A. Perencanaan Pendidikan Karakter pada Kelas

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perencanaan Pendidikan Karakter pada Kelas Akselerasi
1. Konsep Perencanaan Pendidikan Karakter
Perencanaan pendidikan merupakan suatu penerapan yang rasional dari
analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan
itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta
didik dan masyarakatnya. Menurut sa’ud dan Makmun perencanaan pendidikan
adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal menentukan kebijakan, prioritas
dan biaya pendidikan dengan memprioritaskan kenyataan yang ada dalam bidang
ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan
pesera didik yang dilayani oleh sistem tersebut (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007;
Usman, H. 2008).
Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang
berbeda satu dengan lainnya. Cuningham (Junaidi 2009) menyatakan bahwa
perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuaan, fakta, imajinasi,
dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang
dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan dalam pengertian ini
menitiberatkan kepada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan
kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses
awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan
adalah hal yang sangat esensial kerena dalam kenyataannya perencanaan memegang
peranan lebih bila dibanding dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen
tersebut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan.
Perencanaan mempunyai makna yang komplek, perencanaan didefinisikan
dalam berbagai bentuk tergantung dari sudut pandang, latar belakang yang
mempengaruhinya dalam mendefinisikan pengertian perencanaan. Di antara definisi
tersebut adalah menurut Prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh
siapa, dan bagaimana.
Bintoro Tjokoroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas
adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad Fakri
perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang
akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat
juga dikatakan sebagai suatun proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. (Dalam
Riwayatnet: 2009)
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan harus
memperhatikan hal-hal yang akan dicapai dalam masa yang akan datang, dengan
proses sistematis, dan mencapai hasil tujuan tertentu. Menurut Arikunto (2008:93)
bahwa perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk
mengambil tindakan dimasa yang akan datang dan diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan dating.
Dalam perencanaan terkandung makna pemahaman terhadap apa yang telah
dikerjakan, permasalahan yang dihadapi dan pemecahannya serta melaksanakan
prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara proposional. Perencanaan program
pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya untuk menggambarkan penyusunan
rangkaian tindakan yang akan dilakukan serta untuk mengarahkan atau menggunakan
sumber-sumber terbatas secara efisian dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Suatu perencanaan pendidikan karakter untuk diterapkan di setiap satuan
pendidikan kita mengingat berbagai macam perilaku yang tidak mendidik telah
merasuk dalam sendi-sendi penyelenggaraan pendidikan dan kehidupan masyarakat
kita. Secara umum pendidikan karakter memang belum menjadi prioritas utama
dalam pembangunan bangsa dan belum diterapkan secara holistik dalam kurikulum
Pendidikan Nasional. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke
dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : pertama, KTSP didefinisikan
sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilakspeserta didikan di
masing-masing satuan pendidikan. Salah satu prinsip pengembangan KTSP di
antaranya kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kedua, Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia , serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikutu pendidikan lebih lanjut. Dan yang ketiga, Konsep pendidikan
karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) yaitu pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta
didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Menurut Banghart and Trull dalam Sa’ud (2007) ada beberapa tahapan
yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain: (1)
Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau
taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di
setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan
memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya
apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke
depan yang akan dihadapi. (2) Tahap formulation of goals and objective, yaitu
perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan
perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal
tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang
diperlukan. (3) Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan
prioritas kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan
prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan
yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan. (4) Tahap program and
project formulation, yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan kegiatan
operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada aspek
akademik dan non akademik. (5) Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji
kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya internal/ eksternal; atau
sumber daya manusia/ material). Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber
daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan
rencana pendidikan yang baik. (6) Tahap plan implementation, yaitu tahap
pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya
(kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola
kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work)
yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama
proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan. (7) Tahap
evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi)
tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, sebagai
feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan revisi program untuk
rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Perencanaan pendidikan sampai tahapan dalam penyusunan perencanaan
pendidikan tersebut menunjukkan bahwa kedudukan perencanaan pendidikan dalam
proses layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah sangat penting, karena
dengan adanya perencanaan pendidikan yang baik dapat (a) meningkatkan kualitas
kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara maksimal, baik menyangkut
aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini disebabkan seluruh aktivitas warga
sekolah harus berdasarkan pada program yang telah disusun dengan baik dalam suatu
perencanaan pendidikan secara sistematik dan integral. (b) mengetahui beberapa
sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara
maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan yang
akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan, suatu perencanaan
pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang beberapa peluang dalam mencapai
tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan yang akan muncul, serta strategi yang
harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut. (c) Memberi peluang pada
setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan, keahlian atau
ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan
layanan
pendidikan. (d) Memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih
beberapa alternatif pilihan tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat
dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan. (e) Memudahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena
perencanaan pendidikan yang baik selalu dirancang dengan tahapan-tahapan
pelaksanaan program layanan pendidikan (jangka pendek, menengah dan panjang),
disamping itu telah disusun skala prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai. (f)
Memudahkan dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian tujuan
layanan pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan pendidikan yang
baik selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan dan instrumen apa
yang dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.
(g) Memudahkan dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses
penyusunan perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan
perkembangan kehidupan sosial-budaya (Banghart, F.W and Trull, A. 1990;
Tilaar.H.A.R. 1998; Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007).
Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bisa
menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian (Koesoema, 2007: 114). Di
sinilah pendidikan sangat berperan dan pendidikan harus kembali kepada substansi
utama yaitu membangun pribadi dengan karakter mulia sebagai individu, keluarga,
masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak
semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar
mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam
kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembisaan itu bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu
merasakan terhadap nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya dari
lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat.
Pada sisi lain, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowladge, feeling, loving, dan action”.
Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pemebentukan seseorang menjadi
body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus
menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Sebab pada dasarnya anak yang berkarakter
rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah sehingga
anak beresiko atau berpotensi besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi
sosial, dan tidak mampu mengontrol diri.
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting
untuk dilakukan oleh sekolah dan stekeholdersnya untuk menjadi pijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter di sekilah. Tujuan pendidikan karakter pada
dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Tumbuh dan
berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan
kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik dan
melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Pendidikan karakter bukan berdiri sendiri, melainkan merupakan
suatunilai yang menjadi satu kesatuan dengan setiap mata pelajaran di sekolah. Proses
pendidikan karakter tidak dapat langsung dilihat hasilnya dalam waktu yang singkat,
tetapi memerlukan proses yang kontinu dan konsisten, Pendidikan karakter berkaitan
dengan waktu yang panjang sehingga tidak dapat dilakukan dengan hanya satu
kegiatan saja.
Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara, bermoral, yang dimanifestasikan
dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati orang lain dan karakter mulia lainya.
Strategi pembangunan karakter melalui pendidikan dapat dilakukan
dengan pendidikan dan pembelajaran dan fasilitas. Pendidikan merupakan tulang
punggung strategi pembentukan karakter bangsa. Hal ini terjadi kerena dalam konteks
makro, penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan kegiatan
perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang
melibatkan seluruh unit utama dilingkungan pemangku kepentingan pendidikan
nasional.
Penanaman nilai karakter dalam perencanaan bagi sekolah mempunyai
dua makna, yaitu merencanakan program dan kegiatan penanaman karakter oleh
sekolah serta penanaman nilai-nilaim karakter kepada para pembuat rencana itu
sendiri. Konsep yang dikembangkan dalam penerapan penanaman karakter pada
perencanaan ini pada dasarnya sama dengan penerapan suatu program atau kegiatan
pada umunya, yaitu didasrkan atas keterkaitan antara unsur-unsur yang direncanakan.
Aqib (2011:38)
Sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, melaksanakan
kegiatan, dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya
memuat nilai-nilai karakter secara terintegrasi (terpadu). Definisi terpadu lebih
merujuk kepada pembinaan nilai-nilai karakter padatiap-tiap komponen pendidikan
sesuai dengan ciri khas masing-masing sekolah. Sekolah dapat melaksanakan
pendidikan karakter yang terpadu dengan sistem penerapan sekolah itu sendiri.
Artinya sekolah mampu merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang
menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang
berkarakter dan melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter.
Keterkaitan antara berbagai komponen, proses manajemen berbasis sekolah dan nilainilai karakter yang melandasinya.
Dari beberapa pendapat diatas maka pendidikan karakter yang
dikembangkan
di kelas akselerasi sangat baik. Terbukti sekolah yang sudah
mempunyai program akselerasi ternyata mampu membawa peserta didik pada
tantangan yang berkesinambungan yang akan menyiapkan peserta didik untuk
menghadapi perubahan pendidikan. Melalui program akselerasi ini, peserta didik
diharapkan akan memasuki dunia profesional pada usia yang lebih muda.
B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Kelas Akselerasi
Kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan adalah bahwa sekolah
diharapkan secara bertahap mampu melaksanakan program dan kegiatannya. Dalam
hal ini akselerasi mampu melaksanakan pendidikan karakter pada peserta didik.
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA Negeri 3 Gorontalo melalui pelaksanaan
kelas akselerasi dimana mengacu pada peringkasan program sehingga dapat
dijalankan dalam waktu yang lebih cepat.
Dari sisi masing-masing individu, para pelaksanana program dan kegiatan
di sekolah diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter seperti:
percaya diri, rasional, logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, bertanggung jawab,
sabar, rela berkorban, dapat dipercaya, jujur, bekerja keras, ulet/gigih, berinisiatif,
berfikir positif, disiplin, bersemangat, menghargai waktu, pengendalian diri,
produktif, tabah, terbuka, dan tertib.
Untuk mengimplementasi manajemen sekolah yang terpadu dengan nilainilai karakter, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia secara baik, antara lain
melalui: (a) perencanaan penerimaan (recruitment) guru dan staf sesuai dengan
kebutuhan sekolah, (b) mengorganisasikan kegiatan guru dan staf sesuai dengan
bidang kerja masing-masing, (c) memberikan pengarahan kepada para guru dan staf
agar bekerja sama untuk tercapainya tujuan, (d) melakukan pengawasan (control)
terhadap pekerjaan para guru dan staf agar mereka bekerja sesuai dengan aturanaturan yang sudah ditetapkan bersama, (e) meningkatkan professionalisme para guru
dan staf, baik teknis maupun non-teknis, melaksanakan pembinaan karir dan
kesejahteraan, serta menerapkan sistem penghargaan dan hukuman (reward and
punishment system).
1. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Menurut Hasan dkk, ada dua jenis indikator yang dikembangkan dalam
pedoman ini. Pertama, indikator untuk untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator
untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan
oleh kepala sekolah guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan
budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan sekolah yang
diprogramkan
dan
kegiatan
sekolah
sehari-hari.
Indikator
mata
pelajaran
menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata
pelajaran tertentu.
Berikut ini adalah 18 nilai-nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam
menentukan keberhasilan pendidikan karakter sebagai berikut :
1. Religius
Religius (agama) secara etimologi dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan
peraturan. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta ‘a’ berarti tidak dan ‘gamma’
berarti kacau, agama berarti tidak kacau. Agama semakna dengan kata “religion”
(bahasa Inggeris), “religie” (Belanda), “religio” (Latin), yang berarti mengamati,
berkumpul/bersama, mengambil dan menghitung. Istilah lain bagi agama ini yang
berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti hukum, perhitungan, kerajaan,
kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan
gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari
seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu,
sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Bakar Atjeh 1968).
