BIMBINGAN ROHANI ISLAM MELALUI METODE DO’A DAN DZIKIR BAGI PENDERITA STRES DI PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CIPAYUNG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Disusun Oleh : Elva Ristiawan 1110052000030 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M ABSTRAK Elva Ristiawan 1110052000030 Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Dibawah Bimbingan M. Jufri Halim, M.Si Penelitian ini merupakan penelitian Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Panti Sosial ini merupakan suatu panti yang tidak secara khusus membantu penyembuhan bagi penderita stres, akan tetapi panti ini merupakan tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Hal ini bukan berarti para PMKS atau Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 tidak memperoleh bimbingan apa-apa, justru sambil menunggu mereka dipindahkan ke panti-panti yang lain sesuai dengan status PMKS yang sudah diklasifikasikan, mereka akan disalurkan atau dirujuk ke panti-panti terkait. Bimbingan ini dilakukan agar memperoleh pengetahuan atau arahan sementara minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan, adapun macam-macam bimbingan yang diberikan salah satu diantaranya: Bimbingan mental dan spiritual, termasuk didalamnya terdapat Bimbingan Rohani Islam Do’a dan Dzikir. Selain itu pada penelitian ini akan dibahas mengenai Warga Binaan Sosial yang mengalami stres yang ringan dan sedang, gejala dari stres ini masih dalam tahapan yang masih bisa diatasi dengan mudah, selain itu orang yang sedang mengalami stres ini masih bisa untuk di ajak berkomunikasi. Subjek dari penelitian ini ialah Warga Binaan Sosial dan Pembimbing Rohani Islam dalam melakukan bimbingan do’a dan dzikir. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain deskriftif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun penelitian ini ialah ingin mengetahui apakah dengan metode do’a dan dzikir bagi Warga Binaan Sosial yang mengalami stres dapat menjadi landasan mereka untuk kembali sehat baik lahiriah ataupun bathiniah, dengan metode do’a dzikir yang diberikan kepada Warga Binaan Sosial khususnya yang mengalami stres dapat membuat hati mereka menjadi tenang, lebih nyaman, lebih dekat dengan Allah SWT, sehingga warga binaan dapat mengendalikan diri dari tekanan, permasalahan, juga tuntutan hidup yang membebaninya, sehingga mereka bisa beraktifitas seperti biasa lagi, bisa lebih ikhlas dalam setiap menjalani kehidupan, dan bahkan mereka bisa lebih relax dari sebelumnya. i MOTTO Hormati stres dalam hidup anda, gunakan kekuatan dari kesedihan dan kegalauan anda untuk menjadikan diri anda lebih disukai, lebih diterima, lebih dipercaya, oleh lingkungan. Jadilah pribadi yang lebih dipercaya, lalu perhatikan apa yang terjadi (Mario Teguh) Artinya : Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (QS.Asy Syu’ara: 80) ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, juga pada umatnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program pendidikan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. Proses penyusunan skripsi ini, tentu saja banyak sekali hambatan dan tantangan, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan dan dukungan yang bersifat material maupun non material. Oleh karena itu dengan kesempatan ini penulis dengan senang hati ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga, terutama kepada yang terhormat: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed sebagai Wadek 1, Drs. Jumroni, M.Si sebagai Wadek II, dan Dr. H. Sunandar, M.A sebagai Wadek III. 2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terlebih sebagai dosen yang sangat berarti bagi penulis, penulis ucapkan terimakasih atas semua kebaikan, bimbingan, iii perhatian, bantuan dan kasih sayangnya selama penulis tinggal di Jakarta. 3. Drs. Sugiharto, M.A sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. M. Jufri Halim, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus dan ikhlas membimbing penulis dalam keadaan dan situasi apapun, yang selalu memberi semangat, dan motivasi selama penulis menyusun skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu bermanfaat. 6. Purwono, S.H, M.Si sebagai kepala Panti. Abdul Khair, S.Ag, M.Si sebagai Ka. Subag/ Ka. Sie. R. Yuli Purwita, S.Sos. M.Si, Supriyono, SE. M.Kurniawan S.Sos sebagai Staf Bimbingan dan Penyaluran, juga seluruh pihak yang terkait di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, terimakasih telah membantu saya dalam penyusunan skripsi ini. 7. Untuk kedua orang tua (Wawan Setiawan S.E dan Suyanti) terimakasih atas perhatian, pengorbanan, dan kasih sayangnya dalam memberikan semangat kepada penulis. 8. Untuk kedua adikku (Firli Intan Sari Shalehah dan Jihan Athifah) terimakasi telah menjadi adik yang terbaik untuk kakak, yang selalu iv memberi kakak senyum, semangat juga berbagi keceriaan dikala sedang jenuh. 9. Untuk Abdul Rasyid terimakasih atas segala bantuan dan perhatiannya selama penulis tinggal di tanah rantau ini. 10.Terimakasih untuk keluarga besar Majelis Ta’lim dan Dzikir Al-Usroh dan keluarga besar penulis di Bandung. 11.Untuk sahabat juga teman-teman: Ria juairiyah, Nur Janah, Siti Choirunnisa, Siti Nurlaila, Haula Sofiana, Siti Rif’ah, Indah Mulyaningsih, dan seluruh teman- teman BPI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatunya. Terimakasih atas semua perhatian, bimbingan, dan semangatnya selama ini kepada penulis. Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas perhatian, bimbingan, juga semangatnya kepada penulis untuk terus berjuang dalam menuntut ilmu, semoga kita selalu ada dalam lindungan Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amiin . Jakarta, September 2014 (Elva Ristiawan) 1110052000030 v DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i MOTTO ................................................................................................................. ii KATA PENGANTAR........................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan.................................................................... 11 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pengertian Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan ............................................................... 15 2. Pengertian Rohani Islam............................................................ 17 3. Tujuan dan fungsi Bimbingan Rohani Islam............................. 18 iv B. Pengertian Stres 1. Pengertian Stres ......................................................................... 20 2. Penyebab Stres........................................................................... 23 3. Tingkatan Stres.......................................................................... 26 4. Tahapan Stres ............................................................................ 27 5. Respon Individu Terhadap Stres ............................................... 32 6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres.................................................... 33 7. Cara Menghilangkan Stres ........................................................ 35 C. Pengertian Metode Do’a dan Dzikir 1. Pengertian Metode .................................................................... 36 2. Pengertian Do’a ........................................................................ 37 3. Pengertian Dzikir ...................................................................... 41 4. Manfaat do’a dan Dzikir ........................................................... 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian................................................................. 49 B. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................................. 50 1. Metode Observasi ..................................................................... 51 2. Metode Interview (Wawancara) ............................................... 51 3. Dokumentasi ............................................................................. 52 4. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 52 5. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 53 6. Teknik Analisis Data ................................................................ 54 7. Sumber Data ............................................................................. 55 v BAB IV ANALISIS DAN PROFIL LEMBAGA A. Gambaran Profil Lembaga 1. Kedudukan ................................................................................ 55 2. Sejarah Singkat Panti ................................................................ 55 3. Visi dan Misi............................................................................. 57 4. Susunan Organisasi................................................................... 57 5. Tugas Pokok dan Fungsi........................................................... 59 6. Tujuan dan Saran ...................................................................... 60 7. Asal Warga Binaan Sosial ........................................................ 61 8. Pembinaan................................................................................. 61 9. Tahap Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Panti ...................................................................................... 66 10. Persyaratan pengambilan Warga Binaan oleh keluarga.......... 67 11. Kondisi Panti Sosial dan Sarana Prasarana ............................ 67 12. Kondisi Sumber Daya Manusia.............................................. 69 13. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 .................. 69 B. Pengungkapan dan Penjelasan Data 1. Identitas Informan Pembimbing ............................................... 72 2. Identitas Informan WBS ........................................................... 73 3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2................................................................ 81 vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................... 97 B. Saran ............................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101 LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN 1. Perubahan individu terhadap stres....................................................... 32 2. Sarana dan Prasarana Panti.................................................................. 68 3. Kondisi SDM Panti ............................................................................. 69 4. Stressor Warga Binaan Sosial di Panti ............................................... viii 82 DAFTAR GAMBAR GAMBAR HALAMAN 1. Tahap mendekatkan diri kepada Allah SWT............................... 47 2. Susunan Organisasi Panti ............................................................ 57 3. Tahap Pembinaan PMKS Panti .................................................... 66 ix DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 2. Persetujuan Proposal Skripsi 3. Surat Izin Penelitian/ Wawancara 4. Surat Keterangan Penelitian Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 5. Hasil Wawancara 6. Dokumentasi Foto-Foto iix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejumlah masalah kehidupan yang dihadapi masyarakat sungguh sangat beragam, antara lain masalah perekonomian, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya, baik itu dengan sesama teman, orang tua, pasangan, atau bahkan keluarga yang dekat dengan kita. Masalah merupakan bagian dari hidup dan tidak ada seorang pun yang dapat lari dari masalah. Khususnya permasalahan yang hampir melanda di seluruh wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar termasuk di DKI Jakarta, salah satu masalah yang paling besar dan perlu mendapatkan perhatian yang khusus adalah tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Indonesia. Penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah individu, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani, dan sosialnya secara memadai dan wajar.1 Bukan hanya itu kini gaya hidup dan persaingan hidup semakin meningkat tinggi, semua ini dikarenakan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi. Apapun yang terjadi dari semua permasalahan ini, mereka adalah warga negara yang harus mendapatkan perlindungan dari negara, dalam hal ini Kementrian Sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam 11 Kementrian Sosial RI, Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), (Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h.4 1 2 penanganan masalah-masalah kesejahteraan sosial, perlu memiliki kebijakan dan program pelayanan yang jelas mengenai masalah ini. 2 Berdasarkan fenomena yang ada dengan semua permasalahan ini angka stres kepada para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial akan sangat tinggi yang dapat menimbulkan kegelisahan dan ketidaktentraman pada masyarakat sehingga dapat mengakibatkan beban psikologis yang nantinya akan terjadi konflik atau pertentangan, sehingga akan terjadinya ketidaktenangan pada jiwa mereka. Dengan adanya keadaan yang seperti ini maka munculah permasalahan mental termasuk stres, atau gangguan mental lainnya sehingga akan terjadi ketidakberdayaan, putus asa, sehingga dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Stres akan terus menghampiri, ketegangan, kesulitan, kebingungan, kekhawatiran, kecemasan, ketakutan hidup yang diakibatkan dari berbagai tuntutan tersebut akan sangat sulit untuk terpecahkan jika seseorang tidak mampu untuk mengatasi stres yang sedang dihadapinya, sehingga menuntut mereka untuk dapat bisa mengatasi permasalahan tersebut. Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan akibat dari bencana alam ataupun bencana sosial.3 Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan pengertian ketidakmampuan 2 untuk manusia melawan akan keterbatasannya keterbatasan inilah yang sendiri akan Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Panduan Praktis Pendampingan Dalam Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, (Jakarta, Kementrian Sosial RI, 2011), h.1 3 Kementrian Sosial RI, Buku Panduan pengumpulan dan pengolahan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), (Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h 5-7 3 menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar dari stres.4 Penyebab stres tersebut adalah kenyataan–kenyataan hidup yang dianggap sulit dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini akan terjadi jika seseorang tidak diimbangi dengan daya tahan mental yang tangguh dan spiritual (keimanan yang kuat), iman yang lemah sangat rentan mengalami stres, dengan kekuatan iman dan ketakwaan pasti akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan. Menurut Zakiah Darajat seseorang yang diserang penyakit jiwa biasanya kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problem hidupnya. Seringkali orang yang sakit jiwanya tidak merasa bahwa ia sakit, akan tetapi sebaliknya ia menganggap dirinnya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.5 Tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinnya. Bagaimanakah agama memandang hal ini? Menurut Dadang Hawari, manusia adalah makhluk fitrah (berkeTuhanan) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual. Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar formalitas belaka, tetapi yang lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agama itu, sehingga ia memperoleh kekuatan dan ketenangan 4 5 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 2. Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), h. 49. 4 dari padanya. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan baik fisik maupun mental.6 Stres merupakan faktor sebab akibat dari suatu penyakit, sehingga taraf dari kesehatan fisik dan kesehatan jiwa dari orang yang bersangkutan menurun karenannya dan pada klimaknya timbul psikotik atau gangguan kejiwaan. Menurut paham kesehatan jiwa, seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, karena seseorang yang mengalami stres akan terganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.7 Kini dapat dilihat bahwa Para Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) yang kini semakin marak dan meningkat, membuat para pemerintah sosial yang bertanggung jawab untuk menangani masalah itu akan semakin kewalahan, sehingga akan semakin banyak Warga Binaan Sosial yang tinggal di Panti untuk mendapatkan bimbingan secara khusus dan sementara selama 3 atau 6 bulan sesuai kondisi warga binaan tersebut, guna untuk mengurangi jumlah para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di jalanan. Jalanan merupakan tempat yang sangat besar untuk menjadi pemicu munculnya penyakit jiwa termasuk stres, mulai dari terjadinya macet, cuaca yang seiring berganti, tempat yang kurang memadai untuk beristirahat, para pelaku kejahatan yang semakin banyak, dan lain sebaganya. Hal ini menjadi motivasi untuk para pembimbing rohani dalam upaya membantu penyembuhan para penderita stress, salah 6 Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h.126. 7 Dadang Hawari, Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), cet. Ke - 11, h. 2. 