ANALISIS PENGARUH BID ASK SPREAD, MARKET VALUE, RETURN SAHAM DAN VARIAN RETURN SAHAM TERHADAP HOLDING PERIOD (Studi Empiris Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2006) 0leh : PURWO YUDO WIBOWO 104081002547 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : PURWO YUDO WIBOWO Tempat & Tgl Lahir : TANGERANG, 25 JANUARI 1988 Alamat : KOMP. POLRI KEDAUNG RT 06/06 No. 30 PAMULANG-TANGERANG Handphone : 021-70142787 085711581580 Jenis Kelamin : LAKI-LAKI Agama : ISLAM Motto Hidup : “HIDUP INI PENUH TANTANGAN DAN MOTIVASI ADALAH KUNCINYA” Pendidikan SDN KP BULAK II : 1992 - 1998 SMPN 4 CIPUTAT : 1998 - 2001 SMAN 1 CIPUTAT : 2001 - 2004 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI : 2004 - 2009 ABSTRACK The Objective of this research is to know whether bid ask spread, market value, stock return, variance of stock return either individually and simultaneneously influencing holding period. Sample is taken from the population of all stock listed in Jakarta Stock Exchange from 2004 through 2006 period. The statistical method used in this study is two-stage least squares regression, T-test, F-test and coefficient of determination. The statistical result shows that there is influentially significant bid ask spread and market value to holding period. The stock return and variance of stock return is not significant to holding period. Keyword : bid ask spread, market value, stock return, variance of stock return, holding period. ABSTARK Objek dari penelitian ini untuk mengetahui bid ask spread, market value, varian return saham baik secara parsial maupun simultan terhadap holding period. Sampel yang digunakan dari populasi merupakan saham yang terdaftar di bursa efek Jakarta dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Metode statistik yang digunakan adalah metode regresi berganda, uji t, uji f, uji koefisien determinasi. Hasil statistik menunjukkan bahwa bid ask spread dan market value mempengaruhi holding period secara signifikan. Dan return saham dan varian return saham tidak mempengaruhi holding period secara signifikan. Kata kunci : bid ask spread, market value, return saham, varian return saham, holding Period. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang dengan rahmatnya telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita panjatkan sholawat dan salam kepada junjungan nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah swt. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham, Varian Return Saham terhadap Holding Period” Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik, pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi pembaca. Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya : 1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual, maupun material untuk menjalankan skripsi ini. 2. Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah. 3. Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini. 4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik, Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani mahasiswa. 6. Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh rekan manajemen D yang selama perkuliahan membantu dalam kegiatan belajar. Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat. Dan dibukakan jalan yang baik. Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki skripsi ini. Jakarta, Desember 2008 Penulis DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup………………………………………………… i Abstrack................................................................................................. ii Abstrak................................................................................................... iii Kata Pengantar....................................................................................... iv Daftar Isi................................................................................................. vi Daftar Tabel............................................................................................ ix Daftar Grafik ........................................................................................ x Daftar Lampiran...................................................................................... xi Bab I Pendahuluan…………………………………………………... 1 A. Latar Belakang Penelitian…………………………………. B. Perumusan Masalah……………………………………….. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….. 1 9 9 Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………. 11 A. Pengertian Pasar Modal……………………………………. B. Holding Period……………………………………………... C. Bid Ask Spread…………………………………………….. D. Market Value………………………………………………. E. Return Saham………………………………………………. F. Varian Return saham……………………………………….. G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat … H. Penelitian Terdahulu……………………………………….. I. Kerangka Pemikiran............................................................... J. Hipotesis Penelitian................................................................. 11 15 16 19 21 23 23 24 27 29 Bab III Metodelogi Penelitian………………………………………. 30 A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………. B. Metode Penentuan Sampel ………………………………… C. Metode Pengumpulan Data………………………………… D. Metode Analisis……………………………………………. E. Operasional Variabel Penelitian……………………………. 30 30 33 34 42 Bab IV Hasil dan Pembahasan……………………………………… 46 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………..… 46 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia…………... … 2. Struktur Organisasi………………………………..... 3. Indeks Bursa Efek Indonesia……………………….. 46 49 49 B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif.............................. 52 1. Pengolahan Data......................................................... 2. Analisis Deskriptif Variabel...................................... 52 53 C. Uji Asumsi Klasik.................................................................. 61 1. Uji Normalitas Data.................................................... 2. Uji Multikolinearitas.................................................. 3. Uji Autokorelasi......................................................... 4. Uji Heteroskedastisitas............................................. 61 62 63 65 . D. Uji Analisis Regresi Berganda.............................................. 66 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)............................... 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t).................................... 3. Uji Koefisien Determinansi (R2)................................ 4. Hasil Analisis Regresi Berganda................................ 66 68 70 71 Bab V Kesimpulan, Implikasi, Saran……………………………….. 76 Daftar Pustaka Lampiran Daftar Tabel Nomor Keterangan 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 Deskripsi Holding Period Deskripsi Bid Ask Spread Deskripsi Market Value Deskripsi Return Saham Deskripsi Varian Return Saham Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Koefisien Korelasi Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Durbin Watson Hasil Uji Signifikasi Simultan Hasil Uji Signifikasi Parsial Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Halaman 53 55 57 58 60 62 63 64 65 67 68 70 Daftar Grafik Nomor Keterangan 1.1 4.1 4.2 4.3 Transaksi Saham & IHSG Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia Hasil Uji Normalitas Data Hasil Uji Heteroskedastisitas Daftar Lampiran Halaman 8 49 61 66 Nomor Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Daftar Harga Saham Penutupan Daftar Harga Ask Daftar Harga Bid Daftar Volume Perdagangan Daftar Jumlah Saham Yang Beredar Daftar Bid Ask Spread Daftar Market Value Daftar Return Saham Daftar Varian Return Saham Daftar Holding Period Output SPSS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi saat ini diiringi dengan makin banyaknya investasi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi mulai dari investasi pada sektor riil maupun investasi pada sektor finansial. Dalam melakukan pilihan terhadap investasi cukup banyak namun resiko yang akan dihadapi dan keuntungan yang akan diperoleh juga akan berbeda tergantung pilihan investasi kita yang lakukan. Investor tidak hanya mengharapkan return yang tinggi juga mengharapkan resiko yang rendah namun return yang tinggi akan memiliki resiko yang tinggi pula dan sebaliknya return yang rendah akan memiliki resiko yang rendah pula. Investasi dapat dilakukan pada sektor financial seperti obligasi, deposito, saham, waran dan lain-lain sedangkan untuk investasi pada sektor riil seperti pembangunan pabrik, pembangunan gedung dan lain-lain. Investor yang melakukan investasi pada sektor finansial mengalami perkembangan terutama dalam menanamkan modalnya pada saham. Hal ini ditandai dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan saham, indeks saham yang meningkatnya, banyaknya perusahaan yang mendaftarkan untuk menjadi emiten di bursa efek Indonesia atau lebih dikenal sebagai perusahaan yang go public. Bursa efek sebagai wadah mempertemukannya antara perusahaan yang membutuhkan dana guna menjalankan usahanya sedangkan investor yang memberikan dana untuk memperoleh tambahan kekayaannya. Bursa saham merupakan bagian dari kelembagaan pasar modal. Pasar modal berfungsi sebagai "leading indicator" bagi kecenderungan ekonomi suatu negara (ANTARA News). Perekonomian suatu negara dikatakan aktif jika transaksi perdagangan sahamnya aktif sebaliknya jika transaksi perdagangan sahamnya lesu maka perekonomian negara tersebut dapat dikatakan lesu juga. Oleh karena itu, pasar modal memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian suatu negara. Perusahaan-perusahaan mempunyai kesempatan untuk memperluas usahanya dengan modal yang ditanamkan oleh Investor sekaligus dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari kini rata-rata Rp 5,7 triliun atau meningkat sepulah kali lipat ketimbang rata-rata-rata harian dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan perekonomian di Indonesia dalam keadaan lebih aktif dan kondusif untuk berinvestasi (ANTARA News). Pergerakan saham yang terkadang sulit dipahami dan sulit dimengerti mendorong para ahli untuk mempelajari pergerakan saham tersebut karena dengan mempelajari pergerakan saham tersebut menggambarkan kondisi baik atau buruknya harga saham. Investor akan memperoleh capital gain jika menjual sahamnya di atas harga beli saham sebelumnya dan akan juga memperoleh capital loss jika menjual sahamnya pada harga di bawah harga beli saham sebelumnya. Selain itu juga Investor akan memperoleh dividen dari saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Investor memiliki banyak pilihan dalam membeli saham yang ada di pasar modal sehingga perlunya kemampuan dan pengetahuan untuk memprediksi keuntungan yang diharapkan dan kerugian yang akan ditanggung jika membeli saham. Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor jika membeli saham menimbulkan resiko pula terhadap investor tersebut. Investor memiliki kebebasan untuk memilih saham dan menahan sahamnya hingga akan di jual sahamnya guna mengurangi resiko sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki resiko yang rendah dan memiliki tingkat keuntungan yang sama dengan perusahaan yang berbeda. Setelah membeli saham investor akan memutuskan untuk menahan saham (holding period) agar memperoleh return yang diharapkan. Investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid ask spread tinggi. Karena semakin kecil nilai spread berarti semakin likuid suatu saham sebaliknya semakin besar nilai spread berarti semakin tidak likuid suatu saham (Irwan, 2006:8). Bid ask spread merupakan bagian dari biaya transaksi yang mempengaruhi keputusan investor untuk menahan lebih lama saham-saham dengan biaya transaksi yang tinggi. Bid ask spread memiliki hubungan positif dengan holding period. Pada saat memegang saham untuk periode waktu tertentu, investor akan menyesuaikan biaya transaksi dengan jumlah pemesanan saham yang diinginkan. Biaya transaksi akan meningkat jika order pemesanan saham meningkat. Investor melakukan pemesanan saham tergantung pada jangka waktu investasi dan sifat dasar investor. Jangka waktu investor ada dua macam yaitu jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang. Sifat dasar investor ada dua macam yaitu investor yang cenderung berhati-hati dalam membeli saham (risk averter) dan investor yang cenderung berani dalam membeli saham yang memiliki resiko tinggi karena mengharapkan return yang tinggi pula dan biasanya melakukan pemesanan order dalam jumlah besar dan berjangka panjang (risk seeker). Investasi di pasar modal memiliki resiko yang tinggi karena harga saham berfruktuatif sehingga memungkinkan Investor melakukan strategi yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan. Di dalam pasar saham tidak hanya keuntungan yang didapat tetapi kerugian juga akan diperoleh kerugian sehingga bagaimana Investor melakukan strateginya terutama dalam menahan kepemilikan sahamnya (holding period). Return Saham menggambarkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam menahan kepemilikan sahamnya sedangkan Varian Return Saham menggambarkan tingkat resiko yang akan dihadapi oleh investor dalam menahan kepemilikan sahamnya. Return saham dan varian return saham memiliki hubungan negatif dengan holding period. Market value menggambarkan ukuran suatu perusahaan. Semakin besar market value maka ukuran perusahaan makin besar pula. Investor lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan yang besar dikarenakan perusahaan yang besar memiliki keuangan yang stabil dan didukung oleh analis-analis yang handal dan mampu menghasilkan laporan keuangan yang mampu memperpendek jarak antara pengharapan investor dengan keadaan yang sebenarnya. Investor menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memiliki market value yang tinggi akan mengurangi portopolio yang dilakukan yang digunakan sebagai penyeimbang sehingga akan menahan sahamnya lebih lama. Market value memiliki hubungan positif dengan holding period. Studi dari Atkins dan Dyl (1997) yaitu studi tentang Transaction cost and Holding Periods for Common Stocks, yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investor terhadap lamanya kepemilikan suatu saham. Studi ini dilakukan berdasarkan hasil dari studi Amihud dan Medelson (1986) yang menyatakan bahwa asset yang memiliki transaction cost lebih tinggi akan ditahan lebih lama oleh investor, dan sebaliknya. Studi Atkins dilakukan di New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq selama periode 1975 sampai 1991. Studi ini menghasilkan kesimpulan yang sama sebagaimana studi Amihud dan Medelson. Dari studi Atkins ini diketahui adanya hubungan yang lebih kuat antara bid-ask spread dengan holding period di Nasdaq, karena Nasdaq memiliki spread lebih besar dibanding di NYSE yang spreadnya lebih kecil. Hasil dari kedua studi tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa memang ada hubungan antara transaction cost yang diwakili oleh bid-ask spread terhadap keputusan investor untuk menahan atau melepas sahamnya. Kesimpulan dari studi dari Atkins dan Dyl adalah semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan atau memegang saham yang bersangkutan. Hasil penelitian di atas ternyata didukung juga oleh hasil penelitian Leny dan Indriantoro (1999) di Indonesia. Dengan demikian ada bukti konsistensi tentang hubungan antara transaction cost dan holding period baik untuk sampel penelitian di USA maupun di Indonesia. Lenny dan Indrianto (1999) memakai model 2 SLS ( Two Stages Least Square) dengan memakai sampel observasi seluruh saham teraktif (LQ 45) listing di BEJ 1995-1996. Sedangkan Subali dan Zuhroh (2002) memakai sampel observasi sebesar 50 saham terlikuid di BEJ periode semesteran tahun 2000. Perbedaan sampel observasi antara keduanya tidak menyebabkan hasil analisa data yang berbeda. Susilowati dan Soebiantoro tahun 2001 mengemukan juga bahwa variabel bid ask spread, market value, dan return saham secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Dalam penelitian ini secara parsial variabel bid ask spread, market value, dan return saham juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Kesimpulan dari penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda Purnamasari, dan Iramani (2002) dengan menggunakan sampel perusahaan yang listing dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 bahwa bid ask spread dan market value berpengaruh terhadap holding period. Hal ini berarti setiap kenaikan bid ask spread dan market value menyebabkan holding period saham yang lama. Dan setiap penurunan bid ask spread dan market value menyebabkan holding period saham yang pendek. Penelitian ini didukung oleh penelitian Januar dan Fitri (2005) dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004.dan menganalisisnya dengan menggunakan regresi berganda dan koefisien beta di dapat bahwa bid ask spread dan market value memberikan pengaruh secara signifikan terhadap holding period. Market value lebih dominan dalam mempengaruhi holding period. Dan Rony Setyawan (2008) dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Dalam penelitian ini tahun yang akan diambil tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 karena di tahun tersebut terjadi peningkatan signifikan nilai transaksi saham dan peningkatan IHSG. Tahun 2004 nilai transaksi saham mencapai 247 triliun dan IHSG sebesar 1.000,2. Tahun 2005 nilai transaksi saham mencapai 406 triliun meningkat secara signifikan dan IHSG mencapai 1.162,6. Tahun 2006 nilai transaksi saham mencapai 396,6 triliun turun tipis dan IHSG mencapai 1.719 meningkat secara signifikan. Grafik 1.1 Nilai Transaksi Saham dan IHSG 450 406 396,6 400 1.719 250 1.800,00 1.600,00 350 300 2.000,00 1.400,00 247 1.200,00 1.162,60 1.000,20 1.000,00 200 800,00 150 600,00 100 400,00 50 200,00 0,00 0 2004 2005 Nilai Transaksi Saham 2006 IHSG Sumber : JSX YEARY Oleh karena itu maka penelitian ini mengambil tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 guna menganalisis hubungan transaksi saham terhadap holding period. Berdasarkan alasan di atas maka peneliti mengambil judul “Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham dan Varian Return Saham terhadap Holding Period”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return market secara bersama-sama akan mempengaruhi holding period ? 2. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return market, secara individual akan mempengaruhi holding period ? 3. Variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi holding period ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini di antaranya : 1. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return saham berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap holding period. 2. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return saham berpengaruh signifikan secara individual terhadap holding period. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini di antaranya : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan harga guna memperoleh modal dari investor. Sekaligus untuk mengaktifkan perdagangan saham. 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang lamanya atau waktu yang baik dalam menahan saham guna memperoleh return yang diharapkan dan kemudian menjual sahamnya sewaktu harga saham tinggi guna memperoleh capital gain. 3. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ilmiah dan dapat digunakan oleh para akademisi lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan sekaligus manambah referensi bagi perpustakaan. 4. Bagi Individu Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir untuk memperoleh kesarjanaannya dan menambah wawasan dalam menjalankan penelitian lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasar Modal Menurut Bambang Riyanto (1999:219) pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan, yakni calon pemodal di satu pihak dan emiten yang membutuhkan modal jangka menengah dan jangka panjang di lain pihak. Menurut Suad Husnan (1998:3) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bias diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sedangkan definisi lainnya menurut Dahlan Siamat (2001:249) pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efekefek yang diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa Efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Instrumen Pasar Modal di Indonesia di antaranya: 1. Saham biasa Saham merupakan bukti kepemilikan terhadap perusahaan dimana imbalannya adalah berupa dividen. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:10) saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan dalam suatu perseroan terbatas yang biasa disebut emiten. Saham mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Setelah klaim dari kreditur dibayar (berupa pembayaran bunga), manajemen perusahaan dapat menggunakan sisa penghasilan (laba bersih setelah pajak) untuk membayar dividen kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali penghasilan tersebut ke dalam perusahaan (menahan laba). Keunikan saham adalah pemegang saham memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Dengan kata lain, kerugian maksimum adalah nilai saham menjadi nol karena seluruh aktiva diambil alih oleh pihak lain. Meskipun kewajibannya terbatas, menginvestasikan uang dengan cara membeli saham dikatakan relatif beresiko karena sifat penghasilan yang diberikan relatif berfluktuatif (tergantung sisa penghasilan). Pada umumnya perusahaan yang besar memiliki penghasilan yang lebih stabil daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu resiko memegang saham perusahaan besar lebih kecil daripada resiko memegang saham perusahaan kecil (Lukas,1999:17). 2. Obligasi Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang membutuhkan modal (emiten) untuk ditukarkan dengan modal. Keuntungan dalam bentuk obligasi dalam bentuk kupon. 3. Saham preferen Saham preferen (Preferred Stock) merupakan gabungan antara saham biasa dan obligasi. Saham preferen memiliki sifat saham karena tidak ada waktu jatuh tempo dan memberikan dividen. Sedangkan memiliki sifat obligasi karena dividen yang dibagikan bersifat tetap. Derivatif dari Efek adalah a. Right/ klaim Right biasa dikenal dengan bukti hak memesan saham terlebih dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut diberikan kepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham) maka bukti right yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa. b.Warran Warran adalah efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki hak kepada pemegang saham untuk memesan dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk 6 bulan atau lebih. Faktor yang mempengaruhi harga saham (Abdul Halim, 2005:5) adalah a. Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupuan oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di masa yang akan datang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi, analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum. Selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang diterbitkannya. b. Pendekatan teknikal Pendekatan ini didasarkan pada data atau perubahan harga saham di masa lalu sebagai upuya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cederung mengabaikan resiko dalam pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian analisis ini lebih mudah dan cepat dibandingkan analisis fundamental, karena secara simultan dapat diterapkan pada beberapa saham . Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan pada premis bahwa harga saham terganung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk memprediksi harga di masa yang akan datang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual saham maupun pergerakan indeks pasar (market index). B. Holding Period Karakteristik saham yang bersifat high risk-high return ini menyebabkan investor harus memutuskan lamanya waktu menahan saham (holding period) secara tepat agar memperoleh return yang diharapkan. Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) holding period adalah rata-rata panjangnya waktu investor dalam menahan atau memegang sahamnya selama periode waktu tertentu. Lamanya investor menahan saham dalam suatu perusahaan berhubungan dengan return dan risk yang didapat. Investor yang rasional akan berusaha untuk menahan saham yang dimilikinya sampai pada tingkat return yang diinginkan oleh investor pada tingkat resiko yang ada. Panjangnya holding period saham dapat berubah-ubah, dapat 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan 1 tahun.