BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan sebagai entitas ekonomi yang berorientasi untuk mencari laba mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan perusahaan dalam jangka pendek adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan memaksimalkan semua sumberdaya yang ada, sedangkan tujuan jangka panjang bagi perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan dapat mencerminkan kinerja perusahaan sehingga mampu memengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan (Aditya, 2012). Menurut Afzal dan Rohman (2012) nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai pasar saham perusahaan dapat digunakan sebagai tolak ukur nilai perusahaan yang sebenarnya karena harga pasar saham tercipta melalui kesepakatan permintaan dan penawaran yang terjadi pada bursa. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham karena meningkatnya nilai perusahaan akan meningkatkan nilai saham yang dimiliki investor. Nilai perusahaan erat kaitannya dengan tujuan investor. Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Mahendra, 2011). Menurut 1 2 Sudiyatno (2010) investasi dengan membeli suatu saham perusahaan adalah menanamkan suatu harapan bahwa investasi tersebut akan menuai hasil yang lebih baik. Dengan demikian investor berharap akan adanya peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan kemungkinan dapat dicapai apabila perusahaan mampu mencapai tingkat profitabilitas yang ditargetkan. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa dikelola diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan yang berarti menaikkan kemakmuran pemegang saham (Afzal dan Rohman, 2012). Profitabilitas atau keuntungan adalah indikator future earning dari sebuah investasi yang akan dilakukan saat ini. Keuntungan tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan, dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar. Mai (2010) melalui penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Susanti (2010), Ikbal dkk. (2011) dan Mahendra (2011) juga menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan, dengan demikian hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Mai (2010). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang 3 dilakukan oleh Suharli (2006) yang tidak menunjukkan adanya pengaruh signifikan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Untuk menunjang kelangsungan hidupnya, maka secara teori perusahaan memerlukan struktur modal yang kuat. Struktur modal sendiri merupakan pendanaan yang bersumber dari komposisi modal eksternal dan internal (Noerirawan dan Muid, 2012). Manajer keuangan harus mampu mengelola dana perusahaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar perusahaan dalam menginvestasikannya. Setiap investasi yang telah dilaksanakan perusahaan diharapkan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang direncanakan yaitu tercapainya tingkat penjualan tertentu dengan beban biaya serendah mungkin yang berarti tercapainya tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga mendatangkan tingkat pengembalian investasi (return) yang memuaskan (Darminto, 2008). Utang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan dari pihak eksternal. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besarnya utang perusahaan sebagai fungsi leverage. Dalam studi empiris, leverage didefinisikan sebagai sebuah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan utang dalam membiayai aktiva perusahaan. Meningkatnya utang akan berdampak pada meningkatnya biaya tetap dan bahkan meningkatkan kemungkinan pada risiko kebangkrutan sebagai akibat naiknya biaya tetap tersebut. Oleh karena itu meningkatnya utang akan membuat perusahaan menjadi lebih berisiko, terutama apabila penggunaan utang ini tidak dilakukan dengan hati-hati. Manajer keuangan harus mampu mengelola semua unsur pendanaan termasuk utang untuk mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi demi tercapainya tujuan 4 perusahaan. Sampai batas tertentu, semakin tinggi proporsi utang suatu perusahaan maka semakin tinggi harga saham yang berarti meningkatkan nilai perusahaan tersebut, namun pada titik tertentu lainnya peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan (Chen dan Steiner dalam Ikbal dkk., 2011). Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keputusan pendanaan/leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Menurut Sudiyatno (2010) leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Wahyuni dan Gunawan (2012) menyatakan keputusan pendanaan dengan proksi debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang berarti sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) dan Sudiyatno (2010). Hasil yang berbeda muncul pada penelitian Susanti (2010) yang menyatakan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Mahendra (2011) menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Mahendra (2011) didukung oleh penelitian Noerirawan dan Muid (2012) yang juga menyatakan bahwa utang atau leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fakta bahwa utang merupakan kewajiban yang akan mengurangi aset pada masa yang akan datang dapat menimbulkan kekhawatiran akan menurunkan nilai perusahaan. Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan akan menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga dan cicilan utang (Darminto, 2008). Perusahaan dituntut untuk memiliki tingkat likuiditas yang cukup untuk melunasi utang guna meyakinkan investor, kreditor 5 maupun pihak lain yang berkepentingan. Likuiditas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Menurut Mahendra (2011) tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang baik sehingga akan menambah permintaan akan saham dan tentunya akan menaikkan harga saham. Dengan tingkat likuiditas yang cukup perusahaan dapat mengalokasikan dana untuk membayar utang, membagi dividen kepada investor atau mengalokasikannya untuk menjadi laba ditahan yang kemudian diubah menjadi aset. Di sisi lain tingginya tingkat likuiditas juga tidak baik karena diasumsikan terdapat aktiva yang bersifat idle atau tidak produktif. Dengan demikian perusahaan harus dapat mengatur besarnya likuiditas pada tingkat yang proporsional. Penelitian yang mengaitkan tingkat likuiditas terhadap nilai perusahaan belum banyak ditemui, tetapi ada beberapa yang telah mengaitkan variabelvariabel tersebut di dalam penelitiannya. Siregar dalam Mahendra (2011) menemukan secara parsial dan simultan likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya. Peneliti lain yang mengaitkan dua variabel tersebut adalah Mahendra (2011) yang menyatakan likuiditas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan Susanti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas dengan proksi cash holding berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Investor selaku penyetor modal mempunyai harapan untuk mendapat dividen yang tinggi sebagai kompensasi atas modal yang telah disetor dan 6 kepercayaan yang telah diberikan kepada perusahaan untuk mengelola modalnya. Dividen yang dibagikan menunjukan kemakmuran yang diperoleh investor. Suharli dan Oktarina dalam Suharli (2006) mengungkapkan bahwa pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup, menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi utang. Upaya meningkatkan nilai perusahaan dapat menemui hambatan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen sebagai agent dan pemegang saham (shareholders) sebagai principles. Bagi manajemen, tuntutan pemegang saham atas dividen dapat memberatkan karena perusahaan harus menyediakan sejumlah kas yang harus dibayarkan kepada pemegang saham dengan konsekuensi pengurangan laba ditahan yang ditujukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan. Keterkaitan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh beberapa peneliti. Wijaya dan Wibawa (2010) menyatakan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Noerirawan dan Muid (2012) menunjukkan kebijakan deviden yang diukur dengan deviden payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan keputusan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Wahyudi dan Pawestri (2012) didukung oleh beberapa peneliti lain yaitu Ikbal dkk. (2010), Afzal dan Rohman (2012) dan Wahyuni dan Gunawan (2012) yang juga menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 7 Fenomena lain yang muncul atas masalah keagenan ini yaitu ada kalanya manajer bekerja untuk memaksimalkan kemakmuran mereka sendiri dan bukan bekerja guna memakmurkan pemegang saham seperti pemberian fasilitas yang berlebihan dan penahanan laba untuk investasi yang kurang menguntungkan (Prabawa, 2006). Konflik keagenan dapat menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan memengaruhi kekayaan dari pemegang saham, sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen. Kepemilikan manajerial kemudian dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik tersebut (Sulistiono, 2010). Jensen dan Meckling dalam Ikbal dkk. (2011) menyarankan untuk meningkatkan kepemilikan insider dalam perusahaan. Hal ini akan menurunkan biaya agensi dan meningkatkan kontrol insider terhadap manajemen atas keputusan yang diambil dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial atau insider ownership, seorang manajer yang sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan usaha akan merugikan manajer karena kehilangan insentif dan pemegang saham akan kehilangan return bahkan dana yang diinvestasikan (Sulistiono, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut juga didukung oleh 8 Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menunjukkan adanya hubungan positif kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitianpenelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Sulistiono (2010) yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Susanti (2010) dan Ikbal dkk. (2011) menunjukkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Motivasi peneliti melakukan penelitian ini karena mengingat pentingnya nilai perusahaan bagi investor dan perusahaan serta tidak konsistennya hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH KEBIJAKAN PROFITABILITAS, DIVIDEN DAN LEVERAGE, LIKUIDITAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 9 5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti secara empiris tentang: 1. Pengaruh positif profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 2. Pengaruh positif leverage terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh positif likuiditas terhadap nilai perusahaan. 4. Pengaruh positif kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. 5. Pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi pada perkembangan teori di bidang ilmu akuntansi keuangan dan pasar modal, khususnya mengenai profitabilitas, leverage, likuiditas, kebijakan dividen, kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi. 10 2. Bidang Praktis a. Bagi perusahaan adalah sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam kebijakan menyangkut kinerja perusahaan. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada investor yang melakukan investasi di pasar modal dalam pembuatan keputusan investasi yang aman dan menguntungkan serta sebagai bahan masukan dalam mengelola portofolio saham yang dimiliki.