5 satunya yakni dengan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir, yang mana pemberian bimbingan yang diberikan kepada mereka yang terkena gangguan kejiwaan (stres) sebagai suatu kekuatan jiwa. Bimbingan keagamaan bertujuan untuk memecahkan problem perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamannya.8 Do’a dan dzikir yang kita lakukan setiap saat adalah sebagai penyuburan iman yang kita miliki. Keberadaan do’a dan dzikir yang dilakukan seorang mu’min sangat berpengaruh terhadap frekuensi (naik turunnya) kadar keimanan mereka. Menurut Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menjelaskan bahwa do’a dan dzikir dapat menghindari hawa nafsu, karena do’a dan dzikir itu akan menjadikan seseorang dapat mengontrol dirinya sendiri secara optimal, sehingga dirinya selalu berhati sejuk, tidak gampang emosi dan berusaha untuk menghindari hawa nafsu. Sehingga akan membuat seseorang tidak takabur dan semakin tawadhu. Do’a dan dzikir dapat menjadikan ketenangan hati, begitu pula hati yang tenang menjadikan jiwanya juga tenang.9 Do’a dan Dzikir merupakan ibadah yang ringan untuk dilakukan, namun mempunyai banyak manfaatnya baik untuk kebutuhan lahir atau batin seseorang. Menurut Muhammad Arifin Ilham menjelaskan bahwa do’a dan dzikir dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba.10 8 Arifin, Teori–Teori Konseling Umum dan Agama, (Jakarta: Golden Terayu Press, 1994), 9 Abdullah Gymnastiar, dalam ceramahnya di Pondok Pesantren Daaruttauhid, Juli 2014. Muhammad Arifin Ilham, dalam ceramahnya di TV One. h. 19. 10 6 Dengan memperhatikan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung “. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: Bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir ini ditujukan kepada Warga Binaan Sosial yang mengalami stres. Stres terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya: a) Stres ringan yaitu stres yang masih bisa untuk diatasi dan tidak merusak aspek fisiologis. Stres ini berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam. b) Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama bisa beberapa jam sampai beberapa hari. c) Stres berat atau akut yaitu stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Adapun stres yang akan peneliti bahas yaitu mengenai stres ringan atau sedang, bukan stres berat atau akut, dikarenakan stres akut akan menyulitkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dalam pembahasan berikutnya peneliti lebih mengarahkan pada pencapaian 7 hasil dari penelitian, oleh karena itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam melalui metode do’a dan dzikir bagi penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung? b. Bagaimana teknik bimbingan rohani islam do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2? c. Bagaimana penerimaan warga binaan sosial terhadap bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan diadakan penelitian ini ialah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir yang dilakukan oleh pembimbing bagi Warga Binaan Sosial yang stres. b. Untuk mengetahui teknik do’a dan dzikir yang diberikan pembimbing kepada Warga Binaan Sosial di Panti. c. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan do’a dan dzikir di Panti. 8 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ialah: a. Secara teori manfaat ini diharapkan untuk menambah pengetahuan yang lebih luas betapa pentingnya mengembangkan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir khususnya bagi para penderita stres karena dengan do’a dan dzikir dapat memberikan ketenangan dan terhindar dari stres yang dialaminya. b. Secara akademis, hasil penelitian bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir untuk menambah pengetahuan, juga dapat menjadi salah satu model referensi atau pendekatan dalam memberikan masukan kepada prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. c. Untuk menjadi bahan evaluasi dan menjadi bahan acuan atau memberikan masukan serta dorongan bagi para pembimbing rohani islam untuk meningkatkan bimbingannya dengan menggunakan metode do’a dan dzikir terhadap penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, agar hatinya lebih tenang dalam menjalani hidupnya dan senantiasa selalu berdo’a dan berdzikir mengingat Allah SWT. D. Tinjauan Pustaka Sebelum mengkaji dan membahas skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian di Perpustakaan Umum dan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai 9 Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, penulis tidak menemukan skripsi yang membahas sama terhadap judul penulis, akan tetapi ada beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengangkat tema skripsi : 1. Skripsi yang ditulis oleh Eneng Susilah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tanggal 14 september 2009, dengan judul “Peranan Dzikir Dalam Mengatasi Problematika Keluarga Yayasan Nursyifa Menteng Jakarta Pusat”. 2. Skripsi yang ditulis oleh Nurul fitri, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, pada tanggal 22 januari 2013, dengan Judul “Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As Samawat Al Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat”. 3. Skripsi yang ditulis oleh Tini Aulawiyah Komba, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA ) di Yayasan Nurussyifa Kelapa Dua Jakarta Barat” Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang telah disebutkan diatas ialah: peneliti melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung”, yang di dalamnya 10 meneliti bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Adapun perbedaan penelitian ini dengan hasil penelitian skripsi yang sebelumnya adalah: 1. Penelitian pada sejumlah skripsi sebelumnya pada dasarnya penelitian dilakukan di lembaga-lembaga yang secara khusus lembaga tersebut merupakan lembaga dzikir, sedangkan perbedaan yang peneliti lakukan di lembaga Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ialah proses penelitian lembaga khusus untuk penampungan sementara Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, yang selanjutnya dilakukan identifikasi untuk disalurkan ke sejumlah panti sosial di bawah Dinas Sosial Pemrof DKI Jakarta sesuai dengan jenis dan kelompok PMKSnya. 2. Perbedaan obyek penelitian pada penelitian sebelumnya adalah khusus klien yang memiliki dan mengalami permasalahan tertentu, seperti rmasalah korban narkoba, keluarga, psikologis, dan lain sebagainya. Sementara obyek penelitian pada penelitian ini adalah kelompok PMKS yang sementara (tiga bulan) mereka berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 untuk dilakukan identifikasi permasalahan dan pengenalan berbagai aturan di DKI Jakarta terutama berkaitan dengan ketertiban umum, sehingga mereka dapat memahami berbagai kesalahan yang telah mereka lakukan. 3. Program-progam yang diimplementasikan di lembaga-lembaga dzikir yang telah diteliti pada skripsi sebelumnya adalah program-program 11 khusus dzikir, bersifat komprehensif, dan tuntas. Sedangkan PSBI Bangun Daya 2 adalah lembaga yang mengedepankan programprogramnya berkaitan dengan identifikasi masalah PMKS, pengenalan Perda tentang Ketertiban Umum, Motivasi dan Bimbingan sederhana, simpel dan terbatas, yang diharapkan mereka akan memperoleh pelayanan dan rehabilitasi secara tuntas pada panti rujukan yang selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan serta teraturnya penulisan skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan ke dalam lima bab pembahasan, yaitu: BAB I Pendahuluan, pada bab ini merupakan gambaran umum secara global yaitu: membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan kepustakaan, bab ini meliputi pengertian mengenai Bimbingan Rohani Islam, pengertian stres, pengertian metode, do’a dan dzikir,. BAB III Metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang, pendekatan penelitian, instrumen dan cara pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, tekhnik analisis 12 data, sumber data. BAB IV Profil lembaga dan Analisa data, bab ini menjelaskan tentang gambaran profil lembaga, kedudukan, sejarah singkat panti, visi dan misi, susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi, tujuan dan saran, asal Warga Binaan Sosial, Pembinaan, Tahap Pembinaan PMKS, persyaratan pengambilan WBS Oleh Keluarga, kondisi panti sosial dan sarana prasarana, kondisi SDM, program panti, pengungkapan dan penjelasan data, identitas informan, identitas responden, Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Do’a dan Dzikir di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Analisis Bimbingan Rohani Islam kepada Warga Binaan Sosial yang mengalami stres melalui metode do’a dzikir, analisis hasil wawancara. BAB V Penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan dan saran, dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar deduksi, saran-saran dan kata akhir penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bimbingan berarti petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu. 1 Sedangkan secara etimologi istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berarti menunjukan, memberikan jalan, menuntun, bantuan, arahan, dan petunjuk. Dari berbagai pengertian itu maka yang paling umum digunakan adalah pengertian memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.2 Adapun unsur–unsur pokok dalam bimbingan menurut Prof. Dr H. Prayitno dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ialah: a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini. b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan disini bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing. c. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perseorangan maupun kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan ialah orang yang diberi bantuan, baik orang perorangan maupun kelompok. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), cet. Ke -2, h.580 2 M.Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.5. 15 16 d. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atau kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini, tujuan bimbingan ialah memperkembangkan kemampuan klien (orang yang dibimbing) untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, dan akhirnya dapat mencapai kemandirian. Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud dengan bimbingan ialah: “Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.3 Sedangkan bimbingan menurut pandangan Islam sebagaimana yang dijelaskan Aunur Rahim Faqih adalah: “Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.4 Adapun pendapat dari W.S Winkel “Bimbingan ialah pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang sedang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi 3 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99 4 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (yogyakarta: UII Press, 2001), cet. Ke-2, h. 4. 17 yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan”.5 Oleh karena itu yang dimaksudkan pada pemahaman diatas telah dilangsungkan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, melalui Bimbingan Rohani Islam terutama pada bimbingan do’a dan dzikir. Bimbingan tersebut dimaksudkan agar para warga binaan sosial (klien) dapat memahami diri dan lingkungannya sehingga dapat mengembangkan potensi diri mereka untuk mencapai kebahagiaan di dunia juga akhirat. 2. Pengertian Rohani Islam Pengertian rohani secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang diawali dari kata ruh yang berarti jiwa, sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, arti “ruhani” ialah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.6 Ruh adalah “Fitrah manusia yang dengan itu pula, manusia menjadi berbeda dengan binatang, kekuatan yang melangit dan bertanggung jawab, akan tetapi juga melanggar berbagai norma-norma moral”.7 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan bahwa rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang di mana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam 5 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), cet ke-1 h. 830 7 Toto Tasmara, Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), (Jakarta: GIP.2001), cet. Ke-2, h. 55 6 18 budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.8 Adapun pengertian Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., berpedoman kepada kitab suci al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.9 Adapun pengertian Islam Menurut Prof. DR. Harun Nasution “Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan untuk masyarakat manusia kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itulah al-Qur’an dan Hadis”.10 Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan ajaran-ajaran-Nya yang bersumber dari AlQur’an dan Hadist untuk membawa manusia mencapai kebahagiaan didunia dan juga diakhirat. Salah satu tugas Nabi Muhammad SAW adalah membawa amanah yang baik untuk menyempurnakan akhlak agar manusia mendapat petunjuk dan meraik kebermaknaan hidup. 3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam Tujuan Bimbingan Rohani Islam pada dasarnya memberikan tuntunan atau memberikan terapi psikis yang berupa dorongan spiritual dan rasa optimisme kepada mereka yang menderita sakit, karena dengan kondisi psikis yang stabil akan sangat menunjang penyembuhan diri dari 8 Salim dan Yummy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English, 1991).299 9 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341 10 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1987), Cet. Ke-5, Jilid. 1,h. 24. 19 sakit, terlebih bagi yang menderita stres ringan. Selain itu tujuan Bimbingan Rohani Islam yaitu untuk menghasilkan perubahan dan perbaikan pada kesehatan maupun keberhasilan jiwa dan mental sehingga mampu untuk menghasilkan suatu perubahan baik sikap maupun sifat yang dapat memberikan manfaat pada diri. Juga menuntun orang atau pasien dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman ajaran agamanya kepada Allah SWT. Manusia dilahirkan di bumi dalam keadaan fitrah dengan potensi dasar yang dimilikinya, yang mana potensi dan bakat kita tidak akan berarti tanpa adanya aktualisasi dan pengembangan melalui bimbingan kepada orang lain. Adapun Fungsi dari Bimbingan Rohani Islam yaitu sebagai sumber yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan hadist dalam memelihara diri sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.11 Dari uraian di atas bahwa Bimbingan Rohani Islam merupakan suatu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang di dalamnya terdapat suatu arahan agar yang di bimbing tersebut dapat membentuk, atau dapat memelihara dirinya, serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, agar mendapatkan 11 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Terjemahan, h. 601 20 keselamatan di dunia dan juga di akhirat. Bimbingan Rohani Islam di sini lebih menekankan kepada pemberian bimbingan melalui pendekatan do’a dan dzikir, melalui pendekatan ini Warga Binaan Sosial (klien) diharapkan lebih memahami dirinya, sehingga mereka mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., dengan cara berpasrah diri dan bermohon kepadaNya, sehingga mereka bisa meringankan bahkan keluar dari masalah yang dihadapiNya. B. Stres 1. Pengertian Stres Pada umumnya kita mengetahui bahwa stres dapat terjadi ketika seseorang berhadapan dengan sebuah tuntutan dari kondisi yang tidak menyenangkan. Tidak ada seorang pun yang tidak mengalami stres, namun masing-masing individu memiliki kemampuan dan reaksi yang berbeda dalam menghadapinya. Stres yang berasal dari bahasa latin strictus, merupakan konsep yang komplikatif dan terkadang membingungkan. Sekitar akhir tahun 1600-an, Robbert Hooke membuat konsep stres berdasarkan prinsip mekanika dari beban (tenaga eksternal), stres (daerah yang mendapatkan tenaga), dan ketegangan (strain, kerusakan sebagai hasil beban dan stres). Penelitian ilmiah tentang stres semula dilakukan untuk menguji bagaimana reaksi makhluk hidup menggunakan sumber dayanya untuk melawan atau lari dari stimulus yang mengancam, baik menghadapi ketegangan fisik (seperti beban yang diluar kemampuannya), atau 21 ketegangan psikologis (seperti kesulitan atau emosi negatif yang dihasilkan dari konflik hubungan sosial).12 Namun, dalam perkembangannya, kata stres semakin meluas. Stres, yang semula merupakan konstruk fisika, kemudian di pergunakan juga pada biologi, kedokteran, dan psikologi untuk menggambarkan manusia. Orang awam banyak mengatakan bahwa mereka berada dalam keadaan stres ketika mereka sedang berada dalam keadaan penurunan emosi karena kelelahan atau marah. Istilah stres semakin popular, stres kemudian dianggap sebagai gejala umum masyarakat pada abad modern. Saat ini istilah stres telah meluas dipergunakan di berbagai kalangan, termasuk ilmuan dan masyarakat muslim. Al-Qur’an sendiri sebenarnya telah menggunakan kata beban (pada punggung) untuk menggambarkan masalah berat yang dihadapi oleh manusia. Dan kami telah menghilangkan dari pada-Mu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu. (QS. Al-Insyirah 1-3). Ayat ini, dalam pemaparannya telah menggunakan permisalan dari prinsip mekanika beban, dimana punggung merupakan daerah yang mendapatkan tenaga. Daerah yang mendapatkan tenaga, dalam prinsip mekanika beban disebut stres. Menurut Hans selye, dalam bukunya Dadang Hawari, yang dimaksud stres ialah “Respon tubuh yang sifatnya Non Spesifik terhadap setiap tuntutan beban atas nya.13 Stres adalah respon tubuh yang tidak 12 Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami ,(Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 75. 