BAB I - Eprints undip - Universitas Diponegoro

advertisement
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LUAS
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PADA LAPORAN TAHUNAN: STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2009
Fauzan Ramadhan
Universitas Diponegoro
Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt
ABSTRACT
This study aim to analyze the impact of ownership structure and company
characteristics, namely: foreign ownership, institutional ownership, government
ownership, corporate size, profitability, and industry type of the area of corporate
social responsibility disclosure in annual reports of company manufacturing in
Indonesia. This study use data sample corporate annual reports consist of 20
company manufacturing who listed in Indonesia Stock Exchange in 2006-2009.
The results of this study indicate that large institutional ownership may affect
social responsibility disclosure. However, this study didn’t success to give evidence
of positive influence of foreign ownership and government ownership toward social
responsibility disclosure. It is give evidence that large foreign ownership and large
government ownership is not necessarily the company will reported a huge social
responsibility as well.
Keywords: Social Responsibility disclosure, Foreign Ownership, Institutional
Ownership, Government Ownership, Corporate Size, Profitability, Industry Type.
1
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan penting bagi para investor dan calon investor
dalam proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat
dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat
sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Di era persaingan yang semakin
ketat seperti saat ini, perusahaan dituntut untuk lebih terbuka dalam menyampaikan
informasi, terlebih lagi bagi perusahaan yang telah go public di pasar modal.
Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi
jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta
untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab
sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan
sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan
interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat
dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan
Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005).
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan
tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas,
2
responsibiltas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya.
Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan
tanggung jawab sosial melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Hanifa dan Cooke, 2005).
Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan tanggung
jawab sosial perusahaan, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial
dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap
concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui,
negara-negara terutama Eropa dan United States merupakan negara-negara yang
sangat memperhatikan isu-isu sosial seperti pelanggaran hak asasi manusia,
pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan
liar, serta pencemaran air.
Struktur kepemilikan lain adalah kepemilikan institusional, dimana umumnya
dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin
efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004
dalam Arif, 2006).
Selain kepemilikan asing dan kepemilikan institusional, ada struktur
kepemilikan lainnya yaitu kepemilikan pemerintah. Perusahaan yang memiliki
3
struktur kepemilikan pemerintah akan lebih sensitif secara politik karena kegiatankegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan oleh publik.
Pada umumnya perusahaan besar mengungkapkan lebih banyak informasi
dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin lebih memilih untuk
merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan
sistem pelaporan manajemen yang canggih sehingga dapat mengungkapkan informasi
yang lebih luas (Suripto dan Baridwan, 1999).
Hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan laba
perusahan menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan
hasil penelitian dari Hackston dan Milne (1996), Yuliani (2003), Devina (2004),
Sembiring (2005), dan Anggraini (2006).
Sedangkan hubungan antara tipe industri dan pengungkapan sosial
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe industri dengan
pengungkapan sosial perusahaan. Hasil tersebut merupakan hasil penelitian dari
Devina dan Zulaikha (2004) dan Anggraini (2006).
Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui
sejauh mana struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap
luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20062009.
4
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan pokok dalam penelitian ini
dapat dirumuskan yaitu “Apakah ada pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik
perusahaan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?”
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur
kepemilikan dan karakteristik perusahaan, yaitu: kepemilikan asing, kepemilikan
institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe
industri terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
Akuntansi Manajemen, terutama mengenai bagaimana penerapan struktur
kepemilikan dan karakteristik perusahaan dalam suatu perusahaan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan untuk mengungkapan praktik
CSR-nya dalam laporan tahunan perusahaan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman masyarakat serta stakeholders atau investor akan pentingnya
Corporate Social Responsibility terhadap lingkungan, masyarakat serta karyawan.
5
3. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi bahwa struktur kepemilikan
merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam melihat luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikarenakan kebutuhan akan
legitimasi perusahaan di dalam masyarakat.
