Penelitian dalam Psikologi Pendidikan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Pendidikan
Pengantar
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
61011
Karisma Riskinanti, M.Psi
Abstract
Kompetensi
Pengantar Psikologi Pendidikan yang
Berisi tentang Pengertian, Sejarah, dan
Riset dalam Psikologi Pendidikan
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan pengertian dasar, sejarah, dan
riset dalam lingkup psikologi pendidikan
Psikologi Pendidikan
Pengertian
Psikologi pendidikan (educational psychology) adalah suatu cabang psikologi yang khusus
mengkaji pemahaman pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
(Santrock, 2011). Wittrock & Farley (1989), dalam Moreno (2010) memaparkan pengertian
Psikologi Pendidikan sebagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengembangan, evaluasi,
dan penerapan prinsip-prinsip dan teori-teori belajar manusia. Definisi psikologi pendidikan
juga dipaparkan oleh Slavin (2006) yaitu sebagai akumulasi dari pengetahuan, teori, dan
kebijaksanaan yang harus dimiliki seorang guru untuk dapat memecahkan masalah dalam
pendidikan yang ditemui sehari-hari.
Latar Belakang Sejarah Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan dibentuk oleh beberapa pelopor psiologi pada akhir abad ke -19, tepat
sebelum awal abad ke – 20. Ketiga pelopor tersebut adalah William James, John Dewey,
dan Edward L. Thorndike (Santrock, 2011).
William James (1842-1910)
Ia dikenal sebagai Bapak Psikologi di Amerika setelah peluncuran buku psikologi
pertama yang ia tulis, yang berjudul Principles of Psychology (1890). Pada masa tersebut, ia
banyak berbicara dan memberikan serangkaian ceramah kepada guru dan pendidik untuk
mendiskusikan tentang penerapan psikologi untuk mendidik anak-anak. Ia berargumen
bahwa eksperimen psikologi di laboratorium seringkali tidak bisa memberikan gambaran
cara untuk mengajari anak secara efektif. Ia menekankan pentingnya observasi pengajaran
2015
2
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
rekomendasinya adalah untuk memulai pelajaran tepat pada titik di luar tingkat pengetahuan
dan pemahaman anak untuk memperluan pemikiran anak (Santrock, 2011).
John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah seorang penggerak dalam aplikasi praktis psikologi. Gagasan
John Dewey yang memberikan inspirasi terhadap pendidik di masa kini antara lain pertama,
ia memandang anak sebagai pembelajar yang aktif. Di era sebelum Dewey, diyakini bahwa
anak harus duduk tenang di kursi mereka dan secara pasif belajar dengan cara menghafal.
Sebaliknya, Dewey berargumen bahwa anak-anak akan belajar sangat baik dengan cara
mempraktikkanya. Kedua, Dewey berpendapat bahwa pendidikan harus berfokus pada satu
anak secara menyeluruh dan menekankan adaptasi si anak terhadap lingkungan. Dewey
berpikir bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya dididik dalam mata pelajaran akademis,
tetapi juga cara berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Ia berpikir bahwa
anak-anak seharusnya mempelajari cara untuk menjadi pemecah masalah yang reflektif.
Ketiga, kita berutang ide kepada Dewey yang meyakini bahwa semua anak-anak pantas
mendapatkan pendidikan yang kompeten (Dewey, 1933, dalam Santrock, 2011).
2015
3
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Edward L. Thorndike (1874-1949)
Ia berfokus pada asesmen dan penilaian, serta mempromosikan tiang fondasi
pembelajaran yang ilmiah. Thorndike berargumen bahwa salah satu tugas yang paling
penting dari pendidikan yang diterima di sekolah adalah untuk mengasah keterampilan
pemikiran anak-anak, dan ia sangat unggul dalam melakukan studi ilmiah pengajaran dan
pembelajaran (Beatty, 1998, dalam Santrock, 2011). Thorndike mengajukan ide bahwa
psikologi pendidikan harus mempunyai dasar ilmiah dan seharusnya berfokus pada
asesmen (O’Donnell & Levin, 2001, dalam Santrock, 2011).
Pendekatan Ilmu Perilaku
B.F. Skinner (1904-1990)
Pandangan B.F. Skinner (1938) yang didasari oleh pemikiran Thorndike sangat
mempengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-19. Pendekatan ilmu
perilaku (behavioral approach) Skinner ini melibatkan upaya-upaya agar dapat dengan tepat
menentukan kondisi terbaik untuk belajar. Skinner mengembangkan konsep pembelajaran
terprogram yang melibatkan proses penguatan diri siswa yang dilakukan tiap saat setelah
langkah dari rangkaian proses belajarnya, sampai siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2015
4
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Revolusi Kognitif
Benjamin Bloom (1913-1999)
Hal yang menjadi objek dalam pendekatan ilmu perilaku mengenai pembelajaran
tidak banyak yang mengarah pada tujuan nyata dan kebutuhan pada pendidik (Hilgard,
1996, dalam Santrock, 2011). Kemudian pada awal 1950-an, Benjamin Bloom menciptakan
taksonomi
keterampilan
kognitif
yang
mencakup
keterampilan
dalam
mengingat,
memahami, mensintesis, menganalisa, mengevaluasi, dan mengkreasi. Bloom meyakini
bahwa guru harus membantu siswa menggunakan dan mengembangkan keterampilan
kognitif yang dimilikinya (Santrock, 2011).
Gbr. 1. Taksonomi Bloom
2015
5
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
David R. Krathwohl (2002) menyampaikan revisi dari taksonomi Bloom yang
dianggap lebih relevan dengan perkembangan ilmu kognitif saat ini. Semakin ke atas,
tingkat kesulitannya akan semakin tinggi.

