pola komunikasi antara kiai dan santri dalam metode pembelajaran

advertisement
POLA KOMUNIKASI ANTARA KIAI DAN SANTRI DALAM
METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK
PESANTREN DARUL ISHLAH BUNCIT RAYA,
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Mohamad Fahmi Almanshuri
NIM 1110051000181
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
ABSTRAK
Mohamad Fahmi Almanshuri
“Pola Komunikasi Antara Kiyai dan Santri dalam Metode Pembelajaran
Kitab Kuning di dalam Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya Jakarta
Selatan”
Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan seharihari, komunikasi itu sangatlah penting bagi kegiatan belajar dan
mengajar.komunikasi berperan sebagai aktor utama didalam ilmu pendidikan,
tetapi didalam melakukan sebuah proses komunikasi tidak boleh dilakukan
dengan hal sembarang, diperlukan pola dan metode dalam penyampaian
komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh
seorang kiai kepada santrinya. Begitu juga di dalam pesantren pola komunikasi
dan metode sangat diperlukan dalam penyampaian makna belajar kitab-kitab
kuning, yang pada dasarnya menggunakan bahasa arab.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan
penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu. Bagaimana pola komunikasi
antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah,
Buncit, Jakarta Selatan? kemudian Bagaimana metode dan proses dalam
menyampaikan pembelajaran kitab kuning?
Pola komunikasi seorang kiai dan santri di dalam Pondok pesantren Darul
Islah terjalin baik karena seorang kiai menganggap semua santrinya sebagai
anaknya sehingga santri di bekali sifat kesadaran diri agar tidak macam-macam
apalagi betindak tidak sewajarnya kepada kiai, setiap proses belajar mengajar kiai
menggunakan cara komunikasi kelompok, antarpribadi, dan intruksional sebagai
penambah ada pola komunikasi bintang sebagi penunjang kesempurnaan dalam
proses belajar.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis.
Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan
bagaimana penerapan pola komunikasi antara kiai dan santri sekaligus melihat
metode apa saja dan cara penyampaian dalam mengajar kitab kuning.
Seorang sosok kiai yaitu KH. Amir Hamzah sangat tau cara menghadapi
seorang santri beliau mengkasifikasikan santri-santri yang baru masuk dan santri
yang sudah lama menguasai kitab kuning. Kiyai menggunakan metode ceramah
pada saat memberikan materi dalam penyampainnya, dan juga memberikan tugas
hafalan dan mengulangi lagi apa yang telah diberikan. Dan juga metode latihan
membaca dan mengulangi apa dari intisari dari materi yang di berikan kiai.
Dari penelitian ini dapat di analisis bahwa belajar kitab kuning tergantung
dengan pembawaan seorang kiai, semakin luas pengetahuan kiai semakin mudah
seorang memberikan pengajaran.
Kata kunci: komunikasi, kiyai, santri, kitab kuning, Kualitatif.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha
Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,
dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan keluarganya.
Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasehat dan motivasi dari
semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah
satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin
Hidayat.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D,
ME.d. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar,
M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
ii
3.
Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA. dan Sekretaris Jurusan KPI
Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si.yang membantu penulis dalam menjalankan
proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu
penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.
4.
Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dengan baik dan tegas
dalam membuat skripsi yang baik dan benar.
5.
Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.
6.
Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan
pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.
8.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah Hj. Siti Khadijah yang
selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, dan yang lebih penting
selalu memperhatikan saya, menyayangi dan juga selalu baik saat pembuatan
skripsi berlangsung teh manis selalu dibuatkan untuk saya, terimakasih
kaulah penyemangatku.
9.
Papah H. Fathullah Mansyur, yang selalu memberikan semangat jikalau saya
putus asa, beliau selalu menyemangati dan juga beliau yang terus menekan
iii
saya
agar
menyelesaikan
skripsi
ini
supaya
saya
terpacu
dalam
menyelesaikannya. Makasih papahku…
10. Mpo saya Hj. Ida Farida mungkin tanpa dia skripsi saya terbengkalai karna
selama laptop rusak beliaulah yang dengan rela memberikan laptopnya
kepada saya terima kasih mpo hj ida.
11. Terima kasih untuk KH. Amir Hamzah selaku pimpinan Pondok Pesantren
Darul Ishlah yang dengan bijaksana menerima saya untuk meneliti pesantren
beliau terima kasih pak kiai semoga ilmu engkau selalu bermanfaat bagi anak
didikmu.
12. Dan terima kasih saya kepada Zaky selaku santri senior di pondok pesantren
Darul Ishlah yang meluangkan waktu untuk bisa berwawancara kepadanya,
dan juga bang adim yang selalu membantu dalam menyambungkan
silaturahmi kepada kiai.
13. Untuk Shofie Hayati Marwah kekasih tercinta yang telah terus menerus
memotivasi dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan
kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu
ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk
selalu taat beribadahnya kepada-Nya.
14. sahabat saya, “Gengs sabeb”angkatan 2010 kelas KPI F terakhir yang belom
merasakan sidang dan saling menyemangati Muhamad Yusra Nuryazmi,
Mochammad Kahfi, Rizza Maulana Bahrun. Sahabat-sahabat inilah yang
menjadi penyemangat dan penghibur semasa pelaksanaan pengerjaan skripsi
berlangsung.
iv
15. Teman seperjuanganku KPI F angkatan 2010, Aris Suyitno, Sulastri
Damayanti, Sadam Husein, Sendy Darlis, Rendy Adityawarman, Ahmad
Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.
16. Teman-teman dari KKN AKSI 2013, Terima kasih untuk kekompakan, suka
dukanya selama di Teluk Naga Tengerang.
Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga
semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi
penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau
penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali
kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis
harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan.
Wassalam.
Jakarta, 1 Desember 2014
Penulis,
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian ......................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10
G. Kerangka Teori ........................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan.................................................................. 12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pola Komunikasi ....................................................... 14
B. Definisi Pesantren ....................................................................... 37
C. Pengertian Kiai dan Santri ........................................................... 38
D. Kitab kuning ............................................................................... 41
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PROFIL
A. Lokasi pesantren Darul Ishlah ..................................................... 43
B. Sejarah Berdirinya Pesantren....................................................... 43
C. Visi dan Misi .............................................................................. 50
D. Fasilitas Pesantren Darul Ishlah ................................................... 51
E. Struktur Organisasi Pesantren...................................................... 52
F. Program Kerja pondok Pesantren Darul Ishlah ............................ 56
G. Profil Pesantren ........................................................................... 57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode
pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah ...... 58
B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning
kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah ............................... 69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Table 3.1
Table 4.1
Table 4.2
Table 4.3
Fasilitas pesantren Darul Ishlah ..................................................... 52
Jadwal pelajaran kelas Ibtidaiyah................................................... 61
Jadwal pelajaran kelas Tsanawiyah ............................................... 62
Jadwal pelajaran kelas Aliyah ........................................................ 62
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar pola komunikasi roda ...................................................... 25
Gambar Pola komunikasi Rantai ................................................... 26
Gambar Pola Komunikasi Lingkaran ............................................. 27
Gambar Pola Komunikasi bintang ................................................. 28
Kegiatan muhadharah didalam masjid ........................................... 47
Latihan Hadrah mingguan ............................................................. 48
Kunjungan anggota DPR Hj. Meilani ............................................ 50
Hj. Meilani memberikan penghargaan kepada santri ...................... 50
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat
dibutuhkan dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa
komunikasi akan sangat sulit untuk berinteraksi.
Didalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam
kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agar pandai berkomuniksi, dan
dapat di deskripsikan didalam Al-quran surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang
berbunyi:
(٤)ُ‫(الْبَيَاوَعَّلَمَه‬٣)َ‫(خَّلَقَاإل ْوسَان‬٢) َ‫(عَّلَمَ الْقُرْآن‬١) ُ‫الرَحْمَه‬
(1)(Allah) yang Maha Pengasih (2)Yang telah mengajarkan Al Qur’an (3)
Dia menciptakan manusia (4)mengajarnya pandai berbicara
Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasidan
pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan
informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima
dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut untuk menerapkan
pola komunikasi yang baik pula.1
1
Asnawir dan Basyarudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,2002),
h.7.
1
2
Seperti diketahui bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam
aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal
pendidikan yang agamis. Dalam didirikannya Pondok Pesantren paling tidak
dikarenakan oleh beberapa faktor; Pertama, pesantren dilahirkan untuk
memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang
tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral. Kedua, salah satu isi
awal didirikannya pesantren adalah menyebarkan informasi ajaran Islam yang
universal kepada seluruh lapisan masyarakat.
Pesantren salafiah pada jaman sekarang ini sudah tidak mudah lagi
ditemukan, banyak pesantren modern yang lebih unggul dari kepopuleritasan
dari pondok pesantren salafi ini. Karena secara pendidikan pesantren
mempunyai modal umum dari segi pembelajaran, sehingga pondok pesantren
salafiah menjadi kalah semakin terbawah.
Sejatinya para santri-santri didalam pondok pesantren salafi lebih
menekankan dirinya dengan pendidikan keagamaan, santri banyak yang
dibekali dengan ilmu-ilmu agama dari segi ilmu rohaniah sampai jasmaniah,
sehingga banyak juga santri yang diberikan pembelajaran hidup mengenai
kehidupan yang sesungguhnya melalui kitab-kitab kuning. Didalam pesantren
ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk dapat menciptakan hasil santrisantri yang berkualitas serta pendidikan yang sempurna.
Pertama,
mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi satu kegiatan yang
terpadu (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada
kecerdasan siswa, namun pada penciptaan karakter yang mulia. Ketiga,
3
menciptakan kesejahteraan guru dan murid sebagai subjek pembelajara,
termasuk memahami masing-masing murid dengan tingkat kecerdasan yang
berbeda-beda. Ketiga hal tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu guruguru yang bijak dan penuh wawasan luas, yang tercipta dengan akademis yang
baik dan kaya dengan pengalaman.2
Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit, Jakarta Selatan adalah suatu
lembaga pendidikan pembelajaran yang mengkhususkan ilmu agama, terlebih
dengan kitab-kitab kuningnya, pesantren itu lebih memfokuskan pada kitab
kuning dan mempelajari bagaimana menjadi masyarakat yang baik dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pesanren inilah yang menjadi menarik
dalam pembahasan karena pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang
masih bertahan dengan metode pembelajaran salafnya, selain itu dikalangan
pesantren-pesantren salaf yang tersebar di Jakarta kebanyakan pesantren itu
sudah dimasuki dengan sistem akademis umum terlebih tingkat pembelajaran
agamisnya masih ada dan sudah hampir semua pesantren di Jakarta yang
bertaraf salafisudah semakin jarang karena faktor peminatnya yang kurang.
Kebanyakan orang tua dari para santri lebih memilih pesantren yang ada
pembelajaran umum yang di campur dengan agama sehingga anak mereka
dapat dibekali dengan pelajaran umum dan agama yang cukup, beda dengan
salafi, di pesantren ini santri dituntut sekaligus di bekali dengan ilmu agama
saja dan tujuan dari pesantren ini adalah mencetak santri untuk menjadi orang
yang mengerti dalam agama seperti Ustadz/kiyai. Pondok pesantren Darul
Ishlah ini pondok yang masih memegang teguh keaslian dari nilai
pendidikannya, didalamnya belum tercampur dengan kurikullum yang ada
2
Jamal Ma‟mur Asmani, “sekolah life skills, “ lulus langsung kerja!(JogJakarta : Diva
press,2009).h.239
4
didalam lingkaran DEPAG dan masih dengan metode pelajaran yang sangat
tradisional.
Didalam pondok pesantrensalafi Darul Ishlah yang dipimpin oleh KH.
Amir Hamzah memiliki kemiripan dengan pesantren atau lembaga pendidikan
yang berada di yaman (haudzah )atau negri yang berfaham syiah, tugasnya
disana santri belajar. Kehidupan mereka semuanya dari segi logistik dan
lainnya dipenuhi. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah mereka memiliki
hak penuh dalam belajar sehingga sang santri tidak perlu memikirkan soal
uang bayaran atau semacamnya.
Di pesantren yang bertaraf salafi ini yang berada ditengah keramaian
kota bukan hal yang tidak disadari lagi dipesantren ini sudah terkenal didaerah
Solo karna pimpinan pondok pesantren adalah salah satu murid guru besar di
Solo yaitu Alhabib Anis Alm beliau adalah tokoh agama di daerah Solo.
Santri disana sangat dibekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat tidak
hanya saja mengenai kitab-kitab kuning mereka juga dibekali dengan
keterampilan, seperti bermain hadrah atau (rebana) belajar ceramah serta
memahami arti dari tafsir alQuran.
Santri diajarkan dengan bermain rebana atau yang biasa disebut hadrah
dan dimanadidalamhadrah banyak yang menggunakan kalimat shalawat yang
tidak mudah mereka langsung dapat dari Solo untuk memainkannya mereka
menggunakan pukulan yang tidak sama dengan hadrah-hadrah lainnya.
Pesantren Darul Ishlah yang hanya memiliki kurang lebih 200 santri tapi
saat bulan Maulid yang datang ke pondok pesantren Darul Ishlah jamaahnya
bisa mencapai 6000 orang dan dari sekian jamaah tersebut datang dari luar
daerah Jakarta. Didalam pondok ini juga sering mengadakan pengajian
5
mingguan dimanadidalam pengajian tersebut pesantren tidak pernah
mengeluarkan sedikitpun biaya untuk jama‟ah yang sekian banyaknya,
biasanya seusai dari pengajian itu para jamaah disuguhi nasi uduk yang dibagi
rata. Mungkin disitulah nampaknya keberkahan yang diberikan Allah SWT.
Seperti yang dikutip dari kitab Nashoihul „ibad “orang yang alim dan
beramal shaleh akan selalu dihormati dan dimuliakan orang, sedangkan
orang yang bodoh dimana pun akan merasakan kesulitan”3
Beda halnnya dengan pondok pesantren modern di pondok pesantren
salaf ada 3 jenis bentuk pesantren, yang pertama pesantren salaf yang hanya
memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan
membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang
kedua adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode
pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa
memfasihkan bacaanya. Yang ketiga adalah pesantren salaf yang hanya
memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu
kanuragan, namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang
karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan halhal ghaib.
Oleh karena itu kiyai dan pesantren adalah merupakan elemen yang
sangat penting dalam mengarahkan santri-santrinya. Di pondok pesantren
salaf Darul Ishlah seorang kiyai akan sangat dekat dan lebih intens terhadap
santrinya, hal ini yang banyak disadari seorang santri didalam pondokan salaf
3
Ibnu Hajar Al-Asqolani, terjemahan Nashaihul Ibad, “memuat: 208 makalah, 1072
nasihat bagi hamba Allah” (Jakarta : pustaka amani), h.25.cet.ke-2.
6
jauh lebih hormat dan taat kepada gurunya, santri di pondok salaf akan dapat
perhatian lebih dari figur sang guru (kiyai) mereka.
Pondok pesantren Darul Ishlah adalah suatu pesantren salaf yang
mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri
yang dapat membaca dan memahami kitab-kitab kuning secara baik dan benar
berdasarkan tata cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis
mengangkat hal tersebut dengan judul “ Pola Komunikasi Antara Kiyai dan
Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning didalamPondok Pesantren
Darul IshlahBuncit RayaJakartaSelatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada dasarnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila
didukung oleh pola komunikasi yang baik antara kiyai dan santrinya. Hal
inilah yang hendak diteliti penulis didalam penelitian ini. Agar tidak terlalu
menjalar luas dalam pembahasannya, Maka penulis hanya membatasi terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan didalam pondok pesantren darul ishlah,
dan pola komunikasi yang dilakukan kiai didalam kelas kepada santri saat
melakukan proses belajar mengajar.
