ISSN: 2085-5079 ISSN: 2085-5079 KURIKULUM DIFERENSIASI (Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah) Syamsul Anam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember Abstrak Dalam rangka memenuhi rasa keadilan dan demokrasi dalam dunia pendidikan, maka kurikulum yang disajikan kepada siswa tidak boleh dibuat sama, mengingat ada sekelompok siswa yang akan “underachiever” dengan tidak mendapatkan hak yang semestinya ketika diperlakukan sama dengan yang lain. Oleh karenanya, pengembangan kurikulum yang berdiferensiasi merupakan sesuatu keniscayaan. Kurikulum berdiferensiasi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang bermacam-macam. Sehingga layanan pendidikan dapat menjangkau seluruh peserta didik secara adil. Mereka yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan diberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya jika dibandingkan dengan teman-teman mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata. Di Indonesia, Program akselerasi pertama kali digagas pada tahun 1998. Program ini ide awalnya muncul secara buttom up dari para praktisi di tingkat sekolah yang kemudian difasilitasi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya menjadi salah satu program dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa Ditjen Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Dikdasmen. Bahkan, pada tahun 2000 program ini secara resmi ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional RI sebagai salah satu program nasional melalui ujicoba dan diseminasi penyelenggaraan program terhadap beberapa sekolah di seluruh Indonesia. Kata Kunci : Kurikulum Diferensiasi A. Pendahuluan Accelerative learning (Percepatan Pembelajaran) dikembangkan berdasarkan penelitian dan teori-teori semisal teori Sugestopedia Georgi Lozanov (1960). Dalam penelitiannya Lozanov member sugesti kepada pasiennya dengan memperdengarkan Musik Barok (abad 17) dan ternyata dapat membantu kesembuhannya dan mengurangi rasa sakit akibat pembedahan. Dokter Lozanov menyebut metode ini adalah membangkitkan “cadangan pikiran yang tersembunyi”. Kemudian Lozanov mengadakan penelitian ilmu jiwa untuk memberi sugesti kepada siswa dalam pembelajaran. Dengan mengaktifkan cadangan gelombang otak pada siswa dan keberadaan jiwa dalam memimpin pribadi membuat konsentrasi, mental, disiplin dan perenungan dengan musik dalam keadaan yang rilek untuk meningkatkan memori. Ternyata siswa dapat menyerap perlajaran bahasa asing lebih cepat. Penggunaan musik, sugesti positif, mainan anak-anak memungkinkan selain pembelajaran cepat juga jauh lebih efektif. Memang, seperti dikemukakan oleh Unshi Felix, banyak sekali versi penjelasan mengenai sugestopedia yang menurutnya menyulitkan untuk membuat satu deskripsi yang pasti. Saat ini paling tidak ada beberapa term yang dekat dengan istilah ini. Ada Superlearning, SALT (Suggestive Accelerative Learning and Teaching), Syamsul Anam Psychopädie, LIND (Learning in New Dimensions), Optimalearning dan Holistic Learning.1 Pada intinya, istilah ini sekarang terkait dengan metode yang beragam dalam pendidikan yang menargetkan percepatan belajar. Istilah accelerated learning (belajar dipercepat) adalah istilah yang sangat luas meliputi beragam teknik, metodologi dan pendekatan untuk mengajar dan belajar. Beberapa metode yang umumnya akan dianggap bernaung di bawah pengertian accelerated learning (belajar dipercepat) antara lain: mind maps, brain gym (R) / kinesiology pendidikan (belajar melalui gerakan), text concert (konser teks), membaca musik, multiple intelligence, teknik memori berbagai penggunaan musik untuk mempengaruhi kondisi emosional dan mental peserta didik, pengaturan dalam arti luas, penggunaan lagu-lagu untuk membantu belajar, pattern spotting, Sugestopedia, neuro-linguistic programming, penggunaan drama, dan lain-lain.2 Dengan demikian sebenarnya accelerated learning adalah sebuah upaya untuk menggugah potensi yang ada pada siswa dan memaksimalkannya dalam proses belajar sehingga hasil belajar diperoleh secara optimal dan efektif dengan menggunakan waktu secara efisien. Dalam praktiknya di dunia pendidikan, Colangelo seperti dikutip Hawadi, menyatakan bahwa istilah akselerasi merujuk pada layanan yang disajikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai layanan, akselerasi berarti memberikan hak peserta didik yang mempunyai kecerdasan istimewa sesuai dengan kebutuhan belajarnya dengan memberikan treatment tertentu seperti enrichment, reinforcement, dan ekskalasi. Dan sebagai kurikulum, akselerasi merupakan se1 Unchi Felix. of the Gifted and Talented. Washington: US Government Printing Office, 1972. 203 2 Burnaford, Gail E.; Fischer, Joseph; Hobson, David, eds (2009). Teachers doing research: The Power of Action Through Inquiry (2nd ed.). Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. hal. 101 Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah buah rancangan pembelajaran yang meliputi materi, proses, metode, sarana, media, dan evaluasi yang memungkinkan dapat memangkas waktu belajar dari yang biasa dilalui oleh siswa kebanyakan sehingga siswa menguasai banyak pengalaman belajar dalam waktu yang lebih pendek dari yang biasanya. Accelerated learning pada dasarnya adalah kehendak untuk merespon sebuah realitas adanya sekelompok manusia sebagai subyek pembelajar yang secara alamiah gifted and talented. USOE (United States Officer Education) memberikan pengertian gifted dan talented sebagai berikut. Gifted and talented are those identified by profesionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high performance. These are children who require differentiated educational programs and/or services those normally provided by the regular school program in order to realize their contribution to self and society. Children capable of high performance may not have demonstrated it has high achievement, but can have potensial in any of the following areas singly or in combination: (1) general intelectual ability, (2) specific academic aptitude, (3) creative or productive thinking, (4) leadership ability, (5) visual and performing arts, and (6) psychomotor ability.3 Batasan kecerdasan yang dirilis oleh sebuah badan pendidikan di Amerika ini juga akomodir oleh UUSPN (UndangUndang Sistim Pendidikan Nasional) pada pasal 8 ayat (2) dengan istilah “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Moegiadi menafsirkan pasal ini dengan memberikan penjelasan bahwa jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi bidang (1) intelektual umum dan akademik khusus, (2) berpikir kreatif produktif, 3 Marland, Education of the Gifted and Talented, Washington: U.S. Government Printing Office, 1972. Syamsul Anam (3) psikososial/kepemimpinan, (4) seni/kinestetik, dan (5) psikomotor.4 Selain yang secara resmi dirilis oleh USOE, ada beberapa konsep keberbakatan yang diusulkan oleh beberapa ahli. Diantara mereka ada yang menggunakan acuan unidimensional seperti yang dilakukan oleh Lewis Terman (1922) dan acuan multidimensional seperti yang disusulkan oleh Renzulli. Untuk pendekatan unidimensional, kriteria yang digunakan hanya semata-mata skor IQ saja. Secara operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah “mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechsler. Sedangkan untuk pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu seperti misalnya, usulan Renzulli tentang the three ring conception of giftedness yang digambarkannya dengan diagram berikut.5 1. Above average ability 2. Creativity 3. Task-commitment Ada yang menarik dari apa yang diusulkan oleh Renzulli ini, yaitu dia mendampingkan dua bakat non intelegensi dengan satu bakat intelegensi. Meskipun dua kawasan yaitu kreatifitas dan komitmen pada tugas bukan merupakan kawasan intelegensi, namun kedua hal tersebut secara signifikan menentukan kinerja intelektual. Selanjutnya, sebagai kritik terhadap tes-tes IQ yang memperlakukan manusia secara mekanis dengan menetapkan kecerdasannya berdasarkan hanya pada kemampuan otaknya, Howard Gardner (1999) dalam bukunya Intellegence Reframe mengusulkan delapan jenis kecerdasan manusia yang disebutnya dengan istilah 4 Moegiadi, Perhatian Khusus terhadap Peserta Didik Berbakat, Jakarta: Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, 1991. 5 http://www.indiana.educ./~itell/renzulli.html.11/3/2002. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah multiple intellegence, yaitu: interpersonal, intrapersonal, logicalmathematical, verbal-linguistic, spatial, bodily-kinesthetic, musicalrhythmic and naturalist.6 Meskipun konsep keberbakatan mempunyai cakupan yang luas seperti yang telah dikemukakan diatas, namun Pemerintah RI melalui Direktorat Pendidikan Luar Biasa membatasi pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja dengan menggunakan acuan yang majukan oleh Renzulli. Dengan mengacu pada usulan Renzulli tersebut, maka rumusan siswa berbakat menurut Depdikbud adalah sebagai berikut. “Mereka yang oleh psikolog dan/atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong bik”. Untuk mendapatkan siswa berbakat seperti sebagaimana pengertian diatas, selanjutnya ditetapkan 14 ciri-ciri berikut:7 1. 2. 3. Lancar Berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya); Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan; Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis; 6 Howard Gardner, Intellegent Reframe: Multiple Intellegent for the 21st Century, New York: Basic Books, 1999. 7 Balitbang Depdikbud, Penelitian Alat identifikasi Sederhana Siswa Berbakat, Jakarta: Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986 Syamsul Anam 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Mampu belajar/bekerja secara mandiri; Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya. Cermat atau teliti dalam mengamati; Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah; Mempunyai minat luas; Mempunyai daya imajinasi yang tinggi; Belajar dengan mudah dan cepat; Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat; Mampu berkonsentrasi; dan Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar. Siswa dengan kriteria seperti yang disebutkan diatas, apabila tidak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkannya, maka akan mengalami underacheaver. Foster dalam Farmer menekankan bahwa pelayanan yang terbaik sesuai dengan minat dan bakat seseorang akan mereduksi underacheavment. Underacheavment adalah suatu kondisi kemampuan intelektual yang luar biasa/istimewa yang tidak terlayani secara maksimal, berkibat pada penurunan kinerja intelektual.8 Selanjutnya, untuk melayani siswa dengan kriteria berbakat, King mengusulkan beberapa model pelayanan pendidikan untuk anak-anak yang dianggap istimewa, antara lain dengan: (1) grade skipping (loncat kelas), (2) advanced placement or accelerated pacing for individual subject areas (percepatan penempatan individual atas beberapa mata pelajaran, (3) early entrance to school or college (masuk sekolah lebih awal), (4) enrollment in college courses 8 D. farmer, Gifted Children Need Help a Guide for Parent and Teacher, New south Wales: Association for Gifted & Talented Children Inc., 1993. