BAB 1 KOLONG DAN PASCAGALIAN TIMAH A. Gambaran Umum Salah satu aspek lingkungan yang mengalami kerusakan paling parah saat ini adalah hutan. Dampaknya, banjir dan tanah longsor menjadi langganan, hingga ancaman penyimpangan iklim yang terus menyertainya. Untuk itu, perlu ada upaya dalam menyelamatkan kembali hutan yang telah rusak dan gundul, termasuk hutan-hutan yang dirusak karena penambangan. Selama ini Indonesia sering disudutkan sebagai perusak hutan nomor satu di dunia. Kerusakan lingkungan sudah semakin memperihatinkan. Dampak yang ditimbulkannya pun semakin mengkhawatirkan. Karena itu, perlu upaya serius dan berkelanjutan dari semua elemen masyarakat yang ada untuk mengatasinya. Kepedulian untuk melakukan sesuatu terhadap lingkungan kini makin banyak disuarakan. Berbagai elemen masyarakat pun melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah lingkungan yang muncul seperti yang sedang dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. HIJAU KEMBALI PULAUKU 1 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi kepulauan di Indonesia dengan hamparan pulaupulau yang dimiliki, yaitu dua pulau besar dan 950 pulau kecil. Memiliki total luas wilayah lebih kurang 81.724,54 km2, meliputi luas daratan sekitar 16.424,140 km2 atau (20,10%) dari total luas wilayah dan luas lautan sekitar 65.300,40 km2 atau (79,90%) dari total luas wilayah. Geografis sebagai wilayah kepulauan dan terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia Satu (ALKI-1) serta dengan didukung potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan prospektif untuk dikembangkan, antara lain meliputi : perikanan dan kelautan, pertanian dan kehutanan, industri dan perdagangan, pariwisata, serta pertambangan. Pengolahan sumberdaya alam khususnya pertambangan pasir timah yang terus-menerus, serta tidak memperhatikan tingkat kerusakan telah menyebabkan Bangka Belitung menjadi pemandangan yang kurang baik bagi lingkungan hidup. Kerusakan sumber daya alam lebih kurang 32 tahun ini tidak terlepas dari persoalan yang menyangkut dengan sistem pengelolaan sumber daya alam yang tidak transparan, tidak mengikuti prinsip pengelolaan sumber daya alam yang lestari, tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan dan tidak mampu menumbuhkembangkan ekonomi rakyat, terutama mereka yang sangat tergantung pada kehidupan dengan sumber daya alam. Rusaknya sumber daya alam tersebut telah menimbulkan dampak yang luas terhadap aspek lingkungan, ekonomi, dan kelembagaan sosial kemasyarakatan terutama yang berkaitan dengan aksessibilitas dan biodiversitas. Kerusakan sumber daya alam yang diakibatkan oleh penambangan timah ini terutama yang disebabkan oleh kegiatan tambang inkonvensional yang tidak hanya sebatas 2 HIJAU KEMBALI PULAUKU pada kerusakan lahan. Kegiatan tambang inkonvensional telah menimbulkan dampak negatif lanjutan yang amat serius. Dampak tersebut berupa kurang baiknya tata air dan hutan di sepanjang daerah aliran sungai. Adanya banjir, erosi, rusaknya infra struktur jalan, pendangkalan muara sungai dan pelabuhan, hingga turunya daya tarik objek wisata pantai, karena airnya tercemar akibat galian pasir timah yang dilakukan di laut. Situasi ini jelas tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Diperlukan political will, komitmen, kebijakan, dan tindakan konkret yang terus-menerus dan konsisten untuk mengatasi kerusakan, serta mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut. Satu hal lagi, tindakan pemulihan dan rehabilitasi lingkungan ini tidak dapat hanya dijalankan oleh pemerintah sendiri. Diperlukan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan dan golongan masyarakat dengan pendekatan komprehensif, operasional site spesifik, keterlibatan stakeholders, pemberdayaan ekonomi rakyat, menjamin keseimbangan lingkungan, dan menciptakan sistem akuntabilitas kepentingan publik, sehingga tindakan pemulihan dan rehabilitas lingkungan di Bangka Belitung menjadi suatu tindakan kolektif. Untuk saat ini, masyarakat di Bangka Belitung hampir sepakat akibat dari kerusakan lingkungan lebih banyak disebabkan oleh galian pasir timah yang dilakukan oleh sekelompok orang maupun oleh perusahaan penambangan timah. Akibatnya, galian tersebut meninggalkan bekas galian yang lebih sering dikenal oleh masyarakat Bangka Belitung dengan istilah kolong. HIJAU KEMBALI PULAUKU 3 B. Terjadinya Kolong Jika Anda berpergian dengan menggunakan jasa angkutan udara dan kebetulan menempati seat dekat jendela, menataplah keluar. Apa yang menjadi pemandangan Anda saat