Wardani, I.G.A.K; Wihardit, K; Nasoetion, N, ( 2007), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka. Zainul, A; Mulyani, A, (2003), Tes dan Assessmen di SD, Jakarta: Universitas Terbuka. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 12 1. Dalam mengajar guru harus menggunakan bermacam-macam metode 2. Guru hendaknya mengaitkan materi yang dipelajari dengan lingkungan terdekat siswa agar dapat memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dalam mengikuti pelajaran. 3. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi siswa, baik secara kelompok maupun klasikal. 4. Guru hendaknya menggunakan alat peraga setiap kali menyampaikan materi pembelajaran, agar siswa tidak verbalisme dan materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dari pengalaman peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan PTK, disamping keberhasilan meningkatkan motivasi siswa, peneliti juga merasa termotivasi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran dan mencari cara penyelesaian dari masalah-masalah yang sebenarnya banyak ditemui guru di dalam kelas. Serta peneliti berusaha untuk berdiskusi dengan teman sejawat maupun kepala sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran agar lebih bermakna bagi guru dan siswa. DAFTAR PUSTAKA Andayani, dkk, (2008), Pemantapan Kemampuan Professional, Jakarta: Universitas Terbuka. Balitbang, Depdiknas, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdiknas Hidayat, Enday (2011). Kompilasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: MEI. Gagne, Robert M. (1977). The Conditioning of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston. Hermawan, Ruswandi. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press. Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Kurikulum 2006, (2006), Standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat satuan pendidikan sekolah dasar kelas 3, Jakarta: Depdikbud Mikarsa, Hera Lestari, (2007), Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Sanjaya, Wina, (2008), Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 11 3. Saat dilaksanakan tes formatif dengan memberikan sepuluh pertanyaan, hanya 6 orang siswa yang mendapat nilai di atas 60. Siklus kedua ini menghasilkan: 1. Siswa sudah terbiasa dengan dua orang guru di dalam kelas. Perhatian siswa sudah terpusat pada guru. 2. Saat proses pembelajaran guru menggunakan alat peraga sederhana dan siswa mulai aktif, terlebih saat diberikan pertanyaan, terlihat mereka sangat senang. Awalnya mereka hanya berbicara dengan teman sebelahnya, tetapi saat pembahasan soal melalui diskusi kelas siswa yang awalnya pasif berani untuk menjawab di depan kelas. 3. Kemajuan sangat terasa, kelas menjadi hidup saat diajukan pertanyaan kepada semua siswa sudah separuh kelas yang mau tunjuk tangan. 4. Saat dilaksanakan tes formatif, tampak peningkatan nilai yang cukup baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan, peneliti dan teman sejawat dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mengaitkan lingkungan siswa dengan materi yang akan disampaikan dapat memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. 2. Penggunaan metode akan lebih baik jika tidak hanya ceramah dan tanya jawab tetapi harus bervariasi dengan metode lainnya. 3. Pendekatan belajar dengan menggunakan metode demonstrasi sangat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelompoknya maupun dengan teman sekelasnya. Juga melatih siswa untuk menghargai teman, selain itu proses pembelajaran dirasakan lebih bermakna bagi siswa. 4. Penggunaan alat peraga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, siswa tampak lebih bersemangat, lebih kreatif dan menghindari verbalisme siswa. Saran Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, serta untuk meningkatkan peran serta siswa di kelas, yaitu: PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 10 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai Yang Diperoleh Siswa 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I 3 siswa 2 siswa 17 siswa 9 siswa 16 siswa 3 siswa 3 siswa - Siklus II 3 siswa 11 siswa 20 siswa 14 siswa 4 siswa 1 siswa Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan. Gambaran tentang hasil perbaikan pembelajaran pada tiaptiap siklus dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Perolehan Nilai Per Siklus 20 15 Siswa 10 Siklus I 5 Siklus II 0 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Nilai Memperhatikan grafik di atas dan diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran telah mengalami kemajuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbaikan pembelajaran, hasilnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada nilai hasil perbaikan siklus I dan siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata hanya 50,19 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata dapat mencapai 71,51 1. Pembahasan Dari Setiap Siklus Pada siklus satu, yang dirasakan peneliti dan temuan pengamat adalah: 1. Siswa merasa aneh ketika ada dua orang guru masuk secara bersamaan. Perhatian siswa terpecah antara peneliti dan pengamat yang duduk di bangku paling belakang, setelah dijelaskan siswa dapat mengerti. 2. Saat proses pembelajaran berlangsung siswa pasif, bila ditanya atau diberi kesempatan bertanya yang berani tunjuk tangan hanya empat orang. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 9 14 Siswa ke-14 15 Siswa ke-15 16 Siswa ke-16 17 Siswa ke-17 18 Siswa ke-18 19 Siswa ke-19 20 Siswa ke-20 21 Siswa ke-21 22 Siswa ke-22 23 Siswa ke-23 24 Siswa ke-24 25 Siswa ke-25 26 Siswa ke-26 27 Siswa ke-27 28 Siswa ke-28 29 Siswa ke-29 30 Siswa ke-30 31 Siswa ke-31 32 Siswa ke-32 33 Siswa ke-33 34 Siswa ke-34 35 Siswa ke-35 36 Siswa ke-36 37 Siswa ke-37 38 Siswa ke-38 39 Siswa ke-39 40 Siswa ke-40 41 Siswa ke-41 42 Siswa ke-42 43 Siswa ke-43 44 Siswa ke-44 45 Siswa ke-45 46 Siswa ke-46 47 Siswa ke-47 48 Siswa ke-48 49 Siswa ke-49 50 Siswa ke-50 51 Siswa ke-51 52 Siswa ke-52 53 Siswa ke-53 Nilai Maksimal Nilai Yang Dicapai Rata-rata Nilai PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 80 40 40 70 40 40 40 20 60 50 40 60 60 30 20 40 60 40 30 40 60 60 50 40 70 60 60 80 70 40 60 50 60 40 50 60 80 60 40 50 5300 2660 50,19 8 90 70 70 80 80 60 60 60 70 70 50 70 60 60 60 70 80 70 70 70 80 70 70 80 90 60 80 100 90 70 80 80 70 80 70 80 90 70 70 70 5300 3790 71,51 Bagan 4.2 Pembagian Waktu Pembelajaran Kelas VB No 1 2 3 Jenis Kegiatan Kegiatan awal Kegiatan inti a. Penjelasan materi b. Penugasan soal c. Pembahasan soal d. Evaluasi Kegiatan akhir Total Alokasi Waktu 5 menit 20 menit 20 menit 10 menit 10 menit 5 menit 70 menit (%) 7,14 28,58 28,58 14,30 14,30 7,1 100,00 Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, peran guru menunjukkan presentase terbesar yaitu 20 menit (28,58%). Sementara itu, kegiatan pengerjaan soal dinilai kurang optimal dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran. Hal tersebut diduga memberikan dampak terhadap hasil belajar. Berikut daftar hasil belajar terlihat dalam tabel berikut: Hasil Penelitian Pelaksanaan perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan skenario yang dibuat oleh peneliti. Dari pelaksanaan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut: 1. Hasil Pengolahan Data Data Hasil Penilaian Pada Siklus I dan Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Siklus I Nilai 50 40 50 60 60 50 60 50 60 40 40 20 40 NAMA SISWA Siswa ke-1 Siswa ke-2 Siswa ke-3 Siswa ke-4 Siswa ke-5 Siswa ke-6 Siswa ke-7 Siswa ke-8 Siswa ke-9 Siswa ke-10 Siswa ke-11 Siswa ke-12 Siswa ke-13 PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 7 Siklus II Nilai 50 60 60 80 70 60 80 80 80 50 60 70 70 b. Observas, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang akyivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme. Teknik Pengumpulan Data a. Kuisioner Yaitu daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuisioner kemudian dicatat/direkam. b. Observasi Yaitu kegiatan pengamatan yang melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Pencatatan hasil dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik. c. Wawancara Yaitu pengambilan data melalui wawancara/secara lisan langsung dengan sumber datanya, baik melalui tatap muka atau lewat teleconference. Jawaban responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti. d. Dokumen Yaitu pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dan lembaga/institusi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemaparan Data Pembahasan tentang karakteristik peserta didik ditinjau dari beberapa hal, yakni: jenis kelamin dan prestasi yang telah diraih siswa. Keadaan peserta didik tersebut dapat dijadikan sebagai acuan atau motivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Keadaan peserta didik dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.1 Data Peserta Didik Kelas VI No Jenis Kelamin Jumlah (%) 1 Laki-laki 22 41,51 2 Perempuan 31 58,49 Jumlah 53 100,00 (Sumber didapat dari daftar hadir siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III) PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 6 Metode Demonstrasi Menurut Sanjaya (2008: 147) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Metode demonstrasi adalah metode penyajian palajaran dengan memperagakan dan menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik benda sebenarhya ataupun benda tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi siswa hanya sekadsar memperhatiksn, metode demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran secara lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Data diperoleh melalui pelaksanaan tes, wawancara, dan pengamatan (observasi) secara langsung. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Perolehan data atau penentuan relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur yang digunakan. Dengan demikian, alat ukur penelitian harus memiliki validasi dan reliabilitas. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara dan diskusi. a. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 5 c. Dilihat dari cara/teknik pemakaiannya, media dapat dibagi dalam: 1. Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, dan transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti proyektor dan OHP. 2. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, dan radio. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bojong Menteng III Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2014 sampai dengan 29 Maret 2014. Penelitian dilakukan di kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 53 orang. Untuk memperlancar pelaksanaan perbaikan pembelajaran, disusun jadwal kegiatan sebagai berikut: Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran NO 1 2 HARI / TANGGAL Rabu / 05 Maret 2014 Selasa / 11 Maret 2014 WAKTU 2 X 35 menit 2 X 35 menit SIKLUS I II KETERANGAN Matematika Matematika Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengadopsi model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh John Elliot. Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran meliputi: 1. Tahap Perencanaan, yaitu merencanakan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan tindakan atau sesuai dengan skenario pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan, yaitu melaksanakan segala rencana yang telah disiapkan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, yang mengacu kepada rencana pembelajaran pada tiaptiap siklus. 