MINAT MENJADI ”TRADER” DI PASAR MODAL Pak Devie, Trend suku bunga cenderung turun, sehingga bunga deposito juga mengikutinya. Saya berencana mengalihkan investasi ke saham di bursa efek. Salah satu agen perusahaan sekuritas mengatakan tidak perlu khawatir mengalami kerugian. Katanya, ada ilmu bernama Technical Analysis yang mampu memprediksi pergerakan harga saham dalam waktu tertentu. Mohon dijelaskan apa benar yang dikatakan agen perusahaan sekuritas tersebut. Terimakasih. Beni, Surabaya Jangan terlalu panik dengan trend turunnya suku bunga deposito. Apalagi anda terggolong Orang Konservatif karena memilih deposito sebagai instrumen investasi. Seharusnya anda dapat mengalihkan pada produk lain yang cocok bagi Orang konservatif yaitu obligasi ritel atau sukuk ritel. Apabila anda mau mengembangkan toleransi terhadap resiko, anda bisa beralih ke Orang Moderat yang cenderung konservatif. Produk yang cocok adalah reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. Berinvestasi saham sangat cocok bagi Orang Agresif. Tetapi semua keputusan di tangan anda. Ada dua horizon waktu berinvestasi pada saham. Anda dapat mengoleksi saham sebagai investasi jangka panjang atau mengoleksi saham hanya dalam hitungan menit atau hari. Tentu saja, mengoleksi saham dalam jangka panjang memiliki resiko lebih rendah dibanding mengoleksi saham dalam hitungan menit. Lebih tepat disebut sebagai trader bukan investor, jika anda mengoleksi saham dalam hitungan menit. Teman saya seorang trader seringkali bercanda ”Apakah ada dokter yang mampu menguatkan jantung saya?”. Canda tersebut menunjukan betapa besarnya resiko menjadi seorang trader. Memang ada alat analisa (bukan ilmu) untuk mengurangi (bukan menghilangkan) resiko bermain saham dalam hitungan menit atau hari yang dinamakan Technical Analysis. Technical Analysis adalah suatu teknik dalam menganalisa pergerakan saham untuk menentukan kapan seorang trader tersebut masuk untuk membeli saham (buy) dan keluar untuk menjual saham (sell). Saat membeli atau menjual saham sering disebut ”market timing”. Para trader harus jeli mengamati pergerakan data harga (price) dan volume perdagangan dari masa lalu, dengan menggunakan software (seperti: metastock). Data historis tersebut diolah dengan berbagai teknik statistik time series sehingga trader bisa mengambil keputusan dalam waktu singkat untuk jual dan beli. Biasanya trader menggunakan pedoman rentang harga yang dipercayainya baik berupa harga batas bawah (support) dan harga batas atas (resistance). Harga batas bawah digunakan untuk memulai membeli, sedangkan harga batas atas digunakan untuk mulai menjual. Para trader menggunakan harga batas bawah untuk membeli karena mereka yakin tidak ada lagi yang akan menjual saham (kondisi oversold). Kondisi oversold menunjukan harga saham sudah pada titik terendah, sehingga saat tepat untuk membelinya. Para trader juga menggunakan harga batas atas untuk menjual saham karena mereka percaya tidak ada lagi yang mau membeli saham (kondisi overbought ). Kondisi overbought menujukkan harga saham mencapai puncaknya, sehingga merupakan saat tepat untuk menjualnya.. Orang-orang trader percaya bahwa ” Prices reflect all information” artinya harga yang terbentuk di pasar merefleksikan seluruh informasi. Ada dua jenis informasi yang dikelola untuk memprediksi harga saham. Pertama, mengelola informasi masa lalu (technical analysis) untuk memprediksi trend pergerakan harga saham. Kedua, mengelola informasi masa depan baik berupa rumor dan sentimen seperti pergerakan index Dow Jones, kebijakan Obama, kebijakan Pemerintah Indonesia, rencana strategis perusahaan, dan sebagainya. Kadangkala dua jenis informasi tersebut berjalan berbarengan, tetapi bisa juga bertolak belakang. Apabila berdasarkan trend pergerakan harga seharusnya meningkat, tetapi rumor menginformasikan sebaliknya. Mana yang tepat. Pilihan ada di tangan anda. Selamat Mencoba. Devie., CFP®