bimbingan rohani islam melalui metode do`a dan dzikir bagi

advertisement
BIMBINGAN ROHANI ISLAM MELALUI METODE DO’A
DAN DZIKIR BAGI PENDERITA STRES DI PANTI SOSIAL
BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CIPAYUNG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh :
Elva Ristiawan
1110052000030
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
ABSTRAK
Elva Ristiawan 1110052000030
Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres
di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Dibawah Bimbingan M.
Jufri Halim, M.Si
Penelitian ini merupakan penelitian Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode
Do’a dan Dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Cipayung. Panti Sosial ini merupakan suatu panti yang tidak secara khusus membantu
penyembuhan bagi penderita stres, akan tetapi panti ini merupakan tempat
penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Hal ini bukan berarti para
PMKS atau Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 tidak memperoleh bimbingan apa-apa, justru sambil menunggu mereka
dipindahkan ke panti-panti yang lain sesuai dengan status PMKS yang sudah
diklasifikasikan, mereka akan disalurkan atau dirujuk ke panti-panti terkait.
Bimbingan ini dilakukan agar memperoleh pengetahuan atau arahan sementara
minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan, adapun macam-macam bimbingan yang
diberikan salah satu diantaranya: Bimbingan mental dan spiritual, termasuk
didalamnya terdapat Bimbingan Rohani Islam Do’a dan Dzikir.
Selain itu pada penelitian ini akan dibahas mengenai Warga Binaan Sosial yang
mengalami stres yang ringan dan sedang, gejala dari stres ini masih dalam tahapan
yang masih bisa diatasi dengan mudah, selain itu orang yang sedang mengalami stres
ini masih bisa untuk di ajak berkomunikasi. Subjek dari penelitian ini ialah Warga
Binaan Sosial dan Pembimbing Rohani Islam dalam melakukan bimbingan do’a dan
dzikir. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain
deskriftif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.
Adapun penelitian ini ialah ingin mengetahui apakah dengan metode do’a dan
dzikir bagi Warga Binaan Sosial yang mengalami stres dapat menjadi landasan
mereka untuk kembali sehat baik lahiriah ataupun bathiniah, dengan metode do’a
dzikir yang diberikan kepada Warga Binaan Sosial khususnya yang mengalami stres
dapat membuat hati mereka menjadi tenang, lebih nyaman, lebih dekat dengan Allah
SWT, sehingga warga binaan dapat mengendalikan diri dari tekanan, permasalahan,
juga tuntutan hidup yang membebaninya, sehingga mereka bisa beraktifitas seperti
biasa lagi, bisa lebih ikhlas dalam setiap menjalani kehidupan, dan bahkan mereka
bisa lebih relax dari sebelumnya.
i
MOTTO
Hormati stres dalam hidup anda, gunakan kekuatan dari kesedihan dan
kegalauan anda untuk menjadikan diri anda lebih disukai, lebih diterima,
lebih dipercaya, oleh lingkungan. Jadilah pribadi yang lebih dipercaya,
lalu perhatikan apa yang terjadi
(Mario Teguh)

   
Artinya : Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku
(QS.Asy Syu’ara: 80)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, juga pada umatnya
hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pada program pendidikan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Proses penyusunan skripsi ini, tentu saja banyak sekali hambatan dan
tantangan, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa
bantuan dan dukungan yang bersifat material maupun non material. Oleh
karena itu dengan kesempatan ini penulis dengan senang hati ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga, terutama kepada
yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed sebagai Wadek 1, Drs. Jumroni,
M.Si sebagai Wadek II, dan Dr. H. Sunandar, M.A sebagai Wadek III.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, terlebih sebagai dosen yang sangat berarti bagi
penulis, penulis ucapkan terimakasih atas semua kebaikan, bimbingan,
iii
perhatian, bantuan dan kasih sayangnya selama penulis tinggal di
Jakarta.
3. Drs. Sugiharto, M.A sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
4. M. Jufri Halim, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan
tulus dan ikhlas membimbing penulis dalam keadaan dan situasi
apapun, yang selalu memberi semangat, dan motivasi selama penulis
menyusun skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima
kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu
bermanfaat.
6. Purwono, S.H, M.Si sebagai kepala Panti. Abdul Khair, S.Ag, M.Si
sebagai Ka. Subag/ Ka. Sie. R. Yuli Purwita, S.Sos. M.Si, Supriyono,
SE. M.Kurniawan S.Sos sebagai Staf Bimbingan dan Penyaluran, juga
seluruh pihak yang terkait di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Cipayung, terimakasih telah membantu saya dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Untuk kedua orang tua (Wawan Setiawan S.E dan Suyanti)
terimakasih atas perhatian, pengorbanan, dan kasih sayangnya dalam
memberikan semangat kepada penulis.
8. Untuk kedua adikku (Firli Intan Sari Shalehah dan Jihan Athifah)
terimakasi telah menjadi adik yang terbaik untuk kakak, yang selalu
iv
memberi kakak senyum, semangat juga berbagi keceriaan dikala
sedang jenuh.
9. Untuk Abdul Rasyid terimakasih atas segala bantuan dan perhatiannya
selama penulis tinggal di tanah rantau ini.
10.Terimakasih untuk keluarga besar Majelis Ta’lim dan Dzikir Al-Usroh
dan keluarga besar penulis di Bandung.
11.Untuk sahabat juga teman-teman: Ria juairiyah, Nur Janah, Siti
Choirunnisa, Siti Nurlaila, Haula Sofiana, Siti Rif’ah, Indah
Mulyaningsih, dan seluruh teman- teman BPI yang tidak bisa penulis
sebutkan
satu-persatunya.
Terimakasih
atas
semua
perhatian,
bimbingan, dan semangatnya selama ini kepada penulis.
Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas perhatian, bimbingan, juga
semangatnya kepada penulis untuk terus berjuang dalam menuntut ilmu,
semoga kita selalu ada dalam lindungan Allah SWT, dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua, Amiin .
Jakarta,
September 2014
(Elva Ristiawan)
1110052000030
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
MOTTO ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan.................................................................... 11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
1. Pengertian Bimbingan ............................................................... 15
2. Pengertian Rohani Islam............................................................ 17
3. Tujuan dan fungsi Bimbingan Rohani Islam............................. 18
iv
B. Pengertian Stres
1. Pengertian Stres ......................................................................... 20
2. Penyebab Stres........................................................................... 23
3. Tingkatan Stres.......................................................................... 26
4. Tahapan Stres ............................................................................ 27
5. Respon Individu Terhadap Stres ............................................... 32
6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres.................................................... 33
7. Cara Menghilangkan Stres ........................................................ 35
C. Pengertian Metode Do’a dan Dzikir
1. Pengertian Metode .................................................................... 36
2. Pengertian Do’a ........................................................................ 37
3. Pengertian Dzikir ...................................................................... 41
4. Manfaat do’a dan Dzikir ........................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian................................................................. 49
B. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................................. 50
1. Metode Observasi ..................................................................... 51
2. Metode Interview (Wawancara) ............................................... 51
3. Dokumentasi ............................................................................. 52
4. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 52
5. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 53
6. Teknik Analisis Data ................................................................ 54
7. Sumber Data ............................................................................. 55
v
BAB IV ANALISIS DAN PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Profil Lembaga
1. Kedudukan ................................................................................ 55
2. Sejarah Singkat Panti ................................................................ 55
3. Visi dan Misi............................................................................. 57
4. Susunan Organisasi................................................................... 57
5. Tugas Pokok dan Fungsi........................................................... 59
6. Tujuan dan Saran ...................................................................... 60
7. Asal Warga Binaan Sosial ........................................................ 61
8. Pembinaan................................................................................. 61
9. Tahap Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
di Panti ...................................................................................... 66
10. Persyaratan pengambilan Warga Binaan oleh keluarga.......... 67
11. Kondisi Panti Sosial dan Sarana Prasarana ............................ 67
12. Kondisi Sumber Daya Manusia.............................................. 69
13. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 .................. 69
B. Pengungkapan dan Penjelasan Data
1. Identitas Informan Pembimbing ............................................... 72
2. Identitas Informan WBS ........................................................... 73
3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode
Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2................................................................ 81
vi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 97
B. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
1. Perubahan individu terhadap stres....................................................... 32
2. Sarana dan Prasarana Panti.................................................................. 68
3. Kondisi SDM Panti ............................................................................. 69
4. Stressor Warga Binaan Sosial di Panti ...............................................
viii
82
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
1. Tahap mendekatkan diri kepada Allah SWT...............................
47
2. Susunan Organisasi Panti ............................................................
57
3. Tahap Pembinaan PMKS Panti ....................................................
66
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
2. Persetujuan Proposal Skripsi
3. Surat Izin Penelitian/ Wawancara
4. Surat Keterangan Penelitian Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
5. Hasil Wawancara
6. Dokumentasi Foto-Foto
iix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejumlah masalah kehidupan yang dihadapi masyarakat sungguh
sangat beragam, antara lain masalah perekonomian, pendidikan, sosial,
kesehatan, dan lain sebagainya, baik itu dengan sesama teman, orang tua,
pasangan, atau bahkan keluarga yang dekat dengan kita. Masalah
merupakan bagian dari hidup dan tidak ada seorang pun yang dapat lari
dari masalah. Khususnya permasalahan yang hampir melanda di seluruh
wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar termasuk di DKI Jakarta,
salah satu masalah yang paling besar dan perlu mendapatkan perhatian
yang khusus adalah tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) di Indonesia. Penyandang masalah kesejahteraan sosial
adalah individu, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani,
rohani, dan sosialnya secara memadai dan wajar.1 Bukan hanya itu kini
gaya hidup dan persaingan hidup semakin meningkat tinggi, semua ini
dikarenakan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi. Apapun
yang terjadi dari semua permasalahan ini, mereka adalah warga negara
yang harus mendapatkan perlindungan dari negara, dalam hal ini
Kementrian Sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam
11
Kementrian Sosial RI, Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),
(Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h.4
1
2
penanganan masalah-masalah kesejahteraan sosial, perlu memiliki
kebijakan dan program pelayanan yang jelas mengenai masalah ini. 2
Berdasarkan fenomena yang ada dengan semua permasalahan ini
angka stres kepada para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial akan
sangat tinggi yang dapat menimbulkan kegelisahan dan ketidaktentraman
pada masyarakat sehingga dapat mengakibatkan beban psikologis yang
nantinya akan terjadi konflik atau pertentangan, sehingga akan terjadinya
ketidaktenangan pada jiwa mereka. Dengan adanya keadaan yang seperti
ini maka munculah permasalahan mental termasuk stres, atau gangguan
mental lainnya sehingga akan terjadi ketidakberdayaan, putus asa,
sehingga dapat mengurangi kualitas hidup seseorang.
Stres akan terus menghampiri, ketegangan, kesulitan, kebingungan,
kekhawatiran, kecemasan, ketakutan hidup yang diakibatkan dari berbagai
tuntutan tersebut akan sangat sulit untuk terpecahkan jika seseorang tidak
mampu untuk mengatasi stres yang sedang dihadapinya, sehingga
menuntut mereka untuk dapat bisa mengatasi permasalahan tersebut.
Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran,
kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan akibat dari
bencana alam ataupun bencana sosial.3
Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh
kekurangan
pengertian
ketidakmampuan
2
untuk
manusia
melawan
akan
keterbatasannya
keterbatasan
inilah
yang
sendiri
akan
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Panduan Praktis Pendampingan Dalam
Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, (Jakarta, Kementrian Sosial RI, 2011), h.1
3
Kementrian Sosial RI, Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),
(Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h 5-7
3
menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan rasa bersalah yang merupakan
tipe-tipe dasar dari stres.4
Penyebab stres tersebut adalah kenyataan–kenyataan hidup yang
dianggap sulit dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini akan
terjadi jika seseorang tidak diimbangi dengan daya tahan mental yang
tangguh dan spiritual (keimanan yang kuat), iman yang lemah sangat
rentan mengalami stres, dengan kekuatan iman dan ketakwaan pasti akan
menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapi
segala permasalahan kehidupan.
Menurut Zakiah Darajat seseorang yang diserang penyakit jiwa
biasanya kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang
menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problem
hidupnya. Seringkali orang yang sakit jiwanya tidak merasa bahwa ia
sakit, akan tetapi sebaliknya ia menganggap dirinnya normal saja, bahkan
lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.5
Tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menimbulkan
ketegangan atau stres pada dirinnya. Bagaimanakah agama memandang
hal ini? Menurut Dadang Hawari, manusia adalah makhluk fitrah (berkeTuhanan) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar
spiritual. Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar formalitas
belaka, tetapi yang lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan
keyakinan agama itu, sehingga ia memperoleh kekuatan dan ketenangan
4
5
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 2.
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), h. 49.
4
dari padanya. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan
seseorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan baik fisik
maupun mental.6 Stres merupakan faktor sebab akibat dari suatu penyakit,
sehingga taraf dari kesehatan fisik dan kesehatan jiwa dari orang yang
bersangkutan menurun karenannya dan pada klimaknya timbul psikotik
atau gangguan kejiwaan. Menurut paham kesehatan jiwa, seseorang
dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam
kehidupannya sehari-hari, karena seseorang yang mengalami stres akan
terganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.7
Kini dapat dilihat bahwa Para Penyandang Masalah Kesejahteraan
sosial (PMKS) yang kini semakin marak dan meningkat, membuat para
pemerintah sosial yang bertanggung jawab untuk menangani masalah itu
akan semakin kewalahan, sehingga akan semakin banyak Warga Binaan
Sosial yang tinggal di Panti untuk mendapatkan bimbingan secara khusus
dan sementara selama 3 atau 6 bulan sesuai kondisi warga binaan tersebut,
guna untuk mengurangi jumlah para Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) di jalanan. Jalanan merupakan tempat yang sangat besar
untuk menjadi pemicu munculnya penyakit jiwa termasuk stres, mulai dari
terjadinya macet, cuaca yang seiring berganti, tempat yang kurang
memadai untuk beristirahat, para pelaku kejahatan yang semakin banyak,
dan lain sebaganya. Hal ini menjadi motivasi untuk para pembimbing
rohani dalam upaya membantu penyembuhan para penderita stress, salah
6
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001),
h.126.
7
Dadang Hawari, Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), cet. Ke - 11, h. 2.
5
satunya yakni dengan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan
dzikir, yang mana pemberian bimbingan yang diberikan kepada mereka
yang terkena gangguan kejiwaan (stres) sebagai suatu kekuatan jiwa.
Bimbingan
keagamaan
bertujuan
untuk
memecahkan
problem
perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamannya.8
Do’a dan dzikir yang kita lakukan setiap saat adalah sebagai
penyuburan iman yang kita miliki. Keberadaan do’a dan dzikir yang
dilakukan seorang mu’min sangat berpengaruh terhadap frekuensi (naik
turunnya) kadar keimanan mereka. Menurut Abdullah Gymnastiar (Aa
Gym) menjelaskan bahwa do’a dan dzikir dapat menghindari hawa nafsu,
karena do’a dan dzikir itu akan menjadikan seseorang dapat mengontrol
dirinya sendiri secara optimal, sehingga dirinya selalu berhati sejuk, tidak
gampang emosi dan berusaha untuk menghindari hawa nafsu. Sehingga
akan membuat seseorang tidak takabur dan semakin tawadhu. Do’a dan
dzikir dapat menjadikan ketenangan hati, begitu pula hati yang tenang
menjadikan jiwanya juga tenang.9
Do’a dan Dzikir merupakan ibadah yang ringan untuk dilakukan,
namun mempunyai banyak manfaatnya baik untuk kebutuhan lahir atau
batin seseorang. Menurut Muhammad Arifin Ilham menjelaskan bahwa
do’a dan dzikir dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh
seorang hamba.10
8
Arifin, Teori–Teori Konseling Umum dan Agama, (Jakarta: Golden Terayu Press, 1994),
9
Abdullah Gymnastiar, dalam ceramahnya di Pondok Pesantren Daaruttauhid, Juli 2014.
Muhammad Arifin Ilham, dalam ceramahnya di TV One.
h. 19.
10
6
Dengan memperhatikan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Rohani Islam Melalui
Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2 Cipayung “.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka peneliti
membatasi masalah sebagai berikut: Bimbingan rohani islam melalui
metode do’a dan dzikir ini ditujukan kepada Warga Binaan Sosial
yang mengalami stres. Stres terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya:
a) Stres ringan yaitu stres yang masih bisa untuk diatasi dan tidak
merusak aspek fisiologis. Stres ini berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa jam.
b) Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama bisa beberapa
jam sampai beberapa hari.
c) Stres berat atau akut yaitu stres kronis yang terjadi beberapa
minggu sampai beberapa tahun.
Adapun stres yang akan peneliti bahas yaitu mengenai stres
ringan atau sedang, bukan stres berat atau akut, dikarenakan
stres akut akan menyulitkan peneliti dalam
melaksanakan
penelitiannya.