Remembering – mengingat, adalah mengambil pengetahuan yang relevan
dari memori.

Understanding – memahami, adalah menentukan makna pesan instruksional,
termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis/gambar.

Applying – mengaplikasikan, adalah melaksanakan atau menggunakan
prosedur dalam situasi tertentu.

Analyzing – menganalisa, adalah memecah materi menjadi bagian-bagian
penyusunnya
dan
mendeteksi
bagaimana
bagian-bagian
tersebut
berhubungan satu sama lain menjadi struktur keseluruhan atau tujuan.

Evaluating – mengevaluasi, adalah membuat penilaian berdasarkan criteria
dan standar.

Creating – menciptakan, adalah menempatkan elemen bersama-sama untuk
membentuk sebuah kesatuan yang utuh atau membuat produk asli dan baru.
Menjadi Guru yang Efektif
Santrock (2011) menyebutkan bahwa untuk menjadi guru yang efektif, para guru
harus menguasai berbagai perspektif dan strategi, serta bersikap fleksibel saat
menerapkannya. Kunci yang utama adalah (1) keterampilan dan pengetahuan profesional
serta (2) komitmen dan motivasi.
Keterampilan dan Pengetahuan Profesional
2015

Penguasaan materi pelajaran

Strategi pembelajaran

Pendekatan konstruktif

Penentuan tujuan dan keterampilan merencanakan pembelajaran

Praktik mengajar yang sesuai dengan perkembangan

Keterampilan manajemen kelas

Keterampilan memotivasi

Memberikan variasi individual

Bekerja efektif dengan siswa dari latar belakang budaya yang berbeda

Keterampilan asesmen
6
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Keterampilan teknologi
Komitmen dan Motivasi
Menjadi seorang guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Ini
mencakup sikap yang baik dan perhatian terhadap siswa. Mudah bagi guru untuk
menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkan sikap negative, tetapi murid sangat peka
akan hal ini dan ini bisa memberikan pengaruh buruk bagi pembelajaran mereka.
Penelitian dalam Psikologi Pendidikan
Metode Penelitian
Mengumpulkan informasi atau data merupakan aspek yang penting dari penelitian.
Ketika para peneliti psikologi pendidikan ingin mengetahui – misalnya, apakah sering
bermain video games dapat mengurangi pembelajaran siswa, menyantap makanan bergizi
dapat meningkatkan perhatian di kelas, atau waktu istirahat yang banyak bisa mengurangi
ketidakhadiran – mereka bisa memilih dari banyak metode pengumpulan informasi
penelitian.
Tiga metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi
pendidikan adalah deskriptif, korelasional, dan eksperimental.
2015
7
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penelitian
Deskriptif
Metode
Penelitian
Observasi
Observasi
Naturalistis
Wawancara &
Kuesioner
Observasi
Partisipan
Tes
Terstandardisasi
Penelitian
Korelasional
Studi Kasus
Penelitian
Eksperimental
Studi Etnografis
Gbr. 2. Metode Penelitian
Penelitian Deskriptif
Tujuan dari metode penelitian ini adalah mengamati dan merekam perilaku.
Penelitian deskriptif tidak bisa membuktikan apa yang menyebabkan beberapa fenomena,
tetapi penelitian ini bisa memperlihatkan informasi penting tentang perilaku dan sikap
seseorang (Lammers & Badia, 2005; Leary, 2004, dalam Santrock, 2011).
Observasi
Observasi ilmiah sangatlah sistematis, seorang peneliti diharuskan mengetahui apa
yang
ia
cari,
melakukan
observasi
secara
adil,
dengan
akurat
merekam
