BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Valuta Asing Valuta asing

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Valuta Asing
Valuta asing biasa disebut valas, foreign exchange, forex adalah mata uang
yang dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Uang selain
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, juga mempunyai fungsi-fungsi lainnya
antara lain sebagai tolak ukur kekayaan seseorang, tingkat daya beli seseorang, dan
juga sebagai alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.
Menurut Purnomo (2013 : 144) pasar valas adalah pasar memperdagangkan
mata uang antarnegara atau di dalam suatu negara dengan menggunakan patokan
nilai kurs jual-beli mata uang sejumlah negara yang tergolong kuat (convertible
currencies) dan mata uang lemah (soft currencies) berdasarkan konrtak spot (tunai),
kontrak forward, kontrak futures, kontrak option, dan kontrak swap.
Dalam perkembangannya uang berkembang menjadi komoditas yang bisa
diperdagangkan. Pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan yang pesat pada
awal dekade 70’an, yaitu sejak terjadinya perubahan sistem moneter internasional.
Menurut Purnomo (2013 : 123), hal-hal yang menyebabkan pasar valuta asing
bertumbuh dengan pesat yaitu pergerakan nilai valuta asing, bisnis yang semakin
mengglobal, perkembangan telekomunikasi yang begitu cepat, keuntungan yang
diperoleh, tujuan perusahaan untuk melakukan perdagangan valuta asing,
perkembangan perangkat teknologi komputer yang pesat.
Pergerakan nilai valuta asing akan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu
karena hukum permintaan dan penawaran yaitu semakin tinggi permintaan semakin
tinggi pula harganya. Pergerakan nilai valuta asing ini selalu melibatkan berbagai
9
pelaku pasar yang mempunyai berbagai kepentingan. Menurut Purnomo (2013 :
128), pelaku pasar tersebut yaitu perusahaan, masyarakat atau perorangan, bank
sentral, broker, dealer.
Menurut Suharto (2012), ada tujuh mata uang dunia yang biasanya di
perdagangkan. Ketujuh mata uang dunia tersebut yaitu Dollar Amerika (USD),
Pound Sterling (GBP), Euro Dollar (EUR), Swiss Franc (CHF), Japanese Yen
(JPY), Australian Dollar (AUD), Canadian Dollar (CAD). Pasar valuta asing dapat
diartikan tempat bertemunya penawaran dan permintaan valuta asing. Pasar valuta
asing terdapat di seluruh dunia dan dilakukan mulai dari perorangan sampai
pemerintah.
Anik (2008) mendeskripsikan, berdasarkan konvertabilitasnya, valas dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu hard currency dan soft currency. Hard
currency mempunyai ciri-ciri yaitu mata uang yang diterima secara luas sebagai
alat pembayaran dalam transaksi internasional yang nilainya relatif stabil. Mata uang
hard currency pada umumnya adalah mata uang negara industri maju, seperti dollar
AS (USD), poundsterling Inggris (GBP), yang Jepang (JPY), dan Euro(EUR). Soft
currency adalah mata uang yang kurang konvertibel, artinya kurang diterima secara
luas dalam transaksi perdagangan internasional karena nilainya yang kurang stabil
dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibanding mata uang lainnya.
Dengan demikian, mata uang ini tidak mudah diperoleh apabila dijual. Soft currency
pada umumnya merupakan mata uang negara berkembang seperti rupiah
Indonesia(IDR), bath Thailand (THB), rupee India (INR), dan lain-lain.
10
2.2 Daya Tarik Utama Pasar Valuta Asing
Serfiyani (2013) menyatakan daya tarik utama pelaku pasar terhadap pasar
valuta asing diantaranya :
1. Likuiditas
Likuiditas pasar valuta asing yang sebesar $2 triliun membuat para pelaku
pasar dapat dengan bebas membuka atau menutup posisi kapan saja, karena
transaksi dapat berlangsung dengan dengan sangat cepat dan mudah.
2. Akses
Akses pasar dapat dilakukan 24 jam sehari selama lima hari kerja. Ditunjang
oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat,
hal ini mempermudah para pelaku pasar karena dapat memasuki pasar kapan
saja untuk bertransaksi dan memperoleh data-data atau informasi pasar yang
diperlukan.