2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dalam
pembahasan berikutnya peneliti lebih mengarahkan pada pencapaian
7
hasil dari penelitian, oleh karena itu peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam melalui
metode do’a dan dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung?
b. Bagaimana teknik bimbingan rohani islam do’a dan dzikir di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2?
c. Bagaimana penerimaan warga binaan sosial terhadap bimbingan
rohani islam melalui metode do’a dan dzikir di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
diadakan penelitian ini ialah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan rohani islam do’a dan
dzikir yang dilakukan oleh pembimbing bagi Warga Binaan Sosial
yang stres.
b. Untuk mengetahui teknik do’a dan dzikir yang diberikan
pembimbing kepada Warga Binaan Sosial di Panti.
c. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan Warga Binaan Sosial
terhadap bimbingan do’a dan dzikir di Panti.
8
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
a. Secara teori manfaat ini diharapkan untuk menambah pengetahuan
yang lebih luas betapa pentingnya mengembangkan bimbingan
rohani islam melalui metode do’a dan dzikir khususnya bagi para
penderita stres karena dengan do’a dan dzikir dapat memberikan
ketenangan dan terhindar dari stres yang dialaminya.
b. Secara akademis, hasil penelitian bimbingan rohani islam melalui
metode do’a dan dzikir untuk menambah pengetahuan, juga dapat
menjadi salah satu model referensi atau pendekatan dalam
memberikan masukan kepada prodi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
c. Untuk menjadi bahan evaluasi dan menjadi bahan acuan atau
memberikan masukan serta dorongan bagi para pembimbing rohani
islam untuk meningkatkan bimbingannya dengan menggunakan
metode do’a dan dzikir terhadap penderita stres di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, agar hatinya lebih tenang
dalam menjalani hidupnya dan senantiasa selalu berdo’a dan
berdzikir mengingat Allah SWT.
D.
Tinjauan Pustaka
Sebelum mengkaji dan membahas skripsi ini, peneliti melakukan
kajian pustaka terhadap beberapa penelitian di Perpustakaan Umum dan di
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai
9
Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita
Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, penulis tidak menemukan skripsi yang
membahas sama terhadap judul penulis, akan tetapi ada beberapa karya
ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengangkat tema skripsi :
1. Skripsi yang ditulis oleh Eneng Susilah, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada
tanggal 14 september 2009, dengan judul “Peranan Dzikir Dalam
Mengatasi Problematika Keluarga Yayasan Nursyifa Menteng Jakarta
Pusat”.
2. Skripsi yang ditulis oleh Nurul fitri, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tanggal
22 januari 2013, dengan Judul “Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di
Majelis Dzikir As Samawat Al Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat”.
3. Skripsi yang ditulis oleh Tini Aulawiyah Komba, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa Terhadap
Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif ( NAPZA ) di Yayasan Nurussyifa Kelapa Dua Jakarta Barat”
Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang telah disebutkan
diatas ialah: peneliti melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan
Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir bagi Penderita Stres di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung”, yang di dalamnya
10
meneliti bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui metode
do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan hasil penelitian skripsi
yang sebelumnya adalah:
1. Penelitian pada sejumlah skripsi sebelumnya pada dasarnya penelitian
dilakukan di lembaga-lembaga yang secara khusus lembaga tersebut
merupakan lembaga dzikir, sedangkan perbedaan yang peneliti
lakukan di lembaga Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ialah
proses penelitian lembaga khusus untuk penampungan sementara
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, yang selanjutnya dilakukan
identifikasi untuk disalurkan ke sejumlah panti sosial di bawah Dinas
Sosial Pemrof DKI Jakarta sesuai dengan jenis dan kelompok
PMKSnya.
2. Perbedaan obyek penelitian pada penelitian sebelumnya adalah khusus
klien yang memiliki dan mengalami permasalahan tertentu, seperti
rmasalah korban narkoba, keluarga, psikologis, dan lain sebagainya.
Sementara obyek penelitian pada penelitian ini adalah kelompok
PMKS yang sementara (tiga bulan) mereka berada di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2 untuk dilakukan identifikasi permasalahan dan
pengenalan berbagai aturan di DKI Jakarta terutama berkaitan dengan
ketertiban umum, sehingga mereka dapat memahami berbagai
kesalahan yang telah mereka lakukan.
3. Program-progam yang diimplementasikan di lembaga-lembaga dzikir
yang telah diteliti pada skripsi sebelumnya adalah program-program
11
khusus dzikir, bersifat komprehensif, dan tuntas. Sedangkan PSBI
Bangun Daya 2 adalah lembaga yang mengedepankan programprogramnya berkaitan dengan identifikasi masalah PMKS, pengenalan
Perda tentang Ketertiban Umum, Motivasi dan Bimbingan sederhana,
simpel dan terbatas, yang diharapkan mereka akan memperoleh
pelayanan dan rehabilitasi secara tuntas pada panti rujukan yang
selanjutnya.
E.
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya penulisan skripsi ini dan
memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok
permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan
ke dalam lima bab pembahasan, yaitu:
BAB I
Pendahuluan, pada bab ini merupakan gambaran umum secara
global yaitu: membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan kepustakaan, bab ini meliputi pengertian mengenai
Bimbingan Rohani Islam, pengertian stres, pengertian metode,
do’a dan dzikir,.
BAB III Metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang, pendekatan
penelitian, instrumen dan cara pengumpulan data, waktu dan
tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, tekhnik analisis
12
data, sumber data.
BAB IV Profil lembaga dan Analisa data, bab ini menjelaskan tentang
gambaran profil lembaga, kedudukan, sejarah singkat panti, visi
dan misi, susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi, tujuan dan
saran, asal Warga Binaan Sosial, Pembinaan, Tahap Pembinaan
PMKS, persyaratan pengambilan WBS Oleh Keluarga, kondisi
panti sosial dan sarana prasarana, kondisi SDM, program panti,
pengungkapan dan penjelasan data, identitas informan, identitas
responden, Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Do’a
dan Dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Analisis
Bimbingan Rohani Islam kepada Warga Binaan Sosial yang
mengalami stres melalui metode do’a dzikir, analisis hasil
wawancara.
BAB V Penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan dan saran,
dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar
deduksi, saran-saran dan kata akhir penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Bimbingan Rohani Islam
1. Pengertian Bimbingan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bimbingan berarti
petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu. 1 Sedangkan
secara etimologi istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“guidance” yang berarti menunjukan, memberikan jalan, menuntun,
bantuan, arahan, dan petunjuk. Dari berbagai pengertian itu maka yang
paling umum digunakan adalah pengertian memberikan bimbingan,
bantuan dan arahan.2
Adapun unsur–unsur pokok dalam bimbingan menurut Prof. Dr H.
Prayitno dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ialah:
a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti pelayanan
bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku
tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini.
b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan disini
bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang
dibimbing.
c. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perseorangan maupun
kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan ialah orang yang diberi
bantuan, baik orang perorangan maupun kelompok.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka, 1994), cet. Ke -2, h.580
2
M.Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.5.
15
16
d. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atau
kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini, tujuan bimbingan ialah
memperkembangkan kemampuan klien (orang yang dibimbing) untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, dan
akhirnya dapat mencapai kemandirian.
Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud
dengan bimbingan ialah:
“Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku”.3
Sedangkan bimbingan menurut pandangan Islam sebagaimana yang
dijelaskan Aunur Rahim Faqih adalah:
“Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.4
Adapun pendapat dari W.S Winkel “Bimbingan ialah pemberian
bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan
hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan”
finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini
seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang sedang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi
masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi
3
H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99
4
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (yogyakarta: UII Press,
2001), cet. Ke-2, h. 4.
17
yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun
dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan
dikembangkan melalui bimbingan”.5 Oleh karena itu yang dimaksudkan
pada pemahaman diatas telah dilangsungkan di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, melalui Bimbingan Rohani Islam terutama pada
bimbingan do’a dan dzikir. Bimbingan tersebut dimaksudkan agar para
warga binaan sosial (klien) dapat memahami diri dan lingkungannya
sehingga dapat mengembangkan potensi diri mereka untuk mencapai
kebahagiaan di dunia juga akhirat.
2. Pengertian Rohani Islam
Pengertian rohani secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang
diawali dari kata ruh yang berarti jiwa, sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia, arti “ruhani” ialah roh yang bertalian dengan yang tidak
berbadan jasmani.6 Ruh adalah “Fitrah manusia yang dengan itu pula,
manusia menjadi berbeda dengan binatang, kekuatan yang melangit dan
bertanggung jawab, akan tetapi juga melanggar berbagai norma-norma
moral”.7
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan bahwa
rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang di mana terbentuk dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
5
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), cet ke-1 h. 830
7
Toto Tasmara, Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), (Jakarta: GIP.2001),
cet. Ke-2, h. 55
6
18
budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama
manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.8
Adapun pengertian Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., berpedoman
kepada kitab suci al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah SWT.9
Adapun pengertian Islam Menurut Prof. DR. Harun Nasution
“Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan
Tuhan untuk masyarakat manusia kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek
itulah al-Qur’an dan Hadis”.10
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan ajaran-ajaran-Nya yang bersumber dari AlQur’an dan Hadist untuk membawa manusia mencapai kebahagiaan
didunia dan juga diakhirat. Salah satu tugas Nabi Muhammad SAW adalah
membawa amanah yang baik untuk menyempurnakan akhlak agar manusia
mendapat petunjuk dan meraik kebermaknaan hidup.
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Tujuan Bimbingan Rohani Islam pada dasarnya memberikan
tuntunan atau memberikan terapi psikis yang berupa dorongan spiritual
dan rasa optimisme kepada mereka yang menderita sakit, karena dengan
kondisi psikis yang stabil akan sangat menunjang penyembuhan diri dari
8
Salim dan Yummy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English,
1991).299
9
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341
10
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1987),
Cet. Ke-5, Jilid. 1,h. 24.
19
sakit, terlebih bagi yang menderita stres ringan. Selain itu tujuan
Bimbingan Rohani Islam yaitu untuk menghasilkan perubahan dan
perbaikan pada kesehatan maupun keberhasilan jiwa dan mental sehingga
mampu untuk menghasilkan suatu perubahan baik sikap maupun sifat
yang dapat memberikan manfaat pada diri. Juga menuntun orang atau
pasien dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman ajaran
agamanya kepada Allah SWT. Manusia dilahirkan di bumi dalam keadaan
fitrah dengan potensi dasar yang dimilikinya, yang mana potensi dan bakat
kita tidak akan berarti tanpa adanya aktualisasi dan pengembangan melalui
bimbingan kepada orang lain.
Adapun Fungsi dari Bimbingan Rohani Islam yaitu sebagai sumber
yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu
mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan
arahan sesuai dengan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan hadist dalam
memelihara diri sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai
sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan.11
Dari uraian di atas bahwa Bimbingan Rohani Islam merupakan
suatu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang yang di dalamnya terdapat suatu arahan agar yang di
bimbing tersebut dapat membentuk, atau dapat memelihara dirinya, serta
dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya berdasarkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, agar mendapatkan
11
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan
Terjemahan, h. 601
20
keselamatan di dunia dan juga di akhirat. Bimbingan Rohani Islam di sini
lebih menekankan kepada pemberian bimbingan melalui pendekatan do’a
dan dzikir, melalui pendekatan ini Warga Binaan Sosial (klien) diharapkan
lebih memahami dirinya, sehingga mereka mampu lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT., dengan cara berpasrah diri dan bermohon kepadaNya,
sehingga mereka bisa meringankan bahkan keluar dari masalah yang
dihadapiNya.
B.
Stres
1. Pengertian Stres
Pada umumnya kita mengetahui bahwa stres dapat terjadi ketika
seseorang berhadapan dengan sebuah tuntutan dari kondisi yang tidak
menyenangkan. Tidak ada seorang pun yang tidak mengalami stres,
namun masing-masing individu memiliki kemampuan dan reaksi yang
berbeda dalam menghadapinya. Stres yang berasal dari bahasa latin
strictus,
merupakan
konsep
yang
komplikatif
dan
terkadang
membingungkan. Sekitar akhir tahun 1600-an, Robbert Hooke membuat
konsep stres berdasarkan prinsip mekanika dari beban (tenaga eksternal),
stres (daerah yang mendapatkan tenaga), dan ketegangan (strain,
kerusakan sebagai hasil beban dan stres).
Penelitian ilmiah tentang stres semula dilakukan untuk menguji
bagaimana reaksi makhluk hidup menggunakan sumber dayanya untuk
melawan atau lari dari stimulus yang mengancam, baik menghadapi
ketegangan fisik (seperti beban yang diluar kemampuannya), atau
21
ketegangan psikologis (seperti kesulitan atau emosi negatif yang
dihasilkan dari konflik hubungan sosial).12
Namun, dalam perkembangannya, kata stres semakin meluas. Stres,
yang semula merupakan konstruk fisika, kemudian di pergunakan juga
pada biologi, kedokteran, dan psikologi untuk menggambarkan manusia.
Orang awam banyak mengatakan bahwa mereka berada dalam keadaan
stres ketika mereka sedang berada dalam keadaan penurunan emosi karena
kelelahan atau marah. Istilah stres semakin popular, stres kemudian
dianggap sebagai gejala umum masyarakat pada abad modern. Saat ini
istilah stres telah meluas dipergunakan di berbagai kalangan, termasuk
ilmuan dan masyarakat muslim. Al-Qur’an sendiri sebenarnya telah
menggunakan kata beban (pada punggung) untuk menggambarkan
masalah berat yang dihadapi oleh manusia.
Dan kami telah menghilangkan dari pada-Mu bebanmu. Yang
memberatkan punggungmu. (QS. Al-Insyirah 1-3).
Ayat ini, dalam pemaparannya telah menggunakan permisalan dari
prinsip mekanika beban, dimana punggung merupakan daerah yang
mendapatkan tenaga. Daerah yang mendapatkan tenaga, dalam prinsip
mekanika beban disebut stres.
Menurut Hans selye, dalam bukunya Dadang Hawari, yang
dimaksud stres ialah “Respon tubuh yang sifatnya Non Spesifik terhadap
setiap tuntutan beban atas nya.13 Stres adalah respon tubuh yang tidak
12
Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami ,(Jakarta: Rajawali
Press, 2008), h. 75.
13
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001),
h.17.
22
spesifik lagi terhadap suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari, yang mana semua orang pasti
mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu
terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat
mengancam keseimbangan fisiologis.14
Menurut peneliti stres merupakan suatu respon ketegangan dalam
jiwanya atau dalam hidupnya yang diakibatkan oleh banyaknya tuntutan,
kesulitan, persaingan hidup serta berbagai permasalahan dalam kehidupan
yang sampai saat ini permasalahan tersebut semakin sulit untuk
dipecahkan, sehingga dapat memicu ketegangan psikologis seseorang yang
sedang mengalami stres. Lebih lanjut disebutkan bahwa stres yang
berlarut-larut dan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan
penyakit fisik dan mental seseorang, yang akhirnya dapat menurunkan
produktfitas kerja dan buruknya hubungan interpersonal.15
Menurut Hans Selye Stres terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Distress
dan Eustres, Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah
tuntutan yang tidak menyenangkan sehingga membawa efek atau akibat
yang buruk atau negatif. Sedangkan Eustress adalah biasanya disebut stres
baik karena dapat membawa efek baik atau positif, contohnya dari efek
yang ditimbulkan dari jenis stres ini adalah membuat seseorang
bersemangat untuk berusaha memenuhi tuntutan yang ada.
14
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta:
Sagung Seto, 2004), h. 9.
15
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta:
Sagung Seto, 2004), h. 8
23
2. Penyebab Stres
Penyebab stres (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang
menyebabkan individu merasa tertekan dan terancam. Selain itu penyebab
stressor bermacam-macam di antaranya, masalah mengenai ekonomi,
sosial, lingkungan hidup, pekerjaan, kurangnya akan kebutuhan, faktor
keluarga dan lain sebagainya. Hal ini diakibatkan perubahan-perubahan
sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi,
kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mempengaruhi nilai-nilai
moral etika dan gaya hidup.16 Contohnya dapat berupa pola hidup
masyarakat yang cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat
individual, hidup mewah dan konsumtif, hubungan kekeluargaan yang
semula kuat menjadi rapuh, nilai-nilai religius dan tradisional berubah
menjadi masyarakat modern. Perubahan-perubahan psikososial tersebut
merupakan beban atau tekanan mental yang disebut dengan stressor
psikososial. Dan apabila seseorang tersebut tidak mampu untuk mengatasi
stressor tersebut, yang bersangkutan akan mengalami penurunan
kekebalan tubuh atau imunitas sehingga taraf kesehatan fisik maupun
mental terganggu dan yang bersangkutan dapat jatuh sakit.17
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa
mengadakan
adaptasi
atau
penyesuaian
diri
untuk
menanggulaginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi
16
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 456
17
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 457
24
dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara
lain berupa stres, cemas dan depresi.18 Dari sekian banyak macam stressor
psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, Dadang Hawari
memberikan contoh berikut ini:
a. Hubungan Interpersonal
Hubungan antar sesama (perseorangan/individual) yang tidak baik
dapat merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak
serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih,
antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan, pengkhianatan,
dan lain sebagainya.19
b. Pekerjaan
Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada
pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan
bisa sampai kematian. Sebaliknya dengan penganguran, maka
dengan terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang
tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stres pula.
c. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi,
penghijauan dan lain-lain yang merupakan sarana dan prasarana
pemukiman hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah suasana kehidupan
18
Ibid, h 458
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 459
19
25
yang bebas dari gangguan kriminalitas yaitu keamanan dan
ketertiban masyarakat.
d. Keuangan/Ekonomi
Masalah
keuangan
dalam
kehidupan
sehari-hari
ternyata
merupakan salah satu stressor yang paling utama. Misalnya
pendapatan
kecil
dari
pada
pengeluaran,
terlibat
hutang,
kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya.20
e. Faktor Keluarga
Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan
karena kondisi keluarga yang tidak lagi harmonis. Sikap orangtua
terhadap anak yang dapat menimbulkan stres antara lain: hubungan
kedua yang dingin atau penuh dengan ketegangan atau acuh tak
acuh, kedua orangtua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk
anak, komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak serasi,
kedua orangtua berpisah atau bercerai, salah satu orangtua
menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian, orangtua
dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter, dan
lain sebagainya.21
20
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 461
21
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 462
26
STRESSOR
PSIKOSOSIAL
A.
