POLA KOMUNIKASI ANTARA KIAI DAN SANTRI DALAM METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN DARUL ISHLAH BUNCIT RAYA, JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh Mohamad Fahmi Almanshuri NIM 1110051000181 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M ABSTRAK Mohamad Fahmi Almanshuri “Pola Komunikasi Antara Kiyai dan Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning di dalam Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya Jakarta Selatan” Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan seharihari, komunikasi itu sangatlah penting bagi kegiatan belajar dan mengajar.komunikasi berperan sebagai aktor utama didalam ilmu pendidikan, tetapi didalam melakukan sebuah proses komunikasi tidak boleh dilakukan dengan hal sembarang, diperlukan pola dan metode dalam penyampaian komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh seorang kiai kepada santrinya. Begitu juga di dalam pesantren pola komunikasi dan metode sangat diperlukan dalam penyampaian makna belajar kitab-kitab kuning, yang pada dasarnya menggunakan bahasa arab. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan? kemudian Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning? Pola komunikasi seorang kiai dan santri di dalam Pondok pesantren Darul Islah terjalin baik karena seorang kiai menganggap semua santrinya sebagai anaknya sehingga santri di bekali sifat kesadaran diri agar tidak macam-macam apalagi betindak tidak sewajarnya kepada kiai, setiap proses belajar mengajar kiai menggunakan cara komunikasi kelompok, antarpribadi, dan intruksional sebagai penambah ada pola komunikasi bintang sebagi penunjang kesempurnaan dalam proses belajar. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan pola komunikasi antara kiai dan santri sekaligus melihat metode apa saja dan cara penyampaian dalam mengajar kitab kuning. Seorang sosok kiai yaitu KH. Amir Hamzah sangat tau cara menghadapi seorang santri beliau mengkasifikasikan santri-santri yang baru masuk dan santri yang sudah lama menguasai kitab kuning. Kiyai menggunakan metode ceramah pada saat memberikan materi dalam penyampainnya, dan juga memberikan tugas hafalan dan mengulangi lagi apa yang telah diberikan. Dan juga metode latihan membaca dan mengulangi apa dari intisari dari materi yang di berikan kiai. Dari penelitian ini dapat di analisis bahwa belajar kitab kuning tergantung dengan pembawaan seorang kiai, semakin luas pengetahuan kiai semakin mudah seorang memberikan pengajaran. Kata kunci: komunikasi, kiyai, santri, kitab kuning, Kualitatif. i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya, dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan keluarganya. Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasehat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D, ME.d. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. ii 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA. dan Sekretaris Jurusan KPI Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si.yang membantu penulis dalam menjalankan proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini. 4. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dengan baik dan tegas dalam membuat skripsi yang baik dan benar. 5. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih. 6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini. 8. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah Hj. Siti Khadijah yang selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, dan yang lebih penting selalu memperhatikan saya, menyayangi dan juga selalu baik saat pembuatan skripsi berlangsung teh manis selalu dibuatkan untuk saya, terimakasih kaulah penyemangatku. 9. Papah H. Fathullah Mansyur, yang selalu memberikan semangat jikalau saya putus asa, beliau selalu menyemangati dan juga beliau yang terus menekan iii saya agar menyelesaikan skripsi ini supaya saya terpacu dalam menyelesaikannya. Makasih papahku… 10. Mpo saya Hj. Ida Farida mungkin tanpa dia skripsi saya terbengkalai karna selama laptop rusak beliaulah yang dengan rela memberikan laptopnya kepada saya terima kasih mpo hj ida. 11. Terima kasih untuk KH. Amir Hamzah selaku pimpinan Pondok Pesantren Darul Ishlah yang dengan bijaksana menerima saya untuk meneliti pesantren beliau terima kasih pak kiai semoga ilmu engkau selalu bermanfaat bagi anak didikmu. 12. Dan terima kasih saya kepada Zaky selaku santri senior di pondok pesantren Darul Ishlah yang meluangkan waktu untuk bisa berwawancara kepadanya, dan juga bang adim yang selalu membantu dalam menyambungkan silaturahmi kepada kiai. 13. Untuk Shofie Hayati Marwah kekasih tercinta yang telah terus menerus memotivasi dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya. 14. sahabat saya, “Gengs sabeb”angkatan 2010 kelas KPI F terakhir yang belom merasakan sidang dan saling menyemangati Muhamad Yusra Nuryazmi, Mochammad Kahfi, Rizza Maulana Bahrun. Sahabat-sahabat inilah yang menjadi penyemangat dan penghibur semasa pelaksanaan pengerjaan skripsi berlangsung. iv 15. Teman seperjuanganku KPI F angkatan 2010, Aris Suyitno, Sulastri Damayanti, Sadam Husein, Sendy Darlis, Rendy Adityawarman, Ahmad Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!. 16. Teman-teman dari KKN AKSI 2013, Terima kasih untuk kekompakan, suka dukanya selama di Teluk Naga Tengerang. Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan. Wassalam. Jakarta, 1 Desember 2014 Penulis, v DAFTAR ISI ABSTRAK........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 E. Metode Penelitian ......................................................................... 7 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10 G. Kerangka Teori ........................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan.................................................................. 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi ....................................................... 14 B. Definisi Pesantren ....................................................................... 37 C. Pengertian Kiai dan Santri ........................................................... 38 D. Kitab kuning ............................................................................... 41 BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL A. Lokasi pesantren Darul Ishlah ..................................................... 43 B. Sejarah Berdirinya Pesantren....................................................... 43 C. Visi dan Misi .............................................................................. 50 D. Fasilitas Pesantren Darul Ishlah ................................................... 51 E. Struktur Organisasi Pesantren...................................................... 52 F. Program Kerja pondok Pesantren Darul Ishlah ............................ 56 G. Profil Pesantren ........................................................................... 57 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah ...... 58 B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah ............................... 69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 78 B. Saran ........................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Table 3.1 Table 4.1 Table 4.2 Table 4.3 Fasilitas pesantren Darul Ishlah ..................................................... 52 Jadwal pelajaran kelas Ibtidaiyah................................................... 61 Jadwal pelajaran kelas Tsanawiyah ............................................... 62 Jadwal pelajaran kelas Aliyah ........................................................ 62 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar pola komunikasi roda ...................................................... 25 Gambar Pola komunikasi Rantai ................................................... 26 Gambar Pola Komunikasi Lingkaran ............................................. 27 Gambar Pola Komunikasi bintang ................................................. 28 Kegiatan muhadharah didalam masjid ........................................... 47 Latihan Hadrah mingguan ............................................................. 48 Kunjungan anggota DPR Hj. Meilani ............................................ 50 Hj. Meilani memberikan penghargaan kepada santri ...................... 50 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa komunikasi akan sangat sulit untuk berinteraksi. Didalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agar pandai berkomuniksi, dan dapat di deskripsikan didalam Al-quran surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi: (٤)ُ(الْبَيَاوَعَّلَمَه٣)َ(خَّلَقَاإل ْوسَان٢) َ(عَّلَمَ الْقُرْآن١) ُالرَحْمَه (1)(Allah) yang Maha Pengasih (2)Yang telah mengajarkan Al Qur’an (3) Dia menciptakan manusia (4)mengajarnya pandai berbicara Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasidan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut untuk menerapkan pola komunikasi yang baik pula.1 1 Asnawir dan Basyarudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,2002), h.7. 1 2 Seperti diketahui bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal pendidikan yang agamis. Dalam didirikannya Pondok Pesantren paling tidak dikarenakan oleh beberapa faktor; Pertama, pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral. Kedua, salah satu isi awal didirikannya pesantren adalah menyebarkan informasi ajaran Islam yang universal kepada seluruh lapisan masyarakat. Pesantren salafiah pada jaman sekarang ini sudah tidak mudah lagi ditemukan, banyak pesantren modern yang lebih unggul dari kepopuleritasan dari pondok pesantren salafi ini. Karena secara pendidikan pesantren mempunyai modal umum dari segi pembelajaran, sehingga pondok pesantren salafiah menjadi kalah semakin terbawah. Sejatinya para santri-santri didalam pondok pesantren salafi lebih menekankan dirinya dengan pendidikan keagamaan, santri banyak yang dibekali dengan ilmu-ilmu agama dari segi ilmu rohaniah sampai jasmaniah, sehingga banyak juga santri yang diberikan pembelajaran hidup mengenai kehidupan yang sesungguhnya melalui kitab-kitab kuning. Didalam pesantren ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk dapat menciptakan hasil santrisantri yang berkualitas serta pendidikan yang sempurna. Pertama, mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi satu kegiatan yang terpadu (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada kecerdasan siswa, namun pada penciptaan karakter yang mulia. Ketiga, 3 menciptakan kesejahteraan guru dan murid sebagai subjek pembelajara, termasuk memahami masing-masing murid dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ketiga hal tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu guruguru yang bijak dan penuh wawasan luas, yang tercipta dengan akademis yang baik dan kaya dengan pengalaman.2 Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit, Jakarta Selatan adalah suatu lembaga pendidikan pembelajaran yang mengkhususkan ilmu agama, terlebih dengan kitab-kitab kuningnya, pesantren itu lebih memfokuskan pada kitab kuning dan mempelajari bagaimana menjadi masyarakat yang baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pesanren inilah yang menjadi menarik dalam pembahasan karena pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang masih bertahan dengan metode pembelajaran salafnya, selain itu dikalangan pesantren-pesantren salaf yang tersebar di Jakarta kebanyakan pesantren itu sudah dimasuki dengan sistem akademis umum terlebih tingkat pembelajaran agamisnya masih ada dan sudah hampir semua pesantren di Jakarta yang bertaraf salafisudah semakin jarang karena faktor peminatnya yang kurang. Kebanyakan orang tua dari para santri lebih memilih pesantren yang ada pembelajaran umum yang di campur dengan agama sehingga anak mereka dapat dibekali dengan pelajaran umum dan agama yang cukup, beda dengan salafi, di pesantren ini santri dituntut sekaligus di bekali dengan ilmu agama saja dan tujuan dari pesantren ini adalah mencetak santri untuk menjadi orang yang mengerti dalam agama seperti Ustadz/kiyai. Pondok pesantren Darul Ishlah ini pondok yang masih memegang teguh keaslian dari nilai pendidikannya, didalamnya belum tercampur dengan kurikullum yang ada 2 Jamal Ma‟mur Asmani, “sekolah life skills, “ lulus langsung kerja!(JogJakarta : Diva press,2009).h.239 4 didalam lingkaran DEPAG dan masih dengan metode pelajaran yang sangat tradisional. Didalam pondok pesantrensalafi Darul Ishlah yang dipimpin oleh KH. Amir Hamzah memiliki kemiripan dengan pesantren atau lembaga pendidikan yang berada di yaman (haudzah )atau negri yang berfaham syiah, tugasnya disana santri belajar. Kehidupan mereka semuanya dari segi logistik dan lainnya dipenuhi. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah mereka memiliki hak penuh dalam belajar sehingga sang santri tidak perlu memikirkan soal uang bayaran atau semacamnya. Di pesantren yang bertaraf salafi ini yang berada ditengah keramaian kota bukan hal yang tidak disadari lagi dipesantren ini sudah terkenal didaerah Solo karna pimpinan pondok pesantren adalah salah satu murid guru besar di Solo yaitu Alhabib Anis Alm beliau adalah tokoh agama di daerah Solo. Santri disana sangat dibekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat tidak hanya saja mengenai kitab-kitab kuning mereka juga dibekali dengan keterampilan, seperti bermain hadrah atau (rebana) belajar ceramah serta memahami arti dari tafsir alQuran. Santri diajarkan dengan bermain rebana atau yang biasa disebut hadrah dan dimanadidalamhadrah banyak yang menggunakan kalimat shalawat yang tidak mudah mereka langsung dapat dari Solo untuk memainkannya mereka menggunakan pukulan yang tidak sama dengan hadrah-hadrah lainnya. Pesantren Darul Ishlah yang hanya memiliki kurang lebih 200 santri tapi saat bulan Maulid yang datang ke pondok pesantren Darul Ishlah jamaahnya bisa mencapai 6000 orang dan dari sekian jamaah tersebut datang dari luar daerah Jakarta. Didalam pondok ini juga sering mengadakan pengajian 5 mingguan dimanadidalam pengajian tersebut pesantren tidak pernah mengeluarkan sedikitpun biaya untuk jama‟ah yang sekian banyaknya, biasanya seusai dari pengajian itu para jamaah disuguhi nasi uduk yang dibagi rata. Mungkin disitulah nampaknya keberkahan yang diberikan Allah SWT. Seperti yang dikutip dari kitab Nashoihul „ibad “orang yang alim dan beramal shaleh akan selalu dihormati dan dimuliakan orang, sedangkan orang yang bodoh dimana pun akan merasakan kesulitan”3 Beda halnnya dengan pondok pesantren modern di pondok pesantren salaf ada 3 jenis bentuk pesantren, yang pertama pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang kedua adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang ketiga adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu kanuragan, namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan halhal ghaib. Oleh karena itu kiyai dan pesantren adalah merupakan elemen yang sangat penting dalam mengarahkan santri-santrinya. Di pondok pesantren salaf Darul Ishlah seorang kiyai akan sangat dekat dan lebih intens terhadap santrinya, hal ini yang banyak disadari seorang santri didalam pondokan salaf 3 Ibnu Hajar Al-Asqolani, terjemahan Nashaihul Ibad, “memuat: 208 makalah, 1072 nasihat bagi hamba Allah” (Jakarta : pustaka amani), h.25.cet.ke-2. 