itu, demikianlah realitas bumi Pulau Bangka saat ini. Sehamparan mata memandang yang terlihat adalah tanahtanah yang terkelupas, memutih, dan lubang-lubang yang mendanau. Besaran lubang yang menganga itu bervariasi. Kadang bekas galian tambang timah itu, bak lukisan yang tak selesai. Ia seolah sebuah kanvas lukisan dengan coretan-coretan yang amburadul yang jumlahnya ribuan hektar jumlahnya. Dok. Penulis Gambar 1 Bumi Bangka Belitung saat diamati dari udara, ditemui banyak bekas galian timah, sehingga terbentuk Danau/Kolong Wajah yang demikian itu adalah wajah kita. Wajah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wajah masyarakat dan wajah generasi muda Bangka Belitung. Lahan-lahan bekas 4 HIJAU KEMBALI PULAUKU tambang itu, seperti tak bertuan lagi. Tak ada tampak aktivitas yang mencolok. Ia telah ditinggal pergi setelah isinya dikeruk sejadi-jadinya. Ia telah ditinggal pergi setelah isinya dikeruk sejadi-jadinya. Para pengeruk itu, melebarkan sayapnya ke areal lain dan lokasi lain, dan seterusnya begitu hingga akhirnya menyisakan luka-luka tanah yang menganga. Lahan-lahan bekas tambang yang ditinggal itu, memang seperti pisau bermata dua. Satu sisi bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan orang banyak, namun di sisi lain, malah bisa mendatangkan kecemasan. Tidak jelas memang mengapa bekas penambangan tersebut belum direhabilitasi terhadap areal yang sudah dirusak itu. Padahal, sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 18/ 2008 pada pasal 15 ayat 4 disebutkan pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat satu bulan, setelah tidak ada kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu. Jika dibaca dengan menggunakan kacamata undangundang pertambangan dan undang-undang lingkungan hidup, serta peraturan lainnya memang mengesahkan pihak penambang dan perusahan telah dengan sengaja melanggar aturan. Menurut data yang diperoleh bahwa luas lahan kritis di Bangka Belitung berjumlah 1.642.414 hektar. Tentu saja hanya sebagian kecil yang kita lihat saat bersandar di kursi pesawat. Kini sudah saatnya luka-luka yang menimbulkan bopeng di wajah negeri Serumpun Sebalai itu kita sembuhkan bersama. Mari kita rawat kembali secara baik-baik dan itu dengan reklamasi, rehabilitasi, dan menanamnya dengan pepohonan, sehingga hijau kembali pulauku. Kepulauan Bangka Belitung merupakan sosok kehidupan yang identik dengan tambang timah. Bagaimana tidak, pancaran sejarah pertimahan sangat mengental dengan keberadaan perusahaan pertambangan dan tambang rakyat HIJAU KEMBALI PULAUKU 5 di Bumi Serumpun Sebalai yang merupakan semboyan masyarakat Bangka Belitung. Dunia pertambangan yang selalu identik dengan aktivitas merugikan lingkungan sekitar pertambangan termasuk masyarakat setempat. Melalui deskripsi yang dijabarkan dalam tulisan ini akan memberikan sisi positif usaha anak manusia untuk tetap melestarikan lingkungan demi kelangsungan kehidupan masyarakat yang berada di daerah pertambangan khususnya dan Bangka Belitung pada umumnya. Minimal ada dua peninggalan pascapenambangan, yaitu kolong dan padang pasir. Kedua peninggalan pascapenambangan tersebut begitu akrab di telinga masyarakat Bangka Belitung. Lalu bagaimanakah terjadinya kolong dan manfaatnya, serta bagaimana pula dengan padang pasir akibat galian pascapenambangan? Paparan berikut ini memberikan sedikit pengertian terhadap permasalahan tersebut. Penambangan timah yang diawali dengan dibukanya permukaan tanah dari penutupan vegetasi, pengupasan tanah bagian penambangan, pembuatan dam, pencucian dan pembuangan tailing berdampak terhadap perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perubahan sifat fisik yang terjadi adalah berubahnya tekstur tanah dan morfologi tanah. Morfologi tanah yang berubah adalah hilangnya tanah lapisan atas dan perubahan horizon profil tanah. Proses pencucian menyebabkan terjadinya penimbunan fraksi tanah yang terkena dampak adalah kadar C-organik, kapasitas tukar kation dan total basa. Proses pengupasan tanah bagian atas penambangan menyebabkan hilangnya bahan organik tanah, bahkan pada proses pencucian menghilangkan kadar liat pada tanah. 