13 Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h.17. 22 spesifik lagi terhadap suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, yang mana semua orang pasti mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis.14 Menurut peneliti stres merupakan suatu respon ketegangan dalam jiwanya atau dalam hidupnya yang diakibatkan oleh banyaknya tuntutan, kesulitan, persaingan hidup serta berbagai permasalahan dalam kehidupan yang sampai saat ini permasalahan tersebut semakin sulit untuk dipecahkan, sehingga dapat memicu ketegangan psikologis seseorang yang sedang mengalami stres. Lebih lanjut disebutkan bahwa stres yang berlarut-larut dan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan penyakit fisik dan mental seseorang, yang akhirnya dapat menurunkan produktfitas kerja dan buruknya hubungan interpersonal.15 Menurut Hans Selye Stres terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Distress dan Eustres, Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah tuntutan yang tidak menyenangkan sehingga membawa efek atau akibat yang buruk atau negatif. Sedangkan Eustress adalah biasanya disebut stres baik karena dapat membawa efek baik atau positif, contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis stres ini adalah membuat seseorang bersemangat untuk berusaha memenuhi tuntutan yang ada. 14 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 9. 15 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 8 23 2. Penyebab Stres Penyebab stres (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan dan terancam. Selain itu penyebab stressor bermacam-macam di antaranya, masalah mengenai ekonomi, sosial, lingkungan hidup, pekerjaan, kurangnya akan kebutuhan, faktor keluarga dan lain sebagainya. Hal ini diakibatkan perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan gaya hidup.16 Contohnya dapat berupa pola hidup masyarakat yang cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat individual, hidup mewah dan konsumtif, hubungan kekeluargaan yang semula kuat menjadi rapuh, nilai-nilai religius dan tradisional berubah menjadi masyarakat modern. Perubahan-perubahan psikososial tersebut merupakan beban atau tekanan mental yang disebut dengan stressor psikososial. Dan apabila seseorang tersebut tidak mampu untuk mengatasi stressor tersebut, yang bersangkutan akan mengalami penurunan kekebalan tubuh atau imunitas sehingga taraf kesehatan fisik maupun mental terganggu dan yang bersangkutan dapat jatuh sakit.17 Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulaginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi 16 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 456 17 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 457 24 dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas dan depresi.18 Dari sekian banyak macam stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, Dadang Hawari memberikan contoh berikut ini: a. Hubungan Interpersonal Hubungan antar sesama (perseorangan/individual) yang tidak baik dapat merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih, antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan, pengkhianatan, dan lain sebagainya.19 b. Pekerjaan Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai kematian. Sebaliknya dengan penganguran, maka dengan terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stres pula. c. Lingkungan Hidup Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi, penghijauan dan lain-lain yang merupakan sarana dan prasarana pemukiman hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah suasana kehidupan 18 Ibid, h 458 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 459 19 25 yang bebas dari gangguan kriminalitas yaitu keamanan dan ketertiban masyarakat. d. Keuangan/Ekonomi Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu stressor yang paling utama. Misalnya pendapatan kecil dari pada pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya.20 e. Faktor Keluarga Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak lagi harmonis. Sikap orangtua terhadap anak yang dapat menimbulkan stres antara lain: hubungan kedua yang dingin atau penuh dengan ketegangan atau acuh tak acuh, kedua orangtua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk anak, komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak serasi, kedua orangtua berpisah atau bercerai, salah satu orangtua menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian, orangtua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter, dan lain sebagainya.21 20 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 461 21 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h 462 26 STRESSOR PSIKOSOSIAL A. PERKAWINAN B. ORANGTUA C. ANTAR PRIBADI D. PEKERJAAN E. LINGKUNGAN F. KEUANGAN G. HUKUM H. PERKEMBANGAN I. PENYAKIT FISIK J. KELUARGA K. TRAUMA Susunan Saraf Pusat (Otak, Sistem Limbik, Sistem Transmisi Saraf/Neurotransmiter Kelenjar Endoktrin (Sistem Hormonal, Kekebalan/Immunity) Stres Somatik/ Fisik Cemas Psikik/ Khawatir Depresi Psikik/ Sedih 3. Tingkatan Stres Stres mempunyai tingkatannya sendiri, Potter dan Perry telah membagi hubungan tingkat stres, diantaranya : Stres ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa ketiduran, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam, situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. Stres sedang, terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Contohnya, kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam 27 waktu yang lama, situasi ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner. Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak lagi harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. 22 4. Tahapan Stres Gejala- gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, tempat kerja ataupun ditempat lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut: 1. Stres Tahap 1 Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya. c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula. d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. 22 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25-26 28 2. Stres Tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana yang di uraikan pada bab I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II ialah: a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar. b) Merasa mudah lelah sesudah mkan siang. c) Lekas merasa capai menjelang sore hari. d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman. e) Detakan jantung lebih keras dari biasannya (berdebar-debar). f) Otot punggung dan tengkuk terasa tegang. g) Tidak bisa santai. 3. Stres Tahap III Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa melihat keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II, maka yang bersangkutan akan menunjukan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya, keluhan “maag”, buang air besar tidak teratur. b) ketegangan otot-otot semakin terasa. 29 c) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat. d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk memulai masuk tidur, atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat tidur kembali. e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh terapi, atau juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh dapat memperoleh kesempatan untuk beristirahat. 4. Stres Tahap IV Tidak jarang seseorang pada saat memeriksakan dirinya kedokter sehubungan dengan keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul: a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit. c) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin seharihari. 30 d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan. e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun. f) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. 5. Stres Tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh kedalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan seharihari yang ringan dan sederhana. c) Gangguan sistem pencernaan yang semakin berat. d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6. Stres Tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-ulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah : a) Debaran jantung teramat keras. b) Susah bernafas. c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan/pingsan. 31 Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.23 Dampak dari stres yang dihadapi oleh individu dapat bermacammacam diantaranya ada dampak perubahan fisiologis, perubahan psikologis, maupun perubahan psikis. Perubahan fisiologis yang dirasakan oleh individu dapat berupa: keluhan seperti sakit kepala, tekanan dara tinggi, sakit pinggang, diare, sembelit, susah tidur, susah makan, juga kehilangan semangat. Sedangkan perubahan psikis dapat berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung dan depresi. Adapun perubahan psikologis yang diakibatkan stres akan dapat mempengaruhi berupa, sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perubahan pada individu yang mengalami stres menurut pendapat Terry dan John Newman yaitu, gejala stres dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis, dan perilaku.24 23 Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h 24 Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, (Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008), cet-1, h. 33. 110 32 TABEL 1 PERUBAHAN INDIVIDU TERHADAP STRES No 1. Gejala Psikologi Gejala Fisik Gejala Perilaku Kecemasan, ketegangan 2. Bingung, marah, sensitif Memendam perasaan Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah Mudah lelah secara fisik Mudah terluka Menunda atau menghindari pekerjaan/tugas Penurunan prestasi dan produktivitas Meningkatnya penggunaan minuman keras Perilaku makan yang tidak normal Kecenderungan meningkatnya perilaku beresiko tinggi Meningkatnya kriminalitas Kehilangan nafsu makan 3. Gangguan pernafasan 5. Komunikasi tidak efektif Mengurung diri 6. Depresi Kepala pusing, migrain 7. Merasa terasing dan mengasingkan diri Lelah mental Ketegangan otot Kehilangan daya konsentrasi Kehilangan semangat hidup Menurunnya harga diri dan rasa percaya diri Gangguan pada kulit 4. 8. 9. 10. 11. 5. Lebih sering berkeringat Problem tidur Kanker Badan bergetar Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman Perilaku sabotase Meningkatnya frekuensi absensi Kecenderungan bunuh diri Respon Individu Terhadap Stres Stres sifatnya universality yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda, Sesuai dengan karakteristik individu maka responnya terhadap stress berbeda-beda untuk setiap orang. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang digunakan oleh individu dengan sumber dan kemampuan yang berbeda, dengan kemampuan individu dalam mengatasi stress berbeda pula, sehingga stress yang sama akan mempunyai dampak dan 33 reaksi yang berbeda.25 Adapun pengertian koping adalah proses yang dilalui individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut ialah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi.26 6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres Sebagaimana telah disebutkan bahwa yang dimaksud stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).27 Menurut Dadang Hawari, seseorang yang mengalami stres dapat pula dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, misalnya: a. Rambut Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian dengan kerontokan rambut. b. Mata Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata 25 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25. 26 27 37. Ibid., h. 29 Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h 34 mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata. c. Telinga Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging. d. Daya pikir Kemampuan berfikir serta konsentrasi menurun, orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing. e. Ekspresi wajah Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar senyum/tertawa dan kulit muka kedutan. f. Mulut Mulut dan bibir terasa kering sehingga seorang sering minum. g. Kulit Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain dari pada itu perubahan pada kulit lainnya adalah merupakan penyalit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah telapak tangan dan kaki berkeringat. h. Sistem pernafasan Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu, misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi 35 penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otao-otot rongga dada.28 7. Cara Menghilangkan Stres Adapun cara yang paling ampuh dalam mengatasi stres yaitu harus melawan stres tersebut, janganlah takut dalam menghadapi stres. Sebaiknya lakukan lah hal-hal seperti berikut: a) Analisa masalah, yaitu mencari sumber masalah, dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri. b) Menemukan inti masalah, yaitu menemukan masalah yang paling mendasar. c) Mencari jalan keluar seperti mencari alternatif penyelesaian masalah. d) Konsultatif memutuskan untuk berbicara dengan orang lain yang bisa diajak bicara. e) Menata ulang kondisi hidup sebagai implementasi dari tahap konsulatif yaitu bergerak atau mulai menata kembali segala sesuatunya. f) Meditatif atau menenangkan diri, mengajak kita untuk mundur, bisa dengan merenung, meditasi, relaksasi, atau melakukan ritual-ritual sesuai dengan agama yang dianut. g) Evaluasi diri, yaitu merefleksikan kembali agar jika terjadi hal yang serupa bisa lebih siap dan sudah tau apa yang harus 28 40. Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h 36 dilakukan, minimal mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. h) Primary prevention, yaitu merubah cara kita melakukan sesuatu. 29 C. Pengertian Metode Do’a dan Dzikir 1. Pengertian Metode Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti “jalan” bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui” dalam pengertian yang lebih luas metode bisa pula diartikan sebagai segala sesuatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan–tujuan yang diinginkan.30 Namun dalam pengertian hakiki dari metode menurut kamus manejemen ialah “cara melaksanakan pekerjaan”.31 Menurut M. Arifin metode secara harfiah adalah jalan yang harus dijalankan adalah segala sasaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.32 Menurut Arif Burhan, metode adalah menunjukan pada proses, prinsip-prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.33 Metode merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan bimbingan rohani islam terhadap klien yang bermasalah untuk melakukan identifikasi masalah serta sosusi yang akan di berikan kepada klien tersebut sehingga 29 Jingga Gemilang, Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,(Yogyakarta: Mantra Books, 2013), h. 17 30 M. Lutfi , Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah, 2008), h. 120. 31 B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 173. 32 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1998), cet-ke 6, h. 43. 33 Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional , 1992 ), h. 17. 37 mampu untuk menyesuaikan kebutuhan terhadap masalah yang dihadapinya. 2. Pengertian Do’a Dalam perkembangannya, para ulama cendikiawan muslim mendefinisikan do’a secara lebih mendalam dan variatif. Ibnu Al Qayyim, misalnya, dalam kitabnya Bada’i al-fawaid menjelaskan do’a adalah permohonan mengenai berbagai hal yang bermanfaat serta dijauhkan dari segala sesuatu yang mendatangkan kemadharatan.34 Do’a menurut bahasa ialah menyeru, memanggil, memohon. Sedangkan menurut istilah ialah suatu bentuk ibadah yang dilakukan seorang hamba yang berisi kalimat permintaan kepada Allah SWT.35 Adapun pengertian do’a sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an: “Berdoalah Kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS.Al-Araf : 55). Seirama dengan definisinya, selain berfungsi sebagai sarana untuk memohon kepada Allah, do’a juga merupakan wujud pengabdian hakiki disamping sebagai komunikasi dengan Tuhan. Do’a merupakan upaya seseorang hamba kepada Allah SWT dalam mengeluhkan atau mengadukan permasalahan hidup yang dihadapi, memohon terkabulnya 34 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008), h.12 35 A.Sopiyan Sauri, Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW (Jakarta: Jast Publishing, 2005), h.2 38 suatu harapan, serta meminta perlindungan dari segala macam marabahaya. Do’a adalah wujud ketergantungan manusia yang lemah dan hina kepada penciptanya yang Maha Perkasa dan Maha Mulia. Dialah Allah SWT, satu-satunya yang patut dijadikan sandaran, tempat bergantung, dan tempat kembali yang mutlak.36 Do’a merupakan bagian dari dzikir, ia adalah permohonan. Setiap dzikir kendati dalam redaksinya tidak terdapat permohonan, tetapi kerendahan hati dan rasa butuh kepada Allah yang selalu menghiasi pezikir, menjadikan dzikir mengandung do’a.37 Perbedaan do’a dan dzikir hanyalah terletak pada rangkaian isi kalimat yang terkandung antara dzikir dan do’a yang diucapkan. Perbedaan juga hanya terdapat pada ketika seseorang mengucapkan do’a biasanya diawali dengan ucapan-ucapan dzikir terlebih dahulu, dan antara dzikir dan do’a merupakan dua perbedaan yang saling melengkapi, hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT mengenai do’a dan dzikir yaitu QS. Ali imran ayat 191 yang berbunyi: “(yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau 36 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, h.14 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 177 37 39 menciptkan semua ini sia-sia, maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”. (QS. Ali Imran:191) Sebelum berdo’a terlebih dahulu diawali dengan dzikir kemudian diakhiri dengan do’a berupa permohonan ampun dari segala dosa dan kesalahan. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara dzikir dengan do’a. Dzikir yang dilakukan merupakan rangkaian dari suatu cara do’a yang akan dilakukan seorang hamba. Do’a dalam istilah Agamawan adalah permohonan hamba kepada Tuhan agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan pertolongan, baik buat si pemohon maupun pihak lain. Permohonan tersebut harus lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepadaNya.38 Adapun ayat Al Qur’an yang menjelaskan mengenai Do’a tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186. “Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah bahwa) Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Dalam doa terkandung unsur dzikir, dan dzikir memiliki pengaruh terapi terhadap jiwa. Ada do’a ketika seseorang sedang mengalami kesusahan, penderitaan, ketakutan dan sebagainya. Ada pula do’a ketika manusia memperoleh kesenangan, kepuasan, dan kegembiraan. Ada pula 38 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 179 40 do’a untuk diri sendiri dan ada juga do’a untuk orang lain. Doa-doa itu amat penting guna memperkuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan. Jika kita mampu, mau dan pandai berdo’a, insyaallah kesehatan mental kita akan dapat dipertahankan, selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dapat diraih.39 Berdzikir dan berdo’a sama pentingnya untuk dilakukan, keduanya merupakan perintah Allah SWT sekaligus wujud dari penghambaan diri kepada-Nya. Berdo’a juga memiliki keutamaan yang sama dengan berdzikir, keduanya adalah perintah langsung dari Allah SWT. Berdoa pada hakikatnya merupakan wujud dari ketergantungan, kelemahan, ketidak berdayaan, dan kehinaan seorang hamba di hadapan Allah SWT yang Maha kuasa, Maha kuat, Maha perkasa, Maha mulia, hal ini merupakan bentuk kepedulian dan wujud kasih sayang Allah kepada hambahambanya, Allah SWT tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan kecemasan ketika menghadapi permasalahan hidup didunia, karena manusia membutuhkan tempat bersandar untuk mengadukan nasibnya, membutuhkan pijakan tempat berkeluh kesah, yakni kepada sang pemegang kekuasaan, yaitu Allah SWT.40 Pemaparan di atas mengenai do’a dapat disimpulkan bahwa do’a merupakan bentuk komunkasi manusia dengan sang Khalik, dengan mencurahkan segala isi hatinya untuk memohon kepada Allah SWT agar 39 Zakiah Darajat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta; CV.Ruhama, 1996), cet-ke 6, h. 19 40 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008), h.17 41 mendapat bimbingan juga petunjukNya. Adapun dasar manusia untuk selalu berdo’a kepada Allah SWT tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186 . Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS. Al.Baqarah:186). 3. Pengertian Dzikir Adapun penjelasan mengenai dzikir ialah Secara etimologi, kata “Zikir” berasal dari bahasa arab yaitu dzakara- yadzkuru- dzikran, yang berarti mengingat atau menyebut. Adapun secara istilah (terminologi) mengartikan zikir sebagai proses komunikasi seorang hamba (secara lisan ataupun hati) dengan Allah SWT.41 Menurut bahasa zikir berarti peringatan atau pengingat.42 Oleh karena itu dzikir dalam penelitian ini yaitu mengingat dengan sepenuh hati keyakinan akan kebesaran Allah SWT, dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenang, dengan hati yang tenang maka terciptalah ketentraman hati yang akan menjauhkan diri dari berbagai permasalahan hidup yang sangat menekan batin manusia yang mengalami stres. 41 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008), h 14-15 42 Atabik Ali, Kamus al-Asyhri, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996) h. 933 42 Adapun menurut Bastaman, dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagunganNya, yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat, membaca Al-Qur’an, berdo’a, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari perbuatan jahat. Para ulama yang berkecimpung dalam bidang olah jiwa mengingatkan bahwa dzikir kepada Allah SWT, secara garis besar dapat dipahami dalam pengertian sempit dan dapat juga dalam pengertian luas. Yang dalam pengertian sempit ialah yang dilakukan dengan lidah saja. Zikir dengan lidah ini adalah menyebut-nyebut nama Allah atau apa yang berkaitan denganNya, seperti mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Hauqalah, dan lain-lain. Zikir dalam pengertian luas adalah kesadaran tentang kehadiran di mana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaanNya dengan makhluk, kebersamaan dalam arti pengetahuanNya terhadap apa pun di alam raya ini serta bantuan dan pembelaanNya terhadap hamba-hamba Nya yang taat. Dzikir atau mengingat Allah SWT memiliki banyak pengaruh positif pada kejiwaan dan moral manusia dimana dengan mengingat Allah SWT (dzikrullah) bagi hamba adalah pencerah hati, pemenang kalbu, takut dari maksiat kepada Allah, dan pengampun dosa. Berdzikir merupakan ibadah yang sangat di anjurkan untuk dilakukan, Sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Jum’ah berikut ini: Artinya: “Dan ingatlah Allah dengan sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah ayat 10)”. 43 Adapun fungsi dzikir dalam rangkaian dzikir umum adalah sebagai pusat berpaling dari semua jenis keburukan atau keaniayaan yang dilakukan hamba. Proses kembali ke posisi ketaatan disebut tobat yang diawali dengan lafadz istighfar.43 Bisa juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran kalbu, yakni membaca kalimat-kalimat tersebut disertai dengan kesadaran hati tentang kebesaran Allah SWT yang dilukiskan oleh kandungan makna kata yang disebut-sebut itu. Kehadiran dalam kalbu atau benak dapat terjadi dengan upaya pemaksaan diri untuk menghadirkannya dan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi tanpa pemaksaan diri. Sedangkan peringkat dzikir yang tertinggi ialah larutnya benak si pezikir sesuatu yang diingat itu, sehingga ia terus menerus hadir walau seandainya ia hendak dilupakan. Sebagaimana dalam surat (al-Araf ayat 205). Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” Ayat ini memberikan tuntunan tentang dzikir yang hanya menggunakan jiwa yaitu dengan mengingat Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Agung, yang mana fungsi nya adalah untuk menghilangkan 43 Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan, (Bandung: NUANSA, 2011), h. 108 44 kesombongan diri.44 Sebaliknya, berzikir dengan lidah semata adalah peringkat dzikir yang terendah. Kendati demikian, zikir dengan lidah tidak luput dari manfaat walaupun hanya sedikit dan karena itu pesan orangorang arif kepada mereka yang baru sampai pada peringkat terendah ini agar jangan meninggalkan zikir. Kata mereka : “Bersyukur dan pujilah Allah SWT, yang telah menganugerahkan salah satu anggota badan, yakni lidah, untuk melakukan zikir kepada Allah dan berupayalah untuk menghadirkan kalbu saat menyebutnyebutNya”. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah lidahmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah ” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu hibban melalui Abdullah bin Busr)”. Dengan seiringnya lidah menyebut-nyebut nama Allah, maka yang paling tidak sebagian diantara kalimat-kalimat yang terucapkan itu akan berbekas di dalam hati dan ini gilirannya dapat menghantarkan pada kesadaran tentang kehadiran Allah dan kebesaranNya, walau untuk tahap pertama tidak selalu demikian. Dengan demikian ingat atau dzikir menjadi pintu utama untuk hadir menemui yang dicintai dan menyerahkan dirinya demi mendapatkan cintaNya.45 Dzikir semestinya merupakan perilaku sehari-hari, yaitu baik sedang berdiri, sedang duduk ataupun sedang berbaring. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam (QS. Ali Imran 3 ayat 190-191): 44 Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan, (Bandung: NUANSA, 2011), h. 108 45 Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan (Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang, 2014), h.172. 45 Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dlam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran: 190-191). Dzikir bukan hanya menyebut, tetapi ada suatu hubungan, yaitu rasa cinta, rindu, ingat, mendekat atau hadir, datang berkomunikasi, bermahabbah kepada Allah.46 Berdzikir tidak mengenal tempat dan waktu, kalaupun ada hal itu semata-mata di dasarkan kepada ijtihad ahli tarekat agar mempunyai kesamaan waktu dalam melakukan dzikir secara berjamaah. Maka zikir dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.47 Selama mempunyai niat lurus untuk mendapatkan karunia Allah, maka hal itu tidak mengurangi esensi zikir. Selama ada cinta Illahi dalam sanubari, sepanjang itu pula seseorang boleh berdzikir. Mustahil seseorang berdzikir tanpa rasa cinta kepada Allah, dan inilah yang membuat para sufi menjadikan dzikir sebagai nutrisi.48 Zikir mempunyai keutamaan sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW. 46 Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan (Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang, 2014), h.174 47 Dadang Ahmad, Epistemologi Doa, h. 108 48 Annemarie Schimel, Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus 1986), h. 172 46 “Perumpamaan orang yang menyebut Tuhannya dengan orang yang tidak menyebut Tuhannya adalah bagaikan orang yang masih hidup dibandingkan dengan orang yang sudah mati.”49 Masih banyak hadist yang memuat keutamaan metode dzikir Nabi, bahkan oleh para ahli medis hal itu telah diakui efektivitasnya dalam upaya penyembuhan jiwa. Do’a dan dzikir diyakini mengandung unsur terapi yang dalam. Selain itu dikatakan bahwa do’a dan dzikir merupakan energi rohani yang bisa membangkitkan rasa percaya diri. Dari sini, kemudian muncul optimisme terhadap kegiatan penyembuhan, dua rasa (optimisme dan rasa percaya diri) dinilai sebagai salah satu cara efektif untuk memperkuat daya tahan tubuh manusia.50 Peneliti mengungkapkan bahwa, do’a dan dzikir dapat menghilangkan hawa nafsu, karena dengan do’a dan dzikir itu akan menjadikan seseorang dapat mengontrol dirinya sendiri secara optimal, sehingga dirinya selalu berhati sejuk, tidak emosional, dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan hidupnya. Dzikir juga bermanfaat sebagai pembersih hati, jika manusia mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun dan menyadari dirinya di hadapan dzat yang Maha suci, tentu akan menahan diri dari masalah-masalah yang tidak sesuai dengan keridhaanNya, dan mengendalikan diri agar tidak bersikap durhaka. Dengan melihat berbagai permasalahan hidup yang dihadapi oleh setiap manusia ada 5 upaya dalam mengoptimalkan mendekatkan diri kepada Allah yaitu: 49 Al- Mundziri, At-Targib wa at Tarhib, juz III, Al Islamiyah, h. 59 Dadang Hawari, Manajemen stress, Cemas dan Depresi, (Jakarta: fak Kedoteran UI, 2001), h. 158 50 47 GAMBAR 1 Tahap Mendekatkan Diri kepada Allah SWT A. Mengenal Allah lebih dekat lagi melalui nama-nama dan sifatNya. Allah secara kasat mata tidak bisa kita lihat dan tidak bisa kita raba. Jalan satusatunya untuk mengenal Allah adalah dengan cara diberi tahu oleh Allah siapa Dia. Allah memperkenalkan siapa dirinya melalui Asma-Nya dan melalui serangkaian informasi yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, Allah SWT memperkenalkan diriNya melalui seluruh ciptaanNya. B. Memohon Dengan do’a kita memohon segala kebutuhan kita kepada Allah SWT, Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. 48 C. Mengadukan Kita dapat mengadukan segala keluh kesah dan penderitaan karena Dia begitu lembut dengan sifatNya. D. Meminta perlindungan Dari segla kekhawtiran dan bahaya. E. Belajar meneladani Yaitu dengan cara belajar dari sifat-sifatNya yang mulia dan berakhlak mulia serta meneladani karakter-Nya yang terpuji.51 4. Manfaat Do’a dan Dzikir Bila dicermati lebih jauh, do’a atau dzikir mempunyai manfaat yang luar biasa dalam pembentukan mental dan spiritual seseorang dalam menjalankan misinya sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT tidak lantas kecewa bila hamba-Nya tidak mau memohon pertolongan atas penderitaan hidupnya. Semua manfaat dzikir dan do’a akan kembali kepada hambanya, diantaranya: a) Manusia membutuhkan sandaran dan tempat mengadu. Ketika manusia berputus asa, merasa tidak ada lagi yang menolongnya, maka ia akan mencari tempat mengadu, mencari tempat sandaran, tempat yang mampu memberikannya kekuatan untuk bangkit dari keputusan dan keterpurukan serta 51 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah (Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008), h.2 49 untuk memulai hidup baru setelah apa yang ia miliki selama ini hancur porak poranda. b) Do’a disini berfungsi untuk menguatkan kembali jiwa yang hancur dengan mencari tempat pengaduan yang hakiki, yakni kepada Allah SWT. Bila seseorang tidak mendapatkan tempat untuk mengadu, maka ia akan semakin terpuruk. Sehingga mengakibatkan depresi, stress, bahkan sakit jiwa yang merupakan kasus-kasus yang muncul akibat keputusasaan dan tidak mendapatkan tempat mengadu yang semestinya. c) Do’a tidak sekedar memohon pertolongan ketika mengalami musibah atau kesulitan hidup. Do’a juga dimaksudkan sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan benar. Do’a disini berfungsi sebagai tempat memohon rahmat dan karunia kepada Allah agar perjalanan hidupnya senantiasa dalam naungan-Nya. Dengan demikian, ia akan tetap semangat dalam mengarungi kehidupannya tanpa takut akan rintangan yang menghalang karena Allah SWT senantiasa bersamannya. d) Secara fitrah, seseorang ingin senantiasa sukses dan berhasil di dalam hidupnya. Ia ingin apa yang ia rencanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ia butuh kekuatan yang mampu melindunginya dari segala yang dapat merusak cita- 50 citanya. Disini do’a diperlukan sebagai sarana untuk memohon perlindungan dari aral dan mara bahayanya tersebut. Peran do’a sangat besar sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada sang Maha Melindungi dan Maha mengetahui, Allah SWT. Dengan do’a Allah akan memberikan jalan keluar dan pertolongan kepadanya terhadap segala problema kehidupan.52 Dengan demikian berdo’a dan berdzikir merupakan sarana untuk memotivasi diri agar terus bangkit dari masalah yang di hadapi dan akan lebih mampu untuk mengatasi stres yang sedang dialami. Bagi seorang muslim berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT dapat menjadi obat penawar bagi segala jenis penyakit mental, dengan menenangkan dan mententramkan pikiran maupun hati yang sedang kacau termasuk stres itu sendiri. Jika seseorang berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT, maka seseorang itu akan merasakan bahwa ia dekat dengan Allah SWT, dengan demikian seseorang tersebut akan timbul perasaan dalam dirinya tenang, tentram, dan bahagia. 52 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, h.17-19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada skripsi ini adalah jenis pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.1 Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor yang dikutip oleh Lexy J Melong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2 Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama.3 Adapun desain dalam penelitian ini dengan menggunakan desain deskriftif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data. Oleh karena itu dalam penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan fakta–fakta yang ada di lapangan, dan mendeskripsikan bagaimana dalam melaksanakan bimbingan rohani islam 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Pt.Bina Aksara, 1989), cet-ke 6, h. 195. 2 Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4 3 Nasution 1992 . Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif, (Bandung : Transitto, 1992), h5 49 50 bagi penderita stress (kejiwaan) melalui metode do’a dan dzikir. Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survey yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.4 B. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Instrumen pada penelitian ini adalah penelitian secara sendiri yang menjadi keseluruhan proses penelitian tersebut. 