungan.
perekonomian,
konsumsi
Seiring
energi
berkembangnya
dan
kegiatan
sumber daya alam akan
terus meningkat, kebutuhan akan lahan untuk pembangunan juga
makin meningkat, dan pemenuhan keduanya akan mengorbankan
lingkungan hidup. Tanpa disadari efek dari kemajuan jaman telah
menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan lingkungan hidup.
Cuaca ekstrim, el nino, la nina merupakan sebagian dari bukti nyata
perubahan lingkungan hidup yang akan membahayakan lingkungan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
1
hidup tidak hanya bagi manusia saat ini namun juga bagi anak cucu
kita kelak.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang diselenggarakan
pada tanggal 20 – 22 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil, atau sering
disebut sebagai KTT
Rio+20,
mencanangkan
konsep
ekonomi
hijau sebagai pilar pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), Ekonomi
hijau
adalah
kesejahteraan
perekonomian
manusia
dan
yang
mampu
kesetaraan
meningkatkan
sosial, yang sekaligus
mengurangi resiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara
signifikan. Dengan kata lain ekonomi hijau adalah perekonomian
yang rendah karbon (kurang menghasilkan emisi dan polusi
lingkungan), hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial.
Implementasi ekonomi hijau telah tertuang dalam kebijakan
pemerintah Indonesia dan tidak terkecuali Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat yaitu; Pro- Growth, Pro-Job, Pro-Poor, dan ProEnvironment. Kebijakan ini akan sejalan dengan ekonomi hijau jika
setiap
pembangunan
yang
dilaksanakan
benar-benar
memperhatikan aspek lingkungan hidup (Pro-Environment). Dalam
mewujudkan
pembangunan
yang
Pro-Environment,
Indonesia
sebelumnya sudah menjadi bagian dari pelaksanaan REDD (Reducing
Emissions from Deforestation and Forest Degradation/ Pengurangan
Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi
Hutan).
REDD
adalah
skema yang memungkinkan negara-negara maju untuk memberikan
kompensasi pada negara berkembang atas jasa penyerapan karbon
dari
hutan-hutan
di
negara
berkembang.
Indonesia
telah
berkomitmen mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 26 persen
pada 2020 dan 41 persen dengan bantuan internasional terutama
dengan mempertahankan hutan dalam skema REDD.
Selain fokus kepada program REDD, Indonesia harus fokus
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
2
dalam menciptakan model ekonomi yang bertumpu pada ketiga
pilar Ekonomi Hijau. Indonesia harus mampu melakukan efisiensi
penggunaan energi yang
dengan
bersumber dari bahan bakar fosil
menggunakan energi terbarukan, sehingga emisi yang
dihasilkan berkurang. Apalagi, negeri ini mempunyai potensi
penggunaan energi terbarukan yang sangat besar.
Dalam pembangunan berkelanjutan harus ada keterkaitan
antara
ekonomi
hijau,
industri
hijau
(green
company),
dan
berkelanjutan (sustainability). Ketiga konsep menganjurkan agar
segala aktivitas memberikan dampak positif pada lingkungan,
ekonomi, dan sosial. Konsep ekonomi hijau dan industri hijau lebih
menekankan pada aspek lingkungan dan ekonomi, sedangkan
sustainability menekankan juga pada aspek kesejahteraan individu
dan masyarakat.
Pembangunan yang
apabila
menggunakan
memperhatikan aspek sustainability
sumber daya secara bijaksana, sekaligus
menghormati kesejahteraan manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Dengan tercapainya sustainability, berarti generasi mendatang
minimal
akan
mendapat
kesempatan yang
sama
untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada seperti saat ini. Akan lebih
baik lagi jika bisa mempunyai kesempatan yang lebih besar
dibandingkan sekarang.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan pemantauan
atas pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Pemantauan
lingkungan hidup yang dilakukan oleh para pengelola lingkungan
hidup
membutuhkan
informasi
mengenai
lingkungan
hidup.
Informasi tersebut memotret kondisi lingkungan pada suatu waktu,
baik mengevaluasi tingkat kerusakan yang terjadi, perbaikan yang
telah dilakukan, maupun langkah-langkah
yang
perlu
disusun
sebagai bahan masukan bagi perencanaaan lingkungan di waktu
mendatang. Para pembuat kebijakan perlu memasukkan faktor
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
3
lingkungan dalam semua pertimbangan kegiatannya, ditunjang
informasi tentang lingkungan hidup yang akurat, lengkap, tepat
waktu, dan berkelanjutan.
Untuk
memperoleh
gambaran
mengenai permasalahan
yang terjadi pada lingkungan hidup, perlu dikembangkan data yang
dapat
mengukur kualitas lingkungan hidup. Statistik sebagai alat
bantu yang sering dipakai untuk melihat fenomena dan perilaku
lingkungan hidup perlu terus-menerus disusun dan dikembangkan
dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Statistik
lingkungan hidup merupakan paparan data hasil pengolahan dan
penyajian yang berhubungan dengan keadaan lingkungan hidup. Dari
data tersebut akan dilihat kondisi lingkungan hidup pada kurun
waktu tertentu. Penggunaan statistik lingkungan hidup diantaranya
untuk menganalisis keadaan masa datang, sehingga dapat segera
dibuat kebijakan & tindakan bagi perbaikan lingkungan hidup.
Adanya statistik lingkungan hidup menjadi salah satu indikator
yang mencerminkan kesadaran suatu untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidupnya. Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai salah
satu lembaga negara peduli akan perlindungan lingkungan hidup dan
berusaha mengumpulkan data-data statistik yang berkaitan dengan
lingkungan hidup. Namun demikian, kegiatan pengumpulan data
statistik lingkungan membutuhkan koordinasi antar
SKPD
dan
lembaga pemerintahan yang terkait. Perlu diakui bahwa kesadaran
akan program green environment masih kurang di Lombok Barat,
dalam rangka meningkatkan awareness masyarakat dan pemerintah
di Kabupaten Lombok Barat maka disusunlah publikasi Statistik
Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014.
1.2.
Tujuan
Penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
4
Barat Tahun 2014 bertujuan untuk menyajikan data dan informasi
mengenai keadaan dan kondisi lingkungan hidup di Kabupaten
Lombok Barat. Selain itu publikasi ini juga ditujukan untuk
membantu
para
pengambil
kebijakan
dalam
merencanakan,
mengawasi dan mengevaluasi kebijakan dan program yang berkaitan
dengan lingkungan hidup
1.3.
Ruang Lingkup
Data yang disajikan dalam publikasi ini berasal dari data
primer yang bersumber dari survey Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
Susenas, dan Podes 2013. Selain itu disajikan juga data yang
bersumber dari SKPD terkait sebagai pelengkap informasi mengenai
kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Barat.
1.4.
Sistematika Penulisan
Agar dapat menuntun alur berfikir menjadi lebih terarah, maka
sistematika
dalam
penyusunan
Statistik
Lingkungan
Hidup
Kabupaten Lombok Barat 2014 akan dibagi dalam beberapa bab
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Kerangka Kerja Dan Metodologi
BAB III : Lingkungan Alam
BAB IV : Lingkungan Buatan
BAB V : Lingkungan Sosial
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
5
KERANGKA KERJA
&
METODOLOGI
2.1. Kerangka Kerja
Kerangka kerja berguna sebagai acuan dalam penyusunan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014.
Mengacu pada publikasi resmi yang berkaitan dengan lingkungan
hidup kerangka kerja ini disusun berdasarkan ketersediaan data
yang ada untuk level kabupaten. BPS memang melaksanakan survey
khusus yang berkaitan dengan lingkungan hidup yaitu SPPLH
(Survey Perilaku Peduli Lingkungan Hidup) setiap tahunnya, namun
keterbatasan jumlah sampel membuat hasil survey tersebut hanya
cukup sebagai estimasi tingkat provinsi saja. Namun dari hasil
Susenas dan Podes yang diadakan pada tahun 2013 terdapat pula
item pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup walaupun
tidak sekomprehensif SPPLH.
Karena publikasi ini merupakan publikasi perdana BPS
Kabupaten
Lombok
Lingkungan
Hidup
Barat,
maka
Kabupaten
sebisa
Lombok
mungkin
Barat
2014
Statistik
dibuat
berdasarkan rekomendasi yang dianjurkan oleh Asian Development
Bank/ ADB pada tahun 1999 yang
hubungan yang
kegunaannya.
kuat
agar
bertujuan untuk memastikan
antara upaya pengumpulan data dan
benar-benar dapat
memecahkan masalah
lingkungan. Kerangka kerja yang sistematis sangat penting untuk
memilah-milah data lingkungan hidup (khususnya udara, air, dan
tanah) yang memiliki cakupan luas. ADB dan beberapa instansi di
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
6
Indonesia (Badan Pengendali Dampak Lingkungan/BAPEDAL, BPS,
Kementerian Lingkungan Hidup) mengembangkan kerangka kerja
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia (Indonesian Framework for
the Develpoment of Environment Statistic/ IFDES)
pada
yang
mengacu
kerangka UN-FDES dan mengakomodasi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Statistik Lingkungan Hidup
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
tahun 1997, lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam
kelangsungan
perikehidupan, dan
itu sendiri,
kesejahteran manusia
serta
makhluk
hidup lain. Lingkungan dikelompokkan menjadi tiga
komponen
yaitu
lingkungan
alam,
lingkungan
buatan,
dan
lingkungan sosial. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
7
tahun 1997 telah diperbarui dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan.
Inti
dari
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2009 ini, selain melakukan pengelolaan
lingkungan hidup, juga harus ada langkah-langkah perlindungan
terhadap lingkungan hidup agar proses
keberlanjutan dapat
terwujud.
ketiga kelompok lingkungan (lingkungan alam, lingkungan
buatan, dan lingkungan sosial) jelas saling mempengaruhi satu sama
lain. Informasi tentang tekanan (pressure), dampak (impact), dan
respon (response) untuk ketiga kelompok lingkungan tersebut dapat
memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan. Segala bentuk
kegiatan sosial
ekonomi
dan
kejadian alam adalah berbagai
aktivitas yang akan berdampak pada lingkungan alam, lingkungan
buatan, maupun lingkungan sosial baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya
mencakup beberapa komponen yang berkaitan dengan upaya
penyelamatan, penjagaan, maupun rehabilitasi pada ketiga jenis
lingkungan.
Berlandaskan atas apa yang telah dipaparkan tadi, maka
kerangka kerja Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat
2014 ini disajikan agar dapat memberikan informasi untuk
peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup difokuskan
pada empat prioritas yaitu pertama perbaikan kualitas lingkungan
hidup, kedua peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya
hutan, ketiga peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan dan
yang keempat, peningkatan
kualitas
informasi
pada iklim dan
bencana alam serta kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
8
2.2. Metodologi
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014 datanya
bersumber dari data primer BPS dan sekunder yang berasal dari
instansi terkait. Data utama yang digunakan dalam penyusunan
statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat ini berasal dari
hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Potensi Desa (podes)
2013 dan didukung dari laporan tahunan instansi terkait lingkungan
hidup.
Studi
literatur
dilakukan
untuk
memperkuat
bahan
penyusunan Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat
tahun 2014.
Data mentah yang diperoleh dai survey BPS akan diolah
dengan bantuan paket program SPSS, agar dapat menjadi informasi
berupa rancangan tabel berlandaskan kerangka kerja yang telah
disusun. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Mengindentifikasi data
2. Tabulasi data
3. Pemeriksaan dan evaluasi tabel
4. Melihat konsistensi data dan validasi
Data sekunder akan ditampilkan sesuai kerangka kerja yang telah
disusun.
2.3. Konsep dan Definisi
Konsep dan definisi lingkungan hidup secara umum mengacu
kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
9
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk
hidup termasuk manusia
dan
perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan
lingkungan
pemanfaatan,
hidup
pengendalian,
yang
meliputi
pemeliharaan,
perencanaan,
pengawasan,
dan
penegakan hukum.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar
yang
dan
terencana
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan
utuh
menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup.
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan
manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antar keduanya.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
10
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah dtetapkan.
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam
untuk
menjamin
pemanfaatannya
secara
bijaksana
serta
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Perubahan
iklim
adalah
berubahnya
iklim yang diakibatkan
langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga
menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain
itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati
pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
11
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Lingkungan alam didefinisikan sebagai lingkungan alam murni yang
keberadaannya bukan disebabkan oleh manusia. Lingkungan ini
diciptakan oleh Sang Maha Pencipta. Unit Lingkungan alam adalah
alam itu sendiri, sedangkan komponen atau media lingkungan alam
mencakup hutan, lahan, air, flora-fauna, mineral, dan udara.
Lingkungan buatan adalah lingkungan yang terbentuk atas
upaya
manusia mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan sumber
daya untuk memfasilitasi aktivitasnya, baik di bidang sosial maupun
ekonomi.
Contoh
lingkungan
buatan
di
antaranya
adalah
pemukiman, pabrik, sarana dan prasarana berupa bangunan, jalan,
serta sarana fisik lain yang dibangun oleh manusia
untuk
melaksanakan aktivitas ekonomi dan sosial-budaya, termasuk juga
hutan yang telah diubah menjadi hutan produksi.
Lingkungan sosial adalah lingkungan non fisik yang merupakan
hasil interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan
masyarakat atau komunitasnya, yang muncul dalam berbagai
fenomena seperti demografi, kesehatan, nilai-nilai sosial budaya,
kelompok sosial, ketenagakerjaan, aktivitas sosial, serta kriminalitas.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
12
LINGKUNGAN ALAM
Kabupaten Lombok Barat dikarunia dengan tanah yang subur
dan sumber air yang melimpah. Tidak hanya perbukitan, kontur alam
Lombok Barat juga dikelilingi oleh lautan yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Tidak heran jika sebagian besar penduduk
di Lombok Barat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Bahkan pendapatan asli daerah Kabupaten Lombok Barat banyak
yang bersumber dari sektor pariwisata yang berpusat di Senggigi yang
sudah
dikenal
luas
oleh
masyarakat
di
Indonesia
maupun
mancanegara.
Walaupun masih banyak areal persawahan yang dapat ditemui
di Lombok Barat, namun perlahan-lahan kualitas lingkungannya
mulai mengalami degradasi. Peralihan lahan persawahan menjadi
area permukiman, pembangunan pusat pertokoan, pembangunan
jalan semakin mempersempit ruang terbuka hijau yang ada.
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat telah berupaya melakukan
berbagai macam program antara lain Gerakan Penghijauan, Gerakan
Sejuta Pohon, Pelestarian dan Perlindungan Sumber Daya Air,
Pemberdayaan Pesisir, Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan,
Pemberdayaan Masyarakat Adat, Rehabilitas Lahan Kritis Dan
Lahan Eks Galian non logam dan sebagainya. Namun akibat
ketersediaan anggaran daerah yang sangat terbatas maka belum
semua permasalahan lingkungan dapat ditangani dengan baik
sehingga perlu adanya dukungan dana dari Pemerintah Pusat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
13
Beberapa masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan
hidup di Kabupaten Lombok Barat pada umumnya berkaitan dengan:
1. Semakin meluasnya lahan-lahan kritis dari penebangan liar
atau illegal loging.