Adapun rumusan masalah tersebut yang dimasukan didalam penulisan ini
dalam bentuk pertanyaan, yakni:
1. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan
pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan?
2. Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab
kuning?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri
dalam pembelajaran kitab kuning di ponpes Darul Ishlah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan metode yang berlangsung dalam
penyampaian pembelajaran kitab kuning.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi
atau sebagai perbandingan didalam pengembangan usaha keilmuan yang
sesuai dengan bidangnya, dan juga penelitian ini diharapkan akan
menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi dilembaga pendidikan
Islam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah
panduan tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan
dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang efektif dan se-efisien
mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan dapat
memberikan sedikit pengetahuan terhadap calon da‟i agar bisa
memperluas pengetahuannya.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
8
deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan
dan kemudian dianalisa untuk kemudian mendapatkan hasil berdasarkan
tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif menitik beratkan kepada data-data
penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan
wawancara.4
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yang berlangsung di
Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi.
Adapun yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini
adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pondok pesantren
di pondok pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. Sedangkan
yang menjadi objek dalam penelitian adalah proses pelaksanaannya.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik observasi atau
pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan
mengamati objek yang akan diteliti, yakni program pendidikan
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rhineka
Cipta 1998).h.10.
9
pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah.
b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara
langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di
pondok pesantren Darul Ishlah dengan tujuan mendapatkan keterangan
secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan
pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara
wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini untuk memberikan
kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan namun tetap terarah kepada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data
berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun
berbagai arsip-arsip tentang pesantren Darul Ishlah ataupun berbagai
macam karya tulis yang berkaitan dengan bahasan penelitian.
4. Pengolahan Data
Pada bagian ini, keseluruhan data yang didapat dari hasil wawancara di
pondok pesantren Darul Ishlah tersebut dikumpulkan dan disusun
berdasarkan kecocokan dengan rumusan masalahyang telah disusun oleh
peneliti.
5. Analisis Data
Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk
5
Rusdin Pohan, metodologi penelitian pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka,2007),h.58.
10
yang lebih mudah dibaca dan di intepretasikan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil keputusan/kesimpulan yang benar melalui proses
pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil
penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk
menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih
luas.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang
diantarannya adalah:
1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman
agama melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh
Abdul Fatah, tahun 2007. Penelitian ini menemukan bahwa pola
komunikasi
yang
digunakan
dalam
pengajian
remaja
tersebut
menggunakan pola komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi
guna meningkatkan pemahaman terhadap para anggotanya.
2. Pada skripsi terdahulu yang berjudul “Pola Komunikasi kyai dan santri
dalam pengajaran seni baca alquran di pondok pesantren al-Quraniyyah
Pondok Aren”. Yang diteliti oleh mutmainnah tahun 2008. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah pada objeknya, sedangkan kesamaannya
adalah pada pembahasan mengenai pola komunikasinya.
3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja
dilingkungan yayasan al-Wafi Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan
11
oleh Haidir, tahun 2007. Penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi
kelompok kecil saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak
remaja di wilayah tersebut.
Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas,penulis menemukan berbagai
metode pembelajaran yaitu ada metode sorongan dan wetonan metode ini
metode yang bisa disebut dengan metode tradisional. Dan juga penulis
menggunakan teori pola komunikasi bintang yang dalam teori tersebut
seorang kiai yang menjadi sentral dalam berjalannya proses pembelajaran.
G. Kerangka Teori
Pola Komunikasi
Pola Bintang
5
4
1
2
3
Dimana satu dapat berkomunikasi langsung dengan dua, tiga, empat,
dan lima, garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang
berkomunikasi, dimana satu sebagai titik sentralnya berkomunikasi dengan
12
yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Pola komunikasi diatas diperkuat oleh
pendapat H.A.W Widjaja. Menurutnya Pola Bintang anggota berkomunikasi
dengan semua anggota, komunikasi ini menghasilkan timbal balik.6
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam V (lima) bab, yang terdiri
dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola
komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi,
kiyai dan santri, pengertian kiyai, pengertian santri, komunikasi
kiyai dan santri, serta pesantren.
BAB III
Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit,
Mampang prapatan, Jakarta selatan. Mengenai tentang histori
berdirinya pesantren, visi dan misi didirikannya pesantren, sistem
pendidikan, struktur pengurus sekaligus pengasuh, serta programprogram yang disediakan.
BAB IV
Pola komunikasi kiyai dan santri serta melihat metodepembelajaran
sekaligus proses yang dilakukan seorang kiyai dalam mempelajari
kitab kuning.
6
H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta,Bumi Aksara,1997),
Cet. Ke-3, h.102-103.
13
BAB V
Penutup
merupakan kesimpulan dan saran-saranserta
yang
dilengkapi daftar pustaka dan data lampiran yang dianggap
pentingdalam proses penelitian.
BAB II
KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI
KIYAI DAN SANTRI
Secara umum, pola komunikasi sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat dan
khalayak banyak, dan juga pola komunikasi sangat dibutuhkan untuk proses
pembelajaran bagaimana berkomunikasi, dibawah ini penulis akan paparkan teori
dan defenisi mengenai pola komunikasi dan juga apa itu Kyai dan Santri
A. Pengertian Pola Komunikasi
1. Pola Komunikasi
Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk
atau sistem.7 Cara atau bentuk sehingga pola dapat dikatakan sebagai
contoh atau cetakan. Jadi pola yang ada didalam komunikasi adalah
bentuk dan sistem yang mencakup dalam komunikasi.
Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi “istilah
komunikasi berasal dari bahasa Inggriscommunication yang bersumber
dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Makna yang sesungguhnya dari communication adalah communis
yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian
tersebut.8
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996).h.778
8
Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju,1992), cet ke1.h.4.
14
15
Pendapat yang hampir sama pula yang dikemukakan oleh Astrid S.
Susanto yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang
didalam bahasa latin memiliki arti (berpartisipasi) atau memberitahukan.
dan juga kata communis berarti „milik bersama‟ atau berlaku dimanamana.9
Sedangkan menurut terminologi, menurut Onong Uchjana Effendi
komunikasi adalah sebuah jembatan dan juga penyambungan antara satu
orang dengan orang lain guna terlaksananya suatu proses komunikasi,
dalam penjelasannya proses komunikasi ini dapat merubah seorang dan
orang yang menjadi lawan bicaranya baik dalam sifat, prilaku maupun apa
saja yang menjadi kaitan didalam komunikasi. Banyak sekali aspek yang
mendorong seseorang berkomunikasi dengan orang lain hal ini juga
diterangkan komunikasi bisa saja berlangsung dimana saja kapan sajadan
juga terjadi kepada siapa saja, hal inilah komunikasi bisa terjadi secara
langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung
misalnya komunikasi yang menggunakan lisan terjadinya komunikasi
interface dalam komunikasi ini dilakukan dengan cara tatap muka antara
komunikan dan komunikator, sedangkan komunikasi secara tidak langsung
berupa komunikasi melalui media misalkan komunikasi yang dilakukan
seseorang dengan orang lain menggunakan sarana media sebagai alat
untuk menjembatani suatu proses komunikasi maka dari itu disebut
sebagai komunikasi secara tidak langsung.10
9
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),h.67.
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2000),Cet KE-4, h.3-4.
10
16
Hovland, Janis dan Kelly communication is the process by which
an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of
the individuals. “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang
lain‟‟.11Didalam komunikasi suatu proses individu dapat mengubah
stimulus seseorang bisa terjadi karena setiap seseorang yang melakukan
komunikasi secara verbal itu menjadi suatu daya rangsang kepada
seseorang yang melakukan proses komunikasi, dilain
hal komunikasi
banyak membawa dampak yang signifikan dan juga dapat membangkitkan
efek yang dapat mengendalikan diri seseorang.
Everett M. Rogers : ”komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka”.12jadi komunikasi yang dapat
diterima dan juga dicerna dengan baik bisa mengubah dan juga bisa
mempengaruhi seseorang sehingga orang itu dapat bertingkah laku dari
biasanya, misalnya orang berkenegaraan asing yang sudah lama tinggal di
Indonesia dan mentap cukup lama didalamnya dan melakukan sesering
mungkin proses komunikasi dengan bahasa yang berbeda lama-kelamaan
orang asing akan dapat terbawa dengan bahasa yang dimana ia menetap
demi melancarkan proses komunikasi seiring berjalannya waktu.
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8,
12
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
h.2
20
17
Dari semua definisi yang dijelaskan di atas, bahwa komunikasi
merupakan sebuah pesan. Namun di satu sisi pesan yang disampaikan
dalam komunikasi berbeda antara komunikator ke komunikan dan harus
didasari proses komunikasi yang baik. Penulis menyimpulkan arti dari
pola komunikasi yaitu, bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan
oleh komunikator kepada komunikan dan menghasilkan feedback.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasannya seseorang yang
melakukan komunikasi sejatinya dia mengharapkan agar orang yang
menjadi lawan bicaranya dapat menerima isi pesan yang disampaikan.
sender
pesan
reciver
Jadi di antara orang yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi
harus memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang
digunakan untuk berkomunikasi, dan harus seksama mengerti arah apa
yang
akan
dikomunikasikan,
agar
apa
yangdiharapkan
didalam
komunikasi bisa tercapai suatu proses komunikasi yang sempurna
sehingga komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar
dan efektif.
Dari beberapa yang telah terurai oleh para pendapat ahli
komunikasi, dapat difahami bahwa arti sebuah komunikasi adalah
gabungan dari dua kata yaitu pola dan komunikasi, sehingga dapat
dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau bentukbentuk komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada
komunikan.
18
Jadi esensi didalam komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim
dapat berhubungan bersama satu sama lain dengan penerima guna
menyampaikan isi pesan tersebut.13karna pengirim pesan didalam sebuah
proses komunikasi adala seorang supir jika di ibaratkan karena seorang
pengirim pesan itu adalah yang mengendalikan alur pembicaraan sebuah
komunikasi mau dibawa kemana aksi komunikasi agar menjadi lebih
menarik sehingga penerima pesan akan mudah mendengarkan dan menjadi
lawan bicara yang aktif jika halnya pengirim pesan mengutarakan dengan
hal yang pasti misalnya, suara yang jelas dan juga tata bahasa yang mudah
dimengerti.
Namun supaya lebih terperinci lagi mengenai teori komunikasi di
sini menurut Stewart L. Tubbs da Silvia Mass, di sini adalah ciri-ciri suatu
proses komunikasi yang efektif memiliki sebuah fase dimana agar sebuah
komunikasi bisa berjalan dengan sempurna dan keduanya bisa memaknai
sebuah komunikasi yang berjalan, yakni:
a. Pengertian. penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang
dimaksud oleh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator
dapat menerapkan metode dalam upayameningkatkan pemahaman
tentang kegiatan tersebut. Suatu komunikasi bisa dianggap berhasil
apabila keduanya maksud keduanya antara pembicara dan juga
penerima pesan berhasil mengerti apa yang dibicarakan apa yang
disampaikan dan juga apa yang bisa menjadi makna dalam suatu
proses didalam komunikasi.
13
T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan:
1985),h.48
19
b. Pesan Yang disampaikan oleh komunikator, di sini pesan sangatlah
penting untuk melakukan sebuah proses komunikasi, karena pesan
adalah sebuah makna didalam pembicaraan yang akan berlangsung
untuk melaksanakan komunikasi, pesan juga adalah hal yang penting
apabila penyampaian pesan kurang jelas akan berakibat komunikasi
tidak berjalan sempurna. Contohnya seseorang yang melakukan
komunikasi dengan dua orang yang berbeda satu sama lain dari segi
latar belakangnya, akan sulit menerima pengertian dan pesan yang
akan disampaikan oleh keduanya akan sulit dicerna karena keduanya
tidak menguasai makna dari kedua bahasa itu.
c. Kesenangan menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan. Maksud di sini adalah terjadi hubungan yang hangat
apabila sejak dimulainya pembicaraan terjadi sebuah kenyamanan
dalam pembicaraan dan juga proses penyampaiannya baik sehingga
penerima pesan akan nyaman dalam menerima pesannya.
d. Mempengaruhi sikap dapat merubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa
dalam berkomunikasi.
e. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal berinteraksi
dan komunikasi karena suatu hubungan yang setidaknya baik akan
membawa alur kepada hubungan yang baik dalam hal bersosialisai.
Karena ini bisa timbul jika seseorang melakukan interaksi dengab
seseorang yang memiliki jiwa sosial yang kian bagus.
20
f. Tindakan membuat komunikan melakukan sebuah tindakan yang
sesuai dengan stimuli. Rangsangan itu juga bisa menjadi sebuah
tindakan jika seseorang melakukan komunikasi dengan penuh
emosional dalam segi kepribadiannya.14
2. Jenis-jenis Pola Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendi didalam bukunya yang berjudul:
“ilmu komunikasi teori dan praktek ” pola dan bentuk komunikasi terdapat
empat
macam,
yaitu
komunikasi
personal
(intrapersonal
dan
interpersonal), komunikasi kelompok (besar dan kecil).15
Komunikasi personal disini dibagi menjadi dua bagian yaitu antara
komunikasi intrapersonal dan juga interpersonal yakni pengertiannya
sebagai berikut,
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal yang dibagi menjadi dua kata intra dan
personal inra sendiri yang berarti didalam sedangkan personal yaitu diri
sendiri jadi pengertian keseluruhannya adalah komunikasi yang dilakukan
didalam diri sendiri, yang berperan sebagai sender(komunikator) sekaligus
berperan juga sebagai receive(komunikan), memberikan mpan balik pada
diri sendiri dan kemudian berkelanjutan. Contoh dalam kehidupan seharihari misalnya sedang berdoa, bersyukur, ngelamun dan juga menghayal.
b.
komunikasi interpersonal
komunikasi interpersonal di bagi menjadi 2 bagian kata yaitu, inter
14
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ; Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, th. 2007), cet.ke-24,h.16
15
Onong Uchjana Effendi, ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. ke-6,h. 7.
21
yang berarti luar dan personal sendiri adalah dirinya, jadi komunikasi
interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara
dua orang atau lebih yang mempunyai peran yang berbeda. Ada yang
berperan sebagai sender dan juga sebagian lain berperan sebagai receive,
dan feedback juga dapat diterimaoleh sender dan juga receive. Contoh dari
komunikasi adalah: pidato, ngobrol biasa, dll. Komunikasi interpersonal
sebagai alat komunikasi antara orang dengan orang lain yang sendiri
secara pribadi. Komunikasi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan
efek dan umpan balik atau feedback yang langsung.16 Pada hakikatnya
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan.17 Komunikasi interpersonal, dianggap paling efektif
dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang. Karena
sifat dialogis, berupa percakapan dan umpan balik bersifat langsung secara
tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat langsung diketahui.18
Dan untuk lebih memahami tentang komunikasi interpersonal lebih
dalam, akan lebih baik seorang komnikator megetahui ciri dari berbagai
faktor penting didalam komunikasi interpersonal yaitu:
Pertama, Komunikasi berlangsung secara terbuka, berbentuk percakapan
dan juga tanya jawab sehingga komunikator dapat mengetahui segalanya
mengenai diri komunikan, semua hal yang ingin diketahui dapat terungkap
16
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), Cet.
Ke-1, h.72.
17
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.77.
18
Effendi, Dinamika Komunikasi, h.8.