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah while still high school (pembelajaran beberapa program kuliah ketika di SLTA), (5) special fast paced courses: classroom summer or correspondence (program khusus belajar cepat: kelas musim panas atau korespondensi).9 Mengenai bagaimana akselerasi belajar harus dilakukan dan mengapa harus dilakukan, Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook : a Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs mengulasnya dengan rinci. Mengawali uraiannnya, Meier mengungkapkan persoalanpersoalan yang sering dihadapi di sekolah konvensional antara lain: Materi ajar yang tidak bermakna. Proses belajar bukan merupakan proses yang menyenangkan tapi menakutkan Belajar hanya berisi ceramah yang membosankan. Guru hanya menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang bersifat superficial. Untuk menggambarkan suasana belajar yang tidak menggairahkan tersebut istilah-istilah yang digunakan oleh Meier adalah : boring lectures – (ceramah yang membosankan), Pour and snore – (menyuapi dan siswa tertidur), Closed system – (sistem tertutup), Competition between learners – (kompetisi diantara siswa), Joylessness – (tidak menyenangkan), University – (seragam), Dogmatic – (dogmatic), Passive learners – (siswa pasif), dan Reptilian brain approach – (menakut-nakuti atau mengancam).10 Mengapa akselerasi belajar harus dilakukan, menurut Meier karena didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 9 Keterlibatan total individu akan meningkatkan hasil belajar http://www.hoagiesgifted.org/academic_acceleration.htm Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif & Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Bandung: Kaifa, 2002 10 Syamsul Anam Belajar bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan tapi proses aktif menciptakan pengetahuam Kolaborasi diantara siswa akan meningkatkan hasil belajar. Belajar yang berpusat pada aktivitas jauh lebih baik dari pada belajar yang hanya menekankan pada aktivitas presentasi semata. Peristiwa belajar yang menekanjkan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif dari pada belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi Berangkat dari prinsip-prinsip tersebut, selanjutnya implementasi akselerasi belajar akan mempunyai karakteristik berikut. Flexible – luwes Joyful – menyenangkan Multi-pathed – multi jalur Ends-centered – berpusat pada tujuan Collaborative – kolaboratif Humanistic – manusiawi Multi-sensory – multi sensor Nurturing – menumbuhkan Activity-centered – berpusat pada aktivitas Mental/emotional – menggunakan mental emosional Result based – berdasar pada hasil Masih menurut Meier, kondisi pendidikan kita saat ini sangat tidak baik karena sangat bersifat mekanistik sebagai akibat dari lamanya pengaruh pendekatan behaviorisme yang hanya menciptakan robot-robot yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Dalam menggambarkan betapa buruknya situasi belajar pada saat ini, ia mengungkapkan: Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Our school are, in a sense, factories in which the raw products (children) are to be shaped and fashioned to meet the various demands of life…Behaviorism – the belief that all learning consists of a stimulus / response, carrot –and – stick training and that only observed behavior is worthy of study – has had a disastrous influence on 20 th century perceptions.11 Untuk merubah keadaan ini perlu adannya tindakan yang sitematis dan holistik dan memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan (stake holder). B. Pembahasan Dengan mengadaptasi dari Clark (1983), Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas (2003) memperkenalkan tiga model praktik penyelenggaraan program percepatan belajar, yaitu: (1) kelas regular, dengan sistem pengayaan, yakni pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tuigas-tugas yang diprogramkan untuk anak-anak lainnya; (2) kelas khusus, dengan sistem Percepatan, yakni pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat (eksaltasi), atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat (akslerasi); (3) sekolah khusus, dengan mengelompokan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya pada satu sekolah khusus. 11 Ibid hal. 38 Syamsul Anam Sekolah-sekolah yang telah diberi ijin untuk menyelenggarakan program percepatan belajar, pada umumnya lebih banyak menggunakan model kelas khusus yakni dengan mengelompokkan akseleran pada kelas khusus yang terpisah dengan kelas regular. Rekrutmen calon akseleran didasarkan pada penilaian yang bersifat objektif maupun subjektif. Penilaian objektif diperoleh melalui hasil nilai rapor, ujian pada pendidikan sebelumnya, tes potensi akademik, dan tes psikologi. Sedangkan penilaian subjektif didapatkan dari keinginan siswa, nominasi dari teman sebaya, guru dan orang tua. Untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kategori istimewa disusun sebuah kurikulum khusus, meskipun sebenarnya ia merupakan kurikulum nasional dan local yang diberlakukan pada kelas regular dengan modifikasi dan penekanan pada materi esensial. Kurikulum akselerasi adalah kurikulum yang berdiferensiasi dengan memperhatikan empat dimensi, yaitu: dimensi umum, dimensi diferensiasi, dimensi non akademis, dan dimensi suasana belajar. Struktur program dari kurikulum akselerasi sama dengan kelas regular, hanya waktu pelaksanaannya lebih cepat. Sehingga waktu yang diperlukan untuk menamatkan jenjang SD cukup 5 tahun, sedangkan untuk jenjang SMP danSMA masing-masing 2 tahun.12 Kurikulum yang disusun untuk siswa yang istemewa selanjutnya hendaknya disajikan oleh guru yang