BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Kondisi Sampel Sampel paru-paru sapi yang diperiksa adalah dari tempat pemotongan hewan (TPH) di kota Gorontalo yaitu TPH Andalas dan TPH Biawu. Total sampel yang diperiksa adalah 8 sampel paru-paru yang terdiri dari sampel 1-5 berasal dari TPH Biawu dan sampel no 6-8 berasal dari TPH Andalas. Sampel- sampel tersebut secara umum dengan penampakan morfologi secara umum adalah : 1. Paru-paru dengan seluruh permukaan lobus di semua bagian paru-paru terdapat darah yang menggumpal atau Pneumonia Aspirasi (Sampel 1). 2. Pada jaringan paru-paru tanpak adaanya bentuk struktur yang tidak merata (Sampel 2). 3. Tampak adanya kematian jaringan pada saerah tepi lobus paru-paru (Sampel 3 dan 7) 4. Paru-paru sehat dengan warna merah muda diseluruh lobusnya (Sampel 6). 5. Paru-paru terdapat benjolan hitam disalah satu lobus paru-paru (Sampel 4). 6. Terjadi adanya pengecilan ukuran paru-paru dan berwarna agak kehitaman (Sampel 5). 7. Paru-paru yang terdapat nanah di bagian lobus tertentu serta terdapat darah di seluruh bagian paru-paru (Sampel 8). Keseluruhan sampel yang diambil ada yang sehat dan tidak sehat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. (Sampel 1) (Sampel 2) (Sampel 3) (Sampel 4) (Sampel 5) (Sampel 6) (Sampel 7) (Sampel 8) Gambar 3. Morfologi sampel Paru-paru Sapi dari TPH di Kota Gorontalo 1.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pelaksanaan uji mikrobiologis paru-paru sapi dari tempat pemotongan hewan (TPH) di kota Gorontalo diperoleh bahwa dari sampel paru-paru yang diambil menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yaitu meliputi bakteri dan jamur. Jumlah dan karakteristik makroskopik maupun mikroskopik dari koloni bakteri (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah dan Morfologi Koloni Bakteri yang Terdapat pada Sampel Sampel Jumlah Koloni Jumlah isolat Morfologi Isolat Bentuk Sel Pewarnaan Gram 2 3 4 5 6 7 Batang Gram (+) 2 1. Berwarna putih susu/krim,tepian rata,permukaan licin cembung. 2. Warna putih,agak terang, tepi rata Bulat Gram (-) Bulat Gram (-) Batang Gram (+) 1. 2. 3. 4. 1 1. 7,1 x 106 5 6,15 x10 3,3 x 106 1,5 x 105 2 3,65 x 104 2 1 2 3 3 3. Warna krim,tepi rata 4. Putih transparan, tepi tidak rata 5. Putih transparan tepi tidak rata dengan permukaan datar. 6. Warna krim tepian rata dengan permukaan cembung 7. Putih permukaan cembung tepian rata. 4 Batang Gram (-) Bulat Gram (-) Batang Gram (+) 5 6 8. Warna krim,tepi Batang rata permukaan cembung Gram (+) 9. Putih tepi tidak Bulat rata permukaan datar 10. Putih tepi rata Bulat permukaan cembung Gram (-) Gram (+) 2. - - - 3. 3,0 x 105 2 11. Berwarna putih Bulat Gram (-) susu/krim,tepian rata,permukaan licin cembung 12. Warna putih,agak Bulat Gram (+) terang,tepi rata 4. 3,15 x 105 2 13. Warna krim, Batang Gram (-) Batang Gram (-) permukaan, cembung, tepi rata. 14. Warna putih, padat, permukaan cembung dan tepinya rata Isolat dari keseluruhan sampel baik yang diambil dari TPH Biawu maupun di Andalas secara makroskopik memiliki karakteristik morfologi yang berbeda-beda yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar (Gambar 4) yaitu berwarna putih tepian rata (a), berwarna putih tepi tidak rata (b) berwarna krim (kekuningan) tepi rata, permukaan cembung (c) (a) (a) (c) Gambar 4. Morfologi Isolat Mikroorganisme dari Sampel Paru-paru Sapi di TPH Andalas (a) dan Biawu (b),(c). Selanjutnya untuk mikroorganisme jenis kapang/jamur hanya ditemukan pada sampel no 8 berjumlah satu buah kapang. Morfologi makroskopis koloninya adalah miselium tampak buram (hitam), teksturnya kasar dan berbubuk serta melekat erat pada medium agar (Gambar 5) Gambar 5. Morfologi Koloni Kapang. Setelah diperoleh isolat bakteri dengan morfologi yang berbeda dilakukan uji patogenitas untuk setiap isolatnya dengan menggunakan media agar darah . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keseluruhan isolat bersifat patogen yang ditandai dengan adanya lingkaran bening di sekeliling koloni bakteri berarti bakteri tersebut mampu menghemolis sel darah yang ada di dalam media agar darah (Gambar 6). (Sampel 1) (Sampel 2) (Sampel 3) (Sampel 4) (Sampel 5) (Sampel 7) ( Sampel 8) Gambar 6. Morfologi Isolat di Media Agar Darah yang Positif Patogen Berdasarkan uji tentang pengujian Enterobacteriaceae diperoleh bahwa dari seluruh isolat bakteri yang digoreskan ke media Mac Conkey Agar menunjukkan 4 dari 15 isolat mampu mengubah media menjadi merah bata yaitu no 2, 3, 5 dan 9. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koloni tersebut adalah termasuk kelompok Enterobacteriaceae, sedangkan isolat bakteri yang tidak mampu mengubah media menjadi merah bata bukan termasuk kelompok Enterobacteriaceae (Gambar 7). (a) (b) Gambar 7. Isolat di Media Mac Conkey. (a) Koloni Bakteri yang Tidak Mampu Mengubah Media Menjadi Merah Bata (Bukan Enterobacteriaceae), (b). Koloni Bakteri yang Mampu Mengubah Bakteri Menjadi Merah Bata (Enterobacteriaceae) 4.3. PEMBAHASAN Paru-paru merupakan salah satu organ pernapasan bagi makhluk hidup khususnya mamalia. Paru-paru dapat berfungsi normal apabila dalam keadaan sehat dan tidak terinfeksi suatu agen kimia maupun agen biologi. Agen biologi yang dapat bersifat patogen pada paru-paru dapat berupa bakteri, jamur, parasit maupun virus. Paru-paru yang berada di tempat pemotongan hewan (TPH) di kota Gorontalo khususnya yang terdapat di daerah Andalas dan Biawu setelah di lakukan uji mikrobiologis ditemukan adanya pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme yang tumbuh adalah bakteri dan jamur/kapang. Sampel paru-paru sapi berjumlah 8 sampel, 5 sampel diperoleh dari TPH Biawu dan 3 sampel yang lain berasal dari Andalas. Sapi-sapi yang dipotong di TPH Andalas dan Biawu adalah sapi yang didatangkan dari Marisa, Bongomeme dan daerah yang lainnya. Sampel no 8 diperoleh dari TPH di Andalas dipotong dalam keadaan darurat atau sapi dipotong dalam keadaan sakit. Setelah melakukan uji mikrobiologis ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada sampel paru-paru sapi. Isolat yang tumbuh bisa disebabkan dari kontaminan atau bakteri infeksi. Bakteri yang tumbuh tidak bisa di buktikan sebagai bakteri infeksi karena tidak ada pemeriksaan yang lain, misalnya histopatologi, klinik serta peneliti juga tidak melakukan pemeriksaan agen pembawa kelainan lainnya yaitu virus dan agen kimia. Pada paru-paru yang semestinya tidak ada bakteri (flora normal), keberadaan bakteri dapat terjadi melalui pernapasan, makanan, ataupun melalui lingkungan. Adanya aktifitas bakteri dalam paru-paru bisa mempengaruhi karakteristik makroskopis dari paru-paru. Sampel paru-paru no 8 adalah penampakan makroskopiknya sudah menunjukkan adanya suatu kelainan pada paruparu yang disebakan oleh bakteri. Hal ini bisa dilihat pada sampel paru-paru yang sudah bernanah. Adanya pus atau nanah, nanah terjadi akibat adanya infeksi bakteri. Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi (Anonim,2010). Pada pemeriksaan morfologi isolat sampel no 8, bakteri berbentuk batang gram negatif. Karakteristik ini mendukung karakteristik dari bakteri penyebab kelainan pada paru-paru sapi yang pada umumnya gram negatif misalnya Pasteurella mulcotida. Namun hasil ini belum dijadikan dasar bahwa bakteri tersebut yang menyebabkan kelainan pada paru-paru karena tidak melakukan pemeriksaan agen-agen penyebab penyakit lainnya seperti virus dan agen kimia dan sifat dari infeksi bakteri sebagai infeksi sekunder perlu di jadikan pembandingnya. Keseluruhan isolat yang didapat kemudian diuji dalam media Mac Conkey Agar (MCA) hasilnya ada yang positif dan negatif, untuk isolat yang bisa tumbuh di media ini berarti adalah bakteri kelompok Enterobacteriace yang mampu menfermentasi laktosa sehingga koloni yang tumbuh berwarna merah koloni ini termasuk bakteri gram negatif, bakteri gram positif yang akan terhambat pertumbuhannya pada media MCA karena pada media MCA mengandung garam empedu dan kristal ungu yang akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme gram positif (MacConkey. 1905. J. Hyg. 5:333 dalam Kent and Kubica. 1985) . Sedangkan yang hasilnya negatif (tidak tumbuh) koloni bakteri ini tidak bisa memfermentasi laktosa dimedia MCA sehingga koloni yang terlihat tidak berwarna atau transparan. Keberadaan bakteri kelompok Enterobacteriace pada penampakan paru-paru yang kelainan, sebagai contoh sampel no 1 ditemukan adanya isolat yang termasuk Enterobacteriace hal ini diduga salah satu faktor penyebabnya adalah teknik pemotongan yang salah. Menurut Undang (1995) Posisi hewan ternak yang benar pada proses pemotongan yaitu dalam posisi hewan ternak tersebut digantung, sehingga darah bisa menetes ke bawah. Pemotongan yang dilakukan pada sampel no 1 adalah posisi hewan ternak tidak digantung melainkan baring dengan posisi kepala menengadah keatas yang diikat dengan tali. Hali ini bisa menyebabkan pada saat hewan dipotong pada bagian leher hewan ternak menarik napas kemudian darah masuk ke dalam saluran pernafasan sehingga darah sampai di paru-paru atau Pneumonia Aspirasi. Pertumbuhan bakteri pada sampel ini kemungkinan bakteri flora normal yang ada di saluran pernapasan dan saluran pencernaan ikut terhisap masuk dalam paru-paru melalui darah. Pengujian selanjutnya adalah sifat patogen pada bakeri di media agar darah. Hasilnya semua isolat hasilnya bersifat patogen. Hal ini diindikasikan bakteri yang ditemukan berpotensi untuk menginfeksi paru-paru yang bisa menyebabkan suatu penyakit. kemampuan menngifeksi Bakteri memiliki sel-sel tubuh sehingga menyebabkan patogenisitas. Bakteri menyebabkan kerusakan padaa sel-el karena zat toksi yang dimilikinya atau proses dari sistem imun host. Salah satu penyakit kronis yang disebabkan oleh bakteri adalah tuberkulosis (TB). Mycobacterium tuberculosis menyerang sel paru-paru dan kemudian menghancurkan sel-sel tersebut. Isolat yang diujikan seluruhnya mampu menghemolisis sel darah yang ada di dalam media agar darah ini berarti bakteri tersebut memakan isi sel. Hemolisis adalah proses pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis medium tersebut akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung (Masters, 2002 dalam Anonim 2013). Pengujian sampel paru-paru untuk jamur atau kapang di sampel no 8. Koloni yang tumbuh yaitu mempunyai ciri makroskopis miseliumnya buram (hitam), teksturnya kasar dan berbubuk serta melekat erat pada medium agar. Tumbuhnya jamur di sampel paru-paru belum dapat dinyatakan bahwa jamur atau kapang yang ditemukan itu adalah penyebab dari kelainan paru-paru yang terjadi karena tidak melakukan pengamatan histopatologi.