2. Menurunnya kualitas sumber daya air sehingga tidak dapat
dimanfaatkan secara
optimal dan untuk
kesejahteraan
masyarakat.
3. Meningkatnya kerusakan sumber-sumber mata air dan banyak
sumber mata air yang terancam punah.
4. Semakin meluasnya penambangan bahan galian non logam
yang berakibat pada rusaknya lahan.
5. Meningkatnya
produksi
sampah
masyarakat
sedangkan
sarana dan prasarana untuk persampahan belum memadai
termasuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih
bergabung dengan Kota Mataram.
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta menjaga
kelestarian lingkungan, dan ketidakpedulian masyarakat akan
perubahan iklim yang mulai terjadi dan dirasakan dampaknya
oleh masyarakat itu sendiri.
Masalah lingkungan yang saat ini cukup menjadi perhatian
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yaitu masalah kerusakan
lahan akibat kegiatan penambangan tanpa ijin, pengolahan mineral
logam menggunakan mercury dan sianida, dampak perubahan iklim
global serta penebangan liar (illegal loging). Kegiatan penambangan
liar marak terjadi di Kecamatan Sekotong, Kecamatan Gunungsari
dan Kecamatan Gerung. Kegiatan penebangan liar di Kabupaten
Lombok Barat banyak terjadi di 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Sekotong, Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
14
Melalui Badan Lingkungan Hidup, pemerintah Daerah
Kabupaten Lombok Barat menggulirkan beberapa program peduli
lingkungan yaitu:
1. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup, terdiri dari kegiatan :
a. Koordinasi penilaian kota sehat/Adipura
b. Pemantauan kualitas lingkungan
c.
Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan
hidup
d. Pengelolaan B3 dan limbah B3
e. Koordinasi penyusunan Amdal
2. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam,
terdiri dari kegiatan:
a. Pengendalian dampak perubahan iklim
b. Peningkatan konservasi daerah tangkapan air dan sumbersumber air
c.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan
dan konservasi SDA
3. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya
alam, terdiri dari kegiatan :
a. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi
dan pemulihan cadangan SDA
4. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber
daya alam dan lingkungan hidup, terdiri dari kegiatan :
a. Pengembangan data dan informasi lingkungan
b. Penyusunan data sumber daya alam dan neraca sumber
daya hutan (NSDH) nasional dan daerah
5. Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), terdiri dari
kegiatan :
a. Penataan RTH
b. Pemeliharaan RTH
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
15
Selain program/kegiatan yang terbagi dalam urusan rutin dan
urusan wajib tersebut terdapat juga bebarapa kegiatan khusus yang
menjadi binaan yang merupakan program/kegiatan nasional yaitu
Adiwiyata,
Kalpataru,
Adipura,
Menuju
Indonesia
Hijau/
Raksaniyata, Proklim, PROPER dan lain-lain.
Secara umum topografi Kabupaten Lombok Barat sebagian
besar merupakan daerah perbukitan dengan persentase mencapai
45,86 persen, kemudian 44,86 persen merupakan daerah dataran dan
sisanya 9,28 persen merupakan pegunungan.
Tabel 3.1. Topografi Kabupaten Lombok Barat
Morfologi
Ketinggian
(1)
(2)
Luas
ha
%
(3)
(4)
Dataran
0-150 mdpl
41,794
44.86
Perbukitan
150-1500 mdpl
42,722
45.86
Pegunungan
> 1500 mdpl
8,650
9.28
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat
Gambaran mengenai kondisi lingkungan alam di Kabupaten Lombok
Barat akan dijelaskan melalui beberapa indikator perubahan iklim,
sumberdaya
hutan,
sumber
daya
air,
sumber
daya
ikan,
keanekaragaman hayati, sumber daya mineral dan bencana alam.
3.1. Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Disadari atau tidak perubahan iklim global yang berdampak
pada cuaca ekstrim, kenaikan suhu bumi, banjir dan masih banyak
lagi
merupakan
efek
dari
perbuatan
memperdulikan lingkungan. Para
manusia
yang
tidak
petani dan nelayan dapat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
16
merasakan sendiri bahwa hasil panen mereka sering gagal
dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Saat cuaca ekstrim tiba,
tinggi gelombang bisa mencapai 5 meter sehingga nelayan kesulitan
untuk melaut.
Tabel 3.2. Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2011-2013
Bulan
(1)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata
2011
Hari Curah
Hujan Hujan
2012
Hari
Curah
Hujan
Hujan
2013
Hari
Curah
Hujan
Hujan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
26
20
21
20
14
5
2
1
6
14
17
24
14
266
129
134
253
167
6
1
1
2
104
186
338
132
23
19
26
8
8
2
13
1
4
7
16
24
13
462
234
625
109
245
2
2
0
12
8
197
271
181
22
17
12
13
12
11
4
1
1
6
16
22
11
356
197
145
200
171
139
53
4
1
120
184
509
173
Sumber: Stasiun Klimatologi Kediri
Dalam tiga tahun terakhir secara rata-rata hari hujan di
Kabupaten Lombok Barat berkurang, hal ini mengindikasikan bahwa
musim kemarau semakin panjang dirasakan di Lombok Barat. Pada
tahun 2011, kemarau terjadi pada Bulan Juni hingga September,
siklus ini bergeser di tahun 2012 dimana kemarau dirasakan sejak
Bulan April hingga Oktober. Pada tahun 2013 siklus ini kembali
bergeser, kemarau mulai terjadi pada Bulan Juli hingga Oktober.
Perubahan siklus kemarau berdampak pada pola tanam petani, dan
apabila siklusnya selalu berubah maka petani akan merugi karena
bisa mengalami gagal panen.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
17
Walau kemarau dirasa kian panjang, namun curah hujan dalam tiga
tahun terakhir cenderung lebih lebat. Curah hujan paling tinggi
terjadi di Bulan Januari dan Desember dalam tiga tahun terakhir.
Curah hujan dapat menjadi kawan jika debitnya tidak berlebihan.
Akan tetapi bila debitnya sangat besar yang akan terjadi adalah
banjir yang tentu saja akan merugikan banyak pihak.
Tabel 3.3. Suhu Maksimum dan Minimum di Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2011-2013
Bulan
(1)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2011
Temperatur (◦c)
min
max
(2)
24,2
24,5
24,1
23,8
22,8
20,7
20,7
20,4
22,1
23,7
22,9
23,1
(3)
31,7
31,6
31,8
31,0
31,8
30,4
30,9
31,1
31,8
32,5
31,2
31,2
2012
Temperatur (◦c)
min
max
(4)
23,6
23,4
23,5
23,3
22,5
20,2
20,2
19,8
21,5
23,6
24,1
24,1
(5)
30,2
31,2
30,0
31,6
30,3
29,6
28,2
29,0
30,1
32,3
32,4
31,6
2013
Temperatur (◦c)
min
max
(6)
23,6
22,4
21,2
21,0
22,2
21,6
18,8
17,0
19,6
21,2
21,2
22,6
(7)
32,4
32,2
33,4
33,6
33,2
32,8
31,4
32,0
32,2
33,8
33,8
32,6
Sumber: Stasiun Klimatologi Kediri
Suhu terendah sepanjang tahun 2011 adalah 20,4°C, namun
suhu maksimumnya bisa mencapai 32,5°C. Pada tahun 2012 suhu
erendahnya 20,2 °C sedangkan suhu maksimumnya mencapai 32,4°C.
Suhu ekstrim berupa penurunan dan peningkatan suhu mulai
tampak pada tahun 2013 dimana suhu terendah mencapai 17,0°C
sedangkan suhu maksimumnya mencapai 33,8°C. Anomali yang
terjadi pada dalam tiga tahun terakhir adalah bahwa suhu minimum
yang terendah justru terjadi di musim kemarau, sedangkan suhu
maksimum yang tertinggi justru terjadi di musim penghujan.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
18
Pesatnya penambahan jumlah kendaraan bermotor terutama
roda dua di Lombok Barat merupakan salah satu penyumbang
pencemaran udara. Rendahnya kualitas bahan bakar minyak (BBM),
masih digunakannya jenis bahan bakar minyak mengandung Pb,
penggunaan teknologi lama (sistem pembakaran) pada sebagian besar
kendaraan bermotor dan minimnya budaya perawatan kendaraan
secara teratur semakin menambah beban bagi kualitas udara di
Lombok Barat. Bahan bakar kendaraan bermotor di Lombok Barat
adalah didominasi oleh premium dan solar. Bahan bakar premium
sebagian besar belum ramah lingkungan karena masih menggunakan
Pb sebagai peningkat oktan yang menjadi penyumbang terbesar bagi
pencemaran di udara.
Tabel 3.4. Jumlah Desa yang Mengalami Pencemaran Udara
Menurut Kecamatan, Sumber Pencemaran dan
Pengaduan ke Aparat Desa Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
Jumlah Desa
yang
Mengalami
Pencemaran
Udara
Rumah
Tangga
Pabrik
Lainnya
Ada
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
0
0
0
7
1
0
1
3
0
13
Pengaduan ke Aparat
Desa/Kelurahan
Sumber Pencemaran
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
2
1
0
1
3
0
8
Tidak
Ada
(7)
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
3
1
0
0
0
7
1
0
0
1
0
10
Sumber: Podes 2014
Hasil Potensi Desa tahun 2014 mencatat bahwa ada 13 desa di
Lombok Barat yang mengaku mengalami pencemaran udara. Satu
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
19
desa berada di Kecamatan Sekotong, 7 desa di Kecamatan Kediri, 1
desa di Kecamatan Kuripan, 1 desa di Kecamatan Lingsar dan 3 desa
di Kecamatan Gunungsari. Sebanyak 8 desa mengaku bahwa sumber
pencemaran udara di desa mereka diakibatkan oleh lainnya
(termasuk diantaranya asap kendaraan bermotor), 4 desa mengaku
bahwa pencemaran udaranya berasal dari rumah tangga dan 1 desa
tercemari udaranya oleh pabrik yang berada di desa mereka.
3.2. Sumber Daya Hutan
Salah satu upaya untuk dapat mengurangi pencemaran udara
dan meningkatkan kualitas udara adalah dengan melakukan
penghijauan.
Penghijauan
bisa
dilakukan
melalui
reboisasi,
penertiban penebangan liar, pelestarian hutan, dan dalam lingkup
yang lebih kecil lagi penghijauan dapat dilakukan di rumah tangga
dengan menanam tanaman di rumah.
Sebagian besar kawasan hutan di Lombok Barat merupakan
hutan lindung dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan hutan
produksi. Selain hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi
terbatas, Lombok Barat juga memiliki taman wisata alam yang
dimanfaatkan selain untuk konservasi sumber daya hutan juga
sebagai sarana rekreasi masyarakat, yaitu Taman Suranadi yang
terletak di Kecamatan Narmada.
Hutan produksi merupakan areal hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil
hutan bagi masyarakat, industry maupun ekspor. Sedangkan hutan
produksi terbatas adalah hutan produksi yang hanya dapat
dieksploitasi dengan cara tebang pilih.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
20
Tabel 3.5 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013
Fungsi
Luas (Ha)
(1)
(2)
3.396,19
22.441,20
1.289,00
10.299,00
-
Cagar Alam
Suaka Margasatwa
Taman Wisata
Taman Buru
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Konservasi
Hutan Kota
Total Luas
37.425,39
Keterangan : (-) data tidak tersedia
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat
Tidak semua kecamatan di Lombok Barat memiliki kawasan hutan.
Hutan lindung yang terluas berada di Kecamatan Narmada,
sedangkan yang paling sedikit ada di Kecamatan Lembar. Kecamatan
Sekotong merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di
Lombok Barat, tidak mengherankan apabila hutan produksi dan
hutan produksi terbatas hanya ditemui di Kecamatan Sekotong.
Tabel 3.6. Luas Kawasan Hutan di Lombok Barat Menurut Fungsi
dan Kecamatan Tahun 2013
Luas Hutan (Ha)
Kecamatan
(1)
Narmada
Gerung
Sekotong
Lembar
Gunungsari
Lindung
Produksi
Produksi Terbatas
(2)
(3)
(4)
8.783,35
4.384,85
2.982,00
1.909,00
4.382,00
1.289,00
-
10.299,00
-
Keterangan : (-) data tidak tersedia
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
21
Rehabilitasi lingkungan merupakan suatu upaya/usaha yang
dilakukan
untuk
memperbaiki,
memulihkan
kembali
dan
meningkatkan kondisi lingkungan yang rusak atau kritis agar dapat
berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media
pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam
lingkungan. Kegiatan rehabilitasi perlu dilakukan, karena kondisi
lingkungan yang tidak selalu dalam kondisi yang baik akibat perilaku
manusia yang tidak perduli terhadap lingkungannya. Kegiatan
rehabilitasi lingkungan ini dapat berupa kegiatan penghijauan,
reboisasi atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki,
memulihkan kembali dan/atau meningkatkan kondisi lingkungan.
Tabel 3.7. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
Kritis (Ha)
Sangat Kritis (Ha)
(1)
(2)
10.708,91
183,5
263,35
327,5
49,5
115,5
(3)
8.821,60
2.025,00
573,6
382,4
77
77,5
Sekotong
Lembar
Gerung
Labuapi
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunungsari
Batulayar
Keterangan : (-) tidak ada lahan kritis
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat
Lahan kritis maupun sangat kritis di Kecamatan Sekotong
hingga tahun 2013 ternyata cukup luas mencapai 19.530,51 Ha.
Kondisi ini disebabkan karena bentuk wilayah Kecamatan Sekotong
berbentuk pegunungan dan bebatuan dengan lereng yang cukup
tajam sehingga menyulitkan untuk dilakukan penanaman pohon.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
22
Kecamatan Gunungsari merupakan kecamatan denga lahan kritis
yang paling kecil yaitu hanya mencapai 126,5 Ha.
Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan,
maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, lahan kritis
harus
segera
diperbaiki.
Untuk
menghindari
bahaya
yang
ditimbulkan oleh lahan kritis, bisa melakukan rehabilitasi dan
konservasi. Rehabilitasi lahan kritis bisa dimulai dari cara yang
paling sederhana yaitu dengan reboisasi. Semua unsur baik dari
masyarakat maupun pemerintahan harus dapat bersinergi untuk
dapat memperbaiki lahan kritis ini.
Tabel 3.8. Jumlah Desa Di Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kecamatan, Lokasi Desa Terhadap Hutan dan Keberadaan
Hutan Mangrove Tahun 2013
Lokasi Desa
Kecamatan
Dalam Hutan
(1)
(2)
Tepi/Sekitar
Hutan
(3)
Luar Hutan
Keberadaan
Tanaman Mangrove
(4)
(5)
Sekotong
0
2
7
7
Lembar
0
4
6
4
Gerung
0
0
14
0
Labu Api
Kediri
0
0
0
0
12
10
0
0
Kuripan
0
3
3
0
Narmada
0
1
20
0
Lingsar
Gunung Sari
0
0
2
4
13
12
0
0
Batu Layar
0
0
9
0
Sumber: Podes 2014
Hutan mangrove hanya dapat ditemui di Kecamatan Sekotong dan
Kecamatan Lembar. Dari Sembilan desa yang ada di Kecamatan
Sekotong, 7 desa diantaranya memiliki hutan mangrove. Di
Kecamatan Gerung, Labuapi, Kediri, dan Batulayar tidak ada satu
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
23
desapun yang berada di dalam hutan maupun di tepi atau sekitar
hutan.
Hutan merupakan paru-paru yang tak hanya membantu
menyaring polusi, menyediakan oksigen bagi manusia juga menjadi
penyimpan cadangan air. Oleh karenanya keberadaan hutan dan
kelestariannya perlu dijaga tidak hanya bagi manusia namun bagi
seluruh mahluk hidup di bumi.
3.3. Sumber Daya Air
Air adalah segala sumber kehidupan. Semua makhluk hidup
baik manusia, hewan maupun tumbuhan bisa hidup di bumi karena
air dan udara yang ada di planet biru ini. Begitu pentingnya air bagi
kehidupan. Bahkan 70 persen tubuh manusia terdiri atas air.
Kekurangan air bisa menyebabkan dehidrasi yang berakibat fatal
bagi tubuh. Melihat pentingnya air bagi kehidupan, maka tindakan
menjaga kebersihan dan eksistensi sumber-sumber air adalah
kebutuhan manusia.
Beberapa bentuk lingkungan alam yang berupa sumber daya
air adalah sungai, mata air, laut, dan danau. Sebagaimana telah
dijeaskan sebelumnya, Lombok Barat merupakan kabupaten yang
kaya akan cadangan air. Kendati ada sebagian kecil wilayah yang
mengalami kekeringan saat kemarau panjang namun semua
kecamatan yang ada di Lombok Barat memiliki sumber mata air.
Salah satu permasalahan sumber- sumber air tersebut yaitu
terjadinya pencemaran baik di mata air, sungai dan laut. Pencemaran
yang terjadi di Lombok Barat pada umumnya berasal dari limbah
rumah tangga dan sampah yang dibuang sembarangan.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
24
Tabel 3.9. Mata Air Di Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
Jumlah Mata Air
(1)
(2)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labuapi
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunungsari
Batulayar
42
11
23
8
4
8
170
190
39
10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat
Jumlah mata air yang terbanyak terdapat di Kecamatan Lingsar
dan Narmada, sedangkan Kecamatan Kediri dan Kuripan merupakan
kecamatan dengan jumlah mata air paling sedikit. Kendati demikian luas
wilayah Kediri dan Kuripan yang tidak terlampau luas menjadi alasan
sedikitnya mata air di kedua kecamatan ini. Selain itu masyarakat akan
cenderung mencari mata air ke tempat yang lebih dekat dengan rumah
mereka walaupun berada di kecamatan lain (wilayah perbatasan).