6 HIJAU KEMBALI PULAUKU Akibat dari aktivitas tersebut, maka terjadilah kolong atau ada juga yang berbentuk padang pasir yang cukup luas. Kolong merupakan istilah lokal yang berarti lubang bekas aktivitas penggalian tambang dan dipenuhi air. Secara fisik dan sifat karakteristiknya kolong mirip bahkan mungkin sama dengan danau atau telaga hanya saja yang membedakannya adalah proses kejadian kolong tersebut. Jika, danau atau telaga merupakan hasil dari proses alami, sedangkan kolong hasil aktivitas penambangan timah terutama oleh PT. Timah dan PT. Kobatin. Berdasarkan Perda Pemprov Babel No. 10 Tahun 2002, pengertian kolong adalah cekungan dipermukaan tanah yang terbentuk dari kegiatan penambangan yang digenangi air. Kolong termasuk katagori air permukaan sama dengan air permukaan lainnya, seperti sungai atau danau. Kedalaman kolong bervariasi mulai dari 3 meter hingga 20 meter. Demikian juga dengan umur kolong, berkisar rata-rata 6 tahun hingga 30 tahun. Istilah kolong cukup dikenal di masyarakat Bangka dan Belitung. Dalam bahasa Melayu Bangka, kolong diartikan genangan air akibat galian pasir timah yang dilakukan oleh penambang. Bagi para pendatang atau masyarakat yang berada di luar Bangka Belitung menyebutnya danau. Terjadinya kolong diawali dari penggalian pasir timah. Penggalian pasir timah yang dilakukan oleh penambang kecil, maka akan menghasilkan kolong yang kecil. Lain halnya bila dilakukan oleh penambang besar yang menggunakan kapal keruk darat, maka akan menghasilkan kolong yang besar. Hasil kerukan tersebut akhirnya mengeluarkan air apalagi kalau kerukannya sangat dalam dan luas, maka akan menghasilkan kolong yang dalam dan luas. Biasanya, bekas galian tersebut dibiarkan begitu saja dan akhirnya air kolong pun semakin meninggi. Awalnya air HIJAU KEMBALI PULAUKU 7 berwarna keruh dan setelah bercapur dengan air hujan lamakelamaan air kolong pun berwarna jernih. Biasanya, proses perubahan tersebut cukup lama. Untuk beberapa kolong, bisa mencapai bertahun-tahun agar air kolong tersebut dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia. C. Padang Pasir Bentangan pasir akibat galian pasir timah tidak hanya menghasilkan kolong, tetapi dapat juga menghasilkan padang pasir yang cukup luas. Biasanya, padang pasir ini terjadi jika galian pasir timah tersebut tidak terlalu dalam, sehingga belum terdapat genangan air. Hanya saja perlakuan terhadap daerah tempat pengambilan pasir timah tersebut agak meluas, sehingga pascapenggalian akan menghasilkan padang pasir. Padang pasir ini muncul karena bagian dari tanah yang digali mengalami proses penambangan. Selain itu, pascapenambangan tersebut sulit ditumbuhi tanaman termasuk rumput-rumputan dalam waktu yang lama. Akibatnya, terhamparlah padang pasir yang luas dan sejauh mata memandang hanyalah tumpukan pasir memutih. Warna pasirnya pun tidak hanya keputihan, tetapi ada juga yang berwarna keabu-abuan, bahkan ada yang kekuning-kuningan. Aneka warna pasir tersebut dipengaruhi oleh struktur tanah dan lokasi tanah. Apabila lokasi penambangan berdekatan dengan pantai biasanya pasir pascapenggalian akan berwarna putih. Sebaliknya, apabila penggalian pasir timah berdekatan dengan rawa-rawa, maka pasir akan mendekati berwarna kehitam-hitaman. 8 HIJAU KEMBALI PULAUKU D. Nilai Ekonomi dari Kolong dan Padang Pasir 1. Nilai Ekonomi dari Kolong Kolong sebagai sumberdaya air memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara ekonomi, sehingga diperoleh keuntungan yang dapat menambah pendapatan baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah daerah. Sebagai contoh sumberdaya air kolong di Kabupaten Bangka mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Sekarang ini, baru tiga kolong yang dimanfaatkan meskipun belum secara maksimal, yakni sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan budidaya perikanan air tawar. Ketiga kolong tersebut adalah kolong Merawang dengan luas 10 ha dan volume diperkirakan 500 juta liter, kolong DAM-3 Pemali dengan luas kurang lebih 20 ha dan memiliki volume tampungan sebesar 1000 juta liter, dan kolong yang ketiga adalah kolong Belinyu yang luasnya 4,5 ha dengan volume diperkirakan 180 juta liter. Dari ketiga kolong ini, kolong Pemali merupakan potensi yang cukup besar dan sampai sekarang baru dimanfaatkan sebagian kecil air yang tertampung untuk keperluan PDAM dengan debit pengambilan sebesar 44,41 l/detik dengan waktu pompa 12 jam dalam sehari. Penelitian dan pengkajian tentang kolong yang sudah pernah dilakukan adalah berkisar tentang identifikasi kolong, upaya pemanfaatan lahan sekitar kolong dan air kolong, potensi ketersedian air, serta pelestarian air kolong. Pengkajian dan penelitian yang fokus tentang penentuan nilai air kolong secara ekonomi (nilai rupiah) per volume air kolong belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang nilai ekonomi air yang terkandung pada HIJAU KEMBALI PULAUKU 9 sumberdaya air