3. Leverage
Transaksi valuta asing menggunakan suatu satuan kontrak atau yang biasa
disebut sebagai “lots”. Satu lot bernilai kurang lebih $10.000 unutk mini-lot,
atau $100.000 untuk lot standar.
4. Margin
Margin berfungsi sebagai jaminan kita terhadap broker jika kita bertransaksi
dengan sistem trading on margin. Trading on margin berarti kita memakai
atau meminjam uang untuk broker atau bank untuk bertransaksi.
5.
Two way market
Berbeda dengan perdagangan saham yang menghasilkan keuntungan jika
harga saham yang dimiliki naik, keuntungan dalam transaksi valuta asing
11
dapat diperoleh baik ketika nilai suatu mata uang menguat atau naik (Bullish)
maupun melemah atau turun (Bearish).
2.3 Risiko dan Pengembalian
Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan pengembalian
dana yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan. Pengembalian ini
biasanya disebut return. Menurut Sawidji (2008) “Return merupakan imbalan yang
diperoleh dari investasi”.
Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual
return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua adalah return yang
diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang.
Komponen return meliputi :
1. Capital gain (Loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi selama
satu periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan jumlah dividen
yang diperoleh selama satu periode, biasanya dinyatakan dengan persentase
dari harga pokok.
Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk).
Hampir semua investasi mengandung ketidakpastian atas risiko. Investor tidak tahu
dengan pasti hasil yang diperoleh dari investasi yang dilakukan karena investor
menghadapi kesempatan investasi yang berisiko. Apabila investor mengharapkan
untuk meperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia harus siap untuk menanggung
risiko yang tinggi pula.
Dalam bukunya Sawidji (2008) menjelaskan pada konteks portofolio risiko,
ada dua risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi, yaitu :
12
1. Risiko tidak sistematis
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro
yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya ada perubahan
tingkat suku bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat
risiko ini disebut juga undiversiable risk.
2. Risiko sistematis
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena risiko ini hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu.
Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan yang
lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham/ mata uang
memiliki tingkat sensivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar,
misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat
keuntungan, dan sebagainya. Risiko ini disebut juga diversiable risk.
2.4 Manajemen Risiko Perdagangan Valas
Menurut Sawidji (2008), manajemen risiko yang sering digunakan dalam
perdagangan valas adalah :
1. Cut Loss
Cut loss yaitu suatu tindakan dimana kita melakukan likuidasi posisi dalam
keadaan rugi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Umumnya cut loss ini dilakukan pada kisaran kerugian 30 poin sampai 50
poin.
13
2. Switching
Tindakan dimana kita melakukan likuidasi terhadap posisi pertama, kemudian
masuk kembali dengan posisi yang berlawanan dari posisi pertama tadi.
Contoh : Open buy GBP/USD 1.8550, 1 lot. Setelah harga bergerak menjadi
1.8840, likuidasi posisi tersebut (close sell). Kemudian, kita open sell pada
1.8840. Dalam kondisi ini sudah menderita rugi 10 poin (GBP/USD 1.88501.8840), namun masih memiliki posisi open sell yang kemungkinan memberi
keuntungan.
3. Locking
Tindakan ini sering dilakukan pada saat kita dalam keadaan floating
profit/loss.
Untuk
mengurangi
kerugian
yang
lebih
besar
atau
mempertahankan keuntungan, kita kunci kerugian atau keuntungan tersebut
dengan posisi yang berlawanan dengan posisi pertama. Sisitem ini sering juga
disebut dengan hedging position.
4. Averaging
Suatu tindakan mengulangi posisi yang sama oada saat kita dalam keadaan
floating loss, dimana posisi pertama dibiarkan terbuka.
Contoh : Open buy GBP/USD 1.8850 1 lot, pada saat harga turun open
position lagi dengan open buy di harga 1.8800. Waktu harga naik menjadi
1.8900 trader dapat melikuidasi kedua posisi tersebut. Dengan demikian,
modal rata-rata adalah GBP/USD 1.8825 (GBP/USD 1.8850 + GBP/USD
1.8800/2).