Religius (agama) menurut definisi (Pengertian Termonologis) menurut Harun
Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berasa dari
suatu kekuatan yang ghaib. Menurut Syahrastani, agama adalah kekuatan dan
kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan
(Abdullah,2004:5) Menurut Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang
tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan
supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai
kekuasaan absolute yang disebut Tuhan. (Ahmadi,1984:14).
Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ahmad, 1985 : 81) mengartikan agama
sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan
pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-
konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi
generasi.
Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agam lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap dan perilaku yang religius dapat dilakukan
dengan mengucapkan salam, berdoa sebelum dan sesudah belajar, melaksanakan
ibadah keagamaan, dan merayakan hari besar keagamaan.
Dari simpulan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa religius (agama)
merupakan suatu tolak ukur yang ada pada diri manusia yang berhubungan langsung
dengan tuhanNYA serta sesama manusia yang berbeda keyakinan yang saling hidup
rukun dalam kehidupan bertoleransi.
2. Jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan
suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan
penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari
ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan
kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harfiah maka
jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak
mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapaat dianggap
atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.( Abd
A’la, 2006:17)
Menurut Murtaddha Muthahari dalam falsafah akhlaq, “Jujur adalah kesesuaian
ucapan dengan apa yang tersembunyi dan yang akan dikabarkan secara bersamaan.
Apabila tidak terpenuhi syarat ini maka bukan sebuah kejujuran. Sedangkan menurut
Yunahar Ilyas Jujur adalah kesesuaian hukum terhadap kenyataan, ini adalah lawan
dari berdusta.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri
dan pihak lain.
Jujur dapat dilakukan dengan melakukan sistem perekrutan siswa secara benar
dan adil , melaporkan kegiatan sekolah secara transparan, tidak menyontek atau
memberikan sontekan kepada teman yang lain, serta membuat dan mengerjakan tugas
secara benar. Jujur merupakan sifat yang tertanam dalam diri manusia antara
menyampaikan dengan kenyataan itu sama tanpa ada tambahan atau kurang satu
patah kata pun. Maka jika apapun yang terjadi seseorang tersebut talah mengakuinya,
entah itu membuat orang lain senang atau justru membuat orang lain tersakiti.
Sikap jujur harus dikembangkan sejak dini. Anak-anak kita sejak kecil harus
kita didik untuk jujur dan bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Orang tua harus
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Orang tua tidak boleh menyogok guru agar
anaknya yang tidak naik kelas bisa naik kelas. Saya yakin bahwa tidak sedikit orang
tua yang melakukan itu, menyogok guru agar anak-anaknya bisa naik kelas. Tindakan
seperti itu memberikan contoh kepada anak bahwa uang dapat menyelesaikan
segalanya. Sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji yang dilakukan oleh orang tua
dan langsung diserap ilmunya oleh anak-anak. Sangat disayangkan karena ilmu yang
diserap itu adalah ilmu sogok-menyogok,ilmu korupsi, buah dari sebuah
ketidakjujuran.
Kejujuran dinyatakan sebagai sebuah nilai positif, kerena perilaku ini
menguntungkan baik bagi yang melakukan maupun bagi orang lain yang terkena
akibatnya. Sama halnya dengan keadilan,tanggung jawab, kasih sayang, peduli,
keramahan,toleransi dan yang lainnya. Nilai-nilai ini walaupun diberikan kepada
orang lain, maka persediaan perbendaharaanbagi yang melakukannya pun masih
banyak, dan semakin banyak orang yang memberikannya kepada yang lain, maka
semakin banyak pula dia menerima dari orang lain itu.
3. Toleransi
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah
suatu sikap atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompokkelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat
Sikap dan perilaku yang memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan
tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan serta menghargai perbedaan
yang ada tanpa melecehkan kelompok lain.
Siswa yang memiliki nilai toleransi dapat tercermin dari tutur kata dan perilaku
sehari-hari dengan teman sekalas maupun bukan sekelas, guru dan seluruh
stekholders yang terkait.
Toleransi antar umat beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau
perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati, menolong,
mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang
lain; menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain; tidak merusak tempat
ibadah; tidak menghina ajaran agama orang lain; serta memberi kesempatan kepada
pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Di samping itu, maka agama-agama akan
mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga
terciptanya suasana rukun dalam hidup dan kehidupan masyarakat serta bangsa.
Toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare artinya menahan diri,bersikap
sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang
yang memiliki pendapat berbeda. Toole adalah istilah dalam kontekssosial, budaya
dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya descrimination/
deskriminasi / pembedaan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatumasyarakat.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti
sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompokkelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam
suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu
lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekangesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan
dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam
masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai,
sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari.
Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka
antara yang satu dengan yang lainnya.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan
antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar
umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk
menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh
mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak
dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya,
misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk
merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk
dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan
beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
4. Disiplin
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin pula mempunyai makna yang luas dan
berbeda-beda, oleh kerena itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian.
Pengertian disiplin tlah banyak di definisikan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Ahli yang satu mempunyai batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.
Definisi pertama yang berhubungan dengan disiplin diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Rachman (1999:168) menyatakan Disiplin sebagai upaya
mengendalikan
diri
dan
sikap
mental
individu
atau
masyarakat
dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Dengan kata
lain, disiplin adalah kepatuhan menaati peraturan dan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Depdiknas (1992:3) didiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuen
seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan
dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan.
Fathoni (2006: 172) kedisiplinan merupakan fungsi operatif Manajemen
Sumber Daya Manusia yang terpenting kerena semakin baik didiplin seseorang,
semakin tinggi prestasi kerja yang dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi
organisasi mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menanti suatu peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kedisiplinan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai
dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak.
