PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA LAPORAN TAHUNAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2009 Fauzan Ramadhan Universitas Diponegoro Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt ABSTRACT This study aim to analyze the impact of ownership structure and company characteristics, namely: foreign ownership, institutional ownership, government ownership, corporate size, profitability, and industry type of the area of corporate social responsibility disclosure in annual reports of company manufacturing in Indonesia. This study use data sample corporate annual reports consist of 20 company manufacturing who listed in Indonesia Stock Exchange in 2006-2009. The results of this study indicate that large institutional ownership may affect social responsibility disclosure. However, this study didn’t success to give evidence of positive influence of foreign ownership and government ownership toward social responsibility disclosure. It is give evidence that large foreign ownership and large government ownership is not necessarily the company will reported a huge social responsibility as well. Keywords: Social Responsibility disclosure, Foreign Ownership, Institutional Ownership, Government Ownership, Corporate Size, Profitability, Industry Type. 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan penting bagi para investor dan calon investor dalam proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Di era persaingan yang semakin ketat seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk lebih terbuka dalam menyampaikan informasi, terlebih lagi bagi perusahaan yang telah go public di pasar modal. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005). Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, 2 responsibiltas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Hanifa dan Cooke, 2005). Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui, negara-negara terutama Eropa dan United States merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial seperti pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air. Struktur kepemilikan lain adalah kepemilikan institusional, dimana umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006). Selain kepemilikan asing dan kepemilikan institusional, ada struktur kepemilikan lainnya yaitu kepemilikan pemerintah. Perusahaan yang memiliki 3 struktur kepemilikan pemerintah akan lebih sensitif secara politik karena kegiatankegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan oleh publik. Pada umumnya perusahaan besar mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin lebih memilih untuk merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan manajemen yang canggih sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas (Suripto dan Baridwan, 1999). Hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan laba perusahan menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan hasil penelitian dari Hackston dan Milne (1996), Yuliani (2003), Devina (2004), Sembiring (2005), dan Anggraini (2006). Sedangkan hubungan antara tipe industri dan pengungkapan sosial menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe industri dengan pengungkapan sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan hasil penelitian dari Devina dan Zulaikha (2004) dan Anggraini (2006). Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20062009. 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu “Apakah ada pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?” 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan, yaitu: kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe industri terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu Akuntansi Manajemen, terutama mengenai bagaimana penerapan struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan untuk mengungkapan praktik CSR-nya dalam laporan tahunan perusahaan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman masyarakat serta stakeholders atau investor akan pentingnya Corporate Social Responsibility terhadap lingkungan, masyarakat serta karyawan. 5 3. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi bahwa struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam melihat luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikarenakan kebutuhan akan legitimasi perusahaan di dalam masyarakat. 2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Nasi, Philips, dan Zyglidopoulos, 1997 dalam Nurhayati, Brown, dan Tower, 2006 mengatakan bahwa “Legitimacy theory focuses of the adequacy of corporate social behaviour”. Ini berarti bahwa society judge organisasi berdasarkan atas image yang akan mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri. Selanjutnya organisasi dapat menetapkan legitimasi mereka dengan memadukan antara kinerja perusahaan dengan ekspektasi atau persepsi publik (Henderson et. al., 2004 dalam Nurhayati et. al., 2006). Ketika terdapat gap antara societal expectations dan social behavior perusahaan, maka akan muncul masalah legitimasi (Nasi et. al., 1997 dalam Nurhayati et. al., 2006). Dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial, penelitian ini menggunakan teori legitimasi sebagai dasar dalam menjelaskan praktik pengungkapan sosial. 6 2.1.1 Teori Legitimasi Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau potensial, ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Gray et. al., 1995). 