14
2.5 Analisis Pergerakan Valuta Asing
Salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh para pelaku pasar di pasar
valuta asing adalah melakukan analisis untuk memprediksi arah kurs valuta asing di
masa mendatang. Prediksi kurs valuta asing ini sangatlah penting dilakukan
mengingat dengan melakukan prediksi ini maka para pelaku pasar dapat menghindari
kerugian dan bahkan memperoleh keuntungan dari pergerakan kurs valuta asing.
Terdapat dua tipe analisis yang biasa dilakukan oleh para pelaku pasar di pasar valuta
asing untuk memprediksi pergerakan kurs valuta asing di masa mendatang, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal. Keduanya berpijak pada asumsi yang
berbeda satu sama lain.
2.5.1 Analisis Fundamental
Menurut Lofton (2010) analisis fundamental valas adalah studi yang
mempelajari tentang kekuatan ekonomi, sosial dan politik negara-negara yang
mempengaruhi permintaan untuk perdagangan mata uang agar lebih efektif.
Analisis ini memberikan informasi tentang bagaimana kejadian-kejadian
besar dalam bidang politik dan ekonomi mempengaruhi mata uang.
Selain itu analisis fundamental juga melihat berdasarkan laporan
ekonomi. Laporan ekonomi dikeluarkan secara berkala. Namun, laporan
ekonomi tidak selalu dapat diprediksi. Laporan ekonomi dapat menggerakkan
pasar mata uang dengan cara yang besar. Tapi semua laporan ekonomi tidak
mempengaruhi
pasar
dengan
cara
yang
sama.
Beberapa
laporan
mempengaruhi pasar di seluruh dunia secara teratur sementara yang lain
hampir tidak terlihat untuk pedagang mata uang.
Tiga laporan ekonomi yang paling penting untuk pasar valuta asing
menurut Lofton (2010) adalah : Laporan kerja, Perdagangan Internasional
15
Barang dan Jasa, dan Laporan Produk Domestik Bruto. Faktor fundamental
lainnya berbentuk pemilihan, pidato politik, perang, bencana alam, serangan
teroris, atau peristiwa sosial politik yang meningkatkan atau menurunkan
permintaan untuk mata uang.
2.5.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal menurut Lofton (2010) adalah “studi tentang
pergerakan harga mata uang, gerakan-gerakan ini ditampilkan dalam grafik
dan indikator teknis lainnya sepetri gambar gerak di garis rata-rata, garis
Bollinger Bands, candlestick, atau MACD.”
Menurut Edianto Ong (2011), “Analisis teknikal adalah suatu periode
pengevaluasian saham, komoditas ataupun sekuritas lainnya dengan cara
menganalisa statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar di masa lampau
guna memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang”.
Sedangkan menurut Suharto (2012), “Analisis teknikal adalah salah
satu cara pengambilan keputusan untuk melakukan transaksi, baik beli atau
jual berdasarkan data harga pada masa lampau (data historis)”. Harga
pergerakan mata uang yang setiap detik dicatat dan dilakukan sebuah analisis
untuk menentukan harga yang akan datang (forecasting).
Alwiyah (2012) mendeskripsikan, analisis teknikal didasarkan pada
data harga yang dijabarkan dalam bentuk grafik statistik quarterly, halfly,
hourly, daily, weekly, dll. Beberapa alat yang diperlukan adalah chart, trend
dan timeframe, price channel, support dan resistence, pola elliot wave, pola
head and shoulder, overbought/ oversold, breakout, breakdown, reversall.
Sedangkan indikator-indikator lain yang digunakan dalam analisis teknikal di
16
antaranya adalah trend following indicators, oscillator indicators, dan
miscellaneous indicators.