22
di sini ini yang dimaksudkan dalam komunikasi yang beralur dialogis.19
Kedua, Komunikasi berlangsung secara tatap muka, saling berhadapan dan
saling menatap satu sama lain, sehingga komunikator dapat melihat
sekaligus memperhatikan ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku yang
merupakan umpan balik non verbal.20 Dengan ciri tersebut komunikasi
intrapersonal dinilai mengena dan tepat langsung menuju apa yang ingin
dicari didalamnya seperti seputar informasi dan juga sikap dan prilaku.
Kadang banyak sekali cara yang dilakukan dengan berkomunikasi banyak
yang hanya bertanya melalui media serasa itupun tidak akan cukup untuk
mendapatkan hasil yang valid dari apa yang ingin diketahui, tetapi dengan
proses komunikasi yang terjadi secara langsung menggunakan metode
tatap muka seperti ini merupakan salah satu hal yang ampuh dalam
mengorek semua informasi yang ingin didapatkan.
Adapun dalam proses pendidikan dan pengajaran, komunikasi yang
berlangsung di sini melibatkan antara kiyai dan santri didalam pondok
pesantren dan dalam proses komunikasi yang terjadi melakukan tahapan
dengan metode tatap muka pada saat menjalankan program pengajian
kitab kuning. Maka dalam proses atau metode tatap muka ini dibagi
kedalam tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi kelompok kecil,
komunikasi interpersonal dan komunikasi intruksional.
1. Komunikasi Kelompok Kecil
kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi
komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara
19
20
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78.
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78.
23
verbal. Dengan kata lain komunikasi kelompok komunikasi
komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan salah
satu anggota kecil.21
Komunikasi tipe kelompok kecil kurang efektif dalam
mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan, karena dari setiap
komunikan tidak mungkin dikuasai oleh komunikator seperti halnya
pada komunikan komunikasi interpersonal. Komunikasi kelompok
kecil lebih bersifat rasional dalam menerima pesan yang disampaikan
oleh komunikator, komunika menanggapinya dengan lebih banyak
menggunaka pikiran dari pada perasaan. Mereka sempat menanyakan
pada dirinya mengenai benar tidaknya apa yang diucapkan oleh
komunikator kepadanya itu, dalam situasi komunikasi seperti itu,
pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mengarahkan kepada
rasio komunikan bukan pada emosi.22
2.
Komunikasi kelompok besar
Komunikasi kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang
karena jumlahnya yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak
mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.
Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan
kepada afeksi (perasaan) komunikan dan prosesnya berlangsung
secara linier. Jadi dapat dikatakan dalam komunikasi kelompok besar
ini kontak pribadi sulit sekali dilakukan. Komunikator didalam
21
22
Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.88.
Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 31.
24
komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan
tanggapannya bersifat emosional. Contoh: seperti halnya didalam
sebuah kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye
dilapangan (bersifat non formal).
C. Komunikasi Instruksional
Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata
instruction yang berarti penyajian, pelajaran atau perintah juga bisa
diartikan instruksi. Komunikasi ini berupa komunikasi formal yang
dilakukan didalam bidang kependidikan yang harus diterapkan hanya
disekolah menggunakan bahasa-bahasa yang baik dan juga bahasa
yang penuh dengan makna.
Didalam dunia pendididkan, kata instruksional tidak diarttikan
perintah tapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni
pengajaran atau pelajaran, bahkan sekarang-sekarang ini dapat juga
diarttikan sebagai pembelajaran. Memang saja ketiga arti kata tersebut
bisa berlainan makna karena masing-masing menitik beratkan kepada
faktor-faktor tertentu yang bahkan menjadi perhatiannya, namun disisi
lain hal ini cenderung bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan
proses sebuah komunikasi dengan baik komunikasi intruksional ini
bisa digunakan atau diterapkan dikalangan sekolah sebagai metode
pembelajaran diri mendekatkan kepribadian kepada anak didik supaya
25
bisa terjalin hubungan yang akademis. 23
H.A.W. Widjaja menyatakan didalam bukunya “ilmu komunikasi
pengantar studi” ada empat pola komunikasi, yaitu:24
1) Pola Roda
Pola roda itu yang berarti pola yang mengarahkan seluruh
infomasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.
Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan
memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggotan
lain. Dalam pola komunikasi jenis roda ini lebih menitik beratkan
kepada posisi pusat yaitu posisi (A) yang menjadi peran untuk
menggerakan sekaligus menjadi ujung tombak dari pelaksanaan
proses komunikasi dalam pola roda ini.
B
E
A
C
D
Gambar 1.1 Gambar pola roda H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu
komunikasi pengantar studi”
Dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa seseorang
berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam
pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah
tanpa adanya interaksi. Dan juga komunikasi ini bertumpu pada
satu orang yang dititik beratkan kepada (A)
23
24
Mudhofir, Teknologi Instruuksional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001), h.9.
H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 102-103
26
2) Pola rantai
Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima
tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi
sistem arus keatas (Upward) dan ke bawah (downward), yang
artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando)
balik ke atas atau ke bawah tanpa tejadinya suatu penyimpangan.
Pengertiannya adalah seseoang berkomunikasi (A) dengan orang
lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).
A
B
C
D
E
Gambar 1.2: Gambar pola rantai H.A.W. Widjaja menyatakan
“ilmu komunikasi pengantar studi”
Penjelasannya dalam pola komunikasi rantai ini adalah satu
sama lain antara titik A dan B dan seterusnya saling menyambung
demi tercapainya dan tersambungnya suatu proses komunikasi. Ini
bisa diliat dari jenis gambar yang yang mendatar dan menuntuk
secara berurutan dari titik A sampai titik E.
3) Pola Lingkaran
Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan
dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi
(E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A). Sejatinya alur
komunikasi pada pola lingkaran adalah memutar dan tidak putus
terlihat komunikasi pada titik A dan memutar ke titik E dan titik E
berputar dan kembali menyampaikan komunikasi kepada titik A
27
A
B
E
C
D
Gambar 1.3: gambar pola lingkaran H.A.W. Widjaja
menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”
Dalam pola komunikasi ini tidak tedapat pemimpin.
Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk
berkomunikasi
dengan
oang
yang
berada
disisi
mereka,
komunikasi ini terjadi bisa dengan kelompok dan mendekatkan
pada komunikasi bermusyawarah.
4) Pola bintang
Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota. Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola
lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan
dalam berkomunikasi satu sama lain.25
A
B
C
25
E
D
H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 102-103
28
Gambar 1.4: gambar pola bintang H.A.W. Widjaja menyatakan
“ilmu komunikasi pengantar studi”
Komunikasi dengan pola bintang seperti ini menunjukan
bahwasannya semua orang yang ada didalamnya dapat dan
mempunyai hak untuk berkomunikasi satu sama lainnya agar bisa
saling tercapai dengan baik maka semua saling berkomunikasi
sehingga tidak ada orang yang terpaku didalamnya atau tidak ada
orang yang di pusatkan dalam pola komunikasi bintang ini
semuanya bisa berbaur dan bisa saling bertukar pikiran dan bisa
saling berkomunikasi.
3. Proses Pola Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Dalam hal ini ada dua proses komunikasi, yaitu:
Proses komunikasi tatap muka dikatakan komunikasi tatap muka
karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling
berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini
komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara
langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga
komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat
mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau
respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator.
29
Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka
arus balik atau feedback terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan
balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator.
Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.
Proses komunikasi bermedia komunikasi bermedia (mediated
communication) salah satu proses komunikasi yang bisa dilakukan dari
jarak jauh dengan menggunakan suatu alat atau media sebagai sarana
menyampaikan informasi, dengan proses dan bantuan media seperti ini
akan lebih praktis dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi proses
komunikasi ini kurang bisa mendapatkan informasi secara signifikan karna
prosesnya secara tidak langsung, akan sulit mengetahui hasil informasi
yang sebenar-benarnya.
Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung
(indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun
tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak
mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab
itu dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media,
komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya
sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam
hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus
mengetahui sifat-sifat komunikan yang akan dituju dan memahami sifatsifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan
menggunakan media bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil
30
orang, bisa pula sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan
banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi
media massa dan media nirmasa.26
4. Unsur-Unsur Komunikasi
Proses komunikasi yang pada hakekatnya sebagai proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikirang yang berupa gagasan, ide, informasi, statment dan
lain-lain yang muncul dari benak atau perasaan yang berupa keyakinan,
kepastian, kekhawatiran dan sebagainya yang muncul dari dalam lubuk
hati kita. Dari berbagai macam definisi-definisi diatas nampak jelas adanya
unsur-unsur yang mencakup dalam terjadinya proses berkomunikasi. Yang
mana unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Komunikator
Komuniator
bisa
disebut
juga
sebagai
penyampai
pesan
sebagaimana pengertiannya komunikator orang yang berperan sebagai
sender yaitu orang yang mengirim pesan kepada pendengar atau
penerima pesan reciver, komunikator juga salah satu aktor yang
berperan dalam proses terjadinya suatu komunikasi ia juga sebagai
pemulai dari awal atau pembuka pembicaraan. Untuk itu seorang
komunikator harus terampil dalam mengolah kata agar si penerima
pesan menarik mendengarkannya sekaligus efektif dalam hal merespon
pesan yang sampai.
26
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6-10
31
Syarat-syarat yang sangat diperlukan oleh komunikator, yakni:27
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, di sini yang
dimaksud syarat menjadi komunikator yang baik seorang
komunikator harus mempunyai kemampuan bicara yang baik, dan
mempunyai daya tarik agar apa agar bisa membawa alur dalam
komunikasinya
2) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan memiliki
komunikasi yang baik maksudnya seorang komunikator harus jelas
secara lican dan pembacan setiap kata agar setiap komunikan yang
diajak bicara dapat menerima pesan dengan baik dan juga jelas
agar tercapai sebuah komunikasi yang elegan.
3) Mempunyai pengetahuan yang luas, pengetahuan yang luas juga
sangat dibutuhkan untuk komunikator yang ingin membahas
sesuatu
kepada
seorang
komunikan.
Misalnya
seorang
komunikator sedang melakukan diskusi atu menjelaskan suatu
produk ia harus mengetahui inti dari bahasan dan pengetahuan
tentang apa yang akan dijelaskan kepada para komunikan lainnya.
4) Memiliki daya tarik sebagai aspek tambahan agar seorang
komunikator lebih dilihat dan menonjol akan penampilannya,
dilain hal dengan penampilan yang rapih dan mempunyai ciri khas
mengandung daya tarik yang luar biasa sehingga komunikan yang
akan berkomunikasi merasa nyaman dengan komunikator.
27
Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996). Cet. Ke-1, h.59.
32
5) Mengenal diri sendiri adalah hal yang mendasar kita tidak bisa
memahami diri seseorang sebelum mengenal diri kita sendiri, oleh
karena itu dengan kita mempelajari kepribadia dalam diri kita kita
bisa tau batasan apa saja yang tidak boleh dilampaui pada saat
berkomunikasi agar tidak membuat kecewa komunikan.
6) Memiliki kekuatan dan semangat sehingga apa yang ingin
dikatakan memiliki power dan tidak lemah dalam membalas kata
dengan komunikan seperti sedang berdiskusi memiliki semangat
adalah modal utama dan juga kekuatan dalam berfikir kearah yang
lebih ilmiah.
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya
seorang yang akan menjadi komunikator harus bisa memposisikan
dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
b. Pesan
Pesan merupakan salah satu isi dari apa yang akan disampaikan
tanpa adanya suatu pesan komunikasi yang berlangsung tidak akan
terjaga, karena pesan ini adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan
dan
juga
sebagai
komponen
penting
didalam
berkomunikasi. Pesan juga harus memiliki intisari daripada isi yang
akan
di
perbincangkan
antara
komunikator
dan
komunikan,
penyampaian pesan dapat dilakukan secara langsung melalui lisan dan
secara tidak langsung media.
Ada beberapa bentuk pesan diantaranya:
33
Pertama, Informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan
kemudian komunikan mengambil kesimpulannya sendiri. Kedua,
Persuasif yaitu dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa yang akan kita sampaikan akan
memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan
namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. Ketiga, Koersif yaitu
dengan menggunaka sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitas,
yakni denhan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin
diantara sesamanya dan pada kalangan publik.28
c. Media
Media merupakan salah satu wadah atau tempat untuk dapat
menyalurkan dan sekaligus menjadi alat yang menjembatani
komunikator dan komunikan berinteraksi, tanpa adanya media sebagai
alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi jarak jauh akan sulit
menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Pesan melalui
media ini sangat praktis dan efisien bisa menjangkau semua wilayah
dan tempat akan tetapi ada kekurangannya akan sulit mendapat
informasi secara langsung dan konkrit.
d. Komunikan
Komunikan
adalah
seorang
yang
menerima
pesan
dari
komunikator. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang mengolah
pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Jadi seorang komunikan
28
H. A. W. Widjaja, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara,1997). Cet. Ke-3, h. 14.
34
akan mengolah setiap apa yang dilontarkan kepada komunikator tapi
tidak semua yang dilontarkan oleh komunikator akan diolah oleh
komunikan bisa juga sebailknya.
e. feedback
Feedback merupakan salah satu dampak atau hasil sebagai
pengaruh pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek
atau dampak tertentu pada komunikan. Apabila seseorang atau
kelompok
orang
yang
melakukan
kegiatan
komunikasi
ini
melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau
memperoleh kesepakatan bersama.29 Dampak yang akan ditimbulkan
dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu;
Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan dari daya
rangsang otak yang membawa komunikan menjadi lebih tau karna
kemampuan berfikir yang baik dari area kognitifnya. Dampak Afektif,
yaitu dampak yang menimbulkan perasaan tertentu dan tergugahnya
hati seorang komunikan, misalkan perasaan iba, atau rasa kasian
kepada seseorang, dampak ini yang membawa kepada daya perasaan
dan sekaligus bisa merasakan apa yang telah dirangsang dapat dicerna
melalui perasaan yang ditimbulkan. Dampak Behavior, dampak yang
paling tinggi tensinya, yaitu dampak yang timbul pada komunikan
29
Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional,(Jakarta:
Dermaga, 2002), h. 3-5
35
dalm bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.30
5. Teori Pola Komunikasi
Dalam komunikasi ada beberapa teori yang ada. Harold D.
Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University, telah menghasilkan
suatu pemikiran mengenai komunikasi yang dituangkannya dalam bentuk
paper yang kemudian dimuat dalam buku The Communcation Ideas,
suntingan Lyman Bryson. Lasswel menyatakan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan”
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?‟‟
a. Who? Siapa komunikatornya?
b. Says What? Pesan apa yang disampaikan?
c. In Which Channel? Media apa yang digunakan?
d. To Whom? Siapa komunikannya?
e. With What Effect? Efek apa yang diharapkan?31
Rumus Lasswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai
teori lainnya. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen
komunikan. untuk membahas ini dapat dipergunakan teori Melvin L.
Defleur. Dalam bukunya yang berjudul Theories of Mass Communication,
ia mengemukakan empat teori yang masing-masing disebut Individual
Differences Theory, Social Categories Theory, SocialRelationship Theory
dan Cultural Norms Theory.
30
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-6, h.7.