PERKAWINAN
B.
ORANGTUA
C.
ANTAR PRIBADI
D.
PEKERJAAN
E.
LINGKUNGAN
F.
KEUANGAN
G.
HUKUM
H.
PERKEMBANGAN
I.
PENYAKIT FISIK
J.
KELUARGA
K.
TRAUMA
Susunan Saraf Pusat
(Otak, Sistem Limbik, Sistem
Transmisi Saraf/Neurotransmiter
Kelenjar Endoktrin
(Sistem Hormonal,
Kekebalan/Immunity)
Stres
Somatik/
Fisik
Cemas
Psikik/
Khawatir
Depresi
Psikik/
Sedih
3. Tingkatan Stres
Stres mempunyai tingkatannya sendiri, Potter dan Perry telah
membagi hubungan tingkat stres, diantaranya :
Stres ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya
stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa ketiduran,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa jam, situasi seperti ini nampaknya tidak akan
menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
Stres sedang, terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa
hari. Contohnya, kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang
berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam
27
waktu yang lama, situasi ini dapat bermakna bagi individu yang
mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.
Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak lagi
harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. 22
4. Tahapan Stres
Gejala- gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari
karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru
dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi
kehidupannya sehari-hari baik dirumah, tempat kerja ataupun ditempat
lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya
membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:
1.
Stres Tahap 1
Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out)
disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin
bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi
semakin menipis.
22
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta:
Sagung Seto, 2004), h. 25-26
28
2. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
sebagaimana yang di uraikan pada bab I di atas mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II ialah:
a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa
segar.
b) Merasa mudah lelah sesudah mkan siang.
c) Lekas merasa capai menjelang sore hari.
d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.
e) Detakan jantung lebih keras dari biasannya (berdebar-debar).
f)
Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
g) Tidak bisa santai.
3. Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
melihat keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II, maka
yang bersangkutan akan menunjukan keluhan-keluhan yang semakin nyata
dan mengganggu yaitu:
a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya, keluhan
“maag”, buang air besar tidak teratur.
b) ketegangan otot-otot semakin terasa.
29
c) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk
memulai masuk tidur, atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur, atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat
tidur kembali.
e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa
mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi dengan dokter
untuk memperoleh terapi, atau juga beban stres hendaknya dikurangi dan
tubuh dapat memperoleh kesempatan untuk beristirahat.
4. Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada saat memeriksakan dirinya kedokter
sehubungan dengan keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan
tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ
tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan
diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV
akan muncul:
a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
c) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin seharihari.
30
d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan.
e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
f) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh kedalam
stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:
a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam.
b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan seharihari yang ringan dan sederhana.
c) Gangguan sistem pencernaan yang semakin berat.
d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang-ulang kali dibawa ke Unit Gawat
Darurat, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan
kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah :
a) Debaran jantung teramat keras.
b) Susah bernafas.
c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan/pingsan.
31
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana
digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat
stresor
psikososial
yang
melebihi
kemampuan
seseorang
untuk
mengatasinya.23
Dampak dari stres yang dihadapi oleh individu dapat bermacammacam diantaranya ada dampak perubahan fisiologis, perubahan
psikologis, maupun perubahan psikis. Perubahan fisiologis yang dirasakan
oleh individu dapat berupa: keluhan seperti sakit kepala, tekanan dara
tinggi, sakit pinggang, diare, sembelit, susah tidur, susah makan, juga
kehilangan semangat. Sedangkan perubahan psikis dapat berupa perasaan
gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung dan
depresi. Adapun perubahan psikologis yang diakibatkan stres akan dapat
mempengaruhi berupa, sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,
mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.
Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perubahan pada
individu yang mengalami stres menurut pendapat Terry dan John Newman
yaitu, gejala stres dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu gejala psikologis,
gejala psikis, dan perilaku.24
23
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h
24
Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, (Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008), cet-1, h.
33.
110
32
TABEL 1
PERUBAHAN INDIVIDU TERHADAP STRES
No
1.
Gejala Psikologi
Gejala Fisik
Gejala Perilaku
Kecemasan,
ketegangan
2.
Bingung, marah,
sensitif
Memendam perasaan
Meningkatnya detak
jantung dan tekanan
darah
Mudah lelah secara
fisik
Mudah terluka
Menunda atau
menghindari
pekerjaan/tugas
Penurunan prestasi dan
produktivitas
Meningkatnya
penggunaan minuman
keras
Perilaku makan yang
tidak normal
Kecenderungan
meningkatnya perilaku
beresiko tinggi
Meningkatnya
kriminalitas
Kehilangan nafsu makan
3.
Gangguan pernafasan
5.
Komunikasi tidak
efektif
Mengurung diri
6.
Depresi
Kepala pusing, migrain
7.
Merasa terasing dan
mengasingkan diri
Lelah mental
Ketegangan otot
Kehilangan daya
konsentrasi
Kehilangan semangat
hidup
Menurunnya harga
diri dan rasa percaya
diri
Gangguan pada kulit
4.
8.
9.
10.
11.
5.
Lebih sering
berkeringat
Problem tidur
Kanker
Badan bergetar
Penurunan kualitas
hubungan interpersonal
dengan keluarga dan
teman
Perilaku sabotase
Meningkatnya frekuensi
absensi
Kecenderungan bunuh
diri
Respon Individu Terhadap Stres
Stres sifatnya universality yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda, Sesuai dengan
karakteristik individu maka responnya terhadap stress berbeda-beda untuk
setiap orang. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme
koping yang digunakan oleh individu dengan sumber dan kemampuan
yang berbeda, dengan kemampuan individu dalam mengatasi stress
berbeda pula, sehingga stress yang sama akan mempunyai dampak dan
33
reaksi yang berbeda.25 Adapun pengertian koping adalah proses yang
dilalui individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut
ialah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya
baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari ataupun tidak,
individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam
menghadapi stres. Strategi koping adalah cara untuk merubah lingkungan
atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau
dihadapi.26
6.
Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Sebagaimana telah disebutkan bahwa yang dimaksud stres adalah
reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan).27 Menurut Dadang Hawari, seseorang yang mengalami
stres dapat pula dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya, misalnya:
a.
Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut
memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian dengan kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca
tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
25
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta:
Sagung Seto, 2004), h. 25.
26
27
37.
Ibid., h. 29
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h
34
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging.
d.
Daya pikir
Kemampuan berfikir serta konsentrasi menurun, orang menjadi
pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e.
Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik
nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar senyum/tertawa dan kulit
muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seorang sering minum.
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam,
pada kulit sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain dari pada itu perubahan pada kulit lainnya adalah
merupakan penyalit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran),
gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat berlebihan, juga
sering dijumpai kedua belah telapak tangan dan kaki berkeringat.
h. Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat
terganggu, misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi
35
penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan
otao-otot rongga dada.28
7.
Cara Menghilangkan Stres
Adapun cara yang paling ampuh dalam mengatasi stres yaitu harus
melawan stres tersebut, janganlah takut dalam menghadapi stres.
Sebaiknya lakukan lah hal-hal seperti berikut:
a) Analisa masalah, yaitu mencari sumber masalah, dengan
mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri.
b) Menemukan inti masalah, yaitu menemukan masalah yang
paling mendasar.
c) Mencari jalan keluar seperti mencari alternatif penyelesaian
masalah.
d) Konsultatif memutuskan untuk berbicara dengan orang lain
yang bisa diajak bicara.
e) Menata ulang kondisi hidup sebagai implementasi dari tahap
konsulatif yaitu bergerak atau mulai menata kembali segala
sesuatunya.
f) Meditatif atau menenangkan diri, mengajak kita untuk
mundur, bisa dengan merenung, meditasi, relaksasi, atau
melakukan ritual-ritual sesuai dengan agama yang dianut.
g) Evaluasi diri, yaitu merefleksikan kembali agar jika terjadi
hal yang serupa bisa lebih siap dan sudah tau apa yang harus
28
40.
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h
36
dilakukan, minimal mengantisipasi segala kemungkinan
buruk yang akan terjadi.
h) Primary prevention, yaitu merubah cara kita melakukan
sesuatu. 29
C.
Pengertian Metode Do’a dan Dzikir
1.
Pengertian Metode
Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti
“jalan” bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus
dilalui” dalam pengertian yang lebih luas metode bisa pula diartikan
sebagai segala sesuatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan–tujuan
yang diinginkan.30 Namun dalam pengertian hakiki dari metode menurut
kamus manejemen ialah “cara melaksanakan pekerjaan”.31
Menurut M. Arifin metode secara harfiah adalah jalan yang harus
dijalankan adalah segala sasaran yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.32 Menurut Arif Burhan, metode adalah
menunjukan pada proses, prinsip-prinsip serta prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.33
Metode merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan bimbingan
rohani islam terhadap klien yang bermasalah untuk melakukan identifikasi
masalah serta sosusi yang akan di berikan kepada klien tersebut sehingga
29
Jingga Gemilang, Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,(Yogyakarta: Mantra Books,
2013), h. 17
30
M. Lutfi , Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah, 2008), h. 120.
31
B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 173.
32
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (jakarta:
PT.Golden Terayon Press, 1998), cet-ke 6, h. 43.
33
Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional , 1992 ), h. 17.
37
mampu
untuk
menyesuaikan
kebutuhan
terhadap
masalah
yang
dihadapinya.
2. Pengertian Do’a
Dalam perkembangannya, para ulama cendikiawan muslim
mendefinisikan do’a secara lebih mendalam dan variatif. Ibnu Al Qayyim,
misalnya, dalam kitabnya Bada’i al-fawaid menjelaskan do’a adalah
permohonan mengenai berbagai hal yang bermanfaat serta dijauhkan dari
segala sesuatu yang mendatangkan kemadharatan.34
Do’a menurut bahasa ialah menyeru, memanggil, memohon.
Sedangkan menurut istilah ialah suatu bentuk ibadah yang dilakukan
seorang hamba yang berisi kalimat permintaan kepada Allah SWT.35
Adapun pengertian do’a sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an:
         
“Berdoalah Kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang
lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas”. (QS.Al-Araf : 55).
Seirama dengan definisinya, selain berfungsi sebagai sarana untuk
memohon kepada Allah, do’a juga merupakan wujud pengabdian hakiki
disamping sebagai komunikasi dengan Tuhan. Do’a merupakan upaya
seseorang hamba kepada Allah SWT dalam mengeluhkan atau
mengadukan permasalahan hidup yang dihadapi, memohon terkabulnya
34
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya
Publishing, 2008), h.12
35
A.Sopiyan Sauri, Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW (Jakarta: Jast Publishing,
2005), h.2
38
suatu harapan, serta meminta perlindungan dari segala macam
marabahaya.
Do’a adalah wujud ketergantungan manusia yang lemah dan hina
kepada penciptanya yang Maha Perkasa dan Maha Mulia. Dialah Allah
SWT, satu-satunya yang patut dijadikan sandaran, tempat bergantung, dan
tempat kembali yang mutlak.36
Do’a merupakan bagian dari dzikir, ia adalah permohonan. Setiap
dzikir kendati dalam redaksinya tidak terdapat permohonan, tetapi
kerendahan hati dan rasa butuh kepada Allah yang selalu menghiasi
pezikir, menjadikan dzikir mengandung do’a.37 Perbedaan do’a dan dzikir
hanyalah terletak pada rangkaian isi kalimat yang terkandung antara dzikir
dan do’a yang diucapkan. Perbedaan juga hanya terdapat pada ketika
seseorang mengucapkan do’a biasanya diawali dengan ucapan-ucapan
dzikir terlebih dahulu, dan antara dzikir dan do’a merupakan dua
perbedaan yang saling melengkapi, hal ini sebagaimana tertuang dalam
firman Allah SWT mengenai do’a dan dzikir yaitu QS. Ali imran ayat 191
yang berbunyi:
         
         
 
“(yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
36
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, h.14
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, (Jakarta: Lentera Hati,
2006), h. 177
37
39
menciptkan semua ini sia-sia, maha suci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka”. (QS. Ali Imran:191)
Sebelum berdo’a terlebih dahulu diawali dengan dzikir kemudian
diakhiri dengan do’a berupa permohonan ampun dari segala dosa dan
kesalahan. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara
dzikir dengan do’a. Dzikir yang dilakukan merupakan rangkaian dari suatu
cara do’a yang akan dilakukan seorang hamba.
Do’a dalam istilah Agamawan adalah permohonan hamba kepada
Tuhan agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan pertolongan, baik
buat si pemohon maupun pihak lain. Permohonan tersebut harus lahir dari
lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan
kepadaNya.38
Adapun ayat Al Qur’an yang menjelaskan mengenai Do’a tertera
dalam QS. Al Baqarah ayat 186.
            
       
“Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah bahwa) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi
segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Dalam doa terkandung unsur dzikir, dan dzikir memiliki pengaruh
terapi terhadap jiwa. Ada do’a ketika seseorang sedang mengalami
kesusahan, penderitaan, ketakutan dan sebagainya. Ada pula do’a ketika
manusia memperoleh kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan. Ada pula
38
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, (Jakarta: Lentera Hati,
2006), h. 179
40
do’a untuk diri sendiri dan ada juga do’a untuk orang lain. Doa-doa itu
amat
penting
guna
memperkuat
kesehatan
mental,
baik
untuk
penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan. Jika kita mampu,
mau dan pandai berdo’a, insyaallah kesehatan mental kita akan dapat
dipertahankan, selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dapat
diraih.39 Berdzikir dan berdo’a sama pentingnya untuk dilakukan,
keduanya merupakan perintah Allah SWT sekaligus wujud dari
penghambaan diri kepada-Nya.
Berdo’a juga memiliki keutamaan yang sama dengan berdzikir,
keduanya adalah perintah langsung dari Allah SWT. Berdoa pada
hakikatnya merupakan wujud dari ketergantungan, kelemahan, ketidak
berdayaan, dan kehinaan seorang hamba di hadapan Allah SWT yang
Maha kuasa, Maha kuat, Maha perkasa, Maha mulia, hal ini merupakan
bentuk kepedulian dan wujud kasih sayang Allah kepada hambahambanya, Allah SWT tidak membiarkan manusia berada dalam
kebimbangan dan kecemasan ketika menghadapi permasalahan hidup
didunia,
karena
manusia
membutuhkan
tempat
bersandar
untuk
mengadukan nasibnya, membutuhkan pijakan tempat berkeluh kesah,
yakni kepada sang pemegang kekuasaan, yaitu Allah SWT.40
Pemaparan di atas mengenai do’a dapat disimpulkan bahwa do’a
merupakan bentuk komunkasi manusia dengan sang Khalik, dengan
mencurahkan segala isi hatinya untuk memohon kepada Allah SWT agar
39
Zakiah Darajat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta; CV.Ruhama, 1996), cet-ke
6, h. 19
40
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya
Publishing, 2008), h.17
41
mendapat bimbingan juga petunjukNya. Adapun dasar manusia untuk
selalu berdo’a kepada Allah SWT tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186 .
            
      
Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka
hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka
beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS.
Al.Baqarah:186).
3. Pengertian Dzikir
Adapun penjelasan mengenai dzikir ialah Secara etimologi, kata
“Zikir” berasal dari bahasa arab yaitu dzakara- yadzkuru- dzikran, yang
berarti mengingat atau menyebut. Adapun secara istilah (terminologi)
mengartikan zikir sebagai proses komunikasi seorang hamba (secara lisan
ataupun hati) dengan Allah SWT.41 Menurut bahasa zikir berarti
peringatan atau pengingat.42 Oleh karena itu dzikir dalam penelitian ini
yaitu mengingat dengan sepenuh hati keyakinan akan kebesaran Allah
SWT, dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenang, dengan
hati yang tenang maka terciptalah ketentraman hati yang akan menjauhkan
diri dari berbagai permasalahan hidup yang sangat menekan batin manusia
yang mengalami stres.