2. TELAAH PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Nasi, Philips, dan Zyglidopoulos, 1997 dalam Nurhayati, Brown, dan Tower,
2006 mengatakan bahwa “Legitimacy theory focuses of the adequacy of corporate
social behaviour”. Ini berarti bahwa society judge organisasi berdasarkan atas image
yang akan mereka ciptakan untuk diri mereka sendiri. Selanjutnya organisasi dapat
menetapkan legitimasi mereka dengan memadukan antara kinerja perusahaan dengan
ekspektasi atau persepsi publik (Henderson et. al., 2004 dalam Nurhayati et. al.,
2006). Ketika terdapat gap antara societal expectations dan social behavior
perusahaan, maka akan muncul masalah legitimasi (Nasi et. al., 1997 dalam
Nurhayati et. al., 2006).
Dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial,
penelitian ini menggunakan teori legitimasi sebagai dasar dalam menjelaskan praktik
pengungkapan sosial.
6
2.1.1
Teori Legitimasi
Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat
bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal
yang paling penting bagi organisasi. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial
yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan
menggunakan sumber ekonomi.
Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika
suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang
lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang
nyata atau potensial, ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul
ancaman terhadap legitimasi perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Gray et. al., 1995).
2.1.2
Tanggung Jawab Sosial dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Perusahaan merupakan bagian dari suatu sistem sosial yang terbentuk dari
suatu proses yang panjang. Sebagai bagian dari lingkungan sosial masyarakat, maka
masalah yang ada di masyarakat, juga merupakan masalah bagi perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan memiliki kewajiban atas masalah yang terjadi di masyarakat.
Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan
memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan
nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok
kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Haniffa et. al., 2005).
7
2.1.3
Struktur Kepemilikan
a. Kepemilikan Asing
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6,
kepemilikan asing yaitu perseorangan warga negara asing, badan usaha asing dan
atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik
Indonesia.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi
keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management
(Veronica dan Bachtiar, 2005).
c. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
pemerintah.
2.1.4
Karakteristik Perusahaan
a. Ukuran Perusahaan
Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding
dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil.
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.
al., (1995b); dalam Sembiring (2005) profitabilitas merupakan faktor yang membuat
8
manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban
sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.
c. Tipe Industri
Tipe industri merupakan suatu tipe untuk mengidentifikasi apakah perusahaan
itu termasuk ke dalam industri high profile atau low profile. Tipe industri dalam
sebuah perusahaan yaitu terdiri dari industri high profile dan industri low profile.
Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri high
profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi,
atau menghadapi persaingan yang tinggi.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1
Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap
concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu,
beberapa tahun terakhir ini perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku
mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly
dan Li, 2001; Fauzi, 2006).
Penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005) dalam melihat luas adopsi global
reporting initiative (GRI) dalam laporan tanggung jawab sosial pada perusahaan
publik di Jepang, membuktikan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan publik di
Jepang menjadi faktor pendorong adopsi global reporting initiative (GRI) dalam
pengungkapan tanggung jawab sosial.
9
Hipotesis 1:
Kepemilikan
asing
berpengaruh
positif
terhadap
luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.2
Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi
keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management
(Veronica dan Bachtiar, 2005). Kepemilikan institusional pada umumnya dapat
bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh
pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic
manajer.
Hipotesis 2:
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.3
Kepemilikan Pemerintah dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Kepemilikan pemerintah adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
pemerintah. Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan pemerintah akan lebih
sensitif secara politik karena kegiatan-kegiatan perusahaan akan lebih diperhatikan
oleh publik. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan
pemerintah maka secara tidak langsung perusahaan tersebut dimiliki oleh masyarakat
luas.
Hipotesis 3:
Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
10
2.2.4
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif
untuk memberikan pengungkapan sukarela secara lebih luas dibandingkan
perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh
yang lebih besar terhadap masyarakat akan memiliki pemegang saham yang mungkin
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dan laporan tahunan akan
digunakan untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial tersebut.