31
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-6,h. 29
36
a. Individual Differences Theory
Teori ini menyatakan khalayak yang secara selektif memperhatikan
suatu pesan komunikasi, khususnya paabila bersangkutan dengan
kepentingannya, akan sesuai sikapnya, kepercayaannya, dan nilainilainya.
b. Social Categories Theory
Asumsi dasar dari teori Melvin L. Defleur yang kedua ini ialah
bahwa kendatipun masyarakat modern bersifat heterogen, orang yang
mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup
tradisional yang sama.
c. Social Relationship Theory
Teori yang ketiga, Social Relationship Theory adalah Two Step
Flow of Communication telah diketengahkan oleh Paul Lazarsfeld dan
rekan-rekannya yang terkenal itu. menurut teori tersebut, sebuah pesan
komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada
sejumlah perorangan yang terang-terangan, dan dinamakan “pemuka
pendapat”. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi diteruslakn
melalui saluran antar persona (dari mulut ke mulut), kepada orangorang yang kurang keterpekaan media.
d. Cultural Norms Theory
Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa,
melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu,
menciptakan kesan-kesan kepada khalayak bahwa norma budaya yang
sama mengenai topik dibentuk dengan cara yang khusus. Pesan
37
komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce
existing patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk ercaya bahwa
suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.32
B. Definisi Pesantren
Pesantren adalah sebuah tempat atau surau yang mengajarkan dan
membimbing seseorang menjadi lebih baik dan mengerti akan agama, banyak
model pesantren dan pesantren dibagi menjadi 3 jenis pesantren salaf
pesantren yang Pertama, pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode
pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari
semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang Kedua, adalah pesantren salaf
yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri
diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang Ketiga, adalah
pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan
mempelajari serangkaian ilmu kanuragan namun dijaman modern ini
pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia
sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan IslamIndonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan
sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun
yang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut
32
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 30
38
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung,
pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi
masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin
bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni
atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.
Kategori pesantren bisa diteropong dari berbagai perspektif, yaitu: dari
segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan
terhadap perubahan, dari sudut sistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya,
Arifin
menggolongkannya
menjadi
pesantren
modern,
pesantren
tahassus(tahassus ilmu alat, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir/hadits, ilmu tasawuft
hariqat, dan qira’at al-qur‟an) dan pesantren campuran.33
C. Pengertian Kyai dan Santri
1. Pengertian Kyai
Pengertian Kyai dalam kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebuah
sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam),
sedangkan dalam sebuah pesantren, Kyai adalah pembimbing, pengajar,
atau seorang pimpinan salah satu pesantren.
Kyai menurut Manfrediemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah
pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan
hidupnya demi Allah serta menyebar luaskan ajaran-ajaran Islam melalui
kegiatan pendidikan. Kiyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya dia
mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan
peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu
33
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga,2002.) h.25
39
memberikan nasehat.34
Istilah seorang Kyai adalah sebutan yang diperuntukan bagi para
ulama radisional di pulau jawa, walaupun sekarang banyak Kyai yang
sudah tersebar di pulau jawa dan juga di luar pulau jawa.35 Menurut asal
muasalnya, sebagaimana dirinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan
Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda.
Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua
pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat
kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi seorang
pimpinan di pondok pesantren.36
Dalam perkembangannya, gelar seorang Kyai dewasa ini tidak lagi
digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja.
Gelar Kyai pun dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada
seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya,
walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar Kyai ini juga
sering digunakan oleh para Da‟i atau mubaligh yang biasa memberikan
ceramah agama Islam.37
2. Pengertian Santri
Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang
mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh,
34
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M, 1986), h.131
Pradjata Dirdjosanjoto,
Memelihara Umat Kyai pesantren-kyai langgar jawa,
(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, h.13
36
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan
Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.28
37
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan
tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.29
35
40
orang yang sholeh.38
Sedangkan didalam istilah lain, santri berasal dari istilah cantrik
(dalam agama Hindu) yang berarti orang-orang yang ikut belajar dan
mengembara dengan empu-empu ternama. Namun sejatinya ketika
diterapkan diagama Islam, kata cantrik tersebut berubah menjadi santri
yang berarti orang-orang yang belajar kepada guru agama.39Santri adalah
murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai Kyai
bila memiliki suatu yayasan atau pesantren dan juga santri yang tinggal
untuk mendalami ilmu agama berdasarkan kitab kuning. Oleh sebab itu,
eksistensi Kyai biasanya berkaitan dengan adanya para santri yang
mondok didalam pesantrennya.
Dalam bahasannya santri di sini dibagi menjadi dua yaitu santri
mukim dan juga santri kalong. Pertama, santri mukim adalah murid yang
berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri
kalong adalah murid atau santri yang tinggal tidak jauh dari lokasi
berdirinya pesantren tersebut. Para santri kalong pergi ke pesantren ketika
ada tugas belajar dan aktivitas pesantren lainnya.40
Sehingga dapat difahami bahwa santri adalah murid yang belajar
sekaligus mendalami ilmu agama yang didampingi oleh seorang Kyai
dengan tujuan agar tercapai semua yang diharapkan terlebih santri bisa
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h.783
39
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h.20
40
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan
tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.35
41
lebih mengenal dan mendalami ilmu-ilmu agama dan dapat pula
disebarkan atau disyiarkan kepada masyarakat awam.
D. Kitab Kuning
1. Pengertian Kitab Kuning
Dalam dunia pesantren asal-usul penyebutan atau istilah kitab kuning
atau kitab kuning tidak diketahui secara pasti. Penyebutan ini didasarkn
pada sudut pandang yang berbeda-beda. Sebutan kitab kuning itu sendiri
sebenarnya merupakan sebuah ejekan dari pihak luar, yang mengatakan
bahwa kitab kuning itu kuno, ketinggalan zaman, memiliki kadar keilmuan
yang rendah, dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan apa yang
dinyatakan oleh masdar:
“Kemungkinan besar sebutan itu datang dari pihak orang luar dengan
konotasi yang sedikit mengejek. Terlepas dengan maksud apa dan oleh
siapa dicetuskan, istilah itu kini telah semakin meluas kepada masyarakat
baik di luar maupun di lingkungan pesantren”41
Jadi sebutan yang melekat pada generasi modern ini tentang sudut
pandang mengenai kitab kuning menjadi lebih negatif karna pengaruh
yang di asumsikan dari orang luar yang mengatakan kitab kuning
merupakan sebuah sumber ilmu yang kuno padahal jelas segala yang baik
dan asal muasal dari kita bisa belajar bahasa Arab dan mengerti maknanya
melalui kitab kuning ini, karn pada dasarnya kitab kuning ini dibawa oleh
orang terdahulu sehingga keasliannya benar-benar terjaga.
2. Konsep kitab kuning
41
M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, (Jakarta:
P3M, 1985). Hal. 55
42
Pada dasarnya didalam kitab kuning mempunya i konsep dan juga
urutan, didalam proses pembelajaran kitab kuning ada urutan-urutan yang
bisa dijalankan untuk bisa mencapai pemahaman yang luas dan bisa
mengerti dengan cepat. Yang pertama mengetahui dan memahami makna,
agar seseorang dapat mengerti bisa mempelajari kitab dengan memulai
mempelajari ilmu dasar dari bahasa Arab, urutan yang baik dalam
mempelajari kitab kuning.
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PROFIL
A. Lokasi Pesantren Darul Ishlah
Pesantren Darul ishlah terletak diwilayah yang strategis. Ia terletak
disebelah wilayah timur jalan buncit raya yang dilalui kendaraan dari arah
ragunan menuju buncit, mampang dan kuningan. Tepatnya berada diwilayah
Rt 05 Rw 05 kelurahan kalibata kecamatan pancoran kota madya Jakata
selatan. Wilayah ini biasa dikenal dengan sebutan nama kalibata pulo, karena
letaknya yang dikelilingi oleh kali sehingga mirip sebuah pulau. Didalam
lingkungan
pesantren
semua
hampir
keseluruhan
bebudaya
betawi
didalamnya.42
B. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah
Sebagai anak asli betawi terlebih dilahirkan di wilayah kalibata pulo yang
mana disana kental dengan nilai-nilai keIslamannya, suasana yang agamis dan
ketaatan masyarakat Betawi terhadap agamanya sempat mendapat apresiasi
dari Buya Hamka dala seminar perkembangan Islam di Jakarta pada tahun
1987 dimana beliau mengatakan:
“sungguh begitulah sangat mengagumkan kita, betapa teguhnya orang
Betawi memeluk Islam. Selama 350 tahun antara penjajah (Belanda) dan
anak Negri asli (Betawi) masih tetap sebagai “ minyak dan air “. Sekalipun
bertemu dalam botol tidak pernah bersatu. Bagaimanapun mengaduk minyak
didalam botol kecil yang berisi air, sehabis adukan itu, di saat itu pula
mereka berpisah kembali.43
42
43
Biografi pesantren Darul Ishlah
Shahab Alwi, Robin Hood Betawi, (Jakarta: Republika, 2002), Cet-ke-2. h.93.
43
44
Suasana yang agamis yang demikian kental sampai sekarangpun masih
terasa di kelurahan kalibata, terutama di wilayah sekitar kalibata pulo tempat
pesantren Darul Ishlah berada. Karena pada dasarnya orang betawi tidak bisa
dipisahkan oleh agama Islam.
KH. Amir Hamzah ( pendiri pesantren Darul Ishlah), maka dari kecil
beliau sudah diperkenalkan oleh orang tuanya dan kakeknya tentang
pengetahuan agama Islam. Karna kondisi ekonomi keluarga beliau yang
kurang mampu serta cukup banyaknya adik-adik beliau yang harus diurus,
maka beliau lebih diurus dan juga sering tinggal bersama kakeknya yaitu yang
bernama Ustadz Munir. Ketika memasuki usia sekolah beliau dimasukkan
kesekolah madrasah Fatahillah di kalibata pulo dari ibtidaiyah sampai
tsanawiyah. Kemudian beliau melanjutkan aliyahnya ke pesantren Darul
Rahman, pimpinan KH. Syukron Makmun di kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
selama 5 (lima) tahun. Masa sekolah aliyahnya yang hanya lima tahun karena
ketika tahun pertama masuk beliau disuruh KH. Syukron untuk masuk dahulu
dikelas 2 (dua) tsanawiyah. Dan beliau baru lulus aliyah pada tahun 1984.
Lulus dari aliyah beliau sempat kuliah di IAIN sampai semester kedua.
Kemudian berhenti karena menderita sakit kurang lebih 3 (tiga) bulan. Setelah
itu atas sara kakeknya, Ustadz Munir, dan juga saran dari KH. Dimyati
(cikampek) beliau menjadi santri di pesantren milik kiai hasbulloh di raja
mandalaselama kurang lebih 1,5 (setengah) tahun. Sepulang dari pesantren,
beliau membuka pengajian dari rumah kerumah sambil tetap mengembang
kualitas ilmunya dengan mengaji dan mencari keberkahan dari beberapa
ulama, diantaranya adalah buya Dimyati dari banten. 44
44
15.40
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
45
Pada saat beliau sedang belajar di pondok salaf beliau mempunyai tekat
ingin sekali mendirikan pesantren ia ingin membagi ilmunya kepada
masyarakat luas yang belum mengenal agama agar mempunyai bekal di
akhirat, setelah tahun 1987 beliau selesai dari pendidikan pesantren salaf yang
mana tempat ia belajar dan pada tahun 1987 beliau mulai merintis sedikit demi
sedikit yang pertama beliau lakukan adalah mendekatkan diri kepada
masyarakat tempat dimana beliau akan mendirikan sebuah pesantren.
Mendatangi setiap rumah rumah warga bersilahturahmi pendekatan awal
kepada masyarakat agar menjamin potensi yang dihadirkan dalam tenaga
pembangunan pesantren. Dahulu beliau tidak mempunyai lahan sedikitpun
beliau memanfaatkan lahan seadanya yang dimiliki oleh seorang kakeknya
sendiri mulai disitu timbul santri walau hanya sekitar 2 orang santri saja tetapi
disatu sisi beliau senang bahwa beliau sudah bisa mempunyai murid pada saat
itu mulailah kegiatan belajar mengajar walau yang digunakan hanya fasilitas
seadanya masjid masih secara umum milik masyarakat belum bukan bagian
dari pesantren belajarnya pun di pelataran pesantren yang sekarang sudah
menjadi garasi pesantren, beliau menerapkan pelajaran agama yang diberikan
kepada santri seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 santri bertambah
menjadi 10 orang karena santri yang sekiranya sudah lumayan banyak beliau
memikirkan sebuat tempat yang layak untuk tempat belajar dan mengajar,
pada saat itu beliau membebaskan tanah sekitar 100 meter tanah yang mana
harga tanah pada tahun itu 1 meternya dihargakan 35.000 rupiah dengan izin
allah dan rasa keikhlasan beliau akhirnya tanah mulai bertambah 100 meter
46
lagi yang mana tanah itu didonasikan kepada pesantren dari orang yang
mempunyai tanah tersebut, ini merupakan modal di akhirat apabila
mewaqafkan sebagian tanahnya kepada pesantren maka amal ibadahnya akan
terus mengalir walau sudah tidak didunia, itulah masukan seorang kiai yang
belajar mengemban ilmu dengan banyak guru mempunya keikhlasan dan
dapat mendekatkan diri kepada masyarakat.
Dalam pemberian nama kepada pesantren seorang kiai tentu memikirkan
tetapi menurut wawancara seorang kiai menemui nama itu secara spontan tapi
di lain pemikiran lain beliau juga mengambil nama pesantren yang mana
pernah menjadi tempat beliau mengambil ilmu, yaitu pesantren Darul Rahman
maka diambil nama depannya yaitu “Darul” maknanya adalah gudang,
kumpulan, tempat,dll. Banyak lalu kata belakang dari pesantren yang
bertuliskan “Ishlah” yang berarti perbaikan pertama kalo beliau mengetahui
dan terfikir nama ini dari sebuah majlis yang mana tempat kakek dari istrinya
yaitu sebuah tempat taparukan namanya majlis Al-Ishlah setelah digabungkan
namanya bermakna dalam maka dari itu terciptanya sebuah nama pesantren
yaitu Darul Ishlah menurut kiai islah itu artinya perbaikan jadi semoga yang
masuk ke pesantren ini menjadi orang yang baik dan bisa menjadi lebih baik
lagi agarmencapai kepribadian dalam perbaikan hidup.45
Pesantren Darul ishlah ini bertarafkan salaf di sini salaf diartikan sebagai
pesantren yang hanya melakukan metode pembelajaran khusus mengenai ilmu
keagamaan kenapa keagamaan karna yang diajarkan didalamnya berkaitan
45
15.40
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
47
dengan ilmu nahwu, shorof, fiqh dan ilmu lainnya, muhadharah adalah salah
satu kegiatan ekstra kulikuler yang ada di pondok pesantren Darul Islah ada
juga kegiatan belajar hadrah dan tahfidz quran.
supaya tidak blank atau gugup pada saat melakukan latihan ceramah itu.
Selain pembelajaran kitab-kitab kuning di pesantren salaf Darul Ishlah ini juga
ada kegiatan di luar kitab kuning yaitu kegiatan belajar muhadharah ini adalah
kegiatan belajar yang mana santri diajarkan untuk bisa melakukan ceramah
mengenai agama sekaligus dilatih memberanikan diri berbicara di hadapan
banyak orang. Santri di panggil secara acak tetapi sebelum dipanggil tiga hari
sebelumnya merekan atau yang sudah dijadwalkan harus mempersiapkan
bahan atau isi ceramah
Gambar 3.1 kegiatan muhadharah didalam masjid Pon-Pes Darul Ishlah
Dan selain muhadharah ada juga kegiatan sekaligus bisa dibilang
ekstrakulikuler yaitu latihan hadrah dan juga membaca maulid para santri
latihan setiap seminggu sekali dilakukan di aula pesantren pertama latihan
48
pukulan hadrah atau yang biasa dikenal dengan rebana dan juga pembacaan
manaqib dan maulid berikut dengan latihan vocal mengenai shalawat kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW.46
Gambar 3.2 latihan hadrah mingguan di pelataran aula pesantren
Respon masyarakat sangat baik dan Hampir mayoritas masyarakat di sini
mendukung bahkan setiap pengajian malem jumat itu penuh memang tidak
bedanya kan pesantren adalah sebuah sarana kita menawarkan dagangan
akhirat maka kita menjual dagangan di sini yang bisa dibeli sama santri dan
masyarakat maka pengajian umumnya itu salah satunya itu nah ini yang saya
katakan yang tidak ada dipesantren lain walaupun salaf terbuka untuk umum
hampir di seluruh Jakarta yang murni yang khusus salaf yang tidak ada
interpensi pemerintah di sini aja bahkan dari kandepag apabila ada biasiswa
yang pertama kali ditawarkan di sini dulu untuk anjang prestasi dipesantren
insya allah tidak kalah yah pernah diadakan pertandingan olahraga antara
pesantren tapi kita membawa beberapa kelas olahraga termasuk pencak silat
bulu tangkis padahal tidak diajarkan didalam pesantren.