Pencemaran
sungai
pada
akhirnya
akan
menimbulkan
pencemaran laut juga karena sungai akan bermuara di laut. Dengan
semakin parahnya pencemaran sungai-sungai, maka hal itu juga akan
semakin meningkatkan pencemaran laut. Namun, sumber utama
pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari
proses di kapal nelayan maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari
tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang
selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena
akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
25
pantai dan sangat siginifikan merusak makhluk hidup sekitar pantai.
Tabel 3.10. Sungai di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Nama Sungai
Panjang
(m)
(1)
Meninting
Midang
Jangkok
Babak
Dodokan
(2)
24.92
12.02
51.632
54.942
25.082
Paku Keling
Dalam/Batu
Kumbung
Lebar (m)
Kdlmn
Debit (m3/dtk)
Permukaan
Dasar
(m)
Maks
Min
(3)
(4)
(5)
(7)
740
2.168
15.365
17.983
805
62
27
65
20
30
60
26
65
17
25
5
6
11
5
3
(6)
12.178
9.443
99.214
62.16
904
6.904
15
10
7
16.701
4.311
10.312
15
15
9
1.702
323
7.492
61
60
3
2.596
338
Jelateng
Kelep
12.651
19.068
15
25
12
20
5
3,5
-
-
Pelangan
18.425
27
22
-
-
-
Sulin/ Lendang
Lekong
Keterangan: (-) data tidak tersedia
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Barat
Jumlah sungai besar yang melintas menjadi urat nadi
pengairan di Kabupaten Lombok Barat ada sebanyak 11 sungai
dengan sungai terpanjang adalah Sungai Babak yang panjangnya
mencapai 54.942 meter. Sungai dengan lebar permukaan terbesar
adalah Sungai Jangkok dengan lebar mencapai 65 meter. Sungai
Jangkok juga merupakan sungai yang terdalam dengan debit air
terbesar di Lombok Barat.
Memanfaatkan sungai untuk mandi dan cuci sebenarnya sudah
tidak lagi memenuhi standar kesehatan. Kendati demikian masih
banyak masyarakat di Lombok Barat yang mempertahankan
kebiasaan tidak sehat ini.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
26
Tabel 3.11. Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Sungai di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
Mandi/
Cuci
Minum
/
Masak
Pengairan/
Irigasi Lahan
Pertanian
Pariwi
sata
Transpor
tasi
Pembangkit
Listrik
Perika
nan
Tidak
Dimanfaat
kan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung
Sari
Batu Layar
TOTAL
5
4
5
11
3
6
16
11
0
0
0
0
0
0
0
0
2
5
3
12
0
5
15
11
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
1
1
7
0
3
4
10
1
0
6
0
3
0
0
0
14
2
77
2
0
2
12
0
65
1
0
3
1
0
2
0
0
2
5
0
32
0
5
15
Sumber: Podes 2014
Dari 122 desa yang ada di Lombok Barat, 77 desa masih
menggunakan air sungai untuk mandi/cuci, dan desa yang paling
banyak menggunakannya ada di Kecamatan Narmada, sedagkan di
Kecamatan Batulayar hanya 2 desa yang menggunakan air sungai
untuk mandi/cuci. 2 Desa di Kecamatan Gunungsari masih
menggunakan sungai untuk minum/masak. Idealnya memang sungai
diambil manfaatnya untuk pengairan/irigasi pertanian dan budidaya
perikanan.
Penduduk
memanfaatkan
sungai
di
Kecamatan
untuk
budidaya
Lingsar
saja
perikanan.
yang
Namun
pemanfaatan sungai untuk irigasi maupun budidaya bukanlah bebas
polusi, namun paling tidak pencemaran yang diakibatkan dari dua
tindakan ini tidak sebesar untuk pemanfaatan lain.
Selain sungai, sumber daya air yang merupakan bagian dari
lingkungan alam adalah danau, embung atau situ. Namun seiring
waktu agak sulit memisahkan danau/embung yang memang terbuat
oleh alam ataupun yang dibuat oleh manusia. Namun keberadaannya
di Lombok Barat cukup banyak demikian pula pemanfaatannya.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
27
Tabel 3.12. Jumlah Desa Menurut Pemanfaatan Danau/Waduk
/Situ/Bendungan di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013
Kecamatan
Mandi
/Cuci
Minum/
Masak
Pengairan/
Irigasi
Lahan
Pertanian
Pariwi
sata
Transpor
tasi
Pembangkit
Listrik
Perika
nan
Tidak
Dimanfaat
kan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung
Sari
Batu Layar
TOTAL
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
6
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
12
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
0
5
0
0
0
Sumber: Podes 2014
Danau/ waduk/situ/ bendungan di Lombok Barat utamanya
digunakan untuk pengairan/irigasi lahan pertanian. Hal ini tercermin
dari banyaknya desa yang menggunakannya untuk kegiatan tersebut.
Selain itu ada juga penduduk desa yang memanfaatkannya untuk
mandi/cuci, pariwisata, dan budidaya perikanan.
Keberadaan pemukiman di bantaran sungai lebih banyak
merugikan daripada manfaatnya. Bagi penduduk yang bermukim itu
sendiri, resiko mereka untuk terkena banjir ataupun tanah longsor
sangat besar. Bagi sungai, keberadaan penduduk di bantaran sungai
akan meningkatkan pencemaran air akibat sampah rumah tangga,
dan limbah domestik lainnya. Selain itu pemukiman di bantaran
sungai identik dengan kumuh dan kemiskinan, oleh sebab itu
sebaiknya penduduk yang tinggal di bantaran sungai dapat direlokasi
ke tempat yang lebih representative.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
28
Tabel 3.13. Jumlah Desa dengan Pemukiman di Bantaran Sungai
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
Bantaran/Tepi Sungai
Tidak Ada
Tidak Ada Sungai
Ada
(2)
(3)
7
4
10
3
0
3
4
8
4
0
43
(4)
0
1
3
9
6
3
13
4
11
7
57
Jumlah
(5)
2
5
1
0
4
0
4
3
1
2
22
9
10
14
12
10
6
21
15
16
9
122
Sumber: Podes 2014
Ternyata
Kecamatan Gerung yang
merupakan ibukota
Kabupaten di Lombok Barat merupakan kecamatan dengan jumlah
desa yang memiliki pemukiman di bantaran sungai yang paling
banyak. Hanya ada dua kecamatan yang tidak memiliki pemukiman
di bantaran sungai yaitu Kecamatan Kediri dan Kecamatan
Batulayar. Perlu ditelusuri alasan penduduk ini bermukim di
bantaran sungai agar dapat ditemukan jalan keluar sehingga jumlah
pemukiman di bantaran sungai tidak bertambah setiap tahunnya.
Pencemaran air di Lombok Barat memang lebih banyak
disebabkan oleh pencemaran rumah tangga, namun ada sebagian
kecil masyarakat yang mengeluhkan pencemaran air oleh limbah
pabrik dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk membuang
sampah dengan baik memang masih sangat rendah, salah satu
penyebabnya karena memang belum ada suatu system pembuangan
sampah yang terintegrasi dan terkoordinir sebagai alternatif bagi
masyarakat Lombok Barat untuk membuang sampahnya. Membuang
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
29
sampah ke sungai masih merupakan alternatif termudah bagi
masyarakat.
Tabel 3.14. Jumlah Desa Yang Mengalami Pencemaran Air Menurut
Sumber Pencemaran dan Pengaduan Kepada Aparat di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Jumlah Desa
yang
Mengalami
Pencemaran
Air
Rumah
Tangga
Pabrik
Lainnya
Ada
Tidak
Ada
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
Pengaduan ke Aparat
Desa/Kelurahan
Sumber Pencemaran
2
1
1
3
0
4
1
1
0
0
0
1
1
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
1
0
0
2
1
1
2
0
2
0
0
0
0
13
7
1
5
5
8
Sumber: Podes 2014
Sebanyak 13 desa di Lombok Barat mengaku mengalami
pencemaran air, dan yang terbanyak ada di Kecamatan Kuripan.
Hanya Kecamatan Kediri, Gunungsari dan Batulayar saja yang
belum merasa bahwa air di lingkungan mereka telah tercemari. Dari
13 desa yang mengaku tercemar tersebut hanya 5 desa saja yang
berinisiatif untuk melaporkannya ke aparat desa atau kelurahan.
3.4. Sumber Daya Ikan
Sebagai Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Lautan
Indonesia dan Selat Lombok, banyak wilayah Lombok Barat yang
berbatasan langsung dengan laut. Kecamatan Batulayar, Kecamatan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
30
Labuapi, Kecamatan Lembar, Kecamatan Sekotong adalah beberapa
kecamatan dengan jumlah nelayan yang cukup besar. Maka, dengan
gambaran sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah
selayaknya pembangunan kelautan dan perikanan di Lombok Barat
mendapat perhatian lebih agar dapat memaksimalkan produksi
perikanan.
Beberapa tantangan yang muncul ditengah potensi perikanan
yang dimiliki Lombok Barat dan di banyak wilayah lainnya di
Indonesia adalah adanya illegal fishing, harga Ikan yang rendah,
dan rendahnya mutu hasil perikanan. Illegal fishing merupakan
masalah rutin yang dihadapai bangsa ini. Setiap tahun, sumberdaya
ikan kita di curi nelayan negara lain. Mereka dengan sengaja mencari
ikan diperairan Indonesia. Dengan menggunakan peralatan yang
lengkap dan kapal yang besar mereka menjarah sumberdaya alam
diperairan Indonesia. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin
sumberdaya yang dimiliki Indonesia akan semakin berkurang.
Penyebab illegal fishing sangat kompleks mulai dari luas
peraian yang besar, keamanan yang lemah dan nelayan kecil yang
tak mampu menjangkau sumberdaya ikan di laut bebas. Pengamanan
yang lemah ini dikarenakan armada yang dimiliki Indonesia dalam
menjaga keamanan perairan sangat minim. Selain itu rendahnya
jangkauan nelayan diperairan lepas menjadikan sumberdaya yang
dimiliki Indonesia tidak bisa termanfaatkan maksimal. Berdasarkan
data
tersebut
dapat
maka
sumberdaya yang dimiliki Indonesia tak
dimanfaatkan dan dilkelola dengan maksimal oleh para
nelayan.
Dan
yang
sangat
fatal, malah
negara
lain
yang
memanfaatkannya.
Praktek illegal fishing merupakan tindakan kriminal lintas
negara yang terorganisir dan secara jelas telah menyebabkan
kerusakan serius bagi Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia
Pasifik lainnya. Selain merugikan ekonomi, sosial, dan ekologi,
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
31
praktik ini merupakan tindakan yang melemahkan kedaulatan
wilayah suatu bangsa. Bahkan perang terhadap illegal fishing pernah
dibahas
oleh
negara-negara yang tergabung dalam Asia-Pasific
Economic Development (APEC) termasuk Indonesia dimana mereka
bersepakat untuk lebih gencar dalam memerangi dan mengatasi
illegal fishing. Namun, pada kenyataannya praktek illegal fishing
masih tetap marak sampai saat.
Tidak Kurang dari 37 jenis ikan konsumsi ada di wilayah
perairan Lombok Barat, dan produksinya sejak tahun 2009 hingga
tahun 2013 cukup berfluktuasi. Penangkapan ikan di laut memang
sangat bergantung pada faktor cuaca. Apalagi nelayan yang ada di
Lombok Barat pada umumnya masih merupakan nelayan tradisional
yang menggunakan dayung atau jika kemampuan permodalannya
lebih baik menggunakan perahu motor tempel.
Ikan tongkol dan ikan teri merupakan jenis ikan yang paling
banyak produksinya di Kabupaten Lombok Barat. Ikan Kakap dan
Ikan Gulamah merupakan jenis ikan yang paling sedikit produksinya
di Lombok Barat. Alat penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan
Lombok
Baratpun pada
umumnya
masih
sederhana
seperti
menggunakan pancing ulur, atau jika ingin menangkap ikan yang
lebih banyak menggunakan jarring. Namun masih terdapat beberapa
nelayan yang memilih menggunakan cara cepat memperoleh ikan
dengan menggunakan bom, dan mereka tidak memikirkan efek yang
ditimbulkan bagi kelangsungan biota laut dimasa datang.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
32
Tabel 3.15. Produksi Perikanan Laut Lombok Barat Menurut Jenis
Ikan Tahun 2009 - 2013
Jenis Ikan
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Sebel a h
115,10
74,5
51.6
63,5
47.3
2. Perepek
157,40
44,8
70.4
-
50,3
3. Bel os o
35,90
7,6
42.2
-
16,3
4. Bi ji Na ngka
100,90
164,0
131.4
157,1
27,0
5. Gerot-gerot
161,00
95,0
112.7
73,1
33,0
6. Mera h Ba mba nga n
428,80
70,7
235.2
-
73,3
7. K e r a p u
170,60
460,8
209.6
90,1
59,7
8. Lenca m
201,00
75,8
105.7
-
93,4
9. K a k a p
314,60
219,3
258.8
116,8
3,4
10. K u r i s i
145,00
101,6
116
97,7
158,2
11. S w a n g i
93,50
79,5
50.6
-
-
12. Ekor Kuni ng
300,00
79,5
200.6
-
16,8
13.Gul a ma h
157,00
556,6
101.4
-
3,0
14.Cucut
127,00
33,7
68.5
136,1
9,5
15. .Pa ri
115,00
133,3
92.5
192,4
10,0
16. Al u-a l u
-
208,9
-
-
-
17. La ya ng
100,20
208,9
143.2
201,4
20,0
18. S e l a r
324,80
773,7
364.7
708,0
426,9
19.K u w e
53,20
50,9
59.5
77,3
55,9
20.Da un Ba mbu
-
-
-
-
-
128,50
278,3
101,1
13,6
25,0
22. Terba ng
32,70
316,0
139,2
293,5
113,5
23. Bel a na k
191,50
353,4
249,1
290,4
197,7
58,8
78,2
88,7
78,5
57,8
25. Teri
356,10
805,5
309,1
677,0
1.895,5
26. Temba ng
237,50
699,4
389,3
486,,0
494,8
27. Lemuru
286,00
689,4
462,2
840,3
970,7
28. Gol ok-gol ok
97,70
63,8
124,9
48,0
35,3
29. Terumbuk
42,50
0,0
69,6
72,2
54,0
30. Kembung
443,40
97,6
404,1
227,1
538,6
31. Tenggi ri
227,00
271,1
218,9
235,2
16,3
93,30
45,6
83,4
136,1
81,6
21. Sungl i r
24. Jul ung-jul ung
32. La yur
33. Ca ka l a ng
257,70
311,8
307,4
312,2
353,1
1,156,90
442,4
1.859,0
886,8
1.826,0
35. Jeni s Uda ng
288,40
101,0
355,6
223,2
206,5
36. Cumi -cumi
246,30
21,4
114,1
56,1
46,5
222,1
56,4
87,9
146,2
432,4
9.174,1
8.070,4
5.363,6
6.449,9
8.449,3
34. Tongkol
37. La i nnya
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
33
Selain produksi ikan laut, produksi ikan air payau dan air
tawar di Lombok Barat juga cukup besar dan dapat diperhitungkan
sebagai sumber mata pencaharian yang menguntungkan bagi
masyarakat. Karena ikan air tawar banyak yang dibudidayakan di
perairan buatan (tambak, kolam, dsb) maka pembahasan mengenai
produksi ikan air tawar akan diuraikan pada bab Lingkungan
Buatan.
Tabel 3.16. Produksi Ikan Air Payau Lombok Barat Menurut Jenis
Ikan Tahun 2009 - 2013
Jenis Ikan
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Ikan Bandeng
235,20
1.796
258,7
327,80
488,01
2. Ikan Belanak
0,20
40
-
-
-
3. Ikan Mujair
6,30
36
-
-
-
4. Ikan Lain-lain
1,14
8
35,1
-
18,02
5. Udang Windu
81,79
90
118,3
141,40
35,51
6. Udang Putih
63,57
45
97,5
54,5
44,60
7. Udang Api-api
29,70
27
16,9
-
-
8. Udang Lainnya
24,70
-
18,2
10,81
0,72
Jumlah / Total
442,60
2,042
544,7
534,51
586,86
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat
Ikan bandeng merupakan jenis ikan air payau yang banyak
diproduksi di Lombok Barat, bahkan produksinya pada tahun 2010
sempat meningkat tajam mencapai 1.796 ton. Akan tetapi produksi di
tahun 2011 berkurang jauh menjadi 258,7 ton namun pada tahun
2012 kembali meningkat dan terus meningkat hingga tahun 2013
produksinya mencapai 488,01 ton.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
34
3.5. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi
Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh
garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna yang
ada di dalamnya. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem,
seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan
bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai.
Sebagai bagian dari Indonesia, Lombok Barat juga kaya akan
keragaman hayati. Namun, semua warisan alam itu kini berada
dalam ancaman karena masih terus terjadinya perusakan hutan dan
laut. Salah satu upaya pelestarian keanekaragaman hayati yaitu
pelaksanaan
pembangunan
ekonomi
hijau.
Akan
tetapi,
pembangunan ekonomi hijau masih kurang mendapat perhatian
dalam perencanaan pembangunan. Karenanya perlu diusulkan
konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan pendayagunaan
kekayaan sumber daya hayati secara lestari.
Selain itu diperlukan kesadaran pemerintah dan rakyat untuk
melakukan
konservasi.
perlindungan.
Konservasi
adalah
pelestarian
atau
Secara lebih luas, konservasi (sumber daya alam
hayati) merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati
merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem
akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang
merupakan
bagian
dari
keanekaragamannya,
mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem.
Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
35
hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman Tingkat Genetik ( gen )
Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat
dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan
penampakan ( fenotipe ), baik anatomi maupun fisiologi pada
setiap organisme.
Perbedaan
susunan
gen
akan
menyebabkan
perbedaan
penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan
tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini
disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada
setiap organisme.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya
variasi dalam satu jenis (spesies), misalnya :

variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa
kopyor

variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu,
Bumiayu, dan sebagainya

variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder,
anjing kampung, dan sebagainya

variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene,
Rosa canina

Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang
putih), Allium fistulosum (locang)
Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis ( fenotif )
adalah faktor gen ( genotif ) dan faktor lingkungan (environment).
Jika Genotip berubah karena suatu hal ( misalnya mutasi) atau
lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di Fenotip.
2. Keanekaragaman Tingkat Species (Jenis)
Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan
menghasilkan
keturunan
yang
fertil
(mampu
melakukan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
36
perkawinan dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk
hidup tersebut merupakan satu spesies.
Keanekaragaman
hayati
tingkat
jenis
menunjukkan
keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis
atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia
yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaanperbedaan sifat.
Contoh :

famili Fellidae : kucing, harimau, singa

famili Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar

famili Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang
panjang, kacang kapri

familia graminae : rumput teki, padi, jagung

genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan
kangkungan (Ipomoea crassicaulis)

genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon
Preh (Ficus ribes).
3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan
lingkungannya (komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki
ciri-ciri
lingkungan
fisik,
lingkungan
kimia,
tipe
vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi
lingkungan
makhluk
hidup
ini
sangat
beragam.
Kondisi
lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk
hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman
seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem.
Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya
adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya,
mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan
kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
37
keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari
satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut..
Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu
ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan
(ekosistem aquatik). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di
antaranya bioma gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma
hutan gugur, bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan bioma
tundra.
Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan
vegetasi serta hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut.
Bisa juga diartikan suatu daratan luas yang memiliki karakteristik
komponen biotik dan abiotik.
Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air
tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan
ekosistem terumbu karang.
Indonesia sebagai negara ketiga terluas dari hutan tropika di
dunia, kaya akan berbagai spesies kehidupan liar dan beragam tipe
ekosistem mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan hujan
dataran tinggi, hutan gambut, hutan mangrove serta beberapa hutan
campuran, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar (Mega-diversity) dan
memiliki tingkat keendemikan yang sangat tinggi. Dimasa yang akan
datang keanekaragaman hayati akan menjadi sangat penting dan
perlu dikembangkan, hal ini mengingat bahwa kebutuhan berbagai
jenis “Keanekaragaman Hayati” sebagai bahan bagi obat-obatan,
penemuan varietas baru bagi pertanian, proses industri dan
kebutuhan pangan, dimana hal tersebut tidak menjadi potensial
seandainya terjadi erosi biodiversity yang terus mengancam terhadap
keberadaan ekosistem, jenis dan genetik.
Karena kondisinya yang begitu strategis, maka kawasan pulau
Lombok umumnya, dan khususnya Kabupaten Lombok Barat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
38
mempunyai potensi keragaman hayati yang cukup tinggi. Seperti
yang dilaporkan menurut Sumber Konservasi Sumber Daya Alam
NTB Tahun 2013, tercatat potensi seperti :
a. Hewan Menyusui yang dilindungi antara lain : Rusa Timur,
Trenggiling, Landak, Kijang dan Kera Hitam
b. Burung yang dilindungi antara lain : Burung alap-alap, Burung
Elang Bondol, Burung Gosong Kaki Merah, Burung Koakiau,
Burung Raja Udang Biru, Burung Tekukur, Burung Kuntul Putih,
Burung Camar Laut, Burung Elang Laut, Burung Elang Brontok
dan Burung Gereja Erasia
c. Jenis Serangga yang dilindung adalah Kupu-kupu Raja Helena
(Troides Helena).
3.6.
Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan bahan
galian mengandung arti bahan yang dijumpai di dalam baik berupa
unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan.
Berdasarkan bentuknya bahan galian dibedakan menjadi tiga yaitu
bahan galian berbentuk padat (misalnya
gamping,
emas,
perak
dan
lempung dll), bahan galian berbentuk cair (misalnya
minyak bumi, yodium dll), maupun bahan galian yang berbentuk gas
(misalnya gas alam).
Memang tidak terdapat pertambangan minyak bumi maupun
batubara di Lombok Barat, namun Lombok Barat kaya akan bahan
galian. Sumber daya mineral merupakan kebutuhan yang sifatnya
esensial bagi kehidupan manusia. Sungguh ironi limpahan sumber
daya mineral yang terkandung dan tersebar secara merata tak
lantas
menjadikan
masyarakat
dapat
mencicipi
manisnya
kesejahteraan. Hal itu, ditengarai oleh minimnya sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga semua kekayaan alam ini belum
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
39
mampu tereksplorasi secara maksimal. Minimnya kualitas ini pula
yang menyebabkan eksplorasi penggalian yang dilakukan oleh
masyarakat masih bersifat tradisional sehingga tidak pernah
mempertimbangkan efeknya bagi lingkungan.
Pertambangan merupakan suatu usaha yang meliputi kegiatan
penyelidikan
development,
umum,
prospeksi,
penambangan,
eksplorasi,
studi
kelayakan,
pengolahan/pemurnian/ekstraksi
hingga pemasaran dari suatu jenis bahan galian. Bahan galian
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
a.
Bahan Galian Golongan A (Vital) ; seperti minyak bumi,
gas alam, Uranium, panas bumi, dan lain-lain.
b.
Bahan Galian Golongan B (Strategis) ; seperti Besi, Emas,
Tembaga, Perak, Mangan, Aluminium, dan lain-lain.
c.
Bahan Galian Golongan C (Industri) ; seperti Batuapung,
Andesit, Batu gamping, Lempung (tanah liat), Andesit, dan
lain-lain.
Potensi bahan galian di Kabupaten Lombok Barat cukup besar.
Potensi ini tidak hanya bahan galian golongan C tetapi juga bahan
galian golongan B. Namun penggalian di Lombok Barat dibatasi oleh
Perda No. 11 Tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Gubernur Nusa
Tenggara Barat tentang larangan kegiatan penambangan bahan
galian golongan B di Pulau Lombok. Berdasarkan Perda tersebut,
kegiatan penambangan yang dapat dilakukan di Pulau Lombok
termasuk di Kabupaten Lombok Barat hanya berupa penambangan
bahan galian golongan C. Namun secara sembunyi-sembunyi banyak
dilakukan praktik penambangan emas di Kecamatan Sekotong dan
karena kegiatannya yang illegal, efeknya terhadap pencemaran
lingkungan tidak terpantau.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
40
Tabel 3.17. Daftar Perusahaan Pertambangan, Jenis Bahan Tambang
dan Luas Areal di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Nama Perusahaan
Jenis Bahan Galian
Luas Areal (Ha)
(1)
(2)
(3)
Bijih Besi dmp
27.5
Bijih Besi DMP
49
Mangaan DMP
50
Mangaan DMP
48
Timah DMP
50
CV. LOMBOK JAYA MINERAL
H. DAMANHURI
CV. PADAK MAS
SUDI HARTAWAN
UD. PALAPA 96
LALU ZAINUDIN
PT. TANGO INDAH PERSADA
MUNAWAR MUNIR
PT. DPA MINING INDONESIA
SYAFRUDDIN MAULA
PT. DPA MINING INDONESIA
SYAFRUDDIN MAULA
Mangaan DMP
KUD KEDARO
LALU DARYADI
PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Empol)
H. LALU DARYADI
PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Batu Kumbu)
H. LALU DARYADI
PT. PUTRA KEDARO SEJATI (Lendang Re)
H. LALU DARYADI
PT. BINTANG BULAENG PERKASA
SYAFRUDDIN MAULA
PT. INDOTAN LOMBOK BARAT
BANGKIT
PT. OASITAMA SUPLAINDO
I MADE SADIATHI SANGKA
KOPERASI RINJANI TAMBORA
R. WAHJOEDI, SH
KSU BANGUN SARANA SEJAHTERA
L. MUHAMMAD IRZI, SE
PT. BUMI CASA MINING
ANDRI SETIAWAN, SE, MBA
PT. BUMI CASA MINING
ANDRI SETIAWAN, SE, MBA
Timah dan
1797
Mangaan DMP
10
Mangaan DMP
10
Mangaan DMP
15
Mangaan DMP
15
Emas DMP
4500
Emas DMP
10088
Bijih Besi dmp
150
Mangaan DMP
25
Mangaan DMP
25
Mangaan DMP
50
Bijih besi DMP
50
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
41
Tabel 3.18. Cadangan Bahan Galian C di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2012-2013
2011
2012
Jenis Bahan
Galian
Satuan
Cadangan
Terpakai
Cadangan
Tersisa
Cadangan
Terpakai
Cadangan
Tersisa
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.686.462
7
948.276.400
36
763.982.005
53.047
819.42
2.420.553
417.567
16.5
3.044.728
1
466.067.975
3.703.409.344
-
46.635
38.600
523.713
-
1.686.462
7
948.268.822
36.000
763.982.005
53.047
819.420
2.420.553
417.567
16.500
3.044.728
1.000
465.882.585
3.703.409.344
-
1. Belerang
2. Emas
3. Pasir Besi
4. Batu Andesit
5. Diorit
6. Batu Apung
7. Batu Gamping
8. Dasit
9. Kalsit
10. Lempung
11. Marmer
12. Sirtu
13. Batu Silika
14. Tanah Urug
15. Trass
16. Bijih Besi
Ton
Ton
Ton
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
m3
Ton
m3
m3
m3
39.057
38.6
338.323
-
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat
3.7. Bencana Alam
Bencana alam merupakan hasil dari pemanfaatan lingkungan
alam yang salah dan berlebihan, namun bencana alam dapat juga
disebabkan oleh aktivitas alam itu sendiri. Sekitar 80-90% bencana
alam dunia dipicu oleh banjir, kekeringan, puting beliung tropis,
gelombang panas dan badai. Kondisi ini mencabut nyawa, merusak
infrastruktur sosial dan ekonomi serta menurunkan kualitas
ekosistem yang sudah terlanjur rentan. Fakta tersebut terungkap
dalam laporan terbaru hasil kerja sama Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) berjudul “Atlas of
Health and Climate” yang diterbitkan baru-baru ini.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
42
Laporan cuaca ekstrim dan bencana juga naik lebih dari tiga
kali lipat sejak 1960-an. Para ilmuwan memprediksi kondisi iklim ini
akan semakin parah pada masa datang. Krisis iklim dan sumber daya
alam termasuk pangan dan air juga akan memicu konflik dan
kekerasan. Menciptakan sistem peringatan dini adalah salah satu
upaya membantu upaya adaptasi dan mitigasi bencana dan
perubahan iklim. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memberikan informasi pendahuluan kepada masyarakat Indonesia
adalah memetakan daerah yang potensial mengalami bencana.
Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan
sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah
dan menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap
bencana
yang cukup
maka
kerugian akibat
bencana
dapat
diminimalisir. Bentuk bencana alam yang pernah dan berpotensi
terjadi kembali di Lombok Barat adalah banjir, gempa bumi, tanah
longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan dan kekeringan.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sebanyak 13 desa di
Lombok Barat pernah mengalami tanah longsor, 20 desa mengalami
banjir, 10 desa mengalami bencana gempa bumi, 1 desa pernah
terkena tsunami kecil, 9 desa terkena gelombang pasang laut, 25 desa
terkena angin puting beliung, dan 1 desa di Kecamatan Sekotong
mengalami bencana kekeringan.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
43
Tabel 3.19. Jumlah Desa yang Mengalami Bencana Alam Dalam Tiga
Tahun Terakhir Menurut Jenis Bencana
di Kabupaten Lombok Barat
Kecamatan
Tanah
Longsor
Banjir
Banjir
Bandang
Gempa
Bumi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
2
2
0
0
0
0
4
0
2
3
13
5
3
1
3
3
1
1
1
0
2
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gelomba
Tsunami ng Pasang
Laut
(6)
1
0
0
0
3
0
5
0
1
0
10
(7)
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
Angin
Puyuh/
Puting
Beliung/
Topan
(8)
5
2
0
2
0
0
0
0
0
0
9
Gunung Kebakaran Kekering
Meletus Hutan
an
(9)
1
1
1
8
8
0
1
2
2
1
25
(10)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(11)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Sumber: Podes 2014
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Barat baik berupa pencegahan dan penanggulangan bencana
yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat, diantaranya yaitu dengan
program :
a.
Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan
Korban
Bencana Alam
b.
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya
kebakaran
Data
Hasil
Pelaksanaan
Program
Pencegahan
Dini
dan
Penanggulangan Korban Bencana Alam dengan kegiatan :
a.
Papan Peringatan daerah Rawan Bencana tahun 2013

Kecamatan Lembar
Di Kecamatan Lembar pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Padak desa Lembar
 Dusun Cemare Desa Lembar
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
44
 Dusun Buncit Desa Lembar

Kecamatan Gerung
Di Kecamatan Gerung pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Kr Penujak Desa Gapuk
 Kecamatan Gunungsari

Kecamatan Gunungsari
Di Kecamatan Gunungsari pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Kecengok Desa Sesela
 Dusun Bukit Tinggi Desa Bukit Tinggi

Kecamatan Labuapi
Di Kecamatan Labuapi pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Kr Bangket Desa Kuranji