Hipotesis 4:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.5
Profitabilitas dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi,
salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang
tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat
mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada
tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan
demikian investor akan tetap berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hipotesis 5:
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
11
2.2.6
Tipe Industri dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri
high profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang
tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Perusahaan-perusahaan yang
termasuk dalam industri high profile mengungkapkan secara signifikan lebih banyak
informasi tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan mereka.
Hipotesis 6:
Tipe industri berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab
sosial pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social
Disclosure Index (CSDI). Content analysis untuk melihat pengungkapan tanggung
jawab sosial dalam laporan tahunan menggunakan nilai 1 jika terdapat pengungkapan
sesuai dengan indikator GRI dan nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan atau
pengungkapan tidak sesuai dengan indikator GRI.
12
Variabel Independen
a. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing dalam penelitian ini diukur dengan persentase pemilikan
saham asing (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan persentase
pemilikan saham institusi (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.
c. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah dalam penelitian ini diukur dengan persentase
pemilikan saham pemerintah (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan.
d. Ukuran Perusahaan
Dalam penelitian ini variabel independen ukuran perusahaan diukur dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan.
e. Profitabilitas
Dalam penelitian ini variabel profitabilitas menggunakan skala pengukuran
rasio. Rasio profitabilitas dihitung dengan menggunakan return on assets.
f. Tipe Industri
Pada penelitian ini industri yang dikategorikan sebagai high profile adalah
industri di bidang migas, pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunkasi.
Dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan
yang dimasukkan dalam tipe high
profile diberi angka 1 sedangkan perusahaan-perusahaan yang dimasukkan dalam low
profile diberi angka 0.
13
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di
Bursa Efek Indondesia (BEI) pada tahun 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode purposive sampling. Beberapa perusahaan manufaktur terpaksa
dikeluarkan karena masalah ketersediaan, kondisi, serta kelengkapan informasi yang
dibutuhkan dalam pengujian, sehingga sampel akhir menjadi 20 perusahaan.
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 yang diperoleh
melalui website www.idx.co.id .
3.4
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan beberapa
tahap. Pertama, mencari sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan.
Selanjutnya mencari laporan tahunan perusahaan yang telah dikeluarkan masingmasing perusahaan sesuai dengan ketersediaan data laporan tahunan yang ada di
Bursa Efek Indonesia.
3.5
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda sebagai berikut:
CSDI = β0 + β1ASINGi + β2INSTi + β3PEMi + β4SIZEi + β5PROFi + β6INDUSi + εi
Keterangan:
14
CSDI
= Corporate Social Disclosure Index perusahaan
berdasarkan Indikator GRI
ASINGi
= persentase kepemilikan asing (>5%)
INSTi
= persentase kepemilikan institusi (>5%)
PEMi
= persentase kepemilikan pemerintah (>5%)
SIZEi
= ukuran perusahaan, log asset
PROFi
= rasio laba usaha dan total assets
INDUSi
= tipe industri, high profile = 1, low profile = 0
β1-β6
= koefisien regresi
ei
= error term
i
= 1,2,..., N
dimana N
= banyaknya observasi
Uji Statistik Deskriptif
Statistik diskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan
variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat yang digunakan untuk menggambarkan
dan mendeskripsikan adalah mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian regresi terhadap hipotesis penelitian, terlebih
dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
15
Uji Hipotesis
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini. Hipotesis diuji dengan pengujian terhadap validitas model linier
berganda dengan menggunakan statistik uji-f dan statistik uji-t. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (alpha = 5%).
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Deskriptif
Dari tabel 4.2 terlihat, jumlah kepemilikan saham oleh asing diperoleh rata-
rata dari perusahaan sampel adalah sebesar 23,725%. Hal ini berarti bahwa rata-rata
23,725%
saham-saham
perusahaan
sampel
dimiliki
oleh
perusahaan
atau
perseorangan asing. Perusahaan PMA banyak dimiliki oleh investor asing.