memenuhi kualifikasi sebagai pengajar program akselerasi belajar yang meliputi pengalaman mengajar, kualifikasi akademik yang dipersyaratkan, prestasi, dan telah dipersiapkan untuk mengajar pada kelas aksel- 12 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik. 2003 Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah erasi. Depdiknas, dalam buku pedoman penyelenggaraan program akselerasi menggambarkan tipologi guru program akselerasi sebagai berikut: 1) Adil dan tidak memihak; 2) Bersikap kooperatif dan demokratis; 3) Fleksibel; 4) Memiliki rasa humor; 5) Menerapkan penghargaan dan pujian; 6) Minat yang luas; 7) Member perhatian pada masalah siswa; dan 8) Penampilan dan sikap menarik. Sarana dan prasarana belajar program akselerasi harus dirancang untuk mempu memenuhi kebutuhan siswa berbakat akademik tinggi dalam kerangka mengembangkan potensinya. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana fisik bangunan berserta instrumennya maupun sarana non fisik seperti sumber belajar yang memadai dan berbasis teknologi. Dari sisi proses pembelajaran, siswa akselerasi sama dengan siswa regular. Guru dapat menerapkan berbagai strategi belajar yang biasa diterapkan pada kelas regular, tetapi hendaknya memperhatikan sifat khas siswa kelas akselerasi yakmi mereka adalah pembelajar mandiri dan individual. Sistim evaluasi pun juga sama dengan kelas regular yang terdiri dari ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester, dan ujian nasional. Perbedaannya terletak pada pilihan materi yang bereskalasi, sehingga butir-butir soalnya mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan cakupan yang lebih luas. Karena padatnya kegiatan pembelajaran, siswa program akselerasi sering diasumsikan sebagai sosok yang asosial dan cenderung individual. Untuk itu perlu ada bimbingan yang dilakukan secara baik untuk menyeimbangkan antara intelektual, mental dan kepribadiannya. Syamsul Anam Dengan adanya program ini Depdiknas mengharapkan output yang unggul yang dicirikan memiliki kemampuankemampuan berikut: a. kualifikasi perilaku kognitif: daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah, dan kritis; b. kualifikasi perilaku kreatif: rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil risiko; c. kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas: tekun, bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, keteguhan, dan daya juang; d. kualifikasi perilaku kecerdasan emosi: pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi pekerti; e. kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual: pemahaman apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. C. Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan berBahasa Arab serta sikap positif terhadap Bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan hadis, serta kitab-kitab berBahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Untuk itu, Bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (elementary) dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (advanced) dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berBahasa Arab. Mata pelajaran Bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam. c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya. Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah meliputi tema-tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan, alamat, keluarga, anggota badan, di rumah, di kebun, di madrasah, di laboratorium, di perpustakaan, di kantin, jam, kegiatan sehari-hari, pekerjaan, rumah, dan rekreasi. Syamsul Anam Sedangkan ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah meliputi tema-tema yang berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan madrasah, kehidupan keluarga, rumah, hobi, profesi, kegiatan keagamaan, dan lingkungan. Dan, mata pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah terdiri atas bahan yang berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog tentang perkenalan, kehidupan keluarga, hobi, pekerjaan, remaja, kesehatan, fasilitas umum, pariwisata, kisah-kisah Islam, wawasan Islam, hari-hari besar Islam dan tokoh-tokoh Islam untuk melatih keempat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.13 Pada jenjang ibtidaiyah pelajaran Bahasa Arab disajikan selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu mulai dari kelas 4 sampai dengan kelas 6. Sedangkan pada jenjang tsanawiyah disajikan selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu pada semua kelas dan semester. Adapun pada jenjang aliyah, mata pelajaran Bahasa Arab diberikan tergantung jurusannya. Pada jurusan IPA dan IPS diajarkan 2 jam pelajaran dalam seminggu, sedangkan jurusan keagamaan 4 jam pelajaran seminggu, dan jurusan bahasa 6 jam seminggu. Jadi dengan demikian, pelajaran Bahasa Arab diajarkan pada kelas regular pada jenjang ibtidaiyah selama 3 tahun, tsanawiyah selama 3 tahun, dan aliyah 3 tahun. D. Akselerasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dari hasil penelitian Unchi Felix kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran bahasa asing patut mempertimbangkan metode sugestopedia yang telah berevolusi menjadi accelerated learning (akselerasi belajar). Apalagi secara mencengan- 13 Lampiran PERMENAG ttg SKL dan SI No.2, tanggal 6 Mei 2008 Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah gakan Unchi menemukan bahwa Ostrander & Schroeder (1979) dengan yakin menyatakan: “With the Bulgarian approach, 500 words a day was just 'Mach1'. By 1966, a group learned 1000 words in a day, and by 1974, a rate of 1800 words a day was charted. In 1977, Lozanov reported, some tests