Indikator adalah nilai tunggal estimator atas sekumpulan (time series)
data suatu sekuritas yang dihasilkan dari penggunaan sebuah formula
terhadap data harga sekuritas tersebut. Secara umum biasanya indikator dapat
dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut (Palimo, 2012 : 5) :
1. Trend Following Indicator
Indikator ini mengikuti kecenderungan pergerakan harga saham dan
tergolong kurang cocok untuk digunakan bermain dalam tren yang
bergerak mendatar. Contoh dari indikator ini adalah moving average
divergence convergence (MACD), moving average, directional
movement system, accumulation/ distribution, on balance volume.
2. Oscilator Indicators
Indikator yang mengidentifikasikan titik balik yang dapat terjadi pada
suatu saham. Contoh dari indikator ini adalah stochastic oscillator,
williams %R, rate of change.
3. Miscellaneous Indicators
Indikator yang memberikan indikasi khusus mengenai psikologi
massa
(pelaku
pasar).
Contoh
dari
indikator
ini
adalah
advance/decline index, bullish consensus, new low index.
Menurut Edianto Ong (2011), terdapat tiga asumsi yang menjadi dasar
pemikiran analisis teknikal, yaitu :
1. Market Action Discount Everything
17
Pengguna analisis ini percaya bahwa segala sesuatu yang bisa
mempengaruhi harga baik dari segi fundamental, politik, maupun faktorfaktor lainnya secara psikologis sebenarnya telah tercermin pada
pergerakan harga yang terjadi di pasar. Hal ini karena hukum penawaran
dan permintaan (supply dan demand) yang membentuknya. Dari dasar
hukum ekonomi ini para teknikalis menyimpulkan bahwa jika harga naik,
demand pasti lebih besar daripada supply. Sebaliknya jika harga turun,
supply pasti lebih besar daripada demand.
2. Price Move In Trend
Merupakan adaptasi dari Hukum Newton I tentang Pergerakan
( Newton’s First Law of Motion). Hukum tersebut menyimpulkan bahwa
“Sebuah pola pergerakan memilki kecenderungan berlanjut daripada
tidak”. Dengan kata lain, sebuah pola pergerakan akan terus berlanjut
sampai terdapat tanda-tanda akan berhenti atau berbalik arah. Hal inilah
yang menjadi prinsip dasar metode trend-follower trader yang
menunggangi sebuah pola kecenderungan atau trend untuk menghasilkan
dan memaksimalkan keuntungan.
3. History Repeats Its Self
Pengguna analisis meyakini bahwa analisis teknikal memprediksi
pergerakan arah dengan menganalisa aksi pasar, sedangkan analisis
fundamental fokus dengan data-data keuangan untuk mencari nilai yang
sesungguhnya atau intrinsic value. Jika harga pasar diatas intrinsic value
maka hal ini disebut overpriced, tindakan yang harus di ambil adalah aksi
jual. Sebaliknya jika harga pasar di bawah intrinsic value, maka disebut
undervalued, tindakan yang harus diambil adalah aksi beli.
18
Dasar-dasar yang digunakan dalam analisa teknikal menurut Edianto
Ong (2011) sebagai berikut :
1. Support dan Resistance
Support dan Resistance secara sederhana dapat dikatakan sebagai
sebuah titik batas atas (resistance) dan batas bawah (support) dari
pergerakan harga. Secara lebih rinci, titik support (sering kali disebut
support level) adalah sebuah level harga (titik/ range) dimana pada titik/
range harga tersebut, akan timbul minat beli yang lebih kuat dari pada
minat jual. Sebaliknya titik resistance merupakan batas atas dimana pada
titik tersebut akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar
dibandingkan dengan minat beli.
Analisis support dan resistance juga dapat dibagi berdasarkan
kekuatan validasinya. Garis support dan resistance yang memiliki validasi
tinggi dalam analisis teknikal dinamakan sebagai garis support dan
resistance major, sementara garis support dan resistance yang lebih
rendah validasinya disebut sebagai garis support dan resistance minor.
2. Supply dan Demand
Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat
ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan demand. Dimana jika
terjadi ekses supply (kelebihan supply atas demand), maka harga akan
jatuh dan demikian sebaliknya, jika terjadi ekses demand, maka harga
akan naik. Garis supply menunjukkan quantity (seperti: jumlah valas)
dimana penjual akan melakukan aksi pada harga yang diberikan.