5 Instrumen itu sendiri ialah alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), peneliti berperan serta terhadap kegiatan bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan oleh pembimbing rohani islam dengan cara membantu pembimbing dalam memberikan arahan kepada warga binaan, hal ini dilakukan karena peneliti melihat warga binaan banyak yang memilih untuk diam tidak mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh pembimbing, selain itu kurangnya pembimbing rohani islam sehingga membuat pembimbing itu menjadi kewalahan dengan jumlah warga binaan yang banyak. Berikutnya ialah Wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.6 Berikut ini 4 B.Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2006), cet ke-1, h. 111 5 Lexy J. Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-21, h. 168 6 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 146. 51 adalah teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini di antaranya: 1. Metode observasi (pengamatan) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung Bimbingan Rohani do’a dan dzikir yang diberikan kepada Warga Binaan Sosial stres di panti. Adapun jenis observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, yaitu peneliti turut ambil bagian dalam setiap kegiatan yang diteliti. Metode ini digunakan sebagai kelengkapan dan penguat data yang diperoleh melalui metode interview dan dokumentasi. 2. Metode interview (wawancara) Metode interview adalah cara pengumpulan data dengan tanya jawab, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 Data dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam pada subjek penelitian. Interview disini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan metode do’a dan dzikir, yang khususnya dalam Bimbingan Rohani Islam untuk menangani pasien penderita stress. 7 Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 8 Moleong, 2002. Metodologi penelitian kualitatif. (Bandung : Remaja rosda karya), h 181. 135. 52 3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.9 Selain itu dokumentasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen pribadi. Alasan penggunaan metode dokumentasi ini yaitu karena dokumen merupakan catatan atau arsip yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak membutuhkan banyak waktu dan energi serta dapat untuk mengecek kembali informasi yang didapat interview secara langsung. 4. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger-Cipayung Jakarta Timur. Penelitian ini memakan waktu sekitar 9 bulan, yakni dari 27 Maret 2014 sampai dengan 5 Desember 2014. Alasan peneliti melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, karena peneliti tertarik dengan banyaknya macam-macam klasifikasi Warga Binaan Sosial yang berada di Panti. Selain itu warga binaan yang ada di panti ini sangat rentan sekali mengalami stres, dengan berbagai faktor sosial yang berbeda pula. 9 Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek, (Jakarta : Rineka cipta, 2006), h. 231. 53 5. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini yaitu 1 orang selaku petugas Pembimbing Rohani Islam do’a dan dzikir yang bernama Kurniawan, juga sasarannya 5 Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang menderita stres ringan atau sedang. Adapun stres ringan ini masih dapat untuk diatasi, orang yang mengalami stres ini masih bisa untuk diajak ngobrol atau menjawab setiap pertanyaan yang peneliti sampaikan juga stres ringan tidak merusak aspek fisiologis. Contohnya seperti: lupa ketiduran, kemacetan, dikritik, cuaca, dan lain-lain. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam, situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.10 Stres sedang berupa terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Contohnya, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, situasi ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.11 10 Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25 11 Ibid, h 26 54 b. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini yaitu Bimbingan Rohani Islam melalui Metode Do’a dan Dzikir terhadap penderita stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 6. Teknik Analisis Data Dalam analisis data yang telah terkumpul dianalisis, peneliti melakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, yang artinya penulis menggambarkan keadaan sasaran penelitian secara apa adanya, sejauh mana yang penulis peroleh dari interview, dokumentasi dan observasi. Analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.12 Penelitian deskriptif bertujuan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Seluruh informan pada penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari, 1 orang selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir yang merupakan key informan, dan 5 orang selaku Warga Binaan Sosial yang mengalami stres yang merupakan informan itu sendiri. Warga Binaan Sosial yang mengalami stres tidak dapat dijumlahkan secara keseluruhan dari tahun ke tahun, dikarenakan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung, merupakan tempat penampungan sementara selama 3 atau 6 bulan lamanya, selain itu ada pula warga binaan yang langsung dijemput 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h. 11. 55 keluarganya untuk pulang kerumah ketika warga binaan itu tertangkap oleh Satpol PP dengan kelengkapan persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak panti. 7. Sumber Data Adapun sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti melalui observasi langsung, primer disini berupa wawancara kepada pembimbing rohani islam di panti (selaku pembimbing do’a dan dzikir) dan kepada Warga Binaan Sosial (selaku penderita stres ringan atau sedang) yang menerima bimbingan dari pembimbing di Panti sosial Bina Insan Bangun Daya 2 b. Data Sekunder, yaitu data tidak langsung yang berupa catatancatatan atau dokumentasi. Data yang diperoleh oleh peneliti melalui catatan pribadi. BAB IV ANALISIS DAN PROFIL LEMBAGA A. Gambaran Profil Lembaga Nama : Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II Alamat : Jl. Bina Marga No. 48 Cipayung, Jakarta Timur Telp : 021-8445761 , Fax. 021-84300416 Email : [email protected] 1. Kedudukan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Pemerintah Provensi DKI Jakarta, yang berwenang dalam pelaksanaan kegiatan penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial. (Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 76 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya).1 2. Sejarah Singkat Panti Pada tahun 1978 pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Sosial membangun sebuah panti dengan nama “Panti Pengemis Cipayung”, dalam perkembangan selanjutnya melalui keputusan gubernur DKI Jakarta Nomor: 736 Tahun 1996, panti dimaksud menjadi “Panti Sosial Bina 1 Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Juli 2014. 55 56 Karya Bangun Daya 2 Ceger”. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan peraturan gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002, ia menjadi “Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger”. Berdasarkan peraturan gubernur provinsi DKI Jakarta No. 76 tahun 2000, berubah menjadi “Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2” yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial terhadap sejumlah jenis PMKS seperti Gelandangan, Pengemis, Pengamen, Pemulung, Wanita Tuna Susila, Jompo Terlantar, Anak Jalanan, Psikotik Terlantar, Penyandang Cacat Terlantar, Waria, Jockey Three in One, parkir liar, Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), Korban Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Pengedar Kotak Amal, Pedagang Asongan dll. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger terletak di Jalan Raya Bina Marga No. 48 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota Madya Jakarta Timur. Daya tampung atau kapasitas panti adalah 250 orang, dengan penempatan Warga Binaan Sosial (WBS) secara terpisah antara perempuan dan laki-laki, anak dan lansia, termasuk WBS Balita juga dipisahkan dengan disediakan ruangan khusus.2 Adapun biaya operasional Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur diperoleh dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang diterima secara rutin. 2 Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Juli 2014. 57 b. Sumbangan masyarakat secara insidental dan bantuan lain yang tidak mengikat. 3. Visi dan Misi Visi: “Mewujudkan Kemandirian dan Kualitas Hidup Binaan Sosial” Misi: a. Meningkatkan kualitas pelayanan sosial terhadap warga binaan sosial. b. Meningkatkan harkat dan martabat binaan sosial. c. Mengembangkan sistem sarana dan prasarana binaan sosial. d. Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial3. 4. Susunan Organisasi GAMBAR 1 Susunan Organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 KEPALA PANTI KA. SUB BAG TU SEKSI PERAWATAN SEKSI BIMLUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 3 Purwono, Buku Pedoman, Pelayanan Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. 58 a. Kepala Panti Kepala panti bertugas : 1) Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 88, keputusan No 163 Tahun 2008. 2) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sub. Bagian, Seksi dan Sub. Kelompok Jabatan Fungsional. 3) Melaksanakan tugas koordinasi lain yang diberikan Kepala Dinas. b. Sub. Bagian Tata Usaha Sub. Bagian tata usaha bertugas : 1) Melaksanakan urusan administrasi umum. 2) Melaksanakan urusan administrasi keuangan. 3) Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian. 4) Melaksanakan urusan administrasi perlengkapan. 5) Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana panti. 6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti. c. Seksi Keperawatan Adapun Seksi Keperawatan bertugas : 1) Melaksanakan pendekatan awal meliputi: penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi. 2) Melaksanakan penerimaan meliputi: registrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti. 3) Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). 59 4) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti. d. Seksi Bimbingan dan Penyaluran Seksi Bimbingan dan Penyaluran bertugas: 1) Melaksanakan terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat. 2) Melaksanakan assesment, meliputi : penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi yang bisa digali dari warga binaan sosial (WBS). 3) Melaksanakan pembinaan fisik serta bimbingan mental dan sosial. Kegiatan ini meliputi olahraga, konseling, dan dinamika kelompok. 4) Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, pemulangan kedaerah asal, dan pelaksanaan rujukan ke lembaga lain. 5) Melaksanakan pembinaan lanjut, yang meliputi : monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. 6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti. 5. Tugas Pokok dan Fungsi Adapun tugas pokok panti ini ialah melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Adapun fungsinya ialah: a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja, anggaran rencana kerja dan dokumen pelaksanaan anggaran (RKA dan DPA) panti. b. Penyusunan strategis panti dan penyusunan SOP 60 c. Penyusunan rencana penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana teknis panti. d. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi, seleksi e. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan, administrasi, dan penempatan dalam panti f. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan. g. Pelaksanaan asessmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah serta potensi. h. Pelaksanaan bimbingan fisik serta bimbingan mental dan sosial i. Pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, persiapan pemulangan ke daerah asal dan rujukan kepanti terkait. j. Pelaksanaan dan pengembangan koordinasi, kerja sama dan kemitraan dengan lembaga pelayanan sosial sejenis dalam bentuk panti maupun bukan panti yang dikelola masyarakat. k. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. l. Pelaksanaan monitoring dn evaluasi kelayakan penggunaan prasarana dan sarana panti. 6. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ialah Mencegah dan mengurangi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar tidak kembali kejalanan. Sasarannya ialah para (PMKS) hasil penertiban di wilayah DKI Jakarta. 61 7. Asal WBS Adapun identitas dari Warga Binaan Tersebut yang akan mendapat bimbingan di Panti ialah warga binaan: a. Hasil penertiban dan penjangkauan sosial b. Rujukan dari rumah sakit c. Rujukan dari kepolisian RI d. Masyarakat 8. Pembinaan Berikut macam-macam bimbingan yang akan di berikan kepada Warga Binaan Sosial yang tinggal di Panti selama 3 atau 6 bulan: a. Bimbingan Fisik Bimbingan Fisik ialah suatu kegiatan yang dilaksanakan berupa senam kesegaran jasmani (SKJ) setiap satu minggu dua kali, ada juga futsall, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, dan kerja bakti kebersihan lingkungan panti. b. Bimbingan Sosial dan Case Conference Bimbingan sosial dilaksanakan secara individu maupun kelompok sehingga WBS dapat memahami permasalahannya serta untuk memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rujukan/ penyaluran sesuai dengan permasalahan yang dilanjutkan melalui kegiatan case conference (pembahasanan kasus). 62 c. Bimbingan Psikologis Kegiatan yang dilaksanakan berupa konseling individu dan kelompok sebagai sarana untuk mengungkapkan pikirna, perasaan, pengalaman, dan harapan WBS. d. Bimbingan Mental dan Spiritual Memberikan bimbingan keagamaan yang berkaitan dengan ibadah, akhlak, dan hakekat kehidupan. e. Bimbingan Hukum Pada bimbingan hukum yang diberikan oleh Panti kepada Warga Binaan Sosial, yaitu mengenai pemahaman tentang perda No. 8 tahun 2007 tentang ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan lainnya. Hal ini dilakukan agar para Warga Binaan Sosial dapat mengerti dan memahami betul bahwa pekerjaan yang mereka lakukan di jalanan termasuk pelanggaran dan harus mentaati peraturan yang berlaku. f. Bimbingan Keterampilan Bimbingan keterampilan dilaksanankan sebagai upaya pemberian bekal keterampilan agar Warga Binaan Sosial dapat mengembangkan diri setelah kembali ke masyarakat antara lain dengan: membuat keset, membuat pot, dan berkebun sayur. Selain itu agar Warga Binaan Sosial tidak lagi turun ke jalan dan mengerjakan kembali pekerjaan yang sebelumnya yaitu pekerjaan mengemis, mengamen, memulung, ataupun pekerjaan yang lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan di atas di samping merupakan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang sangat 63 besar dan dapat merugikan dirinya, bahkan juga pekerjaan tersebut dapat mengganggu ketertiban umum. g. Bimbingan Kesenian Selain dari bimbingan keterampilan, di Panti ini mengadakan bimbingan kesenian, yang mana bimbingan ini sangat digemari oleh para Warga Binaan Sosial dengan cara menyalurkan hobi mereka melalui seni musik dan menyanyi untuk WBS. h. Penyaluran atau Pembinaan Lanjut Setelah dilakuikan penertiban dan penjangkauan sosial oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Satpol PP, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terjaring selanjutnya akan dibina oleh Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 dan selanjutnya dilakukan pembinaan, pembekalan, motivasi dan klasfiikasi, serta identifikasi terlebih dahulu agar diperoleh informasi awal tentang PMKS, yang selanjutnya mereka akan dirujuk ke panti-panti sosial lanjutan Dinas Sosial sesuai dengan jenis persoalan dan permasalahan PMKS, agar mereka mendapatkan pembinaan lanjutan di panti dimaksud dan penyaluran WBS. Ada beberapa jenis penyaluran yang dilakukan antara lain adalah: 1) Penyaluran ke panti terkait, dengan penyaluran ini warga binaan telah diklasifikasi dan diidentifikasi terlebih dahulu agar panti yang dituju memperoleh informasi awal atau profil sederhana calon WBS. 64 2) Penyaluran kembali kekeluarga, jika warga binaan yang dimaksud mempunyai keluarga yang lengkap dan syarat identitasnya jelas, maka WBS tersebut akan dikembalikan kepada keluarganya agar mereka memperoleh perlindungan dan kasih sayang melalui keluarga masing-maisng. 