6 jauh lebih hormat dan taat kepada gurunya, santri di pondok salaf akan dapat perhatian lebih dari figur sang guru (kiyai) mereka. Pondok pesantren Darul Ishlah adalah suatu pesantren salaf yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri yang dapat membaca dan memahami kitab-kitab kuning secara baik dan benar berdasarkan tata cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis mengangkat hal tersebut dengan judul “ Pola Komunikasi Antara Kiyai dan Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning didalamPondok Pesantren Darul IshlahBuncit RayaJakartaSelatan”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pada dasarnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila didukung oleh pola komunikasi yang baik antara kiyai dan santrinya. Hal inilah yang hendak diteliti penulis didalam penelitian ini. Agar tidak terlalu menjalar luas dalam pembahasannya, Maka penulis hanya membatasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan didalam pondok pesantren darul ishlah, dan pola komunikasi yang dilakukan kiai didalam kelas kepada santri saat melakukan proses belajar mengajar. Adapun rumusan masalah tersebut yang dimasukan didalam penulisan ini dalam bentuk pertanyaan, yakni: 1. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan? 2. Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning? 7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakan penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam pembelajaran kitab kuning di ponpes Darul Ishlah. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan metode yang berlangsung dalam penyampaian pembelajaran kitab kuning. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi atau sebagai perbandingan didalam pengembangan usaha keilmuan yang sesuai dengan bidangnya, dan juga penelitian ini diharapkan akan menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi dilembaga pendidikan Islam. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah panduan tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang efektif dan se-efisien mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan dapat memberikan sedikit pengetahuan terhadap calon da‟i agar bisa memperluas pengetahuannya. E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk kemudian mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif menitik beratkan kepada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.4 1. Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yang berlangsung di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pondok pesantren di pondok pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian adalah proses pelaksanaannya. 3. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang akan diteliti, yakni program pendidikan 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta 1998).h.10. 9 pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah. b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di pondok pesantren Darul Ishlah dengan tujuan mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah kepada masalah yang diangkat. c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun berbagai arsip-arsip tentang pesantren Darul Ishlah ataupun berbagai macam karya tulis yang berkaitan dengan bahasan penelitian. 4. Pengolahan Data Pada bagian ini, keseluruhan data yang didapat dari hasil wawancara di pondok pesantren Darul Ishlah tersebut dikumpulkan dan disusun berdasarkan kecocokan dengan rumusan masalahyang telah disusun oleh peneliti. 5. Analisis Data Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk 5 Rusdin Pohan, metodologi penelitian pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka,2007),h.58. 10 yang lebih mudah dibaca dan di intepretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan/kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas. F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang diantarannya adalah: 1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman agama melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh Abdul Fatah, tahun 2007. Penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan dalam pengajian remaja tersebut menggunakan pola komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi guna meningkatkan pemahaman terhadap para anggotanya. 2. Pada skripsi terdahulu yang berjudul “Pola Komunikasi kyai dan santri dalam pengajaran seni baca alquran di pondok pesantren al-Quraniyyah Pondok Aren”. Yang diteliti oleh mutmainnah tahun 2008. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objeknya, sedangkan kesamaannya adalah pada pembahasan mengenai pola komunikasinya. 3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja dilingkungan yayasan al-Wafi Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan 11 oleh Haidir, tahun 2007. Penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi kelompok kecil saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak remaja di wilayah tersebut. Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas,penulis menemukan berbagai metode pembelajaran yaitu ada metode sorongan dan wetonan metode ini metode yang bisa disebut dengan metode tradisional. Dan juga penulis menggunakan teori pola komunikasi bintang yang dalam teori tersebut seorang kiai yang menjadi sentral dalam berjalannya proses pembelajaran. G. Kerangka Teori Pola Komunikasi Pola Bintang 5 4 1 2 3 Dimana satu dapat berkomunikasi langsung dengan dua, tiga, empat, dan lima, garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang berkomunikasi, dimana satu sebagai titik sentralnya berkomunikasi dengan 12 yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Pola komunikasi diatas diperkuat oleh pendapat H.A.W Widjaja. Menurutnya Pola Bintang anggota berkomunikasi dengan semua anggota, komunikasi ini menghasilkan timbal balik.6 H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam V (lima) bab, yang terdiri dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, kiyai dan santri, pengertian kiyai, pengertian santri, komunikasi kiyai dan santri, serta pesantren. BAB III Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Mampang prapatan, Jakarta selatan. Mengenai tentang histori berdirinya pesantren, visi dan misi didirikannya pesantren, sistem pendidikan, struktur pengurus sekaligus pengasuh, serta programprogram yang disediakan. BAB IV Pola komunikasi kiyai dan santri serta melihat metodepembelajaran sekaligus proses yang dilakukan seorang kiyai dalam mempelajari kitab kuning. 6 H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta,Bumi Aksara,1997), Cet. Ke-3, h.102-103. 13 BAB V Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saranserta yang dilengkapi daftar pustaka dan data lampiran yang dianggap pentingdalam proses penelitian. BAB II KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI KIYAI DAN SANTRI Secara umum, pola komunikasi sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat dan khalayak banyak, dan juga pola komunikasi sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran bagaimana berkomunikasi, dibawah ini penulis akan paparkan teori dan defenisi mengenai pola komunikasi dan juga apa itu Kyai dan Santri A. Pengertian Pola Komunikasi 1. Pola Komunikasi Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.7 Cara atau bentuk sehingga pola dapat dikatakan sebagai contoh atau cetakan. Jadi pola yang ada didalam komunikasi adalah bentuk dan sistem yang mencakup dalam komunikasi. Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi “istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggriscommunication yang bersumber dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna yang sesungguhnya dari communication adalah communis yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.8 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).h.778 8 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju,1992), cet ke1.h.4. 14 15 Pendapat yang hampir sama pula yang dikemukakan oleh Astrid S. Susanto yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang didalam bahasa latin memiliki arti (berpartisipasi) atau memberitahukan. dan juga kata communis berarti „milik bersama‟ atau berlaku dimanamana.9 Sedangkan menurut terminologi, menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah sebuah jembatan dan juga penyambungan antara satu orang dengan orang lain guna terlaksananya suatu proses komunikasi, dalam penjelasannya proses komunikasi ini dapat merubah seorang dan orang yang menjadi lawan bicaranya baik dalam sifat, prilaku maupun apa saja yang menjadi kaitan didalam komunikasi. Banyak sekali aspek yang mendorong seseorang berkomunikasi dengan orang lain hal ini juga diterangkan komunikasi bisa saja berlangsung dimana saja kapan sajadan juga terjadi kepada siapa saja, hal inilah komunikasi bisa terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung misalnya komunikasi yang menggunakan lisan terjadinya komunikasi interface dalam komunikasi ini dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikan dan komunikator, sedangkan komunikasi secara tidak langsung berupa komunikasi melalui media misalkan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain menggunakan sarana media sebagai alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi maka dari itu disebut sebagai komunikasi secara tidak langsung.10 9 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),h.67. Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000),Cet KE-4, h.3-4. 10 16 Hovland, Janis dan Kelly communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of the individuals. “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain‟‟.11Didalam komunikasi suatu proses individu dapat mengubah stimulus seseorang bisa terjadi karena setiap seseorang yang melakukan komunikasi secara verbal itu menjadi suatu daya rangsang kepada seseorang yang melakukan proses komunikasi, dilain hal komunikasi banyak membawa dampak yang signifikan dan juga dapat membangkitkan efek yang dapat mengendalikan diri seseorang. Everett M. Rogers : ”komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.12jadi komunikasi yang dapat diterima dan juga dicerna dengan baik bisa mengubah dan juga bisa mempengaruhi seseorang sehingga orang itu dapat bertingkah laku dari biasanya, misalnya orang berkenegaraan asing yang sudah lama tinggal di Indonesia dan mentap cukup lama didalamnya dan melakukan sesering mungkin proses komunikasi dengan bahasa yang berbeda lama-kelamaan orang asing akan dapat terbawa dengan bahasa yang dimana ia menetap demi melancarkan proses komunikasi seiring berjalannya waktu. 11 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, 12 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. h.2 20 17 Dari semua definisi yang dijelaskan di atas, bahwa komunikasi merupakan sebuah pesan. Namun di satu sisi pesan yang disampaikan dalam komunikasi berbeda antara komunikator ke komunikan dan harus didasari proses komunikasi yang baik. Penulis menyimpulkan arti dari pola komunikasi yaitu, bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dan menghasilkan feedback. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasannya seseorang yang melakukan komunikasi sejatinya dia mengharapkan agar orang yang menjadi lawan bicaranya dapat menerima isi pesan yang disampaikan. sender pesan reciver Jadi di antara orang yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi harus memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi, dan harus seksama mengerti arah apa yang akan dikomunikasikan, agar apa yangdiharapkan didalam komunikasi bisa tercapai suatu proses komunikasi yang sempurna sehingga komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Dari beberapa yang telah terurai oleh para pendapat ahli komunikasi, dapat difahami bahwa arti sebuah komunikasi adalah gabungan dari dua kata yaitu pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau bentukbentuk komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. 18 Jadi esensi didalam komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama satu sama lain dengan penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.13karna pengirim pesan didalam sebuah proses komunikasi adala seorang supir jika di ibaratkan karena seorang pengirim pesan itu adalah yang mengendalikan alur pembicaraan sebuah komunikasi mau dibawa kemana aksi komunikasi agar menjadi lebih menarik sehingga penerima pesan akan mudah mendengarkan dan menjadi lawan bicara yang aktif jika halnya pengirim pesan mengutarakan dengan hal yang pasti misalnya, suara yang jelas dan juga tata bahasa yang mudah dimengerti. Namun supaya lebih terperinci lagi mengenai teori komunikasi di sini menurut Stewart L. Tubbs da Silvia Mass, di sini adalah ciri-ciri suatu proses komunikasi yang efektif memiliki sebuah fase dimana agar sebuah komunikasi bisa berjalan dengan sempurna dan keduanya bisa memaknai sebuah komunikasi yang berjalan, yakni: a. Pengertian. penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator dapat menerapkan metode dalam upayameningkatkan pemahaman tentang kegiatan tersebut. Suatu komunikasi bisa dianggap berhasil apabila keduanya maksud keduanya antara pembicara dan juga penerima pesan berhasil mengerti apa yang dibicarakan apa yang disampaikan dan juga apa yang bisa menjadi makna dalam suatu proses didalam komunikasi. 13 T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: 1985),h.48 19 b. Pesan Yang disampaikan oleh komunikator, di sini pesan sangatlah penting untuk melakukan sebuah proses komunikasi, karena pesan adalah sebuah makna didalam pembicaraan yang akan berlangsung untuk melaksanakan komunikasi, pesan juga adalah hal yang penting apabila penyampaian pesan kurang jelas akan berakibat komunikasi tidak berjalan sempurna. Contohnya seseorang yang melakukan komunikasi dengan dua orang yang berbeda satu sama lain dari segi latar belakangnya, akan sulit menerima pengertian dan pesan yang akan disampaikan oleh keduanya akan sulit dicerna karena keduanya tidak menguasai makna dari kedua bahasa itu. c. Kesenangan menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. Maksud di sini adalah terjadi hubungan yang hangat apabila sejak dimulainya pembicaraan terjadi sebuah kenyamanan dalam pembicaraan dan juga proses penyampaiannya baik sehingga penerima pesan akan nyaman dalam menerima pesannya. d. Mempengaruhi sikap dapat merubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa dalam berkomunikasi. e. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal berinteraksi dan komunikasi karena suatu hubungan yang setidaknya baik akan membawa alur kepada hubungan yang baik dalam hal bersosialisai. Karena ini bisa timbul jika seseorang melakukan interaksi dengab seseorang yang memiliki jiwa sosial yang kian bagus. 