Kecamatan Kediri
Di Kecamatan Kediri pemasangan Papan peringatan rawan
bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Ombe Rebot Desa Ombe Baru
 Dusun Dasan Tebu Desa Ombe Baru

Kecamatan Batu Layar
Di Kecamatan Batu Layar pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Kogok Desa Meninting
 Dusun Senteluk Daye Desa Senteluk
 Dusun Are Manis Desa Sandik

Kecamatan Narmada
Di Kecamatan Narmada pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di beberapa dusun yaitu :
 Dusun Pesantek Desa Pakuan
 Dusun Jurang Malang Desa Pakuan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
45
 Dusun Lembah Sempage Selatan Desa Lembah Sempage
 Dusun Kr Kates Desa Mekar Sari

Kecamatan Lingsar
Di Kecamatan Lingsar pemasangan Papan peringatan
rawan bencana di lakukan di Dusun Sigerongan Desa
Sigerongan
b.
Peta Potensi Bencana Alam Kabupaten Lombok Barat.
1)
Peta Potensi Aliran Sedimen.
2)
Peta Potensi Rawan Bencana Banjir Pasang air Laut (ROB)
3)
Peta Potensi Rawan Bencana Banjir.
4)
Peta Potensi Rawan Bencana Erosi.
5)
Peta Potensi Rawan Abrasi.
6)
Peta Potensi Gerakan Tanah atau Gempa Tektonik.
7)
Peta Potensi Kecepatan angin.
8)
Peta Potensi Rawan Kekeringan.
9)
Peta Potensi Rawan Kemiskinan.
10) Peta Potensi Peledakan Penduduk atau Populasi.
11) Peta Potensi Rawan Penambangan Galian C.
12) Peta Potensi Bencana Tsunami.
c.
Pembagian Brosur atau Pamflet Informasi Potensi Bencana di
Kabupaten Lombok Barat.
d.
Penyusunan Draf Rancangan Peraturan Bupati Lombok Barat
tentang Penanggulangan Bencana.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
46
LINGKUNGAN
BUATAN
Lingkungan yang terbentuk atas upaya manusia dalam
memanfaatkan
lingkungan
sekitar
agar
mempermudah
kehidupannya disebut sebagai lingkungan buatan. Pembangunan
adalah aktivitas
manusia
untuk
memenuhi
kebutuhan dan
meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya manusia melakukan pembangunan di segala bidang.
Dengan demikian
lingkungan buatan merupakan hasil
dari
pembangunan itu sendiri. Contoh lingkungan buatan antara lain
sarana dan prasarana berupa bangunan dan perumahan, jalan, dan
sarana fisik lainnya yang digunakan manusia untuk melakukan
berbagai aktivitas ekonomi dan sosial
budaya. Manusia tidak
dapat dipisahkan dari lingkungan buatan yang merupakan hasil
buatannya seperti rumah, jalan, jembatan, waduk, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, proses pembangunan memanfaatkan
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Namun
sumber daya alam memiliki keterbatasan, seringkali pembangunan
lingkungan buatan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan
alam. Hal ini secara langsung atau
tidak
langsung
akan
membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan tersebut.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
47
4.1.
Pertanian
Pembangunan sektor pertanian seyogyanya tidak hanya menitik
beratkan pada peningkatan nilai tambah secara ekonomis tapi juga
harus memperhatikan keberlanjutannya. Selama ini pembangunan
sektor pertanian lebih ditekankan pada eksploitasi sumber daya saja
sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan. Penggunaan pupuk
misalnya, petani memanfaatkannya untuk menjaga produktivitas
pertaniannya namun disisi lain penggunaan pupuk mengakibatkan
hilangnya unsur-unsur penting dalam tanah sehingga mengurangi
kualitas tanah tersebut. Sisa-sisa pupuk kimia yang tidak terserap
tanaman, setelah terkena air akan mengikat tanah seperti lem.
Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain sehingga keras
dan tidak gembur. Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi
ini membuat organisme-organisme pembentuk
(organisme
unsur
hara
penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang
populasinya. Selain itu pupuk kimia yang larut dalam air dan terbawa
aliran air akan menyebabkan suburnya tanaman gulma seperti
enceng gondok. hal inilah yang membuat keseimbangan ekosistem
sungai, danau dan rawa terganggu.
Kecamatan
Sekotong,
Lembar,
Kuripan
dan
Batulayar
memiliki areal persawahan yang ditanami 1 kali dalam setahun da
nada pula yang dtanami 2 kali dalam setahun. Kecamatan Gerung,
Labuapi, Kediri, Narmada, Lingsar dan Gunungsari pola tanamnya
hanya yang 2 kali dalam setahun. Produktivitas padi di masingmasing
kecamatan
ternyata
berbeda,
Kecamatan
Narmada
merupakan kecamatan dengan produktivitas pertanian yang tertinggi
dengan produksi per hektar mencapai 59,14 ton. Adapun kecamatan
dengan produktivitas terendah adalah Kecamatan Sekotong dengan
produksi sawahnya hanya 49,50 ton per hektar.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
48
Tabel 4.1. Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman dan
Produksi Per Hektar di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013
Luas (Ha) dan Frkuensi Penanaman
Kecamatan
(1)
1 kali
2 kali
3 kali
Produksi per
Hektar (ton)
(2)
(3)
(4)
(5)
Sekotong
2.125
915
-
49,50
Lembar
1.046
1.044
-
51,50
Gerung
-
2.632
-
57,46
Labuapi
-
1.456
-
55,48
Kediri
-
1.455
-
56,75
204
868
-
54,35
Narmada
-
2.242
-
59,14
Lingsar
-
1.849
-
58,73
-
905
-
58,35
45
215
-
53,83
Kuripan
Gunungsari
Batulayar
Jumlah
3.420
13.581 -
555,09
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat
Untuk membuka lahan petani yang tradisional menggunakan cara
cepat
dengan
cara
membakar
lahannya.
Petani
yang
masih
mempertahankan cara ini tidak menyadari bahwa selain menimbulkan
polusi udara, membakar lahan akan berpengaruh langsung terhadap
pemanasan tanah, sedangkan pengaruh tidak langsung berupa
perubahan sifat tanah karena kebakaran mengkonsumsi vegetasi
yang hidup di atas tanah. Dapak kebakaran terhadap sifat tanah
ditentukan oleh frekuensi kebakaran, intensitas panas, lamanya
kebakaran, vegetasi yang tumbuh dan jenis tanah.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
49
Adanya kombinasi antara kebakaran, pembukaan lahan dan
hujan deras, dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah. Tanah
akan menjadi disagregat dan kompak. Kerapatan tanah meningkat
dan porositas menurun mengakibatkan kelembaban tanah dan
kapasitas menyerap tanah menurun. Jika hal ini terjadi pada tanahtanah Oxisol, Ultisol, Inceptisol dan tanah merah, akan terbentuk
lapisan keras (hardpan). Tanah yang terbuka berulang-ulang akan
terjadi pengeringan dan pembasahan, dan berakibat pada terjadinya
erosi dan peningkatan aliran permukaan.
Tabel 4.2. Jumlah Desa Menurut Kebiasaan Membakar Ladang/
Kebun di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
Jumlah
Kebiasaan Membakar
Ladang/Kebun
Ada
Tidak Ada
(2)
(3)
4
2
4
0
1
0
4
2
0
2
19
5
8
10
12
9
6
17
13
16
7
103
Sumber: Podes 2014
Hingga akhir tahun 2013 ternyata masih ada 19 desa yang masih
menggunakan cara membakar ladang/ kebun untuk memulai musim
tanam baru ataupun membuka lahan baru. Hanya Kecamatan Labuapi,
Kuripan dan Gunungsari saja yang sudah meninggalkan kebiasaan ini.
Pola pengolahan pertanian yang seperti inilah yang harus dirubah.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
50
Sumber daya alam harus digunakan secara bijaksana, sehingga
generasi
mendatang memiliki kesempatan yang sama
untuk
memanfaatkan sumber daya alam tersebut.
Tabel 4.3. Jumlah Desa Menurut Konversi Lahan Selama Setahun
Terakhir di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
Perubahan Penggunaan dari Perubahan Penggunaan dari Lahan Perubahan Penggunaan dari Lahan
Lahan Pertanian Sawah Menjadi: Pertanian Non Sawah Menjadi:
Non Pertanian Menjadi:
Lahan Pertanian
Non-Sawah
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
Jumlah
(2)
Lahan Non Lahan Pertanian
Pertanian
Sawah
(3)
2
0
0
5
0
0
6
5
2
3
23
(4)
5
3
4
5
3
2
15
7
3
0
47
Lahan Non
Pertanian
(5)
5
0
0
3
0
0
0
0
1
0
9
Lahan Pertanian Lahan Pertanian
Sawah
Non Sawah
(6)
6
7
4
1
0
0
8
1
1
5
33
(7)
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
3
1
0
0
1
0
0
1
0
0
4
7
Sumber: Podes 2014
Sebanyak 23 desa mengalami konversi dari lahan pertanian sawah
menjadi lahan pertanian non sawah, dan 47 desa mengalami konversi
dari lahan sawah menjadi lahan bukan pertanian. Alih fungsi lahan
pertanian bukan sawah menjadi lahan sawah terjadi di 9 desa dan 33
desa mengalami alih fungsi lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan
bukan pertanian. Untuk desa yang mengalami alih fungsi dari lahan
bukan pertanian menjadi lahan sawah maupun pertanian bukan sawah
hanya mencapai 10 desa saja. Dapat dilihat bahwa peralihan dari lahan
pertanian ke bukan pertanian dialami di banyak desa di Lombok Barat.
Konversi lahan dari pertanian ke lahan bukan pertanian baik itu untuk
perumahan, industri maupun pertokoan akan berdampak pada produksi
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
51
pangan. Selain itu efek sosial dan ekonomi yang ditimbulkan juga tidak
kalah pelik. Alih fungsi lahan pertanian akan menyebabkan petani
kehilangan mata pencaharian utamanya dan ini akan memberikan efek
berantai pada tingkat pengangguran dan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 4.4. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Yang Sebagian
Besar Penduduknya Bekerja Pada Sektor Pertanian
Tahun 2013
Kecamatan
Tanaman
Pangan
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Tangkap
Perikanan
Budidaya
Kehutanan
Jasa
Pertanian
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
7
7
12
9
8
5
20
13
5
4
90
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
Sumber: Podes 2014
Dari 122 desa yang ada, 90 desa merupakan desa yang sebagian
besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian tanaman pangan, 4
desa sebagian besar menggantungkan hidup pada perkebunan, 2 desa
sebagian besar penduduknya mengusahakan perikanan tangkap, 1 desa
di Kecamatan Lingsar yang mayoritas membudidayakan ikan air tawar.
Hanya ada 1 desa yang sebagian besar penduduknya mengusahakan
kehutanan yaitu di Kecamatan Lembar dan 1 desa di Kecamatan Lingsar
sebagian besar penduduknya merupakan rumah tangga jasa pertanian.
Kegiatan budidaya perikanan air tawar termasuk dalam salah
satu sub sektor pertanian. Kecamatan Lingsar dikenal sebagai sentra
budidaya perikanan.air tawar. Produksi perikanan air tawar ini juga
cenderung meningkat produksi setiap tahun.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
52
Tabel 4.5. Produksi Ikan Air Tawar Menurut Jenis Ikan di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013
Jenis Ikan
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Ikan Mas
369,82
213,40
854,4
972,23
2.027,64
2. Ikan Tawes
-
3. Ikan Mujair
114,56
256,08
-
-
29,71
192,06
274,6
-
-
4. Ikan Nila
565,44
853,6
1.335,1
48.513,20
6.380,20
5. Ikan Gurami
39,58
85,36
136,0
92,20
149,63
6. Ikan Lele
55,33
-
183,1
3.034,2
1.304,09
7. Ikan Lainnya
30,66
126,0
577,4
8. Udang dan
1,3
Binatang Air Lainnya
Jumlah / Total
1.175,39
1.600,5
2.909,2 53.190,53 9.891,27
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat
Ikan nila merupakan produk unggulan dari para pembudidaya perikanan
air tawar di Lombok Barat, khususnya di Kecamatan Lingsar.
Pemeliharaan ikan nila yang mudah dan siklus panen yang cepat ( satu
tahun 3 kali panen) membuat pembudidaya memilih jenis ikan ini.
Ternyata dengan pengelolaan yang baik, budidaya ikan di air
tawar banyak memberikan manfaat yaitu dapat menjadi pengontrol
lingkungan khususnya terhadap limbah ternak yang berbau. Dengan
sistem budidaya terpadu ternak-ikan, kotoran terbuang ke kolam
menjadi pupuk/pakan sehingga tidak berbau. Air kolam dapat
berguna menjaga mikro-klimat lingkungan.
4.2.
Limbah Padat dan Polusi
Limbah padat atau yang lebih dikenal orang dengan sampah
merupakan kotoran yang dihasilkan dari pembuangan sebagai
keluaran dari aktivitas manusia baik itu berupa aktivitas industri
maupun rumah tangga. Limbah berpotensi sebagai penekan kondisi
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
53
lingkungan yaitu terhadap tanah, air, udara, dan lingkungan.
Tekanan terhadap lingkungan oleh limbah umumnya disebabkan oleh
cara penanganan dan pengendapan limbah. Limbah dihasilkan dari
setiap tahap aktivitas manusia. Komposisi dan jumlahnya sangat
tergantung pada pola konsumsi dan produksi. Kekhawatiran utama
antara lain dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan (baik tanah, air, dan keindahan). Pencemaran dari
limbah inilah yang dikenal masyarakat sebagai polusi.
Tabel 4.6.
Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut
Lokasi Pabrik/Indutri yang Membuang Limbah ke Sungai
Tahun 2013
Lokasi Pabrik/Industri
Kecamatan
Jumlah Desa
yang Dilalui
Sungai
Dalam
Desa/Kelurahan
Luar
Desa/Kelurahan
Tidak Ada yang
Membuang
Limbah ke Sungai
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
7
5
13
12
6
6
17
12
15
7
100
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
4
1
0
0
0
0
4
0
1
0
0
6
5
4
12
11
6
2
17
11
15
7
90
Sumber: Podes 2014
Jumlah desa yang dilalui oleh sungai di Kabupaten Lombok Barat
mencapai 100 desa, dan dari desa-desa tersebut 4 desa mengaku
bahwa pabrik yang ada di dalam desanya membuang limbah ke
sungai. Sebanyak 6 desa mengaku bahwa ada pabrik yang berlokasi
di luar desa mereka namun membuang limbah di sungai yang melalui
desa mereka. Jumlah industri di Kabupaten Lombok Barat memang
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
54
tidak banyak, dan industri yang sifatnya besar hanya berlokasi di
Kecamatan Labuapi, Lingsar dan Narmada. Industri lain yang
banyak
berkembang
adalah
industri
menengah/kecil
yang
sebenarnya limbah padatnya patut diperhitungkan.
Tabel 4.7. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat yang
Mengalami Pencemaran Tanah Menurut Sumber
Pencemaran dan Pengaduan ke Aparat Tahun 2013
Kecamatan
Pengaduan ke Aparat
Desa/Kelurahan
Jumlah Desa yang
Mengalami
Pencemaran
Tanah
Rumah
Tangga
Pabrik
Lainnya
Ada
Tidak Ada
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
TOTAL
Sumber Pencemaran
6
4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
4
0
0
0
0
0
0
1
0
11
5
0
6
0
11
Sumber: Podes 2014
Terdapat 11 desa yang mengaku tercemar tanahnya namun
dari kesebelas desa tersebut tidak ada satupun yang melakukan
pengaduan ke aparat desa/kelurahan. Sumber pencemaran tanah
yang mereka rasakan ternyata bukan dari pabrik melainkan dari
rumah tangga, dan lainnya. Hal ini mengindikasikan kuatnya
pengaruh limbah padat rumah tangga terhadap pencemaran. Limbah
yang dihasilkan oleh rumah tangga. Penanganan limbah padat
terutama yang dihasilkan oleh rumah tangga apabila disepelekan
akan dapat menimbulkan dampak yang serius di kemudian hari.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
55
Dengan meningkatnya populasi penduduk maka jumlah sampah yang
dihasilkan setiap rumah tangga semakin meningkat. Hal ini
menjadi masalah besar terutama untuk wilayah yang padat
penduduknya untuk menangani masalah yang dihadapi setiap hari.
Dibutuhkan kesiapan aparat terkait agar sampah yang diproduksi
setiap hari dapat dikelola dengan baik. Pola penanganan sampah di
Lombok Barat perlu diorganisir agar dampaknya terhapad
lingkungan dapat terukur dan terkendali.
Tabel 4.8. Jumlah Desa di Kabupaten Lombok Barat Menurut
Pengelolaan Sampah Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Tempat/Saluran Pembuangan Sampah
Tempah
Dalam
Sungai/
Sampah
Lubang/ Saluran Drainase
kemudian
Dibakar
irigasi
Diangkut
(2)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung
Sari
Batu Layar
TOTAL
(3)
(4)
(5)
Lainnya
(6)
Ketersediaan
Tempat
Penampungan
Sampah
Sementara
(7)
0
1
7
4
3
0
1
2
7
4
6
6
0
6
10
3
2
0
0
2
2
0