showed people capable of absorbing even 3000 words per day”.14 Accelerated learning jika diterapkan pada pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah, bisa mempunyai dua pengertian. Pertama, pembelajaran Bahasa Arab yang diterapkan untuk siswa yang mengikuti kelas khusus program percepatan, yang berarti mereka yang belajar dengan jangka waktu yang lebih pendek dari siswa regular. Kedua, pembelajaran Bahasa Arab yang diterapkan untuk siswa cerdas yang tidak mengikuti kelas khusus percepatan, tetapi mereka yang belajar bersama dengan siswa-siswa regular. Untuk model yang pertama, maka yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah memodifkasi struktur kurikulum Bahasa Arab yang ditetapkan oleh Kementerian Agama dalam SKL dan SI dari waktu yang seharusnya dan merancangnya kembali sesuai dengan waktu tempuh pendidikan yang lebih pendek. Dalam penyusunan ini harus dengan tetap memperhatikan prinsipprinsip al-istimrariyah, al-tatâbu’, dan al-takâmul.15. Alokasi jam belajar tatap muka atau lama belajar diatur sama dengan program reguler dalam satu minggu. Perbedaan antara kurikulum siswa berbakat dengan reguler dapat menggunakan model-model pemadatan sebagai berikut. 1. Jenjang Ibtidaiyah: Tahun Pertama: 14 Bandingkan dengan perhitungan Ali al-Khuli yang menyatakan bahwa siswa hanya mampu menguasai 3-4 kosa kata dalam 1 jam pelajaran. 15 Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah lighair al-Nathiqin biha, Manahijuh wa asalibuh, Rabat: ISESCO, 1989, hal. 69 Syamsul Anam 100 % materi pelajaran kelas 1 25% materi pelajaran kelas 2 Tahun Kedua: o 75% materi pelajaran kelas 2 o 50% materi pelajaran kelas 3 Tahun Ketiga: o 50% materi pelajaran kelas 3 o 75% materi pelajaran kelas 4 Tahun Keempat: o 25% materi pelajaran kelas 4 o 100% materi pelajaran kelas 5 Tahun Kelima: o 100% materi pelajaran kelas 6 2. Jenjang Tsanawiyah dan Aliyah: Tahun Pertama : o o 100% materi pelajaran kelas 1 50% materi pelajaran kelas 2 Tahun Kedua : o o 50% materi pelajaran kelas 2 100% materi pelajaran kelas 3 Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Oleh karena waktu tempuh yang pendek, maka harus dilakukan juga penyeleksian materi esensial dan non esensial sehingga siswa tetap bisa belajar tuntas tanpa terbebani dengan materi yang rasional. Untuk itu pengembangan kurikulum berdiferensiasi sangat diperlukan. Kurikulum berdiferensiasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem eskalasi dam enrichment yang dapat memacu dan mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam kenyataannya, mendiferensiasikan kurikulum berarti mengubah konten proses, produk, dan situasi (lingkungan belajar). Hal ini bisa dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan dengan memperhatikan faktor kematangan intelektual, latar belakang, dan kesiapan belajar serta interes siswa. Sutratinah Tirtonegoro menyatakan bahwa untuk melayani pendidikan Anak Supernormal maka perencanaan kurikulum harus mengalami perubahan-perubahan antara lain: a. Memperkaya kurikulum dengan menambah mata pelajaran. b. Memberi kesempatan memperkembangkan sosial, emosi, dan kebudayaan. c. Dengan mengadakan Sekolah Khusus, Kelas Khusus, dan Fasilitas-fasilitas khusus. d. Untuk SLTA lebih diperluas dan diperdalam. e. memberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman lebih banyak untuk perkembangan bakatnya.16 16 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 120 Syamsul Anam Dari definisi dan prinsip-prinsip perubahan diatas kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki kurikulum bagi siswa cerdas istimewa, yaitu : 1. Merupakan kurikulum nasional dan lokal. Kurikulum bagi siswa cerdas istimewa tidak berbeda dengan kurikulum nasional yang dikeluarkanoleh Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum ini menjadi acuan dasar bagi penetapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa, karena bagaimanapun siswa yang tergabung pada program akselerasi merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang pada akhirnya di masa terakhir pendidikannya harus melalui ujian nasional. Oleh karena itu maka standar kecakapan atau kompetensi yang dicapai siswa tidak berbeda dengan program reguler dan dapat menjadikan Ujian Nasional sebagai standar evaluasi bagi keberhasilan program ini. 2. Menekankan pada materi esensial sebagai bagian dari proses percepatan waktu belajar Yang dimaksud dengan materi esensi adalah materi yang harus disampaikan kepada siswa melalui bimbingan khusus atau personal kepada siswa karena dianggap penting bagi siswa. Tingkat intensitas kepentingan materi esensi adalah wewenang guru dalam penetapannya dengan memperhatikan beberapa hal berikut : a. Merupakan konsep dasar yang harus dimengerti siswa untuk memahami materi selanjutnya. b. Materi yang sering atau pasti keluar di ujian nasional Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah c. Materi yang sulit dan memerlukan bimbingan khusus oleh guru Dengan memperhatikan beberapa faktor diatas, maka dalam penyusunan silabus guru diharapkan melakukan suatu analisis kurikulum yang komprehensif lalu melakukan adaptasi kurikulum disesuaikan dengan minat siswa. Adapun dengan materi yang dinilai kurang esensi dapat dipelajari siswa melalui penugasan dan pembahasan sepintas karena pada prinsipnya materi non esensi ini merupakan materi yang dapat dibaca dan dipahami siswa tanpa bimbingan khusus dari guru. 3. Melakukan sistem eskalasi dan enrichment Eskalasi adalah proses adaptasi kurikulum dengan memberikan penekanan pada proses pendalaman suatu materi. Belajar bersama siswa akselerasi, guru dapat mengeksplorasi berbagai hal sampai pada materi tersulit sekalipun. Dengan didukung oleh kemajuan dan fasilitas sumber belajar yang beraneka ragam maka guru dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengupas suatu subjek pembelajaran dengan sangat intens. Enrichment atau pengayaan adalah bentuk layanan yang dilakukan dengan memperkaya materi melaui kegiatan-kegiatan penelitian atau kegiatan di luar kelas yang bersifat "out of box", baik dari aspek metode, sumber maupun evaluasi hasil belajar. 