dan
mengkategorikan apa yang ia lihat, dan secara efektif mengkomunikasikan observasinya
(Best & Kahn, 2006; McBurney & White, 2007, dalam Santrock, 2011). Cara umum untuk
merekam observasi adalah dengan menuliskannya dengan steno atau simbol. Selain itu,
perekam, kamera video, lembar kode khusus, cermin satu arah, dan komputer semakin
sering digunakan agar observasi menjadi semakin akurat, dapat dipercaya, dan efisien.
Observasi Naturalistis (naturalistic observation) sejenis observasi yang dilakukan secara
alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri
sebagai orang yang sedang melakukan penelitian (Syah, 2007).
2015
8
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Observasi Partisipan (participant observation) terjadi ketika peneliti atau pengamat terlibat
secara aktif sebagai seorang partisipan dalam sebuah aktivitas atau situasi (McMillan, 2004,
dalam Santrock, 2011).
Wawancara dan Kuesioner
Para psikolog pendidikan menggunakan wawancara dan kuesioner (survei) untuk
mencaru tahu tentang pengalaman, keyakinan, dan perasaan anak-anak atau para guru.
Wawancara dan survey yang bagus mencakup pertanyaan yang konkret, spesifik, dan tidak
ambigu, serta beberapa cara untuk memastikan keaslian jawaban responden (Rosnow &
Rosenthal, 2005, dalam Santrock, 2011).
Salah satu masalah yang terpenting adalah bahwa banyak individu memberikan
jawaban yang diinginkan oleh lingkungan social (social desirable answer), merespon dalam
cara yang mereka kira merupakan yang paling diterima dan diinginkan oleh masyarakat
daripada bagaimana sebenarnya pemikiran atau perasaan mereka (Babbie, 2005, dalam
Santrock, 2011). Teknik melakukan wawancara dengan terampil dan pertanyaan yang dapat
meningkatkan respons yang jujur, sangatlah penting untuk mendapatkan informasi yang
akurat (Navdi, 2006, dalam Santrock, 2011). Masalah lain dari wawancara dan survey
adalah bahwa para responden terkadang berbohong.
Tes Terstandardisasi
Tes terstandardisasi memiliki prosedur yang sama untuk administrasi dan
skoringnya. Tes ini menilai ketangkasan dan keterampilan siswa dalam bidang yang
berbeda. Tes ini bisa memberikan ukuran hasil untuk studi penelitian, informasi yang
membantu para psikolog dan pendidik membuat keputusan tentang seorang siswa, dan
perbandingan prestasi siswa lintas sekolah, wilayah, atau negara (Santrock, 2011). Contoh
tes terstandardisasi yang ada di Indonesia adalah Ujian Nasional (UN).
Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu penelitian yang mendalam terhadap seseorang. Studi
kasus sering digunakan ketika suatu keadaan tertentu dalam kehidupan seseorang yang
tidak bisa ditiru, baik untuk alasan praktis maupun etis. Meskipun studi kasus memberikan
gambaran yang dramatis dan mendalam tentang kehidupan seseorang, seorang peneliti
harus memperhatikan interpretasinya (Bogdon & Biklin, 2007; Leary, 2004 dalam Santrock,
2011). Subjek dari kasus ini unik, dengan komposisi genetic dan serangkaian pengalaman
yang tidak dimiliki oleh siapapun. Untuk alasan ini, penemuan tersebut seringkali tidak
sesuai untuk analisis statistic dan mungkin tidak sama untuk orang lain.
2015
9
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Studi Etnografis
Terdiri atas deskripsi yang mendalam dan interpretasi perilaku dalam sebuah