Menurut Prijodarminto (1994: 23) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah
menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses
binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Jadi disiplin belajar adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban.
Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin
diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi.
Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan
pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang
salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang
bertanggung jawab. Menurut Siswanto (2001: 278) disiplin adalah suatusikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan untuk menerima
sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan.
Sekolah yang memiliki sistem tata tertib yang baik dapat tercermin melalui guru
dan siswa yang hadir tepat waktu, menjalankan tata tertib sekolah, serta menegakkan
prinsip dengan memberikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi yang
berprestasi. Disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan,
hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku. Dalam hubungannya dengan
disiplin kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan
unsur yang dapat menggairahkan kerja bahkan dapat pula sebaliknya.
Siswa
yang
memiliki
disiplin
akan
menunjukkan
ketaatan,
dan
keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara
terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih
mampu
mengarahkan
dan
mengendalikan
perilakunya.
Disiplin
memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalamhal
belajar. Disiplin akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.
Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat diketahui
bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan
dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
5. Kerja Keras
Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan melakukan
sesuatu, yang dilakukan atau yang sedang diperbuat. Sementara itu, definisi kerja
menurut Magnis Soseno menyebutkan bahwa kerja adalah melakukan kegiatan yang
direncanakan
dengan pemikiran khusus demi pembangunan dunia dan hidup
manusia. Kerja merupakan hak istimewa manusia oleh karena itu merupakan
keharusan bagi manusia untuk melakukan. (Soewarsono et.al, 1996: 4).
Kerja keras adalah usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia
dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap orang wajib berikhtiar maksimal untuk
memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Kebutuhan hidup manusia baik
jasmani maupun rohani harus terpenuhi. Kebutuhan jasmani antara lain makan,
pakaian dan tempa tinggal sedangkan kebutuhan rohani diantaranya ilmu
pengetahuan dan nasehat. Kebutuhan itu akan diperoleh dengan syarat apabila
manusia mau bekerja keras dan berdo’a maka Allah pasti akan memberikan nikmat
dan rizki-Nya.
Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua manusia. Karena itu untuk
mencapai tujuan hidup manusia harus bekerja keras terlebih dahulu. Dalam lingkup
belajar, kerja keras sangat diperlukan sebab belajar merupakan proses ang
membutuhkan waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalasmalasan.
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan)
dengan sebaik-baiknya serta menggabungkan tenaga diri pribadi dengan orang kain
untuk bekerja demi mencapai suatu tujuan. Perilaku kerja keras dapat dilakukan
dengan melakukan pengelolaan pembelajaran yang menantang, berkompetisi secara
fair, mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi serta memberikan
penghargaan kepada siswa yang berprestasi tersebut.
Dari pendefinisian kerja keras kata perkata, dapat kita simpulkan bahwa kerja
keras adalah suatu pandangan hidup yang khas yang menggambarkan kualitas hidup
suatu golongan atau bangsa dalam upaya khusus guna membangun hidup manusia .
Namun tentu pengertian ini belum dapat menjelaskan secara jelas definisi dari kerja
keras, maka kiranya kita pun perlu menelaah definisi kerja keras dari berbagai ahli.
6. Kreatif
Menurut Munandar (2004), kreatif adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang
diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan
(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Chaiken dan Stangor
(Zakaria,1.2006) menyatakan kreativitas adalah sebagai suatu tindakan, ide, atau
produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.
Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya
(Munandar, 2004:25).
Berpikir kreatif adalah proses berpikir yg menghasilkan kreativitas. Kreativitas
sangat penting untuk menyiasati segala keterbatasan yg kita miliki, memecahkan
masalah pada berbagai aspek kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya
baru untuk memudahkan kehidupan kita. Kreativitas merupakan bahan bakar yg
menghasilkan energi atau gairah.
Ada beberapa asumsi kreatif (Dwijanto, 2006:221) yang diangkat dari teori
dan berbagai studi tentang kreativitas, antara lain (1) setiap orang memiliki
kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama
sekali tidak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana
mengembangkan kreativitas tersebut; (2) Kreativitas dinyatakan dengan produk
kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria
puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang; (3) Aktualisasi
kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis
(internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing
faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai asumsi interaksional
atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer;
(4) Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat
menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut
dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu
dengan yang lain; (5) Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman,
melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas
orang-orang yang berkarya sebelumnya; dan (6) Jadi kreativitas merupakan
kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal
yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir
hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut
kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.
Kreatif merupakan cara berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah
dimiliki.
Siswa yang kreatif dapat terlihat pada saat siswa tersebut mampu menciptakan
ide-ide baru di sekolah, menghargai setiap karya unik dan berdeda serta mampu
membangun suasana belajar yang mendorong munculnya kreativitas siswa.
7. Mandiri
Menurut Zakiyah Daradjat mandiri merupakan kecenderungan anak untuk
melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong kepada orang lain. Juga
mengukur kemampuannya untuk mengarahkan kelakukannya tanpa tunduk kepada
orang lain. Biasanya anak yang berdiri sendiri lebih mampu memikul tanggung
jawab, dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.
Menurut Enung Fatimah mendefinisikan mandiri (berdiri diatas kaki sendiri
dengan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung dengan orang lain serta
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Mandiri yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing
untuk maju demi kebaikannya serta ampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dan emiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan
tugas-tugasnya serta bertanggung jawab terhadap apa yang di lakukannya. Mandiri
pula merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Menurut J.L.G.M. Drost S.J, menyatakan bahwa kemandirian adalah keadaan
kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan badan) dalam kesatuan pribadi.
Dengan kata lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif
selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri
dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada akhirnya
akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat
berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan
kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya.
Agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di
sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan.