(Januar & Fitri, 2005). Jika pasar modal (bursa) menunjukkan kondisi bullish maka biaya transaksi suatu saham akan meningkat. Hal ini membuat para investor akan berpikir untuk tidak mengganti saham tersebut dengan saham lain yang biaya transaksinya murah sekalipun. Penggantian saham justru akan melipatgandakan biaya transaksi yang pada gilirannya akan menurunkan pendapatan (income) investor tersebut. Meningkatnya biaya transaksi suatu saham dapat ditunjukkan dengan makin tingginya bid ask spread. Pada dasarnya berapa lama investor akan memegang (menahan) suatu saham ini akan berbeda-beda menurut profit karakteristik investor tersebut. Investor yang karakteristiiknya risk averter akan cenderung memegang (menahan) suatu saham untuk periode yang panjang. Hal yang kontras akan terjadi untuk investor yang bersifat risk seeker. Berapa lama investor memegang (menahan) suatu saham umumnya disebut holding period. Tidak ada aturan yang ideal berapa besarnya holding period. Namun dari riset Atkins dan Dyl (1997) ditemukan angka holding period sebesar 7-8 tahun. C. Bid Ask Spread Bid ask Spread adalah selisih antara harga beli tertinggi (bid) yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual sahamnya. Bid Ask Spread yang merupakan fungsi dari transaction cost yang mempengaruhi perdagangan yang menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang (pendek) asset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi (rendah). (Januar) Penjelasan teoritis tentang bid ask spread sacara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua alur pemikiran. Kedua alur pemikiran tersebut berusaha menjelaskan tentang hubungan antara spread dan peran dealer dalam lingkungan pasar quota driven. Alur pemikiran pertama disebut sebagai model persediaan (inventory models) seperti yang dikemukan Ho dan Stoll(1981). Alur pemikiran kedua dikenal sebagai informasi (information model) seperti yang dikemukakan oleh Copeland dan Galai(1983). Menurut model persediaan, spread timbul sebagai kompensasi kepada market maker atau dealer yang menanggung resiko memiliki persediaan saham. Resiko ini diambil oleh dealer karena tugasnya sebagai penyedia jasa “immediacy” (Demsetz, Stoll, 1978) yaitu jasa kepada investor untuk dapat bertransaksi secara cepat, sesuai dengan harga yang dikutip oleh dealer yang bersangkutan. Dan menurut model informasi, spread timbul karena adanya dua jenis investor yang bertransaksi di pasar yaitu liquidity trader dan informed trader. Menurut Copeland dan Galai (1983), selama transaksi berlangsung, market maker tidak dapat membedakan jenis investor yang dihadapi atau dikenal sebagai masalah adverse selection. Karena itu market maker berusaha menentukan spread optimum sebagai maksimasi selisih antara potensi keuntungan dari liquidity trader dan potensi kerugian dari informed trader. Bid ask spread merupakan elemen yang terpenting dalam transaction costs yang terdiri dari dari bid price dan ask price. Bid ask spread merupakan selisih antara price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk membeli saham-saham. Sedangkan ask price adalah harga terendah di mana dealer bersedia untuk menjual atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk menjual saham-saham (Jones,1996). Besarnya bid ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas menunjukkan bahwa semakin tinggi spread maka likuiditas saham akan semakin kecil (Susanti dkk, 2005:42). Menurut prediksi Stoll (1989) biaya pemilikan saham berpengaruh positif (searah) terhadap bid ask spread. Artinya semakin tinggi biaya pemilikan saham maka akan menyebabkan semakin lebar bid ask spread saham tersebut. Perdagangan suatu saham yang aktif yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut cepat diperdagangkan. Semakin aktif perdagangan suatu saham, semakin besar volume perdagangan saham maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut sehingga akan mempersempit bid ask spread saham tersebut. Fabozzi (1999) menyatakan bahwa bid ask spread dealer dipengaruhi oleh biaya transaksi dan resiko yang ditanggung. Salah satu biaya terpenting adalah biaya pemprosesan pesanan. Biaya peralatan yang dibutuhkan untk beroperasi dan biaya karyawan adalah contoh biaya pemprosesan pesanan. Semakin rendah biaya semakin kecil bid ask spread. Posisi dealer melibatkan penyimpanan persediaan sekuritas (a long position) atau penjualan sekuritas yang bukan merupakan persediaan (a short position). Ada tiga jenis resiko yang berhubungan dengan mempertahankan posisi long (beli) dan short (jual) pada sekuritas tertentu. Pertama, terdapat ketidakpastiaan mengenai harga sekuritas di masa depan. Dealer yang memiliki posisi beli bersih akan khawatir jika penurunan harga di masa depan. Jenis resiko kedua adalah berhubungan dengan waktu yang diharapkan akan dibutuhkan dealer untuk melepaskan posisi ketidakpastiannya. Semakin besar frekuensi transaksi, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dealer untuk mempertahankan posisinya. Kemudian resiko ketiga yaitu walaupun umunya dealer memiliki akses atas informasi mengenai arus pesanan yang lebih baik daripada masyarakat umum, namun ada beberapa perdagangan dimana dealer memiliki resiko bertransaksi dengan pihak yang memiliki informasi yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan trader dengan informasi yang lebih baik memperoleh harga yang lebih baik dengan biaya yang ditanggung oleh dealer. Saham yang harganya senantiasa naik berarti memberikan return yang tinggi menunjukkan bahwa tersebut disukai oleh investor. Terdapat dua jenis mengenai pengukuran spread, Hamilton (1991) dalam Sri Fatmawati, Susanti dkk (2005:40), dan Siera Juwenda (2007:23) berpendapat bahwa ada dua model spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread adalah selisih antara harga beli (bid) dan harga penawaran (ask) yang menyebabkan setiap dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan assetsnya sendiri. Sedangkan market spread adalah beda antara highest bid dengan lower ask yang terjadi pada saat tertentu. Dari hasil penelitian Hamilton menyimpulkan bahwa spread tersebut memiliki hubungan yang berbeda dengan komponenkomponen yang mempengaruhinya seperti informasi dan kompetisi. D. Market Value Menurut Lenny dan Nur (1999) market value adalah rata-rata nilai pasar perusahaan selama periode. Market value mencerminkan ukuran suatu perusahaan. Hal ini karena market value merupakan nilai sebenarnya dari aktiva perusahaan yang direfreksikan di pasar. Semakin besar market value berarti semakin besar perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar biasanya memiliki keuangan yang stabil, mampu memberikan distribusi return yang stabil serta memberikan banyak analis yang kompeten sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan dan informasi yang dapat mengurangi perbedaan antara harapan investor dengan kejadian yang sebenarnya di perusahaan. Stoll dan Whaley mengemukakan bahwa melakukan investasi dengan perusahaan yang lebih besar biasanya memiliki resiko yang lebih kecil daripada perusahaan kecil yang dapat mempengaruhi holding period. Hal ini memungkinkan investor hanya membutuhkan sedikit portopolio penyeimbang dengan saham perusahaan besar dan rata-rata waktu kepemilikan sahamnya akan lebih panjang. Nilai kapitalisasi pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kapitalisasi besar (Big - Cap) Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya lebih dari Rp 5 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham blue-chip, saham papan atas,atau saham lapis pertama. 2. Kapitalisasi sedang (Mid - Cap) Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham baby blue-chip, saham baby blues, atau saham lapis kedua. 3. Kapitalisasi kecil (Small - Cap) Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya di bawah Rp 1 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham lapis ketiga. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan nilai kapitalisasinya (market capitalization). Nilai kapitalisasi pasar dapat diperoleh dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham beredar. E. Return Saham Return saham adalah imbalan yang diharapkan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Return saham adalah imbalan yang diperoleh dari investasi atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Return saham merupakan suatu pendapatan saham atau tingkat berhutang yang diperoleh dari selisih antara harga saham pada periode saham dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya. Return Saham merupakan perbandingan antara harga saham hari sekarang dengan harga saham hari sebelumnya (Magdalena,2004). Investor tidak dapat mengetahui hasil return yang akan diperoleh dari suatu keputusan investasi, oleh karena itu harus dapat diestimasikan. Return yang akan datang (future return) adalah return yang diharapkan (expected Return) yang dapat atai tidak dapat secara nyata terjadi. Risk dan Return pada portofolio berbeda dengan risk dan return pada masing-masing saham (Siti Nurjana,2005). Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah return pada masingmasing saham. Menentukan tingkat return masing-masing saham (Ri) yang diambil dari data harga saham harga saham histories (Nurfauziah, 1999:82). Return (Rt) saham didefinisikan sebagai aktif harga saham dari periode sebelumnya (Halim dan Hidayat, 2000:73). Return saham ini disebut juga return saham (Rit) actual individual (actual return) yang secara matematis perhitungannya menggunakan informasi dari harga saham yang terjadi (Arif dan Zaki,1999). Return saham tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya biaya kepemilikan.(Magdalena, 2004:25). Saham yang diperdagangkan di pasar modal sangatlah banyak sehingga diperlukan kemampuan dan pengetahuan dari investor untuk memprediksi resiko yang timbul dan keuntungan yang diharapkan dari investasi saham yang akan dilakukan. Salah satu tujuan investor yang telah menanamkan modalnya pada perusahaan adalah mendapatkan return yang tinggi. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Resiko yang ditimbulkan dari investasi saham mencerminkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. F. Varian Return saham Menurut J. Suprapto, MA ( 1991:257) pada dasarnya resiko ialah sesuatu yang menimbulkan kerugian /kekalahan atau sesuatu keadaan yang tidak pasti. Jadi, resiko bias diukur dengan besarnya kerugian/ kekalahan atau ketidakpastian. Banyak para pakar keuangan (financial expert) percaya bahwa resiko suatu bisnis dapat diukur dengan varian atau standard deviasi dari tingkat perolehan internal (TPI) dari asset. Varian atau standard deviasi dipergunakan untuk mengukur tingkat variasi suatu kelompok data. Makin besar variasi suatu kelompok data semakin bervariasi kelompok data tersebut. Kelompok data disebut homogen jika varian atau standard deviasinya nol. Tingkat variasi suatu kelompok data diukur terhadap rata-ratanya atau nilai harapannya (expected return). (1991:263-264). G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Bid Ask Spread dengan Holding Period Bid Ask Spread menggambarkan perbedaan antara harga tertinggi (bid price) dengan harga terendah (ask price) yang terbentuk dari permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa. Penjual menginginkan sahamnya terjual dengan harga yang tinggi sedangkan pembeli menginginkan membeli saham yang rendah. Spread yang tinggi menyebabkan investor akan menahan sahamnya kebih lama. Begitu juga sebaliknya spread yang tinggi menggambarkan perbedaan yang jauh antara harga yang ingin dijual dengan harga yang ingin di beli oleh investor. 2. Market Value dengan Holding Period Market value menggambarkan ukuran perusahaan. Market value besar maka ukuran perusahaan besar pula. Ukuran perusahaan yang besar manandakan perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang besar pula di industrinya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tersebut mampu menutupi kerugian tersebut sehingga investor tertarik untuk menahan saham tersebut. Lain halnya dengan perusahaan yang kecil. 3. Return Saham dengan Holding Period Return saham yang tinggi mengindikasi tingkat pengembalian yang tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut. Dan akan menjual sahamnya pada saat return yang tertentu. Lamanya waktu dari mulai membeli saham sampai menjual sahamnya kembali dinamakan holding period. 4. Varian Return Saham dengan Holding period Varian return saham mengindikasikan resiko atau penyimpangan return saham tersebut. Investor akan melepaskan sahamnya dikarenakan resiko yang tinggi. Varian return saham dapat menggambarkan naik turunnya harga saham di bursa sehingga perdagangan akan aktif jika resikonya tinggi dan akan kurang aktif jika resikonya rendah. H. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Januar dan Fitri Januar dan Fitri melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread, market value, dan return saham terhadap holding period saham LQ 45. penelitian menggunakan sampel LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari bulan Februari 2002-Januari 2004. Berdasarkan uji F menunjukkan 0.000 yang berarti variabel independen bid ask spread, market value, dan return saham terdapat pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji T variabel bid ask spread terdapat pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value terdapat pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Variabel return saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.049 menunjukkan hubungan antara bid ask spread, market value, return saham terhadap holding period adalah positif dan hubungan cukup lemah dan angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0.232 berarti 23,2% variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spread, market value dan return saham dan sisanya 76.8% disebabkan oleh sebab lain diluar model. 2. Penelitian Roni Setyawan Roni Setyawan melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread, market value, volatilitas harga terhadap holding period saham-saham LQ 45 tahun 2003-2005. Hasil yang diperoleh berdasarkan uji F menunjukkan taraf signifikan 1% terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama dari bid ask spread, market value, dan volatilitas harga terhadap holding period. Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel bid ask spread tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel volatilitas harga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.464 menunjukkan hubungan antara bid ask spread, market value, volatilitas harga terhadapholding period adalah positif dan hubungan cukup lemah dan angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0.181 berarti18.1% variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spead, market value dan volatilitas harga dan sisanya 81.9% disebabkan oleh sebab lain diluar model. 3. Penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda Purnamasari, dan Iramani Penelitian ini menggunakan populasi data LQ 45 periode 1999-2002 sedangkan sampel yang diambil merupakan saham perusahaan yang listing dari 31 Desember 1997 sampai dengan 31 Desember 2002. Berdasarkan Uji uji F menunjukkan taraf signifikan 5% terdapat tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama dari bid ask spread, market value, variance return saham dan return on equity terhadap holding period. Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel bid ask spread terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel variance return saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel return on equity tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0,037 atau 3,7 % variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spead, market value,variance return saham dan earnings sisanya 96,3 % disebabkan oleh sebab lain diluar model. I. Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian dengan menggunakan sampel dari perusahaan yang terdaftar dari tahun 2004-2006, perusahaan yang melakukan transaksi saham akan dapat menunjukkan besarnya bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham. Bid ask spread yang menggambarkan besarnya biaya transaksi (Irwan, 2006:8) dimana semakin besar bid ask spread akan menunjukkan pula semakin besar biaya transaksinya. Biaya transaksi yang tinggi akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Biaya transaksi yang tinggi akan menyebabkan investor akan menahan semakin lama sahamnya atau holding period tinggi pula. Market value yang menggambarkan besarnya ukuran perusahaan Lenny dan Nur (1999) dimana basar market value akan menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Market value yang besar akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Besarnya ukuran perusahaan akan menyebabkan investor akan menahan semakin lama sahamnya atau holding period tinggi. Return saham menunjukkan tingkat pengembalian saham. Return saham akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Begitu juga, varian return saham menunjukkan tingkat resiko atau fluktuasi dari transaksi saham. Varian return saham akan memepengaruhi investor dalam menahan sahamnya. Berdasarkan keempat variabel ini maka dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut : Model Penelitian SAHAM TRANSAKSI SAHAM BID ASK SPREAD MARKET VALUE RETURN SAHAM HOLDING PERIOD Gambar 2.1 Kerangka pemikiran penelitian J. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang diajukan adalah VARIAN RETURN SAHAM Ha1 : Secara simultan Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan Varian return saham mempengaruhi Holding Period. Ha2 : Secara parsial Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan Varian return saham mempengaruhi Holding Period. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 dengan return yang positif dan aktif pada akhir tahun 2004 hingga akhir tahun 2006. Data yang digunakan data sekunder dari pusat referensi Bursa Efek Indonesia. Return positif mempunyai pergerakan harga sahamnya naik sehingga dimungkinkan sampel yang diambil cukup mewakili seluruh populasi sehingga dapat terlihat sejauh mana pengaruh dari variabel bid ask spread, market value, return saham, varian return saham terhadap holding period. B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel dengan teknik metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel non probability di mana metode ini menetapkan setiap elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan sebagai sampel untuk penelitian. Kriteria Penentuan Sampel dalam penelitian ini : 1. Perusahaan yang tercatat dalam bursa efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2006. 2. Perusahaan yang mengerluarkan laporan keuangan pada akhir bulan Juli tahun 2007 karena untuk mengetahui informasi jumlah saham yang beredar. 3. Perusahaan yang melakukan transaksi atau perdagangan saham pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 dan pada tanggal 28 Desember 2006 karena data pada akhir tahun dapat menjadi standar atau nilai buku pada tahun tersebut. 4. Perusahaan yang memiliki kenaikan harga saham dari akhir tahun 2003, akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 yang digunakan untuk menghitung return saham tersebut. 5. Perusahaan yang memiliki return saham bernilai positif atau lebih dari nol pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006 karena return menunjukkan keuntungan dari transaksi saham yang dilakukan oleh investor. 6. Perusahaan yang mengerluarkan informasi close price, ask price, bid price, volume perdagangan pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006. 7. Perusahaan yang mengerluarkan informasi jumlah saham yang beredar pada laporan keuangan pada akhir tahun 2004, akhir tahun 2005, dan pada akhir tahun 2006. Hasil penentuan sampel yaitu : 26 perusahaan yang memiliki return positif dari akhir tahun 2003, akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 dan mengerluarkan laporan keuangan pada akhir Juli 2007. 8 perusahaan tidak melakukan transaksi dari pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006. Jadi, perusahaan yang menjadi sampel pada peneltian ini adalah 1. AALI (Astra Argo Lestari) Tbk 2. AKRA (AKR Corporindo) Tbk 3. ASII (Astra International) Tbk 4. BRPT (Barito Pasifik) Tbk 5. FASW (Fajar Surya Wisesa) Tbk 6. INTP (Indocement Tunggal Prakasa) Tbk 7. LPBN (Bank Lippo) Tbk 8. LSIP (PP London Sumatra) Tbk 9. MEDC (Medco Energi International) Tbk 10.PGAS (Perusahaan Gas Negara) Tbk 11.PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam) Tbk 12.RMBA (Bentoel International Investama) Tbk 13.SMRA (Summarecon Agung) Tbk 14.SOBI (Sorini Corporation) Tbk 15.TURI (Tunas Ridean) Tbk 16.UNTR (United Tractors) Tbk C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan dipublikasikan. a. Data-data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data tersebut antara lain data harga saham penutupan, data jumlah saham beredar, data harga bid, data harga ask, dan data volume perdagangan. b. Internet. Adapun yang menjadi situs dari pencarian data yang berhubungan dengan tema atau penelitian ini seperti www.google.com, www.idx.com, dan lainlain. 2. Riset Kepustakaan Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Terutama di Lembaga pendidikan seperti LIPI, Universitas Islam Negeri, Universitas Atmajaya, Perpustakaan Bursa Efek Indonesia dan lembaga-lambaga yang lainnya. D. Metode Analisis Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode : 1. Analisis Statistik a. Uji Statitik F (Simultan) Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant Terima Ha jika p-value < level of significant b. Uji Signifikan Parameter Individual (Parsial) Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant Terima Ha jika p-value < level of significant c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Jika nilai kecil atau mendekati 0 maka variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan jika nilai besar atau mendekati satu maka hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R-Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan sampel dengan data tertentu yang disebut data silang (crosssection) pada umumnya memiliki R-Square maupun Adjusted R Square cukup rendah (di bawah 0,5) (Bhuono:2005:51). 2. Analisis Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Menurut Singgih Santoso (2000: 214) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan : 1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b.Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi. Ada beberapa alasan terjadi autokorelasi di antaranya : 1). Bentuk fungsi yang salah. 2). Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang tidak dimasukkan pada model. 3). Inerita, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel X yang terus-menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan mempengaruhi nilainilai pada variabel X-nya. 4). Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat. 5). Adanya lags (tenggang waktu). Untuk mendeteksi adanya autokerelasi dengan cara antara lain : 1). Melihat pola hubungan antara residual (µ) dan variabel bebas atau waktu (X). Bila sebaran titik-titik cenderung mengalami penurunan, maka dapat dikatakan ada autokorelasi negatif, sebaliknya bila cenderung menaik, maka dapat dikatakan ada autokorelasi positif. 2). Menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson. Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau du) dan nilai batas atas (lower bound atau dl). Adapun kriteria yang diberlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali:2005): Setelah itu membandingkan nilai stastistik d dengan dL (d Lower) dan dU (d upper) dari table dengan ketentuan sebagai berikut : a). Bila d < d L, berarti ada korelasi yang positif. b). Bila dL < d < d U, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa. c). Bila dU < d < 4 - d U, berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif. d). Bila 4-du < d < 4-dL, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa. e). Bila d > 4 – dL, berarti ada korelasi negatif. Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya nilai Durbin Watson yaitu : a). Angka DW di bawah -2 terdapat autokorelasi positif. b). Angka DW di antara -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi. c). Angka DW di atas +2 terdapat autokorelasi negatif. c.Uji Multikolinearitas Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Bila variabelvariabel berkorelasi secara sempurna maka disebut multikolineritas sempurna (perpect multicollinearity). Multikolinieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang maka bias dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF (Variance Inflation Factor) dan TOL (tolerance), dimana Ghozali (2005) mengatakan bila nilai VIF lebih dari 10 berarti terdapat multikolinieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Sedangkan bila nilai TOL kurang dari 0,10 maka dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas. d.Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. (J. Suprapto, (1983). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Singgih Santoso (2000:210) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain : 1). Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPRED). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD di mana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized. 2). Dasar analisis, jika ada pola tertentu yang teratur seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3. Analisis Regresi Berganda Nachrowi dan Usman (2002:15) menyebutkan analis regresi merupakan suatu motode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, …Xn). Jika variabel bebas yang digunakan lebih dari satu, model yang diperoleh adalah model regresi berganda. Suatu model regresi linear yang baik adalah yang mempunyai nilai error yang minimal (Ordinary Least Square/ OLS) serta mempunyai sifat BLUE (Best Linear Unbiased estimator) Husnelly (2003:28) yaitu : a. Mean dari nilai residualnya = 0 E (µi) = 0 b. Varians dari residual konstan (homokedastis) Var (µi / xi ) б2 sama untuk setiap i c. Tidak terjadi autokorelasi pada variabel yang berbeda waktu. Cov (µi / µi ) = 0;i ≠ j d. Tidak terjadi multikolineritas diantara variabel-variabel bebasnya Misalnya X1 = γ X2 atau X2 = γ1 X1 e. Tidak terdapat korelasi antara residual dengan variabel bebas Cov ( µi, xi) = 0 f. Model regresi dispesifikasi secara benar sebelum membuat model, yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1). Bagaimana yang dikatakan teori 2). Variabel-variabel apa saja yang perlu diperhatikan 3). Bagaimana bentuk fungsinya Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis pengaruh bid ask spread, value market, return saham, varian return saham, terhadap holding period digunakan regresi berganda. Persamaan untuk regresi berganda penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut : Y = a + b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + Єi Dimana : Y = Holding Period a = Intersept b1-b 4 = Koefesien Regresi X1 = Bid Ask Spread X2 = Market Value X3 = Return Saham X4 = Varian Return Saham Єi = Error Term f. Dasar Pengambilan Keputusan 1). Uji Signifikan Parameter Individual H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant Terima Ha jika p-value < level of significant 2). Uji Signifikan Simultan (F-Test) H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant Terima Ha jika p-value < level of significant 3). Koefisien Determinasi (R2/ Adjusted R2) Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square berkisar antara 0 sampai 1. Jika berada di bawah 0.5 maka hubungan antara variabel terikat dengan variabel - variabelnya lemah. E. Operasional Variabel Penelitian Adapun yang menjadi operasional variabel penelitian ini di antaranya : 1.Variabel Dependen Yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini yaitu : a. Holding period Holding period adalah lamanya waktu yang dibutuhkan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia dikeluarkan atau dengan kata lain rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan selama bulan atau periode penelitian.(Januar dan Fitri,2005). Menurut Januar dan Fitri variabel ini dapat dihitung dengan pengukuran sebagai berikut : Holding period = Jumlah Saham Beredar Volume Perdagangan Keterangan Jumlah saham beredar yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006. Volume perdagangan yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006. a. Bid Ask Spread Bid ask spread merupakan selisih antara harga jual merupakan selisih antara harga jual terendah dengan harga jual tertinggi yang menyebabkan terjadinya transaksi atau perdagangan. Rumus untuk menghitung bid ask spread (Januar dan Fitri, 2005) sebagai berikut: (HAt - HBt) RBAt = ½ (HAt + HBt) Keterangan RBAt = Bid Ask Spread HAt = Harga Ask pada periode t HBt = Harga Bid pada periode t Harga ask yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006. Harga Bid yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006. b. Market Value Market Value merupakan perkalian antara harga penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar selama 1 tahun. Market value mencerminkan ukuran besar kecilnya perusahaan (Januar & Fitri). Sedangkan menurut Roni Setyawan, market value adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Market Value = Harga saham penutupan akhir bulan x Jumlah saham yang beredar per bulan (Januar dan fitri, 2005). c. Return Saham Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham (tingkat pengembalian saham) adalah perubahan harga-harga saham individual. Fluktuasi harga-harga saham inilah yang diamati oleh investor maupun calon investor Adapun rumus untuk menghitung return saham menurut Januar dan Fitri yaitu : Rij = ( P it – P it -1 ) P it-1 Keterangan Rij : Return saham pada periode t Pit : Harga per lembar saham I pada periode t Pit-1 : Harga per lembar saham I pada periode t-1 d. Varian Return Saham Varian return saham merupakan variabel independen keempat yang digunakan dalam penelitian ini. Varian return saham adalah varian keuntungan yang menerangkan kecenderungan sekuritas untuk menghasilkan keuntungan yang berbeda di atas atau di bawah rata-rata sampel (Rodoni dan Yong:2002). Varian return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus бi 2 = keterangan [ Rij – E (R i) 2 ] n-1 бi = Varian Return Saham Harian Rij = Return Saham Pada periode ke-t E (Ri) = Expected Return dari investasi saham n = Jumlah Observasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Sejarah pasar modal Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda. pada tanggal 14 Desember 1912, dengan bantuan Pemerintah Kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat Pemerintah Kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Pendirian bursa efek (stock exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Batavia yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Sejak tahun 1956 pemerintah telah mencoba untuk mengaktifkan kembali pasar modal sebagai sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada awalnya pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yng terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan yang baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, kemudian pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paketpaket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan, ternyata berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya. Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditandatangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Tahun 2002, BEJ juga menerapkan perdagangan jarak jauh (remote trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan, dan frekuensi perdagangan. Pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Struktur Organisasi Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia 3. Indeks Bursa Efek Indonesia Dalam rangka memberikan informasi yang lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI telah menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham.Saat ini, BEI mempunyai 4 macam indeks saham: a. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi indeks. b. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. c. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. d. Indeks Individual, yang merupakan indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar. a. IHSG Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjulah 13 saham. b. Indeks Sektoral Indeks Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah: A. Sektor Utama (industri yang menghasilkan bahan-bahan baku) 1. Sektor 1, Pertanian 2. Sektor 2, Pertambangan B. Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur) 3. Sektor 3, Industri Dasar dan Kimia 4. Sektor 4, Aneka Industri 5. Sektor 5, Industri Barang Konsumsi C. Sektor Ketiga (Jasa) 6. Sektor 6, Properti dan Real Estat 7. Sektor 7, Transportasi dan Infrastruktur 8. Sektor 8, Keuangan 9. Sektor 9, Perdagangan, Jasa dan Investasi Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Janurai 1996 dengan nilai dasar 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar 28 Desember 1995. Di samping kesembilan sektor tersebut, BEI menghitung indeks industri manufaktur atau pengolahan yang merepresentasikan kumpulan saham yang diklasifikasikan ke dalam sector 3, sektor 4, dan sektor 5. c. Indeks LQ45 Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Kriteria pemilihan saham indeks LQ 45: Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut: 1. Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (ratarata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3. Telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan. 4. Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler. B. Pengolahan Data dan Analisis Deskritif 1. Pengolahan Data Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 berturut-turut. Sedangkan data yang digunakan data dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 yaitu : harga saham penutupan, jumlah saham yang beredar, volume perdagangan, harga bid, harga ask. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan Microsoft EXCEL edisi 2003 dan didapat variabel bid ask spread, market value, return saham, varian return saham, dan holding period. Setelah itu data diolah dengan menggunakan SPSS 16 dengan menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk melihat apakah data yang akan diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda. Variabel yang didapat keseluruhan ditransformasikan ke bentuk natural logarithm guna mengurangi skewness yang tajam pada data mentah sehingga distribusi masing-masing variabel menjadi normal. Kemudian variabel-variabel tersebut diolah dengan SPSS 16 guna memperoleh model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan dasar keputusan dari uji F, uji T dan Koefisien Determinasi (R2/ Adjusted R2. 2. Analisis Deskritif Variabel Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya : a. Deskripsi Holding Period Holding Period merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang menunjukkan panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan selama bulan atau periode penelitian.(Januar dan Fitri:2005). Nilai Holding Period semakin besar berarti makin lama waktu investor untuk menahan saham perusahaan tersebut. Dan jika nilai holding period rendah berarti waktu untuk menahan saham tersebut makin cepat. Tabel 4.1 Deskripsi Holding Period No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Emiten 2004 AALI 3830,60714 AKRA 132,02158 ASII 954,35062 BRPT 508,04732 FASW 24174,52475 INTP 470,71564 LPBN 4372,89984 LSIP 716,62124 MEDC 1507,89658 PGAS 479,87836 PTBA 3148,78967 RMBA 987,47892 SMRA 5800,39876 SOBI 535,71429 TURI 2080,53691 UNTR 197,99442 Sumber : data diolah 2005 2087,13718 296,57795 1070,42711 3852,03796 19060,68298 3773,68703 19678,04928 3975,42393 3518,95612 3799,80344 669,51383 189,56137 1050,29621 1551,72414 55800,00000 289,44469 2006 7030,11161 354,04255 1625,84551 121,86702 225262,61700 6766,97003 1953,42691 694,06166 565,68519 509,48515 51,93463 161,83840 2570,30958 36000,00000 695,76060 1113,47485 Rata-rata 4315,95198 260,88069 1216,87441 1493,98408 89499,27491 3670,45755 8668,12532 1795,36893 1864,17930 1596,38897 1290,07938 446,29290 3140,33485 12695,81280 19525,43250 533,63797 Std deviasi 2506,97402 115,23475 358,90313 2051,24284 117602,30285 3149,39629 9611,31002 1888,01668 1508,52754 1908,27029 1639,04057 468,88578 2425,81227 20188,41066 31422,32625 504,23095 Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata holding period dari tahun 2004- tahun 2006 pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh holding period paling tinggi pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 89499,27491. Sedangkan rata-rata holding period paling rendah pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar 260,88069. Keputusan Investor menahan saham lebih lama pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan sebaliknya melepas saham lebih cepat pada PT AKR Corporindo Tbk. Sedangkan nilai holding period tertinggi pada akhir tahun 2006 pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 225.262,61700 dan nilai holding period terendah pada PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 51,93463. Hal ini menunjukkan saham yang lebih lama ditahan pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan waktu lebih cepat untuk melepas saham pada PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Holding Period (waktu kepemilikan saham) dipengaruhi oleh bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham. Artinya waktu panjang/ pendek kepemilikan saham ditentukan oleh biaya transaksi yang tercermin dari bid ask spread, ukuran perusahaan yang tercermin dari market value, keuntungan yang diharapkan dari selisih penjualan saham dengan pembelian saham sebelumnya per harga saham sebelumnya yang digambarkan dengan return yang positif. Holding period ditentukan oleh tingkat fruktuasi harga yang dapat digambarkan dengan varian return saham. Holding period tinggi maka dapat dikatakan perdagangan kurang aktif. b. Deskripsi Bid Ask Spread Bid Ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi sehingga investor bersedia untuk membeli saham dengan harga jual terendah sehingga investor bersedia untuk dengan menjual sahamnya. Investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid ask spread tinggi. Karena semakin kecil nilai spread berarti semakin likuid suatu saham sebaliknya semakin besar nilai spread berarti semakin tidak likuid suatu saham (Irwan, 2006:8). Spread yang tinggi akan mendorong investor menahan sahamnya lebih lama. Atkins & Dyl (1997) Tabel 4.2 Deskripsi Bid Ask Spread No. 1. 