46
Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB
49
Pesantren memberikan peran kepada masyarakat sewkaligus pesan-pesan
dakwah dan siraman rohani agar masyarakat sadar dan mengetahui perbuatan
yang mana dilarang dan yang mana diperbolehkan, masyarakat memang
halnya membutuhkan pesantren dalam kehidupan bermasyarakat apa yang
masyarakat butuhkan seperti kegiatan selametan rumah di sini selametan
rumah bisa digambarkan dari rasa syukur dari apa yang telah diberikan oleh
Allah SWT masyarakat membutuhkan sosok tokoh agama atau seorang kiai
dalam memimpin jalannya acara dan dibantu santri yang menguasai seni
hadrah dalam pelengkap acara tersebut.
Seorang anggota DPR Hj. Melani Leimena Suharli melakukan kunjungan
kerja kepesantren darul ishlah sebagaimana beliau menharapkan kepada kiyai
dan santri untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia, jadi bangsa
Indonesia ini bukan hanya bangsa beragama saja tetapi mayoritas penduduk
Indonesia adalah agama Islam demi mencapai kemajemukan bermasyarakat
yang baik dan kondusif.
Dengan adanya kehadiran seorang anggota DPR ini membuktikan bahwa
pesantren salaf ini masih diperhatikan walau hanya pesantren yang mempunya
satri -+ 150 santri ini, tetapi para santri ini tidak kalah dengan kualitas dari
sekolah sekolah luar atau pada umumnya, pada saat diadakan pekan olahraga
antara lembaga pendidikan dan Alhamdulillah pesantren ini mendapat juara di
bidang bulu tangkis dan juga silatnya, padahal didalam pondok pesantren ini
50
tidak diajarkan hal atau ekstra kulikuler semacam itu.47
Gambar 3.3 kunjungan Hj. Melani ke ponpes Darul Ishlah48
Gambar 3.4 pemberian penghargaan kepada santri oleh Hj. Melani
C. Visi dan Misi
Terkait dengan cita-cita pesantren sebagaimana mestinya terciptalah visi dan
misi agar pesantren mempunyai arah dan tujuan untuk membangun pesantren
yang berguna bagi masyarakat.
47
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
15.40
48
http://www.mpr.go.id/blog/hj-meilani-leimena-suharli/news/12683/kunjungan-kerja-hjmelani-leimena-suharli-di-pondok-pesantren-daarul-ishlah-warung-buncit
51
Visi
:
“Dengan pendidikan tafaquh fiddin yang bermutu membentuk generasi yang
beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah dan berprestasi”.
Misi
:
1. Mewudkan
pendidikan
yang
Islami
melalui
penanaman
aqidah
Ahlusunnah Wal jama‟ah
2. Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan syariat
Islam dalam proses belajar mengajar
3. Menanamkan nilai-nilai keIslaman dalam kehidupan sehari-hari melalui
keteladanan
4. Membentuk santri yang berprestasi dalam ilmu keIslaman dan bermanfaat
bagi masyarakat
Dengan visi dan misi ini pesantren diharapkan bisa lebih baik
membina santri agar menjadi santri yang sadar diri dan menjadikan santri
berakhlak mulia, serta menghormati orang yang lebih tua. Menjadikan
kepribadian yang lebih baik dan santun.
D. Fasilitas pesantren Darul Ishlah
Secara letak tata pesantren memiliki beberapa bangunan serta fasilitasfasilitas yang mendukung demi menjamin nyamannya seorang santri dalam
proses belajar dan mengajar. Didalam ruang lingkup pesantren, Fasilitas di
Pesantren Darul Ishlah memang tergolong biasa saja, dikarenakan pesantren
ini lebih sering mendapatkan dana dari donatur. Fasilitas pesantren Darul
Ishlah terdiri dari: 49
49
15.40
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
52
Fasilitas pesantren Al-Matiin terdiri dari:
Table 3.1
NO
Fasilitas
Jumlah
1.
Gedung
2 Lantai
2.
Kantor
1
3.
Ruang Aula
1
4.
Musholla
1
5.
Kamar Mandi 4
6.
Ruang Guru
1
7.
Kamar Santri
2
8.
Dapur
1
E. Struktur Organisasi Pesantren
Struktur kepengurusan organisasi pesantren: 50
PIMPINAN
DEWAN GURU
MUDABBIR
SEKRETARIS
BENDAHARA
Seksi-Seksi
SEKSI
TAKLIM
SEKSI
KEAMANAN
50
SEKSI
KEBERSIHAN
N
SEKSI
PERALAT
AN
Kesekretariatan pesantren Darul Islah tahun 2012-2014
SEKSI
HUMAS
SEKSI
HADRAH
53
Pimpinan
: KH. Amir Hamzah
Dewan Guru
: 1. Habib Ali Al-Hamid
2. Ustadz Agil Badruddin
3. Ustadz Jaja Nurul Fajri
Mudabbir
: Ustadz Gunawan
Sekretaris
: Ustadz Sayidina Abu Bakar
Bendahara
: Ustadz Ahmad Deni
Seksi-seksi
1) Ta‟lim
: 1. Ustadz Natori
: 2. Ustadz Sya‟in Purnama
2) Keamanan
: 1. Ustadz Jamalullail
2. Ustadz Ali Masykur
3. Ustadz Ahmad Syauqi
4. Ustadz Abu Bakar
3) Peralatan
: 1. Usradz Ahmad Baihaki
2. Ustadz Amirudin Amsar
4) kebersihan
: 1. Ustadz Syarifuddin
2. Ustadz Bukhori
5) Hadrah : 1. Ustadz Sofyan Hadi
2. Ustadz firdaus
54
Adapun pembagian tugas dari masing-masing berdasarka pada struktur
kepengurusan yang terakhir adalah :
1. Pengurus merupakan pemegang kebijakan tertinggi di pesantren Darul
Ishlah dan memiliki wewenang, menetapkan segala kebijaka yang
bermanfaat
bagi
pesantren,
mengesahkan
segala
kegiatan
yang
bermanfaaat bagi pesantren, membatalkan segala kebijakan yang
merugikan pesantren, memberikan pengarahan kepada penasihat dan
pengurus lainnya.
2. Penasehat merupakan nama lain dari seorang pengurus yang bertugas
membantu pengurus dalam melaksanakan pengendalian atas kebijakan
manejemen pesantren, seorang penasehat berwenang; memberikan
pengarahan, pertimbangan, dan saran baik diminta maupun tidak diminta
kepada pengurus. Selanjutnya seorang penasehat selalu memantau
jalannya kepengurusan pesantren Darul Ishlah dalam pelaksanaan
kebikjakan yang telah diterapkan. Selalu melakukan mediasi terhadap
berbagai
persoalan yang muncul
didalam pelaksanaan sekaligus
berjalannya program pesantren.
3. Mudabbir di sini sangat dibutuhkan dalam pembentukan pesantren dan
menjadikan sebuah bantuan dalam mengembangkan pesantren, sekaligus
menjadi penanggung jawab atas berjalan atau tidaknya sebuah
kepengurusan pesantren.
4. Sekretaris mengurusi segala macam pelaksanaan administrasi yang ada di
pesantren bekerja sama dengan kepengurusan agar penerimaan santri bisa
55
di
jalankan
dengan
baik,
bagian
penyuratan
tentang
masalah
keorganisasian.
5. Bendahara yang memegang hak dalam memegang keuangan yang ada
didalam pesantren sebagaimana tugasnya setiap uang yang masuk didalam
pesantren akan masuk ke dalam bendahara dan dana yang masuk akan di
alokasikan untuk kepentingan pondok pesantren Darul Ishlah.
6. Sedangkan seksi ta‟lim di sini yang sangat terihat mereka yang mengatur
semua kegiatan yang berkaitan dengan agama segala kegiatan pengajian
belajar mengajar itu yang mengatur adalah seksi ta‟lim atau kalau disebut
di pesantren sebagai qismu ta’lim.
7. Seksi humas dari kepanjangan namanya yaitu hubungan masyarakat yang
mana bertugas untuk menjaga dan mengembangkan hubungan kepada
masyarakat akan menciptakan citra yang baik bagi masyarakat bagian ini
melalui proses komunikasi dan selalu bersilaturah mi kepada masyarakat.
8. Seksi keamanan yang bertugas dan mempunyai kuasa dalam melakukan
pengamanan yang ada di sekitar wilayah pesantren mempunya peraturan
keamanan yang dibuat sendiri melainkan atas persetujuan pemimpin
pesantren keamanan ini juga berhak menghukum santri-santri yang
melakukan asas pelanggaran yang tidak boleh di langgar di pesantren.
9. Bagian kebersihan atau seksi kebersihan yang bertugas mengatur jadwal
piket untuk semua santri terlebih kerja bakti itu untuk umum mengajak
masyarakat untuk melakukan kerja bakti dan mengarahkan santri untuk
melakukan tindakan kebersihan apabila dibutuhkan.
56
10. Bagian perlengkapan atau peralatan salah satu bagian yang menangani dan
bertugas menjaga sekaligus memelihara sarana dan prasarana pondok
pesantren agar barang terjaga dan terawat.
F. Program Kerja Pondok Pesantren Darul Ishlah
Program kerja di pondok pesantren Darul Ishlah beda halnya dengan
pondok-pondok yang menggunakan sistem pendidikan yang di tetapkan oleh
KEMENDIKNAS dan KANDEPAG, di pondok pesantren salafi Darul Ishlah
menerapkan program kerja dengan metode pengkaderan kepada santri guna
apa yang ia dapatkan didalam pesantren salaf ini bisa bermanfaat bagi
masyarakat. Selain itu seorang pimpinan pesantren menegaskan bahwa semua
santri yang masuk kepesantren ini harus mengikuti segala program dan
kurikulum yang ada didalamnya, pesantren juga menjalan kan program belajar
kitab kuning yang mana metode atau struktur pembelajarannya dilakukan
bertahap dilakukan dengan mengetahui kemampuan seorang santri sebatas
mana ia bisa mampu menempati kelas-kelas, di sini santri yang masuk tidak
berpaku kepada umur untuk mendapatkan kelas yang lebih tinggi, tetapi
tergantung dari kemampuan seorang anak. Apabila seorang anak mampu
melewati apa yang diberikan dan kecerdasan anak berkembang maka akan
naik ke kelas selanjutnya, program lain adalah Tahfidz Al-quran pada orang
yang melakukan tahfidz ini tidak dikhususkan untuk melakukan belajar
mengenai ketab kuning melainkan hanya mengkhususkan kepada penghafalan
Al-quran saja agar apa pesan kiai supaya tidak menggangu target hafalan yang
sedang dijalankan.51
51
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
15.40 WIB
57
Dan juga pelatihan muhadharahdidalam pengertiannya muhadharahini
adalah pelatihan berpidato atau ceramah agama agar membuat dan
mengangkat nilai keberanian santri dalam menyiarkan agama kepada
masyarakat, pelatihan muhadharahini dilakukan secara acak dan juga diberi
tahukan selang 3 (tiga) hari agar sang santri bisa mempersiapkan bahan-bahan
dalam latihan ceramah ini, supaya kosa kata yang dikatakan tidak terbata-bata
dan juga bisa berbicara lancar dan baik.52
G. Profil Pondok Pesantren Darul Ishlah
Nama Pesantren
: Pondok Pesantren Darul Ishlah
Nomor Telepon
: 021-79180874
Fax
: 021- 7942622
Nomor Pos
: 12740
Alamat
: Jalan buncit raya Mampang perapatan Rt 005
Rw 05 kelurahan kalibata kecamatan pancoran
kota madya Jakata selatan.
Nama Pimpinan
: KH. Amir Hamzah
Kepemilikan tanah
: Milik Yayasan
Sistem Pembelajaran
: Salafiah
52
Wawancara langsung dengan santri Pon-Pes Darul Ishlah tanggal 21 november 2014
pukul 16.30 WIB
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Pola Komunikasi Antara Kyai Dan Santri Dalam Metode
Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Darul Ishlah
Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan oleh
penulis, maka Pola komunikasi antara Kyai dan Santri dalam metode
pembelajaran Kitab kuning di Pesantren Darul Ishlah adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Antarpribadi
Dalam masalah ini didalam penelitian penulis menggunakan proses pola
komunikasi antapribadi, komunikasi antarpribadi dilakukan oleh kyai dan
ustad terhadap santri secara pribadi. Berdasarkan analisis penulis bahwa
pembelajaran kitab kuning
dilaksanakan dalam bentuk hafalan yang
diberikan oleh kyai atau ustad kepada santrinya. Komunikasi antarpribadi
ini cenderung untuk melihat kemampuan setiap santrinya dan memberikan
motivasi terhadap santri yang memang mengalami kesulitan untuk
beradaptasi terhadap kitab kuning yang dipelajari. Dengan cara kyai
memanggil
salah
satu
santri
yang
mengalami
kesulitan
dan
mendiskusikannya di luar kelas secara tatap mata. Dalam proses
pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren darul ishlah lebih
diutamakan dengan kecerdasan otak dan juga tidak memandang usia dalam
kenaikan kelas apabila seorang murid yang mempunyai kecerdasan dia
berhak melanjutkan ke kelas yang selanjutnya, menurut wawancara dari
salah seorang murid di pondok pesantren darul Ishlah.
58
59
Dahulu sosok pak kiyai metode pembelajarannya keras jadi
sistemnya mesti hafal satu dalam jangka waktu tapi kalau sekarang
beda cara pendektanannya bukan dengan cara kekerasan lagi tapi
dengan cara kesadaran dan keikhlasan masing-masing supaya
ilmunya lebih melekat.53
Pada saat proses pola komunikasi dan proses belajar dahulu sosok kiyai ini
keras dan tegas bahkan apabila ada seorang santri yang tidak melakukan
penghafalan tepat waktu akan mendapat hukuman, tetapi dalam metode itu
dirubah pada tahun 2013-sekarang ini menjadi metode kesadaran diri, jadi
pak kiyai menekankan pada kesadaran seorang santri untuk belajar. Agar
mendapatkan ilmu yang manfaat dan juga bisa melekat didalam diri yang
mempelajari.
Santri yang memang sudah hafal dapat langsung ke tahap selanjutnya.
Namun santri yang belum hafal harus menghafalkannya dan tidak boleh
untuk melanjutkan tahap berikutnya. Untuk santri yang sudah hafal dapat
menyetorkan hafalannya kepada kyai. Jenis komunikasi ini sangat efektif
dalam pembelajaran kitab kuning. Karena komunikasi ini bersifat tatap
muka (face to face) dan menghasilakan timbal balik (Feedback).
Komunikasi
antarpribadi
memberikan
kita
kesempatan
untuk
memperbincangkan diri kita sendiri, belajar bagaimana dan sejauh mana
terbuka pada orang lain serta mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain
sehingga kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.