41
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya
Publishing, 2008), h 14-15
42
Atabik Ali, Kamus al-Asyhri, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996) h.
933
42
Adapun menurut Bastaman, dzikir adalah perbuatan mengingat
Allah dan keagunganNya, yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan
perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat, membaca Al-Qur’an, berdo’a,
melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari perbuatan jahat.
Para ulama yang berkecimpung dalam bidang olah jiwa
mengingatkan bahwa dzikir kepada Allah SWT, secara garis besar dapat
dipahami dalam pengertian sempit dan dapat juga dalam pengertian luas.
Yang dalam pengertian sempit ialah yang dilakukan dengan lidah saja.
Zikir dengan lidah ini adalah menyebut-nyebut nama Allah atau apa yang
berkaitan denganNya, seperti mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil,
Takbir, Hauqalah, dan lain-lain. Zikir dalam pengertian luas adalah
kesadaran tentang kehadiran di mana dan kapan saja, serta kesadaran akan
kebersamaanNya
dengan
makhluk,
kebersamaan
dalam
arti
pengetahuanNya terhadap apa pun di alam raya ini serta bantuan dan
pembelaanNya terhadap hamba-hamba Nya yang taat.
Dzikir atau mengingat Allah SWT memiliki banyak pengaruh
positif pada kejiwaan dan moral manusia dimana dengan mengingat Allah
SWT (dzikrullah) bagi hamba adalah pencerah hati, pemenang kalbu, takut
dari maksiat kepada Allah, dan pengampun dosa. Berdzikir merupakan
ibadah yang sangat di anjurkan untuk dilakukan, Sebagaimana dalam
Qur’an surat Al-Jum’ah berikut ini:
     
Artinya: “Dan ingatlah Allah dengan sebanyak-banyaknya supaya
kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah ayat 10)”.
43
Adapun fungsi dzikir dalam rangkaian dzikir umum adalah sebagai
pusat berpaling dari semua jenis keburukan atau keaniayaan yang
dilakukan hamba. Proses kembali ke posisi ketaatan disebut tobat yang
diawali dengan lafadz istighfar.43 Bisa juga pengucapan lidah disertai
dengan kehadiran kalbu, yakni membaca kalimat-kalimat tersebut disertai
dengan kesadaran hati tentang kebesaran Allah SWT yang dilukiskan oleh
kandungan makna kata yang disebut-sebut itu.
Kehadiran dalam kalbu atau benak dapat terjadi dengan upaya
pemaksaan diri untuk menghadirkannya dan ini merupakan tingkatan yang
lebih tinggi tanpa pemaksaan diri. Sedangkan peringkat dzikir yang
tertinggi ialah larutnya benak si pezikir sesuatu yang diingat itu, sehingga
ia terus menerus hadir walau seandainya ia hendak dilupakan.
Sebagaimana dalam surat (al-Araf ayat 205).
          
     
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
Termasuk orang-orang yang lalai.”
Ayat ini memberikan tuntunan tentang dzikir yang hanya
menggunakan jiwa yaitu dengan mengingat Tuhan sebagai Dzat Yang
Maha Agung, yang mana fungsi nya adalah untuk menghilangkan
43
Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan,
(Bandung: NUANSA, 2011), h. 108
44
kesombongan diri.44 Sebaliknya, berzikir dengan lidah semata adalah
peringkat dzikir yang terendah. Kendati demikian, zikir dengan lidah tidak
luput dari manfaat walaupun hanya sedikit dan karena itu pesan orangorang arif kepada mereka yang baru sampai pada peringkat terendah ini
agar jangan meninggalkan zikir. Kata mereka :
“Bersyukur dan pujilah Allah SWT, yang telah menganugerahkan
salah satu anggota badan, yakni lidah, untuk melakukan zikir kepada
Allah dan berupayalah untuk menghadirkan kalbu saat menyebutnyebutNya”.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah lidahmu selalu basah
dengan berdzikir kepada Allah ” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu
hibban melalui Abdullah bin Busr)”.
Dengan seiringnya lidah menyebut-nyebut nama Allah, maka yang
paling tidak sebagian diantara kalimat-kalimat yang terucapkan itu akan
berbekas di dalam hati dan ini gilirannya dapat menghantarkan pada
kesadaran tentang kehadiran Allah dan kebesaranNya, walau untuk tahap
pertama tidak selalu demikian.
Dengan demikian ingat atau dzikir menjadi pintu utama untuk
hadir menemui yang dicintai dan menyerahkan dirinya demi mendapatkan
cintaNya.45 Dzikir semestinya merupakan perilaku sehari-hari, yaitu baik
sedang berdiri, sedang duduk ataupun sedang berbaring. Sebagaimana
dalam Firman Allah SWT dalam (QS. Ali Imran 3 ayat 190-191):
44
Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan,
(Bandung: NUANSA, 2011), h. 108
45
Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan (Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang,
2014), h.172.
45
         
         
          
  
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dlam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran: 190-191).
Dzikir bukan hanya menyebut, tetapi ada suatu hubungan, yaitu
rasa cinta, rindu, ingat, mendekat atau hadir, datang berkomunikasi,
bermahabbah kepada Allah.46 Berdzikir tidak mengenal tempat dan waktu,
kalaupun ada hal itu semata-mata di dasarkan kepada ijtihad ahli tarekat
agar mempunyai kesamaan waktu dalam melakukan dzikir secara
berjamaah. Maka zikir dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.47
Selama mempunyai niat lurus untuk mendapatkan karunia Allah,
maka hal itu tidak mengurangi esensi zikir. Selama ada cinta Illahi dalam
sanubari, sepanjang itu pula seseorang boleh berdzikir. Mustahil seseorang
berdzikir tanpa rasa cinta kepada Allah, dan inilah yang membuat para sufi
menjadikan dzikir sebagai nutrisi.48
Zikir mempunyai keutamaan sebagaimana disebutkan dalam sabda
Rasulullah SAW.
46
Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan (Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang,
2014), h.174
47
Dadang Ahmad, Epistemologi Doa, h. 108
48
Annemarie Schimel, Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus 1986), h.
172
46
“Perumpamaan orang yang menyebut Tuhannya dengan orang
yang tidak menyebut Tuhannya adalah bagaikan orang yang masih hidup
dibandingkan dengan orang yang sudah mati.”49
Masih banyak hadist yang memuat keutamaan metode dzikir Nabi,
bahkan oleh para ahli medis hal itu telah diakui efektivitasnya dalam
upaya penyembuhan jiwa. Do’a dan dzikir diyakini mengandung unsur
terapi yang dalam. Selain itu dikatakan bahwa do’a dan dzikir merupakan
energi rohani yang bisa membangkitkan rasa percaya diri. Dari sini,
kemudian muncul optimisme terhadap kegiatan penyembuhan, dua rasa
(optimisme dan rasa percaya diri) dinilai sebagai salah satu cara efektif
untuk memperkuat daya tahan tubuh manusia.50
Peneliti
mengungkapkan
bahwa,
do’a
dan
dzikir
dapat
menghilangkan hawa nafsu, karena dengan do’a dan dzikir itu akan
menjadikan seseorang dapat mengontrol dirinya sendiri secara optimal,
sehingga dirinya selalu berhati sejuk, tidak emosional, dan tenang dalam
menghadapi segala permasalahan hidupnya. Dzikir juga bermanfaat
sebagai pembersih hati, jika manusia mengingat Allah SWT dalam
keadaan apapun dan menyadari dirinya di hadapan dzat yang Maha suci,
tentu akan menahan diri dari masalah-masalah yang tidak sesuai dengan
keridhaanNya, dan mengendalikan diri agar tidak bersikap durhaka.
Dengan melihat berbagai permasalahan hidup yang dihadapi oleh
setiap manusia ada 5 upaya dalam mengoptimalkan mendekatkan diri
kepada Allah yaitu:
49
Al- Mundziri, At-Targib wa at Tarhib, juz III, Al Islamiyah, h. 59
Dadang Hawari, Manajemen stress, Cemas dan Depresi, (Jakarta: fak Kedoteran UI,
2001), h. 158
50
47
GAMBAR 1
Tahap Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
A. Mengenal
Allah lebih dekat lagi melalui nama-nama dan sifatNya. Allah
secara kasat mata tidak bisa kita lihat dan tidak bisa kita raba. Jalan satusatunya untuk mengenal Allah adalah dengan cara diberi tahu oleh Allah
siapa Dia. Allah memperkenalkan siapa dirinya melalui Asma-Nya dan
melalui serangkaian informasi yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, Allah
SWT memperkenalkan diriNya melalui seluruh ciptaanNya.
B. Memohon
Dengan do’a kita memohon segala kebutuhan kita kepada Allah
SWT, Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.
48
C. Mengadukan
Kita dapat mengadukan segala keluh kesah dan penderitaan karena
Dia begitu lembut dengan sifatNya.
D. Meminta perlindungan
Dari segla kekhawtiran dan bahaya.
E. Belajar meneladani
Yaitu dengan cara belajar dari sifat-sifatNya yang mulia dan
berakhlak mulia serta meneladani karakter-Nya yang terpuji.51
4. Manfaat Do’a dan Dzikir
Bila dicermati lebih jauh, do’a atau dzikir mempunyai manfaat
yang luar biasa dalam pembentukan mental dan spiritual seseorang dalam
menjalankan misinya sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT tidak
lantas kecewa bila hamba-Nya tidak mau memohon pertolongan atas
penderitaan hidupnya. Semua manfaat dzikir dan do’a akan kembali
kepada hambanya, diantaranya:
a) Manusia membutuhkan sandaran dan tempat mengadu. Ketika
manusia
berputus
asa,
merasa
tidak
ada
lagi
yang
menolongnya, maka ia akan mencari tempat mengadu, mencari
tempat sandaran, tempat yang mampu memberikannya
kekuatan untuk bangkit dari keputusan dan keterpurukan serta
51
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya
Publishing, 2008), h.2
49
untuk memulai hidup baru setelah apa yang ia miliki selama
ini hancur porak poranda.
b) Do’a disini berfungsi untuk menguatkan kembali jiwa yang
hancur dengan mencari tempat pengaduan yang hakiki, yakni
kepada Allah SWT. Bila seseorang tidak mendapatkan tempat
untuk mengadu, maka ia akan semakin terpuruk. Sehingga
mengakibatkan depresi, stress, bahkan sakit jiwa yang
merupakan kasus-kasus yang muncul akibat keputusasaan dan
tidak mendapatkan tempat mengadu yang semestinya.
c) Do’a tidak sekedar memohon pertolongan ketika mengalami
musibah atau kesulitan hidup. Do’a juga dimaksudkan sebagai
sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas
diri, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya
dengan baik dan benar. Do’a disini berfungsi sebagai tempat
memohon rahmat dan karunia kepada Allah agar perjalanan
hidupnya senantiasa dalam naungan-Nya. Dengan demikian, ia
akan tetap semangat dalam mengarungi kehidupannya tanpa
takut akan rintangan yang menghalang karena Allah SWT
senantiasa bersamannya.
d) Secara fitrah, seseorang ingin senantiasa sukses dan berhasil di
dalam hidupnya. Ia ingin apa yang ia rencanakan dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Ia butuh kekuatan yang
mampu melindunginya dari segala yang dapat merusak cita-
50
citanya. Disini do’a diperlukan sebagai sarana untuk memohon
perlindungan dari aral dan mara bahayanya tersebut.
Peran do’a sangat besar sebagai bentuk permohonan perlindungan
kepada sang Maha Melindungi dan Maha mengetahui, Allah SWT.
Dengan do’a Allah akan memberikan jalan keluar dan pertolongan
kepadanya terhadap segala problema kehidupan.52
Dengan demikian berdo’a dan berdzikir merupakan sarana untuk
memotivasi diri agar terus bangkit dari masalah yang di hadapi dan akan
lebih mampu untuk mengatasi stres yang sedang dialami. Bagi seorang
muslim berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT dapat menjadi obat
penawar bagi segala jenis penyakit mental, dengan menenangkan dan
mententramkan pikiran maupun hati yang sedang kacau termasuk stres itu
sendiri. Jika seseorang berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT, maka
seseorang itu akan merasakan bahwa ia dekat dengan Allah SWT, dengan
demikian seseorang tersebut akan timbul perasaan dalam dirinya tenang,
tentram, dan bahagia.
52
Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, h.17-19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah jenis pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya.1 Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan
Tailor yang dikutip oleh Lexy J Melong yaitu sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2 Penelitian kualitatif pada
hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke
lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama.3
Adapun desain dalam penelitian ini dengan menggunakan desain
deskriftif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data. Oleh karena itu dalam penelitian ini
bermaksud untuk mengungkapkan fakta–fakta yang ada di lapangan, dan
mendeskripsikan bagaimana dalam melaksanakan bimbingan rohani islam
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Pt.Bina
Aksara, 1989), cet-ke 6, h. 195.
2
Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4
3
Nasution 1992 . Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif, (Bandung : Transitto, 1992),
h5
49
50
bagi penderita stress (kejiwaan) melalui metode do’a dan dzikir. Desain
deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survey yaitu suatu
penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu
tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu program
dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan
demi perbaikan program tersebut.4
B.
Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Instrumen pada penelitian ini adalah penelitian secara sendiri yang
menjadi keseluruhan proses penelitian tersebut. 5 Instrumen itu sendiri
ialah alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan pengumpulan data lebih banyak pada observasi
berperan serta (participation observation), peneliti berperan serta terhadap
kegiatan bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan oleh pembimbing
rohani islam dengan cara membantu pembimbing dalam memberikan
arahan kepada warga binaan, hal ini dilakukan karena peneliti melihat
warga binaan banyak yang memilih untuk diam tidak mengikuti setiap
arahan
yang diberikan
oleh
pembimbing,
selain
itu
kurangnya
pembimbing rohani islam sehingga membuat pembimbing itu menjadi
kewalahan dengan jumlah warga binaan yang banyak. Berikutnya ialah
Wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.6 Berikut ini
4
B.Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pusaka,
2006), cet ke-1, h. 111
5
Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2005), cet ke-21, h. 168
6
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,
2010), h. 146.
51
adalah teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan dalam
penelitian ini di antaranya:
1.
Metode observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Metode ini digunakan
untuk mengamati secara langsung Bimbingan Rohani do’a dan dzikir yang
diberikan kepada Warga Binaan Sosial stres di panti. Adapun jenis
observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan, yaitu peneliti turut ambil bagian dalam setiap kegiatan yang
diteliti. Metode ini digunakan sebagai kelengkapan dan penguat data yang
diperoleh melalui metode interview dan dokumentasi.
2.
Metode interview (wawancara)
Metode interview adalah cara pengumpulan data dengan tanya
jawab, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.8 Data dikumpulkan melalui wawancara yang
mendalam pada subjek penelitian. Interview disini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkenaan dengan metode do’a dan dzikir, yang
khususnya dalam Bimbingan Rohani Islam untuk menangani pasien
penderita stress.
7
Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h.
8
Moleong, 2002. Metodologi penelitian kualitatif. (Bandung : Remaja rosda karya), h
181.
135.
52
3.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.9 Selain itu dokumentasi
merupakan salah satu instrumen pengumpulan data. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen pribadi. Alasan
penggunaan metode dokumentasi ini yaitu karena dokumen merupakan
catatan atau arsip yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak
membutuhkan banyak waktu dan energi serta dapat untuk mengecek
kembali informasi yang didapat interview secara langsung.
4.
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2 Ceger-Cipayung Jakarta Timur. Penelitian ini memakan waktu
sekitar 9 bulan, yakni dari 27 Maret 2014 sampai dengan 5 Desember
2014.
Alasan peneliti melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 Cipayung, karena peneliti tertarik dengan banyaknya
macam-macam klasifikasi Warga Binaan Sosial yang berada di Panti.
Selain itu warga binaan yang ada di panti ini sangat rentan sekali
mengalami stres, dengan berbagai faktor sosial yang berbeda pula.
9
Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek, (Jakarta :
Rineka cipta, 2006), h. 231.
53
5.
Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini yaitu 1 orang selaku petugas
Pembimbing Rohani Islam do’a dan dzikir yang bernama
Kurniawan, juga sasarannya 5 Warga Binaan Sosial di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 yang menderita stres ringan atau
sedang.
Adapun stres ringan ini masih dapat untuk diatasi, orang yang
mengalami stres ini masih bisa untuk diajak ngobrol atau
menjawab setiap pertanyaan yang peneliti sampaikan juga stres
ringan tidak merusak aspek fisiologis. Contohnya seperti: lupa
ketiduran, kemacetan, dikritik, cuaca, dan lain-lain. Situasi seperti
ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam,
situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.10
Stres sedang berupa terjadi lebih lama beberapa jam sampai
beberapa
hari.