2. Emiten AALI AKRA 2004 0,00810 0,04444 2005 0,00570 0,02888 2006 0,00791 0,01852 3. 4. 5. 6. ASII BRPT FASW INTP 0,00519 0,01105 0,08219 0,00810 0,00386 0,01695 0,04739 0,00541 0,00951 0,03175 0,03540 0,00873 7. 8. 9. 10. 11. LPBN LSIP MEDC PGAS PTBA 0,03636 0,01770 0,01227 0,02667 0,01626 0,01294 0,01596 0,00714 0,00541 0,00377 0,01869 0,01538 0,00702 0,00432 0,00712 12. 13. 14. RMBA SMRA SOBI 0,04444 0,03922 0,07229 0,02273 0,01361 0,09174 0,01626 0,00851 2,00000 Ratarata 0,00724 0,03061 0,00619 Std deviasi 0,00133 0,01305 0,00295 0,01992 0,05499 0,00741 0,02266 0,01066 0,02430 0,00176 0,01221 0,01635 0,00881 0,01213 0,00905 0,02781 0,00121 0,00300 0,01260 0,00646 0,01476 0,01940 0,74924 0,01719 1,08441 15. TURI 0,07692 16. UNTR 0,01105 Sumber : data diolah 0,04255 0,00683 0,01399 0,01515 0,04429 0,01036 0,03153 0,00516 Berdasarkan tabel 4.2 rata-rata bid ask spread pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh bid ask spread paling tinggi pada PT Sorini Corporation Tbk sebesar 0,74924 Sedangkan rata-rata bid ask spread paling rendah pada PT Astra International Tbk sebesar 0,00619. Keputusan Investor menahan saham lebih lama pada PT Sorini Corporation Tbk dan sebaliknya menahan saham lebih cepat pada PT Astra International Tbk. Nilai bid ask spread tertinggi yaitu pada PT Sorini Corporation Tbk sebesar 2,00000 tepatnya pada tanggal 28 Desember 2006. Sedangkan nilai terendah pada PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0,00377 . PT Sorini Corporation memiliki nilai spread yang tinggi dikarenakan pada tanggal 28 Desember hanya ada yang membeli sahamnya pada harga beli tertinggi (ASK) yang ditawarkan oleh broker dan tidak ada yang menjual saham pada harga jual terendah (BID) sehingga selisih dari harga tersebut sangat besar maka tidak ada investor yang melepas sahamnya tersebut sehingga Holding Period pada PT SOBI bernilai besar artinya saham pada saat itu ditahan oleh investor. Nilai spread yang paling rendah menunjukkan saham yang akan ditahan akan pendek atau cepat yaitu pada PT Tambang Batubara Bukit Asam. c. Deskripsi Market Value Market Value menggambarkan ukuran perusahaan sehinnga Investor tertarik menahan saham perusahaan yang memiliki kapasitas perusahaan yang besar karena resiko perusahaan yang besar lebih rendah daripada perusahaan kecil sehingga investor tertarik untuk menahan saham yang memiliki market value yang besar. Tabel 4.3 Deskripsi Market Value No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Emiten AALI AKRA ASII BRPT FASW INTP LPBN LSIP MEDC PGAS PTBA RMBA SMRA SOBI TURI UNTR 2004 2005 4821202150000 7716250500000 239200000000 923520000000 38864211014400 41293224202800 1177856907300 1439602886700 2353994347650 2477888787000 11319787474425 13068372531450 2713602996300 5737332049320 1091136455025 3230926414350 6914836758750 11247023643750 8318067579500 31305060604500 3253290125000 4147437330000 740643750000 908971875000 1170955500000 1475403600000 193500000000 205200000000 941625000000 962550000000 6403867015000 10479663442500 Sumber : data diolah 2006 19841787000000 1700400000000 63559178429800 1675174268160 2849572105050 21167082269250 6241286891490 7228513333800 11830202647500 52628797538000 8122064771250 2087268750000 3222281462400 324000000000 990450000000 18678039605000 Rata-rata 10793079883333 954373333333 47905537882333 1430878020720 2560485079900 15185080758375 4897407312370 3850192067725 9997354350000 30750641907333 5174264075417 1245628125000 1956213520800 240900000000 964875000000 11853856687500 Std deviasi 7968980587228 731088439338 13610744765050 248773454810 257906841918 5253821845333 1907942239404 3115199223183 2685416255048 22160567060267 2591721727505 733725286231 1106963498025 72204085757 24495394975 6251410520693 Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata market value pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh market value paling tinggi pada PT Astra International Tbk sebesar 47.905.537.882.333. Sedangkan rata-rata market value paling rendah pada PT Sorini Corporation Tbk sebesar 240.900.000.000. Keputusan Investor menahan saham pa lama pada PT Astra International Tbk dan sebaliknya menahan saham paling cepat pada PT Sorini Corporation Tbk. Market value yang memiliki nilai tertinggi pada PT Astra International Tbk sebesar 63.559.178.429.800. Sedangkan nilai market value paling kecil adalah 193.500.000.000 pada PT Sorini Corporation sehingga jelas terlihat PT Astra Internasional memilki ukuran perusahaan yang besar sehingga saham yang di tahan lama atau panjang. Sedangkan PT Sorini memiliki market value paling kecil sehingga saham yang dilepas cepat. d. Deskripsi Return Saham Return saham mengindikasi keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga saham pada periode saham dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya. Investor akan menjual sahamnya pada saat return yang tinggi sehingga investor akan melepas saham tersebut dengan cepat. Sahamsaham pada deskripsi return saham ini memiliki pola pergerakan yang selalu naik dikarenakan sampel yang diambil yaitu sampel perusahaan yang positif. Tabel 4.4 Deskripsi Return Saham No. Emiten 2004 1. AALI 0,79710 2. AKRA 0,27778 3. ASII 0,92000 4. BRPT 0,66667 5. FASW 0,46154 6. INTP 0,44706 7. LPBN 0,55556 8. LSIP 0,35714 9. MEDC 0,53704 10. PGAS 0,22581 11. PTBA 0,74286 12. RMBA 0,22222 13. SMRA 0,08696 14. SOBI 1,15000 15. TURI 1,25000 16. UNTR 0,82000 Sumber : data yang diolah 2005 0,58065 0,28696 0,06250 0,22222 0,05263 0,15447 1,11429 1,07018 0,62651 2,63158 0,18033 0,22727 0,20000 0,06047 0,02222 0,61538 2006 1,57143 0,84122 0,53922 0,16364 0,15000 0,61972 0,08784 1,23729 0,05185 0,68116 0,95833 1,29630 0,56000 0,57895 0,02899 0,78231 Ratarata 0,98306 0,46865 0,50724 0,35084 0,22139 0,40708 0,58590 0,88820 0,40513 1,17952 0,62717 0,58193 0,28232 0,59647 0,43374 0,73923 Std deviasi 0,52091 0,32268 0,42964 0,27508 0,21360 0,23519 0,51390 0,46744 0,30921 1,27797 0,40169 0,61867 0,24703 0,54498 0,70691 0,10890 Berdasarkan tabel 4.4 rata-rata return pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh return paling tinggi pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebesar 1,17952 . Sedangkan rata-rata return paling rendah pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 0,22139. Keputusan investor menahan saham paling lama pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk dan sebaliknya investor akan melepas saham paling cepat pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk dikarenakan returnnya tinggi. Investor akan mengingankan return yang tinggi atau return yang bernilai positif sehingga akan memperoleh keuntungan dari menjual sahamnya tersebut. Nilai tertinggi return saham pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebesar 2,63158 dan nilai terendah return pada PT Tunas Ridean sebesar 0,02222 sehingga saham yang ditahan pendek karena returnnya positif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang memiliki return positif sehingga return yang diperoleh investor dari akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 hingga akhir tahun 2006 selalu positif. Jika return positif dapat menyebabkan investor akan segara melepas sahamnya dikarenakan return yang diharapkan akan diperoleh atau holding period akan kecil karena investor memperoleh keuntungan dari pembelian saham sebelumnya. Jadi return yang positif mempercepat kepemilikan saham. e. Deskripsi Varian Return Saham Tabel 4.5 Deskripsi Varian Return Saham No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Emiten AALI AKRA ASII BRPT FASW INTP LPBN LSIP SMRA MEDC PGAS PTBA 2004 0,01078 0,03302 0,00408 0,07139 0,01089 0,03594 0,01565 0,03246 0,00775 0,02027 0,02836 0,01303 2005 0,01484 0,00472 0,00912 2,93526 0,00381 0,01360 0,01630 0,01083 0,01533 0,02457 0,00390 0,00640 2006 0,00880 0,01146 0,00088 0,04251 0,00628 0,00911 0,01923 0,01952 0,00968 0,01188 0,12787 0,01195 Ratarata 0,01147 0,00469 0,01640 1,01639 0,00699 0,01955 0,01706 0,02094 0,01910 0,05338 0,01092 0,05338 Std deviasi 0,00308 0,00415 0,01478 1,66186 0,00359 0,01437 0,00191 0,01088 0,00227 0,06566 0,00394 0,06566 13. RMBA 0,02151 14. SOBI 0,01563 15. TURI 0,00972 16. UNTR 0,02359 Sumber : data yang diolah 0,01878 0,00081 0,01422 0,01220 0,01701 0,01154 0,00479 0,00430 0,01046 0,00933 0,00958 0,01336 0,00356 0,00765 0,00472 0,00970 Berdasarkan tabel 4.5 rata-rata varian return pada masing-masing perusahaan dari 16 perusahaan diperoleh varian return paling tinggi pada PT Barito Pasifik Tbk sebesar 1,01639 Sedangkan rata-rata varian return paling rendah pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar 0,00469. Keputusan Investor menahan saham paling lama pada PT AKR Corporindo Tbk dan sebaliknya melepas saham paling cepat pada PT Barito Pasifik Tbk. Sedangkan nilai varian return saham paling tinggi pada PT Barito Pasifik Tbk sebesar 2,93526. Sedangkan PT Sorino Corporation memiliki varian return terendah sebesar 0,00081. Keputusan investor untuk menahan saham lebih lama pada PT Sorino Corporation sedangkan keputusan untuk menjual saham lebih cepat pada PT Barito Pasifik. Varian return saham menggambarkan penyimpangan dari return yang diharapkan sehingga varian return dan return menggambarkan sloped negatif karena keuntungan sebanding dengan resiko yang diharapkan. C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali:2005:110). Grafik 4.2 Uji Normalitas Data Pada grafik 4.1 P-Plot terlihat titik-titik mengikuti garis diagonal atau menyebar mengikuti garis diagonal maka data dikatakan normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model (Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 dan nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.(Ghozali:2005). Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel TOL VIF Kesimpulan Bid Ask 0,435 2,301 Tidak ada Spread Market Multikolinearitas 0,403 2,479 Value Return Multikolinearitas 0,887 1,127 Saham Varian Tidak ada Tidak ada Multikolinearitas 0,898 1,113 Return Tidak ada Multikolinearitas Sumber : data yang diolah Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen maka model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas. Tabel 4.7 a Coefficient Correlations Model 1 lnvarian Correlations Covariances lnspread lnreturn lnmarket lnvarian 1.000 .239 -.206 .283 lnspread .239 1.000 -.116 .745 lnreturn -.206 -.116 1.000 -.275 lnmarket .283 .745 -.275 1.000 lnvarian .039 .015 -.009 .014 lnspread .015 .096 -.008 .056 lnreturn -.009 -.008 .046 -.014 lnmarket .014 .056 -.014 .059 a. Dependent Variable: lnholding Tabel 4.7 terlihat bahwa tidak terdapat nilai korelasi antar variabel bebas yang bernilai 1. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0,745 atau sekitar 74,5% yaitu antara variabel Market dengan variabel Spread. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius. (Ghozali:2005). 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. (Ghozali:2005:65). Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi b Model Summary Model R 1 .503 R Square a .253 Adjusted R Std. Error of the Durbin- Square Estimate Watson .184 1.54412589 2.002 a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket b. Dependent Variable: lnholding Berdasarkan tabel 4.8 Durbin Watson dengan α = 5% dan banyaknya variabel penjelas x dalam model regresi adalah 4 serta jumlah sampel 48, maka n yang diambil 50 didapat nilai batas bawah (dI) sebesar 1,378 dan batas atas (du) sebesar 1,721. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS 16 diperoleh nilai DW sebesar 2,002. Tabel 4.8 merupakan rangkuman hasil pengolahan data tersebut. Dalam kriteria Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau du) dan nilai batas atas (lower bound atau dl). Adapun kriteria yang diberlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali:2005): Setelah itu membandingkan nilai stastistik d dengan dL (d Lower) dan dU (d upper) dari table dengan ketentuan sebagai berikut : a). Bila d < d L, berarti ada korelasi yang positif. b). Bila dL < d < d U, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa. c). Bila dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif. d). Bila 4-du < d < 4-dL, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa. e). Bila d > 4 – dL, berarti ada korelasi negatif. Tabel 4.9 Hasil Durbin Watson dI Du 4-du 4-dI DW Kesimpulan 1,378 1,721 2,279 2,622 2,002 Tidak ada Autokorelasi Sumber: data diolah Gambar 4.2 Hasil Uji Autokorelasi 1,378 1,721 2,002 2,279 2,622 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan berdasarkan scatterplots dari hasil pengolahan data dengan SPSS 16. Adapun hasil dari pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut : Grafik 4.3 Uji Heteroskedastisitas Dari grafik 4.2 scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi D. Uji Analisis Regresi Berganda Hubungan variabel independen dengan variabel dependen diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, …Xn). Dasar Pengambilan Keputusan dalam uji analisis regresi berganda di antaranya : 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model regresi yaitu Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham ,dan Varian Return Saham mampu menjelaskan variabel dependennya, yaitu Holding Period secara simultan. Hasil F test ini pada output SPSS 16 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan yaitu sebesar 5%. Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVA b Sum of Model 1 Squares Regression df Mean Square 34.754 4 8.689 Residual 102.526 43 2.384 Total 137.280 47 F 3.644 Sig. .012 a a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket b. Dependent Variable: lnholding Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh nilai p-value < α (0,012 < 0,05) artinya 0,012 lebih kecil dari level of signifikan 5% yang berarti signifikan. Variabel bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap variabel holding period Berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi, variabel market value merupakan cerminan dari ukuran perusahaan, variabel return saham menggambarkan tingkat keuntungan dan varian return saham menggambarkan tingkat fluktuasi terdapat hubungan signifikan dalam mempengaruhi keputusan investor dalam menahan dan melepas sahamnya. 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model regresi yaitu Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham ,dan Varian Return Saham mampu menjelaskan variabel dependennya, yaitu Holding Period secara parsial. Hasil uji t test ini pada output SPSS 16 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil t test menunjukkan hubungan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. jika terjadi pengaruh maka p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan yaitu sebesar 5%. Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error Coefficients t Beta Sig. -1.296 .202 .706 3.533 .001 .243 .571 2.751 .009 -.300 .215 -.195 -1.397 .170 .004 .197 .003 .018 .985 -7.836 6.045 lnspread 1.093 .310 lnmarket .669 lnreturn lnvarian a. Dependent Variable: lnholding a. Variabel Bid Ask Spread Dari tabel 4.11 uji yang telah dilakukan pada variabel bid ask spread terhadap holding, diketahui bahwa nilai p-value < α (0,001 < 0,05) artunya 0,001 lebih kecil dari level signifikan 0,1 yang berarti signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel bid ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara bid ask spread dengan holding period atau H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bid ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. b. Variabel Market Value Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel market value terhadap holding period, diketahui bahwa nilai p-value < α (0,009 < 0,05) artinya 0,009 lebih kecil dari level signifikan 0,05 yang berarti signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel market value tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara market value dengan holding period atau H0 ditolak dan Ha diterima.. Hal ini berarti market value mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. c. Variabel Return Saham Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel return saham terhadap varian return saham, diketahui bahwa nilai p-value > α (0,170 > 0,05) yang artinya probabilitas sebesar 0.170 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel return saham mempunyai tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara return saham dengan holding period atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti return saham mempunyai tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap holding period. d. Variabel Varian Return Saham Dari uji t yang telah dilakukan pada variabel varian return saham terhadap holding period, diketahui bahwa nilai p-value > α (0,985 > 0,05) signifikan 0,985 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel return saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period dalam menjelaskan hubungan antara varian return saham dengan holding period atau H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti vaian return saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. 3. Uji Koefisien Determinansi (R2) Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinansi (R2) b Model Summary Change Statistics Model R 1 .503a Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate Change R Square .253 .184 1.54412589 .253 Sig. F F Change 3.644 df1 df2 4 Change 43 a. Predictors: (Constant), lnvarian, lnspread, lnreturn, lnmarket b. Dependent Variable: lnholding Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,184 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 18,4%. Sedangkan sisanya 81,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 5. Hasil Analisis Regresi Berganda Regresi Berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independen (bid ask spread, market value, return saham, varian return saham) dengan variabel dependennya (holding period) dinyatakan dengan persamaan model regresi yaitu : Y = -7,836+ 1,093 X1 + 0,669 X2 – 0,300 X3 + 0,004X4 Y : Holding Period X1 : Bid Ask Spread X2 : Market Value .012 X3 : Return Saham X4 : Varian Return Saham Berdasarkan model regresi di atas dapat diintrepretasikan sebagai berikut : Berdasarkan model regresi Bid ask spread, market value, variabel varian return saham bernilai positif berarti kenaikan variabel bid ask spread, variabel market value dan variabel varian return saham searah dengan variabel holding period. Sedangkan variabel return saham berlawanan dengan variabel holding period. Namun nilai koefisien variabel menunjukkan variabel bid ask spread dan variabel market value yang signifikan pada level 5%, sedangkan variabel return saham dan variabel varian return saham tidak signifikan pada level signifikan 5%. Dengan hasil ini, menunjukkan bahwa variabel bid ask spread dan market value menunjukkan hipotesa alternatif (Ha) diterima dan menolak hipotesa null (H0). Sedangkan variabel return saham dan veriabel varian return saham menolak hipotesa alternatif (Ha) dan menerima hipotesa null (H0). Artinya variabel bid ask spread dan variabel market value yang berpengaruh terhadap holding period secara signifikan. Konsisten dengan Atkins dan Dyl(1997). Variabel bid ask spread berpengaruh signifikan terhadap variabel holding berarti diperoleh bahwa biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid ask spread memang mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Bid ask spread yang tinggi mempengaruhi investor untuk menahan sahamnya lebih lama. Bid ask spread merupakan selisih dari harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tersebut dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor bersedia menjual sahamnya. Di Bursa Efek Indonesia diterapkan sistem driven market artinya investor hanya dapat melakukan transaksi perdagangan melalui jasa broker (Zuhroh:2002). Jelas bahwa jasa broker diperoleh dari spread tersebut. Spread digunakan untuk menutupi 3 unsur biaya menurut Stoll dan Miller (1989) yaitu : inventory holding cost 1%, order processing cost 47%, dan adverd information cost 43%. Spread yang tinggi menyebabkan saham tersebut tidak liquid karena biaya transaksi tinggi sehingga investor kurang tertarik untuk melakukan transaksi perdagangan atau investor lebih tertarik menahan sahamnya. Namun jika spread rendah maka investor tertarik untuk melakukan perdagangan atau melepas sahamnya. Bid Ask Spread mempengaruhi kepemilikan saham menjadi lebih panjang waktunya. Hal ini dapat dilihat dengan koefisien regresi 1,093 mempengaruhi paling besar terhadap holding period. Kenaikan X1 sebesar 1,093 berarti kenaikan bid ask spread 1 % maka kenaikan variabel Y sebesar 0.01 %. Studi konsisten dengan Atkins & Dyl (1997) yaitu bahwa semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan saham yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan investor via dealer berupaya berupaya menetapkan ask price yang melebihi bid price, di mana dalam dealer auction market ask price maksimum terbentuk dalam periode yang lama. Selain itu juga investor sudah menanggung biaya order transaksi yang tinggi maka sebagai kompensasinya dia akan menahan saham yang baru dibeli lebih lama lagi. Saham yang diperoleh dengan biaya transaksi yang tinggi amat berharga dimata pemegangnya. Spread yang tinggi akan menyebabkan saham tersebut tidak liquid sedangkan saham yang memiliki spread rendah menyebabkan saham tersebut liquid diperdagangkan. Hal ini diperkuat oleh Huang & Wei (2002), Januar dan Fitri (2005). Oleh karena itu, variabel bid ask spread yang merupakan komponen dari biaya transaksi dapat mempengaruhi cepat /lambatnya investor dalam menahan sahamnya. Variabel market value berpengaruh signifikan terhadap variabel holding period berarti diperoleh bahwa variabel market value merupakan cerminan ukuran perusahaan terhadap saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia mempengaruhi masa kepemilikan saham. Nilai tinggi dari market value berarti ukuran perusahaan yang besar terhadap saham yang diperdagangkan.(Januar dan Fitri:2005). Sedangkan nilai market value yang rendah mencerminkan ukuran perusahaan yang rendah terhadap saham yang di perdagangkan. Investor akan tertarik menahan sahamnya lebih lama terhadap perusahaan yang memiliki ukuran pasar yang besar karena untuk mengurangi resiko dari bangkrutnya perusahaan. Dan market value rendah ada kemungkinan jika perusahaan tersebut bangkrut maka resiko investor memiliki saham tersebut tinggi sehingga investor akan melepas sahamnya jika market value rendah. Market value mempengaruhi kepemilikan saham lebih lama waktunya. Selain itu juga kebanyakan investor menganggap bahwa perusahaan besar biasanya lebih stabil keuangan serta didukung oleh analisanalis yang kompeten sehinggga laporan dan informasi keuangan yang memperpendek jarak antara pengarapan investor dengan sebenarnya yang terjadi di perusahaan. (Indriantoro:1999). Hal ini dapat dilihat dengan koefisien regresi 0,669 mempengaruhi terhadap holding period. Kenaikan X2 sebesar 0,669 berarti kenaikan market value 1 % maka kenaikan variabel Y sebesar 0.006 %. Penelitian ini konsisten dengan Atkins & Dyl (1997), Lenny dan Indriantoro (1999), Januar dan Fitri (2005) dan Rony Setyawan (2008). Namun berdasarkan uji F atau secara simultan keempat variabel yaitu variabel bid ask spread, variabel market value, variabel return saham, dan variabel varian return saham berpengaruh signifikan sebesar 0,012 atau lebih kecil dari level signifikan 0,05. Hal ini berarti semua variabel (variabel bid ask spread, variabel market value, variabel return saham dan variabel varian return saham) menunjukkan hipotesa alternatif (Ha) diterima dan menolak hipotesa null (H0). Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi. Variabel market value merupakan ukuran besarnya perusahaan dalam pasar mempengaruhi keputusan investor dalam menaham dan melepas sahamnya. Return saham merupakan ukuran tingkat pengembalian saham. Variabel varian return saham menggambarkan tingkat fluktuasi saham.