Komunikasi antarpribadi ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk
mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan,
53
Hasil wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 pukul 16.20 WIB tempat
ruang sekretariat
60
menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain
sesuai kehendak kita. Kita dapat meningkatkan keefektifan kita dalam
hubungan antar pribadi dengan cara berlatih mengungkapkan maksud
keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan
memodifikasikan tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya
sebagaimana kita maksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh tingkah laku kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita
maksudkan.54
Kenapa penulis mengambil pola komunikasi antar pribadi karena di
sini seorang kiyai melakukan cara pendekatan diri kepada santrinya
selayaknya dengan kedekatan antara orang tua dan juga anak, agar seorang
santri tidak akan berani dengan kiyainya karena mereka semua sudah di
tekankan didalam hatinya sekaligus ditanamkan nilai-nilai moral yang baik
sehingga santri memiliki kesadaran akan pikiran untuk tidak menyakiti
kiyainya.55
Tetapi seorang santri tidak selalu mulus dalam pembelajaran kitab
kuning ini, seorang santri mempunyai hambatan karena kitab kuning itu
diibaratkan sebagai sebuah mesin dan didalam mesin itu terdapat alat-alat
yang kecil begitu juga dengan kitab kuning56, mempunyai banyak sarah atau
pengertian di sini dalam satu kata bisa mempunya banyak arti dan juga
banyak model kata yang digunakan, jadi itulah hambatannya. Dalam
54
Dr. A. Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, ( Yogyakarta:
Kanisius, 1995), Cet. Ke - 1, hal 24.
55
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
15.40
56
Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB
61
mempelajari kitab kuning ini harus memerlukan tingkat kesabaran yang
tinggi dan juga bagi pengajarnya harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai ilmu nahwu, shorof, fiqh dan lain-lainya. Begitu juga dengan
sikap sangatlah diperlukan untuk pengajar kitab kuning, karena sikap sabar
sangatlah diperlukan dalam pengajaran dalam menghadapi santri-santri yang
lama dalam pemahaman.
Dalam hal ini, ada juga jadwal pembelajaran yang dilakukan santri
sehari-haridari mulai kelas ibtidaiyah sampai aliah, dan berikut penulis
jelaskan mengenai kelas tersebut;57
Pertama ada
kelas imtihan pengenalan metode yang dikenalkan
biasanya al-quran yang di tekankan untuk santri yang baru masuk dan juga
santri yang juga telah lolos dalam pengetesan masuk pesantren darul Ishla,
dimana kelas imtihan ini lebih dikenalkan kepada pembacaan alquran agar
lebih lancar dalam membaca segala tulisan Arab.
Yang kedua ibtidaiyah kalau kelas ibtidai barulah mulai ditekankan
masalah bahasa Arab seperti jurmiah dan lebih mendalami al-quran
Table 4.1
Waktu
Ba’da
subuh
Senin
Ihya
Selasa
Adab alSuluk
Rabu
Ihya
Kamis
Ihya
Jum’at
-
Sabtu
Ihya
Minggu
Nashoih
al-‘Ibad
08.0009.30
09.3011.00
Almufrodat
Alkhulasoh
Al- da’wat
Almufrodat
Aljurumiah
Hadrah
-
Matan
Tijan
-
Aljurumiah
Safinah
Al-najah
Aljurumiah
Almahfudzo
t/ imla
57
Al- tajwid
Hasil wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 pukul 16.20 WIB
62
Ba’da
Ashar
Mukhtar
Al-hadits
Maraqi
Alubudiyah
Al- quran
Tafsir/Ha
dits
Tafsir/Ha
dits
Shalawat
Tafsir/Ha
dits
Al-Azkar
Ba’da
Al- quran
Al- quran Manaqib Al- quran
Maghrib
Ba’da
Tanqiyh
AlAlMaulid al- Tamrin alIsya
al-Qaul
kaylaniy
kaylaniy
Nabiy
dawat
Yang ketiga tsanawiyah kalau ini sudah mulai ngaji kitab tingkat atas
Al- quran
Al- quran
Aljurumiah
Safinah
al-Najah
Table 4.2
Waktu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
Ba’da
subuh
Ihya
Ihya
Ihya
Al-quran
Ihya
08.0009.30
Bidayah
alMujtahid
Alfiah
Ta’lim
Muta’ali
m
Baijuri
Bidayah
alMujtahid
Alfiah
Hadrah
-
Bukhori
Alfiah
-
Alfiah
Nashoih
aldiniyah
Anwar
Almasali
k
Alfiah
09.3011.00
Ba’da
Ashar
Ba’da
Maghrib
Ba’da
Isya
Mukhtar
Al-hadits
Al- quran
Mabadiy
al-awaliah
Alfiah
Maraqi
Alubudiyah
Al- quran
Tafsir/Ha
dits
Tafsir/Ha
dits
Shalawa
t
Tafsir/H
adits
Majlis
saniyah
Al- quran
Manaqib
Baijuri
Shorof
Mauled
al-nabiy
Alquran
Muhadh
arah
Alquran
Minhaj
alqowim
Alquran
baijuri
Keempat aliyah tingakatan kelas paling tinggi kalau di pesantren sini kelas aliah
sudah paling tinggi pegangan kitabnya fathul mu’in dan sarahnya ianuthalibin
Table 4.3
Waktu
Ba’da
subuh
Senin
Ihya
Selasa
Ta’lim
muta’alim
Rabu
Ihya
Kamis
Ihya
Jum’at
Alquran
Sabtu
Ihya
Minggu
Nashoih
al-diniyah
08.0009.30
Bidayah
almujtahid
Alfiah
Baijuri
Bidayah
alMujtahid
Alfiah
Hadrah
-
Bukhori
Anwar alMasalik
Piket
-
Alfiah
Alfiah
Ihya ulum
al-din
Maraqiy
alubudiah
Tafsir/had
its
Tafsir/Ha
dits
Shalaw
at
Tafsir/Ha
dits
Majlis
saniyah
09.3011.00
Ba’da
Ashar
Alfiah
63
Ba’da
Maghrib
Ba’da
Isya
Al- quran
Al- quran
Al- quran
Manaqib
Ihya ulum
al-Din
Aqidah
fillah
Fath alMu’in
Maulid alNabiy
Alquran
Muhadhoro
h
Al- quran
Al- quran
Fath alMu’in
Fath alMu’in
Pola komunikasi yang berlangsung antara kyai dan santri berjalan
efektif. Misalnya dalam cara penyampaian kitab kuning, kyai kepada
santrinya itu tidak terlalu terburu-buru dan menggunakan sistim
audioturial (berdiri dan mendengarkan). Cara kyai dan ustad memberikan
komunikasi tentang pembelajaran kitab kuningbiasanya lebih sering
dengan cara lisan kepada santrinya. Ini yang menjadikan santrinya dapat
merespon dengan baik dan menghasilkan pertanyaan atau umpan balik
kepada kyainya. Di samping itu, santri dapat berkomunikasi dengan kyai
dan ustad di luar kelas jika ada yang kurang dipahami atau tidak di
mengerti oleh santrinya. Selain berkomunikasi dengan kyai di luar kelas,
santri juga dapat berkomunikasi dengan sesama santri lainnya tentang
pekerjaan rumah yang diberikan oleh kyai dan ustadnya dan melakukan
diskusi bersama.
Komunikasi yang digunakan dalam keseharian di pondok pesantren
ialah menggunakan bahasa Indonesia beda halnya dengan pesantren
modern yang biasanya memakai bahasa asing yaitu Arab dan Inggris dan
kalau di pondok salaf agak sulit menerapkan metode keseharian dengan
berbahasa Arab walau keseringan belajar bahasa Arab mengenai kitab tapi
lebih tenang dan nyaman menggunakan bahasa Indonesiadidalam
keseharian santri itu sendiri.58
58
Hasil wawancara langsung santri (zaky)21 november 2014 pukul 16.20 WIB
64
2. Komunikasi Kelompok
pola komunikasi kelompok kecil dalam proses belajar mengajar di
pondok pesantren inidapat terjadi di saat seorang kiyai menyampaikan
materi kepada para santrinya didalam pelaksanaan sebuah program.
Program-program ini mayoritas dilakukan didalam ruangan, dan masa
yang berada didalam ruangan tersebut bisa dikatakan sebagai kelompok
kecil.
komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) yaitu
hanya para santri yang memang mengikuti metode pembelajaran kitab
kuning yang dilakukan pada waktu setelah shalat dzuhur, ashar, magrib,
dan shubuh. Kelompok tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
komunikasi. Komunikasi merupakan dasar semua interaksi manusia dan
untuk
fungsi
kelompok.
Setiap kelompok harus menerima
dan
menggunakan informasi dan proses ini terjadi melalui proses komunikasi.
Karena pada hakekatnya kelompok terdiri dari dua atau lebih individu
yang saling berhubungan, saling bergantung dan berinteraksi antara satu
dengan lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Interaksi tersebut dilakukan melalui kegiatan komunikasi.
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa memerlukan orang lain
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuannya, sehingga dijumpai orangorang yang disebut kelompok. Kelompok kecil mempunyai batasan
ditinjau dari jumlah anggotanya yang tergolong kecil, namun tidak ada
batasan berapa jumlah orang didalamnya. Asalkan dalam kelompok kecil
tersebut harus ada hubungan/komunikasi antar anggota organisasi.59
59
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), cek. Ke-1, h. 11
65
Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukan
pesannya kepada benak atau pikiran komunikan seperti dalam pengajaran
Kitab kuning. Oleh sebab itu logika sangat berperan penting dan
komunikan akan mendapatkan masukan dari uraian yang diberikan
komunikator. Komunikasi kelompok kecil prosesnya berlangsung secara
dialogis, umpan balik (feed back) terjadi secara verbal, dan komunikan
dapat menanggapi apa yang disampaikan komunikator, komunikan bisa
bertanya, menyanggah, atau berpendapat. Ada enam cara untuk
mengidentifikasikan suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat
mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan
individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa
kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil
peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah
satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah
berkomunikasi dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil
mungkin dapat digunakan untuk bermacam-macam tugas atau untuk
memecahkan masalah.
Ada beberapa karakteristik dari komunikasi kelompok kecil yang
membuatnya unik dari bermacam-macam konteks komunikasi lainnya.
Karakteristik yang pertama, adalah mempermudah pertemuan ramah
tamah. Bukti menunjukkan bahwa bila orang datang bersama-sama mereka
cenderung untuk berlomba. Karakteristik yang kedua, adalah personaliti
kelompok. Bila sekelompok orang datang bersama mereka membentuk
66
identitas mereka sendiri yang menjadikan personaliti kelompok. Tiap
personaliti anggota dapat dan dipengaruhi oleh personaliti anggota lain dan
sebaliknya menentukan personaliti kelompok. Karakteristik ketiga, adalah
kekompakan yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan
keinginan mereka untuk bersatu. Karakteristik keempat, adalah komitmen
terhadap tugas. Karakteristik yang kelima, adalah besarnya kelompok.
Kelihatannya cukup sederhana tetapi besarnya kelompok itu mempunyai
beberapa pencabangan penting dalam kelompok.60
Didalam kegiatan belajar kitab kuning ini jelas terlihat adanya
sebuah komunikasi kelompok kecil seperti, pengajaran kitab kuning yang
di sini terjadi banyak tahapan dan juga ada tingkatan di masing-masing
kelompok. Dimana masing-masing mempunyai kelas sesuai kemampuan.
Didalam pondok pesantren Darul Ishlah ini lebih ditekankan pada
kecerdasan seorang anak tidak memandang umur mau tua dan muda kalau
tingkat produktivitas belajarnya bagus dia akan langsung naik ke tingkatan
kelas yang lebih tinggi.
Seorang santri belajar dengan system musyawarah kumpul disuatu
tempat yang dinamakan aula dan juga ada kelas yang tersedia dimana
mereka melakukan pembelajaran kitab kuning mulai dari habis subuh
sampai ba‟da isya. Pemokusan dan tujuan kiyai dalam mendirikan
sekaligus mendidik santrinya itu memfokuskan kepada pengkaderan anakanak didiknya supaya mereka tidak kaget dalam membawa isi dan pesan
60
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,
12, hal 185-186
( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cetakan
67
dakwah kepada masyarakat, seorang kiyai menanamkan nilai-nilai yang
bisa di bawa pulang ke kampong halaman mereka masing-masing.61
Pola komunikasi kepada masyarakat pun kian harmonis dan
masyarakatpun sebaliknya sangat mendukung aktivitas yang dilakukan
pesantren dan memberikan angin positif, karena adanya pesantren ini
memberikan suasana yang positif bagi anak-anak mereka. Dengan adanya
pesantren masyarakat lebih sering berdatangan kedalam pesantren untuk
belajar sekaligus menghadiri maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
3. Komunikasi intruksional
Dengan banyaknya pemberian tugas dan hafalan yang ada maka saat
itulah pengajar menggunakan komunikasi intruksional. Dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman santri
terhadap materi yang digunakan. Sehingga para santri tidak hanya
memahami materi dari segi teori saja melainkan juga pelaksanaannya.
Adapun instruksi yang diberikan kiyai kepada para santri, antara lain:
a. Santri diharuskan menghafal bait demi bait sekaligus memahami
makna dalam program kajian kitab kuning.
b. Santri diwajibkan untuk membaca dan mengikuti materi yang telah
dijelaskan oleh pengajar seperti dalam program kajian kitab kuning
dan program seni baca al-Quran.
c. Santri dibiasakan dan ditekankan agar bisa bermain hadrah sekaligus
menguasai shalawat dan qasidah
61
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul
15.40 tempat Aula pesantren
68
d. Santri diwajibkan sekaligus dituntut untuk bisa berbicara dan
memberabikan diri berpidato didepan orang banyak hal ini dilakukan
agar menjadi bekal di kehidupan kedepannya kelak.
e. Secara umum satri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan proses
belajar mengajar sebagai penghitungan faktor penilaian selama aktif di
pondok pesantren Darul Ishlah.
Pola komunikasi bintang juga bisa masu dalam proses metode
pembelajara kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah, karna pola
komunikasi bintang ini sangat tepat dan efektif dikarenakan adanya
hubungan komunikasi antara santri dan kyai secara terus menerus dan
tiada batasnya. Selain itu, kyai juga dapat mengetahui siapa santri yang
mudah menangkap pelajaran dan santri yang lamban menangkap
pelajaran. Santri pun juga bisa tahu cara penyampaian yang dilakukan oleh
kyainya apakah terburu-buru atau sedang-sedang saja. Pola komunikasi
bintang ini menimbulkan relasi yang baik antara kyai dan santri karena
pola komunikasi yang diterapkan dalam pembelajaran kitab kuning ini
bersifat
persuasif
dan
semua
elemen
yang
didalamnya
dapat
berkomunikasi dengan bertanya jika memang santrinya tidak mengerti.
Maksud dari persuasif tersebut yaitu kyai menjelaskan dan mengenalkan
bahwa belajar kitab kuning itu tidak perlu lama asal serius dan focus
dalam mengerti sekaligus memahami setiap pelajaran yang diberikan.
69
B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri
pondok pesantren Darul Ishlah
Proses pembelajaran akan mencapai tingkat keberhasilan yang
maksimal bila didukung dengan hubungan komunikasi yang baik antara kiai
dan santri. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mayoritas memberikan
ilmu agama secara mendalam. Dalam penerapa metode cara penyampaian
penyampaian kitab kuning seorang kiai kepada santri.