4. Fleksibel Fleksibilitas ini sangat penting ketika guru berhadapan langsung dengan siswa cerdas istimewa yang memiliki karakter yang sangat unik. Terkadang siswa telah Syamsul Anam menguasai suatu standar kompetensi tertentu dan menginginkan standar lainnya untuk dipelajari. Apabila guru rigid/kaku dalam menetapkan suatu kompetensi maka tidak mustahil siswa akan merasa bosan dengan materi yang sebenarnya telah mereka kuasai.17 Adapun model kedua, yakni pembelajaran Bahasa Arab yang dipercepat untuk siswa cerdas atau berbakat yang berada pada kelas regular adalah dengan pengayaan dan pendalaman materi. Pengayaan materi berarti penambahan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa. Ketika hendak menambah materi ajar, maka pilihan-pilihan kita harus memperhatikan prinsip-prinsipnya. Nicolas, seperti yang dikutip Thu’aimah menyebut ada lima prinsip yang harus dipenuhi ketika hendak memilih materi/bahan ajar, yaitu: 1) al-shidq, 2) alahammiyah, 3) al-muyul wa al-ihtimamat, 4) al-qabiliyah li al-ta’lim, dan 5) al-‘alamiyah.18 Meskipun apa yang dikemukakan Nicolas tersebut adalah standar umum yang berlaku untuk semua jenis mata pelajaran, namun hal itu juga harus diperhatikan dalam memilih materi pelajaran sebagai bahan enrichment. Untuk mata pelajaran bahasa, khususnya bahasa asing, maka pemikiran Halliday, seperti dikutip Thu’aimah, lebih jelas lagi untuk digunakan sebagai standar pemilihan materi. Halliday mengemukakan, pemilihan materi hendaknya memenuhi prinsip-prinsip berikut. 1. Di dalam materi hendaknya terdapat hal-hal yang dapat membantu siswa melewati kendala komunikasi dengan bahasa asing yang dipelajarinya. 2. Di dalam materi hendaknya terdapat hal-hal yang dapat membantu siswa menciptakan bahasa, bukan sekedar membunyikan bahasa secara mekanis. 17 Conny R Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, Cet.1--PT Grasindo:Jakarta, 1992 18 Rusydi, hal 66 Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah 3. Di dalam materi hendaknya terdapat hal-hal yang mengenalkan siswa pada ciri-ciri khas bahasa asing yang dipelajarinya.19 Strategi yang bisa diterapkan dalam program akselerasi pembelajaran Bahasa Arab adalah: 1. The learning environment, lingkungan belajar yang baik dapat menjadi focus perhatian kita dalam membuat strategi pembelajaran bahasa yang dipercepat. Lingkungan belajar dapat mencakup pemilihan warna ruangan, suhu di dalam ruangan, posisi furnitur, musik latar, bau, tekstur dan sebagainya. Juga, poster dan disply yang telah diseleksi dengan baik dapat membantu siswa untuk menyerap kosa kata dan ide-ide bawah sadar. Poster berisi kosakata untuk unit yang tidak dapat diperkenalkan hanya selama beberapa minggu dapat dihadirkan secara bertahap untuk membiasakan siswa dengan kosa kata yang rumit. 2. Pengaturan suasana mungkin penting - hal ini dilakukan sebagian melalui lingkungan belajar (lihat nomor 1), tetapi juga melalui penggunaan bahasa tubuh oleh guru, jenis musik yang digunakan sepanjang pelajaran - ini mungkin berubah tergantung pada suasana hati / suasana guru ingin menciptakan pada waktu tertentu, nada suara yang digunakan pada waktu tertentu oleh guru, penggunaan warna dalam bahan presentasi dan sebagainya. Penekanannya adalah untuk membuat siswa merasa nyaman, santai dan bebas dari kecemasan dan stres. 19 Ibid hal. 67 Syamsul Anam 3. Mnemonik20 juga sering digunakan untuk membantu siswa mengingat dan mempertahankan kosa kata. Alihalih mengandalkan daftar kosakata, kartu flash dan latihan pengulangan, guru bahasa pada program akselerasi dapat menggunakan teknik-teknik kreatif ketika pertama kali memperkenalkan topik baru. Siswa dapat didorong untuk menggunakan imajinasi mereka untuk menghubungkan item kosa kata untuk bagian tubuh mereka atau ke lokasi di kelas (Loci). Ini akan menimbulkan rasa menyenangkan dan biasanya mempromosikan lingkungan belajar yang lebih santai dan bebas-mengalir. 4. Over-stimulation, di banyak kelas bahasa pada program akselerasi guru dapat memberikan umpan yang banyak kepada siswa dalam satu waktu sekaligus. Dalam hal ini guru membombardir siswa dengan sejumlah materi pengetahuan dimana otak manusia seringkali mampu menangkapnya sekitar 80% informasi lebih dari yang kita duga. 5. Pattern spotting and learning in broad strokes, belajar pola dan konsep besar dari bahasa. Guru bahasa pada program akselerasi dapat memperkenalkan konsepkonsep besara dari bahasa tanpa menyinggung detaildetailnya, sehingga ia dapat mengajarkan bahasa secara cepat. Sebagai contoh, apabila seorang Inggris pemula belajar bahasa Spanyol, maka setiap nomina yang berakhiran “tion” hendaknya diganti dengan “cion”, ia 20 Mnemonic memiliki dua makna yang berbeda menurut bidang kajiannya. Dalam bidang computer berarti sandi untuk mempermudah ingatan menyusun tata olah komputer dl bahasa rakitan, sedang makna yang lain dalam bidang psikologi adalah rumus atau ungkapan untuk membantu mengingat-ingat sesuatu lihat http://www.kamusbesar.com/26045/mnemonik Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah segera bisa memiliki akses ke ribuan kata-kata dan dapat memperoleh kepercayaan diri dengan memproduksi kata-kata independen dari guru atau sumber belajar. 