7
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
1
0
5
0
3
0
0
2
8
3
3
0
2
4
2
1
9
3
2
0
0
1
3
4
6
2
21
54
25
1
21
30
Sumber: Podes 2014
Hanya ada 21 desa di Lombok Barat yang sampahnya diangkut
oleh petugas, sedangkan mayoritas desa mengelola sampah padatnya
dengan dibakar. Amat disayangkan bahwa ada 25 desa yang
membuang sampahnya di sungai/saluran irigasi dan 1 desa yang
membuang
sampahnya
di
drainase.
Ketersediaan
tempat
penampungan sampah sementara dirasa masih kurang di Lombok
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
56
Barat, hal ini terindikasi karena hanya 30 desa yang mengaku
memiliki tempat penampungan sampah sementara dari 122 desa
yang ada di Lombok Barat.
4.3.
Transportasi
Transportasi
merupakan penghubung antar wilayah, dan
seiring dengan berkembangnya jaman sarana transportasi kian
berkembang. Transportasi sangat penting untuk mendukung
terselenggaranya pembangunan dan perkembangan ekonomi suatu
wilayah, dan di sisi lain pembangunan juga berdampak pada
berubahnya sistem transportasi. Perubahan sistem transportasi
pada
dasarnya
bertujuan
untuk
menciptakan
efisiensi
dan
kemudahan bagi manusia, namun tanpa disadari ada efek samping
yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Transportasi dapat membuka peluang kegiatan perdagangan
antar wilayah dan mengurangi perbedaaan antar wilayah sehingga
mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah. Dengan adanya
transportasi dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan
bagi perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,
industri maupun sektor lainnya. Sarana transportasi menyediakan
akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa
sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Dengan
dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada
kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah
dikembangkan.
Sarana transportasi sangat bergantung pada sumber energi,
dan
sumber
energi
inilah
yang
memberikan
dampak
bagi
lingkungan, utamanya bagi polusi udara. Hampir semua produk
energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
57
dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya
emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak)
bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawasenyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon),
TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL (Tetra Ethyl Lead) , akan
mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan
beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas,
yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH
(Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan
yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawasenyawa lainnya.
Tabel 4.9. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan
Bakar yang digunakan di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013
Jenis Kendaraan
Bensin
Solar
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Beban
Penumpang pribadi
Penumpang umum
Bus besar pribadi
Bus besar umum
Bus kecil pribadi
Bus kecil umum
Truk besar
Truk kecil
Roda tiga
Roda dua
JUMLAH
1.578
15
233
25
42
1.893
454
7
10
313
65
849
2.032
15
233
7
10
25
313
65
42
2.742
Keterangan: (-) Data Tidak tersedia
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lombok
Barat
Banyak jenis kendaraan yang tidak terpantau namun dari
yang
terpantau
ada
1.893
kendaraan
berbagai
jenis
yang
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
58
menggunakan bahan bakar bensin/ premium. Sedangkan yang
menggunakan solar tercatat mencapai 849 kendaraan. Kemudahan
untuk membeli motor juga menjadi pencetus bertambahnya
konsumsi energi dan tentu saja berefek pada pencemaran udara.
Tabel 4.10. Jumlah Desa Menurut Sarana Transportasi di Kabupaten
Lombok Barat dan Ketersediaan Angkutan Umum
Tahun 2013
Jenis Lalu Lintas
Kecamatan
Ketersediaan Angkutan Umum
Darat
Air
Darat dan
Air
Ada, dengan
trayek tetap
Ada, tanpa
trayek tetap
Tidak ada
angkutan
umum
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung
Sari
Batu Layar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah
7
9
14
12
10
6
20
15
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
1
0
2
7
7
5
4
0
14
5
6
2
7
5
0
6
0
4
1
1
0
2
6
0
7
6
15
8
0
0
0
1
7
7
8
1
1
1
117
0
5
58
39
25
Sumber: Podes 2014
Masih ada 25 desa yang mengaku tidak memiliki sarana transportasi
umum. Jenis transportasi yang ada di Lombok Barat sebagian besar
merupakan transportasi darat. Hanya dua kecamatan yang memiliki
transportasi darat dan air yaitu Kecamatan Lembar dan Kecamatan
Batulayar. Transportasi air di Kecamatan Lembar berupa Kapal
penyeberangan dari Pulau Lombok ke Pulau Bali, selain itu ada juga
angkutan laut yang mengantarkan penumpang ke beberapa kota
besar di Indonesia melalui jalur laut. Adapun angkutan air di
Kecamatan Batulayar pada umumnya berorientasi pada wisata
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
59
dimana alat transportasinya berupa kapal yang mengantarkan
penumpang ke obyek wisata yang ada di Nusa Tenggara Barat, dan
bahkan ada yang ke Pulau Komodo di NTT.
4.4. Perumahan
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer yang
dibutuhkan oleh manusia. Setelah pangan dan sandang terpenuhi,
secara alami setiap manusia akan mencari papan atau perumahan
sebagai tempat berlindung. Pertumbuhan jumlah penduduk dengan
sendirinya akan semakin meningkatkan tuntutan akan ketersediaan
perumahan berikut sarana yang menyertainya. Semakin banyak
area yang dipergunakan sebagai sarana tempat tinggal maka
tekanan terhapat lingkungan akan semakin besar. Perumahan
merupakan salah satu penyumbang pencemaran bagi lingkungan.
Kebutuhan akan pemukiman merupakan kesatuan dari
kebutuhan air bersih, bahan bakar memasak dan fasilitas buang air
besar.
Tabel 4.11. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan
Terhadap Air Minum Layak di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2009 – 2013
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
52,92
45,86
46,15
32,33
57,68
66,00
31,75
30,99
30,30
24,44
60,31
38,36
37,85
31,22
39,42
Perkotaan
Perdesaan
Lombok Barat
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
60
Pada tahun 2009 persentase rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum layak di perdesaan lebih besar
dari perkotaan, artinya kualitas air minum di perdesaan lebih baik
dari perkotaan pada masa itu. Namun seiring berjalannya waktu,
persentase rumah tangga di perkotaan dengan akses berkelanjutan
terhadap air minum layak ternyata melonjak melebihi perdesaan.Ini
merupakan indikasi bahwa kualitas air minum di perdesaan semakin
hari semakin buruk sehingga justru kualitas air di perkotaan lebih
baik dari perdesaan.
Sanitasi dasar merupakan sanitasi minimum yang diperlukan
untuk menyediakan lingkungan sehat bagi manusia yang meliputi
sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah
rumah tangga. Sanitasi lingkungan, berupa got atau selokan,
keberadaan area resapan, dan tempat pembuangan akhir tinja harus
memenuhi standar yang dianjurkan. Tempat pembuangan akhir
tinja bukan tangki septik akan menjadi masalah bagi kesehatan
lingkungan perumahan.
Tabel 4.12. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan
Terhadap Sanitasi Dasar di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2009 – 2013
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26.25
50.38
41.98
50.92
46.22
15.50
19.50
26.38
18.81
32.58
20.17
33.94
33.44
33.27
38.72
Perkotaan
Perdesaan
Lombok Barat
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Secara umum kualitas perumahan di perkotaan lebih baik dari
perdesaan. Ini tercermin dari tingginya persentase rumah tangga
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
61
dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar di daerah
perkotaan yang lebih besar dari perdesaan. Namun dalam skala
kabupaten, persentase rumah tangga dengan akses berkelanjutan
terhadap sanitasi dasar di Lombok Barat masih tergolong rendah
karena persentase rumah tangga yang memiliki akses ini masih di
bawah 50 persennya hingga tahun 2013.
Tabel 4.13. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013
2010
2013
Fasilitas BAB
Kota
Desa
K+D
Kota
Desa
K+D
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Sendiri
44,36
24,23
33,65
54,26
31,41
41,70
Bersama
17,29
11,14
14,02
17,30
6,74
11,50
3,76
3,06
3,39
1,19
2,40
1,86
34,59
61,56
48,94
27,25
59,45
44,94
(1)
Umum
Tidak ada
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Pada tahun 2010 masih ada sebanyak 48,94 persen rumah
tangga di Lombok Barat yang tidak memiliki fasilitas BAB. Mereka
yang tidak memiliki fasilitas BAB biasanya menggunakan sungai
atau kebun sebagai tempat BAB. Persentase rumah tangga yang
sudah memiliki fasilitas BAB sendiri pada tahun 2010 pun hanya
mencapai 33,65 persen. Pada tahun 2013 persentase rumah tangga
yang memiliki fasilitas BAB sendiri meningkat menjadi 41,70 persen,
peningkatan ini disertai dengan berkurangnya persentase rumah
tangga yang menggunakan fasilitas BAB umum maupun bersama.
Sayangnya pada tahun 2013 persentase rumah tangga yang tidak
memiliki fasilitas BAB justru meningkat menjadi 44,94 persen.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
62
Penampungan akhir tinja yang bukan berupa septic tank
mengakibatkan tercemarnya air tanah maupun air sungai dengan
bakteri e-coli. Terlebih lagi di Lombok Barat ada budaya menanam
kangkung di sungai yang juga bercampur dengan BAB masyarakat
di sekitarnya. Ini tentu saja membuat masyarakat yang masih
berkutat pada kebiasaan itu rentan terhadap pencemaran bakteri.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), standar jarak sumber
air minum ke tempat penampungan kotoran terdekat adalah 10
meter. Semakin dekat jaraknya akan semakin buruk untuk
kesehatan.
Gambar 4.1.Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak ke
Tempat Penampungan Tinja Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013
60.33
55.22
45.88
36.35
24.42
21.77
15.25
23.00
17.77
< 10 M
>= 10 M
Perkotaan
Perdesaan
TIDAK TAHU
Lombok Barat
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
63
LINGKUNGAN
SOSIAL
Lingkungan sosial merupakan hasil interaksi manusia dengan
manusia dan termasuk pula manusia
dengan
masyarakat atau
komunitasnya. Dari lingkungan hidup sosial lahirlah lingkungan
buatan dan lingkungan sosial sudah pasti akan memanfaatkan
lingkungan alam untuk kepentingannya. Sehingga jelas ketiga
lingkungan merupakan suatu rantai yang tak terputus yang akan
saling mempengaruhi satu sama lain. Selama ketiga komponen
lingkungan hidup berada dalam keseimbangan maka berarti
lingkungan hidup berada dalam kondisi yang baik, namun bila salah
satu dari ketiga komponen lingkungan
hidup
terganggu
maka
hubungan dan ketergantungan antara ketiga komponen lingkungan
hidup tersebut akan mengalami gangguan, dan efeknya akan
merugikan bagi manusia.
Pelakon utama dalam lingkungan sosial adalah manusia, itu
pula sebabnya manusia disebut sebagai mahluk sosial. Manusia yang
berinteraksi dengan manusia akan membentuk suatu komunitas
sehingga muncul istilah penduduk. Segala permasalahan yang
menyangkut kependudukan akan menimbulkan permasalahan
sosial. Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan permasalahanpermasalahan sosial seperti peningkatan jumlah pengangguran,
bertambahnya
penduduk
miskin,
meningkatnya
kriminalitas,
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
64
masalah kesehatan
penduduk serta permasalahan sosial lainnya.
Tidak meratanya kepadatan penduduk antara wilayah perdesaan
dengan perkotaan akan menimbulkan masalah perumahan hingga
kesehatan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penduduk akan
selalu bertambah namun bertambahnya jumlah penduduk yang
tidak terkontrol akan mengakibatkan tekanan pada lingkungan
alam. Pencemaran terhadap
tanah,
air
dan
udara
semakin
meningkat yang berarti juga semakin buruknya kondisi lingkungan.
Semakin buruknya kondisi lingkungan mengakibatkan semakin
turunnya derajat kesehatan masyarakat. Hal ini ditunjukan dengan
meningkatnya jumlah penderita penyakit akibat lingkungan yang
kurang baik seperti, diare, paru- paru, kanker bahkan HIV/AIDS
yang hingga sekarang belum ditemukan obatnya.
5.1. Dinamika dan Kualitas Penduduk
Penduduk yang berkualitas akan menjadi potensi bagi
pembangunan
suatu
wilayah,
namun
penanganan
masalah
kependudukan yang tidak tepat akan membuat penduduk justru
menjadi beban bagi pembangunan. Sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tujuan Negara
Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah
darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan
perdamaian abadi. Kesejahteraan penduduk tidak mungkin tercapai
bila pemerintah tidak dapat menemukan solusi atas permasalahan
kependudukan.
Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk
Lombok Barat mencapai 599.986 jiwa dan dilihat dari jenis
kelaminnya, perempuan lebih banyak dari laki-laki hal ini tercermin
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
65
pula dari rasio jenis kelamin yang bernilai di bawah 100 persen.
Hingga tahun 2013 pola kependudukan masih sama dimana jumlah
penduduk perempuan selalu lebih banyak dari laki-lakinya.
Tabel 5.1. Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2010 - 2013
Jumlah Penduduk
Tahun
Rasio Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
2010
293.528
306.458
599.986
95,78
2011
296.680
309.364
606.044
95,90
2012
300.364
312.797
613.161
96,03
2013
303.210
317.202
620.412
95,59
(1)
(5)
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Laju pertumbuhan penduduk memberikan gambaran seberapa cepat
penduduk bertambah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (antar
sensus). Hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk
Lombok Barat sebesar 1,49 namun laju pertumbuhan penduduk
Lombok Barat menurut masing – masing kecamatannya ternyata
berfluktuasi. Ada beberapa kecamatan yang laju pertumbuhan
penduduknya jauh di atas laju pertumbuhan penduduk Lombok
Barat dan ada juga beberapa kecamatan yang lajunya lebih lambat
dari laju pertumbuhan penduduk Kabupaten.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
66
Tabel 5.2. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2013
2011
2012
2013
Laju
Pertumbuhan
SP 2010
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Penduduk
Kecamatan
(1)
Sekotong
56.808
57.476
58.153
2,76
Lembar
44.934
45.461
45.999
1,53
Gerung
75.220
76.102
77.007
1,36
Labuapi
61.462
62.183
62.919
1,03
Kediri
54.771
55.414
56.070
0,75
Kuripan
34.400
34.804
35.215
1,33
Narmada
88.932
89.976
91.041
0,68
Lingsar
64.155
64.909
65.677
1,10
Gunungsari
79.475
80.409
81.358
2,25
Batulayar
45.887
46.427
46.974
2,71
606.044
613.161
620.412
1,49
Lombok Barat
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Penduduk terbesar di Lombok Barat berada di Kecamatan
Narmada, namun laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Narmada
hasil Sensus Penduduk 2010 merupakan yang terendah dibandingkan
kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi ada di Kecamatan Sekotong, kendatipun
demikian hal ini belum mengkhawatirkan sebab Kecamatan Sekotong
masih tergolong sedikit penduduknya apabila dibandingkan dengan
wilayahnya yang sangat luas. Penduduk yang paling sedikit ada di
Kecamatan Kuripan, namun hal ini masih tergolong wajar mengingat
luas wilayah Kuripan juga merupakan yang terkecil di Lombok Barat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