Contohnya,
beban
kerja
yang
berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu
yang lama, situasi ini dapat bermakna bagi individu yang
mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.11
10
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta:
Sagung Seto, 2004), h. 25
11
Ibid, h 26
54
b. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu Bimbingan Rohani Islam melalui
Metode Do’a dan Dzikir terhadap penderita stres di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2.
6.
Teknik Analisis Data
Dalam analisis data yang telah terkumpul dianalisis, peneliti
melakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, yang artinya penulis
menggambarkan keadaan sasaran penelitian secara apa adanya, sejauh
mana yang penulis peroleh dari interview, dokumentasi dan observasi.
Analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa agar
mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan dengan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.12
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Seluruh informan pada penelitian ini berjumlah 6 orang yang
terdiri dari, 1 orang selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir yang
merupakan key informan, dan 5 orang selaku Warga Binaan Sosial yang
mengalami stres yang merupakan informan itu sendiri. Warga Binaan
Sosial yang mengalami stres tidak dapat dijumlahkan secara keseluruhan
dari tahun ke tahun, dikarenakan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Cipayung, merupakan tempat penampungan sementara selama 3 atau 6
bulan lamanya, selain itu ada pula warga binaan yang langsung dijemput
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h. 11.
55
keluarganya untuk pulang kerumah ketika warga binaan itu tertangkap
oleh Satpol PP dengan kelengkapan persyaratan yang telah ditentukan oleh
pihak panti.
7.
Sumber Data
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui observasi
langsung, primer disini berupa wawancara kepada pembimbing
rohani islam di panti (selaku pembimbing do’a dan dzikir) dan
kepada Warga Binaan Sosial (selaku penderita stres ringan atau
sedang) yang menerima bimbingan dari pembimbing di Panti sosial
Bina Insan Bangun Daya 2
b. Data Sekunder, yaitu data tidak langsung yang berupa catatancatatan atau dokumentasi. Data yang diperoleh oleh peneliti
melalui catatan pribadi.
BAB IV
ANALISIS DAN PROFIL LEMBAGA
A.
Gambaran Profil Lembaga
Nama
: Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II
Alamat
: Jl. Bina Marga No. 48 Cipayung, Jakarta Timur
Telp
: 021-8445761 , Fax. 021-84300416
Email
: [email protected]
1. Kedudukan
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Dinas Sosial Pemerintah Provensi DKI Jakarta, yang
berwenang dalam pelaksanaan kegiatan penampungan dan pelayanan
sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil
penertiban dan penjangkauan sosial. (Berdasarkan Peraturan Gubernur No.
76 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya).1
2. Sejarah Singkat Panti
Pada tahun 1978 pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Sosial
membangun sebuah panti dengan nama “Panti Pengemis Cipayung”,
dalam perkembangan selanjutnya melalui keputusan gubernur DKI Jakarta
Nomor: 736 Tahun 1996, panti dimaksud menjadi “Panti Sosial Bina
1
Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Juli 2014.
55
56
Karya Bangun Daya 2 Ceger”. Pada perkembangan selanjutnya
berdasarkan peraturan gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002, ia
menjadi “Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger”.
Berdasarkan peraturan gubernur provinsi DKI Jakarta No. 76 tahun
2000, berubah menjadi “Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2” yang
berfungsi sebagai tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan
penjangkauan sosial terhadap sejumlah jenis PMKS seperti Gelandangan,
Pengemis, Pengamen, Pemulung, Wanita Tuna Susila, Jompo Terlantar,
Anak Jalanan, Psikotik Terlantar, Penyandang Cacat Terlantar, Waria,
Jockey Three in One, parkir liar, Orang dengan Masalah Kejiwaan
(ODMK), Korban Tindak
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT),
Pengedar Kotak Amal, Pedagang Asongan dll.
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger terletak di Jalan
Raya Bina Marga No. 48 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota
Madya Jakarta Timur. Daya tampung atau kapasitas panti adalah 250
orang, dengan penempatan Warga Binaan Sosial (WBS) secara terpisah
antara perempuan dan laki-laki, anak dan lansia, termasuk WBS Balita
juga dipisahkan dengan disediakan ruangan khusus.2
Adapun biaya operasional Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Ceger Jakarta Timur diperoleh dari :
a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI
Jakarta yang diterima secara rutin.
2
Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Juli 2014.
57
b.
Sumbangan masyarakat secara insidental dan bantuan lain
yang tidak mengikat.
3. Visi dan Misi
Visi:
“Mewujudkan Kemandirian dan Kualitas Hidup Binaan Sosial”
Misi:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan sosial terhadap warga binaan
sosial.
b. Meningkatkan harkat dan martabat binaan sosial.
c. Mengembangkan sistem sarana dan prasarana binaan sosial.
d. Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pelayanan
sosial3.
4. Susunan Organisasi
GAMBAR 1
Susunan Organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
KEPALA PANTI
KA. SUB BAG TU
SEKSI PERAWATAN
SEKSI BIMLUR
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
3
Purwono, Buku Pedoman, Pelayanan Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
58
a. Kepala Panti
Kepala panti bertugas :
1)
Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai mana yang
dimaksud dalam pasal 88, keputusan No 163 Tahun 2008.
2)
Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sub. Bagian,
Seksi dan Sub. Kelompok Jabatan Fungsional.
3)
Melaksanakan tugas koordinasi lain yang diberikan Kepala Dinas.
b. Sub. Bagian Tata Usaha
Sub. Bagian tata usaha bertugas :
1)
Melaksanakan urusan administrasi umum.
2)
Melaksanakan urusan administrasi keuangan.
3)
Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian.
4)
Melaksanakan urusan administrasi perlengkapan.
5)
Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
panti.
6)
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.
c. Seksi Keperawatan
Adapun Seksi Keperawatan bertugas :
1)
Melaksanakan pendekatan awal meliputi: penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi dan seleksi.
2)
Melaksanakan penerimaan meliputi: registrasi, persyaratan
administrasi, dan penempatan dalam panti.
3)
Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
59
4)
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.
d. Seksi Bimbingan dan Penyaluran
Seksi Bimbingan dan Penyaluran bertugas:
1)
Melaksanakan terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.
2)
Melaksanakan assesment, meliputi : penelaahan, pengungkapan, dan
pemahaman masalah dan potensi yang bisa digali dari warga binaan
sosial (WBS).
3)
Melaksanakan pembinaan fisik serta bimbingan mental dan sosial.
Kegiatan ini meliputi olahraga, konseling, dan dinamika kelompok.
4)
Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali
kepada keluarga, pemulangan kedaerah asal, dan pelaksanaan
rujukan ke lembaga lain.
5)
Melaksanakan pembinaan lanjut, yang meliputi : monitoring,
konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi.
6)
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.
5. Tugas Pokok dan Fungsi
Adapun tugas pokok panti ini ialah melaksanakan kegiatan
pelayanan kesejahteraan sosial PMKS hasil penertiban dan penjangkauan
sosial. Adapun fungsinya ialah:
a.
Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja, anggaran rencana kerja
dan dokumen pelaksanaan anggaran (RKA dan DPA) panti.
b.
Penyusunan strategis panti dan penyusunan SOP
60
c.
Penyusunan rencana penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana teknis panti.
d.
Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, seleksi
e.
Pelaksanaan
penerimaan
meliputi
registrasi,
persyaratan,
administrasi, dan penempatan dalam panti
f.
Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
g.
Pelaksanaan asessmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan
pemahaman masalah serta potensi.
h.
Pelaksanaan bimbingan fisik serta bimbingan mental dan sosial
i.
Pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, persiapan
pemulangan ke daerah asal dan rujukan kepanti terkait.
j.
Pelaksanaan dan pengembangan koordinasi, kerja sama dan
kemitraan dengan lembaga pelayanan sosial sejenis dalam bentuk
panti maupun bukan panti yang dikelola masyarakat.
k.
Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan terminasi.
l.
Pelaksanaan
monitoring
dn
evaluasi
kelayakan
penggunaan
prasarana dan sarana panti.
6. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ialah
Mencegah dan mengurangi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) agar tidak kembali kejalanan. Sasarannya ialah para (PMKS)
hasil penertiban di wilayah DKI Jakarta.
61
7. Asal WBS
Adapun identitas dari Warga Binaan Tersebut yang akan mendapat
bimbingan di Panti ialah warga binaan:
a.
Hasil penertiban dan penjangkauan sosial
b.
Rujukan dari rumah sakit
c.
Rujukan dari kepolisian RI
d.
Masyarakat
8. Pembinaan
Berikut macam-macam bimbingan yang akan di berikan kepada
Warga Binaan Sosial yang tinggal di Panti selama 3 atau 6 bulan:
a.
Bimbingan Fisik
Bimbingan Fisik ialah suatu kegiatan yang dilaksanakan berupa
senam kesegaran jasmani (SKJ) setiap satu minggu dua kali, ada juga
futsall, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, dan kerja bakti kebersihan
lingkungan panti.
b.
Bimbingan Sosial dan Case Conference
Bimbingan sosial dilaksanakan secara individu maupun kelompok
sehingga
WBS
dapat
memahami
permasalahannya
serta
untuk
memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
rujukan/ penyaluran sesuai dengan permasalahan yang dilanjutkan melalui
kegiatan case conference (pembahasanan kasus).
62
c.
Bimbingan Psikologis
Kegiatan yang dilaksanakan berupa konseling individu dan
kelompok sebagai sarana untuk mengungkapkan pikirna, perasaan,
pengalaman, dan harapan WBS.
d.
Bimbingan Mental dan Spiritual
Memberikan bimbingan keagamaan yang berkaitan dengan ibadah,
akhlak, dan hakekat kehidupan.
e.
Bimbingan Hukum
Pada bimbingan hukum yang diberikan oleh Panti kepada Warga
Binaan Sosial, yaitu mengenai pemahaman tentang perda No. 8 tahun 2007
tentang ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan lainnya. Hal
ini dilakukan agar para Warga Binaan Sosial dapat mengerti dan
memahami betul bahwa pekerjaan yang mereka lakukan di jalanan
termasuk pelanggaran dan harus mentaati peraturan yang berlaku.
f.
Bimbingan Keterampilan
Bimbingan keterampilan dilaksanankan sebagai upaya pemberian
bekal keterampilan agar Warga Binaan Sosial dapat mengembangkan diri
setelah kembali ke masyarakat antara lain dengan: membuat keset,
membuat pot, dan berkebun sayur. Selain itu agar Warga Binaan Sosial
tidak lagi turun ke jalan dan mengerjakan kembali pekerjaan yang
sebelumnya yaitu pekerjaan mengemis, mengamen, memulung, ataupun
pekerjaan yang lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan di atas di samping
merupakan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang sangat
63
besar dan dapat merugikan dirinya, bahkan juga pekerjaan tersebut dapat
mengganggu ketertiban umum.
g.
Bimbingan Kesenian
Selain dari bimbingan keterampilan, di Panti ini mengadakan
bimbingan kesenian, yang mana bimbingan ini sangat digemari oleh para
Warga Binaan Sosial dengan cara menyalurkan hobi mereka melalui seni
musik dan menyanyi untuk WBS.
h.
Penyaluran atau Pembinaan Lanjut
Setelah dilakuikan penertiban dan penjangkauan sosial oleh Dinas
Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Satpol PP, Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terjaring selanjutnya akan
dibina oleh Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 dan selanjutnya
dilakukan pembinaan, pembekalan, motivasi dan klasfiikasi, serta
identifikasi terlebih dahulu agar diperoleh informasi awal tentang PMKS,
yang selanjutnya mereka akan dirujuk ke panti-panti sosial lanjutan Dinas
Sosial sesuai dengan jenis persoalan dan permasalahan PMKS, agar
mereka mendapatkan pembinaan lanjutan di panti dimaksud dan
penyaluran WBS. Ada beberapa jenis penyaluran yang dilakukan antara
lain adalah:
1) Penyaluran ke panti terkait, dengan penyaluran ini warga binaan
telah diklasifikasi dan diidentifikasi terlebih dahulu agar panti yang
dituju memperoleh informasi awal atau profil sederhana calon
WBS.
64
2) Penyaluran kembali kekeluarga, jika warga binaan yang dimaksud
mempunyai keluarga yang lengkap dan syarat identitasnya jelas,
maka WBS tersebut akan dikembalikan kepada keluarganya agar
mereka memperoleh perlindungan dan kasih sayang melalui
keluarga masing-maisng.
3) Pemulangan ke daerah asal, hal ini dilakukan setelah Warga Binaan
Sosial mendapat bimbingan setidaknya mereka memperoleh
bimbingan dip anti tersebut kurang lebih 3 bulan atau 6 bulan
lamanya, bahkan ada yang kemungkinan lebih seperti WBS Lanjut
Usia.
i.
Fasilitas Pelayanan
Adapun fasilitas pelayanan yang telah disediakan oleh Panti
diantaranya:
1. Kantor
2. Asrama kapasitas 250 orang
3. Ruang identifikasi dan assessment
4. Ruang bimbingan
5. Mobil operasional/rujukan
6. Ruang dapur
7. Musholla
8. Ruang pelayanan sosial
9. Ruang perawatan
10. Ruang konseling
65
11. Ruang makan
12. Lapangan olah raga
13. Ruang besuk
14. Ruang poliklinik
66
9. Tahap Pembinaan PMKS PSBIBD 24
GAMBAR 2
Tahap Pembinaan PMKS Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
Pendekatan awal
Identifikasi
WBS
Asesmen
Pembinaan
Penjangkauan
Pemeriksaan
dokumen
persyaratan
Observasi
Penanda
tanganan
berita acara
serah terima
Registrasi
Identifikasi
Motivasi
Seleksi
Penjelasan
program
pelayanan
Penempatan dlm
panti
Penentuan
petugas
pendamping
Pengungkapan dan
pemahaman
masalah dari aspek
fisik, sosial,
psikologis sesuai
dgn karakteristik
WBS
Bim. Fisik
Bim. Mental
dan Spiritual
Bim. Sosial
Bim. Hukum
Penelaahan Data
WBS
Bim. Rekreasi
Bim. Kesenian
Identifikasi potensi
dan sumber dari
WBS dan keluarga
Konsultasi
keluarga
Konsultasi
psikologis
Penyusunan
rencana pelayanan
Bimbingan
Keterampilan
Perawatan
TAHAP V
TAHAPV I
Resosialisasi
Penyaluran
Mengikutsertakan WBS
dalam kegiatan sosial
bersama masy. umum
Memberikan gambaran
ttg lokasi tujuan
penyaluran
4
Persiapan penyaluran
Pelaksanaan penyaluran ke:
1. Panti sosial terkait
2. Kembali pada keluarga
3. Pemulangan ke daerah asal
4. Lembaga pelayanan sosial
lainnya
Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, juli 2014
67
10. Persyaratan Pengambilan WBS Oleh Keluarga
Persyaratan yang harus dipersiapkan oleh keluarga yang akan
membawa pulang warga binaan tersebut ialah:
1. Foto copy KTP yang mengurus
2. Foto copy Kartu Keluarga
3. Surat keterangan RT, RW, Kelurahan, Kecamatan
4. Surat keterangan dari sekolah apabila masih sekolah
5. Surat rekomendasi dari instansi yang menertibkan
6. Surat rekomdasi dari dinas sosial
7. Menandatangani surat pernyataan dengan materai Rp. 6.000,sebanyak 2 lembar
11. Kondisi Panti Sosial dan Sarana Prasarana.
Adapun kondisi lokasi dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
yang didukung oleh sarana dan prasarananya yaitu:
Luas tanah:
15.000 M²
Luas bangunan:
10.000 M²
Kapasitas panti:
250 orang
Lokasi panti:
Jl. Bina Marga No. 48 Ceger, Cipayung, Jakarta
Timur 13820, Telp. 021 844 5761
E-mail
: [email protected]
68
TABEL 1
Sarana dan Prasarana Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
No
Nama Bangunan
Volume
1
Ruang kantor
1 unit
2
Auditorium
1 unit
3
Ruang rapat
1 unit
4
Pendopo
1 unit
5
Rumah Dinas
9 unit
6
Pos Jaga
2 unit
7
Ruang Gudang
1 unit
8
Kantin
1 unit
Sarana dan prasarana di Panti Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya
2 Cipayung sampai saat ini masih digunakan, fasilitas ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan panti agar dapat berjalan lancar sesuai yang
diinginkan. Seperti contohnya auditorium, pendopo, yang sampai saat ini
digunakan
sebagai
gedung
serbaguna
untuk
pembimbing
memberikan bimbingannya bagi Warga Binaan Sosial.
dalam
69
12. Kondisi SDM
TABEL 2
Kondisi SDM Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
No Jabatan Organik
Pendidikan Terakhir
S2
1
Kepala Panti
1
2
Ka. Subag/ Ka. Sie
2
S1
D3
SMA
SMP
SD
1
9
2
2
2
2
1
Perawatan
3
Staf PNS
1
5
Pramu Sosial
5
Total
3
7
9
1
18
13. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Berikut beberapa program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2,
diantarannya:
a. Asessment, meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman
masalah. Dan potensi yang dimiliki warga binaan sosial.
b. Terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.
c. Pembinaan fisik, bimbingan mental spiritual, bimbingan sosial,
bimbingan hukum, bimbingan keterampilan, bimbingan musik,
bimbingan psikologi, dan case conference.
d. Penyaluran kembali kepada keluarga, pemulangan kedaerah asal, dan
rujukan ke lembaga layanan lain.