6. Theory of multiple intelligences application, menerapkan teori kecerdasan berganda yang digagas oleh Gardener dengan memasukkan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk aktivasi kecerdasan lain seperti: kegiatan-kegiatan sederhana yang mengembangkan visual, pendengaran, dan koordinasi motorik (seperti dalam brain gym), permainan yang melibatkan gerakan, penggunaan warna pada lembar kerja/peta pikiran dan lainnya, penggunaan lagu, raps dan musik, manipulasi obyek (kata kartu, realia dll.) dan sebagainya. 7. The use of chunking, pelajaran chunking dalam periode yang lebih pendek mengambil keuntungan penuh dari siklus perhatian otak manusia. Kami yang sangat mungkin untuk mempertahankan informasi yang disajikan pada awal dan akhir sesi, sehingga jika pelajaran dibagi menjadi potongan lebih kecil, kita bisa menciptakan awalan dan akhiran, sehingga meningkatkan jumlah informasi dipertahankan 8. Objective setting, praktik ini sangat penting dan cakupannya sangat luas dalam dunia pendidikan, dan ini sangat penting dalam program akselerasi. Siswa harus memahami dengan jelas apa yang dia akan pelajari dalam pelajaran tertentu dan bagaimana hal ini akan terjadi. Di sana harus ada tujuan yang ditetapkan untuk dicapai dan perasaan lebih tinggi jika telah mencapai goal yang ditetapkan tersebut. What's In It For Me (W.I.I.F.M) adalah frase kunci untuk mengingatkan para Syamsul Anam guru bahwa siswa ingin tahu tentang apa yang akan mereka pelajari dan relevansinya dalam pengalaman hidup mereka sehari-hari.21 Adapun langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam pembelajaran program akselerasi, sebagaimana yang diusulkan Collin ada enam yang bisa dipendekkan menjadi KUASAI atau MASTER, yaitu: K = Kuasai pikiran untuk sukses. U = Uraikan faktanya. A = Apa maknanya. S = Sentakkan ingatan. A = Ajukan yang diketahui. I = Instrospeksi E. Kelemahan Program Akselerasi Disamping kelebihan-kelebihan yang tampak jelas pada uraian diatas, program akselerasi dilihat, paling tidak oleh Southern dan Jones (1991), memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a. Segi Akademis 1) Bahan ajar yang diberikan terlalu tinggi bagi siswa akseleran. Hal ini akan membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang kelompok teman barunya, dan akan menjadi siswa yang berprestasi sedang-sedang saja, bahkan siswa akseleran yang gagal. 2) Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman sebayanya hanya bersifat sementara. Dengan bertambah usianya, kecepatan prestasi siswa menjadi biasa-biasa saja dan sama dengan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akselerasi 21 Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Accelerated_language_learning Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah 3) 4) 5) 6) 7) b. menjadi tidak perlu lagi dan siswa akseleran lebih baik dilayani dalam kelompok kelas reguler. Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran kemungkinan imatur secara sosial, fisik, dan emosional dalam tingkatan kelas tertentu. Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan karier lebih dini. Agar siswa dapat berprestasi baik, dibutuhkan pelatihan yang mahal dan tidak efisien untuk dirinya sebagai pemula. Bisa jadi kemungkinan buruk yang terjadi adalah karier tersebut tidak sesuai bagi dirinya. Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luara biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari kurikulum. Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik konvergen sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen. Segi Penyesuaian Sosial 1) Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebaya. 2) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya. Hal ini menyebabkan mereka menyesal kehilangan kesempatan tersebut dan akan mengarahkannya dalam social maladjustment selaku orang dewasa kelak. Mereka akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Syamsul Anam 3) Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya, sementara itu siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan teman sebayanya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumalah dan frekuensi pertemuan dengan teman-temannya. 4) Siswa sekelasnya yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usia. Hal ini menyebabkan akseleran akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya di masa depan. c. Aktivitas Ekstrakurikuler Kebanyakan aktivitas ekstrakurikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini menyebabkan siswa akseleran akan berhadapan dengan teman sekelasnya yang tua dan tidak memberikannya kesempatan. Hal ini menyebabkan siswa akan kehilangan kesempayan yang penting dan berharga di luar kurikulum sekolah yang normal. Akibatnya, mereka akan kehilangan pengalaman yang penting yang berkaitan bagi kariernya di masa depan. d. Penyesuaian Emosional 1) Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah tekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever. 2) Siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain. 3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Sisk (1986) dikutip dari Delisle (1992) menyebutkan beberapa ciri yang diatribusikan pada siswa akseleran, yaitu bosan, fobia sekolah, dan kekurangan hubungan teman sebaya (dalam Hawadi, 2004). Bebepara laporan berita ini barangkali dapat menggambarkan bagaimana keadaan psikologi siswa akseleran. Malang Raya (2008) menyebutkan bahwa siswa kelas akselerasi (percepatan) cenderung memiliki masalah dalam interaksi sosial. Latifa (dalam KOMPAS, 2009) menerangkan jika anak-anak akselerasi merasa kurang bersosialisasi terutama pada waktu mereka kelas akhir karena mereka satu level dengan kakak kelasnya, kedua masih ada anggapan kelas yang eksklusif, tuntutan agar nilai selalu baik, membutuhkan keterampilan khusus menghadapi anak yang kreatif, pandai dan bahkan hiperaktif. F. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya diferensiasi kurikulum adalah suatu upaya yang sangat penting dalam rangka memenuhi rasa keadilan dan demokrasi dalam dunia pendidikan, sehingga kurikulum yang disajikan kepada siswa tidak boleh dibuat sama, mengingat ada sekelompok siswa yang akan “underachiever”dan tidak bias menerima materi dengan baik. Dan program belajar cepat (accelerated learning) merupakan salah satu upaya yang bias ditempuh oleh perancang kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan tidak bisa tumbuh optimal jika dilayani dengan program regular. dia sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah. Hal yang harus diantisipasi dan dicarikan solusi adalah hal-hal negative yang mungkin timbul dari pelaksanaan program akselerasi sehingga pelaksanaan program ini bisa mendatangkan hasil yang optimal. Demikian, wallahu a’lam. Syamsul Anam DAFTAR RUJUKAN Balitbang Depdikbud. Hasil Identifikasi Siswa Berbakat di Sembilan SMP/SMA. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986a. ----------. Materi Penataran Lokakarya Pelayanan Pendidikan Untuk Anak Berbakat . Jakarta : Balitbang De pdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986b. ----------. Penelitian Alat identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986c. ----------. Hasil Lokakarya Persiapan Pelaksanaan Program Pendidikan Untuk Anak Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986d. ----------.. Penelitian Alat Identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986e. Clark, Barbara Growing Up Gifted. Colomvus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company, 1983. Djaafar, Tengku Zahara. Arah Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat . Jakarta: Universitas Negeri Padang. 2001. Hawadi, L.F. Hubungan Antara Ciri-Ciri Keberbakatan Pada Alat Identifikasi Siswa Berbakat dengan Alat Tes Psikologik dan Prestasi belajar . Tesis. Depok: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 1989. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah ----------, L.F. Melacak Bakat Intelektual Anak. Menurut Konsep Renzulli. Disertasi. Depok : Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 1993. Hawadi, Reni Akbar Wiharjo, R. Sihadi Darmo Wiyono, Mardi. Kreativitas: Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar / Buku Kedua dari Tiga. (Jakarta: Grasindo), 2011. Hawadi, Reni Akbar, R. Sihadi Darmo Wihardjo, dan Mardi Wiyono. Keberbakatan Intelektual. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo, 2001. Hawadi, Reni Akbar, R. Sihadi Darmo Wihardjo, dan Mardi Wiyono. Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo, 2001. Hawadi, Reni Akbar. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Mellaui Metode Non –Tes Dengan Pendekatan Konsep Keberbakatan Renzulli . Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002. Hawadi, Reni Akbar (edit or). Akselerasi : A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual . Jakarta : Penerbit PT Grasindo, 2004. Herry Widyastono. Sistem Percepatan Belajar bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Oktober 2000, Tahun Ke-6, No. 026. Herry Widyastono, dkk. Profil Peserta Didik yang Memerlukan Perhatian Khusus di Sekolah Dasar. Jakarta: Balitbang Dikbud, 1997. Syamsul Anam Jacob, A and Graham, B. Gifted Children : The Challenge Continues . Australia : NSW Association for Gifted and Talented Children, Inc. , 1996. Kepmendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Kepmendiknas RI No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Kepmendiknas Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar (SD, SLTP, SMA) : Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Dididk yang Memiliki Potensi Marland. Education of the Gifted and Talented. Washington: US Government Printing Office, 1972. Kecerdasan dan Bakat Istimewa, (2001). Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Dididk yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa) (2003). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. -----------. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, SMA (Satu ModelPedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa (Program Akselerasi) (2007). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Renzulli, JS., SM Reis, LH Smith. The Revolving Door Identification Model. Connecticut: Creative Learning Press, 1981. Kurikulum Diferensiasi; Menggagas Upaya Percepatan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Renzulli, J.S. What Makes Giftedness? Los Angeles : National/State Leadership Training Institute on The Gifted Children. Reston, Virginia, The Councill for Exceptional Children, 1979. Semiawan, Conny. R. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta : Grasindo, 1992. Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (1990). Jakarta : Dharma Bhakti. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003), Jakarta: Utami Munandar, SC. Pemanduan Anak Berbakat. Suatu Studi Penjajagan. Jakarta : CV Rajawali, 1982. Utami Munandar, SC. Bunga Rampai Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta: Rajawali, 1989. Yaumil A. Achir. Bakat dan Prestasi. Disertasi. Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990.