8. Demokratis
Menurut A.W. Nashruddin (1999:117) demokrasi adalah sebuah sistem
kehidupan yang menempatkan pendapat rakyat sebagai prioritas utama pengambilan
kebijakan, di mana pendapat tersebut harus memenuhi kriteria agama, susila, hukum
dan didasari semangat untuk menjunjung kemaslahatan bersama. Suara atau pendapat
rakyat harus diiringi rasa tanggungjawab dan komitmen positif atas pelaksanaanya
juga harus melalui evaluasi secara terus-menerus agar selalu sesuai dengan kebutuhan
bersama. Demokrasi bukan hanya sebagai alat politik semata tetapi juga membentuk
berbagai aspek tata masyarakat lainnya, seperti ekonomi, sosial maupun budaya.
Masyarakat yang berhak menyalurkan suara dan pendapatnya boleh didengar hanya
bagian masyarakat yang faham dan mampu mempertanggungjawabkan pendapatnya
baik secara keilmuan, sosial maupun syar'i.
Menurut Yusuf Al-Qordhawi demokrasi adalah wadah masyarakat untuk
memilih sesorang untuk mengurus dan mengatur urusan mereka. Pimpinanya bukan
orang yang mereka benci, peraturannya bukan yang mereka tidak kehendaki, dan
mereka berhak meminta pertanggungjawaban penguasa jika pemimpin tersebut salah.
Merekapun berhak memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak boleh dibawa
ke sistem ekonomi, sosial, budaya, atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan
tidak mereka sukai.
Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain yang mengandung nilai-nilai budaya
tersendiri.
Nilai demokratis dapat tercermin melalui sistem pemilihan ketua kelas dan
pengurus kelas, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, dan mendasarkan
setiap keputusan pada musyawarah mufakat. Demokrasi terbentuk menjadi suatu
sistem pemerintahan sebagai respon kepada masyarakat umum yang ingin
menyuarakan pendapat mereka. Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi
rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua orang dapat
mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja.
9. Rasa ingin tahu
Menurut Hardjana (1994), rasa ingin tahu merupakan kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak
dirasakan atau keinginan hal tertentu. Rasa ingin tahu dapat diartikan kecenderungan
untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang
atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).
Menurut Gie (1998), rasa ingin tahu berarti sibuk, tertarik, atau terlihat
sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.
Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa
dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh
pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya
di sekolah.
Rasa ingin tahu merupakan suatu sikap dan tindakan siswa yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
Rasa ingin tahu siswa dapat
ditumbuh kembangkan dengan memberikan
fasilitas baikmelalui media cetak maupun elektronik agar siswa dapat mencari
informasi yang baru dan dalam sistem pembelajaran diarahkan untuk mengeksplorasi
keingintahuan siswa. Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan
perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar, terbukti dengan
pengamatan pada spesies hewan manusia dan banyak. Istilah ini juga dapat digunakan
untuk menunjukkan perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu.
Seperti emosi Rasa ingin tahun merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru, rasa
ingin tahu adalah kekuatan pendorong utama di balik penelitian ilmiah dan disiplin
ilmu lain dari studi manusia.
Rasa ingin tahu merupakan setiap perilaku alami ingin tahu, terbukti dengan
pengamatan di banyak spesies hewan, dan merupakan aspek emosional dari makhluk
hidup yang menimbulkan eksplorasi, investigasi dan belajar. Pada dasarnya, itu
menggambarkan jumlah yang tidak diketahui mekanisme psikologis dari perilaku
yang memiliki efek mendorong umat untuk mencari informasi dan interaksi dengan
lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
Rasa ingin tahu sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat
dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat
dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak
menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar
tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua
dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya
(Slameto, 1995).
10. Semangat kebangsaan
Menurut Otto Bauar (2009) nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau
karakter yang timbul karena perasaan senasib. Menurut Hans Kohn (2009)
nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness.
Dengan perkataan lain nasionalisme adalah bentuk dari kesadaran nasional berbangsa
dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam
arti politik, yaitu negara nasional.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Semangat kebangsaan merupakan sifat nasionalisme yang berdasarkan
Pancasila yang selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negar di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Semangat kebangsaann adalah perasaan
bangga/cinta terhadap bangsa dan tanah airnya dengan tidak memandang bangsa lain
lebih rendah derajatnya. Dalam membina nasionalisme harus dihindarkan paham
kesukuan
chauvinisme,
ekstrimisme,
kedaulatan
yang
sempit.
Pembinaan
nasionalisme juga perlu diperhatikan paham kebangsaan yan gmengandung
penegrtian persatuan dan kesatuan Indonesia, artinya persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia.
Semangat kebangsaan merupakan carara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Untuk menumbuhkan semangat kebangsaan pada diri seorang siwa dapat
dilakukan melalui hal yang kecil yaitu memajang gambar tokoh-tokoh bangsa,
melaksanakan upacara secara rutin, memperingati hari-hari besar nasional,
berkunjung ke tempat-tempat bersejarah dan mengikutsertakan dalam kegiatankegiatan kebangsaan.
11. Cinta tanah air
Menurut Badjoeri Widagdo (2004). Cinta tanah air ialah perasaan cinta terhadap
bangsa
dan
negaranya
sendiri.Usaha
membela
bangsa
dari
serangan
penjajahan.Dalam cinta tanah air terdapat nilai-nilai kepahlawanan ialah rela dengan
sepenuh hati berkorban untuk bangsa dan Negara.
Cinta tanah air dan bangsa pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah
kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung
ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan
saat ini apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi
“founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah
air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau
saja rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi
bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali
dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita
sebagai bangsa.
Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Cinta adalah
ungkapan hati, pikiran, dan perbuatan untuk menunjukkan kasih sayang yang sangat
tinggi pada seseorang. Cinta dan kasih sayang merupakan dimensi emosional
kelompok. Orang yang menjadi bagian dari kelompok akan selalu membutuhkan
cinta dan kasih sayang, baik dari dalam kelompoknya maupun dari luar. Cinta yang
tulus akan melahirkan perbuatan yang terbaik, berlalunya amarah dan munculnya
sikap memahami dan memerhatikan orang lain.
Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini baik di
PAUD Non Formal, TK atau RA melalui Tema Tanah Airku, misalnya dengan
upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila. Meskipun lagu
Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi dengan
membiasakan mengajak menyanyikannya setiap hari Senin, maka anak akan hafal
dan bisa memahami isi lagu. Merah Putih bisa diangkat menjadi sub tema
pembelajaran. Kegiatannya bisa diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap
perilaku maupun kemampuan dasar. Pada aspek sikap perilaku, melalui cerita anak
bisa menghargai dan mencintai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai
Bendera Merah Putih dengan merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati
bendera ketika dikibarkan, serta tidak untuk permainan.
Warga negara Indonesia sudah selayaknya kita menghormati bangsa dan negara
kita sendiri apapun adanya dan kondisinya. Orang-orang yang tidak menghormati
serta membenci bangsa dan negara tempat kelahirannya bisa disebut sebagai
penghianat. Apa salahnya tanah air kita yang begitu kaya raya dan indah, karena
kesalahan hanya ada pada manusia-manusianyalah yang menciptakan kebencian.
Dengan adanya rakyat yang mencintai tanah airnya, maka negara akan aman dari
berbagai macam gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar negara.
Dengan cinta tanah air kita dapat bahu membahu membangun negri ini agar bisa
sejajar dengan negara-negara maju. Dengan menyayangi negara indonesia ini kita
akan berupaya sekuat tenaga memberikan yang terbaik bagi sesama, bukan malah
menghancurkannya. Banyak pihak asing yang ingin menguasai dan merusak negara
kita, sehingga perlu kita jaga dan pertahankan hingga titik darah penghabisan. Kalau
bukan kita siapa lagi? dan kita mau tinggal di mana kalau kita kehilangan negara ini.
12. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain
serta memberikan reward setiap warna sekolah yang berprestasi.
Pengembangan
pendidikan
karakter
bangsa
melalui
Integrasi
Mata
Pelajaran,Pengembangan Diri dan Budaya Sekolah dengan melakukan proses
pendidikan
dilakukan
peserta
didik
secara
aktif
dan
menyenangkan.
Melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang mengarah pada
semangat berprestasi siswa ,setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan
kognitif ,afektif psikomotorik dan spiritualitas.
Menurut Sardiman A.M (2001:46) “ menghargai prestasi adalah kemampuan
nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik
dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.
Kepemimpinan ,keteladanan ,keramahan ,kerja keras ,rasa kebangsaan dan
semangat berprestasi harus menjadi budaya sekolah terutama tokoh guru yang
sepatutnya di gugu dan ditiru. Tercermin dalam perilaku guru dan indikator
pembelajaran dikelas yang menciptakan pembelajaran untuk memotivasi peserta
didik berprestasi.
Sedangkan menurut Nasrun Harahap (2008:16) berpendapat bahwa menghargai
prestasi adalah suatu sikap atau tindakan penilaian pendidikan tentang perkembangan
dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang
disajikan kepada siswa.
Pendidkan karakter pada diri siswa lebih menekankan pada tingkah laku siswa
tersebut kepada orang lain serta mampu menghargai setiap perbedaan yang ada.
Menghargai prestasi yang telah dicapai oleh siswa dapat mencerminkan tantang
bagaimana penilaian terhadap perkembangan dan kemajuan siswa tersebut.
13. Bersahabat/komunikatif
Menurut Raymond Ross (1997) komunikatif/komunikasi adalah proses
menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu
pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator.
Menurut wilbur schram dalam uraiannya “How Communication Work”
mengatakan komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata communio atau common.
Bilamana kita mengadakan komunikasi itu berarti membagikan informasi …. agar si
penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. (Communication
comes from latin, communio = common when we communication are the sender
tuned together for a particular message). Jadi esensi komunikan adalah menemukan
dan memadukan si penerima dan si pengirim.
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian
Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu ”Human
communication is the process through which individuals –in relationships, group,
organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another”. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.
Bersahabat/komunikatif merupakan sikap dan perilaku yang saling menghargai
dan menghormati antar sesama serta tidak membeda-bedakan dalam berkomunikasi.
Komunikatif artinya mampu menyampaikan pesan dengan baik. Artinya, pesan yang
diterima oleh penerima (receiver) sama dengan maksud pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan (sender). Yang dimaksud pesan (message) disini bukan hanya
informasi, namun termasuk juga pemikiran, keinginan dan perasaan.
Bahasa komunikatif selalu melekat pada berbagai hubungan dengan dunia.
Tindakan komunikatif bersandar pada proses kooperatif interpretasi tempat partisipan
berhubungan bersamaan dengan sesuatu di dunia objektif, sosial, dan subjektif.
Pembicara dan pendengar menggunakan sistem acuan ketiga dunia tersebut sebagai
kerangka kerja interpretatif tempat mereka memahami definisi situasi bersama.
14. Cinta damai
Cinta damai dimana selalu menjaga rasa damai di kehidupan kita dengan cara
mencintai sesama tak memandang suku,ras ataupun agama agar kita selalu bersatu
dan saling menghargai satu sama yang lainnya di negara kesatuan Republik indonesia
yg kita cintai ini. Cinta ini yang berarti luas yaitu mencintai sesama
manusia,mencintai alam dan mencintai hewan.Karena kita selaku manusia harus tahu
bahwa kita hidup di dunia membutuhkan alam yang indah,yang sehat, dan bersahabat.
