BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, pasar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang
ataupun modal sendiri. Pasar modal di Indonesia sejak 1989 menunjukkaan pasang
surut yang menggembirakan, setelah pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi,
baik deregulasi di bidang ekonomi pada umumnya maupun di pasar modal pada
khususnya. Perkembangan ini sangat pesat bisa dilihat dari jumlah emiten yang saat
ini terdaftar, maupun dari kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia. Pasar modal
menjadi sarana yang paling tepat selain perbankan dalam memobilisasi dana
masyarakat guna membiayai dana pembangunan dan selain itu pasar modal memiliki
beberapa daya tariknya sendiri dalam suatu negara baik dalam hal likuiditas maupun
efisiensi,
oleh
karena
itu
peranan
pasar
modal
harus
terus
didorong
perkembangannya.
Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak perusahaan untuk
menyerap dana dari masyarakat guna meningkatkan produktivitas kerja melalui
ekspansi usaha atau mengadakan pembenahan struktur modal untuk meningkatkan
daya saing perusahaan.
Husnan (2003) menyatakan bahwa pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus
yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan pasar modal dikatakan memiliki fungsi
Universitas Sumatera Utara
ekonomi
karena
pasar
modal
menyediakan
wahana
atau
fasilitas
yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan
pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang
dipilihnya.
Dalam investasi pasar modal, para pemain saham atau investor perlu memiliki
sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham guna pengambilan
keputusan tentang saham perusahaan go public yang layak dipilih, sehingga dapat
berinvestasi sesuai karakteristik dan return yang diharapkan. Untuk itu salah satu
penting pertimbangan terkait pada keputusan strategis para investor dalam
berinvestasi adalah penentuan masa kepemilikan (holding period) saham. Akan
tetapi, investor masih sulit dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap holding period saham.
Salah satu sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal adalah
saham. Seorang investor yang memiliki saham suatu perusahaan akan mempunyai
hak terhadap pendapatan dan
kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan
pembayaran semua kewajiban perusahaan (Tandelilin, 2001). Para investor yang akan
berinvestasi pada saham-saham perusahaan dapat melihat kinerja keuangan
perusahaan melalui salah satu indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia seperti LQ45, karena para investor memiliki kebebasan dalam
memilih perusahaan yang
sahamnya telah go public, jumlah saham yang akan dibeli dan jangka waktu dalam
Universitas Sumatera Utara
memegang saham tersebut. Keputusan yang diambil pemegang saham mengenai
berapa lama jangka waktu penanaman modalnya ke dalam suatu saham perusahaan
akan berpengaruh terhadap capital gain dan dividen yang akan diperolehnya, namun
kebanyakan investor kesulitan untuk menentukan jangka waktu penanaman modal
mereka. Terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan bagi seorang investor
untuk menentukan berapa lama mereka akan menahan saham yang dimilikinya,
namun masih banyak investor yang belum mengetahui seberapa signifikan faktor
tersebut sehingga dapat dijadikan acuan dalam menggambil keputusan.
Investor atau pemilik saham memiliki kebebasan untuk memilih jenis saham
perusahaan yang akan go public. Selain itu dalam memilih saham, investor juga
memiliki kebebasan dalam membeli jumlah lembar saham dana lamanya memegang
financial asset tersebut. Akan tetapi investor harus memiliki pertimbangan untuk
mengurangi resiko sampai tingkat tertentu untuk mendapatkan gain yang maksimal.
Jika investor memprediksi bahwa saham perusahaan yang dibelinya tersebut dapat
menguntungkan, maka investor akan cenderung menahan sahamnya dalam jangka
waktu yang lebih lama, tentunya dengan harapan bahwa harga jual saham tersebut
akan tinggi dimasa yang akan datang. Sebaliknya, investor akan segera melepas
saham yang telah dibelinya, jika diprediksi bahwa harga saham tersebut akan
mengalami penurunan.
Lamanya kepemilikan investor pada saham biasa untuk perusahaan-perusahaan
go public umumnya relatif pendek walaupun ada peningkatan dari nilai pasar
sahamnya, hal ini diduga karena investor menangkap kejadian ini sebagai sinyal
Universitas Sumatera Utara
negatif perusahaan mengalami kesulitan keuangan guna memperbaiki struktur modal
(Maulina dan sumiati, 2009).