19
Ketika harga naik, quantity penjual juga meningkat saat ini
sehingga banyak investor ingin menjual pada harga tertinggi tersebut.
Garis demand menunjukkan jumlah valas dimana pembeli ingin membeli
pada harga yang diberikan. Ketika harga turub, quantity pembeli menurun
saat ini sehingga sedikit investor yang mau membeli pada harga yang
tinggi.
3. Overbought dan Oversold
Dalam melakukan analisis teknikal modern, akan ditemukan dua
istilah, yaitu overbought dan oversold. Overbought dapat diartikan
sebagai kondisi jenuh beli, sedangkan oversold dapat diartikan sebagai
kondisi jenuh jual. Kondisi jenuh beli adalah kondisi yang muncul setelah
terjadinya aksi beli selama beberapa waktu, sementara kondisi jenuh jual
adalah kondisi yang muncul setelah terjadinya aksi jual selama beberapa
waktu.
2.6 Pengertian Chart
Edianto Ong (2011) Mendefinisikan “Chart adalah sebuah gambar atau grafik
yang fungsi utamanya menunjukkan riwayat pergerakan nilai harga pada suatu
periode waktu tertentu, sehingga dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan
suatu analisa secara teknikal”. Terdapat tiga jenis charts yang paling sering
digunakan, yaitu: Line chart, Bar chart, dan Candlestick chart.
1. Line chart
Line chart adalah sebuah chart yang terbentuk dengan cara
menghubungkan setiap titik dari harga penutupan pada tiap sesi. Oleh karena
20
itu line chart tidak memberikan gambaran atas informasi lain seperti : harga
pembukaan, harga tertinggi, maupun harga terendah.
Gambar 2.1 Line chart
2. Bar chart
Bar chart terbentuk dari empat jenis harga, yaitu : harga pembukaan,
harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan. Harga pembukaan
selalu berada di sebelah kiri, dan harga penutupan selalu berada di sebelah
kanan. Sedangkan harga tertinggi dan harga terendah dihubungkan dengan
garis vertikal di tengah antara harga pembukaan dan harga penutupan. Bar
chart juga sering disebut dengan OHLC charts, yang menerangkan :
− O artinya = Opening price (harga pembukaan)
− H artinya = Highest price (harga tertinggi)
− L artinya = Lowest price (harga terendah)
− C artinya = Closing price (harga penutupan)
21
Gambar 2.2 Bar chart
3. Candlestick Chart
Sama halnya seperti sebuah bar di dalam bar chart, pada setiap candle
di dalam candle charts juga mencerminkan empat komponen harga, yaitu :
-
artinya = Opening price (harga pembukaan).
-
H artinya = Highest price (harga tertinggi)
-
L artinya = Lowest price (harga terendah)
-
C artinya = Closing price (harga penutupan)
Hanya saja badan atau body dari candlestick dibedakan warnanya
antara harga yang naik dengan harga yang turun, sehingga lebih mudah untuk
dilihat secara visual dibandingkan dengan bar chart. Disebut dengan
candlestick karena terbentuknya yang menyerupai “batang lilin”.
White candle (badan candle yang berwarna putih) menandakan
pergerakan harga yang naik pada sesi tersebut, harga penutupan berada di
atas harga pembukaan.
Black candle (badan candle yang berwarna hitam) menandakan
pergerakan harga yang turun pada sesi tersebut, atau harga penutupan yang
lebih rendah dari harga pembukaan.
22
Gambar 2.3 Candlestick chart
2.7 Indikator Trendline
Trendline adalah sebuah garis yang menghubungkan sedikitnya dua titik
harga atau lebih dan kemudian diperpanjang hingga beberapa periode ke depan.