70
e. Pembinaan
lanjut
meliputi,
monitoring,
konsultasi,
asistensi,
pemantapan, dan terminasi.5
B.
Pengungkapan dan Penjelasan Data
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berfungsi sebagai tempat
penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial
seperti gelandangan, pengemis, pengamen, pemulung, wanita tuna susila,
jompo terlantar, anak jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat
terlantar, waria, jockey three in one, parkir liar, Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK), Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),
pengedar kotak amal, pedagang asongan dan lain-lain.
Kegiatan yang diadakan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
ini bermacam-macam, salah satunya ialah bimbingan rohani islam
termasuk didalamnya ialah do’a dan dzikir, dilaksanakan pada tiap hari
Senin, Rabu, dan Kamis yang diadakan pada pagi hari pukul 07.00 s/d
selesai. Kegiatan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir ini merupakan
kegiatan yang wajib diikuti oleh Warga Binaan Sosial (WBS) karena
begitu banyak manfaatnya, selain kita memahami arti juga bentuk do’a dan
dzikir, kita pun bisa merasakan betapa besarnya faidah do’a dan dzikir
bagi diri kita, yang mana dengan do’a dan dzikir dapat membuat hati kita
menjadi lebih tenang dan lebih dekat dengan Allah SWT.
5
Brosur Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
71
Adapun stres yang akan peneliti sampaikan disini yaitu stres yang
masih mudah untuk di atasi (stres ringan dan sedang), yang mana orang
yang mengalami stres ini masih bisa untuk diajak ngobrol, masih ingat
siapa dirinya juga lingkungan sekitarnya, dan dapat mengungkapkan isi
hatinya terhadap masalah-maslah yang sedang dihadapinya sehingga tidak
menyulitkan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.
Sehubungan dengan populasi PMKS jalanan begitu banyak tentu
tidaklah mungkin mereka dijadikan sebagai responden, mengingat semua
Warga Binaan Sosial yang ada di Panti menjadi bagian dari populasi,
terdapat sejumlah orang yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai
karena mereka sebagian termasuk pada Warga Binaan Sosial yang
mengalami stres berat. Adapun mengenai jumlah Warga Binaan Sosial di
Panti tidak bisa dihitung secara keseluruhan, dikarenakan Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan tempat sementara bagi Para
Penyandang Masalah Kesejahteraan (PMKS), terkadang ada sebagian
warga binaan yang dipulangkan atau disalurkan ke Panti lain sesuai
klasifikasinya masing-masing.
Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini penulis telah
menentukan jumlah responden yang akan menjadi objek penelitian,
responden yang dimaksud tersebut diantaranya: 1 orang sebagai informan
(Pembimbing Rohani Islam) dan 5 orang sebagai responden (Warga
Binaan Sosial yang mengalami stres). Klasifikasi ini diambil berdasarkan
pertimbangan dan hasil dari pengamatan penulis selama observasi
dilapangan karena dengan klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan sebagai
72
objek penelitian dengan alasan keterbatasan waktu atau mental dari warga
binaan itu sendiri. Berikut adalah identitas dari responden yang akan
peneliti paparkan.
1. Identitas Informan (Pembimbing)
a. Muhammad Kurniawan, S.Sos.
Nama pembimbing bernama Muhammad Kurniawan S.Sos ia
sering dipanggil dengan sebutan pak Kur. Ia adalah salah satu staff di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang menjabat sebagai bagian
Bimbingan dan Penyaluran. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 14 Januari
1979 dan kini sedang melanjutkan studi di Universitas Indraprasta jurusan
Bimbingan dan Konseling. Dari kepribadiannya dpat kita lihat ia sangat
ramah terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya bahkan kepada
Warga Binaan Sosial yang ada di Panti, sehingga memudahkan beliau
untuk selalu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun.
Dalam kesehariannya selaku pembimbing ia selalu memberikan
bimbingan berupa bimbingan do’a dan dzikir pada setiap hari Senin, Rabu
dan Kamis pada pukul 07.00 sampai selesai. Ia sangat bertanggung jawab
sekali terhadap tugasnya, tak kenal lelah ia terus membimbing Warga
Binaan Sosial dalam memberikan ilmu agamanya terutama dalam
bimbingan do’a dan dzikir yang selalu ia ajarkan. Dia mengatakan bahwa:
“Semua ini saya lakukan agar Warga Binaan Sosial selalu
mengingat Allah SWT, berharap hatinya menjadi tenang, dan juga
mereka bisa ingat siapa dirinya, dan mereka bisa bertemu kembali
73
dengan keluarganya, saya ingin mereka tidak lagi menopang hidup
dijalanan”.6
2. Identitas Informan (Warga Binaan Sosial)
Adapun yang menjadi sampel terbimbing berjumlah 5 orang,
diantaranya 4 orang wanita dan 1 orang laki-laki. Mereka ialah yang aktif
dalam mengikuti bimbingan do’a dan dzikir.
Berikut wawancara mengenai identitas dan kisah hidup warga
binaan yang yang akan peneliti sampaikan:
a. Neneng Heni
Neneng lahir di Surabaya pada tanggal 4 Mei 1989, orang tuanya
bernama Rumini dan Abudin mereka tinggal di Cianjur, Neneng beragama
Islam, ia mempunyai seorang suami, dan seorang anak. Pendidikan
terakhir Neneng hanya sampai kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Dalam hal
pekerjaan dia sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja di Malaysia,
akan tetapi ia tidak beruntung, ia tidak sampai di tempat tujuan yang akan
menjadi tempat kerjanya (malaysia), disebabkan ia dibohongi dan
ditinggalkan begitu saja oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan dari
malaysia. Setelah dibohongi Neneng kini tinggal di Jakarta, ia terpaksa
melamar untuk bekerja sebagai buruh pabrik, Neneng tidak berani untuk
pulang lagi ke kampung halamannya dikarenakan malu oleh keluarga dan
tetangganya, hal ini yang sangat membuatnya tertekan dan jiwanya
terguncang.7
6
Wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran,
Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.
7
Wawancara pribadi dengan Neneng Heni di Panti, Jakarta, pada hari jum’at 12
september 2014
74
Setelah 4 tahun lamanya bu neneng bekerja menjadi buruh pabrik
ia akhirnya keluar dan tidak melanjutkan lagi pekerjaannya itu, Neneng
sekarang lebih memilih untuk menjadi pengemis dijalanan, karena ia
berfikir penghasilannya jauh lebih besar dari pada menjadi buruh pabrik.
Pendapatan yang dia dapatka pada saat mengemis sebesar 400 ribu dalam
sehari, pendapatan dengan cara mengemis ini lebih besar dari pada bekerja
sebagai buruh pabrik. Sesuai dengan pekerjaannya mengemis ia kini
tinggal dikolong jembatan bersama teman sekampung halamannya yang
sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di malaysia.
Kini mereka bersama-sama melakukan pekerjaan yang sama
sebagai pengemis, dan mereka lebih senang, semangat dan menikmati
pekerjaannya itu. Ia bekerja dijalanan mulai dari pagi jam 04.00 subuh
sampai pulang pagi lagi jam 24.00 malam. Neneng tidak merasa lelah dan
ia merasa lebih semangat dalam melakukan pekerjaannya itu, dalam hal
kesehatan ia mempunyai keluhan penyakit berupa sakit lambung, pinggang
dan juga sakit kepala, ia pun selalu merasakan gemetar pada tubuhnya
pada saat bekerja. Adapun kisah saat ia tertangkap oleh Satpol PP sebelum
di masukan ke Panti yaitu sedang mengemis diwarung bersama temannya. 8
b. Suaidah
Nama Suaidah lahir pada tanggal 25 April 1995 di Tegal. Ia
mempunyai seorang suami dan seorang anak, Suaidah masih mempunyai
orang tua yang bernama Watmi dan Sanat, yang kini mereka bertempat
tinggal di Bojong Gede. Suaidah mengontrak rumah di Jakarta, pendidikan
8
Hasil wawancara dengan ibu Neneng, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
75
terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tegal. Dia kini
bekerja sebagai pengemis, juga mempunyai sampingan pekerjaan sebagai
Pembantu Rumah Tangga untuk cuci dan gosok pakaian. Pendapatan yang
ia dapatkan dari mengemi sebesar Rp. 150.000 dalam sehari, suaminya
bekerja dibengkel dekat Balai Kota yang berpenghasilan tidak menentu.
Pada saat suaidah sedang bekerja terkadang ia merasakan semangat
dan lelah yang berlebihan. Jika peneliti lihat dalam kondisi kesehatannya
ia mempunyai sakit di kepala, kepalanya sering terasa pusing dan
kemanapun ia pergi selalu membawa balsem untuk mengurangi sakit
dikepalanya, Suaidah mempunyai beban pikiran terhadap anaknya, karena
ia merasa biaya kehidupannya sehari-hari belum bisa terpenuhi, yang kini
membuat Suaidah terpaksa bekerja dijalanan sebagai pengemis dan bekerja
sampingan sebagai Pembantu Rumah Tangga, itupun jika diperlukan.
Suaidah tertangkap oleh SatPol PP sebelum di masukkan ke Panti pada
saat ia sedang mengemis dijalanan.9
c. Siti Nurfarida
Nama Siti Nurfarida ia lahir pada tanggal 8 Juni 1969 di Sukabumi.
Kini ia bertempat tinggal di Bekasi Timur, pendidikan terakhirnya yaitu
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sukabumi. Siti ditinggalkan cerai
oleh suaminya, sampai saat ini ia merasakan kehilangan karena ditinggal
oleh suaminya. Siti mempunyai seorang anak, orang tua dari Siti sudah
meninggal dan keluarga lainnya tinggal di Bekasi, ia sempat bekerja
sebagai Tenaga Kerja Wanita di Malaysia selama 3 tahun, siti pun tidak
9
Hasil wawancara dengan ibu Suaidah, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
76
bisa bertahan untuk tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia
tidak mempunyai tempat tinggal yang menetap.
Akhirnya Siti terpaksa kembali pulang ke Indonesia dan bekerja
sebagai pengemis diJakarta. Siti merasakan tekanan dalam hidupnya yang
semakin besar, ia berfikir hidup dijakarta sangat besar resikonya untuk
hidup sehari-hari, pendapatan yang ia dapatkan selama ia bekerja sebagai
pengemis yaitu sebesar Rp.350.000 dalam sehari. Ia kini merasa senang
dengan pekerjaannya dan sangat menikmatinya. Sebelum Siti masuk ke
Panti, ia tertangkap oleh Satpol PP pada saat istirahat (tidur) disamping
jalan tepatnya didepan toko.10
d. Masna
Nama Masna lahir di Bogor tanggal 15 April tahun 1960, ia
mempunyai seorang suami dan mempunyai dua orang anak, Masna
ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya membawa
pergi kedua anaknya. Pendidikan terakhir Masna yaitu Sekolah Dasar (SD)
di Bogor. Setelah ia ditinggalkan oleh keluarga kecilnya ia kini
memutuskan untuk pergi bekerja sebagai pengemis diJakarta karena ia
merasa bahwa ia tidak akan lagi berguna jika masih tinggal
dikampungnya, masna tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap
diJakarta, ia hanya tinggal dijalanan tanpa mempunyai rumah atau
kontrakan yang bisa ia tempati.11
10
Hasil wawancara dengan ibu Siti Nurfarida, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
11
Hasil wawancara dengan ibu Masna, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014
77
Pada akhirnya Masna memutuskan untuk tidur dijalanan tepatnya
didepan toko, jika pemilik toko itu menegurnya, ia pindah tidur dikolong
jembatan. Masna sangat merindukan sekali anaknya, sampai saat ini ia
tidak dapat bertemu dengan anaknya yang dibawa pergi oleh suaminya,
masalah keluarga yang menjadi penyebab masna tertekan. Dalam
kesehatannya Masna mempunyai sakit dilambung, juga sering sakit
dikepala. Sebelum ia masuk kepanti ia tertangkap oleh Satpol PP sedang
duduk ditrotoar untuk mengemis.12
e. Habib Surya
Nama Habib Surya, ia lahir di Pandeglang pada tanggal 14 Juli
1944, pendidikan terakhirnya yaitu Sarjana Muda Tekhnik Sipil. Pekerjaan
sehari-hari nya sebelum pensiunan yaitu sebagai guru di SMA Pandeglang.
Surya mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang kini tinggal di
Pulo Gadung. Setelah ia pensiun dari pekerjaannya, ia memutuskan untuk
sementara waktu pergi meninggalkan keluarga untuk menambah
penghasilannya demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari dengan meminta
sumbangan mesjid. Sebelum dimasukan ke panti Surya tertangkap oleh
Satpol PP saat sedang berjalan ditol.13
12
Hasil wawancara dengan ibu Masna, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
13
Hasil wawancara dengan bapak Habib Surya, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
78
Berikut ini adalah tabel dari beberapa kasus stres yang dialami oleh
Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
TABEL 3
Sressor Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2
No
Nama
Stressor Sosial
1.
2.
3.
Neneng Heni
Suaidah
Siti Nur Farida
4.
Masna
Faktor pekerjaan
Faktor ekonomi
Faktor ekonomi
dan pekerjaan
Faktor keluarga
5.
Habib Surya
Faktor ekonomi
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sumber penyebab stressor
sosial pada warga binaan sosial di atas, di antaranya berupa:
1. Keluarga
Faktor Keluarga dapat menjadi sumber stres manakala keluarga
tersebut tidak dapat memberikan suasana kondusif. Contohnya seperti,
keluarga yang mengalami perpecahan baik diakibatkan oleh perceraian,
keluarga yang tidak lagi harmonis, pertengkaran antara orang tua dan anak,
otoriter, kekerasan dan lain sebagainya. Seperti kisah hidupnya Masna
yang ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya
membawa pergi kedua anaknya.14
2. Pekerjaan
Stressor pekerjaan seperti tugas yang terlalu banyak, kurangnya
penghasilan, kehilangan pekerjaan, atau terlalu lama menganggur, dapat
menyebabkan seseorang mengalami stres. Seperti kisah dari kehidupannya
14
Hasil Wawancara dengan Masna, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
79
Neneng yang kehilangan pekerjaan karena dia dibohongi untuk menjadi
Tenaga Kerja Wanita di Malaysia dan ia tidak ingin kembali kekampung
halamannya dikarenakan malu.15
Begitupun kisahnya Siti yang sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) di Malaysia selama 3 tahun, ia tidak bisa bertahan untuk
tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia tidak mempunyai
tempat tinggal yang menetap.16
3. Ekonomi atau Keuangan
Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari merupkan faktor
utama stres, kondisi ekonomi atau keuangan yang tidak sehat, misalnya
pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan
usaha. Seperti kisah hidupnya Suaidah, Siti dan Surya yang merasa
kebutuhan hidupnya sehari-hari masih sangat kurang.17
4. Lingkungan hidup
Faktor dari lingkungan hidup ini yang lebih dominan terjadi pada
Warga Binaan Sosial, sehingga mereka sangat rentan sekali mengalami
stres, selain itu situasi lingkungan yang buruk sangat besar pengaruhnya
kepada warga binaan, misalnya tempat tinggal pindah, penggusuran, hidup
dalam lingkungan kriminalitas, polusi, dan lain sebagainya.
Keberhasilan Warga Binaan Sosial agar terhindar dari stres yang
mereka alami, tidak akan terlepas dari substansi isi dari do’a dan dzikir
yang dapat di jelaskan sebagai berikut.
15
Hasil Wawancara dengan Neneng , di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
Hasil Wawancara dengan Siti, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.
17
Hasil Wawancara dengan Suaidah, Siti, dan Suryadi Panti Sosial Bina Insan Bangun
16
Daya 2
80
a) Bacaan do’a dan dzikir
Bacaan yang dibacakan pada saat pelaksanaan bimbingan do’a dan
dzikir diantaranya: membaca “Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir”, lalu
diikuti dengan terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Techniq),
membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, an-Nass, syahadat, shalawat,
asmaul husna, juga membaca do’a. contohnya seperti do’a orang tua, do’a
makan, do’a kesehatan, do’a selamat dunia akhirat, dan lain sebagainya.
b) Proses ingatnya manusia kepada Allah SWT
Hal ini akan membantu manusia dalam mnemukan ketenangan
jiwanya, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an, sebagai berikut:
          
 
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dalam mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah
lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d ayat 28).
Dari ayat ini sudah sangat jelas bahwasanya dengan mengingat
Allah SWT faktor utama terbentuknya ketenangan dalam jiwa. Adapun
do’a yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan,
sebagaimana dalam QS. Al.Baqarah:186
            
      
Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon
kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan
81
hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam
kebenaran. (QS. Al.Baqarah:186).