3) Pemulangan ke daerah asal, hal ini dilakukan setelah Warga Binaan Sosial mendapat bimbingan setidaknya mereka memperoleh bimbingan dip anti tersebut kurang lebih 3 bulan atau 6 bulan lamanya, bahkan ada yang kemungkinan lebih seperti WBS Lanjut Usia. i. Fasilitas Pelayanan Adapun fasilitas pelayanan yang telah disediakan oleh Panti diantaranya: 1. Kantor 2. Asrama kapasitas 250 orang 3. Ruang identifikasi dan assessment 4. Ruang bimbingan 5. Mobil operasional/rujukan 6. Ruang dapur 7. Musholla 8. Ruang pelayanan sosial 9. Ruang perawatan 10. Ruang konseling 65 11. Ruang makan 12. Lapangan olah raga 13. Ruang besuk 14. Ruang poliklinik 66 9. Tahap Pembinaan PMKS PSBIBD 24 GAMBAR 2 Tahap Pembinaan PMKS Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV Pendekatan awal Identifikasi WBS Asesmen Pembinaan Penjangkauan Pemeriksaan dokumen persyaratan Observasi Penanda tanganan berita acara serah terima Registrasi Identifikasi Motivasi Seleksi Penjelasan program pelayanan Penempatan dlm panti Penentuan petugas pendamping Pengungkapan dan pemahaman masalah dari aspek fisik, sosial, psikologis sesuai dgn karakteristik WBS Bim. Fisik Bim. Mental dan Spiritual Bim. Sosial Bim. Hukum Penelaahan Data WBS Bim. Rekreasi Bim. Kesenian Identifikasi potensi dan sumber dari WBS dan keluarga Konsultasi keluarga Konsultasi psikologis Penyusunan rencana pelayanan Bimbingan Keterampilan Perawatan TAHAP V TAHAPV I Resosialisasi Penyaluran Mengikutsertakan WBS dalam kegiatan sosial bersama masy. umum Memberikan gambaran ttg lokasi tujuan penyaluran 4 Persiapan penyaluran Pelaksanaan penyaluran ke: 1. Panti sosial terkait 2. Kembali pada keluarga 3. Pemulangan ke daerah asal 4. Lembaga pelayanan sosial lainnya Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, juli 2014 67 10. Persyaratan Pengambilan WBS Oleh Keluarga Persyaratan yang harus dipersiapkan oleh keluarga yang akan membawa pulang warga binaan tersebut ialah: 1. Foto copy KTP yang mengurus 2. Foto copy Kartu Keluarga 3. Surat keterangan RT, RW, Kelurahan, Kecamatan 4. Surat keterangan dari sekolah apabila masih sekolah 5. Surat rekomendasi dari instansi yang menertibkan 6. Surat rekomdasi dari dinas sosial 7. Menandatangani surat pernyataan dengan materai Rp. 6.000,sebanyak 2 lembar 11. Kondisi Panti Sosial dan Sarana Prasarana. Adapun kondisi lokasi dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, yang didukung oleh sarana dan prasarananya yaitu: Luas tanah: 15.000 M² Luas bangunan: 10.000 M² Kapasitas panti: 250 orang Lokasi panti: Jl. Bina Marga No. 48 Ceger, Cipayung, Jakarta Timur 13820, Telp. 021 844 5761 E-mail : [email protected] 68 TABEL 1 Sarana dan Prasarana Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 No Nama Bangunan Volume 1 Ruang kantor 1 unit 2 Auditorium 1 unit 3 Ruang rapat 1 unit 4 Pendopo 1 unit 5 Rumah Dinas 9 unit 6 Pos Jaga 2 unit 7 Ruang Gudang 1 unit 8 Kantin 1 unit Sarana dan prasarana di Panti Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung sampai saat ini masih digunakan, fasilitas ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan panti agar dapat berjalan lancar sesuai yang diinginkan. Seperti contohnya auditorium, pendopo, yang sampai saat ini digunakan sebagai gedung serbaguna untuk pembimbing memberikan bimbingannya bagi Warga Binaan Sosial. dalam 69 12. Kondisi SDM TABEL 2 Kondisi SDM Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 No Jabatan Organik Pendidikan Terakhir S2 1 Kepala Panti 1 2 Ka. Subag/ Ka. Sie 2 S1 D3 SMA SMP SD 1 9 2 2 2 2 1 Perawatan 3 Staf PNS 1 5 Pramu Sosial 5 Total 3 7 9 1 18 13. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Berikut beberapa program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, diantarannya: a. Asessment, meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah. Dan potensi yang dimiliki warga binaan sosial. b. Terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat. c. Pembinaan fisik, bimbingan mental spiritual, bimbingan sosial, bimbingan hukum, bimbingan keterampilan, bimbingan musik, bimbingan psikologi, dan case conference. d. Penyaluran kembali kepada keluarga, pemulangan kedaerah asal, dan rujukan ke lembaga layanan lain. 70 e. Pembinaan lanjut meliputi, monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.5 B. Pengungkapan dan Penjelasan Data Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berfungsi sebagai tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial seperti gelandangan, pengemis, pengamen, pemulung, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat terlantar, waria, jockey three in one, parkir liar, Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pengedar kotak amal, pedagang asongan dan lain-lain. Kegiatan yang diadakan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini bermacam-macam, salah satunya ialah bimbingan rohani islam termasuk didalamnya ialah do’a dan dzikir, dilaksanakan pada tiap hari Senin, Rabu, dan Kamis yang diadakan pada pagi hari pukul 07.00 s/d selesai. Kegiatan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh Warga Binaan Sosial (WBS) karena begitu banyak manfaatnya, selain kita memahami arti juga bentuk do’a dan dzikir, kita pun bisa merasakan betapa besarnya faidah do’a dan dzikir bagi diri kita, yang mana dengan do’a dan dzikir dapat membuat hati kita menjadi lebih tenang dan lebih dekat dengan Allah SWT. 5 Brosur Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 71 Adapun stres yang akan peneliti sampaikan disini yaitu stres yang masih mudah untuk di atasi (stres ringan dan sedang), yang mana orang yang mengalami stres ini masih bisa untuk diajak ngobrol, masih ingat siapa dirinya juga lingkungan sekitarnya, dan dapat mengungkapkan isi hatinya terhadap masalah-maslah yang sedang dihadapinya sehingga tidak menyulitkan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Sehubungan dengan populasi PMKS jalanan begitu banyak tentu tidaklah mungkin mereka dijadikan sebagai responden, mengingat semua Warga Binaan Sosial yang ada di Panti menjadi bagian dari populasi, terdapat sejumlah orang yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai karena mereka sebagian termasuk pada Warga Binaan Sosial yang mengalami stres berat. Adapun mengenai jumlah Warga Binaan Sosial di Panti tidak bisa dihitung secara keseluruhan, dikarenakan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan tempat sementara bagi Para Penyandang Masalah Kesejahteraan (PMKS), terkadang ada sebagian warga binaan yang dipulangkan atau disalurkan ke Panti lain sesuai klasifikasinya masing-masing. Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini penulis telah menentukan jumlah responden yang akan menjadi objek penelitian, responden yang dimaksud tersebut diantaranya: 1 orang sebagai informan (Pembimbing Rohani Islam) dan 5 orang sebagai responden (Warga Binaan Sosial yang mengalami stres). Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan penulis selama observasi dilapangan karena dengan klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan sebagai 72 objek penelitian dengan alasan keterbatasan waktu atau mental dari warga binaan itu sendiri. Berikut adalah identitas dari responden yang akan peneliti paparkan. 1. Identitas Informan (Pembimbing) a. Muhammad Kurniawan, S.Sos. Nama pembimbing bernama Muhammad Kurniawan S.Sos ia sering dipanggil dengan sebutan pak Kur. Ia adalah salah satu staff di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang menjabat sebagai bagian Bimbingan dan Penyaluran. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 14 Januari 1979 dan kini sedang melanjutkan studi di Universitas Indraprasta jurusan Bimbingan dan Konseling. Dari kepribadiannya dpat kita lihat ia sangat ramah terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya bahkan kepada Warga Binaan Sosial yang ada di Panti, sehingga memudahkan beliau untuk selalu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun. Dalam kesehariannya selaku pembimbing ia selalu memberikan bimbingan berupa bimbingan do’a dan dzikir pada setiap hari Senin, Rabu dan Kamis pada pukul 07.00 sampai selesai. Ia sangat bertanggung jawab sekali terhadap tugasnya, tak kenal lelah ia terus membimbing Warga Binaan Sosial dalam memberikan ilmu agamanya terutama dalam bimbingan do’a dan dzikir yang selalu ia ajarkan. Dia mengatakan bahwa: “Semua ini saya lakukan agar Warga Binaan Sosial selalu mengingat Allah SWT, berharap hatinya menjadi tenang, dan juga mereka bisa ingat siapa dirinya, dan mereka bisa bertemu kembali 73 dengan keluarganya, saya ingin mereka tidak lagi menopang hidup dijalanan”.6 2. Identitas Informan (Warga Binaan Sosial) Adapun yang menjadi sampel terbimbing berjumlah 5 orang, diantaranya 4 orang wanita dan 1 orang laki-laki. Mereka ialah yang aktif dalam mengikuti bimbingan do’a dan dzikir. Berikut wawancara mengenai identitas dan kisah hidup warga binaan yang yang akan peneliti sampaikan: a. Neneng Heni Neneng lahir di Surabaya pada tanggal 4 Mei 1989, orang tuanya bernama Rumini dan Abudin mereka tinggal di Cianjur, Neneng beragama Islam, ia mempunyai seorang suami, dan seorang anak. Pendidikan terakhir Neneng hanya sampai kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Dalam hal pekerjaan dia sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja di Malaysia, akan tetapi ia tidak beruntung, ia tidak sampai di tempat tujuan yang akan menjadi tempat kerjanya (malaysia), disebabkan ia dibohongi dan ditinggalkan begitu saja oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan dari malaysia. Setelah dibohongi Neneng kini tinggal di Jakarta, ia terpaksa melamar untuk bekerja sebagai buruh pabrik, Neneng tidak berani untuk pulang lagi ke kampung halamannya dikarenakan malu oleh keluarga dan tetangganya, hal ini yang sangat membuatnya tertekan dan jiwanya terguncang.7 6 Wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014. 7 Wawancara pribadi dengan Neneng Heni di Panti, Jakarta, pada hari jum’at 12 september 2014 74 Setelah 4 tahun lamanya bu neneng bekerja menjadi buruh pabrik ia akhirnya keluar dan tidak melanjutkan lagi pekerjaannya itu, Neneng sekarang lebih memilih untuk menjadi pengemis dijalanan, karena ia berfikir penghasilannya jauh lebih besar dari pada menjadi buruh pabrik. Pendapatan yang dia dapatka pada saat mengemis sebesar 400 ribu dalam sehari, pendapatan dengan cara mengemis ini lebih besar dari pada bekerja sebagai buruh pabrik. Sesuai dengan pekerjaannya mengemis ia kini tinggal dikolong jembatan bersama teman sekampung halamannya yang sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di malaysia. Kini mereka bersama-sama melakukan pekerjaan yang sama sebagai pengemis, dan mereka lebih senang, semangat dan menikmati pekerjaannya itu. Ia bekerja dijalanan mulai dari pagi jam 04.00 subuh sampai pulang pagi lagi jam 24.00 malam. Neneng tidak merasa lelah dan ia merasa lebih semangat dalam melakukan pekerjaannya itu, dalam hal kesehatan ia mempunyai keluhan penyakit berupa sakit lambung, pinggang dan juga sakit kepala, ia pun selalu merasakan gemetar pada tubuhnya pada saat bekerja. Adapun kisah saat ia tertangkap oleh Satpol PP sebelum di masukan ke Panti yaitu sedang mengemis diwarung bersama temannya. 8 b. Suaidah Nama Suaidah lahir pada tanggal 25 April 1995 di Tegal. Ia mempunyai seorang suami dan seorang anak, Suaidah masih mempunyai orang tua yang bernama Watmi dan Sanat, yang kini mereka bertempat tinggal di Bojong Gede. Suaidah mengontrak rumah di Jakarta, pendidikan 8 Hasil wawancara dengan ibu Neneng, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 75 terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tegal. Dia kini bekerja sebagai pengemis, juga mempunyai sampingan pekerjaan sebagai Pembantu Rumah Tangga untuk cuci dan gosok pakaian. Pendapatan yang ia dapatkan dari mengemi sebesar Rp. 150.000 dalam sehari, suaminya bekerja dibengkel dekat Balai Kota yang berpenghasilan tidak menentu. Pada saat suaidah sedang bekerja terkadang ia merasakan semangat dan lelah yang berlebihan. Jika peneliti lihat dalam kondisi kesehatannya ia mempunyai sakit di kepala, kepalanya sering terasa pusing dan kemanapun ia pergi selalu membawa balsem untuk mengurangi sakit dikepalanya, Suaidah mempunyai beban pikiran terhadap anaknya, karena ia merasa biaya kehidupannya sehari-hari belum bisa terpenuhi, yang kini membuat Suaidah terpaksa bekerja dijalanan sebagai pengemis dan bekerja sampingan sebagai Pembantu Rumah Tangga, itupun jika diperlukan. Suaidah tertangkap oleh SatPol PP sebelum di masukkan ke Panti pada saat ia sedang mengemis dijalanan.9 c. Siti Nurfarida Nama Siti Nurfarida ia lahir pada tanggal 8 Juni 1969 di Sukabumi. Kini ia bertempat tinggal di Bekasi Timur, pendidikan terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sukabumi. Siti ditinggalkan cerai oleh suaminya, sampai saat ini ia merasakan kehilangan karena ditinggal oleh suaminya. Siti mempunyai seorang anak, orang tua dari Siti sudah meninggal dan keluarga lainnya tinggal di Bekasi, ia sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Malaysia selama 3 tahun, siti pun tidak 9 Hasil wawancara dengan ibu Suaidah, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 76 bisa bertahan untuk tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia tidak mempunyai tempat tinggal yang menetap. Akhirnya Siti terpaksa kembali pulang ke Indonesia dan bekerja sebagai pengemis diJakarta. Siti merasakan tekanan dalam hidupnya yang semakin besar, ia berfikir hidup dijakarta sangat besar resikonya untuk hidup sehari-hari, pendapatan yang ia dapatkan selama ia bekerja sebagai pengemis yaitu sebesar Rp.350.000 dalam sehari. Ia kini merasa senang dengan pekerjaannya dan sangat menikmatinya. Sebelum Siti masuk ke Panti, ia tertangkap oleh Satpol PP pada saat istirahat (tidur) disamping jalan tepatnya didepan toko.10 d. Masna Nama Masna lahir di Bogor tanggal 15 April tahun 1960, ia mempunyai seorang suami dan mempunyai dua orang anak, Masna ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya membawa pergi kedua anaknya. Pendidikan terakhir Masna yaitu Sekolah Dasar (SD) di Bogor. Setelah ia ditinggalkan oleh keluarga kecilnya ia kini memutuskan untuk pergi bekerja sebagai pengemis diJakarta karena ia merasa bahwa ia tidak akan lagi berguna jika masih tinggal dikampungnya, masna tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diJakarta, ia hanya tinggal dijalanan tanpa mempunyai rumah atau kontrakan yang bisa ia tempati.11 10 Hasil wawancara dengan ibu Siti Nurfarida, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 11 Hasil wawancara dengan ibu Masna, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014 77 Pada akhirnya Masna memutuskan untuk tidur dijalanan tepatnya didepan toko, jika pemilik toko itu menegurnya, ia pindah tidur dikolong jembatan. Masna sangat merindukan sekali anaknya, sampai saat ini ia tidak dapat bertemu dengan anaknya yang dibawa pergi oleh suaminya, masalah keluarga yang menjadi penyebab masna tertekan. Dalam kesehatannya Masna mempunyai sakit dilambung, juga sering sakit dikepala. Sebelum ia masuk kepanti ia tertangkap oleh Satpol PP sedang duduk ditrotoar untuk mengemis.12 e. Habib Surya Nama Habib Surya, ia lahir di Pandeglang pada tanggal 14 Juli 1944, pendidikan terakhirnya yaitu Sarjana Muda Tekhnik Sipil. Pekerjaan sehari-hari nya sebelum pensiunan yaitu sebagai guru di SMA Pandeglang. Surya mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang kini tinggal di Pulo Gadung. Setelah ia pensiun dari pekerjaannya, ia memutuskan untuk sementara waktu pergi meninggalkan keluarga untuk menambah penghasilannya demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari dengan meminta sumbangan mesjid. Sebelum dimasukan ke panti Surya tertangkap oleh Satpol PP saat sedang berjalan ditol.13 12 Hasil wawancara dengan ibu Masna, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 13 Hasil wawancara dengan bapak Habib Surya, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 78 Berikut ini adalah tabel dari beberapa kasus stres yang dialami oleh Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. TABEL 3 Sressor Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 No Nama Stressor Sosial 1. 2. 3. Neneng Heni Suaidah Siti Nur Farida 4. Masna Faktor pekerjaan Faktor ekonomi Faktor ekonomi dan pekerjaan Faktor keluarga 5. Habib Surya Faktor ekonomi Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sumber penyebab stressor sosial pada warga binaan sosial di atas, di antaranya berupa: 1. Keluarga Faktor Keluarga dapat menjadi sumber stres manakala keluarga tersebut tidak dapat memberikan suasana kondusif. Contohnya seperti, keluarga yang mengalami perpecahan baik diakibatkan oleh perceraian, keluarga yang tidak lagi harmonis, pertengkaran antara orang tua dan anak, otoriter, kekerasan dan lain sebagainya. Seperti kisah hidupnya Masna yang ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya membawa pergi kedua anaknya.14 2. Pekerjaan Stressor pekerjaan seperti tugas yang terlalu banyak, kurangnya penghasilan, kehilangan pekerjaan, atau terlalu lama menganggur, dapat menyebabkan seseorang mengalami stres. Seperti kisah dari kehidupannya 14 Hasil Wawancara dengan Masna, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 79 Neneng yang kehilangan pekerjaan karena dia dibohongi untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita di Malaysia dan ia tidak ingin kembali kekampung halamannya dikarenakan malu.15 Begitupun kisahnya Siti yang sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia selama 3 tahun, ia tidak bisa bertahan untuk tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia tidak mempunyai tempat tinggal yang menetap.16 3. Ekonomi atau Keuangan Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari merupkan faktor utama stres, kondisi ekonomi atau keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha. Seperti kisah hidupnya Suaidah, Siti dan Surya yang merasa kebutuhan hidupnya sehari-hari masih sangat kurang.17 4. Lingkungan hidup Faktor dari lingkungan hidup ini yang lebih dominan terjadi pada Warga Binaan Sosial, sehingga mereka sangat rentan sekali mengalami stres, selain itu situasi lingkungan yang buruk sangat besar pengaruhnya kepada warga binaan, misalnya tempat tinggal pindah, penggusuran, hidup dalam lingkungan kriminalitas, polusi, dan lain sebagainya. Keberhasilan Warga Binaan Sosial agar terhindar dari stres yang mereka alami, tidak akan terlepas dari substansi isi dari do’a dan dzikir yang dapat di jelaskan sebagai berikut. 