kolong, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi semua pihak dan terutama pemerintah untuk mengambil manfaat dari nilai ekonomi tersebut sebagai pendukung pendapatan asli daerah. Pemanfaatan kolong oleh masyarakat telah lama dilakukan, terutama kolong-kolong yang langsung memiliki akses ke masyarakat. Pemanfaatan kolong oleh masyarakat dapat dikelompokan atas tiga pemanfaatan, yakni untuk pembudidayaan ikan air tawar, pemanfaatan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci, dan sebagai sumber air minum), dan kolong untuk rekreasi seperti pemancingan. Selain itu, kolong juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan ekonomi lainnya meskipun tidak secara umum, seperti untuk merendam lada putih, keperluan PLN, tempat pencucian mobil bahkan ada juga dimanfaatkan untuk penambangan kembali dengan cara pendulangan. Survei yang pernah dilakukan oleh PT. Timah dan Lembaga Penelitian Unsri (1997) menunjukan, bahwa sebagaian besar masyarakat Bangka Belitung cenderung berkeinginan pemanfaatan kolong untuk budidaya perikanan, yakni 50,71%, mandi dan cuci 22,50%, sumber air minum 16,08%, dan untuk rekreasi 10,71%. Survei dilakukan di 97 desa dengan sampel sebanyak 280 orang untuk kolong sebayak 189. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. 10 HIJAU KEMBALI PULAUKU Tabel 1 Keinginan Masyarakat terhadap SDA Kolong di Bangka Belitung No Wilayah Perikanan 1 P. Bangka 2 P. Belitung 3 Babel 105 (48,84%) 37 (56,92%) 142 (50,71%) Mandi & cuci 49 (22,79%) 14 (21,54%) 63 (22,50%) Sumber air minum 40 (18,60%) 5 (7,69%) 45 (16,08) rekreasi Total 21 (9,77%) 9 (13,85%) 30 (10,71%) 215 (100%) 65 (100%) 280 (100%) Sumber : Laporan akhir penelitian, LP Unsri & PT.Timah melalui Fadillah Sabri, 2006 2. Nilai Ekonomi dari Padang Pasir Sama seperti kolong, padang pasir yang ditimbulkan akibat galian pasir timah akan berdampak ekonomi juga. Dampak ekonomi yang ditimbulkan tersebut adalah pengolahan pasir bekas galian timah untuk kebutuhan bahan baku rumah. Biasanya pasir tersebut berwarna putih, tetapi ada juga yang kekuning-kuningan, bahkan ada yang sedikit keabuan warnanya. Pasir tersebut merupakan bahan baku untuk campuran semen, dan umumnya masyarakat Bangka Belitung menggunakan pasir tersebut untuk membuat rumah dan konstruksi bangunan lainnya. Bahkan ada juga yang memanfaatkan pasir untuk membuat batako. Nilai ekonomi pasir bekas galian timah tersebut dapat diamati dari sisi harganya. Satu truk pasir tersebut dapat dijual dengan harga Rp 150.000,- hingga Rp 200.000,- atau harga tersebut tergantung juga dengan lokasi pengambilan pasir bekas galian timah. Cukup banyak daerah pengambilan pasir bekas galian timah tersebut di Bangka Belitung. Untuk di Bangka saja ada yang terdapat di daerah jalan Laut Kualo Sungailiat dan di Kota Pangkalpinang terdapat di lokasi Parit 6. HIJAU KEMBALI PULAUKU 11 Dok. Penulis Gambar 2 Padang pasir akibat penggalian pasir timah Nilai lain dari sisi ekonomi bekas galian timah tersebut dipergunakan juga untuk pembuatan gelas atau kaca. Masyarakat Bangka Belitung menamakannya pasir kuarsa. Pasir kuarsa cukup banyak juga di Bangka Belitung. Hanya saja pasir kuarsa tersebut belum dapat diolah di Bangka Belitung dan kebanyakan dikirim ke daerah lain yang memproduksi pembuatan kaca dan gelas. Pasir kuarsa ini kalau di Pulau Bangka dapat diamati di jalan Laut Kualo Sungailiat. Cukup luas areal padang pasir kuarsa tersebut. Hanya saja saat ini sebagian dari areal pasir kuarsa tersebut telah dimanfaatkan untuk lapangan olah raga futsal dan ada juga lahan tersebut dipergunakan untuk perumahan mewah, mengingat lokasinya tak berjauhan dari bibir pantai. 12 HIJAU KEMBALI PULAUKU BAB 2 Usaha Pengolahan Lahan Pascapenambangan dan Penghijauannya A. Puisi Nyanyian Pohon Pustaka Puisi berikut ini memberikan pemahaman akan pentingnya penghijauan terhadap lingkungan sekitar. Puisi yang dicipta oleh Eka Budianta yang juga sebagai Pembina Perhimpunan Insan Kreatif dan Pencinta Lingkungan Semanggi tidak hanya dibaca, tetapi lebih diimplementasikan agar lebih bermakna. Puisi karya Eka Budianta tersebut dicetak pada kertas berukuran lebar dan terpasang di Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Puisi tersebut merupakan karya sastra yang cukup monumental dan mengingatkan pentingnya lingkungan yang hijau. Suatu hal yang sangat menarik lagi dari puisi tersebut mengusung penghijauan diperkotaan. Diharapkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya memeliharan lingkungan akan dapat tersentuh melalui karya sastra. Berikut