Jumlah kepemilikan saham oleh institusional diperoleh rata-rata dari
perusahaan sampel adalah sebesar 68,0648%. Hal ini berarti bahwa rata-rata
68,0648% saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh perusahaan atau institusi
lain.
Jumlah kepemilikan saham oleh pemerintah diperoleh rata-rata dari
perusahaan sampel adalah sebesar 5,0575%. Hal ini berarti bahwa rata-rata 5,0575%
saham-saham perusahaan sampel dimiliki oleh pemerintah Indonesia atau perusahaan
merupakan BUMN.
16
Untuk variabel tipe industri yang digolongkan dalam perusahaan high profile
dan low profile menunjukkan rata-rata sebesar 0,45. Nilai rata-rata yang kurang dari
0,5 menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tergolong pada perusahaan jenis
low profile.
Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata
sebesar 5,7947%. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu
menghasilkan laba bersih sebesar 5,7947% dari total asset perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan transformasi logaritma total
asset menunjukkan rata-rata sebesar 27,791. Nilai minimum ukuran perusahaan
menunjukkan sebesar 23,9132 dan nilai maksimum menunjukkan sebesar
32,1190.
4.2.1
Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1.1 Uji Normalitas
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,209 dan tidak signifikan pada 0,107 dikarenakan
melebihi 5%. Dikarenakan nilai signifikansi Z yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance juga menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti
tidak ada korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi dinyatakan bebas
dari multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF dibawah 10. Dari tabel
17
tersebut diperoleh bahwa pada model regresi, semua variabel independen memiliki
nilai VIF yang rendah dan jauh di bawah angka 10, dengan demikian diperoleh tidak
adanya masalah multikolinearitas dalam model regresi.
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan menggunakan Scatterplot. Dari gambar 4.2 diperoleh bahwa pola yang
dibentuk oleh Scatterplot tidak membentuk pola tertentu atau data menyebar di
bidang scatter. Hal ini berarti bahwa model regresi pada model ini tidak mengandung
adanya masalah heteroskedastisitas.
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W
sebesar 1,996. Sedangkan nilai DU diperoleh sebesar 1,78. Dengan demikian
diperoleh bahwa nilai DW berada diantara DU yaitu 1,78 dan 4 – DU yaitu 2,22.
Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari
masalah autokorelasi.
4.2.2
Pengujian Hipotesis
4.2.2.1 Uji signifikansi parameter individual (Uji-T)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disusun persamaan matematis dari penelitian ini
sebagai berikut:
CSDI = -0,516 – 0,001 ASING + 0,001 INST – 0,001 PEM + 0,023 SIZE – 0,002
PROF – 0,041 INDUS + 
18
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan kepemilikan asing, kepemilikan
pemerintah, profitabilitas dan tipe industri justru akan menurunkan pengungkapan
sosial sedangkan peningkatan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan akan
meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Variabel Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -2,227 dengan nilai probabilitas sebesar 0,029
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak atau menerima H1 yang artinya variabel kepemilikan asing berpengaruh
signifikan terhadap CSDI.
2. Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusi terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 2,018 dengan nilai probabilitas sebesar 0,047
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak atau menerima H2 yang artinya variabel kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap CSDI.
3. Pengaruh Variabel Kepemilikan Pemerintah terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,032 dengan nilai probabilitas sebesar 0,306
yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
19
diterima atau menolak H3 yang artinya variabel kepemilikan pemerintah tidak
berpengaruh signifikan terhadap CSDI.
4. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 3,729 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak atau menerima H4 yang artinya variabel ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap CSDI.
5. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh
hasil bahwa nilai t sebesar -1,00763 dengan nilai probabilitas sebesar 0,317 yang
berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
atau menolak H4 yang artinya variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap CSDI.
6. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar -1,674 dengan nilai probabilitas sebesar 0,098
yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima atau menolak H6 yang artinya variabel tipe industri tidak berpengaruh
signifikan terhadap CSDI.