20 f. Tindakan membuat komunikan melakukan sebuah tindakan yang sesuai dengan stimuli. Rangsangan itu juga bisa menjadi sebuah tindakan jika seseorang melakukan komunikasi dengan penuh emosional dalam segi kepribadiannya.14 2. Jenis-jenis Pola Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi didalam bukunya yang berjudul: “ilmu komunikasi teori dan praktek ” pola dan bentuk komunikasi terdapat empat macam, yaitu komunikasi personal (intrapersonal dan interpersonal), komunikasi kelompok (besar dan kecil).15 Komunikasi personal disini dibagi menjadi dua bagian yaitu antara komunikasi intrapersonal dan juga interpersonal yakni pengertiannya sebagai berikut, a. Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal yang dibagi menjadi dua kata intra dan personal inra sendiri yang berarti didalam sedangkan personal yaitu diri sendiri jadi pengertian keseluruhannya adalah komunikasi yang dilakukan didalam diri sendiri, yang berperan sebagai sender(komunikator) sekaligus berperan juga sebagai receive(komunikan), memberikan mpan balik pada diri sendiri dan kemudian berkelanjutan. Contoh dalam kehidupan seharihari misalnya sedang berdoa, bersyukur, ngelamun dan juga menghayal. b. komunikasi interpersonal komunikasi interpersonal di bagi menjadi 2 bagian kata yaitu, inter 14 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ; Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th. 2007), cet.ke-24,h.16 15 Onong Uchjana Effendi, ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. ke-6,h. 7. 21 yang berarti luar dan personal sendiri adalah dirinya, jadi komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang mempunyai peran yang berbeda. Ada yang berperan sebagai sender dan juga sebagian lain berperan sebagai receive, dan feedback juga dapat diterimaoleh sender dan juga receive. Contoh dari komunikasi adalah: pidato, ngobrol biasa, dll. Komunikasi interpersonal sebagai alat komunikasi antara orang dengan orang lain yang sendiri secara pribadi. Komunikasi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik atau feedback yang langsung.16 Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan.17 Komunikasi interpersonal, dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang. Karena sifat dialogis, berupa percakapan dan umpan balik bersifat langsung secara tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat langsung diketahui.18 Dan untuk lebih memahami tentang komunikasi interpersonal lebih dalam, akan lebih baik seorang komnikator megetahui ciri dari berbagai faktor penting didalam komunikasi interpersonal yaitu: Pertama, Komunikasi berlangsung secara terbuka, berbentuk percakapan dan juga tanya jawab sehingga komunikator dapat mengetahui segalanya mengenai diri komunikan, semua hal yang ingin diketahui dapat terungkap 16 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), Cet. Ke-1, h.72. 17 Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.77. 18 Effendi, Dinamika Komunikasi, h.8. 22 di sini ini yang dimaksudkan dalam komunikasi yang beralur dialogis.19 Kedua, Komunikasi berlangsung secara tatap muka, saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain, sehingga komunikator dapat melihat sekaligus memperhatikan ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku yang merupakan umpan balik non verbal.20 Dengan ciri tersebut komunikasi intrapersonal dinilai mengena dan tepat langsung menuju apa yang ingin dicari didalamnya seperti seputar informasi dan juga sikap dan prilaku. Kadang banyak sekali cara yang dilakukan dengan berkomunikasi banyak yang hanya bertanya melalui media serasa itupun tidak akan cukup untuk mendapatkan hasil yang valid dari apa yang ingin diketahui, tetapi dengan proses komunikasi yang terjadi secara langsung menggunakan metode tatap muka seperti ini merupakan salah satu hal yang ampuh dalam mengorek semua informasi yang ingin didapatkan. Adapun dalam proses pendidikan dan pengajaran, komunikasi yang berlangsung di sini melibatkan antara kiyai dan santri didalam pondok pesantren dan dalam proses komunikasi yang terjadi melakukan tahapan dengan metode tatap muka pada saat menjalankan program pengajian kitab kuning. Maka dalam proses atau metode tatap muka ini dibagi kedalam tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi kelompok kecil, komunikasi interpersonal dan komunikasi intruksional. 1. Komunikasi Kelompok Kecil kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara 19 20 Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78. Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78. 23 verbal. Dengan kata lain komunikasi kelompok komunikasi komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan salah satu anggota kecil.21 Komunikasi tipe kelompok kecil kurang efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan, karena dari setiap komunikan tidak mungkin dikuasai oleh komunikator seperti halnya pada komunikan komunikasi interpersonal. Komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator, komunika menanggapinya dengan lebih banyak menggunaka pikiran dari pada perasaan. Mereka sempat menanyakan pada dirinya mengenai benar tidaknya apa yang diucapkan oleh komunikator kepadanya itu, dalam situasi komunikasi seperti itu, pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mengarahkan kepada rasio komunikan bukan pada emosi.22 2. Komunikasi kelompok besar Komunikasi kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (perasaan) komunikan dan prosesnya berlangsung secara linier. Jadi dapat dikatakan dalam komunikasi kelompok besar ini kontak pribadi sulit sekali dilakukan. Komunikator didalam 21 22 Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.88. Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 31. 24 komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan tanggapannya bersifat emosional. Contoh: seperti halnya didalam sebuah kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye dilapangan (bersifat non formal). C. Komunikasi Instruksional Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata instruction yang berarti penyajian, pelajaran atau perintah juga bisa diartikan instruksi. Komunikasi ini berupa komunikasi formal yang dilakukan didalam bidang kependidikan yang harus diterapkan hanya disekolah menggunakan bahasa-bahasa yang baik dan juga bahasa yang penuh dengan makna. Didalam dunia pendididkan, kata instruksional tidak diarttikan perintah tapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran atau pelajaran, bahkan sekarang-sekarang ini dapat juga diarttikan sebagai pembelajaran. Memang saja ketiga arti kata tersebut bisa berlainan makna karena masing-masing menitik beratkan kepada faktor-faktor tertentu yang bahkan menjadi perhatiannya, namun disisi lain hal ini cenderung bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan proses sebuah komunikasi dengan baik komunikasi intruksional ini bisa digunakan atau diterapkan dikalangan sekolah sebagai metode pembelajaran diri mendekatkan kepribadian kepada anak didik supaya 25 bisa terjalin hubungan yang akademis. 23 H.A.W. Widjaja menyatakan didalam bukunya “ilmu komunikasi pengantar studi” ada empat pola komunikasi, yaitu:24 1) Pola Roda Pola roda itu yang berarti pola yang mengarahkan seluruh infomasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggotan lain. Dalam pola komunikasi jenis roda ini lebih menitik beratkan kepada posisi pusat yaitu posisi (A) yang menjadi peran untuk menggerakan sekaligus menjadi ujung tombak dari pelaksanaan proses komunikasi dalam pola roda ini. B E A C D Gambar 1.1 Gambar pola roda H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi” Dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah tanpa adanya interaksi. Dan juga komunikasi ini bertumpu pada satu orang yang dititik beratkan kepada (A) 23 24 Mudhofir, Teknologi Instruuksional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001), h.9. H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 102-103 26 2) Pola rantai Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus keatas (Upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) balik ke atas atau ke bawah tanpa tejadinya suatu penyimpangan. Pengertiannya adalah seseoang berkomunikasi (A) dengan orang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E). A B C D E Gambar 1.2: Gambar pola rantai H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi” Penjelasannya dalam pola komunikasi rantai ini adalah satu sama lain antara titik A dan B dan seterusnya saling menyambung demi tercapainya dan tersambungnya suatu proses komunikasi. Ini bisa diliat dari jenis gambar yang yang mendatar dan menuntuk secara berurutan dari titik A sampai titik E. 3) Pola Lingkaran Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi (E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A). Sejatinya alur komunikasi pada pola lingkaran adalah memutar dan tidak putus terlihat komunikasi pada titik A dan memutar ke titik E dan titik E berputar dan kembali menyampaikan komunikasi kepada titik A 27 A B E C D Gambar 1.3: gambar pola lingkaran H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi” Dalam pola komunikasi ini tidak tedapat pemimpin. Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan oang yang berada disisi mereka, komunikasi ini terjadi bisa dengan kelompok dan mendekatkan pada komunikasi bermusyawarah. 4) Pola bintang Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan dalam berkomunikasi satu sama lain.25 A B C 25 E D H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 102-103 28 Gambar 1.4: gambar pola bintang H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi” Komunikasi dengan pola bintang seperti ini menunjukan bahwasannya semua orang yang ada didalamnya dapat dan mempunyai hak untuk berkomunikasi satu sama lainnya agar bisa saling tercapai dengan baik maka semua saling berkomunikasi sehingga tidak ada orang yang terpaku didalamnya atau tidak ada orang yang di pusatkan dalam pola komunikasi bintang ini semuanya bisa berbaur dan bisa saling bertukar pikiran dan bisa saling berkomunikasi. 3. Proses Pola Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam hal ini ada dua proses komunikasi, yaitu: Proses komunikasi tatap muka dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator. 29 Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau feedback terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Proses komunikasi bermedia komunikasi bermedia (mediated communication) salah satu proses komunikasi yang bisa dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suatu alat atau media sebagai sarana menyampaikan informasi, dengan proses dan bantuan media seperti ini akan lebih praktis dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi proses komunikasi ini kurang bisa mendapatkan informasi secara signifikan karna prosesnya secara tidak langsung, akan sulit mengetahui hasil informasi yang sebenar-benarnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang akan dituju dan memahami sifatsifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan menggunakan media bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil 30 orang, bisa pula sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmasa.26 4. Unsur-Unsur Komunikasi Proses komunikasi yang pada hakekatnya sebagai proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikirang yang berupa gagasan, ide, informasi, statment dan lain-lain yang muncul dari benak atau perasaan yang berupa keyakinan, kepastian, kekhawatiran dan sebagainya yang muncul dari dalam lubuk hati kita. Dari berbagai macam definisi-definisi diatas nampak jelas adanya unsur-unsur yang mencakup dalam terjadinya proses berkomunikasi. Yang mana unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Komunikator Komuniator bisa disebut juga sebagai penyampai pesan sebagaimana pengertiannya komunikator orang yang berperan sebagai sender yaitu orang yang mengirim pesan kepada pendengar atau penerima pesan reciver, komunikator juga salah satu aktor yang berperan dalam proses terjadinya suatu komunikasi ia juga sebagai pemulai dari awal atau pembuka pembicaraan. Untuk itu seorang komunikator harus terampil dalam mengolah kata agar si penerima pesan menarik mendengarkannya sekaligus efektif dalam hal merespon pesan yang sampai. 26 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6-10 31 Syarat-syarat yang sangat diperlukan oleh komunikator, yakni:27 1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, di sini yang dimaksud syarat menjadi komunikator yang baik seorang komunikator harus mempunyai kemampuan bicara yang baik, dan mempunyai daya tarik agar apa agar bisa membawa alur dalam komunikasinya 2) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan memiliki komunikasi yang baik maksudnya seorang komunikator harus jelas secara lican dan pembacan setiap kata agar setiap komunikan yang diajak bicara dapat menerima pesan dengan baik dan juga jelas agar tercapai sebuah komunikasi yang elegan. 3) Mempunyai pengetahuan yang luas, pengetahuan yang luas juga sangat dibutuhkan untuk komunikator yang ingin membahas sesuatu kepada seorang komunikan. Misalnya seorang komunikator sedang melakukan diskusi atu menjelaskan suatu produk ia harus mengetahui inti dari bahasan dan pengetahuan tentang apa yang akan dijelaskan kepada para komunikan lainnya. 4) Memiliki daya tarik sebagai aspek tambahan agar seorang komunikator lebih dilihat dan menonjol akan penampilannya, dilain hal dengan penampilan yang rapih dan mempunyai ciri khas mengandung daya tarik yang luar biasa sehingga komunikan yang akan berkomunikasi merasa nyaman dengan komunikator. 27 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996). Cet. Ke-1, h.59. 32 5) Mengenal diri sendiri adalah hal yang mendasar kita tidak bisa memahami diri seseorang sebelum mengenal diri kita sendiri, oleh karena itu dengan kita mempelajari kepribadia dalam diri kita kita bisa tau batasan apa saja yang tidak boleh dilampaui pada saat berkomunikasi agar tidak membuat kecewa komunikan. 6) Memiliki kekuatan dan semangat sehingga apa yang ingin dikatakan memiliki power dan tidak lemah dalam membalas kata dengan komunikan seperti sedang berdiskusi memiliki semangat adalah modal utama dan juga kekuatan dalam berfikir kearah yang lebih ilmiah. Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang yang akan menjadi komunikator harus bisa memposisikan dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. b. Pesan Pesan merupakan salah satu isi dari apa yang akan disampaikan tanpa adanya suatu pesan komunikasi yang berlangsung tidak akan terjaga, karena pesan ini adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan dan juga sebagai komponen penting didalam berkomunikasi. Pesan juga harus memiliki intisari daripada isi yang akan di perbincangkan antara komunikator dan komunikan, penyampaian pesan dapat dilakukan secara langsung melalui lisan dan secara tidak langsung media. Ada beberapa bentuk pesan diantaranya: 33 Pertama, Informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan mengambil kesimpulannya sendiri. Kedua, Persuasif yaitu dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa yang akan kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. Ketiga, Koersif yaitu dengan menggunaka sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitas, yakni denhan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin diantara sesamanya dan pada kalangan publik.28 c. Media Media merupakan salah satu wadah atau tempat untuk dapat menyalurkan dan sekaligus menjadi alat yang menjembatani komunikator dan komunikan berinteraksi, tanpa adanya media sebagai alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi jarak jauh akan sulit menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Pesan melalui media ini sangat praktis dan efisien bisa menjangkau semua wilayah dan tempat akan tetapi ada kekurangannya akan sulit mendapat informasi secara langsung dan konkrit. d. Komunikan Komunikan adalah seorang yang menerima pesan dari komunikator. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang mengolah pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Jadi seorang komunikan 28 H. A. W. Widjaja, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,1997). Cet. Ke-3, h. 14. 34 akan mengolah setiap apa yang dilontarkan kepada komunikator tapi tidak semua yang dilontarkan oleh komunikator akan diolah oleh komunikan bisa juga sebailknya. e. feedback Feedback merupakan salah satu dampak atau hasil sebagai pengaruh pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Apabila seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi ini melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau memperoleh kesepakatan bersama.29 Dampak yang akan ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu; Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan dari daya rangsang otak yang membawa komunikan menjadi lebih tau karna kemampuan berfikir yang baik dari area kognitifnya. Dampak Afektif, yaitu dampak yang menimbulkan perasaan tertentu dan tergugahnya hati seorang komunikan, misalkan perasaan iba, atau rasa kasian kepada seseorang, dampak ini yang membawa kepada daya perasaan dan sekaligus bisa merasakan apa yang telah dirangsang dapat dicerna melalui perasaan yang ditimbulkan. Dampak Behavior, dampak yang paling tinggi tensinya, yaitu dampak yang timbul pada komunikan 29 Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional,(Jakarta: Dermaga, 2002), h. 3-5 35 dalm bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.30 5. Teori Pola Komunikasi Dalam komunikasi ada beberapa teori yang ada. Harold D. Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University, telah menghasilkan suatu pemikiran mengenai komunikasi yang dituangkannya dalam bentuk paper yang kemudian dimuat dalam buku The Communcation Ideas, suntingan Lyman Bryson. Lasswel menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan” Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?‟‟ a. Who? Siapa komunikatornya? b. Says What? Pesan apa yang disampaikan? c. In Which Channel? Media apa yang digunakan? d. To Whom? Siapa komunikannya? e. With What Effect? Efek apa yang diharapkan?31 Rumus Lasswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai teori lainnya. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan. untuk membahas ini dapat dipergunakan teori Melvin L. Defleur. Dalam bukunya yang berjudul Theories of Mass Communication, ia mengemukakan empat teori yang masing-masing disebut Individual Differences Theory, Social Categories Theory, SocialRelationship Theory dan Cultural Norms Theory. 30 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h.7. 31 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6,h. 29 36 a. Individual Differences Theory Teori ini menyatakan khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya paabila bersangkutan dengan kepentingannya, akan sesuai sikapnya, kepercayaannya, dan nilainilainya. b. Social Categories Theory Asumsi dasar dari teori Melvin L. Defleur yang kedua ini ialah bahwa kendatipun masyarakat modern bersifat heterogen, orang yang mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama. c. Social Relationship Theory Teori yang ketiga, Social Relationship Theory adalah Two Step Flow of Communication telah diketengahkan oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya yang terkenal itu. menurut teori tersebut, sebuah pesan komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada sejumlah perorangan yang terang-terangan, dan dinamakan “pemuka pendapat”. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi diteruslakn melalui saluran antar persona (dari mulut ke mulut), kepada orangorang yang kurang keterpekaan media. d. Cultural Norms Theory Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa, melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu, menciptakan kesan-kesan kepada khalayak bahwa norma budaya yang sama mengenai topik dibentuk dengan cara yang khusus. Pesan 37 komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce existing patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk ercaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.32 B. Definisi Pesantren Pesantren adalah sebuah tempat atau surau yang mengajarkan dan membimbing seseorang menjadi lebih baik dan mengerti akan agama, banyak model pesantren dan pesantren dibagi menjadi 3 jenis pesantren salaf pesantren yang Pertama, pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang Kedua, adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang Ketiga, adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu kanuragan namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan IslamIndonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut 32 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 30 38 mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren. Kategori pesantren bisa diteropong dari berbagai perspektif, yaitu: dari segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan terhadap perubahan, dari sudut sistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya, Arifin menggolongkannya menjadi pesantren modern, pesantren tahassus(tahassus ilmu alat, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir/hadits, ilmu tasawuft hariqat, dan qira’at al-qur‟an) dan pesantren campuran.33 C. Pengertian Kyai dan Santri 1. Pengertian Kyai Pengertian Kyai dalam kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebuah sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam), sedangkan dalam sebuah pesantren, Kyai adalah pembimbing, pengajar, atau seorang pimpinan salah satu pesantren. Kyai menurut Manfrediemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan hidupnya demi Allah serta menyebar luaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kiyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya dia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu 33 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga,2002.) h.25 39 memberikan nasehat.34 Istilah seorang Kyai adalah sebutan yang diperuntukan bagi para ulama radisional di pulau jawa, walaupun sekarang banyak Kyai yang sudah tersebar di pulau jawa dan juga di luar pulau jawa.35 Menurut asal muasalnya, sebagaimana dirinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi seorang pimpinan di pondok pesantren.36 Dalam perkembangannya, gelar seorang Kyai dewasa ini tidak lagi digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja. Gelar Kyai pun dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar Kyai ini juga sering digunakan oleh para Da‟i atau mubaligh yang biasa memberikan ceramah agama Islam.37 2. Pengertian Santri Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, 34 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M, 1986), h.131 Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai pesantren-kyai langgar jawa, (Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, h.13 36 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.28 37 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.29 35 40 orang yang sholeh.38 Sedangkan didalam istilah lain, santri berasal dari istilah cantrik (dalam agama Hindu) yang berarti orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu ternama. Namun sejatinya ketika diterapkan diagama Islam, kata cantrik tersebut berubah menjadi santri yang berarti orang-orang yang belajar kepada guru agama.39Santri adalah murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai Kyai bila memiliki suatu yayasan atau pesantren dan juga santri yang tinggal untuk mendalami ilmu agama berdasarkan kitab kuning. Oleh sebab itu, eksistensi Kyai biasanya berkaitan dengan adanya para santri yang mondok didalam pesantrennya. Dalam bahasannya santri di sini dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan juga santri kalong. Pertama, santri mukim adalah murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri kalong adalah murid atau santri yang tinggal tidak jauh dari lokasi berdirinya pesantren tersebut. Para santri kalong pergi ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas pesantren lainnya.40 Sehingga dapat difahami bahwa santri adalah murid yang belajar sekaligus mendalami ilmu agama yang didampingi oleh seorang Kyai dengan tujuan agar tercapai semua yang diharapkan terlebih santri bisa 38 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h.783 39 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), h.20 40 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.35 41 lebih mengenal dan mendalami ilmu-ilmu agama dan dapat pula disebarkan atau disyiarkan kepada masyarakat awam. D. Kitab Kuning 1. Pengertian Kitab Kuning Dalam dunia pesantren asal-usul penyebutan atau istilah kitab kuning atau kitab kuning tidak diketahui secara pasti. Penyebutan ini didasarkn pada sudut pandang yang berbeda-beda. Sebutan kitab kuning itu sendiri sebenarnya merupakan sebuah ejekan dari pihak luar, yang mengatakan bahwa kitab kuning itu kuno, ketinggalan zaman, memiliki kadar keilmuan yang rendah, dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh masdar: “Kemungkinan besar sebutan itu datang dari pihak orang luar dengan konotasi yang sedikit mengejek. Terlepas dengan maksud apa dan oleh siapa dicetuskan, istilah itu kini telah semakin meluas kepada masyarakat baik di luar maupun di lingkungan pesantren”41 Jadi sebutan yang melekat pada generasi modern ini tentang sudut pandang mengenai kitab kuning menjadi lebih negatif karna pengaruh yang di asumsikan dari orang luar yang mengatakan kitab kuning merupakan sebuah sumber ilmu yang kuno padahal jelas segala yang baik dan asal muasal dari kita bisa belajar bahasa Arab dan mengerti maknanya melalui kitab kuning ini, karn pada dasarnya kitab kuning ini dibawa oleh orang terdahulu sehingga keasliannya benar-benar terjaga. 2. Konsep kitab kuning 41 M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985). Hal. 55 42 Pada dasarnya didalam kitab kuning mempunya i konsep dan juga urutan, didalam proses pembelajaran kitab kuning ada urutan-urutan yang bisa dijalankan untuk bisa mencapai pemahaman yang luas dan bisa mengerti dengan cepat. Yang pertama mengetahui dan memahami makna, agar seseorang dapat mengerti bisa mempelajari kitab dengan memulai mempelajari ilmu dasar dari bahasa Arab, urutan yang baik dalam mempelajari kitab kuning. BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL A. Lokasi Pesantren Darul Ishlah Pesantren Darul ishlah terletak diwilayah yang strategis. Ia terletak disebelah wilayah timur jalan buncit raya yang dilalui kendaraan dari arah ragunan menuju buncit, mampang dan kuningan. Tepatnya berada diwilayah Rt 05 Rw 05 kelurahan kalibata kecamatan pancoran kota madya Jakata selatan. Wilayah ini biasa dikenal dengan sebutan nama kalibata pulo, karena letaknya yang dikelilingi oleh kali sehingga mirip sebuah pulau. Didalam lingkungan pesantren semua hampir keseluruhan bebudaya betawi didalamnya.42 B. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah Sebagai anak asli betawi terlebih dilahirkan di wilayah kalibata pulo yang mana disana kental dengan nilai-nilai keIslamannya, suasana yang agamis dan ketaatan masyarakat Betawi terhadap agamanya sempat mendapat apresiasi dari Buya Hamka dala seminar perkembangan Islam di Jakarta pada tahun 1987 dimana beliau mengatakan: “sungguh begitulah sangat mengagumkan kita, betapa teguhnya orang Betawi memeluk Islam. Selama 350 tahun antara penjajah (Belanda) dan anak Negri asli (Betawi) masih tetap sebagai “ minyak dan air “. Sekalipun bertemu dalam botol tidak pernah bersatu. Bagaimanapun mengaduk minyak didalam botol kecil yang berisi air, sehabis adukan itu, di saat itu pula mereka berpisah kembali.43 42 43 Biografi pesantren Darul Ishlah Shahab Alwi, Robin Hood Betawi, (Jakarta: Republika, 2002), Cet-ke-2. h.93. 43 44 Suasana yang agamis yang demikian kental sampai sekarangpun masih terasa di kelurahan kalibata, terutama di wilayah sekitar kalibata pulo tempat pesantren Darul Ishlah berada. Karena pada dasarnya orang betawi tidak bisa dipisahkan oleh agama Islam. KH. Amir Hamzah ( pendiri pesantren Darul Ishlah), maka dari kecil beliau sudah diperkenalkan oleh orang tuanya dan kakeknya tentang pengetahuan agama Islam. Karna kondisi ekonomi keluarga beliau yang kurang mampu serta cukup banyaknya adik-adik beliau yang harus diurus, maka beliau lebih diurus dan juga sering tinggal bersama kakeknya yaitu yang bernama Ustadz Munir. Ketika memasuki usia sekolah beliau dimasukkan kesekolah madrasah Fatahillah di kalibata pulo dari ibtidaiyah sampai tsanawiyah. Kemudian beliau melanjutkan aliyahnya ke pesantren Darul Rahman, pimpinan KH. Syukron Makmun di kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selama 5 (lima) tahun. Masa sekolah aliyahnya yang hanya lima tahun karena ketika tahun pertama masuk beliau disuruh KH. Syukron untuk masuk dahulu dikelas 2 (dua) tsanawiyah. Dan beliau baru lulus aliyah pada tahun 1984. Lulus dari aliyah beliau sempat kuliah di IAIN sampai semester kedua. Kemudian berhenti karena menderita sakit kurang lebih 3 (tiga) bulan. Setelah itu atas sara kakeknya, Ustadz Munir, dan juga saran dari KH. Dimyati (cikampek) beliau menjadi santri di pesantren milik kiai hasbulloh di raja mandalaselama kurang lebih 1,5 (setengah) tahun. Sepulang dari pesantren, beliau membuka pengajian dari rumah kerumah sambil tetap mengembang kualitas ilmunya dengan mengaji dan mencari keberkahan dari beberapa ulama, diantaranya adalah buya Dimyati dari banten. 