(Zuhroh:2002). Masing-masing variabel tersebut secara simultan memperngaruhi variabel holding period sehingga mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Penelitian ini konsisten dengan Atkins & Dyl (1997), Lenny dan Indriantoro (1999), Januar dan Fitri (2005) dan Rony Setyawan (2008). Selanjutnya nilai koefisien determinasi R square sebesar 0,184 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 18,4%. Sedangkan sisanya 81,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji t atau secara parsial variabel bid ask spread dan variabel market value berpengaruh signifikan terhadap variabel holding period. Karena dari uji t didapat p-value < α artinya probablitas bid ask spread terhadap holding period sebesar 0,001 lebih kecil dari level of signifikan 5 %. Dan market value diperoleh p-value < α artinya probabilitas sebesar 0,009 lebih kecil dari level of signufikan 5 % berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini konsisten dengan penelitian Atkins & Dyl (1997) yang menjelaskan bahwa pemegang saham akan menahan sahamnya pada saham yang memiliki spread tinggi dan melepas sahamnnya pada saat spread tersebut rendah. Sedangkan variabel return saham dan variabel varian return saham tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel holding period. Dikarenakan variabel return saham diperoleh p-value > α (0,170 > 0,05) artinya probabilitas return saham terhadap holding period lebih besar dari level of signifikan 5% berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dan varian return saham diperoleh p-value > α (0,985 > 0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak.(konsisten dengan penelitian Lenny dan Indriyantoro (1999). 2. Berdasarkan uji F atau secara simultan diperoleh bahwa variabel bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period karena diperoleh pvalue > α (0,012 > 0,05) artinya probabilitas 0,012 lebih kecil dari level of signifikan 5 % maka H0 ditolak dan Ha diterima. Penelitian ini konsisten dengan Atkins & Dyl (1997), Lenny dan Indriantoro (1999), Januar dan Fitri (2005) dan Rony Setyawan (2008). 3. Berdasarkan analisis terhadap persamaan regresi yang diperoleh dari hubungan bid ask spread, market value, return saham, varian return saham terhadap holding period.dapat disimpulkan model regresi hanya mampu menerangkan 18,4% dan sisanya 81,6% dijelaskan dengan variabel lainnya. 4. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi holding period adalah bid ask spread di antara variabel market value, return saham dan varian return saham. Bid ask spread merupakan cerminan dari biaya transaksi lebih dominan dalam mempengaruhi keputusan investor dalam masa kepemilikan sahamnya. Spread yang tinggi akan menyebabkan investor menahan sahamnya karena biaya transaksi tinggi sehingga investor akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya atau ketika spread itu rendah karena biaya trnasaksi rendah. Jadi Spread yang tinggi menyebabkan saham tersebut tidak liquid dan spread yang rendah menyebabkan saham tersebut likuid. 5. Berdasarkan model regresi bahwa bid ask spread memiliki pengaruh positif terhadap holding period. market value memiliki pengaruh positif terhadap holding period. Hal ini menunjukkan makin besar market value dan bid ask spread maka makin lama saham yang akan ditahan oleh investor. Variabel bid ask spread merupakan fungsi dari biaya transaksi dan variabel market value merupakan ukuran besarnya perusahaan dalam pasar mempengaruhi keputusan investor dalam menahan dan melepas sahamnya. B. Implikasi 1. Perusahaan Perusahaan untuk digunakan sebagai dasar guna menambah kepercayaan investor dengan cara menambah nilai pasar dan memperluas usahanya agar terlihat memiliki pasar yang besar atau usaha yang besar karena investor tertarik dengan perusahaan yang berkapasitas besar dikarenakan resiko yang dihadapi akan kecil. 2. Investor Dari penelitian ini membantu investor untuk memberikan pilihan dalam menahan saham ataupun melepas saham agar memperoleh return yang diharapkan dengan resiko yang tidak begitu besar. Sekaligus sebagai pedoman guna menemukan perusahaan yang memiliki kapasistas besar dan perusahaan berkapasitas kecil di pasar saham sehingga dapat memprediksi resikonya. 3. Akademisi Penelitian ini berguna bagi kalangan akademisi untuk dijadikan literatur dan dapat digunakan sebagai bahan dalam praktek menjalankan transaksi saham. Dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. C. Saran Penelitian ini kurang mampu menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel independennya. Sebaiknya ditambahkan dengan variabel lainnya. Selain itu juga data yang digunakan dalam penelitian ini skewness yang tajam maka perlu ditransformasikan menjadi natural logarithm.. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel yang berhubungan dengan tingkat propitabilitas perusahaan ataupun variabel inflasi ataupun variabel resiko pasar. Dalam membeli saham sebaiknya investor memperhatikan bid ask spread dan market value pada perusahaan tersebut sehingga aman dan tidak rugi dalam menahan saham tersebut. Daftar Pustaka Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya, “Metodelogi Penelitian Keuangan”. Edisi Pertama,Graha Ilmu, Yogyakarta. 2006. Eko Prasetio, Januar dan Fitri Yuliana S, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan Return Saham terhadap Holding Period Saham LQ 45, Jurnal Ekonomi. 2005. Ekaptra, Irwan Adi, “Determinan Intraday Bid Ask Spread Saham di Bursa Efek Jakarta”, Majalah Usahawan No. 05, Mei 2006. Fabozzi, Frank, “Manajemen Investasi”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 199 Ghozali, Imam, “Aplikasi Multivariat dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Univ Diponogoro, Semarang. 2005 Halim, Abdul, “Analisis Investasi”. Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.2005. Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga, UPP AMP Lenny. Indriatoro, “Pengaruh Transaction Cost terhadap lamanya Holding Period Saham Biasa, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 1 No.3, Desember 1999. Magdalena, Nany,”Analisis Pengaruh Harga Saham, Return Saham, Varian Return Saham, Earnings dan Volume Perdagangan terhadap Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta)”, Persepktif, Vol.9 No.1, Juni 2004. Puspita, Yenny Ayu Mia dkk, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Variance Return Saham dan Return On Equity terhadap Holding Period Perusahaan LQ 45 Periode 1999-2002”, Jurnal Ekonomi univ. Airlangga. 2002. Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BDFN UGM, Yogyakarta.1998. Santoso, Purbayu Budi, “Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.” Edisi Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. 2005. Setyawan, Roni, “Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan Volatilitas Harga terhadap Holding Period Saham-Saham LQ 45”, Majalah Usahawan No.01, Januari 2008. Subali, Diana dan Zuhroh, “Analisis Pengaruh Transaction Cost terhadap Holding Period Saham Biasa”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5 No. 2, Mei 2002. Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”.Edisi Ketiga, UPP AMP, Yogyakarta. 2003. Susanti, Arozzy dan Setyawan, “Analisis Pengaruh Harga , Volume Perdagangan dan Volatilitas Harga Saham pada Bid Ask Spread Perusahaan yang Melakukan Stock Split”, Majalah Usahawan No. 10, Oktober 2005 Lampiran No.1 Daftar Harga Saham Penutupan No. Kode 2003 2004 2005 2006 1. AALI 1725 3100 4900 12600 2. AKRA 900 1150 1480 2725 3. ASII 5000 9600 10200 15700 4. BRPT 270 450 550 640 5. FASW 650 950 1000 1150 6. INTP 2125 3075 3550 5750 7. LPBN 450 700 1480 1610 8. LSIP 1050 1425 2950 6600 9. MEDC 1350 2075 3375 3550 10. PGAS 1550 1900 6900 11600 11. PTBA 875 1525 1800 3525 12. RMBA 90 110 135 310 13. SMRA 575 625 750 1170 14. SOBI 500 1075 1140 1800 15. TURI 300 675 690 710 16. UNTR 1250 2275 3675 6550 Lampiran No.2 Daftar Harga ASK No. Kode 2004 2005 2006 1. AALI 3100 4950 12700 2. AKRA 1150 1480 2725 3. ASII 9650 10200 15850 4. BRPT 455 560 640 5. FASW 950 1000 1150 6. INTP 3100 3550 5750 7. LPBN 700 1500 1620 8. LSIP 1425 2950 6550 9. MEDC 2050 3450 3575 10. PGAS 1900 6950 11600 11. PTBA 1550 1810 3525 12. RMBA 115 135 310 13. SMRA 650 740 1180 14. SOBI 1075 1140 1800 15. TURI 675 720 720 16. UNTR 2275 3675 6650 Lampiran No.3 Daftar Harga BID No. Kode 2004 2005 2006 1. AALI 3075 4900 12600 2. AKRA 1100 1420 2675 3. ASII 9600 10150 15700 4. BRPT 450 550 620 5. FASW 875 950 1110 6. INTP 3075 3525 5700 7. LPBN 675 1480 1590 8. LSIP 1400 2875 6450 9. MEDC 2025 3425 3550 10. PGAS 1850 6900 11550 11. PTBA 1525 1800 3500 12. RMBA 110 130 305 13. SMRA 625 730 1170 14. SOBI 1000 1040 0 15. TURI 625 690 710 16. UNTR 2250 3650 6550 Lampiran No.4 Daftar Volume Perdagangan No. Kode 2004 2005 2006 1. AALI 406000 754500 224000 2. AKRA 1575500 2104000 1762500 3. ASII 4242000 3782000 2490000 4. BRPT 5152000 679500 21478000 5. FASW 102500 130000 11000 6. INTP 7820500 975500 544000 7. LPBN 886500 197000 1984500 8. LSIP 1068500 275500 1578000 9. MEDC 2210000 947000 5891000 10. PGAS 9123000 1194000 8905000 11. PTBA 677500 3441500 44366000 12. RMBA 6818500 35519500 41604000 13. SMRA 323000 1873000 1071500 14. SOBI 336000 116000 5000 15. TURI 670500 25000 2005000 16. UNTR 14217000 9852000 2561000 Lampiran No.5 Jumlah Saham yang Beredar No. Kode 2004 2005 2006 1. AALI 1555226500 1574745000 1574745000 2. AKRA 208000000 624000000 624000000 3. ASII 4048355314 4048355314 4048355314 4. BRPT 2617459794 2617459794 2617459794 5. FASW 2477888787 2477888787 2477888787 6. INTP 3681231699 3681231699 3681231699 7. LPBN 3876575709 3876575709 3876575709 8. LSIP 765709793 1095229293 1095229293 9. MEDC 3332451450 3332451450 3332451450 10. PGAS 4377930305 4536965305 4536965305 11. PTBA 2133305000 2304131850 2304131850 12. RMBA 6733125000 6733125000 6733125000 13. SMRA 1873528800 1967204800 2754086720 14. SOBI 180000000 180000000 180000000 15. TURI 1395000000 1395000000 1395000000 16. UNTR 2814886600 2851609100 2851609100 Lampiran No.6 Daftar Bid Ask Spread No. Emiten 2004 2005 2006 1. AALI 0,00810 0,00570 0,00791 2. AKRA 0,04444 0,02888 0,01852 3. ASII 0,00519 0,00386 0,00951 4. BRPT 0,01105 0,01695 0,03175 5. FASW 0,08219 0,04739 0,03540 6. INTP 0,00810 0,00541 0,00873 7. LPBN 0,03636 0,01294 0,01869 8. LSIP 0,01770 0,01596 0,01538 9. MEDC 0,01227 0,00714 0,00702 10. PGAS 0,02667 0,00541 0,00432 11. PTBA 0,01626 0,00377 0,00712 12. RMBA 0,04444 0,02273 0,01626 13. SMRA 0,03922 0,01361 0,00851 14. SOBI 0,07229 0,09174 2,00000 15. TURI 0,07692 0,04255 0,01399 16. UNTR 0,01105 0,00683 0,01515 Lampiran No.7 Daftar Market Value No. Emiten 2004 2005 2006 1. AALI 4821202150000 7716250500000 19841787000000 2. AKRA 239200000000 923520000000 1700400000000 3. ASII 38864211014400 41293224202800 63559178429800 4. BRPT 1177856907300 1439602886700 1675174268160 5. FASW 2353994347650 2477888787000 2849572105050 6. INTP 11319787474425 13068372531450 21167082269250 7. LPBN 2713602996300 5737332049320 6241286891490 8. LSIP 1091136455025 3230926414350 7228513333800 9. MEDC 6914836758750 11247023643750 11830202647500 10. PGAS 8318067579500 31305060604500 52628797538000 11. PTBA 3253290125000 4147437330000 8122064771250 12. RMBA 740643750000 908971875000 2087268750000 13. SMRA 1170955500000 1475403600000 3222281462400 14. SOBI 193500000000 205200000000 324000000000 15. TURI 941625000000 962550000000 990450000000 16. UNTR 6403867015000 10479663442500 18678039605000 Lampiran No.8 Daftar Return Saham No. Emiten 2004 2005 2006 1. AALI 0,79710 0,58065 1,57143 2. AKRA 0,27778 0,28696 0,84122 3. ASII 0,92000 0,06250 0,53922 4. BRPT 0,66667 0,22222 0,16364 5. FASW 0,46154 0,05263 0,15000 6. INTP 0,44706 0,15447 0,61972 7. LPBN 0,55556 1,11429 0,08784 8. LSIP 0,35714 1,07018 1,23729 9. MEDC 0,53704 0,62651 0,05185 10. PGAS 0,22581 2,63158 0,68116 11. PTBA 0,74286 0,18033 0,95833 12. RMBA 0,22222 0,22727 1,29630 13. SMRA 0,08696 0,20000 0,56000 14. SOBI 1,15000 0,06047 0,57895 15. TURI 1,25000 0,02222 0,02899 16. UNTR 0,82000 0,61538 0,78231 Lampiran No.9 Daftar Varian Return Saham No. Emiten 2004 2005 2006 1. AALI 0,01078 0,01484 0,00880 2. AKRA 0,03302 0,00472 0,01146 3. ASII 0,00408 0,00912 0,00088 4. BRPT 0,07139 2,93526 0,04251 5. FASW 0,01089 0,00381 0,00628 6. INTP 0,03594 0,01360 0,00911 7. LPBN 0,01565 0,01630 0,01923 8. LSIP 0,03246 0,01083 0,01952 9. SMRA 0,00775 0,01533 0,00968 10. MEDC 0,02027 0,02457 0,01188 11. PGAS 0,02836 0,00390 0,12787 12. PTBA 0,01303 0,00640 0,01195 13. RMBA 0,02151 0,01878 0,01701 14. SOBI 0,01563 0,00081 0,01154 15. TURI 0,00972 0,01422 0,00479 16. UNTR 0,02359 0,01220 0,00430 Lampiran No.10 Daftar Holding Period No. Emiten 2004 2005 2006 1. AALI 3830,60714 2087,13718 7030,11161 2. AKRA 132,02158 296,57795 354,04255 3. ASII 954,35062 1070,42711 1625,84551 4. BRPT 508,04732 3852,03796 121,86702 5. FASW 24174,52475 19060,68298 225262,61700 6. INTP 470,71564 3773,68703 6766,97003 7. LPBN 4372,89984 19678,04928 1953,42691 8. LSIP 716,62124 3975,42393 694,06166 9. MEDC 1507,89658 3518,95612 565,68519 10. PGAS 479,87836 3799,80344 509,48515 11. PTBA 3148,78967 669,51383 51,93463 12. RMBA 987,47892 189,56137 161,83840 13. SMRA 5800,39876 1050,29621 2570,30958 14. SOBI 535,71429 1551,72414 36000,00000 15. TURI 2080,53691 55800,00000 695,76060 16. UNTR 197,99442 289,44469 1113,47485 Lampiran No.11 Hasil Output