Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan

advertisement
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 99-102
99
Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan Variance Return
Terhadap Holding Period
Desy Ratnasari, Dra Dewi Astuti, MM, CFP
Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail:[email protected]; [email protected]
Abstrak— Holding Period adalah rata-rata panjangnya waktu
investor menahan saham perusahaan selama jangka waktu atau
periode
tertentu.
Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi Holding Period yaitu Bid Ask Spread, Market
Value, dan Variance Return. Penelitian ini ditujukan untuk
melihat pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, dan Variance
Return terhadap Holding Period. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda
dengan hasil yang menunjukkan bahwa Bid Ask Spread dan
Market Value memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Holding Period, sedangkan Variance Return tidak berpengaruh
signifikan terhadap Holding Period.
.
Kata Kunci: Bid Ask Spread, Variance Return, Market Value,
Holding Period
Abstract— Holding Period is the average length of the time for
the investors to hold a stock over a period. Some factors that
affect holding period are Bid Ask Spread, Market Value, and
Variance of Return. This study aims to see the impact of Bid Ask
Spread, Market Value, and Variance of Return on Holding
Period. Using multiple regression analysis: Bid Ask Spread and
Market Value significantly influence the Holding Period, while
Variance of Return insignificant influence on Holding Period.
Key Words: Bid Ask Spread, Variance Return, Market Value,
Holding Period
1. PENDAHULUAN
Investor atau pemilik saham memiliki kebebasan untuk
memilih jenis saham perusahaan yang go public. Selain
memilih saham, investor juga memiliki kebebasan dalam
membeli jumlah lembar saham dan lamanya memegang
financial asset tersebut. Akan tetapi investor harus memiliki
pertimbangan untuk mengurangi resiko sampai tingkat
tertentu untuk mendapatkan gain yang maksimal. Jika
investor memprediksikan bahwa saham perusahaan yang
dibelinya tersebut dapat menguntungkan, maka investor akan
cenderung menahan sahamnya dalam jangka waktu yang
lebih lama, tentunya dengan harapan bahwa harga jual
saham tersebut akan lebih tinggi dimasa yang akan datang.
Sebaliknya, investor akan segera melepas saham yang telah
dibelinya, jika diprediksikan bahwa harga saham tersebut
akan mengalami penurunan.
Pada dasarnya seorang investor melakukan investasi
saham karena selalu mengharapkan capital gain dan
devidend (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Oleh karena itu
investor harus tahu kapan untuk membeli dan menjual saham
serta kapan investor harus menahan saham yang telah
dimilikinya. Lamanya waktu yang diperlukan investor untuk
berinvestasi pada saham perusahaan dalam jangka waktu
atau periode tertentu disebut holding period (Jones, 1996).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat
beberapa faktor mempengaruhi jangka waktu investor dalam
memegang sahamnya. Menurut teori Mandelson (1986),
terdapat 2 faktor yang mempengaruhi holding period saham
yakni faktor eksternal (inflasi), faktor internal (transaction
cost: bid-ask spread, market value dan variance return ).
Bid-Ask Spread merupakan fungsi dari transaction cost
(biaya transaksi) dimana dapat diprediksi bahwa asset yang
memiliki spread lebih besar menghasilkan expected return
yang lebih tinggi, akibatnya investor mengharapkan holding
period lebih panjang (Stoll, 1993). Market Value
mencerminkan nilai keseluruhan suatu perusahaan yang
terjadi di pasar saham (Jones, 1996). Makin besar nilai pasar
suatu perusahaan, makin lama pula investor menahan
kepemilikan sahamnya, karena investor menganggap bahwa
perusahaan besar biasanya lebih stabil keuangannya,
resikonya lebih kecil, dan mampu menghasilkan laporan dan
informasi keuangan. Variance Return saham perusahaan
adalah ukuran langsung dari volatilitas saham perusahaan
yang merupakan proksi dan risiko perusahaan. Secara
teoritis, perkembangan variance return saham yang tinggi
akan menyebabkan holding period saham menjadi lebih
pendek.
Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997)
menemukan bahwa bid-ask spread berpengaruh positif dan
signifikan terhadap holding period. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Leny dan Indriantoro (1999) menghasilkan
kesimpulan yang berbeda dengan penemuan Atkins. Leny
menyimpulkan bid-ask spread berpengaruh negatif dan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap holding period,
tetapi hanya variable market value saja yang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan investor dalam
menentukan masa kepemilikkan sahamnya.