44 44 15.40 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 45 Pada saat beliau sedang belajar di pondok salaf beliau mempunyai tekat ingin sekali mendirikan pesantren ia ingin membagi ilmunya kepada masyarakat luas yang belum mengenal agama agar mempunyai bekal di akhirat, setelah tahun 1987 beliau selesai dari pendidikan pesantren salaf yang mana tempat ia belajar dan pada tahun 1987 beliau mulai merintis sedikit demi sedikit yang pertama beliau lakukan adalah mendekatkan diri kepada masyarakat tempat dimana beliau akan mendirikan sebuah pesantren. Mendatangi setiap rumah rumah warga bersilahturahmi pendekatan awal kepada masyarakat agar menjamin potensi yang dihadirkan dalam tenaga pembangunan pesantren. Dahulu beliau tidak mempunyai lahan sedikitpun beliau memanfaatkan lahan seadanya yang dimiliki oleh seorang kakeknya sendiri mulai disitu timbul santri walau hanya sekitar 2 orang santri saja tetapi disatu sisi beliau senang bahwa beliau sudah bisa mempunyai murid pada saat itu mulailah kegiatan belajar mengajar walau yang digunakan hanya fasilitas seadanya masjid masih secara umum milik masyarakat belum bukan bagian dari pesantren belajarnya pun di pelataran pesantren yang sekarang sudah menjadi garasi pesantren, beliau menerapkan pelajaran agama yang diberikan kepada santri seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 santri bertambah menjadi 10 orang karena santri yang sekiranya sudah lumayan banyak beliau memikirkan sebuat tempat yang layak untuk tempat belajar dan mengajar, pada saat itu beliau membebaskan tanah sekitar 100 meter tanah yang mana harga tanah pada tahun itu 1 meternya dihargakan 35.000 rupiah dengan izin allah dan rasa keikhlasan beliau akhirnya tanah mulai bertambah 100 meter 46 lagi yang mana tanah itu didonasikan kepada pesantren dari orang yang mempunyai tanah tersebut, ini merupakan modal di akhirat apabila mewaqafkan sebagian tanahnya kepada pesantren maka amal ibadahnya akan terus mengalir walau sudah tidak didunia, itulah masukan seorang kiai yang belajar mengemban ilmu dengan banyak guru mempunya keikhlasan dan dapat mendekatkan diri kepada masyarakat. Dalam pemberian nama kepada pesantren seorang kiai tentu memikirkan tetapi menurut wawancara seorang kiai menemui nama itu secara spontan tapi di lain pemikiran lain beliau juga mengambil nama pesantren yang mana pernah menjadi tempat beliau mengambil ilmu, yaitu pesantren Darul Rahman maka diambil nama depannya yaitu “Darul” maknanya adalah gudang, kumpulan, tempat,dll. Banyak lalu kata belakang dari pesantren yang bertuliskan “Ishlah” yang berarti perbaikan pertama kalo beliau mengetahui dan terfikir nama ini dari sebuah majlis yang mana tempat kakek dari istrinya yaitu sebuah tempat taparukan namanya majlis Al-Ishlah setelah digabungkan namanya bermakna dalam maka dari itu terciptanya sebuah nama pesantren yaitu Darul Ishlah menurut kiai islah itu artinya perbaikan jadi semoga yang masuk ke pesantren ini menjadi orang yang baik dan bisa menjadi lebih baik lagi agarmencapai kepribadian dalam perbaikan hidup.45 Pesantren Darul ishlah ini bertarafkan salaf di sini salaf diartikan sebagai pesantren yang hanya melakukan metode pembelajaran khusus mengenai ilmu keagamaan kenapa keagamaan karna yang diajarkan didalamnya berkaitan 45 15.40 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 47 dengan ilmu nahwu, shorof, fiqh dan ilmu lainnya, muhadharah adalah salah satu kegiatan ekstra kulikuler yang ada di pondok pesantren Darul Islah ada juga kegiatan belajar hadrah dan tahfidz quran. supaya tidak blank atau gugup pada saat melakukan latihan ceramah itu. Selain pembelajaran kitab-kitab kuning di pesantren salaf Darul Ishlah ini juga ada kegiatan di luar kitab kuning yaitu kegiatan belajar muhadharah ini adalah kegiatan belajar yang mana santri diajarkan untuk bisa melakukan ceramah mengenai agama sekaligus dilatih memberanikan diri berbicara di hadapan banyak orang. Santri di panggil secara acak tetapi sebelum dipanggil tiga hari sebelumnya merekan atau yang sudah dijadwalkan harus mempersiapkan bahan atau isi ceramah Gambar 3.1 kegiatan muhadharah didalam masjid Pon-Pes Darul Ishlah Dan selain muhadharah ada juga kegiatan sekaligus bisa dibilang ekstrakulikuler yaitu latihan hadrah dan juga membaca maulid para santri latihan setiap seminggu sekali dilakukan di aula pesantren pertama latihan 48 pukulan hadrah atau yang biasa dikenal dengan rebana dan juga pembacaan manaqib dan maulid berikut dengan latihan vocal mengenai shalawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.46 Gambar 3.2 latihan hadrah mingguan di pelataran aula pesantren Respon masyarakat sangat baik dan Hampir mayoritas masyarakat di sini mendukung bahkan setiap pengajian malem jumat itu penuh memang tidak bedanya kan pesantren adalah sebuah sarana kita menawarkan dagangan akhirat maka kita menjual dagangan di sini yang bisa dibeli sama santri dan masyarakat maka pengajian umumnya itu salah satunya itu nah ini yang saya katakan yang tidak ada dipesantren lain walaupun salaf terbuka untuk umum hampir di seluruh Jakarta yang murni yang khusus salaf yang tidak ada interpensi pemerintah di sini aja bahkan dari kandepag apabila ada biasiswa yang pertama kali ditawarkan di sini dulu untuk anjang prestasi dipesantren insya allah tidak kalah yah pernah diadakan pertandingan olahraga antara pesantren tapi kita membawa beberapa kelas olahraga termasuk pencak silat bulu tangkis padahal tidak diajarkan didalam pesantren. 46 Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB 49 Pesantren memberikan peran kepada masyarakat sewkaligus pesan-pesan dakwah dan siraman rohani agar masyarakat sadar dan mengetahui perbuatan yang mana dilarang dan yang mana diperbolehkan, masyarakat memang halnya membutuhkan pesantren dalam kehidupan bermasyarakat apa yang masyarakat butuhkan seperti kegiatan selametan rumah di sini selametan rumah bisa digambarkan dari rasa syukur dari apa yang telah diberikan oleh Allah SWT masyarakat membutuhkan sosok tokoh agama atau seorang kiai dalam memimpin jalannya acara dan dibantu santri yang menguasai seni hadrah dalam pelengkap acara tersebut. Seorang anggota DPR Hj. Melani Leimena Suharli melakukan kunjungan kerja kepesantren darul ishlah sebagaimana beliau menharapkan kepada kiyai dan santri untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia, jadi bangsa Indonesia ini bukan hanya bangsa beragama saja tetapi mayoritas penduduk Indonesia adalah agama Islam demi mencapai kemajemukan bermasyarakat yang baik dan kondusif. Dengan adanya kehadiran seorang anggota DPR ini membuktikan bahwa pesantren salaf ini masih diperhatikan walau hanya pesantren yang mempunya satri -+ 150 santri ini, tetapi para santri ini tidak kalah dengan kualitas dari sekolah sekolah luar atau pada umumnya, pada saat diadakan pekan olahraga antara lembaga pendidikan dan Alhamdulillah pesantren ini mendapat juara di bidang bulu tangkis dan juga silatnya, padahal didalam pondok pesantren ini 50 tidak diajarkan hal atau ekstra kulikuler semacam itu.47 Gambar 3.3 kunjungan Hj. Melani ke ponpes Darul Ishlah48 Gambar 3.4 pemberian penghargaan kepada santri oleh Hj. Melani C. Visi dan Misi Terkait dengan cita-cita pesantren sebagaimana mestinya terciptalah visi dan misi agar pesantren mempunyai arah dan tujuan untuk membangun pesantren yang berguna bagi masyarakat. 47 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 48 http://www.mpr.go.id/blog/hj-meilani-leimena-suharli/news/12683/kunjungan-kerja-hjmelani-leimena-suharli-di-pondok-pesantren-daarul-ishlah-warung-buncit 51 Visi : “Dengan pendidikan tafaquh fiddin yang bermutu membentuk generasi yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah dan berprestasi”. Misi : 1. Mewudkan pendidikan yang Islami melalui penanaman aqidah Ahlusunnah Wal jama‟ah 2. Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan syariat Islam dalam proses belajar mengajar 3. Menanamkan nilai-nilai keIslaman dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan 4. Membentuk santri yang berprestasi dalam ilmu keIslaman dan bermanfaat bagi masyarakat Dengan visi dan misi ini pesantren diharapkan bisa lebih baik membina santri agar menjadi santri yang sadar diri dan menjadikan santri berakhlak mulia, serta menghormati orang yang lebih tua. Menjadikan kepribadian yang lebih baik dan santun. D. Fasilitas pesantren Darul Ishlah Secara letak tata pesantren memiliki beberapa bangunan serta fasilitasfasilitas yang mendukung demi menjamin nyamannya seorang santri dalam proses belajar dan mengajar. Didalam ruang lingkup pesantren, Fasilitas di Pesantren Darul Ishlah memang tergolong biasa saja, dikarenakan pesantren ini lebih sering mendapatkan dana dari donatur. Fasilitas pesantren Darul Ishlah terdiri dari: 49 49 15.40 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 52 Fasilitas pesantren Al-Matiin terdiri dari: Table 3.1 NO Fasilitas Jumlah 1. Gedung 2 Lantai 2. Kantor 1 3. Ruang Aula 1 4. Musholla 1 5. Kamar Mandi 4 6. Ruang Guru 1 7. Kamar Santri 2 8. Dapur 1 E. Struktur Organisasi Pesantren Struktur kepengurusan organisasi pesantren: 50 PIMPINAN DEWAN GURU MUDABBIR SEKRETARIS BENDAHARA Seksi-Seksi SEKSI TAKLIM SEKSI KEAMANAN 50 SEKSI KEBERSIHAN N SEKSI PERALAT AN Kesekretariatan pesantren Darul Islah tahun 2012-2014 SEKSI HUMAS SEKSI HADRAH 53 Pimpinan : KH. Amir Hamzah Dewan Guru : 1. Habib Ali Al-Hamid 2. Ustadz Agil Badruddin 3. Ustadz Jaja Nurul Fajri Mudabbir : Ustadz Gunawan Sekretaris : Ustadz Sayidina Abu Bakar Bendahara : Ustadz Ahmad Deni Seksi-seksi 1) Ta‟lim : 1. Ustadz Natori : 2. Ustadz Sya‟in Purnama 2) Keamanan : 1. Ustadz Jamalullail 2. Ustadz Ali Masykur 3. Ustadz Ahmad Syauqi 4. Ustadz Abu Bakar 3) Peralatan : 1. Usradz Ahmad Baihaki 2. Ustadz Amirudin Amsar 4) kebersihan : 1. Ustadz Syarifuddin 2. Ustadz Bukhori 5) Hadrah : 1. Ustadz Sofyan Hadi 2. Ustadz firdaus 54 Adapun pembagian tugas dari masing-masing berdasarka pada struktur kepengurusan yang terakhir adalah : 1. Pengurus merupakan pemegang kebijakan tertinggi di pesantren Darul Ishlah dan memiliki wewenang, menetapkan segala kebijaka yang bermanfaat bagi pesantren, mengesahkan segala kegiatan yang bermanfaaat bagi pesantren, membatalkan segala kebijakan yang merugikan pesantren, memberikan pengarahan kepada penasihat dan pengurus lainnya. 2. Penasehat merupakan nama lain dari seorang pengurus yang bertugas membantu pengurus dalam melaksanakan pengendalian atas kebijakan manejemen pesantren, seorang penasehat berwenang; memberikan pengarahan, pertimbangan, dan saran baik diminta maupun tidak diminta kepada pengurus. Selanjutnya seorang penasehat selalu memantau jalannya kepengurusan pesantren Darul Ishlah dalam pelaksanaan kebikjakan yang telah diterapkan. Selalu melakukan mediasi terhadap berbagai persoalan yang muncul didalam pelaksanaan sekaligus berjalannya program pesantren. 3. Mudabbir di sini sangat dibutuhkan dalam pembentukan pesantren dan menjadikan sebuah bantuan dalam mengembangkan pesantren, sekaligus menjadi penanggung jawab atas berjalan atau tidaknya sebuah kepengurusan pesantren. 4. Sekretaris mengurusi segala macam pelaksanaan administrasi yang ada di pesantren bekerja sama dengan kepengurusan agar penerimaan santri bisa 55 di jalankan dengan baik, bagian penyuratan tentang masalah keorganisasian. 5. Bendahara yang memegang hak dalam memegang keuangan yang ada didalam pesantren sebagaimana tugasnya setiap uang yang masuk didalam pesantren akan masuk ke dalam bendahara dan dana yang masuk akan di alokasikan untuk kepentingan pondok pesantren Darul Ishlah. 6. Sedangkan seksi ta‟lim di sini yang sangat terihat mereka yang mengatur semua kegiatan yang berkaitan dengan agama segala kegiatan pengajian belajar mengajar itu yang mengatur adalah seksi ta‟lim atau kalau disebut di pesantren sebagai qismu ta’lim. 7. Seksi humas dari kepanjangan namanya yaitu hubungan masyarakat yang mana bertugas untuk menjaga dan mengembangkan hubungan kepada masyarakat akan menciptakan citra yang baik bagi masyarakat bagian ini melalui proses komunikasi dan selalu bersilaturah mi kepada masyarakat. 8. Seksi keamanan yang bertugas dan mempunyai kuasa dalam melakukan pengamanan yang ada di sekitar wilayah pesantren mempunya peraturan keamanan yang dibuat sendiri melainkan atas persetujuan pemimpin pesantren keamanan ini juga berhak menghukum santri-santri yang melakukan asas pelanggaran yang tidak boleh di langgar di pesantren. 9. Bagian kebersihan atau seksi kebersihan yang bertugas mengatur jadwal piket untuk semua santri terlebih kerja bakti itu untuk umum mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti dan mengarahkan santri untuk melakukan tindakan kebersihan apabila dibutuhkan. 56 10. Bagian perlengkapan atau peralatan salah satu bagian yang menangani dan bertugas menjaga sekaligus memelihara sarana dan prasarana pondok pesantren agar barang terjaga dan terawat. F. Program Kerja Pondok Pesantren Darul Ishlah Program kerja di pondok pesantren Darul Ishlah beda halnya dengan pondok-pondok yang menggunakan sistem pendidikan yang di tetapkan oleh KEMENDIKNAS dan KANDEPAG, di pondok pesantren salafi Darul Ishlah menerapkan program kerja dengan metode pengkaderan kepada santri guna apa yang ia dapatkan didalam pesantren salaf ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu seorang pimpinan pesantren menegaskan bahwa semua santri yang masuk kepesantren ini harus mengikuti segala program dan kurikulum yang ada didalamnya, pesantren juga menjalan kan program belajar kitab kuning yang mana metode atau struktur pembelajarannya dilakukan bertahap dilakukan dengan mengetahui kemampuan seorang santri sebatas mana ia bisa mampu menempati kelas-kelas, di sini santri yang masuk tidak berpaku kepada umur untuk mendapatkan kelas yang lebih tinggi, tetapi tergantung dari kemampuan seorang anak. Apabila seorang anak mampu melewati apa yang diberikan dan kecerdasan anak berkembang maka akan naik ke kelas selanjutnya, program lain adalah Tahfidz Al-quran pada orang yang melakukan tahfidz ini tidak dikhususkan untuk melakukan belajar mengenai ketab kuning melainkan hanya mengkhususkan kepada penghafalan Al-quran saja agar apa pesan kiai supaya tidak menggangu target hafalan yang sedang dijalankan.51 51 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 WIB 57 Dan juga pelatihan muhadharahdidalam pengertiannya muhadharahini adalah pelatihan berpidato atau ceramah agama agar membuat dan mengangkat nilai keberanian santri dalam menyiarkan agama kepada masyarakat, pelatihan muhadharahini dilakukan secara acak dan juga diberi tahukan selang 3 (tiga) hari agar sang santri bisa mempersiapkan bahan-bahan dalam latihan ceramah ini, supaya kosa kata yang dikatakan tidak terbata-bata dan juga bisa berbicara lancar dan baik.52 G. Profil Pondok Pesantren Darul Ishlah Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darul Ishlah Nomor Telepon : 021-79180874 Fax : 021- 7942622 Nomor Pos : 12740 Alamat : Jalan buncit raya Mampang perapatan Rt 005 Rw 05 kelurahan kalibata kecamatan pancoran kota madya Jakata selatan. Nama Pimpinan : KH. Amir Hamzah Kepemilikan tanah : Milik Yayasan Sistem Pembelajaran : Salafiah 52 Wawancara langsung dengan santri Pon-Pes Darul Ishlah tanggal 21 november 2014 pukul 16.30 WIB BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Pola Komunikasi Antara Kyai Dan Santri Dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, maka Pola komunikasi antara Kyai dan Santri dalam metode pembelajaran Kitab kuning di Pesantren Darul Ishlah adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Antarpribadi Dalam masalah ini didalam penelitian penulis menggunakan proses pola komunikasi antapribadi, komunikasi antarpribadi dilakukan oleh kyai dan ustad terhadap santri secara pribadi. Berdasarkan analisis penulis bahwa pembelajaran kitab kuning dilaksanakan dalam bentuk hafalan yang diberikan oleh kyai atau ustad kepada santrinya. Komunikasi antarpribadi ini cenderung untuk melihat kemampuan setiap santrinya dan memberikan motivasi terhadap santri yang memang mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap kitab kuning yang dipelajari. Dengan cara kyai memanggil salah satu santri yang mengalami kesulitan dan mendiskusikannya di luar kelas secara tatap mata. Dalam proses pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren darul ishlah lebih diutamakan dengan kecerdasan otak dan juga tidak memandang usia dalam kenaikan kelas apabila seorang murid yang mempunyai kecerdasan dia berhak melanjutkan ke kelas yang selanjutnya, menurut wawancara dari salah seorang murid di pondok pesantren darul Ishlah. 