2.1.2 Tanggung Jawab Sosial dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan merupakan bagian dari suatu sistem sosial yang terbentuk dari suatu proses yang panjang. Sebagai bagian dari lingkungan sosial masyarakat, maka masalah yang ada di masyarakat, juga merupakan masalah bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kewajiban atas masalah yang terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Haniffa et. al., 2005). 7 2.1.3 Struktur Kepemilikan a. Kepemilikan Asing Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6, kepemilikan asing yaitu perseorangan warga negara asing, badan usaha asing dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management (Veronica dan Bachtiar, 2005). c. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pemerintah. 2.1.4 Karakteristik Perusahaan a. Ukuran Perusahaan Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. b. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et. al., (1995b); dalam Sembiring (2005) profitabilitas merupakan faktor yang membuat 8 manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. c. Tipe Industri Tipe industri merupakan suatu tipe untuk mengidentifikasi apakah perusahaan itu termasuk ke dalam industri high profile atau low profile. Tipe industri dalam sebuah perusahaan yaitu terdiri dari industri high profile dan industri low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri high profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir ini perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001; Fauzi, 2006). Penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005) dalam melihat luas adopsi global reporting initiative (GRI) dalam laporan tanggung jawab sosial pada perusahaan publik di Jepang, membuktikan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan publik di Jepang menjadi faktor pendorong adopsi global reporting initiative (GRI) dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. 9 Hipotesis 1: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.2 Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management (Veronica dan Bachtiar, 2005). Kepemilikan institusional pada umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Hipotesis 2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.3 Kepemilikan Pemerintah dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pemerintah. Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan pemerintah akan lebih sensitif secara politik karena kegiatan-kegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan oleh publik. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan pemerintah maka secara tidak langsung perusahaan tersebut dimiliki oleh masyarakat luas. Hipotesis 3: Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 10 2.2.4 Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif untuk memberikan pengungkapan sukarela secara lebih luas dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat akan memiliki pemegang saham yang mungkin memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dan laporan tahunan akan digunakan untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial tersebut. Hipotesis 4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.5 Profitabilitas dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca ”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hipotesis 5: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 11 2.2.6 Tipe Industri dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri high profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri high profile mengungkapkan secara signifikan lebih banyak informasi tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan mereka. Hipotesis 6: Tipe industri berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social Disclosure Index (CSDI). Content analysis untuk melihat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan menggunakan nilai 1 jika terdapat pengungkapan sesuai dengan indikator GRI dan nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan atau pengungkapan tidak sesuai dengan indikator GRI. 12 Variabel Independen a. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing dalam penelitian ini diukur dengan persentase pemilikan saham asing (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan persentase pemilikan saham institusi (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. c. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah dalam penelitian ini diukur dengan persentase pemilikan saham pemerintah (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. d. Ukuran Perusahaan Dalam penelitian ini variabel independen ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. e. Profitabilitas Dalam penelitian ini variabel profitabilitas menggunakan skala pengukuran rasio. Rasio profitabilitas dihitung dengan menggunakan return on assets. f. Tipe Industri Pada penelitian ini industri yang dikategorikan sebagai high profile adalah industri di bidang migas, pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunkasi. Dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan yang dimasukkan dalam tipe high profile diberi angka 1 sedangkan perusahaan-perusahaan yang dimasukkan dalam low profile diberi angka 0. 13 3.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indondesia (BEI) pada tahun 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Beberapa perusahaan manufaktur terpaksa dikeluarkan karena masalah ketersediaan, kondisi, serta kelengkapan informasi yang dibutuhkan dalam pengujian, sehingga sampel akhir menjadi 20 perusahaan. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 yang diperoleh melalui website www.idx.co.id . 