3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a
dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 2.
Bimbingan rohani islam yaitu sebagai sumber yang memberikan
pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu mengembangkan
hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan arahan sesuai dengan
ajaran Islam menurut al-Qur’an dan Hadist dalam memelihara diri
sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat
memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.18
Bimbingan Rohani Islam merupakan sumber pemberian pemahaman untuk
mengembangkan hidup manusia agar sesuai dengan aturan Al Qur’an dan
Hadist, agar kita senantiasa terhindar dari berbagai masalah, bahkan
tekanan hidup yang akan dapat memicu terjadinya stres (suatu keadaan
tertekan) yang merupakan salah satu penyakit umum dan banyak dialami
oleh setiap manusia, apalagi dengan zaman sekarang yang serba modern,
yang dapat menyebabkan kelupaan manusia dari mengingat Allah SWT.
Dengan mengingat, memohon, juga meminta kepada Allah SWT,
akan menjadikan hati tenang, karena dengan hati yang tenang senantiasa
akan terhindar dari stres yang sedang dihadapi. Khususnya bagi Warga
Binaan Sosial yang mana mereka senantiasa sangat rentan sekali terkena
stres, dengan kondisi mereka yang sehari-harinya hidup bebas di jalanan,
dengan faktor lingkungan, faktor ekonomi, pekerjaan, keluarga dan lain
18
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan
Terjemahan, h. 601
82
sebagainya. Selain itu warga binaan sangat kurang sekali ilmu
pengetahuan Agama, terutama mengenai do’a dan dzikir. Oleh karena itu
sangatlah penting untuk mereka di berikan pemahaman terlebih dahulu
mengenai bimbingan rohani do’a dan dzikir oleh pembimbing. Berikut ini
hasil kutipan wawancaranya;
Pemahaman mengenai do’a dan dzikir, menurut informan
(kurniawan) selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir mengungkapkan
bahwa do’a itu permohonan, permintaan kepada Allah SWT, yang mana
dengan berdo’a memohon kepada Allah SWT akan memberikan
ketenangan, keberkahan, keselamatan, hidayah, juga petunjuk. Hanya
dengan berdo’a senantiasa permohonan akan dikabulkan Allah SWT.
Adapun dzikir menurutnya yaitu mengingat Allah SWT, dengan
mengingat Allah hati akan menjadi tenang, segala permasalahan yang
dihadapi menjadi mudah, sembuh dari rasa tertekan yang menjadi faktor
pencetus stres. Berikut ini kutipan wawancaranya :
Do’a itu permohonan, permintaan sebagaimana firman Allah SWT.,
“Ud’uni astajib lakum” yang artinya: “Berdo’alah kepadaKu niscaya akan Aku
kabulkan do’a mu”. Dengan berdo’a Allah akan memberikan kesembuhan,
keberkahan, keselamatan, hidayah, petunjuk, juga semoga bagi Warga Binaan
Sosial yang merasa kehilangan keluarganya ia dapat kembali bertemu dengan
keluarganya, jika ia sedang mempunyai masalah yang sedang membebaninya
sehingga ia merasa tertekan dan dirinya merasakan stres semoga Allah SWT,
mempermudah segala urusannya dan disembuhkan dari stres yang sedang
dihadapinya. Adapun dzikir artinya mengingat Allah SWT agar hati menjadi
19
tenang.
Adapun
pendapat
yang
sama
dari
informan
lainnya
mengungkapkan bahwa do’a itu ialah permohonan, permintaan kepada
19
Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak
Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.
83
Allah SWT berupa meminta keselamatan, keberkahan, kesehatan,
ketenangan, sesuai dengan tujuannya masing-masing.
Selain itu adapun pengertian dari dzikir, para responden
mengungkapkan bahwa, dzikir itu ialah mengingat Allah SWT, akan tetapi
maksud dari masing-masing responden berbeda, ada yang mengungkapkan
bahwa dzikir itu hanya lafad Subhanallah, Alhamdulillah, Astaghfirullah,
dan Allahu Akbar. seperti yang diungkapkan oleh Neneng, berikut kutipan
hasil wawancaranya:
“Kalau dzikir itu kaya Istighfar, Allahhu Akbar, Subhanallah.”20
Hal ini sama seperti pengungkapan Suaidah juga Masna, yang
mana mereka memahami dzikir itu hanya suatu lafad saja tanpa
mengetahui makna dari dzikir tersebut. Berbeda dengan pengungkapan Siti
Nurfarida bahwa dzikir yang maksudkannya, yaitu mengingat dalam arti
ingat apa yang ada dipikirannya, jika ia sedang mengingat Allah maka ia
artikan dzikir itu mengingat Allah, begitupun ia artikan dzikir itu ingat
segala apa yang ada dipikirannya.
Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Dzikir yaitu kita mengingat, mengingat apapun yang ada
dipikiran, paling utama mengingat Allah SWT.21
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
peran dari pembimbing rohani islam sangat penting bagi mereka
khususnya Warga Binaan Sosial yang pada umumnya mereka hidup
kesehariannya dijalanan, tanpa di dasari dengan ilmu pengetahuan agama.
20
Wawancara pribadi dengan Neneng selaku Warga Binaan, Jum’at 12 September 2014.
Wawancara dengan Siti Nurfarida selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at 12
September 2014.
21
84
Mengingat dari hasil wawancara ini sebagian besar warga binaan masih
belum memahami betul pengetahuan agama, termasuk pengetahuan
mengenai do’a dan dzikir yang sehari-harinya sering kali kita laksanakan,
baik saat kita sedang beribadah, bekerja ataupun sedang beristirahat.
Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa menurut
pembimbing rohani pemahaman Warga Binaan Sosial di Panti mengenai
do’a dan dzikir sangat kurang sekali, karena dengan kehidupan mereka
yang
sehari-harinya
hidup
dijalanan,
menjadi
kewajiban
untuk
mengajarkan kembali, mengingatkan kembali. Setelah mereka ingat dan
mengenal do’a dan dzikir, kita dapat melanjutkan pada bimbingan yang
akan kita berikan selanjutnya.
Berikut kutipan hasil wawancara pembimbing rohani (pak
kurniawan):
“Pemahaman Warga Binaan Sosial mengenai do’a dan dzikir,
mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, kita bimbing lagi mulai
dari pengertian do’a dan dzikir, apakah mereka tahu dan ingat, setelah
mereka mengenal arti do’a dan dzikir baru kita lanjutkan kepada bacaan
dari do’a dan dzikir itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka
bisa memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di
jalanan jarang sekali mereka bisa mendapatkan bimbingan ilmu agama”. 22
Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, Warga Binaan Sosial di
Panti saya coba untuk mengemukakan seberapa banyak mereka berdo’a
dan berdzikir dalam sehari berikut bacaan apa yang mereka bacakan. Dan
jawabannya pun bermacam-macam, menurut Neneng dan Masna
mengatakan bahwa mereka berdo’a dan berdzikir setiap selesai
melaksanakan shalat, baik itu shalat fardhu ataupun sunnah, lalu mereka
22
Hasil wawancara dengan Kurniawan selaku pembimbing, pada hari Senin 8
September 2014.
85
memohon agar do’anya dikabulkan Allah SWT. Berikut kutipan
wawancaranya:
“Setiap kalau solat ajah, kaya solat magrib, subuh, dzuhur, pokonya
setiap shalat, terus tahajjud juga suka berdo’a sama dzikir minta sama
Allah SWT.”23
Berikut do’a dzikir yang dibacakan:
“Astaghfirullah, ya Allah, Amin ya Robbal alamin, Alhamdulillah,
Allahu Akbar, Lailaha Illallah. Terus kalo do’a saya suka baca “Bismika
allahumma ahya wa bismika amuut”.24
“Kalo setiap solat aja, setelah solat nanti minta rezeki sama Allah
SWT biar lancar usaha saya.”25 Dengan bacaan surat Al fatihah, Istighfar,
Allahu Akbar, terus baca Allahumma sholli ala sayyidina muhammad, wa
ala ali sayyidina muhammad. Mudah-mudah aja yang saya inget, yang
saya baca.
Adapun pendapat dari Siti, ia mengatakan bahwa ia berdo’a ketika
ia sedang mengingat kematian, jika Suaidah ia mengatakan bahwa ia
berdo’a dan berdzikir ketika ia sedang mempunyai masalah yang
membebani pikirannya. Berbeda dengan Surya ia mengatakan dalam
sehari saya berdo’a atau berdzikir setiap sepuluh menit sekali, sambil
melakukan rutinitasnya dalam bermeditasi.
Berikut kutipan wawancaranya:
“Setiap sepuluh menit sekali, sambil bermeditasi saya berdo’a dan
berdzikir. Dari pada bengong dibarak (kamar) mendingan saya meditasi.”
Saya suka baca do’a bismillah sebanyak 676 kali setiap hari, suka amalanamalan khusus, baca Istighfar, terus dilanjutkan baca Laa Ilaha Illalah hul
malikul wadud, yang artinya jadikanlah pada saya wahai Engkau Tuhan
maha pengasih, baca Ya Muqollibal qulub.”26
23
Hasil wawancara dengan Neneng selaku Warga Binaan Sosial, pada hari Jum’at 12
September 2014.
24
ibid
25
Hasil wawancara dengan Masna selaku Warga Binaan Sosial, pada hari jum’at 12
September 2014.
26
Hasil wawancara langsung dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at
12 September 2014.
86
Berdasarhan hasil wawancara dan observasi pembimbing rohani
Islam mengemukakan bahwa ia melihat warga binaan yang sedang
mengalami stres sebelum diberikan bimbingan, mereka lebih agresif, lebih
mudah tersinggung, cepat marah, dan emosi yang tidak menentu. Terbukti
setelah diberikan bimbingan do’a dan dzikir warga binaan bisa lebih
tenang, selain itu mereka bisa diajak untuk berbicara (ngobrol), sehingga
mereka bisa lebih terbuka dan bahkan sampai mengungkapkan masalahmasalah yang sedang dihadapi oleh para warga binaan tersebut. Meskipun
tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian saja. Dan hal yang sangat
terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya warga binaan sosial yang mulai
mengamalkan do’a dan dzikir ini. Sebagaimana kutipan wawancara pak
kurniawan berikut:
“Saya melihat bagi mereka yang agresif menjadi bisa menjadi
tenang, bisa untuk di ajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai
curhat masalah pribadinya, ada yang ingat lagi siapa namanya,
keluarganya, alamatnya. Saya berharap semoga yang yang tadinya stres
nya berat jadi sedang, yang sedang menjadi ringan, yang ringan bisa
sampai sembuh. Yah yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan
dulu itu sudah baik menurut saya”.27
Dan hal yang sangat terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya
Warga Binaan Sosial yang mulai mengamalkan do’a dan dzikir ini dibarak
(kamar) masing-masing.
Sebagaimana kutipan wawancara pembimbing sebagai berikut:
“Karena kita bimbingannya pagi, jadi kesehariannya selama satu
hari full tidak bisa saya pantau terus, dan karena Warga Binaan itu yang
jumlahnya banyak, membuat saya jadi kewalahan jika harus diamati atau
dibimbing satu-persatu”.28
27
Hasil Wawancara dengan informan (Kurniawan), selaku pembimbing rohani do’a dan
dzikir, Senin 8 September 2014.
28
ibid
87
Pembimbing melihat secara keseluruhan bagi warga binaan sosial
yang sering mengikuti bimbingan terlihat jelas bahwa mereka yang stres
tatkala mengikuti bimbingan do’a dan dzikir hatinya menjadi lebih tenang,
lebih ikhlas, tidak kasar, bakan sampai ada yang mengamalkan bimbingan
do’a dzikir yang saya berikan di luar jam bimbingan”.
Adapun hasil wawancara Warga Binaan Sosial yang bernama
Neneng , mengungkapkan bahwa setelah dilakukannya bimbingan rohani
do’a dan dzikir, Neneng dapat merasakan hati yang tenang dari
sebelumnya, lebih ikhlas dalam setiap menghadapi masalah, lebih
menerima keadaannya. Akan tetapi neneng masih belum bisa fokus saat ia
teringat dengan masalah yang menekan dirinya, sehingga ia lupa untuk
berdo’a. Berikut kutipan wawancara langsung bersama ibu neneng:
“Sebenernya saya ngerasain hati jadi lebih tenang, jadi seneng aja,
adem kalo denger do’a dzikir, jadi klo ada masalah sedikit-sedikit
sekarang bisa lebih sabar, ikhlasin aja apa yang udah terjadi, soalnya kan
ga bisa balik lagi keadaanya. Tapi masalahnya kalo pikiran datang lagi
saya suka ngelamun, kadang lupa ga berdo’a”.29
Menurut Suaidah, dari hasil wawancara ini mengungkapkan hal
yang sama seperti jawaban dari Neneng yang mana Suaidah merasakan
ketenangan ketika ia sedang berdo’a dan berdzikir. Akan tetapi jika
aktifitas berdo’a itu selesai ia kembali ingat kepada masalahnya, ia ingat
akan keluarganya, dan ketika ia berdo’a dengan khusyu ia merasakan
gemetar dari tubuhnya, ia mengatakan bahwa ia sadar, ingat kepada Allah,
dan mengingat akan dosanya.
29
Hasil wawancara dengan ibu Neneng, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
88
Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Ia hati menjadi tenang kalo lagi do’a dzikir, kadang kalo udah
selesai do’a nya suka balik lagi pikiran, keinget lagi masalah, terus inget
sama keluarga, saya pengen pulang ketemu keluarga. Tapi ga tau kenapa
kadang saya suka ngerasa gemetaran kalo saya do’anya lagi khusyu,
soanya saya inget sama Allah, saya udah banyak dosa”.30
Selain itu adapula pendapat dari Surya ia menambahkan bahwa
inilah kuasa Allah SWT, janji Allah bahwa dengan berdo’a dan dzikir
pemberi ketenangan yang sebenarnya. Sebagaimana hasil dari kutipan
wawancara berikut ini:
“Faidah dari semua itu diantaranya kita mendapat ketenangan dari
Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat saya rasakan. Semuanya atas
KuasaNya karena hanya Allah lah yang maha pemberi ketenangan yang
sebenarnya”.31
a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir dilaksanakan
sebelum acara makan pagi, pada setiap hari Senin, Rabu dan Kamis
pada pukul 07.30 s/d selesai. Kegiatan ini dipimpin oleh Kurniawan
selaku staff bimbingan dan penyaluran (pembimbing rohani do’a
dan dzikir). Bimbingan do’a dan dzikir dilaksanakan dilapangan
futsal atau didepan klinik yang diikuti oleh Warga Binaan Sosial.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kurniawan:
30
Hasil wawancara dengan Suaidah, selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at 12
September 2014.
31
Hasil wawancara dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial, Jum’at 12 September
2014.
89
“Bimbingan do’a dan dzikir dilakukannya setiap pagi jam 07.30
pada hari Senin, Rabu, dan Kamis, tempatnya di lapangan atau di
depan klinik”32
b) Teknik Bimbingan Do’a dan Dzikir di Panti
Tekhnik bimbingan do’a dan dzikir yang pembimbing berikan
dapat berupa lagu-lagu Islami seperti: Asmaul Husna juga Qira’at Al
Qur’an, yang bertujuan agar Warga Binaan Sosial terlebih dahulu
merasakan ketenangan sambil menunggu Warga Binaan lainnya
untuk berkumpul. Berikut kutipan wawancaranya:
“Bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan berupa membaca
surat alfatihah, al ikhlas, al falaq, an nass, syahadat, shalawat, do’a
belajar, do’a orang tua, do’a makan, do’a kesehatan, do’a
keselamatan, istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, setelah itu berikan
artinya dari do’a dan dzikir itu tapi tidak semua di artikan, yang
terpenting warga binaan sosialnya ikutin dulu bacaan yang kami
berikan, mudah-mudahan dengan mengikuti bacaan itu semua warga
binaan dapat pencerahan mendapat petunjuk, ia tahu siapa dirinya,
keluargannya, tahu alamat rumahnya dan bisa pulang ke rumahnya.
Sambil kita melakukan terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom
Techniq) yang dimulai dengan dzikir, terapi totok pada kepala,
wajah, mata, pipi, tangan, agar peredaran darah nya semakin
lancar.33
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Warga Binaan
Sosial berkumpul dilapangan atau di depan klinik untuk memulai
bimbingan do’a dan dzikir, warga binaan terlebih dahulu dibariskan,
setelah semuanya berbaris dan tertib Warga Binaan Sosial ditanya
terlebih dahulu oleh pembimbing, dengan menanyakan:
32
Hasil wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan
penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014
33
Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak
Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.
90
1. Pembimbing menanyakan kepada Warga Binaan Sosial sebelum
bimbingan dengan ucapan siapa yang sudah mandi? Siapa yang
tadi shalat subuh? Siapa yang semalam melaksanakan shalat
maghrib dan shalat isya?”.