58 59 Dahulu sosok pak kiyai metode pembelajarannya keras jadi sistemnya mesti hafal satu dalam jangka waktu tapi kalau sekarang beda cara pendektanannya bukan dengan cara kekerasan lagi tapi dengan cara kesadaran dan keikhlasan masing-masing supaya ilmunya lebih melekat.53 Pada saat proses pola komunikasi dan proses belajar dahulu sosok kiyai ini keras dan tegas bahkan apabila ada seorang santri yang tidak melakukan penghafalan tepat waktu akan mendapat hukuman, tetapi dalam metode itu dirubah pada tahun 2013-sekarang ini menjadi metode kesadaran diri, jadi pak kiyai menekankan pada kesadaran seorang santri untuk belajar. Agar mendapatkan ilmu yang manfaat dan juga bisa melekat didalam diri yang mempelajari. Santri yang memang sudah hafal dapat langsung ke tahap selanjutnya. Namun santri yang belum hafal harus menghafalkannya dan tidak boleh untuk melanjutkan tahap berikutnya. Untuk santri yang sudah hafal dapat menyetorkan hafalannya kepada kyai. Jenis komunikasi ini sangat efektif dalam pembelajaran kitab kuning. Karena komunikasi ini bersifat tatap muka (face to face) dan menghasilakan timbal balik (Feedback). Komunikasi antarpribadi memberikan kita kesempatan untuk memperbincangkan diri kita sendiri, belajar bagaimana dan sejauh mana terbuka pada orang lain serta mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain sehingga kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain. Komunikasi antarpribadi ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, 53 Hasil wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 pukul 16.20 WIB tempat ruang sekretariat 60 menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita. Kita dapat meningkatkan keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasikan tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita maksudkan.54 Kenapa penulis mengambil pola komunikasi antar pribadi karena di sini seorang kiyai melakukan cara pendekatan diri kepada santrinya selayaknya dengan kedekatan antara orang tua dan juga anak, agar seorang santri tidak akan berani dengan kiyainya karena mereka semua sudah di tekankan didalam hatinya sekaligus ditanamkan nilai-nilai moral yang baik sehingga santri memiliki kesadaran akan pikiran untuk tidak menyakiti kiyainya.55 Tetapi seorang santri tidak selalu mulus dalam pembelajaran kitab kuning ini, seorang santri mempunyai hambatan karena kitab kuning itu diibaratkan sebagai sebuah mesin dan didalam mesin itu terdapat alat-alat yang kecil begitu juga dengan kitab kuning56, mempunyai banyak sarah atau pengertian di sini dalam satu kata bisa mempunya banyak arti dan juga banyak model kata yang digunakan, jadi itulah hambatannya. Dalam 54 Dr. A. Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, ( Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke - 1, hal 24. 55 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 56 Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB 61 mempelajari kitab kuning ini harus memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi dan juga bagi pengajarnya harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai ilmu nahwu, shorof, fiqh dan lain-lainya. Begitu juga dengan sikap sangatlah diperlukan untuk pengajar kitab kuning, karena sikap sabar sangatlah diperlukan dalam pengajaran dalam menghadapi santri-santri yang lama dalam pemahaman. Dalam hal ini, ada juga jadwal pembelajaran yang dilakukan santri sehari-haridari mulai kelas ibtidaiyah sampai aliah, dan berikut penulis jelaskan mengenai kelas tersebut;57 Pertama ada kelas imtihan pengenalan metode yang dikenalkan biasanya al-quran yang di tekankan untuk santri yang baru masuk dan juga santri yang juga telah lolos dalam pengetesan masuk pesantren darul Ishla, dimana kelas imtihan ini lebih dikenalkan kepada pembacaan alquran agar lebih lancar dalam membaca segala tulisan Arab. Yang kedua ibtidaiyah kalau kelas ibtidai barulah mulai ditekankan masalah bahasa Arab seperti jurmiah dan lebih mendalami al-quran Table 4.1 Waktu Ba’da subuh Senin Ihya Selasa Adab alSuluk Rabu Ihya Kamis Ihya Jum’at - Sabtu Ihya Minggu Nashoih al-‘Ibad 08.0009.30 09.3011.00 Almufrodat Alkhulasoh Al- da’wat Almufrodat Aljurumiah Hadrah - Matan Tijan - Aljurumiah Safinah Al-najah Aljurumiah Almahfudzo t/ imla 57 Al- tajwid Hasil wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 pukul 16.20 WIB 62 Ba’da Ashar Mukhtar Al-hadits Maraqi Alubudiyah Al- quran Tafsir/Ha dits Tafsir/Ha dits Shalawat Tafsir/Ha dits Al-Azkar Ba’da Al- quran Al- quran Manaqib Al- quran Maghrib Ba’da Tanqiyh AlAlMaulid al- Tamrin alIsya al-Qaul kaylaniy kaylaniy Nabiy dawat Yang ketiga tsanawiyah kalau ini sudah mulai ngaji kitab tingkat atas Al- quran Al- quran Aljurumiah Safinah al-Najah Table 4.2 Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu Ba’da subuh Ihya Ihya Ihya Al-quran Ihya 08.0009.30 Bidayah alMujtahid Alfiah Ta’lim Muta’ali m Baijuri Bidayah alMujtahid Alfiah Hadrah - Bukhori Alfiah - Alfiah Nashoih aldiniyah Anwar Almasali k Alfiah 09.3011.00 Ba’da Ashar Ba’da Maghrib Ba’da Isya Mukhtar Al-hadits Al- quran Mabadiy al-awaliah Alfiah Maraqi Alubudiyah Al- quran Tafsir/Ha dits Tafsir/Ha dits Shalawa t Tafsir/H adits Majlis saniyah Al- quran Manaqib Baijuri Shorof Mauled al-nabiy Alquran Muhadh arah Alquran Minhaj alqowim Alquran baijuri Keempat aliyah tingakatan kelas paling tinggi kalau di pesantren sini kelas aliah sudah paling tinggi pegangan kitabnya fathul mu’in dan sarahnya ianuthalibin Table 4.3 Waktu Ba’da subuh Senin Ihya Selasa Ta’lim muta’alim Rabu Ihya Kamis Ihya Jum’at Alquran Sabtu Ihya Minggu Nashoih al-diniyah 08.0009.30 Bidayah almujtahid Alfiah Baijuri Bidayah alMujtahid Alfiah Hadrah - Bukhori Anwar alMasalik Piket - Alfiah Alfiah Ihya ulum al-din Maraqiy alubudiah Tafsir/had its Tafsir/Ha dits Shalaw at Tafsir/Ha dits Majlis saniyah 09.3011.00 Ba’da Ashar Alfiah 63 Ba’da Maghrib Ba’da Isya Al- quran Al- quran Al- quran Manaqib Ihya ulum al-Din Aqidah fillah Fath alMu’in Maulid alNabiy Alquran Muhadhoro h Al- quran Al- quran Fath alMu’in Fath alMu’in Pola komunikasi yang berlangsung antara kyai dan santri berjalan efektif. Misalnya dalam cara penyampaian kitab kuning, kyai kepada santrinya itu tidak terlalu terburu-buru dan menggunakan sistim audioturial (berdiri dan mendengarkan). Cara kyai dan ustad memberikan komunikasi tentang pembelajaran kitab kuningbiasanya lebih sering dengan cara lisan kepada santrinya. Ini yang menjadikan santrinya dapat merespon dengan baik dan menghasilkan pertanyaan atau umpan balik kepada kyainya. Di samping itu, santri dapat berkomunikasi dengan kyai dan ustad di luar kelas jika ada yang kurang dipahami atau tidak di mengerti oleh santrinya. Selain berkomunikasi dengan kyai di luar kelas, santri juga dapat berkomunikasi dengan sesama santri lainnya tentang pekerjaan rumah yang diberikan oleh kyai dan ustadnya dan melakukan diskusi bersama. Komunikasi yang digunakan dalam keseharian di pondok pesantren ialah menggunakan bahasa Indonesia beda halnya dengan pesantren modern yang biasanya memakai bahasa asing yaitu Arab dan Inggris dan kalau di pondok salaf agak sulit menerapkan metode keseharian dengan berbahasa Arab walau keseringan belajar bahasa Arab mengenai kitab tapi lebih tenang dan nyaman menggunakan bahasa Indonesiadidalam keseharian santri itu sendiri.58 58 Hasil wawancara langsung santri (zaky)21 november 2014 pukul 16.20 WIB 64 2. Komunikasi Kelompok pola komunikasi kelompok kecil dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren inidapat terjadi di saat seorang kiyai menyampaikan materi kepada para santrinya didalam pelaksanaan sebuah program. Program-program ini mayoritas dilakukan didalam ruangan, dan masa yang berada didalam ruangan tersebut bisa dikatakan sebagai kelompok kecil. komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) yaitu hanya para santri yang memang mengikuti metode pembelajaran kitab kuning yang dilakukan pada waktu setelah shalat dzuhur, ashar, magrib, dan shubuh. Kelompok tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk fungsi kelompok. Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses ini terjadi melalui proses komunikasi. Karena pada hakekatnya kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan, saling bergantung dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Interaksi tersebut dilakukan melalui kegiatan komunikasi. Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa memerlukan orang lain untuk bekerja sama dalam mencapai tujuannya, sehingga dijumpai orangorang yang disebut kelompok. Kelompok kecil mempunyai batasan ditinjau dari jumlah anggotanya yang tergolong kecil, namun tidak ada batasan berapa jumlah orang didalamnya. Asalkan dalam kelompok kecil tersebut harus ada hubungan/komunikasi antar anggota organisasi.59 59 Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cek. Ke-1, h. 11 65 Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan seperti dalam pengajaran Kitab kuning. Oleh sebab itu logika sangat berperan penting dan komunikan akan mendapatkan masukan dari uraian yang diberikan komunikator. Komunikasi kelompok kecil prosesnya berlangsung secara dialogis, umpan balik (feed back) terjadi secara verbal, dan komunikan dapat menanggapi apa yang disampaikan komunikator, komunikan bisa bertanya, menyanggah, atau berpendapat. Ada enam cara untuk mengidentifikasikan suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil mungkin dapat digunakan untuk bermacam-macam tugas atau untuk memecahkan masalah. Ada beberapa karakteristik dari komunikasi kelompok kecil yang membuatnya unik dari bermacam-macam konteks komunikasi lainnya. Karakteristik yang pertama, adalah mempermudah pertemuan ramah tamah. Bukti menunjukkan bahwa bila orang datang bersama-sama mereka cenderung untuk berlomba. Karakteristik yang kedua, adalah personaliti kelompok. Bila sekelompok orang datang bersama mereka membentuk 66 identitas mereka sendiri yang menjadikan personaliti kelompok. Tiap personaliti anggota dapat dan dipengaruhi oleh personaliti anggota lain dan sebaliknya menentukan personaliti kelompok. Karakteristik ketiga, adalah kekompakan yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan keinginan mereka untuk bersatu. Karakteristik keempat, adalah komitmen terhadap tugas. Karakteristik yang kelima, adalah besarnya kelompok. Kelihatannya cukup sederhana tetapi besarnya kelompok itu mempunyai beberapa pencabangan penting dalam kelompok.60 Didalam kegiatan belajar kitab kuning ini jelas terlihat adanya sebuah komunikasi kelompok kecil seperti, pengajaran kitab kuning yang di sini terjadi banyak tahapan dan juga ada tingkatan di masing-masing kelompok. Dimana masing-masing mempunyai kelas sesuai kemampuan. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah ini lebih ditekankan pada kecerdasan seorang anak tidak memandang umur mau tua dan muda kalau tingkat produktivitas belajarnya bagus dia akan langsung naik ke tingkatan kelas yang lebih tinggi. Seorang santri belajar dengan system musyawarah kumpul disuatu tempat yang dinamakan aula dan juga ada kelas yang tersedia dimana mereka melakukan pembelajaran kitab kuning mulai dari habis subuh sampai ba‟da isya. Pemokusan dan tujuan kiyai dalam mendirikan sekaligus mendidik santrinya itu memfokuskan kepada pengkaderan anakanak didiknya supaya mereka tidak kaget dalam membawa isi dan pesan 60 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, 12, hal 185-186 ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cetakan 67 dakwah kepada masyarakat, seorang kiyai menanamkan nilai-nilai yang bisa di bawa pulang ke kampong halaman mereka masing-masing.61 Pola komunikasi kepada masyarakat pun kian harmonis dan masyarakatpun sebaliknya sangat mendukung aktivitas yang dilakukan pesantren dan memberikan angin positif, karena adanya pesantren ini memberikan suasana yang positif bagi anak-anak mereka. Dengan adanya pesantren masyarakat lebih sering berdatangan kedalam pesantren untuk belajar sekaligus menghadiri maulid Nabi Besar Muhammad SAW. 3. Komunikasi intruksional Dengan banyaknya pemberian tugas dan hafalan yang ada maka saat itulah pengajar menggunakan komunikasi intruksional. Dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman santri terhadap materi yang digunakan. Sehingga para santri tidak hanya memahami materi dari segi teori saja melainkan juga pelaksanaannya. Adapun instruksi yang diberikan kiyai kepada para santri, antara lain: a. Santri diharuskan menghafal bait demi bait sekaligus memahami makna dalam program kajian kitab kuning. b. Santri diwajibkan untuk membaca dan mengikuti materi yang telah dijelaskan oleh pengajar seperti dalam program kajian kitab kuning dan program seni baca al-Quran. c. Santri dibiasakan dan ditekankan agar bisa bermain hadrah sekaligus menguasai shalawat dan qasidah 61 Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 tempat Aula pesantren 68 d. Santri diwajibkan sekaligus dituntut untuk bisa berbicara dan memberabikan diri berpidato didepan orang banyak hal ini dilakukan agar menjadi bekal di kehidupan kedepannya kelak. e. Secara umum satri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan proses belajar mengajar sebagai penghitungan faktor penilaian selama aktif di pondok pesantren Darul Ishlah. Pola komunikasi bintang juga bisa masu dalam proses metode pembelajara kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah, karna pola komunikasi bintang ini sangat tepat dan efektif dikarenakan adanya hubungan komunikasi antara santri dan kyai secara terus menerus dan tiada batasnya. Selain itu, kyai juga dapat mengetahui siapa santri yang mudah menangkap pelajaran dan santri yang lamban menangkap pelajaran. Santri pun juga bisa tahu cara penyampaian yang dilakukan oleh kyainya apakah terburu-buru atau sedang-sedang saja. Pola komunikasi bintang ini menimbulkan relasi yang baik antara kyai dan santri karena pola komunikasi yang diterapkan dalam pembelajaran kitab kuning ini bersifat persuasif dan semua elemen yang didalamnya dapat berkomunikasi dengan bertanya jika memang santrinya tidak mengerti. Maksud dari persuasif tersebut yaitu kyai menjelaskan dan mengenalkan bahwa belajar kitab kuning itu tidak perlu lama asal serius dan focus dalam mengerti sekaligus memahami setiap pelajaran yang diberikan. 