ini salah satu contoh puisi tentang lingkungan yang dimaksud. HIJAU KEMBALI PULAUKU 13 Nyanyian Pohon Pustaka Pohon tua di pinggir kota, Aku berjanji tidak akan menebangmu, Sebab kamu menghubungkan langit dan bumi, Menjembatani kota dan desa, Menyambung malam dengan siang, Mengantar bulan, dan menyambut matahari. Pohon besar di pinggir kota, siapakah namamu? Beringin, randu, kepuh, asam, atau mohoni? Kenari, gayam, angsana, tanjung, atau cemara? Maafkan aku kalau belum mengenalmu, Akan kuperhatikan daunmu, bungamu, buahmu, Anggrek dan burung yang bersarang di dahan-rantingmu. Pohon rindang di pinggir kota, Aku berjanji mencintaimu. Sebelum aku lahir, engkau telah ramah pada ibu dan ayahku. Kelak sesudah aku mati, engkau melindungi anak-cucuku. Kautebarkan oksigen segar untuk semua orang lalu, Engkau simpan air hujan untuk sumber masa depan. Terima kasih pohon setia, Penjaga tanah tumpah darahku. 14 HIJAU KEMBALI PULAUKU Dok. Penulis Gambar 3 Pohon-pohon tua yang ditanam sebelum kemerdekaan. Saat ini masih berdiri kokoh di Jalan Kartini Kota Pangkalpinang B. Pentingnya Penghijauan Lingkungan Pascatambang 1. Bumi adalah Amanah Selain puisi, syair lagu juga dapat menggugahkan perasaan agar manusia tidak merusak lingkungan. Melalui syair lagu, penyanyi berusaha untuk menyakinkan pendengar agar turut bersama menjaga lingkungan. Karena bumi merupakan amanah yang harus dijaga. Bahkan, sering kita mendengar ungkapan “bumi adalah amanah”, tetapi amanah tersebut akan terasa bermakna apabila dilaksanakan dengan baik. Apabila tidak terjaga, maka banyak malapetaka yang dialami penduduk bumi. Coba perhatikan syair amanah yang dilagukan oleh Debu yang dikutip dari Republika Selasa, 22 April 2008. Berikut syair lagu yang dimaksud sebagai berikut. HIJAU KEMBALI PULAUKU 15 Amanah Ada banjir ada hujan, Begitu pula kemarau, Gempa bumi dan longsoran, Di sini juga di rantau. Dihancurkan hutan-hutan, Tanpa hirau akibatnya, Apalagi lautan-lautan, Mati karang dan ikannya. Bencana dimana-mana, Laut gelora amuk topan, Mengisyaratkan yang nyata, Sikap manusia tak sopan. Lihatlah kebinasaan, Amanat dikhianati Inilah keseluruhan Kerugian yang sejati. Dunia adalah amanah, Dari Allah pada kita, Manusia yang berkhianat, Dan akhirnya duka cita. Masalah lingkungan hidup, Adalah masalah akhlak, Renungkanlah kalau sanggup, Itulah aturan mutlak, Yang wajib adalah tobat, Diseluruh muka bumi, Yakni tobat masyarakat, Insan perlu memafhumi. 16 HIJAU KEMBALI PULAUKU Syair lagu di atas memberikan makna, bahwa manusia wajib menjaga keseimbangan alam dan tidak merusaknya dengan cara-cara yang tidak beradab. Perbaikan lingkungan pascagalian timah merupakan amanah yang harus dijaga dan apabila tidak amanah, maka akan terjadi kerusakan alam seperti yang sering terjadi di negara kita akhir-akhir ini. Untuk menjaga amanat tersebut, di Kota Sungailiat terdapat hutan wisata. Hutan tersebut awalnya bekas galian pasir timah dan masyarakat sekitar kota Sungailiat menamakannya kolong Afat. Dinamakan kolong Afat, karena di bagian hutan wisata tersebut terdapat kolong yang saat ini masih digenangi air. Hutan Wisata yang terdapat di tengah kota Sungailiat tersebut terdapat pohon-pohon besar yang umumnya sudah cukup tua. Kebanyakan pohon-pohon tersebut merupakan pohon local, seperti pohon Seruk (Schima Wallichii). Pohonpohon tersebut memang dijaga agar tidak dirusak dan cukup Dok. Penulis Gambar 4 Hutan Wisata dan Kolong Afatnya HIJAU KEMBALI PULAUKU 17 terpelihara, bahkan mengundang setiap orang yang berkeinginan untuk menikmati teduhnya lingkungan disekitar hutan. Dengan memelihara lingkungan beserta hutannya, berarti telah menjaga amanah yang diberikan oleh Pencipta Alam Semesta. 2. Penghijauan Bagi Masyarakat dan Ekosistem Alam Kerusakan lingkungan sudah makin memprihatinkan. Dampak yang ditimbulkannya pun semakin mengkhawatirkan. Karena itu, perlu upaya serius dan berkelanjutan dari semua elemen masyarakat yang ada untuk mengatasinya. Kepedulian untuk melakukan sesuatu terhadap lingkungan kini makin banyak disuarakan. Berbagai elemen masyarakat pun melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah pascapenggalian pasir timah. Semua ini dilakukan untuk kepentingan masyarakat dan ekosistem alam, dimana manusia tersebut berada. Mungkin pertanyaan ini perlu dilontarkan kepada Anda. Pernahkah Anda merasakan kepanasan? Tentu pernah! Panas yang disebabkan oleh matahari pagi memang sangat menyenangkan, tetapi sangat tidak menyenangkan bila udara panas tersebut disebabkan dari gersangnya alam