BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar A. Pengertian Motivasi Belajar Menurut McDonal (dalam Nursalim, dkk, 2007: 119), motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Sardiman (2012: 75) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Menurut Hamdani (2011: 290) motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seorang individu. seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal. Artinya, ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu masalah Jadi motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku (Suprijono, 2013: 163). B. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran Menurut Nursalim, dkk (2007: 121) peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah: a. Motivasi menentukan penguat belajar b. Motivasi memperkuat tujuan belajar c. Motivasi menentukan ragam kendali rangsangan belajar d. Motivasi menentukan ketekunan belajar 7 8 C. Teknik- Teknik Motivasi Menurut Hamdani (2011: 294), beberapa teknik atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar, antara lain: 1. Berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut. 2. Ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan. 3. Aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi. 4. Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan. 5. Kembangkanlah pengertian siswa secara wajar. 6. Berikan komentar terhadap pekerjaan siswa. D. Strategi Motivasi Menurut Suprijono (2013: 16), strategi motivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Model ini merupakan kondisi motivasional yang terdiri dari attention, relevance, confidance, satisfaction. a. Attention atau perhatian Perhatian adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. b. Relevance atau relevansi Kondisi ini terkait dengan hubungan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. c. Confidance atau kepercayaan Keyakinan pibadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. d. Satisfaction atau kepuasan Belajar adalah proses untuk mencapai keberhasilan, dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraih tentu akan menghasilkan kepuasan pada diri mereka. 9 E. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah Menurut Sardiman (2012), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. 1. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/ nilai yang baik. 2. Hadiah Hadiah dapat juga dikata sebagai motivasi. 3. Saingan/ kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. 4. Ago-involvement Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga diri. 5. Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. 6. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau tejadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. 7. Pujian Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 10 9. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. 10. Minat Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. 11. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2013: 5). Menurut Anitah (2008), hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Menurut Romi Zoswkil (dalam Anitah, 2008), menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu ketrampilan kognitif (berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir), ketrampilan psikomotor (berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual), ketrampilan reaktif (berkaitan dengan sikap kebijaksanaan, perasaan dan self control), ketrampilan interaktif (berkaitan dengan keampuan sosial dan kepemimpinan). Menurut Gagne, (dalam Dahar, 2006: 118), ada lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. 11 Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan. Sedangkan menurut Supratiknya (2012), hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh murid sesudah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu. pemerolehan kemampuan baru akan terwujud dalam perubahan tingkah laku tertentu seperti dari tidak tahu menjadi tahu. Dalam penelitian ini yang di maksud hasil belajar adalah ketuntasan belajar dimana siswa mendapatkan nilai rata-rata di atas KKM setelah proses pembelajaran. 2.1.3 Bercerita dengan Boneka Jari A. Pengertian Bercerita Bercerita merupakan salah satu ketrampilan yang sangat imajinatif dan komunikatif bagi anak sebagai pendengar maupun pendongeng itu sendiri (Majid, 2008). Cerita merupakan salah satu jenis sastra yang memiliki nilai estetika. Cerita adalah sastra berbentuk tulisan (yang dikonsumsi melalui bacaan) atau berbentuk lisan (yang dikonsumsi melalui audiens). Dan penyampaian cerita yaitu memperdengarkan cerita yang akan dipresentasikan (Majid, 2003). Menurut Sayuti (2012), bercerita adalah suatu upaya menyampaikan suatu peristiwa dan menghidupkannya sehingga pendengar atau pembaca dapat merasakan peristiwa yang disampaikan, bahkan pendengar atau pembaca dapat mengambil makna dari cerita itu. B. Macam- Macam Tehnik Bercerita Menurut Moeslichatoen (2004), ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain: 1. Guru dapat membaca langsung dari buku 12 2. Menggunakan ilustrasi dari buku gambar 3. Menggunakan papan flanel 4. Menggunakan Boneka 5. Bermain peran dalam suatu Cerita C. Boneka Jari m Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti kertas, tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dimainkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian kita tinggal memainkannya saja. D. Bercerita dengan Boneka Jari Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Moeslichatoen, 2004). Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu (Moeslichatoen, 2004). Jadi kegiatan bercerita dengan boneka jari yaitu suatu upaya mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang 13 bertujuan memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial dengan boneka jari. E. Rancangan Kegiatan Bercerita Menurut Moeslichatoen (2004), Secara umum persiapan guru untuk merancang kegiatan bercerita adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan dan tema yang akan dipilih 2. Menetapkan bentuk bercerita yang akan dipilih 3. Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita 4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita 2.2 Kerangka Berpikir Dari permasalahan yang ada pada siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah diuraikan di muka, maka dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa guru dapat menggunakan media boneka jari untuk bercerita dalam proses belajar mengajar. Keinginan dan tujuan siswa serta banyak yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa memerlukan strategi pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan media boneka jari diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa ketika di kelas. Adapun kerangka berpikirnya dapat digambarkan dalam skema 2.1 berikut ini: 14 Gambar 2.1 Kerangka Pikir KONDISI AWAL Guru : Belum bercerita dengan boneka jari TINDAKAN Menggunakan kegiatan bercerita dengan boneka jari KONDISI AKHIR Siswa: Motivasi belajar dan hasil belajar belum meningkat Motivasi belajar dan hasil belajar siswa meningkat 2.3 Hipotesis Tindakan Dari permasalahan yang ada pada siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah diuraikan di muka maka hipotesis tindakan pada penelitian adalah sebagai berikut: Melalui kegiatan bercerita dengan boneka jari meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas 1 Sekolah Dasar.