15 Hasil Wawancara dengan Neneng , di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Hasil Wawancara dengan Siti, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 17 Hasil Wawancara dengan Suaidah, Siti, dan Suryadi Panti Sosial Bina Insan Bangun 16 Daya 2 80 a) Bacaan do’a dan dzikir Bacaan yang dibacakan pada saat pelaksanaan bimbingan do’a dan dzikir diantaranya: membaca “Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir”, lalu diikuti dengan terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Techniq), membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, an-Nass, syahadat, shalawat, asmaul husna, juga membaca do’a. contohnya seperti do’a orang tua, do’a makan, do’a kesehatan, do’a selamat dunia akhirat, dan lain sebagainya. b) Proses ingatnya manusia kepada Allah SWT Hal ini akan membantu manusia dalam mnemukan ketenangan jiwanya, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an, sebagai berikut: Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dalam mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d ayat 28). Dari ayat ini sudah sangat jelas bahwasanya dengan mengingat Allah SWT faktor utama terbentuknya ketenangan dalam jiwa. Adapun do’a yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan, sebagaimana dalam QS. Al.Baqarah:186 Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan 81 hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS. Al.Baqarah:186). 3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Bimbingan rohani islam yaitu sebagai sumber yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan Hadist dalam memelihara diri sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.18 Bimbingan Rohani Islam merupakan sumber pemberian pemahaman untuk mengembangkan hidup manusia agar sesuai dengan aturan Al Qur’an dan Hadist, agar kita senantiasa terhindar dari berbagai masalah, bahkan tekanan hidup yang akan dapat memicu terjadinya stres (suatu keadaan tertekan) yang merupakan salah satu penyakit umum dan banyak dialami oleh setiap manusia, apalagi dengan zaman sekarang yang serba modern, yang dapat menyebabkan kelupaan manusia dari mengingat Allah SWT. Dengan mengingat, memohon, juga meminta kepada Allah SWT, akan menjadikan hati tenang, karena dengan hati yang tenang senantiasa akan terhindar dari stres yang sedang dihadapi. Khususnya bagi Warga Binaan Sosial yang mana mereka senantiasa sangat rentan sekali terkena stres, dengan kondisi mereka yang sehari-harinya hidup bebas di jalanan, dengan faktor lingkungan, faktor ekonomi, pekerjaan, keluarga dan lain 18 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Terjemahan, h. 601 82 sebagainya. Selain itu warga binaan sangat kurang sekali ilmu pengetahuan Agama, terutama mengenai do’a dan dzikir. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mereka di berikan pemahaman terlebih dahulu mengenai bimbingan rohani do’a dan dzikir oleh pembimbing. Berikut ini hasil kutipan wawancaranya; Pemahaman mengenai do’a dan dzikir, menurut informan (kurniawan) selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir mengungkapkan bahwa do’a itu permohonan, permintaan kepada Allah SWT, yang mana dengan berdo’a memohon kepada Allah SWT akan memberikan ketenangan, keberkahan, keselamatan, hidayah, juga petunjuk. Hanya dengan berdo’a senantiasa permohonan akan dikabulkan Allah SWT. Adapun dzikir menurutnya yaitu mengingat Allah SWT, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang, segala permasalahan yang dihadapi menjadi mudah, sembuh dari rasa tertekan yang menjadi faktor pencetus stres. Berikut ini kutipan wawancaranya : Do’a itu permohonan, permintaan sebagaimana firman Allah SWT., “Ud’uni astajib lakum” yang artinya: “Berdo’alah kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan do’a mu”. Dengan berdo’a Allah akan memberikan kesembuhan, keberkahan, keselamatan, hidayah, petunjuk, juga semoga bagi Warga Binaan Sosial yang merasa kehilangan keluarganya ia dapat kembali bertemu dengan keluarganya, jika ia sedang mempunyai masalah yang sedang membebaninya sehingga ia merasa tertekan dan dirinya merasakan stres semoga Allah SWT, mempermudah segala urusannya dan disembuhkan dari stres yang sedang dihadapinya. Adapun dzikir artinya mengingat Allah SWT agar hati menjadi 19 tenang. Adapun pendapat yang sama dari informan lainnya mengungkapkan bahwa do’a itu ialah permohonan, permintaan kepada 19 Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014. 83 Allah SWT berupa meminta keselamatan, keberkahan, kesehatan, ketenangan, sesuai dengan tujuannya masing-masing. Selain itu adapun pengertian dari dzikir, para responden mengungkapkan bahwa, dzikir itu ialah mengingat Allah SWT, akan tetapi maksud dari masing-masing responden berbeda, ada yang mengungkapkan bahwa dzikir itu hanya lafad Subhanallah, Alhamdulillah, Astaghfirullah, dan Allahu Akbar. seperti yang diungkapkan oleh Neneng, berikut kutipan hasil wawancaranya: “Kalau dzikir itu kaya Istighfar, Allahhu Akbar, Subhanallah.”20 Hal ini sama seperti pengungkapan Suaidah juga Masna, yang mana mereka memahami dzikir itu hanya suatu lafad saja tanpa mengetahui makna dari dzikir tersebut. Berbeda dengan pengungkapan Siti Nurfarida bahwa dzikir yang maksudkannya, yaitu mengingat dalam arti ingat apa yang ada dipikirannya, jika ia sedang mengingat Allah maka ia artikan dzikir itu mengingat Allah, begitupun ia artikan dzikir itu ingat segala apa yang ada dipikirannya. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Dzikir yaitu kita mengingat, mengingat apapun yang ada dipikiran, paling utama mengingat Allah SWT.21 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, peran dari pembimbing rohani islam sangat penting bagi mereka khususnya Warga Binaan Sosial yang pada umumnya mereka hidup kesehariannya dijalanan, tanpa di dasari dengan ilmu pengetahuan agama. 20 Wawancara pribadi dengan Neneng selaku Warga Binaan, Jum’at 12 September 2014. Wawancara dengan Siti Nurfarida selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at 12 September 2014. 21 84 Mengingat dari hasil wawancara ini sebagian besar warga binaan masih belum memahami betul pengetahuan agama, termasuk pengetahuan mengenai do’a dan dzikir yang sehari-harinya sering kali kita laksanakan, baik saat kita sedang beribadah, bekerja ataupun sedang beristirahat. Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa menurut pembimbing rohani pemahaman Warga Binaan Sosial di Panti mengenai do’a dan dzikir sangat kurang sekali, karena dengan kehidupan mereka yang sehari-harinya hidup dijalanan, menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan kembali. Setelah mereka ingat dan mengenal do’a dan dzikir, kita dapat melanjutkan pada bimbingan yang akan kita berikan selanjutnya. Berikut kutipan hasil wawancara pembimbing rohani (pak kurniawan): “Pemahaman Warga Binaan Sosial mengenai do’a dan dzikir, mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, kita bimbing lagi mulai dari pengertian do’a dan dzikir, apakah mereka tahu dan ingat, setelah mereka mengenal arti do’a dan dzikir baru kita lanjutkan kepada bacaan dari do’a dan dzikir itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka bisa memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di jalanan jarang sekali mereka bisa mendapatkan bimbingan ilmu agama”. 22 Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, Warga Binaan Sosial di Panti saya coba untuk mengemukakan seberapa banyak mereka berdo’a dan berdzikir dalam sehari berikut bacaan apa yang mereka bacakan. Dan jawabannya pun bermacam-macam, menurut Neneng dan Masna mengatakan bahwa mereka berdo’a dan berdzikir setiap selesai melaksanakan shalat, baik itu shalat fardhu ataupun sunnah, lalu mereka 22 Hasil wawancara dengan Kurniawan selaku pembimbing, pada hari Senin 8 September 2014. 85 memohon agar do’anya dikabulkan Allah SWT. Berikut kutipan wawancaranya: “Setiap kalau solat ajah, kaya solat magrib, subuh, dzuhur, pokonya setiap shalat, terus tahajjud juga suka berdo’a sama dzikir minta sama Allah SWT.”23 Berikut do’a dzikir yang dibacakan: “Astaghfirullah, ya Allah, Amin ya Robbal alamin, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Lailaha Illallah. Terus kalo do’a saya suka baca “Bismika allahumma ahya wa bismika amuut”.24 “Kalo setiap solat aja, setelah solat nanti minta rezeki sama Allah SWT biar lancar usaha saya.”25 Dengan bacaan surat Al fatihah, Istighfar, Allahu Akbar, terus baca Allahumma sholli ala sayyidina muhammad, wa ala ali sayyidina muhammad. Mudah-mudah aja yang saya inget, yang saya baca. Adapun pendapat dari Siti, ia mengatakan bahwa ia berdo’a ketika ia sedang mengingat kematian, jika Suaidah ia mengatakan bahwa ia berdo’a dan berdzikir ketika ia sedang mempunyai masalah yang membebani pikirannya. Berbeda dengan Surya ia mengatakan dalam sehari saya berdo’a atau berdzikir setiap sepuluh menit sekali, sambil melakukan rutinitasnya dalam bermeditasi. Berikut kutipan wawancaranya: “Setiap sepuluh menit sekali, sambil bermeditasi saya berdo’a dan berdzikir. Dari pada bengong dibarak (kamar) mendingan saya meditasi.” Saya suka baca do’a bismillah sebanyak 676 kali setiap hari, suka amalanamalan khusus, baca Istighfar, terus dilanjutkan baca Laa Ilaha Illalah hul malikul wadud, yang artinya jadikanlah pada saya wahai Engkau Tuhan maha pengasih, baca Ya Muqollibal qulub.”26 23 Hasil wawancara dengan Neneng selaku Warga Binaan Sosial, pada hari Jum’at 12 September 2014. 24 ibid 25 Hasil wawancara dengan Masna selaku Warga Binaan Sosial, pada hari jum’at 12 September 2014. 26 Hasil wawancara langsung dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at 12 September 2014. 86 Berdasarhan hasil wawancara dan observasi pembimbing rohani Islam mengemukakan bahwa ia melihat warga binaan yang sedang mengalami stres sebelum diberikan bimbingan, mereka lebih agresif, lebih mudah tersinggung, cepat marah, dan emosi yang tidak menentu. Terbukti setelah diberikan bimbingan do’a dan dzikir warga binaan bisa lebih tenang, selain itu mereka bisa diajak untuk berbicara (ngobrol), sehingga mereka bisa lebih terbuka dan bahkan sampai mengungkapkan masalahmasalah yang sedang dihadapi oleh para warga binaan tersebut. Meskipun tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian saja. Dan hal yang sangat terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya warga binaan sosial yang mulai mengamalkan do’a dan dzikir ini. Sebagaimana kutipan wawancara pak kurniawan berikut: “Saya melihat bagi mereka yang agresif menjadi bisa menjadi tenang, bisa untuk di ajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai curhat masalah pribadinya, ada yang ingat lagi siapa namanya, keluarganya, alamatnya. Saya berharap semoga yang yang tadinya stres nya berat jadi sedang, yang sedang menjadi ringan, yang ringan bisa sampai sembuh. Yah yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan dulu itu sudah baik menurut saya”.27 Dan hal yang sangat terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya Warga Binaan Sosial yang mulai mengamalkan do’a dan dzikir ini dibarak (kamar) masing-masing. Sebagaimana kutipan wawancara pembimbing sebagai berikut: “Karena kita bimbingannya pagi, jadi kesehariannya selama satu hari full tidak bisa saya pantau terus, dan karena Warga Binaan itu yang jumlahnya banyak, membuat saya jadi kewalahan jika harus diamati atau dibimbing satu-persatu”.28 27 Hasil Wawancara dengan informan (Kurniawan), selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir, Senin 8 September 2014. 28 ibid 87 Pembimbing melihat secara keseluruhan bagi warga binaan sosial yang sering mengikuti bimbingan terlihat jelas bahwa mereka yang stres tatkala mengikuti bimbingan do’a dan dzikir hatinya menjadi lebih tenang, lebih ikhlas, tidak kasar, bakan sampai ada yang mengamalkan bimbingan do’a dzikir yang saya berikan di luar jam bimbingan”. Adapun hasil wawancara Warga Binaan Sosial yang bernama Neneng , mengungkapkan bahwa setelah dilakukannya bimbingan rohani do’a dan dzikir, Neneng dapat merasakan hati yang tenang dari sebelumnya, lebih ikhlas dalam setiap menghadapi masalah, lebih menerima keadaannya. Akan tetapi neneng masih belum bisa fokus saat ia teringat dengan masalah yang menekan dirinya, sehingga ia lupa untuk berdo’a. Berikut kutipan wawancara langsung bersama ibu neneng: “Sebenernya saya ngerasain hati jadi lebih tenang, jadi seneng aja, adem kalo denger do’a dzikir, jadi klo ada masalah sedikit-sedikit sekarang bisa lebih sabar, ikhlasin aja apa yang udah terjadi, soalnya kan ga bisa balik lagi keadaanya. Tapi masalahnya kalo pikiran datang lagi saya suka ngelamun, kadang lupa ga berdo’a”.29 Menurut Suaidah, dari hasil wawancara ini mengungkapkan hal yang sama seperti jawaban dari Neneng yang mana Suaidah merasakan ketenangan ketika ia sedang berdo’a dan berdzikir. Akan tetapi jika aktifitas berdo’a itu selesai ia kembali ingat kepada masalahnya, ia ingat akan keluarganya, dan ketika ia berdo’a dengan khusyu ia merasakan gemetar dari tubuhnya, ia mengatakan bahwa ia sadar, ingat kepada Allah, dan mengingat akan dosanya. 29 Hasil wawancara dengan ibu Neneng, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 88 Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Ia hati menjadi tenang kalo lagi do’a dzikir, kadang kalo udah selesai do’a nya suka balik lagi pikiran, keinget lagi masalah, terus inget sama keluarga, saya pengen pulang ketemu keluarga. Tapi ga tau kenapa kadang saya suka ngerasa gemetaran kalo saya do’anya lagi khusyu, soanya saya inget sama Allah, saya udah banyak dosa”.30 Selain itu adapula pendapat dari Surya ia menambahkan bahwa inilah kuasa Allah SWT, janji Allah bahwa dengan berdo’a dan dzikir pemberi ketenangan yang sebenarnya. Sebagaimana hasil dari kutipan wawancara berikut ini: “Faidah dari semua itu diantaranya kita mendapat ketenangan dari Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat saya rasakan. Semuanya atas KuasaNya karena hanya Allah lah yang maha pemberi ketenangan yang sebenarnya”.31 a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir dilaksanakan sebelum acara makan pagi, pada setiap hari Senin, Rabu dan Kamis pada pukul 07.30 s/d selesai. Kegiatan ini dipimpin oleh Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran (pembimbing rohani do’a dan dzikir). Bimbingan do’a dan dzikir dilaksanakan dilapangan futsal atau didepan klinik yang diikuti oleh Warga Binaan Sosial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kurniawan: 30 Hasil wawancara dengan Suaidah, selaku Warga Binaan Sosial di Panti, Jum’at 12 September 2014. 31 Hasil wawancara dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial, Jum’at 12 September 2014. 89 “Bimbingan do’a dan dzikir dilakukannya setiap pagi jam 07.30 pada hari Senin, Rabu, dan Kamis, tempatnya di lapangan atau di depan klinik”32 b) Teknik Bimbingan Do’a dan Dzikir di Panti Tekhnik bimbingan do’a dan dzikir yang pembimbing berikan dapat berupa lagu-lagu Islami seperti: Asmaul Husna juga Qira’at Al Qur’an, yang bertujuan agar Warga Binaan Sosial terlebih dahulu merasakan ketenangan sambil menunggu Warga Binaan lainnya untuk berkumpul. Berikut kutipan wawancaranya: “Bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan berupa membaca surat alfatihah, al ikhlas, al falaq, an nass, syahadat, shalawat, do’a belajar, do’a orang tua, do’a makan, do’a kesehatan, do’a keselamatan, istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, setelah itu berikan artinya dari do’a dan dzikir itu tapi tidak semua di artikan, yang terpenting warga binaan sosialnya ikutin dulu bacaan yang kami berikan, mudah-mudahan dengan mengikuti bacaan itu semua warga binaan dapat pencerahan mendapat petunjuk, ia tahu siapa dirinya, keluargannya, tahu alamat rumahnya dan bisa pulang ke rumahnya. Sambil kita melakukan terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Techniq) yang dimulai dengan dzikir, terapi totok pada kepala, wajah, mata, pipi, tangan, agar peredaran darah nya semakin lancar.33 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Warga Binaan Sosial berkumpul dilapangan atau di depan klinik untuk memulai bimbingan do’a dan dzikir, warga binaan terlebih dahulu dibariskan, setelah semuanya berbaris dan tertib Warga Binaan Sosial ditanya terlebih dahulu oleh pembimbing, dengan menanyakan: 32 Hasil wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014 33 Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014. 90 1. Pembimbing menanyakan kepada Warga Binaan Sosial sebelum bimbingan dengan ucapan siapa yang sudah mandi? Siapa yang tadi shalat subuh? Siapa yang semalam melaksanakan shalat maghrib dan shalat isya?”. 2. Lalu diawali dengan berdzikir membaca Istighfar “Astaghfirullahal adzim” sambil tangannya diangkat dengan memohon kepada Allah SWT”. 