Menurut penelitian Miapuspita et al (2003) bid ask
spread memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
holding period. Penelitian ini telah banyak dilakukan tetapi
hanya penelitian dengan periode dua tahun, oleh karena itu
peneliti ingin melakukan penelitian ini dengan periode yang
lebih panjang yaitu 4 tahun karena penelitian 2 tahun untuk
holding period merupakan investasi jangka menengah, jenis
investasi saham lebih cocok menggunakan jangka panjang
atau periode lebih dari 3 tahun. Penelitian ini menggunakan
perusahaan LQ45 karena perusahaan LQ45 adalah
perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi serta
nilai kapitalisasi pasar yang besar.
2.TEORI PENUNJANG
A. Bid Ask Spread
Menurut Abdul Halim (2000), bid ask spread merupakan
selisih harga tertinggi yang trader bersedia membeli suatu
saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 99-102
menjual saham tersebut. Dalam transaksi saham, bid
menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan
melakukan pembelian saham tersebut, sedangkan ask
menunjukkan harga yang ditawarkan oleh pihak yang akan
menjual saham tersebut. Suatu transaksi belum terjadi jika
terdapat perbedaan antara bid dan ask (Darmadji dan
Fakhrudin, 2001). Bid ask spread merupakan faktor yang
dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil keputusan
apakah menahan atau menjual saham. Menurut Purwanto
(2003), spread mempunyai dua model, yaitu: dealer spread
dan market spread. Dealer spread adalah selisih antara
harga bid dengan harga ask yang menyebabkan delaer ingin
memperdagangkan sekuritas dengan aktiva nya sendiri untuk
mendapatkan keuntungan sendiri. Dealer spread dapat
diamati dalam mekanisme perdagangan di bursa pararel
(NASDAQ) karena dealer di bursa pararel hanya berprofesi
sebagai dealer, tidak sebagai broker. Dealer spread sulit
diamati di Bursa Efek Indonesia karena fungsi perantara
perdagangan efek berperan ganda yaitu sebagai dealer dan
broker atau disebut broker/dealer. Market spread
merupakan perbedaan antara permintaan beli tertinggi
dengan penawaran jual terendah yang terjadi pada suatu saat
tertentu
B. Market Value
Market value adalah nilai yang berlaku di pasar sebagai
suatu akibat dari perdagangan jual beli saham dalam periode
tertentu (Jogiyanto, 2000). Menurut Horowitz (2000),
market value adalah nilai pasar ekuitas pemegang saham
yang merupakan pencerminan realitas keadaan ekuitas
pemegang saham yang sebenarnya. Nilai pasar suatu
perusahaan dihitung dengan mengalikan nilai pasar per
lembar saham dengan jumlah saham yang beredar, hal ini
menunjukkan nilai total perusahaan ditentukan oleh pasar.
C. Variance Return
Dalam sebuah investasi selalu ada return dan risk. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto,
2000). Return dapat berupa return realisasi yang sudah
terjadi atau return ekspektasi yang merupakan return yang
diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Risk
adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian
yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual
(Halim, 2005). Ada beberapa ukuran yang dapat digunakan
untuk mengukur resiko, yaitu: beta saham, coefisien variasi,
dan varian. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan
sebagai proksi dari tingkat risiko yang diakibatkan oleh
fluktuasi harga saham adalah varian. Menurut Leny dan
Indrianto (1992), variance return adalah perubahan harga
saham pada periode tertentu.
D. Holding Period
Menurut Jones (1996), holding period adalah rata-rata
panjangnya waktu investor menaham saham perusahaan
selama jangka waktu atau periode tertentu. Holding period
adalah lamanya waktu investor menahan atau memiliki
saham yang dibelinya (Atkins dan Dyl, 1997). Semakin lama
seorang investor memiliki sebuah saham maka semakin lama
holding period saham tersebut, sebaliknya apabila jangka
waktu antara investor membeli dan menjual lagi saham yang
dimiliki pendek maka holding period saham tersebut pendek.