2. Lalu diawali dengan berdzikir membaca Istighfar “Astaghfirullahal
adzim” sambil tangannya diangkat dengan memohon kepada Allah
SWT”.
3.
Kemudian diselangi oleh motivasi-motivasi, setelah itu membaca
“Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaha Illalah, Allahu Akbar”.
4. Warga binaan diberikan bimbingan berupa terapi SEFT (Spiritual
Emosional Freedom Techniq) sambil mengucap dzikir.
5. Lalu totok kepala dengan menggunakan jari-jari sambil mengucap
kalimat positif, Ya Allah saya ridho, saya bersyukur, saya
menerima, saya yakin, saya ikhlas.
6. Totok di atas mata (halis) agar tidak tegang.
7. Lalu totok di bawah mata sambil mengucap kalimat positif ya
Allah saya ridho, saya ikhlas, saya yakin, saya bisa.
8. Totok di bawah hidung atau bagian kumis, sambil mengucap
kalimat positif seperti yang diucapkan di atas.
9. Lalu totok keteknya agar urat-uratnya yang lagi tegang dapat rilex.
10. Totok dibagian badan yang terasa sakit, manfaatnya agar dapat
mengurangi rasa sakit tersebut, misalnya jika ada rasa sakit di leher
maka totok di leher ataupun di bagian yang lainnya.
91
11. Selain itu totok tangannya dengan cara menepuk-nepuk tangan,
juga totok kakinya.
12. tarik nafas sedalam-dalamnya sambil mengucap alhamdulillah,
lalu halisnya di naikkan ke atas, mulut monyong ke depan, lalu
senyum sambil mengucap ciiss, lalu gerakan tangannya ke atas, ke
depan, ke samping, ke belakang sambil mengucapkan huruf A, I,
U, E, O.
13. Warga Binaan Sosial harus menepuk tangan (bertepuk tangan)
selama tiga menit, lalu tangannya di kepalkan sambil mengucap
“Alhamdulillah” dengan posisi tangan yang terkepal dilepaskan.
Lalu berikrar mengucap bahwa saya bisa, saya mampu, saya sehat,
saya oke, saya mantap, saya ikhlas, saya bersyukur.
14. Setelah itu membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas,
Syahadat, Shalawat, do’a-do’a, dan lain sebagainya.
Selain itu warga binaan diberikan waktu untuk bercerita atau
curhat mengenai dirinya, atau masalah-masalah yang sedang
dihadapinya, sebelum itu pembimbing rohani Islam bertanya kepada
salah satu Warga Binaan Sosial yang siap untuk bercerita, dengan
menanyakan siapa namanya, umurnya berapa, dimana alamat
rumahnya, siapa keluarganya, dan jika Warga Binaan Sosial itu
menjawab dengan baik dan benar berarti warga binaan itu sudah
tenang dari keadaan stresnya, jika warga binaan menjawab
pertanyaan dengan benar namun ada rasa keragu-raguan, berarti ia
masih mengalami stres berupa stres ringan, dan jika warga binaan
92
tidak bisa untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka warga binaan
sosial itu sedang mengalami stres berat, yang mana ia lupa akan
dirinya, keluarganya, tempat tinggalnya dan lain sebagainya. 34
Berikut kutipan wawancara warga binaan mengenai tekhnik
bimbingan yang diberikan oleh pembimbing:
“Tertarik dan seneng ikut bimbingan soalnya ada sholawatan
nya, terus ada terapi nya totok kepala, muka, tangan. Ia enak aja gitu
seneng juga”.35
Adapun pendapat yang sama dari Masna dan juga Surya
mengungkapkan bahwa mereka tertarik dan sangat menyukai
terhadap metode atau tekhnik bimbingan yang diberikan oleh
pembimbing karena banyak sekali manfaatnya, selain dapat
membuat badan jadi segar juga dapat menambah pahala. Berikut
kutipannya:
“Ia tertarik, ada terapinya, kepala di totok jadi enak, seger lagi.
Kaya dipijit-pijit, kalo ada yang sakit badan enak diterapi sambil
baca do’a”.36
“Tertarik karena disitu banyak sekali manfaatnya, karena
dengan bimbingan berjamaah itu do’a dan dzikir lebih besar
pahalanya dari pada sendiri, dan lebih diijabah sama Allah SWT”.37
Hasil observasi ini dapat dilihat bahwa warga binaan sosial
mengungkapkan ketika mereka sedang mengikuti tekhnik bimbingan
ini mereka merasakan kesegaran lagi pada tubuhnya, juga dapat
34
Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak
Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.
35
Wawancara pribadi dengan Neneng selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12
September 2014.
36
Wawancara pribadi dengan Masna selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12
September 2014.
37
Wawancara pribadi dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12
September 2014.
93
menambah pahala. Sebagaimana dapat dilihat dari sudut kesehatan
jiwa, bahwa do’a mengandung unsur psikoteraupetik, karena
didalam doa ada unsur psikoreligius yang artinya bahwa do’a
tersebut mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme dengan
harapan kesembuhan.
c ) Penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan rohani do’a dan
dzikir di panti.
Menurut pembimbing rohani selaku informan (Kurniawan)
mengungkapkan bahwa penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap
bimbingan yang diberikan tentunya bermacam-macam, ada warga
binaan yang menolak dengan cara mereka tidak mengikuti kegiatan
ini dan mereka cenderung tidak mau nurut. Ada pula yang menerima
dengan senang hati, dengan cara mereka mengikuti bimbingan do’a
dan dzikir ini dengan baik, setiap apa yang kita perintahkan mereka
mengikutinya, dan ada pula warga binaan yang lebih memilih untuk
diam dibarak (kamar) nya masing-masing, karena menurut mereka
dikamarpun sudah cukup untuk berdo’a dan berdzikir.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan pembimbing:
“Saya sebagai pembimbing merasa mereka lebih senang ketika
mengikuti bimbingan do’a dan dzikir, lebih fress, lebih segar dari
sebelumnya. Bahkan mereka ingin lebih banyak lagi waktu untuk
mengikuti bimbingan do’a dan dzikir ini”.38
38
Hasil wawancara dengan pembimbing (Kurniawan) selaku informan, Senin 8
September 2014.
94
Adapun menurut Siti, mengungkapkan bahwa penerimaannya
dalam bimbingan do’a dan dzikir yaitu sangat senang dan suka sekali
dengan bimbingan do’a dzikir, karena dengan bimbingan ini dapat
membuat hati menjadi tenang, pikiran menjadi lebih terang, lebih
bersyukur, perasaan menjadi lebih lega, dan bisa merasakan hati
lebih bahagia.
Berikut hasil kutipan wawancaranya:
“Tertarik, seneng bisa ikut bimbingan bareng temen-temen terus
kalo di kamar terus mah bete, jenuh, suasananya sumpek. Dengan
adanya bimbingan do’a dan dzikir yang dirasain itu ya nikmat,
nikmat apapun, hati tenang, lebih bersyukurlah sama Allah SWT,
jadi lega perasaannya hati ada rasa bahagia”.39
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menjelaskan bahwa,
mereka ketika sedang berdo’a dan berdzikir hatinya menjadi tenang,
tentram, dan damai. Hal ini disebabkan Warga Binaan Sosial mampu
untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Dengan perasaan
yang tenang, otot yang tadinya tegang menjadi kendur sehingga
dapat merasakan pikirannya menjadi rilex.
Sebagaimana dapat kita lihat janjinya Allah SWT yang tertera
dalam Qs: Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya “Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenang”. Warga Binaan pun bisa
lebih ikhlas, dan pasrah pada setiap permasalahan yang sedang
mereka hadapi, mereka lebih mensyukuri atas semua yang Allah
berikan. Akan tetapi tidak memungkiri merekapun mengakui bahwa
39
Hasil wawancara dengan ibu siti nurfarida, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.
95
ketika berdo’a berdzikir telah selesai mereka lakukan, mereka belum
bisa untuk melupakan sepenuhnya dari masalah yang mereka hadapi,
baik itu masalah keluarga, pekerjaan, atau masalah ekonomi yang
menjadikan mereka jiwanya tertekan. Mereka hanya merasakan
ketenangan ketika mereka saat sedang melaksanakan do’a dan dzikir.
Setelah peneliti lakukan penelitian lebih lanjut dilapangan,
ternyata mereka membutuhkan bimbingan yang lebih banyak lagi,
dalam segi waktu dan juga pembimbing dalam memberikan ilmu
pengetahuan agama, mereka berharap dengan memahami agama
yang sebenarnya itu dapat menjadikan mereka bertambahnya
keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah SWT.
Hal ini dapat menjadi acuan bagi para pembimbing agama untuk
lebih semangat dan berusaha lagi dalam membimbing warga
binaannya, lebih banyak meluangkan waktu untuk membimbing
ilmu agama terutama bimbingan do’a dan dzikir yang sehari-harinya
sering kita laksanakan.
Do’a dan dzikir sebagai terapi jiwa (stres), dengan kini dapat
kita rasakan semakin banyak dan semakin meningkatnya persaingan
hidup terutama bagi orang yang hidup dikota metropolitan ini, bukan
hanya bagi sebagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yang akan mengalami stres ini, tetapi bagi kita sebagai
orang yang masih mampu untuk berusaha dan berfikir jernih, stres
tidak akan memandang siapa orangnya, dimana asalnya, dan apa
jabatannya, selagi stres itu kita bawa menjadi stres yang positif yang
96
dapat membangkitkan diri kita untuk menjadi yang lebih baik, oleh
karena itu kita harus senantiasa menjaga keimanan kita sebagai
orang yang beragama, hanya dengan keimanan kepada Allah SWT
dengan disertai kerendahan hati kita untuk berdo’a dan berdzikir,
kita akan mampu untuk bertahan dari banyaknya ujian hidup didunia
ini.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi warga binaan
mengenai do’a dan dzikir dapat kita lihat bahwa, bimbingan do’a dan
dzikir selain mendapat ketenangan, dapat juga memberikan
kesembuhan dari sakit rohaniah (Stres).
Do’a dan dzikir merupakan ibadah yang sangat penting, jika
diiringi dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan mendengar segala
permohonan kita. Do’a dan dzikir pada hakikatnya untuk
memperoleh
kemuliaan
dan
pertolongan
dari
Allah
SWT.
Sebagaimana yang tertera dalam QS. Ar.Ra’d ayat 28:
          
 
Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (Qs: Ar-Ra’d 28).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Cipayung mengenai pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui metode
do’a dan dzikir bagi penderita stres ialah sebagai berikut.
1.
Pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui do’a dan dzikir
dilaksanakan pada hari Senin, Rabu, dan Kamis pada pukul 07.00 s/d
selesai. Kegiatan bimbingan do’a dan dzikir dilaksanakan di lapangan
futsal atau di depan klinik. Ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti
oleh Warga Binaan Sosial karena begitu banyak manfaatnya. Adapun
pelaksanaannya diawali dengan memberikan lagu-lagu islami berupa
Qiraat dan Asmaul Husna, dilanjutkan dengan mengucap salam
dengan menanyakan kabar dari warga binaan itu sendiri, bimbingan
do’a dan dzikir dimulai dengan membaca Istighfar, Tahlil, Tahmid,
Takbir, disertai gerakan terapi SEFT juga pemberian motivasi,
dilajutkan dengan membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas,
Syahadat, Shalawat, do’a-do’a dan lain sebagainya. Pelaksanaan
bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan oleh Warga Binaan Sosial
menjadikan hatinya tenang, tentram, dan damai, selain itu warga
binaan bisa lebih ikhlas dan pasrah pada setiap permasalahan yang
97
98
mereka hadapi. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa, Warga
Binaan Sosial tidak sepenuhnya merasakan hati yang tenang ketika
berdo’a dan berdzikir yang telah selesai mereka lakukan, akan tetapi
peneliti menemukan bahwa mereka belum bisa untuk melupakan
sepenuhnya masalah yang sedang mereka hadapi termasuk masalah
sosialnya, baik masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan, dan lain
sebagainya. Mereka merasakan ketenangan hanya ketika mereka
sedang melaksanakan bimbingan do’a dan dzikir. Warga Binaan
Sosial membutuhkan pelaksanaan bimbingan rohani islam do’a dan
dzikir lebih diperbanyak, baik dalam segi waktu dan juga
pembimbingnya dalam memberikan bimbingannya, agar warga binaan
sosial dapat bertambah keimanannya juga ketaqwaannya kepada Allah
SWT.
2.
Penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan yang diberikan
bermacam-macam, ada warga binaan yang menolak dengan cara
mereka tidak mengikuti kegiatan bimbingan dan mereka cenderung
tidak mau nurut. Ada pula yang menerima dengan senang hati, dengan
cara mereka mengikuti bimbingan do’a dan dzikir ini dengan baik,
setiap apa yang kita perintahkan mereka mengikutinya, dan ada pula
warga binaan yang lebih memilih untuk diam dibarak (kamar) nya
masing-masing.
99
B.
SARAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan atau
memberi masukan dan dorongan bagi pihak panti, dan tanpa mengurangi rasa
hormat peneliti memberi saran berupa:
1. Bimbingan do’a dan dzikir ini penting sekali sebagai usaha untuk
mengatasi segala masalah kejiwaan yang dialami Warga Binaan
Sosial yang sedang stres. Sehingga hal ini harus menjadi acuan bagi
para Pembimbing Rohani Islam untuk meningkatkan bimbingannya
dengan menggunakan metode do’a dan dzikir, baik dalam segi waktu,
tempat, atau pembimbingnya itu sendiri. Hal ini diperlukan dengan
melihat banyaknya Warga Binaan Sosial yang semakin banyak
mengalami stres, sedangkan mereka tidak mengetahui bagaimana
solusi yang tepat. Oleh karena semua ini tujuannya agar seseorang
yang sedang mengalami stres hatinya menjadi lebih tenang begitupun
dalam menjalani hidupnya, dan selalu berdo’a dan berdzikir
mengingat Allah SWT agar terbebas dari permasalahan hidupnya.
2. Selain itu hendaknya Panti menambahkan anggota baru sebagai
Pembimbing Rohani Islam, gunanya agar Warga Binaan mendapatkan
bimbingan yang lebih baik, dapat lebih terpantau, begitupun agar
program-program lain yang belum terlaksana dapat diselesaikan demi
mendapatkan hasil kinerja yang lebih baik.
100
3. Hendaknya menambahkan tehnik yang baru dalam bimbingan do’a
dan dzikir agar Warga Binaan Sosial tidak merasakan kejenuhan atau
monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Dadang. Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan,
Bandung: NUANSA, 2011.
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, Jakarta:
Rajawali Press, 2008.
Ancok Djamaludin dan Fuad Nasori, psikologi islam , Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1994.
Arifin, Teori – Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta: Golden Terayu Press,
1994.
Arifin, Muhammad. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1998.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek, Jakarta:
Rineka cipta, 2006.
Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008.
Al- Mundziri, At-Targib wa at Tarhib, juz III, Al Islamiyah.
Atabik, Ali. Kamus al-Asyhri, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996.
Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional , 1992.
Darajat, Zakiah. Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta: CV.Ruhama, 1996.
Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental, Jakarta: CV Haji Masagung, 1990.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
Jakarta : Balai Pustaka, 1994.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Faqih, Aunur Rahman. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Finkelor, Dorothy C. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda,
Kebencian, Kecintaan dan Ketakutan Kita: Zenit Publisher, Yogyakarta:
2004.
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan
Terjemahan.
101
102
Hawari, Dadang. Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta: Gaya Baru,
2001.
Hawari, Dadang. Manajemen stress, Cemas dan Depresi, Jakarta: fak Kedoteran
UI, 2001.
Hawari, Dadang. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Hawari Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.
Jingga, Gemilang. Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,Yogyakarta: Mantra
Books, 2013.
Luthfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Marbun, B.N. Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Rosdakarya,
2002.
Meoleong, Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja rosda karya, 2002.
Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nasution, Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif, Bandung: Transitto, 1992.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press,
1987.
Prayitno, H. dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan,
Jakarta: Sagung Seto, 2004.
Salim dan Yummy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modem
English, 1991.
Sanafiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi
Jakarta: Rajawali Pers, 1995.
Sauri, A.Sopiyan. Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW, Jakarta: Jast
Publishing, 2005.
Schimel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus 1986.
103
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, Jakarta: Lentera
Hati, 2006.
Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan, Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk
Merang, 2014.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Syafii A, Muhammad, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, Jakarta: Tazkiya
Publishing, 2008.
Tasmara, Toto. Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), Jakarta:
GIP.2001.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
depan klinik berupa terapi SEFT gerakan badan, disertai pengucapan kalimat do’a
dan dzikir.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
lapangan berupa pemberian motivasi.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
lapangan berupa pemberian motivasi, guna untuk selalu berfikir positif.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
lapangan berupa uji mental (keberanian).
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
lapangan berupa hiburan menyanyi.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
depan klinik berupa terapi gerakan badan, dengan disertai bacaan do’a dan dzikir.
Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di
klinik berupa terapi gerakan badan, dengan disertai bacaan do’a dan dzikir.
Download