Pendidikan perdamaian menjadi bagian dalam kajian bencana karena timbulnya
konflik kekerasan bisa mengganggu keberlangsungan hidup suatu masyarakat,
menimbulkan rasa takut, memakan korban jiwa dan menyebabkan rusaknya aset-aset
penghidupan, serta menyababkan hilangnya akses ekonomi, sosial dan politik
seseorang atau suatu komunitas. Dengan kata lain, bencana bukan hanya ancaman
yang bersumber dari alam, tetapi juga ancaman yang berasal dari situasi sosial yang
tidak sehat. Ada banyak definisi dan teori tentang damai atau perdamaian. Definisi
yang paling banyak dipahami adalah tidak adanya perang atau konflik kekerasan.
Sementara dari faktor penyebab, pemahaman tradisional menyatakan perdamaian
akan tercipta ketika individu memiliki rasa kedamaian dalam dirinya sendiri,
memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan pikirannya agar tidak melakukan
tindakan yang merugikan orang lain serta bisa memicu terjadinya konflik kekerasan
secara terbuka. Perdamaian adalah konsep dan cara pandang yang positif baik
terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
Menurut Agustinus Takndare (2007) Cinta damai adalah sebuah situasi yang
harmoni dalam kehidupan alami antar manusia di mana tidak ada perseturuan ataupun
konflik. Bisa diartikan juga tidak adanya kekerasan dan sistem keadilan berlaku baik
dalam kehidupan pribadi, antar personal, maupun dalam sistem keadilan sosial politik
lokal, menyeluruh, dan secara global.
Cinta damai atau perdamaian adalah istilah yang enak didengar dan indah
dibayangkan. Damai identik dengan suasana tanpa kekerasan, adanya harmoni,
toleransi, saling menghargai dan relasi yang setara antar individu maupun komunitas
yang hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu wilayah tertentu
pula. Namun damai juga menjadi suatu mimpi yang tidak bisa dijangkau oleh
sebagian warga di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia yang memiliki
sejarah panjang konflik kekerasan dengan berbagai latar belakang penyebabnya.
Cinta damai merupakan suatu sikap dan perilaku yang mampu menciptakan
suasana yang tentram, tidak menoleransi segala bentuk tindak kekerasan serta mampu
mendorong terciptanya keharmonisan dilingkungan sekitar baik itu dilingkungan
kelas, sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
15. Gemar membaca
Menurut hodgson (2002: 43-44), membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan,
yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat
dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan
tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca merupakan sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia.
Dengan membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang
tidak kita ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan buku, maka
di jaman yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada membaca buku
karena segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.
Untuk menumbuhkan minat membaca siswa harus didukung dengan adanya
sumber bacaan atau referensi dalam setiap pembelajaran.
Dengan adanya ruang baca, baik di perpustakaan maupun ruang khusus tertentu
siswa tersebut akan merasa nyaman berada di perpustakaan yang menyediakan bukubuku yang sesuai dengan perkembangan siswa serta dapat menarik minat baca siswa
itu sendiri. Membaca merupakan satu di antara keterampilan berbahasa. Manfaat dari
membaca adalah kita akan memperoleh ilmu pengetahuan yang pastinya ilmu
tersebut sangat berguna bagi kita. Sebelum kita mengenal jauh tentang membaca.
16. Peduli lingkungan
Menurut Suparno (2004:84), sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan
adanya peghargaan terhadap alam. Hakikat penghargaan terhadap alam adalah
kesadaran bahwa manusia menjadi bagian alam, sehingga mencintai alam juga
mencintai kehidupan manusia. Mencintai lingkungan hidup dan alam haruslah
diarahkan agar ada sikap untuk mencintai kehidupan. Jika semua orang mencintai
lingkungan hidup dan alam, maka semua orang akan peduli untuk memelihara
kelangsungan hidup lingkungan, tidak pernah merusak dan mengeksploitasi sehingga
di kemudian hari tercipta lingkungan yang menguntungkan semua manusia yang
termasuk bagian dari lingkungan tersebut.
Kepedulian lingkungan dapat dinyatakan dengan sikap mendukung atau
memihak terhadap lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam kesediaan diri untuk
menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan
dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Dari pengertian ini
dapat dikatakan pula kepedulian lingkungan seseorang rendah jika seseorang tidak
mendukung atau tidak memihak terhadap lingkungan dan kepedulian lingkungan
tinggi jika seseorang mendukung atau memihak terhadap lingkungan.
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin
memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan baik itu di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.
Sekolah yang peduli akan lingkungan dimana mampu menjaga lingkungan kelas
dan sekolah, memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik tanpa menginjak atau
merusaknya, mendukung program go green (penghijauan) di lingkungan sekolah,
tersedianya tempat utuk membuang sampah organik dan sampah non organik dan
menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat cuci tangan.
Guru memfasilitasi siswa agar peduli lingkungannya seperti lingkungan sosial,
ekonomi, budaya, dan sebagainnya dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu
secara positif dan dinamis.
Dapat ditarik kesimpulan kepedulian lingkungan adalah tingkat fokus perhatian
terhadap suatu tempat dimana suatu makhluk hidup itu tumbuh yang meliputi unsur
unsur penting seperti tanah, air dan udara, yang mana memiliki arti penting dalam
kehidupan setiap makhluk hidup, dimana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya,
yang
mencakup lingkungan hidup alami, lingkungan hidup binaan atau buatan dan
lingkungan hidup budaya atau sosial.
17. Peduli sosial
Peduli sosial memiliki banyak makna, tetapi pada umumnya semua pihak
hampir sepakat bahwa peduli sosial merujuk pada kegiatan amal baik kepada sesama.