100
E. Hubungan Bid Ask Spread dengan Holding Period
Bid Ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan
investor untuk mengambil keputusan apakah menjual atau
menahan saham tersebut. Hal yang harus diperhatikan
investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada
harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan
antara harga permintaan beli dan harga tawaran jual. Aset
yang memiliki spread yang lebih besar menghasilkan
expected return yang lebih besar pula, yang membuat
investor mengharapkan holding period yang panjang (Stoll,
1993). Hasil yang diperoleh Atkins dan Dyl (1997), Subali
Zuhroh (2002) adalah variabel bid ask spread memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period.
F. Hubungan Market Value dengan Holding Period
Menurut Jones (1996), market value merupakan nilai
keseluruhan yang terjadi di pasar saham pada periode
tertentu. Makin besar nilai pasar suatu perusahaan, maka
makin lama pula investor menahan kepemilikan sahamnya
karena investor menganggap bahwa perusahaan besar
memiliki risiko yang lebih kecil dan mampu menghasilkan
laporan dan informasi keuangan dengan baik. Oleh karena
aitu market value merupakan variabel yang diperhatikan
investor dalam menentukan lamanya holding period.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl
(1997), Leny dan Indrianto (1999), Subali dan Zuhror
(2002), dan Miapuspita dkk (2003) menyatakan bahwa
market value mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap holding period.
G. Hubungan Variance Return dengan Holding Period
Hubungan return dan risiko merupakan hubungan yang
searah linear, artinya semakin besar risiko yang ditanggung
maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan
(Miapuspita dkk, 2003). Perkembangan return saham yang
tinggi akan menyebabkan holding period saham menjadi
semakin pendek karena investor telah mendapatkan
keuntungan sesuai yang diharapkan. Hal ini juga berkaitan
dengan preferensi investor terhadap risiko, apakah investor
tersebut mengabaikan risiko, menghindari risiko atau
mencari risiko, tetapi pada kenyataannya hampir semua
investormenghindari risiko. Implikasi penghindaran risiko
terhadap tingkat pengambalian adalah bila hal-hal lain
konstan, maka semakin tinggi risiko maka semakin tinggi
tingkat return yang diharapkan. Hal ini berkaitan dengan
konsep high risk dan high return karena investor yakin jika
saham-saham yang memiliki risiko tinggi akan memiliki
expected return yang tinggi pula. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Miapuspita dkk (2003), variance return
mempunyai hubungan negatif terhadap holding period.
Bid Ask Spread
Market Value
Variance Return
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Holding
Period
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 99-102
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat tiga
variabel yang mempengaruhi holding period. Tiga variabel
tersebut adalah bid ask spread, market value, dan variance
return. Bid ask spread memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap holding period, market value memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap holding period, variance return
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap holding
period.
3. METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena
menggunakan data yang diukur dalam suatu skala numerik
(angka). Menurut Kaisram (2008) penelitian kuantitatif
merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data indeks
saham LQ45 selama periode Januari 2009 – Des 2012.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dimana sampel harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Telah tercatat/listed di Bursa Efek Indonesia sebagai
emiten selama periode Januari 2009 – Des 2012.
2. Masuk dalam saham yang aktif diperdagangkan dan
selalu tercatat dalam indeks LQ45 selama periode
Januari 2009 – Des 2012.
3. Harus tersedia data bid dan ask, volume transaksi,
harga saham, dan jumlah saham beredar selama periode
Januari 2009 – Des 2012.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bid ask spread (X1), market value (X2), variance
return (X3), Holding Period (Y).
Regresi linier berganda dilakukan dengan model sebagai
berikut:
HldPeriT
: α + β Spread + βMV + β var
Dimana:
HPR
: holding period
Spread
: bid ask spread
MV
: market value
VAR
: variance return
A
: konstanta
β Spread
: koefisien regresi spread
β MV
: koefisien regresi market value
β MV
: koefisien regresi variance return
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Perusahaan-perusahaan yang terpilih sebagai sampel
dalam penelitian ini harus memenuhi persyaratanpersyaratan yang ada. Terdapat 45 perusahaan dari indeks
saham LQ45 dan dari keseluruhan populasi, yang terpilih
memenuhi persyaratan adalah sebanyak 24 perusahaan yang
akan diteliti.