Garis trend akan tetap berlaku selama tidak terjadi penetrasi atau penembusan oleh
pergerakan harga. Dalam hal ini, garis trend akan memiliki perilaku yang sama
dengan garis support dan resistance. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
banyak aturan dalam analisis support dan resistance juga berlaku dalam analisis
trend line. Menurut Wira (2010), secara garis besar, garis trend dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Trend meningkat (Uptrend)
Uptrend adalah garis yang memiliki kemiringan (slope) positif. Secara
sederhana Uptrend line dibentuk dengan menghubungkan minimal dua titik
harga terendah (low price). Karena garis ini harus memiliki slope yang
positif, maka tentu saja titik harga terendah kedua dan berikutnya haruslah
23
berada di atas titik terendah harga pertama (harga sebelumnya). Dalam
analisis teknikal uptrend line akan memiliki sifat seperti garis support.
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.4 Uptrend Line
2. Trend menurun (downtrend)
Downtrend line merupakan kebalikan dari uptrend line, yaitu
merupakan garis yang dibentuk dengan menghubungkan minimal dua titik
harga tertinggi dan memiliki slope negatif. Agar memiliki slope negatif, tentu
harga tertinggi kedua haruslah berada di bawah dari harga tertinggi pertama.
Keberadaan downtrend line sebenarnya mencerminkan adanya akses demand.
Dalam analisis, garis downtrend akan memiliki perilaku yang sama dengan
garis resistance.
24
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.5 Downtrend Line
3. Trend mendatar (sideways)
Sideways line adalah sebuah garis yang menggambarkan trend yang
bergerak secara mendatar (horizontal), hal ini disebabkan karena pergerakan
harga yang disebabkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
hampir sama. Sideways line akan berlaku seperti garis support dan resistance
sekaligus, karena sideways line adalah garis support dan resistance itu
sendiri. Situasi pasar sideway ini, biasanya pada sesi Asia, Eropa, dan sesi
Amerika, dan tidak menutup kemungkinan pada waktu-waktu tertentu,
kecenderungan utama pasar sideway adalah untuk menentukan kemana arah
trend market selanjutnya apakah akan turun dan ataukah akan naik.
25
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.6 Sideways Line
2.8 Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Indikator ini diciptakan oleh Gerald Appel pada tahun 1960-an dengan
menilai korelasi antara dua EMA (Exponential Moving Average) yang berbeda
periode waktunya. Kombinasi periode EMA yang lebih umum digunakan adalah
EMA-26 dengan EMA-12. Teknik MACD ini merubah moving average yang
dasarnya berkarakteristik lagging indicator, menjadi bentuk momentum oscillator
(leading indicator). Bagian oscillator dibagi menjadi dua bagian yang tidak
mempunyai limit terendah ataupun limit tertinggi oleh garis level 0 (nol).
Pada tampilan oscillator, kita akan melihat dua buah garis yang disebut
dengan garis MACD dan garis sinyal. Dinyatakan sebagai sinyal beli apabila garis
MACD memotong ke atas garis sinyal. Sedangkan sinyal jual diperoleh bila garis
MACD memotong ke bawah garis sinyal (gambar II.7).
26
Sum
ber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.7 MACD
Garis MACD adalah hasil selisih dari dua EMA diatas (EMA-12 dan EMA26) yang menggunakan harga penutupan. Sedangkan signal line yang lebih lambat
dari pada garis MACD adalah moving average dari garis MACD itu sendiri. Garis
sinyal ini umumnya memiliki periode yang paling pendek, standar yang
direkomendasikan Gerald Appel adalah periode 9 hari. Bila periode ini diganti
dengan yang lebih singkat maka akan menghasilkan sinyal yang lebih cepat atau
lebih responsive. sebaliknya periode yang lebih panjang akan memberikan sinyal
yang agak lamban, namun lebih meredam whipsaws.
2.8.1 MACD Histogram
Tampilan garis-garis MACD yang baru kita bahas dapat dirubah
menjadi bentuk MACD Histogram. Histogram tersebut terdiri dari batang-
27
batang (bars) yang menghadap ke bawah atau ke atas garis level 0 (nol).
Fungsi kedua indikator ini sama persis, hanya beda cara pembacaannya.
Apabila garis MACD memotong ke atas garis sinyal pada indikator
MACD, maka pada MACD Histogram akan terbentuk bar pertama yang
mengarah ke atas dari level 0 (sinyal beli). Bila garis MACD memotong ke
bawah garis sinyal pada MACD, maka pada MACD Histogram akan
terbentuk bar pertama yang mengarah ke bawah dari level 0 (sinyal jual).