20
4.2.2.2 Uji signifikansi simultan (uji-F)
Berdasarkan pada tabel 4.7, hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai F =
2,824 dengan probabilitas sebesar 0,016 < 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang
lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama indeks pengungkapan
sosial dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan asing, kepemilikan institusional,
kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan.
4.2.2.3 Koefisien Determinasi
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan
nilai adjusted R2 sebesar 0,122. Hal ini berarti bahwa 12,2% variasi indeks
pengungkapan sosial dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel
kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan pemerintah, ukuran
perusahaan,
tipe
perusahaan,
dan
profitabilitas,
sedangkan
87,8%
indeks
pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel lain.
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemilikan saham asing berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan perusahaan.
2. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan.
21
3. Kepemilikan saham pemerintah tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan.
4. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial dalam
laporan tahunan perusahaan.
5. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan perusahaan.
6. Tipe perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan perusahaan.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Keterbataan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:
1. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini
dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan standar atau
acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama
dapat berbeda untuk setiap peneliti.
2. Jumlah sampel yang relatif terbatas hanya 20 perusahaan saja. Hal ini
dikarenakan kesulitan memperoleh data annual report secara lengkap.
5.3
Saran
Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang
telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan saran untuk penelitian
berikutnya:
1. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan dengan menambah
sampel penelitian yang lebih besar terutama sampel perusahaan yang memiliki
22
struktur kepemilikan pemerintah. Selain itu sampel penelitian yang digunakan
tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja melainkan perusahaan lain yang
listing di Bursa Efek Indonesia.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan – perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi Vol.9 Padang, hal 1-21, Agustus
2006.
Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in
Developing Countries”, 28 May-6 June 2007.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Cowen, S., Ferreri, L.D Parker. 1987. “The Impact of Corporate Characteristics on
Social Responsibility Disclosure: A Typology and Frequency Based
Analysis”, Accounting, Organization and Society, Vol. 12, No. 2, pp. 111122.
Daniri, Mas Achmad. 2006. “Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, Gloria Printing, Jakarta, 2006.
Devina, Florence, L Suryanto dan Zulaikha. 2004. “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Maksi Vol. 4, hal 161177, Agustus 2004.
Donovan, Gary dan Kathy Gibson. 2000. “Enviromental Disclosure in the
Corporate Annual Report: A Longitudinal Australian Study”, Montreal,
Canada.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Menggunakan
Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, I dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Gray, R., R. Kouhly, dan S. Lavers. 1995. “Corporate Social and Enviromental
Reporting. A review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No.
2, Hal. 47-77.
24
Hackston, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and enviromentals
disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol. 9,No. 1, hal 77-108. .
http:// www.idx.co.id.
Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Luas Pengungkapan Tanngung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada
Lapuran Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional
Akuntansi 11. Pontianak.
Puspitasari, Apriani Daning. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR pada laporan tahunan
perusahaan di Indonesia)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure
Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi
III. Makassar, 26 -28 Juli 2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung jawab sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di
Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi Vol. 8, pp. 379 – 395.
Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji. 2005. “Corporate Social Responsibility in Japan:
Analyzing The Participating Companies in Global Reporting Initiative”,
Working Paper 208.
Yularto, Pramudoyu Anton dan Anis Chariri. 2003. “Analisis Perbandingan Luas
Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”, Jurnal
Maksi, Vol. 2, Januari 2003.
Yuliani, Rahma. 2003. “Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek
Pengungkapan Sosial dan Lingkungan di Indonesia”, Tesis S2, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Yuniarti, Ira. 2005. “Analisis Likuiditas, Leverage, Ukuran perusahaan, dan
Profitabilitas terhadap Pengungkapan Sukarela Laboran Keuangan Pada
Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar di BEJ Periode Tahun 2003 – 2004”,
Skripsi S1 Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.
25
Download