3. Kemudian diselangi oleh motivasi-motivasi, setelah itu membaca “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaha Illalah, Allahu Akbar”. 4. Warga binaan diberikan bimbingan berupa terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Techniq) sambil mengucap dzikir. 5. Lalu totok kepala dengan menggunakan jari-jari sambil mengucap kalimat positif, Ya Allah saya ridho, saya bersyukur, saya menerima, saya yakin, saya ikhlas. 6. Totok di atas mata (halis) agar tidak tegang. 7. Lalu totok di bawah mata sambil mengucap kalimat positif ya Allah saya ridho, saya ikhlas, saya yakin, saya bisa. 8. Totok di bawah hidung atau bagian kumis, sambil mengucap kalimat positif seperti yang diucapkan di atas. 9. Lalu totok keteknya agar urat-uratnya yang lagi tegang dapat rilex. 10. Totok dibagian badan yang terasa sakit, manfaatnya agar dapat mengurangi rasa sakit tersebut, misalnya jika ada rasa sakit di leher maka totok di leher ataupun di bagian yang lainnya. 91 11. Selain itu totok tangannya dengan cara menepuk-nepuk tangan, juga totok kakinya. 12. tarik nafas sedalam-dalamnya sambil mengucap alhamdulillah, lalu halisnya di naikkan ke atas, mulut monyong ke depan, lalu senyum sambil mengucap ciiss, lalu gerakan tangannya ke atas, ke depan, ke samping, ke belakang sambil mengucapkan huruf A, I, U, E, O. 13. Warga Binaan Sosial harus menepuk tangan (bertepuk tangan) selama tiga menit, lalu tangannya di kepalkan sambil mengucap “Alhamdulillah” dengan posisi tangan yang terkepal dilepaskan. Lalu berikrar mengucap bahwa saya bisa, saya mampu, saya sehat, saya oke, saya mantap, saya ikhlas, saya bersyukur. 14. Setelah itu membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas, Syahadat, Shalawat, do’a-do’a, dan lain sebagainya. Selain itu warga binaan diberikan waktu untuk bercerita atau curhat mengenai dirinya, atau masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sebelum itu pembimbing rohani Islam bertanya kepada salah satu Warga Binaan Sosial yang siap untuk bercerita, dengan menanyakan siapa namanya, umurnya berapa, dimana alamat rumahnya, siapa keluarganya, dan jika Warga Binaan Sosial itu menjawab dengan baik dan benar berarti warga binaan itu sudah tenang dari keadaan stresnya, jika warga binaan menjawab pertanyaan dengan benar namun ada rasa keragu-raguan, berarti ia masih mengalami stres berupa stres ringan, dan jika warga binaan 92 tidak bisa untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka warga binaan sosial itu sedang mengalami stres berat, yang mana ia lupa akan dirinya, keluarganya, tempat tinggalnya dan lain sebagainya. 34 Berikut kutipan wawancara warga binaan mengenai tekhnik bimbingan yang diberikan oleh pembimbing: “Tertarik dan seneng ikut bimbingan soalnya ada sholawatan nya, terus ada terapi nya totok kepala, muka, tangan. Ia enak aja gitu seneng juga”.35 Adapun pendapat yang sama dari Masna dan juga Surya mengungkapkan bahwa mereka tertarik dan sangat menyukai terhadap metode atau tekhnik bimbingan yang diberikan oleh pembimbing karena banyak sekali manfaatnya, selain dapat membuat badan jadi segar juga dapat menambah pahala. Berikut kutipannya: “Ia tertarik, ada terapinya, kepala di totok jadi enak, seger lagi. Kaya dipijit-pijit, kalo ada yang sakit badan enak diterapi sambil baca do’a”.36 “Tertarik karena disitu banyak sekali manfaatnya, karena dengan bimbingan berjamaah itu do’a dan dzikir lebih besar pahalanya dari pada sendiri, dan lebih diijabah sama Allah SWT”.37 Hasil observasi ini dapat dilihat bahwa warga binaan sosial mengungkapkan ketika mereka sedang mengikuti tekhnik bimbingan ini mereka merasakan kesegaran lagi pada tubuhnya, juga dapat 34 Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014. 35 Wawancara pribadi dengan Neneng selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12 September 2014. 36 Wawancara pribadi dengan Masna selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12 September 2014. 37 Wawancara pribadi dengan Surya selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12 September 2014. 93 menambah pahala. Sebagaimana dapat dilihat dari sudut kesehatan jiwa, bahwa do’a mengandung unsur psikoteraupetik, karena didalam doa ada unsur psikoreligius yang artinya bahwa do’a tersebut mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme dengan harapan kesembuhan. c ) Penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan rohani do’a dan dzikir di panti. Menurut pembimbing rohani selaku informan (Kurniawan) mengungkapkan bahwa penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan yang diberikan tentunya bermacam-macam, ada warga binaan yang menolak dengan cara mereka tidak mengikuti kegiatan ini dan mereka cenderung tidak mau nurut. Ada pula yang menerima dengan senang hati, dengan cara mereka mengikuti bimbingan do’a dan dzikir ini dengan baik, setiap apa yang kita perintahkan mereka mengikutinya, dan ada pula warga binaan yang lebih memilih untuk diam dibarak (kamar) nya masing-masing, karena menurut mereka dikamarpun sudah cukup untuk berdo’a dan berdzikir. Berikut kutipan hasil wawancara dengan pembimbing: “Saya sebagai pembimbing merasa mereka lebih senang ketika mengikuti bimbingan do’a dan dzikir, lebih fress, lebih segar dari sebelumnya. Bahkan mereka ingin lebih banyak lagi waktu untuk mengikuti bimbingan do’a dan dzikir ini”.38 38 Hasil wawancara dengan pembimbing (Kurniawan) selaku informan, Senin 8 September 2014. 94 Adapun menurut Siti, mengungkapkan bahwa penerimaannya dalam bimbingan do’a dan dzikir yaitu sangat senang dan suka sekali dengan bimbingan do’a dzikir, karena dengan bimbingan ini dapat membuat hati menjadi tenang, pikiran menjadi lebih terang, lebih bersyukur, perasaan menjadi lebih lega, dan bisa merasakan hati lebih bahagia. Berikut hasil kutipan wawancaranya: “Tertarik, seneng bisa ikut bimbingan bareng temen-temen terus kalo di kamar terus mah bete, jenuh, suasananya sumpek. Dengan adanya bimbingan do’a dan dzikir yang dirasain itu ya nikmat, nikmat apapun, hati tenang, lebih bersyukurlah sama Allah SWT, jadi lega perasaannya hati ada rasa bahagia”.39 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menjelaskan bahwa, mereka ketika sedang berdo’a dan berdzikir hatinya menjadi tenang, tentram, dan damai. Hal ini disebabkan Warga Binaan Sosial mampu untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Dengan perasaan yang tenang, otot yang tadinya tegang menjadi kendur sehingga dapat merasakan pikirannya menjadi rilex. Sebagaimana dapat kita lihat janjinya Allah SWT yang tertera dalam Qs: Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang”. Warga Binaan pun bisa lebih ikhlas, dan pasrah pada setiap permasalahan yang sedang mereka hadapi, mereka lebih mensyukuri atas semua yang Allah berikan. Akan tetapi tidak memungkiri merekapun mengakui bahwa 39 Hasil wawancara dengan ibu siti nurfarida, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014. 95 ketika berdo’a berdzikir telah selesai mereka lakukan, mereka belum bisa untuk melupakan sepenuhnya dari masalah yang mereka hadapi, baik itu masalah keluarga, pekerjaan, atau masalah ekonomi yang menjadikan mereka jiwanya tertekan. Mereka hanya merasakan ketenangan ketika mereka saat sedang melaksanakan do’a dan dzikir. Setelah peneliti lakukan penelitian lebih lanjut dilapangan, ternyata mereka membutuhkan bimbingan yang lebih banyak lagi, dalam segi waktu dan juga pembimbing dalam memberikan ilmu pengetahuan agama, mereka berharap dengan memahami agama yang sebenarnya itu dapat menjadikan mereka bertambahnya keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah SWT. Hal ini dapat menjadi acuan bagi para pembimbing agama untuk lebih semangat dan berusaha lagi dalam membimbing warga binaannya, lebih banyak meluangkan waktu untuk membimbing ilmu agama terutama bimbingan do’a dan dzikir yang sehari-harinya sering kita laksanakan. Do’a dan dzikir sebagai terapi jiwa (stres), dengan kini dapat kita rasakan semakin banyak dan semakin meningkatnya persaingan hidup terutama bagi orang yang hidup dikota metropolitan ini, bukan hanya bagi sebagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang akan mengalami stres ini, tetapi bagi kita sebagai orang yang masih mampu untuk berusaha dan berfikir jernih, stres tidak akan memandang siapa orangnya, dimana asalnya, dan apa jabatannya, selagi stres itu kita bawa menjadi stres yang positif yang 96 dapat membangkitkan diri kita untuk menjadi yang lebih baik, oleh karena itu kita harus senantiasa menjaga keimanan kita sebagai orang yang beragama, hanya dengan keimanan kepada Allah SWT dengan disertai kerendahan hati kita untuk berdo’a dan berdzikir, kita akan mampu untuk bertahan dari banyaknya ujian hidup didunia ini. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi warga binaan mengenai do’a dan dzikir dapat kita lihat bahwa, bimbingan do’a dan dzikir selain mendapat ketenangan, dapat juga memberikan kesembuhan dari sakit rohaniah (Stres). Do’a dan dzikir merupakan ibadah yang sangat penting, jika diiringi dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan mendengar segala permohonan kita. Do’a dan dzikir pada hakikatnya untuk memperoleh kemuliaan dan pertolongan dari Allah SWT. Sebagaimana yang tertera dalam QS. Ar.Ra’d ayat 28: Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (Qs: Ar-Ra’d 28). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung mengenai pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui metode do’a dan dzikir bagi penderita stres ialah sebagai berikut. 1. Pelaksanaan bimbingan rohani islam melalui do’a dan dzikir dilaksanakan pada hari Senin, Rabu, dan Kamis pada pukul 07.00 s/d selesai. Kegiatan bimbingan do’a dan dzikir dilaksanakan di lapangan futsal atau di depan klinik. Ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh Warga Binaan Sosial karena begitu banyak manfaatnya. Adapun pelaksanaannya diawali dengan memberikan lagu-lagu islami berupa Qiraat dan Asmaul Husna, dilanjutkan dengan mengucap salam dengan menanyakan kabar dari warga binaan itu sendiri, bimbingan do’a dan dzikir dimulai dengan membaca Istighfar, Tahlil, Tahmid, Takbir, disertai gerakan terapi SEFT juga pemberian motivasi, dilajutkan dengan membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas, Syahadat, Shalawat, do’a-do’a dan lain sebagainya. Pelaksanaan bimbingan do’a dan dzikir yang dilakukan oleh Warga Binaan Sosial menjadikan hatinya tenang, tentram, dan damai, selain itu warga binaan bisa lebih ikhlas dan pasrah pada setiap permasalahan yang 97 98 mereka hadapi. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa, Warga Binaan Sosial tidak sepenuhnya merasakan hati yang tenang ketika berdo’a dan berdzikir yang telah selesai mereka lakukan, akan tetapi peneliti menemukan bahwa mereka belum bisa untuk melupakan sepenuhnya masalah yang sedang mereka hadapi termasuk masalah sosialnya, baik masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan, dan lain sebagainya. Mereka merasakan ketenangan hanya ketika mereka sedang melaksanakan bimbingan do’a dan dzikir. Warga Binaan Sosial membutuhkan pelaksanaan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir lebih diperbanyak, baik dalam segi waktu dan juga pembimbingnya dalam memberikan bimbingannya, agar warga binaan sosial dapat bertambah keimanannya juga ketaqwaannya kepada Allah SWT. 2. Penerimaan Warga Binaan Sosial terhadap bimbingan yang diberikan bermacam-macam, ada warga binaan yang menolak dengan cara mereka tidak mengikuti kegiatan bimbingan dan mereka cenderung tidak mau nurut. Ada pula yang menerima dengan senang hati, dengan cara mereka mengikuti bimbingan do’a dan dzikir ini dengan baik, setiap apa yang kita perintahkan mereka mengikutinya, dan ada pula warga binaan yang lebih memilih untuk diam dibarak (kamar) nya masing-masing. 99 B. SARAN Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan atau memberi masukan dan dorongan bagi pihak panti, dan tanpa mengurangi rasa hormat peneliti memberi saran berupa: 1. Bimbingan do’a dan dzikir ini penting sekali sebagai usaha untuk mengatasi segala masalah kejiwaan yang dialami Warga Binaan Sosial yang sedang stres. Sehingga hal ini harus menjadi acuan bagi para Pembimbing Rohani Islam untuk meningkatkan bimbingannya dengan menggunakan metode do’a dan dzikir, baik dalam segi waktu, tempat, atau pembimbingnya itu sendiri. Hal ini diperlukan dengan melihat banyaknya Warga Binaan Sosial yang semakin banyak mengalami stres, sedangkan mereka tidak mengetahui bagaimana solusi yang tepat. Oleh karena semua ini tujuannya agar seseorang yang sedang mengalami stres hatinya menjadi lebih tenang begitupun dalam menjalani hidupnya, dan selalu berdo’a dan berdzikir mengingat Allah SWT agar terbebas dari permasalahan hidupnya. 2. Selain itu hendaknya Panti menambahkan anggota baru sebagai Pembimbing Rohani Islam, gunanya agar Warga Binaan mendapatkan bimbingan yang lebih baik, dapat lebih terpantau, begitupun agar program-program lain yang belum terlaksana dapat diselesaikan demi mendapatkan hasil kinerja yang lebih baik. 100 3. Hendaknya menambahkan tehnik yang baru dalam bimbingan do’a dan dzikir agar Warga Binaan Sosial tidak merasakan kejenuhan atau monoton. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Dadang. Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan, Bandung: NUANSA, 2011. Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, Jakarta: Rajawali Press, 2008. Ancok Djamaludin dan Fuad Nasori, psikologi islam , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Arifin, Teori – Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta: Golden Terayu Press, 1994. Arifin, Muhammad. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1998. Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka cipta, 2006. Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008. Al- Mundziri, At-Targib wa at Tarhib, juz III, Al Islamiyah. Atabik, Ali. Kamus al-Asyhri, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996. Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional , 1992. Darajat, Zakiah. Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta: CV.Ruhama, 1996. Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental, Jakarta: CV Haji Masagung, 1990. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta : Balai Pustaka, 1994. Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010. Faqih, Aunur Rahman. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001. Finkelor, Dorothy C. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda, Kebencian, Kecintaan dan Ketakutan Kita: Zenit Publisher, Yogyakarta: 2004. Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Terjemahan. 101 102 Hawari, Dadang. Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta: Gaya Baru, 2001. Hawari, Dadang. Manajemen stress, Cemas dan Depresi, Jakarta: fak Kedoteran UI, 2001. Hawari, Dadang. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996. Hawari Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004. Jingga, Gemilang. Buku Pintar Manajemen Stres & Emosi,Yogyakarta: Mantra Books, 2013. Luthfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Marbun, B.N. Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005. Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Rosdakarya, 2002. Meoleong, Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja rosda karya, 2002. Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007. Nasution, Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif, Bandung: Transitto, 1992. Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1987. Prayitno, H. dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, Jakarta: Sagung Seto, 2004. Salim dan Yummy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modem English, 1991. Sanafiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi Jakarta: Rajawali Pers, 1995. Sauri, A.Sopiyan. Indahnya Doa dan Dzikir Rasulullah SAW, Jakarta: Jast Publishing, 2005. Schimel, Annemarie. Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus 1986. 103 Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006. Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan, Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang, 2014. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Syafii A, Muhammad, Sukses Besar dengan Intervensi Allah, Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008. Tasmara, Toto. Kesehatan Ruhaniah (Transcendental Intelligensi), Jakarta: GIP.2001. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di depan klinik berupa terapi SEFT gerakan badan, disertai pengucapan kalimat do’a dan dzikir. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa pemberian motivasi. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa pemberian motivasi, guna untuk selalu berfikir positif. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa uji mental (keberanian). Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di lapangan berupa hiburan menyanyi. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di depan klinik berupa terapi gerakan badan, dengan disertai bacaan do’a dan dzikir. Warga Binaan Sosial saat mengikuti Bimbingan Rohani Islam do’a dan dzikir di klinik berupa terapi gerakan badan, dengan disertai bacaan do’a dan dzikir.