Dalam tulisan ini peduli sosial tidak hanya bermakna parsial tetapi lebih merujuk
pada usaha seseorang untuk menyelamatkan warga bangsa sesuai dengan kemampuan
dan kewenangan yang dimilikinya. Warga bangsa tidak hanya dalam jumlah banyak
tetapi satu atau dua orang saja, termasuk warga bangsa.
Menurut Abu Ahmadi (1998) Peduli sosial adalah kesadaran individu yang
menemukan perbuatan yang nyata terhaap obyek sosial atau yang berhubungan
dengan pegaulan hidup/lapangan masyarakat.
Implementasi dari peduli sosial sangat mudah dan dapat dilakukan setiap saat,
misalnya senyum kepada orang lain hingga pihak lain merasa nyaman adalah contoh
perbuatan peduli sosial. Seorang dokter yang menyapa pasien dengan lemah lembut
penuh kasih sayang adalah peduli sosial, karena mungkin hanya dengan perhatian
seperti itu telah membantu mengobati pasien. Lebih jauh dari itu, peduli sosial dapat
pula dilakukan tanpa orang lain mengetahuinya.
Sedangkan menurut W.A Gerungan peduli sosial merupakan sikap sosial yang
di nyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek
sosial dan menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang di nyatakan berulangulang terhadap obyek sosial, dan biasanya sikap peduli sosial itu di nyatakan tidak
hanya oleh seorang saja, melainkan juga oleh orang-orang lainnya sekelompok atau
masyarakat.
Peduli sosial merupakan sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan
berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum dimana pihak sekolah
memberikan bantuan kepada siswa, lingkungan yang kurang mampu serta melakukan
kegiatan bakti sosial di daerah atau kawasan marjinal. Peduli Sosial Peduli sosial
merupakan perilaku warga bangsa untuk dapat melakukan perbuatan baik terhadap
sesama yaitu berbagi, membantu, dan atau mempermudah pihak lain dalam
melakukan urusannya (urusan yang benar dan baik). Orang yang mempersulit urusan
orang lain adalah orang yang tidak peduli sosial.
18. Tanggung jawab
Menurut Ridwan Halim (1988) mendefinisikan tanggung jawab sebagai suatu
akibat lebih lanjut dari pelaksanan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun
kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan sebagai
kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu.
Menurut Purbacaraka (1988) tanggung jawab bersumber atau lahir atas
penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan
hak atau/dan melaksasanakan kewajibannya. Lebih lanjut ditegaskan, setiap
pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak, baik yang dilakukan secara tidak
memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai
dengan pertanggungan jawab, demikian pula dengan pelaksanaan kekuasaan.
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
Tanggung jawab pula merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab memiliki nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Tanggung jawab adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa harus
bertanggung jawab kepada guru, orang tua, dan diri sendiri. Tanggung jawab
merupakan sesuatu yang mendampingi hak asasi manusia sejak lahir.dapat kita lihat
tanggung jawab mengandung 2 unsur kata yaitu menangggung dan menjawab
.menanggung sendiri yaitu memikul sesuatu baik nyata ataupun tidak sedangkan
menjawab adalah sesuatu hasil yang mutlak dari sebuah reaksi manusia dalam
merespon sesuatu disekitarnya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia
tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung
jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari
sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
2. Kerangka Pemikiran
PENERAPAN
PERENCANAAN
NNNNNNNNN
1. Perencanaan
program/kegiatan
2. Pihak-pihak yang
terlibat dalam
penyusunan
perencanaan
program/kegiatan
3. Merumuskan
tujuan
4. Pengaturan jadwal
program/kegitatan
PELAKSANAAN
N
1. Proses
pelaksanaan
pendidikan
karakter
EVALUASI
1. Membuat format
penilaian
2. Melakukan
penilaian terhadap
hasil
progrsm/kegiatan
yang telah
dilakukan.
PENCAPAIAN
TUJUAN
Penerapan dapat diartikan sebagai suatu proses yang dimanifestasikan dalam
bentuk kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membuat perencanaan,
pelaksaan, dan evaluasi atas kegiatan yang dilakukan, melalui sistem kerjasama yang
kooperatif dengan memperhatikan secara seksama prinsip – prinsip efisien.
Sejalan dengan itu, dalam melaksanakan kegiatan penerapan pendidikan
karakter pada kelas akselerasi di SMA Negeri 3 Gorontalo memahami penerapan
yaitu, perencanaan pendidikan karakter, pelaksanaan pendidikan karakter dan
evaluasi pendidikan karakter agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama
atau dengan kata lain, jika kita memperhatikan dan menerapkan menejemen atau
system penerapan yang baik, maka seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat
dilakukan seefektif mungkin .
C. Evaluasi Pendidikan Karakter pada Kelas Akselerasi
Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan
lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak
dikaitkan dengan evaluasi hasil. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki
makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang
dilakukan secara terencana, sistematik, dan terarah pada tujuan yang jelas. (Kesuma,
dkk 2011:137)
Menurut UU tentang Sissiknas tahun 2003 evaluasi dilakukan dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang menjadi
sasaran dari evaluasi tersebut adalah peserta didik, lembaga dan program pendidikan
pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Sementara evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
Suchman dalam Arikunto dan Jabar (2010:1) memandang, “evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”. Definisi lain dikemukakan oleh
Stutflebeam (Arikunto & Jabar, 2010:2) mengatakan bahwa, “evaluasi merupakan
proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat
bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatife keputusan”.
Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup
dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada
permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program itu
selesai. (Aqib, 2011:89).
Dari beberapa pendapat di atas evaluasi adalah melihat atau menilai sejauh
mana ketercapaian program yang mulai dari perencanaan,pelaksanaan sampai pada
tahap evaluasi. Ini guna melihat hasil dari ketercapaian program yang sudah
dilaksanakan pada kelas akselerasi dalam pendidikan karakter.
Download