yang tak ditumbuhi pepohonan lagi. Usaha penghijauan dilakukan untuk menyeimbangi ekosistem alam agar tetap lebih baik, sehingga udara panas yang tak wajar tidak dirasakan. Selain itu, sebagai pelindung erosi yang diakibatkan oleh banjir. Terjaganya ekosistem alam yang baik akan berdampak pula dengan ekosistem para binatang hutan, seperti burung yang suaranya sangat merdu untuk didengar. Apabila hal ini tidak terjaga, maka ekologi akibat kerusakan alam semakin parah bahkan tumbuhan dan 18 HIJAU KEMBALI PULAUKU binatang khas Bangka Belitung pun akan sulit ditemui. Binatang tersebut, misalnya pelanduk, burung murai batu, dan tupai belang sudah semakin sulit ditemui, bahkan sudah tidak ada lagi. Apa jadinya bila ekosistem tersebut terganggu? Sebagai contoh terganggunya ekosistem harimau Sumatera di Jambi menyerang manusia akibat ekosistem hutannya diganggu oleh manusia. Demikian juga dengan babi hutan yang menyerang perkebunan masyarakat sering juga terdengar, termasuk di Bangka Belitung. Terganggunya ekosistem yang disebabkan penambangan timah akan berdampak yang sama terhadap kehidupan tumbuhan dan binatang hutan. Oleh karena itu, perlu percepatan penghijauan kembali terhadap tanah bekas galian timah yang terkelupas. Lemahnya sistem hukum berpengaruh juga terhadap perusakan alam yang diakibatkan para penambang dan akan berdampak juga terhadap lamanya pemulihan ekosistem. C. Pengolahan dan Penghijauan Pascatambang Lahan 1. Pengolahan Lahan Pascatambang Mengolah tanah pascatambang memang tidak mudah, tetapi bagi orang yang mempunyai kemauan tinggi, mungkin semua itu dapat dilakukan. Tekstur tanah yang labil, gersang dan berpasir selalu menjadi penghalang utama bila ingin mengolah tanah pascatambang. Berdasarkan pengamatan melalui media masa lokal dan yang ada di lapangan, lahan kritis pascatambang bisa diolah menjadi tempat peternakan, perikanan, bahkan pertanian. HIJAU KEMBALI PULAUKU 19 Sebelum menggunakan lahan tersebut untuk diolah, maka perlu disiapkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut. Pertama-tama, memilih lahan yang bagus untuk diolah. Setelah itu, diratakan dahulu tanah yang akan dipergunakan, baru kemudian lahan dapat diolah. Khusus untuk pengolahan lahan dibidang perikanan, harus mempergunakan lahan yang berbentuk cekung dan tergenangi air atau yang sudah berbentuk kolong. Untuk membudidayakan ikan di kolong pascatambang, harus dipilih terlebih dahulu kolong yang benar-benar bersih dan tidak tercemar. 2. Penghijauan dan Perencanaan Tanaman Keras Pascatambang Pemandangan lahan-lahan kritis pascatambang, termasuk kolong-kolong memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bangka Belitung terutama di kawasan pedesaan. Selain lahan-lahan tersebut sudah tidak bsa dipergunakan lagi atau terbengkalai, juga dapat mencemari lingkungan. Air buangan dari sakhan1 dapat mencemari air sungai yang biasa dipergunakan untuk mandi atau mencuci. Debu-debu dari lahan kritis dapat menyebabkan mata perih dan merah. Bahkan disebagian desa di Bangka Belitung, air mandi yang biasanya berada di hulu dan hilir telah banyak tercemar dan berwarna keruh akibat galian pasir timah yang dilakukan masyarakat setempat, sehingga saat ini masyarakat di pedesaan lebih banyak menggunakan air tanah dan sumur buatan. Agar lahan-lahan kritis tersebut tidak mencemari _____________________ 1 Sakhan adalah tempat pemisahan antara pasir dengan biji timah. Pemisahan tersebut dengan menggunakan air yang dihisap melalui mesin pompa air. 20 HIJAU KEMBALI PULAUKU lingkungan, maka tak ada cara lain kecuali menghijaukan lahan yang sudah rusak. Penghijauan di lahan kritis pascatambang memang tidak semudah menghijaukan lahan-lahan bekas penebangan liar yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah. Tekstur tanah dan kelembaban menjadi salah satu pebedaan antara lahan kritis pascatambang dengan lahan bekas penebangan liar. Perbedaan dari kedua tersebut hanya dari pengolahannya. Kalau penambangan timah tanah dan material pengikutnya akan cepat rusak, bahkan sulit untuk ditumbuhi tanaman lain, sedangkan penebangan liar proses perusakan tanahnya agak lambat. Akibat perbedaan seperti yang dikemukakan di atas, maka tidak semua tanaman dapat ditanam di lahan pascapenambangan. Tanaman yang bisa ditanam dilahan tersebut hanyalah tanaman yang tahan dengan cuaca yang sangat panas dan tanaman yang mudah meranggas, atau sebelum ditanam tanah-tanah tersebut diolah terlebih dahulu dengan baik agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu. 3. Tahap Pengolahan