Pola pengajaran yang dilakukan dalam program kajian kitab kuning di
pondok pesantren ini adalah proses pemberian materi kepada para santri
secara keseluruhan atau secara bersama-sama mendengarkan ketika seorang
kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas secara mendalam
sebuah materi terhadap kitab berbaha Arab tersebut. Setelah itu berlangsung,
saatnya berganti posisi seorang kiai mendengarkan parasantri membacakan
materi kitab kuning yang telah diulas oleh kiai sekaligus dijelaskan olehnya.
Saatnya kiai menyuruh para santri untuk melakukan penghafalan terhadap bait
yang tadi sudah sama-sama dijelaskan dan di simak untuk mendapatkan
tingkat pemahaman yang mencukupi.
Pola komunikasi yang dilakukan dalam program ini yaitu dengan
menggunakan
komunikasi
kelompok
kecil
yang
dilakukan
adalah
menggunakan metode ceramah, kiai bertatap muka dengan sejumlah santri
secara langsung dan membahas bait demi bait yang terdapat didalam kitab
tersebut. Memang sangatlah cocok dengan komunikasi seperti itu, karena
santri memang mengharapkan agar seorang kiai memberikan pengetahuan
70
ilmu agamanya dengan kitab kuning sebagai kajiannya. Selain itu, kiai juga
menggunakan pola komunikasi intruksional dengan memberi printah kepada
santri untuk menghafal beberapa bait yang telah dibahas secara bersamasama. Hal ini dapat menambah keilmuan santri dalam segi wawasan dan
pengetahuan ilmu agama bagi diri meraka masing-masing.
Ada dua istilah yang terkait dengan cara-cara yang digunakan
pesantren untuk menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Mastuhu didalam
bukunya menggunakan istilah metodik didaktik pengajaran, (didalam bukunya
yang berjudul “ Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren ) dan juga menurut
departemen agama menggunakan istilah metode pembelajaran (pola
pengembangan pondok pesantren) didalamnya
menggunakan metode
sorongan, wetonan, atau bendongan, metode halaqoh, hafalan, diskusi dan
metode majlis taklim.
1. Metode yang dinamakan sorongan yaitu suatu metode yang ditempuh
dengan cara gurumenyampaikan pelajaran kepada santri secara individual
dan umumnya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan
bimbingan. Dengan metode ini perkembangan intelektual santri dapat
diketahui secara utuh oleh kiai. Dengan metode ini pula, kiai dapat
memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan
tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi
lansung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas santri.62 Metode
sorongan ini metode untuk awal dari penyaringan kemampuan seorang
62
Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Intitusi. (Jakarta. Erlangga: tt), h.143.
71
santri di sini seorang kiai dan ustadz harus memerhatikan apa saja kegiatan
yang sekiranya dilakukan oleh para santri agar terukur segala kegiatan
yang santri itu lakukan.
2. Metode wetonan atau bendongan, suatu metode pengajaran dengan cara
guru membaca, menerjemahkan, dan mengulas kitab-kitab Islam atau yang
bisa disebut kitab kuning dalam bahasa Arab sementara para santri
mendengarkannya.63 Mereka memperhatikan kitabnya sendiri dan
membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata
atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari metodebendongan ini
disebut sebagai halaqohyaitu lingkaran sekelompok murid atau santri yang
berada dibawah bimbingan seorang guru. Didalam metode ini terdapat dan
sangat memerlukan ketelitian dan komunikasi yang baik dan perlahan
karna dalam halaqoh atau selingkaran kelompok ini bisa saja terjadi Tanya
jawab diantaranya apabila kurangnya pemahaman seorang santri dalam
materi yang telah diberika oleh kiai.
3. Metode hafalan (Tahfidz) merupakan sebuah metode pembelajaran yang
pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang berifat nazham
(Syair), dan itupun biasanya terbatas pada ilmu-ilmu yang terkait dengan
kaidah-kaidah bahasa Arab. Namun demikian, ada juga yang dihafal
dalam bentuk prosa (natsar). Didalam pengaplikasiannya metode ini
biasanya menggunakan dua cara. Pertama, pada setiap kali tatap muka
setiap santri diwajibkan membaca hafalannya di depan ustadz. Jika sudah
63
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,
(Jakarta: LP3S,1982), h.68
72
hafal maka diperbolehkan lanjut ke hafalan berikutnya. Kedua, kiai atau
ustadz memerintahkan santrinya untuk mengucapkan bagian tertentu dari
hafalan yang telah ditugaskan, atau memerintahkan santrinya melanjutkan
kalimat atau lafadz yang telah diucapkan.64
4. Metode diskusi (musyawarah/munazharah/mudzakah) pada metode ini
para santri membahas suatu topic atau masalah tertentu yang terdapat
dalam kitab. Dalam pembahasan terjadi tukar menukar pendapat diatara
mereka sementara kiai atau utadz atau santri senior bertindak sebagai
moderator. Hampir sama dengan metode diskusi adalah metode
mudzakarahyang merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik
membahas masalah diniyah seperti aqidah, ibadah, dan masalah agama
pada umumnya. Hanya bedanya mudzakarah diikuti oleh para kiai atau
para santri yang telah memiliki wawasan dan pengetahuan yang
mendalam. Biasanya metode diskusi (hiwar) atau musyawarah ini
menggunakan bahasa Arab dalam penyampaiannya sehingga bisa menjadi
ajang melatih ketrampilan santri dalam berkomunikasi dalam bahasa
Arabdi samping menguji daln melatih ketrampilan mereka dalam
menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik.
5. Metode majlis taklimyaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah,
biasanya disampaikan dalam kegiatan tabligh atau kuliah umum. Dalam
kegiatan ini bukan hanya santri yang mukim atau santri kalong saja yang
mengikuti majlis taklim tetapi juga masyarakat yang mengikuti kegiatan
64
Amin Haedari,dkk, Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Globa, ( Jakarta: IRD Press,2004) h.18
73
ini, didalam pengajian ini masyarakat sekitar dan luar bisa ikut karna
majlis taklim ini untuk umum sehingga bisa terjalin hubungan kekerabatan
antara santri dengan masyarakat.
Di samping metode-metode yang ditemukan dilapangan terkadang
proses pembelajaran kitab dapat juga dilakukan dengan proses metode
penulisan karya ilmiah. Sekurang-kurangnya dengan menulis sebuah resume
atau ikhtiar tentang suatu topik yang ada didalam kitab kuning. Penulisannya
bisa menggunakan bahasa Arab dan bisa pula dengan bahasa Indonesia.
Pada kelima metode diatas yang telah diketahui pada prinsipnya juga
digunakan oleh pesantren Darul Ishlah. Dimana untuk metode sorongan dalam
pengertiannya yang pertama. Biasanya diaplikasikan kepada santri baru yang
dipandang perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. Sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas, pesantren Darul Ishlah menerima santri baru pada
bulan syawal dan tidak seperti lembaga pendidikan formalyang membuka
penerimaan murid baru menjelang pertengahan tahun masehi.
Metode sorongan dalam pengertiannya yang pertama, biasanya
diaplikasikan untuk santri yang berada pada tingkat persiapan dan ibtidaiyah.
Dimana santri-santri senior memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan
memantau perkembangannya. Sedangkan didalam pengertian yang kedua,
metode sorongan juga diaplikasikan untuk para santri yang berada pada
tingkat tsanawiyah maupun aliyah, dimana mereka menyodorkan kitab yang
akan mereka baca di depan ustadz atau kiai, lalu ustadz atau kiai memberikan
komentar dan bimbingannya. Metode yang terakhir ini masih memungkinkan
74
diterapkan di pesantren Darul Ishlah, karna jumlah santrinya yang belum
terlalu banyak.
Dan untuk metode wetonan atau bendongan diaplikasikan pada seluruh
tingkatan, kecuali santri yang masih pada tahap persiapan. Hamper semua
kitab referensi pada semua tingkatan disampaikan oleh kiai atau ustadz dengan
menggunakan metode ini. Dimana kiai atau ustadz membaca kitab sesuai
dengan jadwal pelajaran yang ada, lalu para santri mendengar dan mencatat
penjelasan yang diberikan kiai atau ustadz kedalam kitab masing-masing.
Sebagai missal, ketika kiai membaca kitab Ihya Ulum al-Din, maka seluruh
santri dari seluruh tingkatan berkumpul untuk mendengarkan penjelasan kiai.
Umumnya para santri duduk bersila dan dihadapan mereka ada sebuah lekar
(semacam meja kecil yang biasa digunakan masyarakat untuk membaca alQuran) sebagai tempat untuk meletakan kitab. Saat kiai menjelaskan, para
satri mendengar dan meencatat penjelasan-penjelasan baik berupa arti dari
mufrodat atau ibarat yang dianggap sulit maupun keterangan-keteragan lain
untuk memperjelas pemahaman mereka. Pada metode ini, tampaknya santri
hanya pasif mendengarkan ulasan dan penjelasan dari kiai atau ustadz, tidak
ada dialog atau Tanya jawab dari santri kepada kiai atau ustadz. Bila ada
pertanyaan itupun ustadz atau kiai yang bertanya kepada para santri, bukan
sibaliknya.
Untuk metode hafalan (tahfidz), di aplikasikan untuk semua santri,
terutama untuk pelajaran yang terkait dengan tata bahasa Arab, matan-matan
fiqih dan hadits. Hafalan ini ada yang berbentuk nazham (syair) atau natsar
75
(prosa). Bahkan santri juga dianjurkan untuk menghafal al-Quran . untuk yang
terakhir ini tidak diwajibkan, meskipun ada ustadz Nurhasan yang hafidz alQuran yang berasal dari daerah Kudus Jawa Tengah selaku pembimbing
dalam pelajaran hafidz al-Quran. Namun pada saat ini baru ada 10 orang yang
menjalankan metode penghafalan al-Quran.65
Di samping itu, metode hafalan juga diterapkan untuk wirid atau dzikir
yang dibaca selesai sholat berjamaah, hafalan doa, shalawat dan pembacaan
manaqib atau maulid. Namun proses penghafalan dalam hal ini, dibaca
bersama-sama dan dijadikan semacam zikir bersama sehingga lambat laun
para santri hafal dengan sendirinya.
Sedsangkan untuk metode diskusi, para santri dipesantren Darul Ishlah,
biasanya diterapkan saat kiai atau ustadz berhalangan hadir dalam pertemuan
belajar. Sehingga untuk mengisi kekosongan maka para santri terkadang
berdiskusi tentang materi pelajaran yang sudah lalu atau tema-tema lain yang
disepakati. Diskusi ini biasanya di pimpin oleh salah seorang santri
berdasarkan kesepakatan diantara mereka. Tentu saja metode ini lebih sering
terjadi untuk para santri yang berada pada tingkat Tsanawiayah dan aliyah.
Dari metode-metode diatas dapat disimpulkan di pesantren sangat
melekat nilai kebersamaan dan juga tidak hanya kiai yang bisa mengajar
melalui kesadaran diri santri juga diharuskan belajar mengajar secara mandiri
tetapi di sini yang menjadi pengajar hanya santri yang lebih menguasai
kemampuan didalam mata pelajaran yang bisa diberikan kepada para santri
65
Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB
76
lain biasanya pada santri aliyah yang lebih sering untuk mengajar
menggantikan kiai atau ustadz, karena kelas anak aliyah tersebut adalah santri
yang paling senior sekaligus kemampuan membaca kitab dan pengetahuan
tentang ilmu bahasa Arab tersebut sudah mulai memadai dalam mengajar
santri-santri dibawahnya.
Kemudian hasil temuan lain yang ada didalam pesantren yaitu kegiatan
muhadharah dan juga pelatihan hadrah dan pembacaan maulid, pertama,
metode muhadharah dalam pengaplikasiannya didalam Pondok Pesantren
Darul Ishlah, metode muhadharah dilakukan sebagai metode tambahan atau
metode pembekalan kepada santri sebagai pelatihan bagi santri untuk bisa
menyampaikan tema atau topic bahasan tertentu dihadapan kiai dan para
santri-santri lainnya. Dalam prakteknya, setelah acara dibuka oleh pembawa
acara biasanya oleh santri. Metode ini adalah metode yang sangat baik untuk
menerapkan keberanian mental terhadap santri agar berani berbicara dan
menyampaikan tausiah dihadapan masyarakat.
Kedua, temuan yang kedua menurut hasil observasi adanya pelatihan
hadrah dilanjutkan dengan pembacaan manaqib atau maulid. Biasanya latihan
ini ditujukan dan diperaktekan pada saat ada acara maulid Nabi Besar
Muhammad SAW dan juga ada pengajian minggua majlis taklim Darul islah
dibuka untuk umum yang dilaksanakan rutin pada malam jum‟at. Dan
prakteknya terlihat nyata diselang acara pengajian sering sekali dibacakan
shalawat dan maulid Nabi dimana praktek atau latihan yang biasa dilakukan
setiap minggunya terlihat dengan adanya kegiatan tambahan ini. Didalam grup
77
hadrah terdiri dari 12 orang dimana masing-masing orang tersebut memegang
alat atau rebana yang biasa disebut hadrah.
Dan berdasarkan hasil penelitian kemampuan dan tingkatan kelas akan
memberikan tingkatan kemampuan bagi santri karena banyak tahap agar bisa
menjadi seorang santri yang mahir dalam membaca kitab-kitab Arab atau
biasa disebut kitab kuning, dan pada dasarnya melalui metode-metode diatas
akan sangat mempercepat dan meningkatkan nilai kekeluargaan antara santri
dan kiai didalam pondok pesantren Darul Islah Buncit Raya Jakarta Selatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tentang pola komunikasi antara kyai dan santri dalam
metode pembelajaran Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Ciputat
Tangerang Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pola komunikasi antara Kyai dan Santri
dalam metode pembelajaran
Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah, adalah komunikasi
antarpribadi karena dalam segi prosesnya Kitab kuning berjalan secara
setoran dan hafalan. Namun, yang lebih dominan adalah komunikasi
kelompok. Dalam proses komunikasi kelompok, pembelajaran Kitab
kuning memang pada dasarnya dilakukan dengan cara membentuk
kelompok. Komunikasi kelompok yang digunakan merupakan komunikasi
kelompok kecil (small group communication). Kitab kuning ini adalah
model pembelajaran Klasikal. Model ini adalah model belajar secara
kelompok yang bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif dalam
proses belajar mengajar. Model pembelajaran klasikal yang diterapkan
dalam metode Kitab kuning ini dengan cara membentuk kelompok yang
ditentukan sesuai dengan jilidnya masing-masing. Meskipun pada
dasarnya komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran
Kitab kuning itu termasuk kelompok kecil, kyai bisa mengubahnya
menjadi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dengan menggunakan
komunikasi dua arah atau diaolg. Komunikasi antarpribadi ini dapat terjadi
78
79
jika apa santri yang memang mengalami kesulitan untuk beradaptasi
terhadap Kitab kuning bila ada santri yang bertanya dan menanggapi apa
yang disampaikan kyai dalam pengajarannya. Serta apabila salah satu
santri
mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap metode
pembelajaran
Kitab
kuning,
kyai
pun
memanggilnya
dan
mendiskusikannya secara tatap muka di luar kelas. Pola komunikasi yang
menjadikan acuan dan pedoman adalah pola komunikasi bintang (H.A.W
Widjaja), dikarenakan pola komunikasi bintang ini melibatkan semua
komponen yang dapat berkomunikasi yaitu, komunikator ke komunikan,
komunikan ke komunikator, dan komunikan ke komunikan.