67
Tabel 5.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut
Kecamatan Tahun 2010 – 2013
Kepadatan (jiwa/km2)
Kecamatan
2010
(1)
1. Sekotong
2. Lembar
3. G e r u n g
4. L a b u a p i
5. K e d i r i
6. Kuripan
7. Narmada
8. Lingsar
9. Gunungsari
10.Batu Layar
(2)
Jumlah
2011
(3)
2012
(4)
2013
(5)
106
709
1.193
2.145
2.505
1.578
817
657
876
1.331
107
717
1.207
2.170
2.531
1.596
826
664
886
1.345
109
726
1.222
2.195
2.561
1.614
836
672
896
1.361
110
734
1.236
2.221
2.591
1.633
846
680
907
1.377
569
575
582
589
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Membandingkan antara luas wilayah dengan kepadatan
penduduknya akan memperjelas gambaran bahwa Lombok Barat
menghadapi permasalahan penyebaran penduduk yang tidak merata.
Dalam empat tahun terakhir wilayah yang sudah padat menjadi
semakin padat, sedangkan kepadatan penduduk di wilayah yang
tidak padat hanya sedikit mengalami perubahan. Kecamatan
Sekotong sebagai contohnya, luasnya mendominasi Lombok Barat
namun kepadatan penduduknya merupakan yang terkecil se Lombok
Barat.
Kecamatan Kediri merupakan kecamatan terpadat di Lombok
Barat, padahal luas wilayah Kediri hanya sedikit lebih besar dari luas
Kecamatan
Kuripan.
Gambaran
kepadatan
penduduk
antar
kecamatan yang polanya masih tidak berubah merupakan indikasi
bahwa belum ada kebijakan yang dapat menyentuh perubahan
penyebaran penduduk di Kabupaten Lombok Barat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
68
Gambar 5.1. Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Lombok Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2012 dan 2013
2012
2013
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Jumlah rumah tangga yang terbentuk pada suatu wilayah juga
menjadi salah satu faktor penentu kepadatan penduduk. Rumah
tangga Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 mencapai 172.562
rumah tangga dan pada tahun 2013 mencapai 175.188 rumah tangga.
Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Lombok Barat sendiri
masih sebanyak 4 orang per rumah tangga dan itu merupakan jumlah
yang ideal. Pola jumlah rumah tangga menurut kecamatan mengikuti
pola jumlah penduduk sehingga jumlah rumah tangga terbanyak juga
ada di Kecamatan Narmada dan terkecil ada di Kecamatan Kuripan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat, selain itu IPM juga dijadikan
sebagai salah satu alat ukur kualitas pembangunan manusia di suatu
wilayah. Semakin tinggi IPM semakin baik kualitas pembangunan
manusia, kualitas pembangunan manusia yang baik akan menuntun
suatu wilayah pada kesejahteraan masyarakatnya.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
69
Tabel 5.4. Capaian IPM Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 –
2013
Komponen IPM
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Indeks Harapan Hidup
57,57 58,28
59,00
59,73
60,47
61,18 61,88
Indeks Pendidikan
61,76 63,67
63,98
64,04
65,28
65,95 66,39
Indeks Pendapatan
58,70 59,64
60,83
61,36
61,87
62,44 63,19
59,34 60,53
61,27
61,71
62,54
63,19 63,82
IPM
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat
Dalam periode 2007-2013 IPM Kabupaten Lombok Barat telah
meningkat sebanyak 4,48 point hingga secara rata-rata tiap tahunnya
IPM Lombok Barat meningkat sebanyak 0,64 poin.
Dengan IPM
sebesar 63,82 maka Kabupaten Lombok Barat dikategorikan dalam
menengah bawah karena masih berada di bawah level 66. Capaian
IPM Lombok Barat memang dirasa cukup lamban, dan diperlukan
kebijakan
yang
efektif
untuk
bisa
memacunya.
Melihat
kecenderungan yang mencuat pada 7 tahun terakhir maka untuk bisa
menggenjot peningkatan IPM Lombok Barat, Indeks pendidikan
harus dapat meningkat lebih tinggi.
5.2. Pendidikan
Belum banyak yang menyadari bahwa pendidikan merupakan
investasi masa depan bagi manusia. Proses pendidikan membutuhkan
waktu yang panjang dan berkelanjutan agar hasilnya dapat
maksimal. Buah dari pendidikan tentu saja berupa manusia yang
berkualitas, intelek dan berdaya saing. Kualitas sumber daya manusia
yang baik sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan global
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
70
yang terjadi seperti sekarang. Pendidikan merupakan hal yang
pertama dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus
diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya
kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.
Mengingat wilayah Lombok Barat yang membentang dari
Selatan ke Utara, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah daerah Lombok Barat adalah pemerataan fasilitas
pendidikan. Ada beberapa daerah yang telah memiliki fasilitas
pendidikan yang lengkap mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA), namun masih ada juga daerah yang
minim fasilitas. Kendati demikian, pemerintah berusaha agar
membangun di lokasi yang strategis sehingga ada sekolah yang dapat
dituju oleh penduduk dari beberapa kecamatan sekaligus karena
kedekatan wilayahnya. Di kecamatan tertentu bahkan lebih banyak
fasilitas pendidikan yang didirikan oleh pihak swasta, namun mutu
pendidikannya
tetap
terjamin
sehingga
dapat
membantu
meningkatkan kualitas masyarakat Lombok Barat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
71
Tabel 5.5. Ketersediaan Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok
Barat Menurut Kecamatan Tahun 2013
Nama Kecamatan
TK
SD
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Kediri
Kuripan
Labuapi
Narmada
Lingsar
Gunungsari
Batulayar
(2)
1
4
12
15
7
10
19
4
10
10
(3)
45
29
45
27
21
27
49
37
41
27
92
348
Jumlah
SMP
SPDT
SMA
SMK
(4)
(5)
(6)
(7)
4
6
8
7
5
5
9
8
5
3
4
1
2
2
2
0
3
3
4
3
2
2
3
3
1
3
5
3
5
3
2
2
7
6
3
3
4
6
4
1
60
24
30
38
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang
sudah dikenal luas di masyarakat dan kalangan peneliti . APS
merupakan perbandingan antara penduduk yang masih bersekolah
pada tingkat pendidikan tertentu dengan penduduk di usia sekolah
tersebut. Dengan demikian, APS memberikan gambaran akan
kesempatan penduduk
untuk mengenyam pendidikan. Untuk
penghitungan APS, penduduk dikelompokkan dalam kelompok usia
sekolah yaitu, SD usia 7 – 12 tahun, SMP usia 13 – 15 tahun dan SMA
usia 16 – 18 tahun. Secara umum APS usia SD merupakan yang
tertinggi karena mencapai lebih dari 90 persen, dan semakin tinggi
tingkat pendidikannya APS nya menjadi semakin rendah. Apabila
dipilah menurut tipe daerah, maka tampak bahwa APS di daerah
perkotaan lebih tinggi dari perdesaan di ketiga jenjang pendidikan.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
72
Tabel 5.6. APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Usia
Sekolah dan Tipe Daerah Tahun 2010 dan 2013
Perkotaan
Perdesaan
Lombok Barat
Kelompok Umur
2010
2013
2010
2013
2010
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
7 - 12
99,22
98,72
96,81
96,36
97,96
97,38
13 - 15
87,30
86,67
73,02
82,49
80,53
84,76
16 - 18
62,50
76,81
52,11
43,99
57,31
59,84
(1)
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa,
berapapun usianya, yang sedang bersekolah di tingkat pendidikan
tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat
partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK
merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Tabel 5.7. APK Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang
Pendidikan Tahun 2010 - 2013
APK
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
106,87
101,30
103,09
104,55
86,05
93,53
84,63
82,07
SD/MI/ Paket A
SMP/MTs/ Paket B
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
73
APK untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A sejak tahun 2010
hingga 2013 selalu bernilai di atas 100. APK SD sederajat tahun 2013
yang bernilai 104,55 persen diartikan bahwa terdapat 104,55
penduduk yang sedang bersekolah SD sederajat (berapapun usianya)
dari 100 penduduk usia 7-12 tahun di Lombok Barat. APK SMP
sederajat bernilai 82,07 artinya terdapat 82,07 siswa SMP sederajat
berapapun usianya dari 100 penduduk usia 13-15 tahun di Lombok
Barat.
APK memiliki kelemahan karena tidak melihat usia penduduk yang
bersekolah di jenjang tertentu (SD sederajat atau SMP sederajat),
sehingga Angka Partisipasi Murni (APM) lebih direkomendasikan.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa
dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari
jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi
sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu.
Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk
usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan
APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena
APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang
pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.
Tabel 5.8. APM Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenjang
Pendidikan Tahun 2010 – 2013
APM
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
95.14
95.07
95.53
97.12
71.01
80.42
79.56
75.32
SD/MI/ Paket A
SMP/MTs/ Paket B
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
74
APM tidak pernah bernilai lebih dari 100 persen karena dibatasi
hanya siswa yang bersekolah di jenjang tertentu terhadap penduduk
usia di jenjang tersebut. APM SD sederajat Lombok Barat sejak tahun
2010 hingga 2013 terus meningkat. APM SD sederajat sebesar 97,12
berarti terdapat 97,12 siswa usia 7-12 tahun yang bersekolah SD
sederajat dari 100 penduduk usia 7-12 tahun di Lombok Barat.
APM SMP sederajat selalu lebih kecil dari SD sederajat, artinya
banyak penduduk Lombok Barat yang berhenti sekolah di level SD
sederajat dan tidak melanjutkan ke SMP sederajat. Pendidikan akan
membentuk pola pikir dan intelektualitas seseorang. Biasanya yang
pendidikannya
lebih
tinggi
kesadaran
akan
pelestarian
lingkungannya juga lebih baik karena pengetahuannya akan cara
melestarikan lingkungan juga lebih banyak dari yang berpendidikan
rendah.
5.3. Kesehatan
Tingkat
kesehatan masyarakat
merupakan salah satu
indikator kualitas lingkungan hidupnya. Baik buruknya kondisi
lingkungan mempengaruhi
baik buruknya
kondisi kesehatan
masyarakat. Kondisi lingkungan yang buruk dimana banyak terjadi
pencemaran terhadap air, udara dan tanah berdampak pada tingkat
kesehatan masyarakat. Tingkat kesehatan masyarakat menjadi
rendah dan rentan terjangkit penyakit tertentu.
Tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat
adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
yang dilandasi oleh nilai Patut Patuh Patju. Tujuan tersebut
didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan nasional dan
filosofi kehidupan masyarakat yang berakar di Kabupaten Lombok
Barat.
Upaya
yang
dilakukan
diantaranya
adalah
dengan
meningkatkan dan memudahkan akses masyarakat terhadap
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
75
fasilitas kesehatan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk
miskin, dan masih banyak lagi. Semua usaha itu dilakukan untuk
meningkatkan angka harapan hidup, menurunkan angka kematian
bayi, menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan gizi balita dan
secara umum meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Lombok
Barat.
Tabel.5.9. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2011 dan 2013
Fasilitas Kesehatan
2011
2013
(1)
(2)
(3)
Rumah Sakit Umum
Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas Non Rawat Inap
Puskesmas Keliling
Puskesmas Pembantu
Rumah Bersalin Swasta
Balai Pengobatan/klinik
Praktik dokter Perorangan
Bank Darah Rumah Sakit
1
5
11
21
57
2
10
0
1
1
5
11
17
57
2
11
105
1
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat
Rumah sakit besar hanya ada satu unit di Lombok Barat dan terletak
di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Gerung. Akan tetapi, di setiap
desa telah dibangun fasilitas mulai dari puskesmas hingga
puskesmas
keliling
untuk
menampung
keluhan
kesehatan
masyarakat. Membandingkan fasilitas kesehatan di Lombok Barat
pada tahun 2011 dengan tahun 2013 yang tampak sangat jauh
berbeda adalah pada jumlah praktik dokter perorangan. Pada tahun
2011 belum ada dokter yang praktik secara perorangan namun pada
tahun 2013 telah ada 105 tempat praktek dokter perorangan yang
tersebar di setiap kecamatan yang ada di Lombok Barat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
76
Gambar 5.2. Persentase Penduduk Dengan keluhan Kesehatan
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013
34.61
23.39
20.94
2010
2011
2012
20.91
2013
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Pada tahun 2010 penduduk Lombok Barat yang mengalami keluhan
kesehatan mencapai 34,61 persen. Keluhan kesehatan ini berkurang cukup
banyak di tahun 2011 sehingga persentase penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan menjadi 23,39 persen. Keluhan kesehatan ini terus
berkurang di tahun 2012 dan 2013 namun pergeseran dari 2012 ke 2013
tidaklah terlalu besar karena hanya berkurang 0,03 persen saja.
Berkurangnya persentase penduduk yang tidak sehat sejak tahun 2010
hingga 2013 mengindikasikan bahwa kualitas kesehatan masyarakat
Lombok Barat semakin membaik dan tentu saja ditunjang dengan
penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan yang
ada.
Pada umumnya suatu penyakit baru dapat didiagnosa setelah
tiga hari, sebab di awal sakit gejala yang timbul masih merupakan
gejala parsial yang bersifat umum bagi banyak penyakit. Lama hari
sakit menjadi salah satu penanda berat atau tidaknya sakit yang
diderita, semakin lama (hari) sakit maka dapat diasumsikan bahwa
penyakit yang diderita cukup serius.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
77
Tabel 5.10. Rata-Rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri
Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2013
Tahun
Rata-Rata Lama Sakit
(hari)
Persentase Mengobati
Sendiri dalam Sebulan
Terakhir
(1)
(2)
(3)
2010
6,31
73,02
2011
4,68
59,53
2012
4,92
51,28
2013
4,71
66,79
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Rata-rata lama sakit penduduk Kabupaten Lombok Barat pada
tahun 2010 mencapai 6,31 hari, lama sakit ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun berikutnya yang hanya berkisar antara
4-5 hari. Morbiditas penduduk Lombok Barat pada tahun 2010
memang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 hingga 2013.
Hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah merebaknya wabah
penyakit tertentu pada tahun 2010 yang baru dapat diatasi dan
dikendalikan pada tahun-tahun berikutnya, misalnya cikungunya,
diare dan demam berdarah.
Apabila masyarakat Lombok Barat telah dapat hidup dengan
sehat maka korelasinya adalah umur yang panjang sehingga Angka
Harapan Hidup (AHH) meningkat. Sebagai indikator dampak, AHH
dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan keseluruhan
kegiatan pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Walaupun
peningkatannya
lambat
namun AHH
Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 2007 hingga 2013 selalu
meningkat.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
78
Gambar 5.3. Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2007-2013
62.13
61.71
61.28
60.84
60.4
59.97
59.54
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Lobar
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Lima tahun yang lalu penduduk Lombok Barat hanya memiliki
harapan hidup hingga berusia 60,40 tahun saja. Fasilitas kesehatan
di Lombok Barat pada tahun tersebut (2009) memang masih dapat
dikatakan belum sebanyak saat ini (2013), apabila ada masyarakat
Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan, masih banyak
yang memilih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di provinsi
dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
5.4. Ketenagakerjaan
Pertumbuhan lapangan pekerjaan seyogyanya sebanding
dengan pertumbuhan penduduk, karena jika tidak yang akan terjadi
adalah masalah pengangguran dan imbasnya adalah menurunnya
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang dapat
mengakomodir dan memperluas kesempatan kerja merupakan salah
satu sasaran pembangunan. Angkatan kerja yang tidak tertampung
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
79
dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Besarnya
pengangguran merupakan beban dalam perekonomian. Padahal
harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja
bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
TPAK Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 mencapai
61,72 persen artinya dari total jumlah penduduk yang termasuk usia
kerja atau tenaga kerja, sebesar 61,72 persen masuk sebagai angkatan
kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. Jadi hanya
sekitar sepertiga dari penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja.
Tabel 5.11. TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 2013
Tahun
TPAK
TKK
(1)
(2)
(3)
2010
61,14
94,88
2011
66,08
95,11
2012
66,09
94,70
2013
61,72
95,84
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
TPAK pada tahun 2013 sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2010, namun jauh lebih rendah dibandingkan TPAK
pada tahun 2011 dan 2012. Walaupun TPAK tahun 2013 lebih rendah
dibanding tahun 2010, namun TKK pada tahun 2013 justru lebih tinggi
dari
tahun
meningkatnya
2010-2012.
TKK
Ini
merupakan
merupakan
indikasi
pertanda
baik
bahwa
karena
tingkat
pengangguran berkurang. Karena besarnya daya serap angkatan kerja
yang masuk dalam lapangan kerja berbanding terbalik dengan
besarnya pengangguran terbuka. Semakin tinggi daya serap angkatan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
80
kerja maka proporsi pengangguran terbuka semakin kecil nilainya,
begitu juga sebaliknya.
Gambar 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2010-2013
5.3
5.12
4.89
4.16
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
TPT Lombok Barat selama kurun waktu 2010-2013 memang
fluktuatif, namun fluktuasinya menggembirakan. TPT tertinggi
terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 5,30 persen dan TPT
terendah berhasil dicapai pada tahun 2013 menjadi 4,16 persen. Nilai
TPT inilah yang sering kali disebut-sebut berkaitan dengan tolok
ukur
keberhasilan
pengangguran.
pemerintah
Semakin
rendah
dalam
mengatasi
angka
TPT
maka
masalah
jumlah
penganggur dalam angkatan kerja semakin sedikit, yang berarti
daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik.
5.5. Kemiskinan
Hubungan antara kemiskinan dengan lingkungan adalah
bahwa kemiskinan akan memberi tekanan pada lingkungan alam.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
81
Misalkan penduduk miskin cenderung memilih kayu sebagai bahan
bakar memasaknya karena lebih murah, asap dari kayu bakar akan
mencemari udara. Penduduk yang hidup dekat dengan garis
kemiskinan atau penduduk yang rentan miskin (vurnerable)
jumlahnya masih sangat besar. Mereka adalah orang-orang yang
tergolong rentan karena apabila terjadi goncangan ekonomi mereka
dapat dengan mudah jatuh miskin.
Kemiskinan dapat muncul karena banyak faktor dan juga
menyangkut banyak aspek seperti sosial, ekonomi bahkan budaya
sehingga permasalahan kemiskinan menjadi suatu permasalahan
yang multidimensional dimana cukup sulit untuk mengukurnya dan
diperlukan adanya suatu kesamaan pandang dalam pengukurannya.
Tabel 5.12. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2013
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(dalam ribu(000))
Headcount Index
(P0)
(1)
(2)
(3)
2010
129,7
21,59
2011
119,6
19,70
2012
110,5
17,91
2013
111.0
17.43
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Dari sejumlah 129,7 ribu penduduk miskin pada tahun 2010, telah
berhasil dipangkas menjadi 111,0 ribu penduduk miskin pada tahun
2013. Dalam persentase terlihat jelas bahwa persentase penduduk
miskin terus
berkurang setiap tahunnya di Lombok Barat.
Membandingkan antara jumlah penduduk dengan persentase,
anomali hanya terjadi di tahun 2013. Apabila pada tahun sebelumnya
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
82
penurunan persentase penduduk miskin dibarengi dengan penurunan
jumlah penduduk miskin, namun pada tahun 2013 jumlah penduduk
miskin justru bertambah walaupun persentasenya berkurang.
Fenomena ini dimungkinkan terjadi sebab jumlah penduduk juga
terus bertambah. Apabila penduduk yang baru lahir, maupun
penduduk yang bermigrasi ke Lombok Barat (penyebab pertambahan
jumlah penduduk) merupakan penduduk miskin, tentu saja jumlah
penduduk miskin akan bertambah. Namun karena bertambahnya
jumlah penduduk miskin tidak sebanyak pertambahan total
penduduk maka secara umum persentase penduduk miskin tetap
berkurang.
Garis kemiskinan merupakan pembatas antara penduduk yang
miskin dan tidak miskin. Apabila pengeluaran perkapita per bulan
penduduk lebih tinggi dari garis kemiskinan maka dia akan menjadi
tidak miskin. Sebaliknya apabila lebih kecil dari garis kemiskinan
maka ia akan menjadi penduduk miskin. Penduduk yang berada di
sekitar garis kemiskinan merupakan kasus batas yang dikategorikan
sebagai penduduk yang rentan miskin. Penduduk rentan miskin ini
akan mudah naik menjadi tidak miskin namun juga akan mudah
jatuh menjadi miskin. Sedikit saja ada gejolak ekonomi maka
penduduk
rentan miskin
akan berkontribusi
pada
besarnya
penduduk miskin.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
83
Tabel 5.13. Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2010 – 2013
Tahun
Garis Kemiskinan (Rp)
(1)
(2)
2010
245.177
2011
270.677
2012
298.829
2013
313.632
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah)
Garis kemiskinan Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010
adalah Rp 245.177 sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi
Rp 270.677. Garis kemiskinan akan terus meningkat, dan hingga
tahun 2013 garis kemiskinan Lombok Barat telah mencapai Rp
313.632 perkapita per bulan. Apabila sebuah rumah tangga miskin
memiliki 4 orang anggota rumah tangga, maka pengeluaran rumah
tangga tersebut harus melebihi Rp 1.254.528 agar rumah tangga
tersebut menjadi rumah tangga yang tidak miskin.
5.6. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah
seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik
jasmani, rohani, maupun sosial secara
memadai
dan
wajar.
Terdapat 26 jenis PMKS yaitu: anak balita terlantar, anak terlantar,
anak yang berhadapan dengan hukum, anak jalanan, anak dengan
kedisabilitasan,
anak
yang
diperlakukan salah, anak
menjadi
yang
korban
memerlukan
kekerasan
dan
perlindungan
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
84
khusus, lanjut
usia
terlantar,
penyandang
disabilitas, tuna
susila, gelandangan, pengemis, pemulung, kelompok minoritas,
bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan, orang dengan
HIV/AIDS, korban penyalahgunaan NAPZA, korban trafficking,
korban tindak
kekerasan,
pekerja
migran
bermasalah sosial,
korban bencana alam, korban bencana sosial, perempuan rawan
sosial ekonomi, fakir miskin, keluarga bermasalah sosial psikologis,
dan komunitas adat terpencil.
Permasalahan kesejahteraan sosial dari waktu ke waktu
semakin kompleks. Dibutuhkan penanganan dan perhatian secara
serius untuk menanggulanginya. Penanganan masalah sosial
memerlukan strategi terukur, terprogram serta turut melibatkan
pihak-pihak terkait. Butuh dukungan dari banyak pihak untuk
mengatasi masalah PMKS.
Tabel 5.14. Jumlah Panti Asuhan dan Anak Asuh di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
Lombok Barat
Jumlah Anak Asuh
Jumlah Panti
Asuhan
Laki-laki
(3)
(2)
Perempuan
(4)
1
2
4
5
1
6
4
4
2
22
40
80
100
25
93
101
78
30
18
57
82
79
78
37
16
29
569
367
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Lombok Barat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
85
Kecamatan Narmada memiliki panti asuhan dengan jumlah
paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di
Lombok Barat. Namun dari segi jumlah anak yang diasuh, justru
anak asuh terbanyak ada di Kecamatan Lingsar padahal jumlah
panti asuhan yang menampung 179 anak asuh ini hanya ada
sebanyak 4 panti.
Tabel berikut akan merinci jenis penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang
dialami oleh setiap kecamatannya selama tahun 2013.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
86
Tabel. 5.15. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun
2013
PMKS
Sekotong
Lembar
Gerung
Labuapi
Kediri
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Anak Terlantar
7.953
6.507
7.907
5.927
2. Anak Nakal
73
22
225
182
5085
238
3. Tuna Susila
-
-
-
-
-
4. Pengemis
-
-
-
8
-
5. Gelandangan
-
-
-
-
-
-
1
7
12
6
-
41
78
-
-
269
159
716
333
316
9. Penyandang Cacat Bekas Penderita
Penyakit Kronis
34
18
399
57
10. Bekas Narapidana
90
10
140
37
11. Lanjut Usia Terlantar
1.947
1.417
3.075
2.122
12. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
1.972
1.520
3.221
1.910
13. Keluarga Fakir Miskin
7.877
4.999
8.391
5.695
7.543
3.640
4.144
3.384
108
27
2020
2542
6465
2942
15. Wanita Korban Kekerasan
-
111
133
61
-
16. Lansia Korban Kekerasan
-
1
-
15
63
17. Keluarga Bermasalah Sos.
Psikologis
-
15
-
7
-
14
1
199
10
1
359
260
592
2
245
-
388
-
-
-
2.626
2.199
2.312
2.273
673
22. Anak Jalanan
-
129
93
35
124
23. Trafficking
-
-
-
-
124
24. Korban Bencana Sosial
-
6
-
-
2
81
32
122
39
26. Pekerja Migran
7
187
83
-
44
140
27. HIV/AIDS
-
-
-
-
-
6. Korban Penyalahgunaan Narkoba
7. Anak Korban Kekerasan
8. Penyandang Cacat
14. Keluarga Berumah Tak Layak Huni
18. Korban Bencana dan Musibah
19. Masy. Tinggal di Daerah Rawan
20. Komunitas Adat Terpencil
21. Anak Balita Terlantar
25. Anak Cacat
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
87
Tabel 5.15. Lanjutan
PMKS
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunungsari
Batulayar
(1)
(7)
(8)
(9)
(9)
(10)
1. Anak Terlantar
2.873
9.507
6.062
4.671
4.608
2. Anak Nakal
203
132
68
140
42
3. Tuna Susila
-
-
-
-
8
4. Pengemis
2
-
-
1
-
5. Gelandangan
-
-
-
-
8
1
1
6
6
14
9
1
-
4
-
279
392
575
425
188
46
83
122
80
7
4
73
86
60
11
1.204
3.344
2.366
1.486
731
692
2.674
1.993
1.732
688
2.477
9.451
6.860
5.129
2.782
1.823
5.871
4.149
2.532
943
147
-
-
139
-
-
-
-
-
-
76
-
-
13
3
6. Korban Penyalahgunaan Narkoba
7. Anak Korban Kekerasan
8. Penyandang Cacat
9. Penyandang Cacat Bekas Penderita
Penyakit Kronis
10. Bekas Narapidana
11. Lanjut Usia Terlantar
12. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
13. Keluarga Fakir Miskin
14. Keluarga Berumah Tak Layak Huni
15. Wanita Korban Kekerasan
16. Lansia Korban Kekerasan
17. Keluarga Bermasalah Sos.
Psikologis
18. Korban Bencana dan Musibah
8
21
3
15
3
21
14
32
456
123
-
-
16
-
-
634
3.012
2.473
1.473
1.241
22. Anak Jalanan
30
44
31
202
163
23. Trafficking
30
44
31
202
163
24. Korban Bencana Sosial
-
-
31
-
-
25. Anak Cacat
-
94
36
-
-
17
59
760
85
6
-
-
-
-
-
19. Masy. Tinggal di Daerah Rawan
20. Komunitas Adat Terpencil
21. Anak Balita Terlantar
26. Pekerja Migran
27. HIV/AIDS
Sumber: Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
88
5.7. Kerawanan Sosial
Kerawanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan
sosial dalam menghadapi bahaya (hazards). Tindak kriminalitas dan
resiko terjadinya tindak pidana merupakan beberapa indikator
kerawanan sosial. Dengan mengetahui kecenderungan tindak
kriminal yang sering terjadi di suatu wilayah maka dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahannya. Masih banyaknya tindak pidana
yang belum diselesaikan merupakan tantangan
bagi
aparat
penegak hukum untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Pesatnya arus informasi dan semakin terbukanya media
elektronik seperti internet membuka peluang baru bagi kerawanan
sosial. Variasi tindak kriminal semakin beragam dan bahkan lingkup
terkecil seperti keluarga menjadi salah satu lokus kerawanan sosial.
Kekerasan dalam rumah tangga misalnya, tidak hanya dialami oleh
para ibu, namun kekerasan terhadap anak juga terjadi.
Tabel 5.16. Korban Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan
Menurut Jenis Kekerasan di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2013
Jenis Kekerasan
Perempuan
(1)
1. Penganiayaan
2. Penghinaan
3. Pelecehan
4. Penelantaran
5. Lainnya
Jumlah
Anak
(2)
(3)
42
1
7
15
65
4
7
3
14
Sumber: Polres Lombok Barat
Kepolisian Resort Lombok Barat mencatat bahwa sepanjang tahun
2013 terjadi 65 kasus kekerasan terhadap wanita dan 14 kasus
kekerasan terhadap anak. Kasus kekerasan ini hanya yang
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
89
terlaporkan, sehingga kejadian yang tidak dilaporkan tidak tercermin
dalam data ini.
Kerawanan sosial dapat timbul dari berbagai aspek kehidupan
seperti ekonomi, sosial, politik, ideologi hankam dan hukum.
Kerawanan sosial yang masih sulit dicegah di Lombok Barat adalah
perkelahian masal.
Tabel 5.17. Jumlah Desa Yang Mengalami Perkelahian Masal dan
Korbannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
Kecamatan
Jenis Korban
Desa yang
Mengalami
Perkelahian Masal
Meninggal
Luka-luka
(2)
(3)
(4)
(1)
Sekotong
Lembar
Gerung
Labu Api
Kediri
Kuripan
Narmada
Lingsar
Gunung Sari
Batu Layar
Jumlah
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
5
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
3
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
5
Sumber: Podes 2014
Pada tahun 2013, perkelahian masal terjadi di 5 desa di Lombok
Barat dan dari kejadian tersebut amat disayangkan bahwa korban
jiwa yang terjadi mencapai 3 orang, sedangkan ada 5 orang
mengalami luka-luka. Pada umumnya perkelahian masal hanya
dipicu oleh masalah yang sepele, oleh karenanya dituntut kesadaran
semua pihak untuk menjada perdamaian dan kerukunan sesama agar
di kemudian hari perkelahian masal dapat dicegah.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
90
Tabel 5.18. Jumlah Desa di Lombok Barat Menurut Tindak Kejahatan
yang Terjadi di Desa Itu Tahun 2013
Kecamatan
Pencurian
Pencurian
dengan
kekerasan
Penipuan
/Penggel
apan
Pengania
yaan
Pemb
akaran
Perko
saan
Penyalahgunaan
/Pengedaran
narkoba
Perjudi
an
Pembu
nuhan
Perdagangan
Orang
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Sekotong
9
3
Lembar
9
3
Gerung
7
0
Labu Api
11
4
Kediri
9
5
Kuripan
6
0
Narmada
16
0
Lingsar
13
1
Gunung
Sari
15
4
Batu
Layar
6
0
Jumlah
101
20
Sumber: Podes 2014
1
0
1
1
1
0
0
2
1
0
0
1
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
5
2
0
0
1
1
1
0
2
2
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
3
0
0
0
0
6
0
5
0
2
0
2
0
12
0
7
0
2
0
0
Pencurian merupakan tindak kejahatan yang frekuensinya paling
banyak terjadi di Lombok Barat. Sebanyak 101 tindak pencurian terjadi di
Lombok Barat, dan tempat kejadian yang paling sering mengalami adalah
Kecamatan Narmada. Tak cukup hanya pencurian, pencurian dengan
tindak kekerasan juga terjadi di tahun 2013. Masih adanya kejadian
penganiayaan, pembakaran, perkosaan, penyalahgunaan/ pengedaran
narkoba,perjudian, dan pembunuhan mengindikasikan kerawanan sosial
yang telah terjadi dan akan berpotensi untuk terjadi kembali di kemudian
hari.
Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat 2014
91
Download