Lahan Pascapenambangan Mengolah lahan pascatambang adalah memanfaatkan kembali lahan bekas penambangan dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada. Dengan mengolah kembali lahan tersebut, maka dapat mengurangi sebagian dari sisi negatif dari lahan kritis pascapenambangan yang selama ini selalu melekat pada pulau yang sudah sejak lama hasil buminya berupa timah diangkut oleh penjajah Belanda. a. Pembuatan Kandang Ternak Sapi atau Kambing Salah satu cara untuk mengolah lahan pascapenambangan adalah dengan membuat kandang ternak sapi atau HIJAU KEMBALI PULAUKU 21 kambing. Membuat kandang ternak dilahan kritis pascapenambangan mempunyai dua keuntungan. Pertama, dapat menghemat lahan di sekitar pemukiman warga. Kedua, dapat dengan bebas memelihara ternak tampa ada gangguan dari tetangga apabila kita berternak di dekat perumahan warga. Berternak di lahan kritis pascapenambangan memang menguntungkan, apalagi lahan tersebut dalam proses penghijauan. Kotoran sapi yang dikeluarkan oleh sapi dapat dijadikan sebagai pupuk organik bagi tanaman-tanaman yang digunakan untuk penghijauan di lahan kritis pascapenambangan. Pupuk kandang tersebut merupakan awal dalam persiapan mengelolah tanah yang selama ini sulit untuk ditumbuhi berbagai tumbuhan. b. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan untuk masa penghijauan lahan kritis sangat perlu dilakukan, agar tanah tersebut bisa ditanami dengan baik. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk mempersiapkan lahan guna penghijauan adalah alat berat (buldoser/pemerata tanah) dan tanah subur yang mengandung banyak humus, serta kotoran ternak untuk membantu mempercepat kesuburan tanah. Apabila untuk menyiapkan lahan guna penghijauan tidak terlalu luas, tidak perlu menggunakan alat berat, cukup dengan menggunakan cangkul. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah meratakan tanah, lahan-lahan yang bergelombang atau berbentuk cekung tidak bisa ditanami begitu saja, apalagi dengan tanah yang gersang dan tidak subur. Setelah pemerataan tanah, kita harus melapisi tanah yang gersang tersebut dengan tanah yang subur dan mengandung banyak humus dan diberikan pupuk kandang yang berasal 22 HIJAU KEMBALI PULAUKU dari ternakan sapi atau kambing. Semua itu dilakukan agar tanaman yang digunakan untuk penghijauan dapat tumbuh dengan baik. c. Perlakuan Terhadap Lahan Sesudah penyiapan lahan, maka perlu memelihara lahan agar tetap subur secara terus-menerus. Apabila lahan telah menjadi subur, dengan mudah melakukan penanaman terhadap lahan yang ingin dijadikan lokasi penghijauan. Ada beberapa cara untuk memelihara lahan agar tetap subur. Cara pertama adalah dengan pemakaian sabut kelapa di bawah tanaman, dan yang kedua dengan menanam rumput di lahan kritis pascapenambangan. 1) Penggunaan Sabut Kelapa Penggunaan sabut kelapa untuk memelihara lahan memang masih asing ditelinga kita. Sabut kelapa yang biasa hanya bisa digunakan untuk pembuatan sapu, sekarang bisa dipergunakan untuk pemeliharaan lahan. Bagaimana cara kerjanya? Cara kerja sabut kelapa dalam pemeliharaan lahan adalah sabut kelapa tersebut diletakkan terlungkup mengelilingi bibit tanaman yang akan ditanam. Sabut kelapa tersebut berguna untuk memelihara tanah sekitar tanaman agar kelembabannya tepelihara. Perbedaan suhu antara tanah yang dilapisi sabut kelapa dengan yang tidak dilapisi bisa mencapai 2-3 derajat Celcius. Cara kerja sabut kelapa yang kedua adalah sabut kelapa tersebut dapat menyerap dan menyimpan air didalamnya dan menjadikan tanah pada tanaman tersebut menjadi lebih sejuk. Tanaman yang dilapisi sabut kelapa akan dapat bertahan lebih lama dibanding dengan tanaman yang tidak dilapisi sabut kelapa. HIJAU KEMBALI PULAUKU 23 2) Penanaman Rumput Tujuan lain dari penghijauan adalah untuk menyuburkan kembali tanah di lahan kritis pascapenambangan. Tetapi dengan penghijauan menggunakan tanaman keras membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu perlu cara yang lebih cepat dan efektif untuk menyuburkan lahan sambil menunggu tanaman keras yang ditanam menjadi subur dan besar. Dengan menanam rumput dilahan kritis diharapkan dapat menyuburkan tanah sambil menunggu tanaman keras yang ditanam tumbuh lebih besar dan subur. D. Penghijauan dan Perawatan Tanaman Keras Pascapenambangan 1. Pemilihan Tanaman Keras Penghijauan di lahan kritis pascapenambangan bisa dilakukan dengan tanaman manapun, tetapi alangkah baiknya bila lahan kritis tersebut ditanami dengan tanaman keras. Tanaman keras adalah tanaman yang besar dan