kelompok budaya atau etnis yang mencakup keterlibatan langsung dengan partisipan. Jenis
studi ini meliputi observasi dalam keadaan alami dan wawancara, biasanya studi etnografis
merupakan proyek jangka panjang ( Berg, 2007; McMillan & Wergin, 2002, dalam Santrock,
2011).
Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan kekuatan hubungan antara dua
atau lebih peristiwa atau sifat. Penelitian korelasional sangat bermanfaat karena semakin
kuat dua peristiwa berkorelasi (berhubungan atau berkaitan), semakin efektif peneliti
memprediksikan satu dari yang lain (Sprinthall, 2007, dalam Santrock, 2011). Namun,
korelasi tidaklah sama dengan sebab akibat.
Variabel dapat berkorelasi positif, berkorelasi negatif, atau tidak berkorelasi. Contoh
dari korelasi positif adalah hubungan antara prestasi membaca dan prestasi matematika.
Secara umum, seseorang yang memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata juga akan
memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata. Tentu saja, beberapa siswa yang mahir
membaca mungkin saja tidak mahir dalam matematika, dan sebaliknya. Tapi rata-rata,
keterampilan dalam satu bidang akademis berkorelasi positif dengan keterampilan dalam
bidang akademik lainnya. Ketika salah satu variabel tinggi, yang lain juga cenderung tinggi.
Contoh dari korelasi negatif adalah hari absen dan nilai. Semakin sering siswa tidak hadir di
kelas, nilainya akan cenderung semakin rendah, ketika salah satu variabel tinggi, yang lain
cenderung rendah. Dengan variabel berkorelasi, sebaliknya, tidak ada korespondensi antara
mereka. Sebagai contoh, prestasi siswa di DKI Jakarta, mungkin sama sekali tidak
berhubungan dengan tingkat motivasi siswa di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penelitian Eksperimental
Penelitian
eksperimental
memungkinkan
para
psikolog
pendidikan
untuk
menentukan sebab-akibat perilaku. Penelitian eksperimental merupakan satu-satunya
metode yang bisa dipercaya untuk menentukan penyebab dan dampak. Eksperimen
melibatkan setidaknya satu variable independen dan satu variable dependen. Variabel
independen adalah faktor yang dimanipulasi, eksperimental, dan berpengaruh. Label
independen mengindikasikan bahwa variable ini bisa diubah secara independen dengan
faktor yang lain. Variabel dependen adalah faktor yang diukur dalam sebuah eksperimen.
Variable ini bisa berubah ketika variable independen dimanipulasi. Label dependen
2015
10
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
digunakan karena nilai dari variable ini bergantung pada apa yang terjadi pada para
partisipan dalam eksperimen tersebut ketika variable independen dimanipulasi.
Dalam eksperimen, variable independen terdiri atas pengalaman yang berbeda yang
diberikan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kelompok
control. Kelompok eksperimental adalah kelompok yang pengalamannya dimanipulasi.
Kelompok control adalah kelompok perbandingan yang diperlakukan sama seperti
kelompok eksperimental, kecuali untuk faktor yang dimanipulasi. Kelompok control berfungsi
sebagai dasar yang bisa dibandingkan dengan dampak dari kondisi yang dimanipulasi.
Prinsip penelitian eksperimen yang penting lainnya adalah penempatan acak
(random
assignment). Para
peneliti menentukn para partisipan dalam kelompok