69 B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah Proses pembelajaran akan mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal bila didukung dengan hubungan komunikasi yang baik antara kiai dan santri. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mayoritas memberikan ilmu agama secara mendalam. Dalam penerapa metode cara penyampaian penyampaian kitab kuning seorang kiai kepada santri. Pola pengajaran yang dilakukan dalam program kajian kitab kuning di pondok pesantren ini adalah proses pemberian materi kepada para santri secara keseluruhan atau secara bersama-sama mendengarkan ketika seorang kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas secara mendalam sebuah materi terhadap kitab berbaha Arab tersebut. Setelah itu berlangsung, saatnya berganti posisi seorang kiai mendengarkan parasantri membacakan materi kitab kuning yang telah diulas oleh kiai sekaligus dijelaskan olehnya. Saatnya kiai menyuruh para santri untuk melakukan penghafalan terhadap bait yang tadi sudah sama-sama dijelaskan dan di simak untuk mendapatkan tingkat pemahaman yang mencukupi. Pola komunikasi yang dilakukan dalam program ini yaitu dengan menggunakan komunikasi kelompok kecil yang dilakukan adalah menggunakan metode ceramah, kiai bertatap muka dengan sejumlah santri secara langsung dan membahas bait demi bait yang terdapat didalam kitab tersebut. Memang sangatlah cocok dengan komunikasi seperti itu, karena santri memang mengharapkan agar seorang kiai memberikan pengetahuan 70 ilmu agamanya dengan kitab kuning sebagai kajiannya. Selain itu, kiai juga menggunakan pola komunikasi intruksional dengan memberi printah kepada santri untuk menghafal beberapa bait yang telah dibahas secara bersamasama. Hal ini dapat menambah keilmuan santri dalam segi wawasan dan pengetahuan ilmu agama bagi diri meraka masing-masing. Ada dua istilah yang terkait dengan cara-cara yang digunakan pesantren untuk menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Mastuhu didalam bukunya menggunakan istilah metodik didaktik pengajaran, (didalam bukunya yang berjudul “ Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren ) dan juga menurut departemen agama menggunakan istilah metode pembelajaran (pola pengembangan pondok pesantren) didalamnya menggunakan metode sorongan, wetonan, atau bendongan, metode halaqoh, hafalan, diskusi dan metode majlis taklim. 1. Metode yang dinamakan sorongan yaitu suatu metode yang ditempuh dengan cara gurumenyampaikan pelajaran kepada santri secara individual dan umumnya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan. Dengan metode ini perkembangan intelektual santri dapat diketahui secara utuh oleh kiai. Dengan metode ini pula, kiai dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi lansung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas santri.62 Metode sorongan ini metode untuk awal dari penyaringan kemampuan seorang 62 Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi. (Jakarta. Erlangga: tt), h.143. 71 santri di sini seorang kiai dan ustadz harus memerhatikan apa saja kegiatan yang sekiranya dilakukan oleh para santri agar terukur segala kegiatan yang santri itu lakukan. 2. Metode wetonan atau bendongan, suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menerjemahkan, dan mengulas kitab-kitab Islam atau yang bisa disebut kitab kuning dalam bahasa Arab sementara para santri mendengarkannya.63 Mereka memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari metodebendongan ini disebut sebagai halaqohyaitu lingkaran sekelompok murid atau santri yang berada dibawah bimbingan seorang guru. Didalam metode ini terdapat dan sangat memerlukan ketelitian dan komunikasi yang baik dan perlahan karna dalam halaqoh atau selingkaran kelompok ini bisa saja terjadi Tanya jawab diantaranya apabila kurangnya pemahaman seorang santri dalam materi yang telah diberika oleh kiai. 3. Metode hafalan (Tahfidz) merupakan sebuah metode pembelajaran yang pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang berifat nazham (Syair), dan itupun biasanya terbatas pada ilmu-ilmu yang terkait dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Namun demikian, ada juga yang dihafal dalam bentuk prosa (natsar). Didalam pengaplikasiannya metode ini biasanya menggunakan dua cara. Pertama, pada setiap kali tatap muka setiap santri diwajibkan membaca hafalannya di depan ustadz. Jika sudah 63 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3S,1982), h.68 72 hafal maka diperbolehkan lanjut ke hafalan berikutnya. Kedua, kiai atau ustadz memerintahkan santrinya untuk mengucapkan bagian tertentu dari hafalan yang telah ditugaskan, atau memerintahkan santrinya melanjutkan kalimat atau lafadz yang telah diucapkan.64 4. Metode diskusi (musyawarah/munazharah/mudzakah) pada metode ini para santri membahas suatu topic atau masalah tertentu yang terdapat dalam kitab. Dalam pembahasan terjadi tukar menukar pendapat diatara mereka sementara kiai atau utadz atau santri senior bertindak sebagai moderator. Hampir sama dengan metode diskusi adalah metode mudzakarahyang merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti aqidah, ibadah, dan masalah agama pada umumnya. Hanya bedanya mudzakarah diikuti oleh para kiai atau para santri yang telah memiliki wawasan dan pengetahuan yang mendalam. Biasanya metode diskusi (hiwar) atau musyawarah ini menggunakan bahasa Arab dalam penyampaiannya sehingga bisa menjadi ajang melatih ketrampilan santri dalam berkomunikasi dalam bahasa Arabdi samping menguji daln melatih ketrampilan mereka dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. 5. Metode majlis taklimyaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah, biasanya disampaikan dalam kegiatan tabligh atau kuliah umum. Dalam kegiatan ini bukan hanya santri yang mukim atau santri kalong saja yang mengikuti majlis taklim tetapi juga masyarakat yang mengikuti kegiatan 64 Amin Haedari,dkk, Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Globa, ( Jakarta: IRD Press,2004) h.18 73 ini, didalam pengajian ini masyarakat sekitar dan luar bisa ikut karna majlis taklim ini untuk umum sehingga bisa terjalin hubungan kekerabatan antara santri dengan masyarakat. Di samping metode-metode yang ditemukan dilapangan terkadang proses pembelajaran kitab dapat juga dilakukan dengan proses metode penulisan karya ilmiah. Sekurang-kurangnya dengan menulis sebuah resume atau ikhtiar tentang suatu topik yang ada didalam kitab kuning. Penulisannya bisa menggunakan bahasa Arab dan bisa pula dengan bahasa Indonesia. Pada kelima metode diatas yang telah diketahui pada prinsipnya juga digunakan oleh pesantren Darul Ishlah. Dimana untuk metode sorongan dalam pengertiannya yang pertama. Biasanya diaplikasikan kepada santri baru yang dipandang perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pesantren Darul Ishlah menerima santri baru pada bulan syawal dan tidak seperti lembaga pendidikan formalyang membuka penerimaan murid baru menjelang pertengahan tahun masehi. Metode sorongan dalam pengertiannya yang pertama, biasanya diaplikasikan untuk santri yang berada pada tingkat persiapan dan ibtidaiyah. Dimana santri-santri senior memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan memantau perkembangannya. Sedangkan didalam pengertian yang kedua, metode sorongan juga diaplikasikan untuk para santri yang berada pada tingkat tsanawiyah maupun aliyah, dimana mereka menyodorkan kitab yang akan mereka baca di depan ustadz atau kiai, lalu ustadz atau kiai memberikan komentar dan bimbingannya. Metode yang terakhir ini masih memungkinkan 74 diterapkan di pesantren Darul Ishlah, karna jumlah santrinya yang belum terlalu banyak. Dan untuk metode wetonan atau bendongan diaplikasikan pada seluruh tingkatan, kecuali santri yang masih pada tahap persiapan. Hamper semua kitab referensi pada semua tingkatan disampaikan oleh kiai atau ustadz dengan menggunakan metode ini. Dimana kiai atau ustadz membaca kitab sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada, lalu para santri mendengar dan mencatat penjelasan yang diberikan kiai atau ustadz kedalam kitab masing-masing. Sebagai missal, ketika kiai membaca kitab Ihya Ulum al-Din, maka seluruh santri dari seluruh tingkatan berkumpul untuk mendengarkan penjelasan kiai. Umumnya para santri duduk bersila dan dihadapan mereka ada sebuah lekar (semacam meja kecil yang biasa digunakan masyarakat untuk membaca alQuran) sebagai tempat untuk meletakan kitab. Saat kiai menjelaskan, para satri mendengar dan meencatat penjelasan-penjelasan baik berupa arti dari mufrodat atau ibarat yang dianggap sulit maupun keterangan-keteragan lain untuk memperjelas pemahaman mereka. Pada metode ini, tampaknya santri hanya pasif mendengarkan ulasan dan penjelasan dari kiai atau ustadz, tidak ada dialog atau Tanya jawab dari santri kepada kiai atau ustadz. Bila ada pertanyaan itupun ustadz atau kiai yang bertanya kepada para santri, bukan sibaliknya. Untuk metode hafalan (tahfidz), di aplikasikan untuk semua santri, terutama untuk pelajaran yang terkait dengan tata bahasa Arab, matan-matan fiqih dan hadits. Hafalan ini ada yang berbentuk nazham (syair) atau natsar 75 (prosa). Bahkan santri juga dianjurkan untuk menghafal al-Quran . untuk yang terakhir ini tidak diwajibkan, meskipun ada ustadz Nurhasan yang hafidz alQuran yang berasal dari daerah Kudus Jawa Tengah selaku pembimbing dalam pelajaran hafidz al-Quran. Namun pada saat ini baru ada 10 orang yang menjalankan metode penghafalan al-Quran.65 Di samping itu, metode hafalan juga diterapkan untuk wirid atau dzikir yang dibaca selesai sholat berjamaah, hafalan doa, shalawat dan pembacaan manaqib atau maulid. Namun proses penghafalan dalam hal ini, dibaca bersama-sama dan dijadikan semacam zikir bersama sehingga lambat laun para santri hafal dengan sendirinya. Sedsangkan untuk metode diskusi, para santri dipesantren Darul Ishlah, biasanya diterapkan saat kiai atau ustadz berhalangan hadir dalam pertemuan belajar. Sehingga untuk mengisi kekosongan maka para santri terkadang berdiskusi tentang materi pelajaran yang sudah lalu atau tema-tema lain yang disepakati. Diskusi ini biasanya di pimpin oleh salah seorang santri berdasarkan kesepakatan diantara mereka. Tentu saja metode ini lebih sering terjadi untuk para santri yang berada pada tingkat Tsanawiayah dan aliyah. Dari metode-metode diatas dapat disimpulkan di pesantren sangat melekat nilai kebersamaan dan juga tidak hanya kiai yang bisa mengajar melalui kesadaran diri santri juga diharuskan belajar mengajar secara mandiri tetapi di sini yang menjadi pengajar hanya santri yang lebih menguasai kemampuan didalam mata pelajaran yang bisa diberikan kepada para santri 65 Hasil wawancara langsung santri (zaky) pukul 16.20 WIB 76 lain biasanya pada santri aliyah yang lebih sering untuk mengajar menggantikan kiai atau ustadz, karena kelas anak aliyah tersebut adalah santri yang paling senior sekaligus kemampuan membaca kitab dan pengetahuan tentang ilmu bahasa Arab tersebut sudah mulai memadai dalam mengajar santri-santri dibawahnya. Kemudian hasil temuan lain yang ada didalam pesantren yaitu kegiatan muhadharah dan juga pelatihan hadrah dan pembacaan maulid, pertama, metode muhadharah dalam pengaplikasiannya didalam Pondok Pesantren Darul Ishlah, metode muhadharah dilakukan sebagai metode tambahan atau metode pembekalan kepada santri sebagai pelatihan bagi santri untuk bisa menyampaikan tema atau topic bahasan tertentu dihadapan kiai dan para santri-santri lainnya. Dalam prakteknya, setelah acara dibuka oleh pembawa acara biasanya oleh santri. Metode ini adalah metode yang sangat baik untuk menerapkan keberanian mental terhadap santri agar berani berbicara dan menyampaikan tausiah dihadapan masyarakat. Kedua, temuan yang kedua menurut hasil observasi adanya pelatihan hadrah dilanjutkan dengan pembacaan manaqib atau maulid. Biasanya latihan ini ditujukan dan diperaktekan pada saat ada acara maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan juga ada pengajian minggua majlis taklim Darul islah dibuka untuk umum yang dilaksanakan rutin pada malam jum‟at. Dan prakteknya terlihat nyata diselang acara pengajian sering sekali dibacakan shalawat dan maulid Nabi dimana praktek atau latihan yang biasa dilakukan setiap minggunya terlihat dengan adanya kegiatan tambahan ini. Didalam grup 77 hadrah terdiri dari 12 orang dimana masing-masing orang tersebut memegang alat atau rebana yang biasa disebut hadrah. Dan berdasarkan hasil penelitian kemampuan dan tingkatan kelas akan memberikan tingkatan kemampuan bagi santri karena banyak tahap agar bisa menjadi seorang santri yang mahir dalam membaca kitab-kitab Arab atau biasa disebut kitab kuning, dan pada dasarnya melalui metode-metode diatas akan sangat mempercepat dan meningkatkan nilai kekeluargaan antara santri dan kiai didalam pondok pesantren Darul Islah Buncit Raya Jakarta Selatan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian tentang pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Ciputat Tangerang Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola komunikasi antara Kyai dan Santri dalam metode pembelajaran Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah, adalah komunikasi antarpribadi karena dalam segi prosesnya Kitab kuning berjalan secara setoran dan hafalan. Namun, yang lebih dominan adalah komunikasi kelompok. Dalam proses komunikasi kelompok, pembelajaran Kitab kuning memang pada dasarnya dilakukan dengan cara membentuk kelompok. Komunikasi kelompok yang digunakan merupakan komunikasi kelompok kecil (small group communication). Kitab kuning ini adalah model pembelajaran Klasikal. Model ini adalah model belajar secara kelompok yang bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran klasikal yang diterapkan dalam metode Kitab kuning ini dengan cara membentuk kelompok yang ditentukan sesuai dengan jilidnya masing-masing. Meskipun pada dasarnya komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran Kitab kuning itu termasuk kelompok kecil, kyai bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dengan menggunakan komunikasi dua arah atau diaolg. Komunikasi antarpribadi ini dapat terjadi 78 79 jika apa santri yang memang mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap Kitab kuning bila ada santri yang bertanya dan menanggapi apa yang disampaikan kyai dalam pengajarannya. Serta apabila salah satu santri mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap metode pembelajaran Kitab kuning, kyai pun memanggilnya dan mendiskusikannya secara tatap muka di luar kelas. Pola komunikasi yang menjadikan acuan dan pedoman adalah pola komunikasi bintang (H.A.W Widjaja), dikarenakan pola komunikasi bintang ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi yaitu, komunikator ke komunikan, komunikan ke komunikator, dan komunikan ke komunikan. 