3.4 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan beberapa tahap. Pertama, mencari sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan. Selanjutnya mencari laporan tahunan perusahaan yang telah dikeluarkan masingmasing perusahaan sesuai dengan ketersediaan data laporan tahunan yang ada di Bursa Efek Indonesia. 3.5 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda sebagai berikut: CSDI = β0 + β1ASINGi + β2INSTi + β3PEMi + β4SIZEi + β5PROFi + β6INDUSi + εi Keterangan: 14 CSDI = Corporate Social Disclosure Index perusahaan berdasarkan Indikator GRI ASINGi = persentase kepemilikan asing (>5%) INSTi = persentase kepemilikan institusi (>5%) PEMi = persentase kepemilikan pemerintah (>5%) SIZEi = ukuran perusahaan, log asset PROFi = rasio laba usaha dan total assets INDUSi = tipe industri, high profile = 1, low profile = 0 β1-β6 = koefisien regresi ei = error term i = 1,2,..., N dimana N = banyaknya observasi Uji Statistik Deskriptif Statistik diskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat yang digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan adalah mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian regresi terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. 15 Uji Hipotesis Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Hipotesis diuji dengan pengujian terhadap validitas model linier berganda dengan menggunakan statistik uji-f dan statistik uji-t. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (alpha = 5%). 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Dari tabel 4.2 terlihat, jumlah kepemilikan saham oleh asing diperoleh rata- rata dari perusahaan sampel adalah sebesar 23,725%. Hal ini berarti bahwa rata-rata 23,725% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh perusahaan atau perseorangan asing. Perusahaan PMA banyak dimiliki oleh investor asing. Jumlah kepemilikan saham oleh institusional diperoleh rata-rata dari perusahaan sampel adalah sebesar 68,0648%. Hal ini berarti bahwa rata-rata 68,0648% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh perusahaan atau institusi lain. Jumlah kepemilikan saham oleh pemerintah diperoleh rata-rata dari perusahaan sampel adalah sebesar 5,0575%. Hal ini berarti bahwa rata-rata 5,0575% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh pemerintah Indonesia atau perusahaan merupakan BUMN. 16 Untuk variabel tipe industri yang digolongkan dalam perusahaan high profile dan low profile menunjukkan rata-rata sebesar 0,45. Nilai rata-rata yang kurang dari 0,5 menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tergolong pada perusahaan jenis low profile. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata sebesar 5,7947%. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu menghasilkan laba bersih sebesar 5,7947% dari total asset perusahaan. Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan transformasi logaritma total asset menunjukkan rata-rata sebesar 27,791. Nilai minimum ukuran perusahaan menunjukkan sebesar 23,9132 dan nilai maksimum menunjukkan sebesar 32,1190. 4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1.1 Uji Normalitas Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,209 dan tidak signifikan pada 0,107 dikarenakan melebihi 5%. Dikarenakan nilai signifikansi Z yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. 4.2.1.2 Uji Multikolinearitas Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel 17 tersebut diperoleh bahwa pada model regresi, semua variabel independen memiliki nilai VIF yang rendah dan jauh di bawah angka 10, dengan demikian diperoleh tidak adanya masalah multikolinearitas dalam model regresi. 4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatterplot. Dari gambar 4.2 diperoleh bahwa pola yang dibentuk oleh Scatterplot tidak membentuk pola tertentu atau data menyebar di bidang scatter. Hal ini berarti bahwa model regresi pada model ini tidak mengandung adanya masalah heteroskedastisitas. 4.2.1.4 Uji Autokorelasi Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W sebesar 1,996. Sedangkan nilai DU diperoleh sebesar 1,78. Dengan demikian diperoleh bahwa nilai DW berada diantara DU yaitu 1,78 dan 4 – DU yaitu 2,22. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi. 4.2.2 Pengujian Hipotesis 4.2.2.1 Uji signifikansi parameter individual (Uji-T) Berdasarkan tabel 4.6 dapat disusun persamaan matematis dari penelitian ini sebagai berikut: CSDI = -0,516 – 0,001 ASING + 0,001 INST – 0,001 PEM + 0,023 SIZE – 0,002 PROF – 0,041 INDUS + 18 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, profitabilitas dan tipe industri justru akan menurunkan pengungkapan sosial sedangkan peningkatan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan akan meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Variabel Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -2,227 dengan nilai probabilitas sebesar 0,029 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau menerima H1 yang artinya variabel kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 2. Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusi terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 2,018 dengan nilai probabilitas sebesar 0,047 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau menerima H2 yang artinya variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 3. Pengaruh Variabel Kepemilikan Pemerintah terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,032 dengan nilai probabilitas sebesar 0,306 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho 19 diterima atau menolak H3 yang artinya variabel kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 4. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 3,729 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau menerima H4 yang artinya variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 5. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,00763 dengan nilai probabilitas sebesar 0,317 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau menolak H4 yang artinya variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 6. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan CSR Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,674 dengan nilai probabilitas sebesar 0,098 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau menolak H6 yang artinya variabel tipe industri tidak berpengaruh signifikan terhadap CSDI. 20 4.2.2.2 Uji signifikansi simultan (uji-F) Berdasarkan pada tabel 4.7, hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai F = 2,824 dengan probabilitas sebesar 0,016 < 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan. 4.2.2.3 Koefisien Determinasi Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,122. Hal ini berarti bahwa 12,2% variasi indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, tipe perusahaan, dan profitabilitas, sedangkan 87,8% indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel lain. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan saham asing berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 2. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 21 3. Kepemilikan saham pemerintah tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 4. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 5. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 6. Tipe perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbataan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut: 1. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan standar atau acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti. 2. Jumlah sampel yang relatif terbatas hanya 20 perusahaan saja. Hal ini dikarenakan kesulitan memperoleh data annual report secara lengkap. 5.3 Saran Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan saran untuk penelitian berikutnya: 1. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan dengan menambah sampel penelitian yang lebih besar terutama sampel perusahaan yang memiliki 22 struktur kepemilikan pemerintah. Selain itu sampel penelitian yang digunakan tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja melainkan perusahaan lain yang listing di Bursa Efek Indonesia. 23 DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan – perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi Vol.9 Padang, hal 1-21, Agustus 2006. Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in Developing Countries”, 28 May-6 June 2007. Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Cowen, S., Ferreri, L.D Parker. 1987. “The Impact of Corporate Characteristics on Social Responsibility Disclosure: A Typology and Frequency Based Analysis”, Accounting, Organization and Society, Vol. 12, No. 2, pp. 111122. Daniri, Mas Achmad. 2006. “Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, Gloria Printing, Jakarta, 2006. Devina, Florence, L Suryanto dan Zulaikha. 2004. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Maksi Vol. 4, hal 161177, Agustus 2004. Donovan, Gary dan Kathy Gibson. 2000. “Enviromental Disclosure in the Corporate Annual Report: A Longitudinal Australian Study”, Montreal, Canada. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Menggunakan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, I dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gray, R., R. Kouhly, dan S. Lavers. 1995. “Corporate Social and Enviromental Reporting. A review of the Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No. 2, Hal. 47-77. 24 Hackston, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and enviromentals disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9,No. 1, hal 77-108. . http:// www.idx.co.id. Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanngung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Lapuran Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi 11. Pontianak. Puspitasari, Apriani Daning. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR pada laporan tahunan perusahaan di Indonesia)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi III. Makassar, 26 -28 Juli 2007. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung jawab sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi Vol. 8, pp. 379 – 395. Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji. 2005. “Corporate Social Responsibility in Japan: Analyzing The Participating Companies in Global Reporting Initiative”, Working Paper 208. Yularto, Pramudoyu Anton dan Anis Chariri. 2003. “Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”, Jurnal Maksi, Vol. 2, Januari 2003. Yuliani, Rahma. 2003. “Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek Pengungkapan Sosial dan Lingkungan di Indonesia”, Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang. Yuniarti, Ira. 2005. “Analisis Likuiditas, Leverage, Ukuran perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela Laboran Keuangan Pada Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar di BEJ Periode Tahun 2003 – 2004”, Skripsi S1 Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang. 25