2. Penerapan metode pembelajaran Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul
Ishlah, adalah memberikan kefahaman terhadap santri mengenai ilmu yang
digali didalam kitab kuning, banyak makna mengenai kehidupan
didalamnya dan juga tatacara bagaimana beragama yang baik dan juga
memberikan modal kepada para santrinya dalam menjalankan kehidupan
sebagai pendakwah. pembelajaran secara kelompok agar suasana kondusif
dengan sistem klasikal, pengembangan belajar tuntas yang merupakan
materi Kitab kuning, dan waktu pembelajaran yang cukup. Faktor
pendukung pun sangat perlu yaitu dengan cara pembinaan yang dilakukan
kyai terhadap santri agar santri termotivasi belajar kitab kuning sehingga
adanya regenerasi dalam pembelajaran Kitab kuning dan suasana
lingkungan
yang
penuh
dengan
kedekatan
dengan
masyarakat,
dikarenakan letak pesantren Darul Ishlah berada di tengah kota.
80
B. Saran - Saran
1. Kepada pengurus Pondok Pesantren Darul Ishlah disarankan menambah
sarana dan prasana untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar.
2. Kepada pihak pengurus pesantren disarankan menambahkan lagi jumlah
tenaga pengajar Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah.
3. Kepada masyarakat sekitar disarankan agar lebih memberikan perhatian
terhadap pesantren Darul Ishlah.
4. Kepada pemerintah khususnya Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan disarankan untuk membiayai sekaligus memfasilitasi pesantren
salaf, karena pesantren salaf di Jakarta sudah sulit sekali ditemukan
apalagi yang masih kental dengan ketradisionalannya saya harap
pemerintah memperhatikan itu.
5. Menambah lagi tenaga belajar guru yang lebih ilmu pengetahuiannya
dalam bahasa Arab
6. Menambah lagi kegiatan lainnya misalnya muhadhatsah dan kegiatan
pesantren lain pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amani Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2007.
Asmani, Jamal Ma‟mur, “Sekolah Life Skills, “ Lulus Langsung Kerja, Jogjakarta,
Diva press, 2009
Basyarudin, Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta, Ciputat Press,
2002.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Raja Grafindo Persada,
2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1998.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,
Jakarta, LP3S,1982.
Dirdjosanjoto, Pradjata, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa,
Yogyakarta, LKIS, 1999
Effendi,
Onong Uchjana,
Rosdakarya, 2000.
Dinamika
Komunikasi,
Bandung,
PT.Remaja
______, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
______, Kepemimpinan Dan Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
______, Spektrum Komunikasi, Bandung, Bandar Maju, 1992.
Haedari, Amin,dkk, Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta, IRD Press, 2004.
Ibnu Hajar, Al-Asqolani, terjemahan Nashaihul Ibad, “memuat: 208 makalah,
1072 nasihat bagi hamba Allah, Pustaka
Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 1991.
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta,
Paramadina, 1997.
81
82
Mujamil, Qomar, Pesantren Dari Transformasi
Demokratisasi Intitusi, Jakarta. Erlangga: tt.
Metodologi
Menuju
Pohan, Rusdin, metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta, Lanarka, 2007.
Raharjo, M.Dawam, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah,
Jakarta, P3M, 1985.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi; edisi revisi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, th. 2007.
Rosyidi, T.A Latief, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, Medan.
1985.
Rudy, Teuku May, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, Jakarta,
Dermaga, 2002.
Shahab, Alwi, Robin Hood Betawi, Cet-ke-2, Jakarta, Republika, 2002.
Supratiknya, A, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, Yogyakarta,
Kanisius, 1995.
Susanto, Astrid, komunikasi dalam teori praktek, Bandung, Bina Cipta, 1947
Widjaja, H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, Bumi Aksara, 2002.
______, Komunikasi dan hubungan masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara,1997.
Zulkarnain, Wildan, Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara, 2013
Dokumen lain:
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014.
Pukul 15.40
wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 Pukul 16.20 WIB
http://www.mpr.go.id/blog/hj-meilani-leimena-suharli/news/12683/kunjungankerja-hj-melani-leimena-suharli-di-pondok-pesantren-daarul-ishlah-warung-buncit
Kesekretariatan pesantren Darul Islah tahun 2012-2014
83
LAMPIRAN
84
85
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Narasumber
: KH. Amir Hamzah
Tempat
: Ruang tamu rumah beliau
Waktu
: 21 november 2014 pukul 15.40 WIB
Jabatan
: Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ishlah
1. Bagaimanakah sejarah awal mulanya pesantren darul ishlah?
Jawab: Dulu pak kiyai pernah di IAIN juga fakultas syariah tapi gak
sampai selesai semester 3 lalu dilanjutkan pendidikan di pesantren khusus
agama orang bilang itu pesantren salaf namanya dan selanjutnya pindah
kebandung lalu di Solo dan di berbagai tempat, setelah tahun 1987 keluar
dari pesantren saya mulai merintis yang pertama kita kumpulkan potensi
masyarakat yang ada lalu kita
kumpulkan anak-anak sekitar sekitar
pesantren ini dahulu tidak punya tempat 1 meter pun tidak ada makanya
numpang di lahan kakek yang makamnya ada disebelah aula pesantren,
tahun 1987 mulai dari 2 santri kita manfaatkan fasilitas tempat yang ada
masjid untuk sholat berjamaah dan juga yang sekarang menjadi garasi
pesantren dulu dijadikan tempat belajar mengajar, saya jadikan santri itu
bagaikan hubungan orang tua dengan anak tahun 88 setelah ada santri 10
orang barulah kita bangun ada bebrapa kita merekrut ada beberapa tokoh
masyarakat dan juga guru mereka mendukung dengan apa yang saya gagas
kita beli lahan yang pertama itu semeter 35000 kita beli 100 meter
kemudian yang punya tanah memberikan atau mewaqafkan 100 meter jadi
200 meter 89 90 jadi gedung mulai diresmikan tahun 90
2. apatujuan didirikan pesantren?
Jawab: Ya gak punya keinginan macem-macem Cuma yang namanya
pesantren itu adalah sebagai wadah untuk pendidikan agama kususnya
tidak lain adalah seperti yang rasul katakan innama buistu liuttamimma
makarimal akhlaq untuk menjadikan masyarakat kususnya kaum muslimin
ini gara mempunyai akhlak yang mulia bagaimana seseorang itu mampu
melaksanakan sunah2 nabi kalo mereka tidak mengetahui tentang nabi nah
86
dengan adanya pesantren merupakan lembaga yang mampu menampung
semua itu jadi untuk pembentukan akhlakul karimah.
3. Kenapa pesantren diberi nama darul ishlah?
Jawab: Kalau khusus dengan nama itu kita tidak terlalu permasalahkan
memang keadaanya spontan aja gitu berjalan nya waktu tidak terlintas
untuk menamakan darul islah yang penting ilmunya bermanfaat karna
nama itu diambil dari temmpat saya mengkaji ilmu yaitu darurahman dan
juga ada majlis yang disebut tempat taparukan yang bernama ishlah yang
mana yang pemimpin itu adalah kakek dari istri saya
di majalengka
cirebon namanya al-ishlah saya juga pernah tinggal disana ah coba-coba
aja darul ishla saya liat dari namanya bagus juga jadi dapat memotivasi
untuk dapat arah kelebih baik lagi ishlah kan perbaikan agar menjadikan
yg kurang baik menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik.
4. Seperti apakah Sistem pendidikan pesantren?
Jawab: Ohh kita punya kurikulum sendiri yah.. gak ada pendidikan
formalnya kita punya kurikulum sendiri pada saat itu juga perna diknas
pernah datang kemari kandepag menawarkan program diknas program
setelah saya mendengarkan semua segala macem lalu saya menjelaskan
dengan harapan kurikulum ini mereka tinggal disini keluar pesantren siap
pakai yang namanya ilmu kan relatif mau dikatakan sampai tuntas ilmu
tidak akan puas, tapi yang lebih penting yang di ajarkan nabi ilmu yang
penting bermanfaat dari pada banyak gak manfaat percuma aja,
5. Apa saja program yang ingin dicapai?
Jawab: Kita fokus pada pengkaderan ya anak-anak dengan harapan mereka
nanti dimasyarakat bisa meneruskan pendidikan tapi kita juga tidak
menutup kemungkinan sebagian pesantren itu menutup diri di tengah
masyarakat tapi dimasyarakat itu tidak mengetahui kegiatan di pesantren
itu seperti apa sedangkan pesantren dengan masyarakat itu berhubungan
kuat segala apapun masalah masyarakat itu selalu membutuhkan bantuan
pesantren mau lahir kepesantren minta nama mau aqeqah minta bantuan
kepesantren,
87
6. Berapakah tempat yang dipakai selama pengajaran berlangsung?
Jawab: Ya ada tempatnya ya kan disini sudah di klasifikasi ada tiga
tingkatan yang baru masuk diberikan pengenalan terlebih dahulu nanti kita
mengetahui kemampuan mereka barulah kita menentukan kelas mereka itu
dimana, jadi untuk tenaga gurunya mulai dari alumni alumni dan juga
keluarga adik dan anak saya juga sudah mulai mengajar ada beberapa
tempat ada tiga di aula ruang lokal dan juga diatas dan masjid dibagian
bawah.
7. Bagaimanakah Respon masyarakat tentang pesantren?
Jawab: Hampir mayoritas masyarakat disini mendukung bahkan setiap
pengajian malem jumat itu penuh memang tidak bedanya kan pesantren
adalah sebuah sarana kita menawarkan dagangan akhirat maka kita
menjual dagangan disini yang bisa dibeli sama santri dan masyarakat maka
pengajian umumnya itu salah satunya itu nah ini yang saya katakan yang
tidak ada dipesantren lain walaupun salaf terbuka untuk umum hampir di
seluruh Jakarta yang murni yang khusus salaf yang tidak ada interpensi
pemerintah disini aja bahkan dari kandepag apabila ada biasiswa yang
pertama kali ditawarkan disini dulu untuk anjang prestasi dipesantren
insya allah tidak kalah yah pernah diadakan pertandingan olahraga antara
pesantren tapi kita membawa beberapa kelas olahraga termasuk pencak
silat bulu tangkis padahal tidak diajarkan didalam pesantren.
8. Kitab apa saja yang dianggap penting dalam pengajaran kitab kuning?
Jawab: Yah standar si semua pendidikan agama kan gampang mau dari
fiqih mau tafsir mau hadist fiqih dimulai dari safinah taqribnya fathul
muinnya kalau nahwu shorofnya tata bahasanya mulai dari kitab
kailaninya yaqulunya nanti mulai dari nahwunya jurmiyah imriti alfiah
dan tafsir yang umum dah yaitu tafsir jalalain dan juga kitab tentang
nasihat-nasihat tentang aqidah dan juga hadits-hadits nabi yang penting
karangan – karangan ulama terdahulu saja
9. Apayang dilakukan pak kiai dalam Pendekatan kepada santri?
Jawab: Sebenernya sederhana hubungan santri dengan guru enggak
88
bedanya dengan hubungan orangtua dengan anak kita perlakukan murid
itu seperti anak sendiri dan juga murid harus menganggap gurunya itu
sebagai orang tuanya maka gak ada batasan kita selalu memberikan yang
terbaik buat anak didik kita apa saja bentuk seluruhnya bukan hanya ilmu
saja yang kita berikan yang terbaik maka hubungan belajar dengan santri
dengan hati dan kasih sanyang ya maka mereka gak ada yang berani insya
allah apalagi macem-macem.
10. Apa saja Kurikulum yang ada didalam pesantren?
Jawab: Iya beda soal kurikulum setiap tahun pasti beda karna ada yang
harus dikejar kan pasti setiap kitab yang digunakan harus dikejar dan harus
selesai setahun setelah itu selesai lanjut keberikutnya beda halnya dengan
tahfidz al-Quran yang hanya toh dan focus pada alquran saja 24 jam.
Yang diwawancarai,
(KH. Amir Hamzah)
Pimpinan PondokPesantren Darul Islah
89
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Narasumber
: zaky
Tempat
: Ruang sekretaris
Waktu
: 21 november 2014 pukul 16.40 WIB
Jabatan
: Santri senior
1. Menurut anda sosok pak kiyai seperti apa?
Jawab: luar biasa beliau orangnya terutama jiwa pendidiknya ada, sabar
dalam mendidik anak-anak muridnya dan juga semangat
2. Sejak kapan anda menjadi santri di pesantren darul ishlah ini ?
Mulai kesini akhir tahun 2010
3. Seperti apa cara pendekatan pengajaran kepada santri >
Jawab: Dahulu sosok pak kiyai metode pembelajarannya keras jadi
sistemnya mesti hafal satu dalam jangka waktu tapi kalau sekarang beda
cara pendektanannya bukan dengan cara kekerasan lagi tapi dengaN cara
kesadaran dan keikhlasan masing-masing supaya ilmunya lebih melekat.
4. Berapa waktu belajar didalam pondok pesantren Darul ishlah?
Jawab: Kalo disini perharinya abis shalat subuh 1 jam lalu makan jam 8
mulai lagi sampai jam 10 lalu abis ashar 1 jam dan malam 1 jam
5. Apa saja hambatan saat belajar kitab kuning?
Jawab: Hambatannya si banyak yang namanya kittab kuning itu
diibaratkan sebagai mesin banyak alatnya banyak alatnya yang kecil-kecil
jadi mesti difahami satu persatunya, jadi tidak bisa belajar kitab kuning
1tahun langsung bisa kalau pun ada itu luar biasa jadi minimal kalo
pengen bener-bener itu 3 tahun baru dah bisa lancer
6. Apa yang diterapkan dalam Komunikasi antara santri ?
Jawab: Biasanya kalau di pesantren salaf umumnya memakai bahasa
Indonesia ia pernah ingin diterapkan dengan bahasa arab tapi tidak
berjalan
90
7. Kegiatan apa saja yang dilakukan santri diluar kitab kuning?
Jawab: yang pertama ada kegiatan muhadharah yaitu kegiatan belajar
berceramah didepan umum untuk melatih keberanian santri dalam
menghadapi masyarakat. Dan yang kedua ada kegiatan berlatih hadrah yah
semacam rebana dan juga latihan membaca shalawat
8. Tugas apa yang diberikan pak kiyai dalam pelajaran sehari-hari sesudah
mengaji kitab kuning?
Jawab: Umumnya sih biasanya kalo pak kiyai kalau abis ngaji kitab
disuruh ngulang pelajaran abis itu kalau misalnya ada hadits atau ada
sesuatu yang penting disuruh dihafalin giitu
9. Bagaimanakah tentang pembagian kelas di pondok pesantren Darul
Ishlah?
Jawab: Untuk sekarang ada 4(empat) kelas tingkatan Pertama ada kelas
imtihan pengenalan metode yang dikenalkan biasanya al-quran yang di
tekankan. Yang kedua ibtidaiyah kalau kelas ibtidai barulah mulai
ditekankan masalah bahasa arab seperti jurmiah dan lebih mendalami alQuran. Yang ketiga tsanawiyah kalau ini sudah mulai ngaji kitab tingkat
atas. Keempat aliyah tingakatan kelas paling tinggi kalau di pesantren sini
kelas aliah sudah paling tinggi pegangan kitabnya fathul mu‟in
dan
sarahnya ianuthalibin
Kalau dipesantren ini tidak ditentukan masalah umur tetapi dilihat dari
kecerdasan otaknya.
Yang diwawancarai,
(Zaky)
Santri Pondok pesantren Darul Islah
91
Wawancara langsung dengan pimpinan PonPes Darul Ishlah
Wawancara dengan salah seorang santri PonPes Darul Ishlah
Aula PonPes Darul Ishlah
92
Pelataran depan Pesantren Darul Ishlah
Acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
Penampilan Hadrah didalam Acara Maulid Nabi Muhammad SAW
93
Makan Bersama empat orang satu nampan seakan terliahat kedekatan dan
keakraban
Download