2. Penerapan metode pembelajaran Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah, adalah memberikan kefahaman terhadap santri mengenai ilmu yang digali didalam kitab kuning, banyak makna mengenai kehidupan didalamnya dan juga tatacara bagaimana beragama yang baik dan juga memberikan modal kepada para santrinya dalam menjalankan kehidupan sebagai pendakwah. pembelajaran secara kelompok agar suasana kondusif dengan sistem klasikal, pengembangan belajar tuntas yang merupakan materi Kitab kuning, dan waktu pembelajaran yang cukup. Faktor pendukung pun sangat perlu yaitu dengan cara pembinaan yang dilakukan kyai terhadap santri agar santri termotivasi belajar kitab kuning sehingga adanya regenerasi dalam pembelajaran Kitab kuning dan suasana lingkungan yang penuh dengan kedekatan dengan masyarakat, dikarenakan letak pesantren Darul Ishlah berada di tengah kota. 80 B. Saran - Saran 1. Kepada pengurus Pondok Pesantren Darul Ishlah disarankan menambah sarana dan prasana untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar. 2. Kepada pihak pengurus pesantren disarankan menambahkan lagi jumlah tenaga pengajar Kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah. 3. Kepada masyarakat sekitar disarankan agar lebih memberikan perhatian terhadap pesantren Darul Ishlah. 4. Kepada pemerintah khususnya Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan disarankan untuk membiayai sekaligus memfasilitasi pesantren salaf, karena pesantren salaf di Jakarta sudah sulit sekali ditemukan apalagi yang masih kental dengan ketradisionalannya saya harap pemerintah memperhatikan itu. 5. Menambah lagi tenaga belajar guru yang lebih ilmu pengetahuiannya dalam bahasa Arab 6. Menambah lagi kegiatan lainnya misalnya muhadhatsah dan kegiatan pesantren lain pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Amani Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2007. Asmani, Jamal Ma‟mur, “Sekolah Life Skills, “ Lulus Langsung Kerja, Jogjakarta, Diva press, 2009 Basyarudin, Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta, Ciputat Press, 2002. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Raja Grafindo Persada, 2007. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1996. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta, LP3S,1982. Dirdjosanjoto, Pradjata, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa, Yogyakarta, LKIS, 1999 Effendi, Onong Uchjana, Rosdakarya, 2000. Dinamika Komunikasi, Bandung, PT.Remaja ______, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006. ______, Kepemimpinan Dan Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002. ______, Spektrum Komunikasi, Bandung, Bandar Maju, 1992. Haedari, Amin,dkk, Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta, IRD Press, 2004. Ibnu Hajar, Al-Asqolani, terjemahan Nashaihul Ibad, “memuat: 208 makalah, 1072 nasihat bagi hamba Allah, Pustaka Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 1991. Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta, Paramadina, 1997. 81 82 Mujamil, Qomar, Pesantren Dari Transformasi Demokratisasi Intitusi, Jakarta. Erlangga: tt. Metodologi Menuju Pohan, Rusdin, metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta, Lanarka, 2007. Raharjo, M.Dawam, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, Jakarta, P3M, 1985. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi; edisi revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th. 2007. Rosyidi, T.A Latief, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, Medan. 1985. Rudy, Teuku May, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, Jakarta, Dermaga, 2002. Shahab, Alwi, Robin Hood Betawi, Cet-ke-2, Jakarta, Republika, 2002. Supratiknya, A, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, Yogyakarta, Kanisius, 1995. Susanto, Astrid, komunikasi dalam teori praktek, Bandung, Bina Cipta, 1947 Widjaja, H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, Bumi Aksara, 2002. ______, Komunikasi dan hubungan masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara,1997. Zulkarnain, Wildan, Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2013 Dokumen lain: Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 wawancara langsung santri (zaky) 21 november 2014 Pukul 16.20 WIB http://www.mpr.go.id/blog/hj-meilani-leimena-suharli/news/12683/kunjungankerja-hj-melani-leimena-suharli-di-pondok-pesantren-daarul-ishlah-warung-buncit Kesekretariatan pesantren Darul Islah tahun 2012-2014 83 LAMPIRAN 84 85 TRANSKIP HASIL WAWANCARA Narasumber : KH. Amir Hamzah Tempat : Ruang tamu rumah beliau Waktu : 21 november 2014 pukul 15.40 WIB Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ishlah 1. Bagaimanakah sejarah awal mulanya pesantren darul ishlah? Jawab: Dulu pak kiyai pernah di IAIN juga fakultas syariah tapi gak sampai selesai semester 3 lalu dilanjutkan pendidikan di pesantren khusus agama orang bilang itu pesantren salaf namanya dan selanjutnya pindah kebandung lalu di Solo dan di berbagai tempat, setelah tahun 1987 keluar dari pesantren saya mulai merintis yang pertama kita kumpulkan potensi masyarakat yang ada lalu kita kumpulkan anak-anak sekitar sekitar pesantren ini dahulu tidak punya tempat 1 meter pun tidak ada makanya numpang di lahan kakek yang makamnya ada disebelah aula pesantren, tahun 1987 mulai dari 2 santri kita manfaatkan fasilitas tempat yang ada masjid untuk sholat berjamaah dan juga yang sekarang menjadi garasi pesantren dulu dijadikan tempat belajar mengajar, saya jadikan santri itu bagaikan hubungan orang tua dengan anak tahun 88 setelah ada santri 10 orang barulah kita bangun ada bebrapa kita merekrut ada beberapa tokoh masyarakat dan juga guru mereka mendukung dengan apa yang saya gagas kita beli lahan yang pertama itu semeter 35000 kita beli 100 meter kemudian yang punya tanah memberikan atau mewaqafkan 100 meter jadi 200 meter 89 90 jadi gedung mulai diresmikan tahun 90 2. apatujuan didirikan pesantren? Jawab: Ya gak punya keinginan macem-macem Cuma yang namanya pesantren itu adalah sebagai wadah untuk pendidikan agama kususnya tidak lain adalah seperti yang rasul katakan innama buistu liuttamimma makarimal akhlaq untuk menjadikan masyarakat kususnya kaum muslimin ini gara mempunyai akhlak yang mulia bagaimana seseorang itu mampu melaksanakan sunah2 nabi kalo mereka tidak mengetahui tentang nabi nah 86 dengan adanya pesantren merupakan lembaga yang mampu menampung semua itu jadi untuk pembentukan akhlakul karimah. 3. Kenapa pesantren diberi nama darul ishlah? Jawab: Kalau khusus dengan nama itu kita tidak terlalu permasalahkan memang keadaanya spontan aja gitu berjalan nya waktu tidak terlintas untuk menamakan darul islah yang penting ilmunya bermanfaat karna nama itu diambil dari temmpat saya mengkaji ilmu yaitu darurahman dan juga ada majlis yang disebut tempat taparukan yang bernama ishlah yang mana yang pemimpin itu adalah kakek dari istri saya di majalengka cirebon namanya al-ishlah saya juga pernah tinggal disana ah coba-coba aja darul ishla saya liat dari namanya bagus juga jadi dapat memotivasi untuk dapat arah kelebih baik lagi ishlah kan perbaikan agar menjadikan yg kurang baik menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik. 4. Seperti apakah Sistem pendidikan pesantren? Jawab: Ohh kita punya kurikulum sendiri yah.. gak ada pendidikan formalnya kita punya kurikulum sendiri pada saat itu juga perna diknas pernah datang kemari kandepag menawarkan program diknas program setelah saya mendengarkan semua segala macem lalu saya menjelaskan dengan harapan kurikulum ini mereka tinggal disini keluar pesantren siap pakai yang namanya ilmu kan relatif mau dikatakan sampai tuntas ilmu tidak akan puas, tapi yang lebih penting yang di ajarkan nabi ilmu yang penting bermanfaat dari pada banyak gak manfaat percuma aja, 5. Apa saja program yang ingin dicapai? Jawab: Kita fokus pada pengkaderan ya anak-anak dengan harapan mereka nanti dimasyarakat bisa meneruskan pendidikan tapi kita juga tidak menutup kemungkinan sebagian pesantren itu menutup diri di tengah masyarakat tapi dimasyarakat itu tidak mengetahui kegiatan di pesantren itu seperti apa sedangkan pesantren dengan masyarakat itu berhubungan kuat segala apapun masalah masyarakat itu selalu membutuhkan bantuan pesantren mau lahir kepesantren minta nama mau aqeqah minta bantuan kepesantren, 87 6. Berapakah tempat yang dipakai selama pengajaran berlangsung? Jawab: Ya ada tempatnya ya kan disini sudah di klasifikasi ada tiga tingkatan yang baru masuk diberikan pengenalan terlebih dahulu nanti kita mengetahui kemampuan mereka barulah kita menentukan kelas mereka itu dimana, jadi untuk tenaga gurunya mulai dari alumni alumni dan juga keluarga adik dan anak saya juga sudah mulai mengajar ada beberapa tempat ada tiga di aula ruang lokal dan juga diatas dan masjid dibagian bawah. 7. Bagaimanakah Respon masyarakat tentang pesantren? Jawab: Hampir mayoritas masyarakat disini mendukung bahkan setiap pengajian malem jumat itu penuh memang tidak bedanya kan pesantren adalah sebuah sarana kita menawarkan dagangan akhirat maka kita menjual dagangan disini yang bisa dibeli sama santri dan masyarakat maka pengajian umumnya itu salah satunya itu nah ini yang saya katakan yang tidak ada dipesantren lain walaupun salaf terbuka untuk umum hampir di seluruh Jakarta yang murni yang khusus salaf yang tidak ada interpensi pemerintah disini aja bahkan dari kandepag apabila ada biasiswa yang pertama kali ditawarkan disini dulu untuk anjang prestasi dipesantren insya allah tidak kalah yah pernah diadakan pertandingan olahraga antara pesantren tapi kita membawa beberapa kelas olahraga termasuk pencak silat bulu tangkis padahal tidak diajarkan didalam pesantren. 8. Kitab apa saja yang dianggap penting dalam pengajaran kitab kuning? Jawab: Yah standar si semua pendidikan agama kan gampang mau dari fiqih mau tafsir mau hadist fiqih dimulai dari safinah taqribnya fathul muinnya kalau nahwu shorofnya tata bahasanya mulai dari kitab kailaninya yaqulunya nanti mulai dari nahwunya jurmiyah imriti alfiah dan tafsir yang umum dah yaitu tafsir jalalain dan juga kitab tentang nasihat-nasihat tentang aqidah dan juga hadits-hadits nabi yang penting karangan – karangan ulama terdahulu saja 9. Apayang dilakukan pak kiai dalam Pendekatan kepada santri? Jawab: Sebenernya sederhana hubungan santri dengan guru enggak 88 bedanya dengan hubungan orangtua dengan anak kita perlakukan murid itu seperti anak sendiri dan juga murid harus menganggap gurunya itu sebagai orang tuanya maka gak ada batasan kita selalu memberikan yang terbaik buat anak didik kita apa saja bentuk seluruhnya bukan hanya ilmu saja yang kita berikan yang terbaik maka hubungan belajar dengan santri dengan hati dan kasih sanyang ya maka mereka gak ada yang berani insya allah apalagi macem-macem. 10. Apa saja Kurikulum yang ada didalam pesantren? Jawab: Iya beda soal kurikulum setiap tahun pasti beda karna ada yang harus dikejar kan pasti setiap kitab yang digunakan harus dikejar dan harus selesai setahun setelah itu selesai lanjut keberikutnya beda halnya dengan tahfidz al-Quran yang hanya toh dan focus pada alquran saja 24 jam. Yang diwawancarai, (KH. Amir Hamzah) Pimpinan PondokPesantren Darul Islah 89 TRANSKIP HASIL WAWANCARA Narasumber : zaky Tempat : Ruang sekretaris Waktu : 21 november 2014 pukul 16.40 WIB Jabatan : Santri senior 1. Menurut anda sosok pak kiyai seperti apa? Jawab: luar biasa beliau orangnya terutama jiwa pendidiknya ada, sabar dalam mendidik anak-anak muridnya dan juga semangat 2. Sejak kapan anda menjadi santri di pesantren darul ishlah ini ? Mulai kesini akhir tahun 2010 3. Seperti apa cara pendekatan pengajaran kepada santri > Jawab: Dahulu sosok pak kiyai metode pembelajarannya keras jadi sistemnya mesti hafal satu dalam jangka waktu tapi kalau sekarang beda cara pendektanannya bukan dengan cara kekerasan lagi tapi dengaN cara kesadaran dan keikhlasan masing-masing supaya ilmunya lebih melekat. 4. Berapa waktu belajar didalam pondok pesantren Darul ishlah? Jawab: Kalo disini perharinya abis shalat subuh 1 jam lalu makan jam 8 mulai lagi sampai jam 10 lalu abis ashar 1 jam dan malam 1 jam 5. Apa saja hambatan saat belajar kitab kuning? Jawab: Hambatannya si banyak yang namanya kittab kuning itu diibaratkan sebagai mesin banyak alatnya banyak alatnya yang kecil-kecil jadi mesti difahami satu persatunya, jadi tidak bisa belajar kitab kuning 1tahun langsung bisa kalau pun ada itu luar biasa jadi minimal kalo pengen bener-bener itu 3 tahun baru dah bisa lancer 6. Apa yang diterapkan dalam Komunikasi antara santri ? Jawab: Biasanya kalau di pesantren salaf umumnya memakai bahasa Indonesia ia pernah ingin diterapkan dengan bahasa arab tapi tidak berjalan 90 7. Kegiatan apa saja yang dilakukan santri diluar kitab kuning? Jawab: yang pertama ada kegiatan muhadharah yaitu kegiatan belajar berceramah didepan umum untuk melatih keberanian santri dalam menghadapi masyarakat. Dan yang kedua ada kegiatan berlatih hadrah yah semacam rebana dan juga latihan membaca shalawat 8. Tugas apa yang diberikan pak kiyai dalam pelajaran sehari-hari sesudah mengaji kitab kuning? Jawab: Umumnya sih biasanya kalo pak kiyai kalau abis ngaji kitab disuruh ngulang pelajaran abis itu kalau misalnya ada hadits atau ada sesuatu yang penting disuruh dihafalin giitu 9. Bagaimanakah tentang pembagian kelas di pondok pesantren Darul Ishlah? Jawab: Untuk sekarang ada 4(empat) kelas tingkatan Pertama ada kelas imtihan pengenalan metode yang dikenalkan biasanya al-quran yang di tekankan. Yang kedua ibtidaiyah kalau kelas ibtidai barulah mulai ditekankan masalah bahasa arab seperti jurmiah dan lebih mendalami alQuran. Yang ketiga tsanawiyah kalau ini sudah mulai ngaji kitab tingkat atas. Keempat aliyah tingakatan kelas paling tinggi kalau di pesantren sini kelas aliah sudah paling tinggi pegangan kitabnya fathul mu‟in dan sarahnya ianuthalibin Kalau dipesantren ini tidak ditentukan masalah umur tetapi dilihat dari kecerdasan otaknya. Yang diwawancarai, (Zaky) Santri Pondok pesantren Darul Islah 91 Wawancara langsung dengan pimpinan PonPes Darul Ishlah Wawancara dengan salah seorang santri PonPes Darul Ishlah Aula PonPes Darul Ishlah 92 Pelataran depan Pesantren Darul Ishlah Acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW Penampilan Hadrah didalam Acara Maulid Nabi Muhammad SAW 93 Makan Bersama empat orang satu nampan seakan terliahat kedekatan dan keakraban