3. Observer mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung, sedangkan teman sejawatnya menilai proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi yang tersedia. 4. Refleksi, yaitu proses perenungan yang dilakukan oleh peneliti bersama teman sejawat tentang kegiatan yang telah dilakukan dan dijadikan dasar pijakan untuk menyusun rencana tindakan lebih lanjut. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 4 d. Working with colleagues helps teachers and principals in their professional development. Gagne (1970) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media pengajaran adalah semua benda yang menjadi perantara. Terjadinya proses belajar mengajar dapat didukung oleh perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciriciri dari konsep yang di pelajari (Estianingsih, 1994). Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut, misalnya benda-benda kongkrit seperti batu, pensil, dan buku. Secara umum, fungsi media pembelajaran/alat peraga adalah: 1. Sebagai media dalam menanamkan konsep. 2. Sebagai media dalam memantapkan pemahamanterhadap konsep. 3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan konsep dengan dunia di sekitar kita, serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, bergantung dari sudut pandang yang digunakan. a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi dalam: 1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. 3. Media audiovisual, yaitu media yang selain menggunakan unsure suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, misalnya rekaman video. b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam: 1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus. 2. Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, dan video. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 3 Rumusan Masalah Rumusan masalah difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimankah cara memberikan pemahaman kepada siswa kelas VI SDN Bojong Meneteng III dalam menentukan letak titik kordinat catesius? 2. Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi ketika mengikuti proses belajar menentukan titik kordinat menggunakan alat peraga sederhana dan metode demonstrasi? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi dengan penggunaan alat peraga sederhana dan metode demonstrasi? Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III tentang materi menentukan titik kordinat pelajaran matematika 2. Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III denganr menggunakan alat peraga sederhana dan motode demonstrasi.. 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SDN Bojong Menteng III dengan menggunaan alat peraga sederhana dan metode demonstrasi pada pelajaran matematika materi menentukan titik kordinat. KAJIAN PUSTAKA Penelitian tindakan kelas adalah proses peneletian yang sistematis dan terencana melalui tidakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran meningkat (Mills, Geoffrey E, 2000, Schmuck, Richard A, 1997). Heidi Watt dalam Enday Hidayat (2011:42) mengemukakan definisi action research sebagai berikut: Action research is a process in which participants their own educational practice systematically and carefully using the thecniques of research. It is based on the following assumptions: a. Teachers and principals work and then consider ways of identified for themselves. b. Teachers and principals become more effective when encouraged to examine and assess their own work and then consider ways of workinng defferently. c. Teachers and principals help each other by working colaboratively. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 2 PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEDERHANA PAPAN KOORDINAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI MENENTUKAN POSISI TITIK DALAM SISTEM KOORDINAT CARTESIUS DI SDN BOJONG MENTENG III Darsono Guru SDN Bojong Menteng III Kecamtan Rawalumbu Kota Bekasi ABSTRAK Penelitian ini membahas penggunaan alat peraga sederhana papan kordinat untuk meningkatkan kemampuan siswa mengenai materi “menentukan posisi titik dalam Sistem Koordinat Cartesius”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Bojong Menteng III, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, pada tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah 53 orang siswa Kelas VI. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat memotivasi siswa mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik. Direkomendasikan kepada para guru matematika untuk lebih mengoptimalkan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika materi “menentukan posisi titik dalam Sistem Koordinat Cartesius”. Kata Kunci: alat peraga sederhana, kemampuan siswa, koordinat Cartesius PENDAHULUAN Latar Belakang Guru sering menghadapi kendala dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, yang merupakan mata pelajaran dasar bagi peserta didik untuk terampil berhitung, membaca dan menulis. Pada sisi lain, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam mata pelajaran ini. Pada umumnya, faktor penyebab ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional adalah rendahnya kemampuan dalam materi pelajaran matematika. Salah satu materi pelajaran yang relatif sulit dipahami oleh siswa adalah “menentukan posisi titik dalam sistem koordinat cartesius” sehingga siswa seringkali sulit menjawab soal tentang materi ini. Berdasarkan identifikasi masalah secara umum, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Penggunaan Alat Peraga Sederhana dan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasil Pembelajaran Matematika Materi Menentukan Titik Koordinat Cartesius di Kelas VI SDN Bojong Menteng III?”. PARADIGMA Vol: XXI/No, 01 Juli 2015 1