Dalam melakukan uji regresi berganda harus lolos dalam
uji asumsi klasik, agar hasil dari penelitian tidak bias. Pada
saat dilakukan uji asumsi klasik analisa regresi berganda,
data penelitian tidak lolos dalam uji normalitas dan uji
autokorelasi. Sehingga perlu dilakukan penyaringan data
outliers pada persamaan regresi. Setelah dilakukan data
putliers maka penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik.
Model dari persamaan regresi seperti yang disajikan
dalam tabel 1 dari hasil running regresi linear berganda
menggunakan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Y = -7.769 – 14.844 Spread + 0.471 MV + 2.277 VR
101
Tabel 1. Hasil Analisa Regresi Berganda
Variabel Independen
Konstanta
Bid Ask Spread
Market Value
Variance Return
Nilai Koefisien Determinasi
Nilai Uji Signifikan F
Koefisien
-7.769
-14.844
0.471
2.277
0.650
0.000
Dari tabel 1 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi
sebesar 65% variasi dari variabel dependen holding period
dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen bid ask
spread, market value, variance return.
Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari α = 5%
maka gagal tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel bid ask spread, market value dan variance return
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap holding period.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh signifikan dari variabel bid ask
spread, market value, variance return terhadap holding
period, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Bid ask spread, market value, dan variance return
memiliki pengaruh yang signifikans ecara bersama-sama
terhadap holding period.
b. Bid ask spread berpengaruh negatif signifikan terhadap
holding period secara parsial
c. Market value berpengaruh positif signifikan terhadap
holding period secara parsial
d. Variance return tidak berpengaruh signifikan terhadap
holding period secara parsial
e. Koefisien determinasi menunjukkkan bahwa 65% holding
period dapat dijelaskan oleh variabel bid ask spread,
market value, dan variance return
Untuk
penelitian
selanjutnya
diharapkan
menambahkan periode pengamatan menjadi 5 tahun atau
lebih, sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dan
menggunakan sampel harian.
Dari nilai koefisien determinasi yang dihasilkan
hanya sebesar 65%maka 35% holding period dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh penelitian ini
seperti earning per share, return on equity atau rasio
likuiditas. Maka dari itu penulis sarankan untuk menambah
variabel lain yang dapat menentukan panjang atau
pendeknya holding period.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Allen B. dan Dyl, Edward A. (1997). Transaction costs
and Holding Period for common stocks. The Journal of Finance
vol III , 309-325.
Amihud, Yakov dan Halim Mandelson. (1986). Asset Pricing and
The Bid-Ask Spread. Journal of FinancialEconomic no 17 , 223249.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M Fakhrudin. (2006). Pasar Modal
Indonesia :Pendekatan tanya jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, A. (2005). Analisis Investasi Jakarta. Jakarta: Salemba
Empat.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 99-102
Halim, A. (2000). Auditing. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Horowitz A, S. H. (2000). Microganism and feed management in
aquaculture. Global Aquaculture, The Advocate Vol 3. Issue 2 , 3334.
Jogiyanto, H. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta: BPFE - UGM.
Jones, C. P. (1996). Investment Analysis and Management.
Canada: John wiley & Sons Inc.
Kasiram, Mohammad. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif
Kuantitaif, Malang: UIN Malang Press
Leny dan Indrianto, Nur. (1999). Analisis Pengaruh Transaction
Cost terhadap lamanya Holding Period Saham Biasa.
Jurnal
bisnis dan Akutansi vol I. No 3, 209-220.
Miapuspita, Y. A. (2003). Analisis Pengaruh bid ask spread,
market value, dan risk of return saham terhadap holding period
pada saham teraktif yang tercatat di bursa efek Jakarta periode
2001-2002. jurnal ventura vol 6 No 2 , 117-125.
Purwanto, Agus. 2003. “Pengaruh Harga Saham,
Volume
Perdagangan, dan Variance Return terhadap Bid Ask Spread pada
masa Sebelum dan Sesusah Right Issue di Bursa Efek Jakarta
periode 2000 – 2002”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume
01/No.01/November 2004, hal 66-80.
Stoll, H. R. (1993). Transaction cost and the small firm effect.
journal of financial economics vol 12 , 57-80.
Subali dan Diana,Zuhroh. (2002). Analisis Pengaruh Transaction
Cost terhadap Holding Period Saham Biasa. Jurnal riset akutansi
indonesia vol 5 , 1993-213.
102
Download