Lamanya kepemilikan saham oleh para investor dikenal dengan istilah holding
period (Sakir dan Nurhalis, 2010). Holding period adalah lamanya waktu yang
diperlukan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia
dikeluarkan. Holding period juga berarti rata-rata panjangnya waktu investor
menahan saham perusahaan selama jangka waktu atau periode tertentu (Ratnasari dan
Astuti, 2014). Holding period merupakan variabel yang memberikan indikasi tentang
rata-rata panjangnya waktu investor untuk menahan saham suatu perusahaan.
Menurut teori Mandelson (1986) dalam Perangin-angin dan Fauzie (2013), terdapat
dua faktor yang mempengaruhi holding period saham yakni faktor eksternal (inflasi)
dan faktor internal (transaction cost, bid-ask spread, market value, dan variance
return saham).
Bid-ask spread merupakan selisih antara ask price dan bid price. Investor
memperoleh keuntungan dari spread kedua harga tersebut (Wisayang, 2009). Bid-ask
spread merupakan biaya ditambah dengan margin yang diinginkan bagi investor,
sehingga investor yang menghadapi spread yang besar akan cenderung untuk
menahan sahamnya lebih lama sampai mencapai tingkat return yang diharapkan
dimana return tersebut dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan (termasuk
margin yang diinginkan). Dengan demikian, variabel bid-ask spread berpengaruh
positif terhadap holding period saham.
Universitas Sumatera Utara
Market Value biasa digunakan investor untuk melihat ukuran perusahaan.
Apabila suatu perusahaan memiliki market value yang besar maka besar pula ukuran
perusahaan tersebut. Makin besar nilai pasar suatu perusahaan, maka makin lama pula
investor menahan kepemilikan sahamnya karena investor menganggap bahwa
perusahaan besar memiliki risiko yang lebih kecil dan mampu menghasilkan laporan
dan informasi keuangan dengan baik. Oleh karena itu, market value merupakan
variabel yang diperhatikan investor dalam menentukan lamanya holding period
(Ratnasari dan Astuti, 2014).
Variance return merupakan proksi dari tingkat risiko yang diakibatkan oleh
fluktuasi harga saham. Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan
besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return) (Halim,2005). Semakin
besar variance return suatu saham perusahaan akan mengakibatkan investor
cenderung menahan sahamnya dalam jangka waktu yang pendek, dan sebaliknya
semakin kecil variance return suatu saham akan mengakibatkan investor cenderung
menahan sahamnya dalam jangka waktu panjang.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham
berbeda-beda tergantung pada kebijakan dari masing-masing peusahaan sehingga
pertimbangan mnajemen sangat diperlukan. Besarnya persentase dari pembagian
dividen suatu perusahaan dapat dilihat dari dividend payout ratio. Dividend Payout
Ratio adalah perimbangan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang
didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase (Gitosudarmo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Brigham dan Gapensky (1998) dalam Sakir dan Nurhalis (2010) salah satu
faktor yang membuat investor melakukan investasi pada saham adalah karena adanya
dividen. Saham perusahaan yang sering membagikan dividennya akan cenderung
lebih disukai dari pada saham perusahaan yang tidak membagikan dividen. Sesuai
dengan fungsi manajemen keuangan pada umumnya tujuan pembagian dividen adalah
untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini akan memberikan
dampak pada pengambilan keputusan dalam menentukan holding period saham oleh
investor, sehingga dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap holding period
saham.