eksperimental dan control secara acak. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan bahwa hasil
dari eksperimen tersebut muncul dari perbedaan yang sebelumnya telah ada di antara
kelompok-kelompok tersebut (Kantowitz, Roediger, & Elmes, 2005, dalam Santrock, 2011).
Penelitian Evaluasi Program, Penelitian
Tindakan, dan Guru sebagai Peneliti
Penelitian evaluasi program
Penelitian evaluasi program adalah penelitian yang dirancang untuk membuat
keputusan tentang keefektifan program tertentu. Penelitian ini sering berfokus pada lokasi
atau jenis program tertentu. Karena penelitian evaluasi program seringkali diarahkan untuk
menjawab pertanyaan tentang sekolah atau sistem sekolah tertentu, hasilnya tidaklah
dimaksudkan untuk menyamaratakan keadaan lain (Mertler & Charles, 2005, dalam
Santrock, 2011).
Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) digunakan untuk menyelesaikan masalah
sekolah atau kelas, memperbaiki pengajaran dan strategi pendidikan lainya. Tujuan dari
penelitian tindakan adalah untuk secepatnya memperbaiki praktik pendidikan di satu atau
dua kelas, di satu sekolah, atau di beberapa sekolah. Penelitian tindakan banyak dilakukan
oleh para guru dan pengurus daripada psikolog pendidikan. Namun, para pelaksana boleh
mengikuti banyak pedoman penelitian ilmiah yang dideskripsikan sebelumnya, seperti
berusaha untuk membuat penelitian dan observasi sesistematis mungkin guna menghindari
prasangka dan salah tafsir. Penelitian tindakan bisa dilaksanakan di seluruh sekolah atau di
tempat yang lebih kecil oleh kelompok guru dan pengurus yang lebih kecil; penelitian
2015
11
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tindakan bahkan bisa dilakukan di satu kelas oleh seorang guru (Bogdan & Biklin, 2007,
dalam Santrock, 2011). Oleh karena penelitian tindakan ini dilakukan oleh pendidik atau
pengurus sekolah masing-masing, seringkali objektifitas penelitian ini diragukan. Namun
segi positifnya adalah pendidik atau pengurus bisa mendapatkan kajian yang lebih
mendalam mengenai penelitiannya, daripada dilakukan oleh orang luar (Slavin, 2006).
Guru sebagai Peneliti
Konsep ini adalah ide bahwa guru bisa melakukan studi mereka sendiri untuk
memperbaiki praktik mengajar mereka (Creswell, 2005, dalam Santrock, 2011). Guru yang
paling efektif secara rutin mengajukan pertanyaan dan memantau masalah yang akan
diselesaikan, kemudian mengumpulkan data, menginterpretasikannya, dan berbagi
kesimpulan mereka dengan guru lain (Cochran-Smith, 1995). Guru sebagai peneliti bisa
menggunakan metode wawancara, observasi partisipan, dan studi kasus (Santrock, 2011).
2015
12
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Krathwohl, D. (n.d.). A Revision Of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice,
41(4), 212-218. Diakses pada 7 Maret 2015, dari
http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf
Moreno, R. (2010). Educational psychology. Hoboken, N.J.: John Wiley & Sons.
Santrock, J. (2011). Educational psychology (5th ed.). New York: McGraw-Hill.
Slavin, R. (2002). Educational psychology: Theory and practice (8th ed.). Boston: Allyn and
Bacon.
Syah, Muhibbin. (2007). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
2015
13
Psikologi Pendidikan: Pengantar
Karisma Riskinanti, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download