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.8 MACD Histogram
2.9 Indikator Stochastic Oscillator
Indikator stochastic ditemukan oleh George C. Lane, President of Investment
Educators, Inc. Indikator ini mirip dengan momentum dan RSI, karena juga
berhubungan dengan velocity atau kecepatan perubahan harga, yang kemudian
ditampilkan dalam bentuk oscillator. Berdasarkan hasil penelitiannya, George C.
Lane mengemukakan arti hubungan antara harga penutupan terakhir dengan harga
tertinggi dan dengan harga terendah, selama kurun waktu tertentu. Harga penutupan
terakhir yang secara konsisten semakin mendekati herga tertinggi mengindikasikan
dorongan beli atau akumulasi (bullish sign). Sedangkan harga penutupan terakhir
28
yang mendekati harga terendah menandakan tekanan jual atau distribusi (bearish
sign).
Stochastic menampilkan dua garis dalam oscillator yang disebut dengan garis
%K dan garis %D. Kedua garis ini berkisar (oscillate) antara skala vertikal 0-100. Di
atas level 80 disebut zona overbought, sedangkan dibawah level 20 dinyatakan
sebagai oversold. Garis %K adalah garis utama yang terpenting, disebut dengan
signal line. Sedangkan garis %D yang sering disebut dengan trigger line adalah
moving average dari garis %K. Perpotongan kedua garis inilah yang akan
menghasilkan sinyal jual atau sinyal beli. Merupakan sinyal beli apabila di zona
oversold garis %K memotong ke atas garis %D, sedangkan merupakan sinyal jual
apabila di zona overbought garis %K memotong ke bawah garis %D (gambar II.9).
Untuk meredam bad signal, sebagian trader menunggu garis %K memotong garis
20-80 pada oscillator sebagai konfirmasi sinyal jual/ beli tersebut sebelum
melakukan suatu tindakan (gambar II.10).
Sama dengan oscillator lainnya, disamping digunakan pada daily chart,
stochastic juga dapat digunakan pada weekly chart ataupun monthly chart guna
perspektif yang lebih jauh. Periode standar stochastic yang direkomendasikan oleh
penemunya adalah periode 14. Namun pada menu software charting umunya periode
ini dapat digeser, misalnya dikurangi untuk mendapatkan sinyal yang lebih cepat
atau sensitif, ataupun ditingkatkan untuk meredam bad signal.
29
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.9 Sinyal beli dan jual dari Stochastic
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.10 Konfirmasi level 20-80 pada Stochastic
Cara menghitung nilai stochastic membuat indikator ini terbagi menjadi dua
jenis, yaitu fast stochastic dan slow stochastic. fast stochastic menggunakan nilai %K
dan rasio persentase antara harga penutupan terakhir dengan harga tertinggi dan
harga terendah selama periode tertentu. Nilai %D fast stochastic didapat dari ratarata (simple moving average) dari nilai %K selama 3 hari terakhir. Sedangkan slow
stochastic menggunakan nilai rata-rata 3 hari terakhir itu untuk nilai %K nya. Lalu
nilai %D diambil dari rata-rata selama 3 hari terakhir dari nilai %K slow stochastic.
Namun yang lebih umum digunakan adalah slow stochastic karena dianggap dapat
30
meredam volatilitas dari fast stochastic, sekaligus meningkatkan akurasi sinyal yang
di dapat. Divergence antara garis %K dengan arah pergerakan harga juga
memberikan sinyal penting yang harus diperhatikan. Bila garis %K menurun di area
overbought padahal pergerakan harga masih meningkat, maka menandakan sinyal
bearish. Tetapi jika garis %K meningkat di area oversold sedangkan arah pergerakan
harga menurun, maka merupakan pertanda bullish.
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.11 Divergence pada zona overbought stochastic
Sumber : Edianto Ong (2011)
Gambar 2.12 Divergence pada zona oversold stochastic
31
Download