Holding period sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu,
namun masih terdapat perbedaan dari hasil penelitian. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Atkins dan Dyl (1997) menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
dipertimbangkan investor untuk mangambil keputusan apakah menahan atau menjual
saham. Dalam penelitian ini menggunakan variabel Bid-Ask spread, Market Value
dan Variance Return dengan maksud untuk lebih memperhatikan tingkat resiko yang
dihubungkan dengan holding period dan kemudian analisis guna mengetahui
besarnya pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap holding period saham pada
saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
Sebuah fenomena mengenai perilaku holding period terjadi terhadap sahamsaham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang selalu tercatat pada LQ45 periode 2012-2014 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
No
1
2
3
4
5
Tabel 1.1
Harga Saham Akhir Tahun Perusahaan Indeks LQ-45
Tahun 2012-2014 (dalam rupiah)
Harga Saham Akhir Tahun
Nama Perusahaan
2012
2013
2014
Bank Central Asia
Unilever Indonesia
Bank Rakyat Indonesia
Bank Mandiri
Perusahaan Gas Negara
9100
20850
6950
8100
4600
9600
26000
7250
7850
4475
13125
32300
11650
10775
6000
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Perkembangan harga saham lima perusahaan di LQ-45 tersebut cukup
fluktuatif. Dari data yang disajikan tersebut terlihat bahwa harga saham PGAS masih
mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan pada perusahaan BBCA, UNVR,
BBRI, dan BMRI mengalami peningkatan tiap tahunnya. Naik turunnya harga saham
biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adanya rumor atau perbedaan
persepsi dari masing-masing investor terhasap kinerja perusahaan. Dalam
menentukan harga saham dapat dilihat dari nilai bid dan ask. Tabel 1.2 menyajikan
nilai Bid-Ask dan Dividen lima perusahaan Indeks LQ-45 yang memiliki rata-rata
saham tertinggi selama 2012 sampai 2014 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Nilai Bid-Ask dan Dividen Perusahaan Indeks LQ-45 Tahun 2012 – 2014
(dalam rupiah)
Kode emiten
BBCA
UNVR
BBRI
BMRI
PGAS
Tahun
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
Bid
6750
8450
9250
17500
20900
25800
5150
6200
7000
6000
6250
7600
3050
4375
4120
Ask
9500
12500
13575
28500
37350
33000
7850
9950
12200
8900
10750
11000
4800
6450
6225
Dividen
157.00
114.50
165.00
546.00
634.00
701.00
122.28
225.23
257.33
104.97
199.33
234.05
549.92
419.63
201.01
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Dari data yang disajikan terlihat bahwa kelima perusahaan tersebut mengalami
peningkatan nilai Bid dan Ask kecuali pada perusahaan PGAS pada tahun 2014 nilai
Bid dan Ask menurun. Bid dan Ask digunakan untuk mengetahui harga dan prediksi
harga. Bid dan Ask dipengaruhi oleh jumlah permintaan. Jika permintaan akan saham
banyak otomatis harganya akan meningkat. Pada perusahaan UNVR, BBRI, dan
BMRI setiap tahunnya mengalami peningkatan dividen. Sedangkan pada perusahaan
PGAS dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami penurunan dan pada perusahaan
BBCA pada tahun 2013 mengalami penuruna dan meningkat kembali pada tahun
2014.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang dilakukan Wisayang (2011) secara parsial variabel bid-ask
spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham, variabel
market value berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, dan variance return
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap holding period saham.
Penelitian Maulina, Sumiati, dan Triyuwono (2009) menyimpulkan bahwa
variabel variance return memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap holding
period, sedangkan pada penelitian Ratnasari dan Astuti (2014) variance return tidak
berpengaruh signifikan terhadap holding period. Penelitian Maulina, Sumiati, dan
Triyuwono menggunakan data dari saham perusahaan yang tercatat di indeks LQ45
pada tahun 2000-2001 sedangkan penelitian Ratnasari dan Astuti menggunakan data
saham perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 tahun 2009-2012.
Dengan dasar kesimpulan-kesimpulan dari penelitian yang tidak konsisten dan
menyulitkan investor dalam menetukan variabel-variabel yang paling signifikan
untuk dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan investasi. Untuk itu penulis
tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh variabel bid-ask spread, market value,
variance return, dan dividend payout ratio terhadap holding period pada saham
perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti
merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Bid-Ask Spread, Market Value, Variance Return, dan Dividend Payout Ratio secara
simultan dan parsial terhadap Holding Period pada saham LQ-45 yang terdaftar di
BEI Periode 2012-2014”
1.3 Tujuan Peneliti
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Bid-Ask Spread,
Market Value, Variance Return, dan Dividend Payout Ratio terhadap Holding Period
pada saham LQ-45 yang terdaftar di BEI Periode 2012-2014.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai
pihak, diantaranya:
1. Bagi perusahaaan dan investor
Penelitiaan ini diharapkan memberikan informasi tentang lamanya atau jangka
waktu yang baik dalam menahan saham, sehingga dapat memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan resiko yang akan terjadi dengan memperhatian
variable-variabel yang berpengaruh.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai pedoman dan referensi
dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Download