mempunyai batang atau pohon yang kuat. Penghijauan tersebut bertujuan untuk menjadikan Pulau Bangka dan Belitung hijau dengan pohon yang berkualitas dan dapat dimanfaatkan kembali nantinya. Berdasarkan hasil wawancara tahun 2006 dengan Eddy Nurtjahya salah seorang dosen dan pemerhati lingkungan pada Program Studi Biologi Universitas Bangka Belitung menyatakan, ada beberapa tanaman keras yang dapat dibudidayakan untuk penghijauan lahan pascapenambangan. Adapun beberapa tanaman keras yang cocok untuk penghijauan tersebut diantaranya: penaga (Callophyllum 24 HIJAU KEMBALI PULAUKU Inophyllum), seruk (Chima Wallichii), ubak (Syzygium Garcinifolium), beringin (Vicus Superba), leban (Vitex Pinnata), waru (Hibiscus Tiliaceus), salam (Evgenia Polyantha), balik angin (Malothus Paniculatus), dan pelangas (Aporosa SP). Sebagian besar tanaman keras tersebut masih banyak terdapat di hutan-hutan Bangka Belitung terutama pohon seruk. Pohon tersebut hampir disepanjang jalan antara desa yang satu dengan desa yang lain selalu ditemui pohon seruk tersebut. Sedangkan untuk pohon yang lain kebanyakan ditanam penduduk seperti pohon salam. Selain itu, tanaman keras yang juga dapat dimanfaatkan bahkan bernilai ekonomi secara langsung di antaranya karet dan kelapa. Dua jenis pohon ini cukup banyak di Bangka Belitung. Untuk lebih mengetahui kedua jenis pohon yang sekaligus dapat diproduksi, berikut ini perlu penjelasan secara deskriptif a. Karet Pemeliharaan tanaman keras untuk produksi bisa dengan menanam pohon karet. Penanaman pohon karet di lahan pascapenambangan sudah pernah dilakukan oleh masyarakat Bangka, seperti yang dikutip dalam harian Bangka Pos, (Sabtu 20/5) sebagai berikut. Tanah berlubang berisi air berwarna hitam. Gundukangundukan pasir bercampur batu tak beraturan dan ‘padang pasir’ yang tak ditumbuhi pohon sama sekali. Begitulah, setidaknya, gambaran bekas tambang inkonvensional (TI) selama ini, dan keadaan itu dibiarkan begitu saja oleh para ‘pengusaha’ tanpa ada upaya perbaikan. Namun kini tak lagi semuanya begitu. Seorang pemilik TI di kawasan Simpanggedong Desa Puput Kecamatan Simpangkatis Bangka Tengah yang bernama Sukri, telah memprakarsai penghijauan kembali lahan bekas tambang di HIJAU KEMBALI PULAUKU 25 desanya. Menggunakan buldozer, ‘padang pasir’ dan lubanglubang menganga dengan luas berhektar-hektar itu, diratakan kembali, lalu ditanami karet tanpa ada bantuan dana dari pihak manapun. “Saya hanya tak mau bekas tambang ini menganga begitu saja tampa ada guna. Dengan ditanami karet ini kan pasti ada manfaatnya ke depan. Setidaknya, daerah ini kembali hijau nantinya”, ujar Sukri kepada Bangka Pos Group saat diwawancara. Gambar 5 Tanaman Karet Apa yang dilakukan Sukri tersebut, sejauh ini boleh dibilang berhasil. Tiga bulan ditanami pertumbuhannya sama dengan karet yang ditanaminya di daerah lain yang bukan di tanah bekas aktivitas tambang. Makin hari, bibit karetnya makin tinggi, dan kini rata-rata tak kurang dari 30 cm pertambahannya. “Semuanya belum ada yang mati. Semuanya makin besar dengan ketinggian rata-rata sama dengan karet di kebun 26 HIJAU KEMBALI PULAUKU yang lain”, jelas Sukri seraya menambahkan, ia memilih karet karena perawatannya lebih mudah dibandingkan tanaman yang lain. “Sudah ditanam, tinggal tunggu pohonnya besar. Sudah itu panen. Paling yang perlu diperhatikan pemupukan dan pembersihan atas gulma-gulma yang sering tumbuh disekitarnya”, ungkap Sukri. Menurut Sukri, teknik penanamannya terbilang sederhana. Awalnya, menutupi lubang-lubang menganga dengan pasir bekas tambang. Ketika, kedalaman lubang tinggal setengah meter, ratakan dengan tanah biasa, tanah yang masih mengandung humus. “Sudah hanya itu. Jika masih ragu, tambahkan lagi tanah humus dilubang tempat kita menanam bibit karetnya”, jelas Sukri. Lebih lanjut diungkapkannya, agar tak sulit mencari tanah humus (tanah paling atas) sejak awal proses penambangan harus sudah disiapkan. “Ketika digali, tanah itu dikumpulkan disuatu tempat yang agak jauh dari daerah penambangan. Nanti tanah itulah yang digunakan sebagai tanah bagian atasnya, tanah penutup.”, katanya. Saat ditanyakan bagaimana dengan lubang-lubang menganga bekas tambang selama ini, Sukri mengatakan tetap bisa diolah. “Hanya perlu agak banyak biaya, karena perlu banyak tanah yang masih punya kandungan humus tadi”, jelasnya. b. Kelapa Penanaman pohon kelapa pada lahan kritis pascapenambangan juga sangat menguntungkan, mengingat bahwa pohon kelapa mudah tumbuh di lahan manapun. Untuk menanam kelapa di lahan kritis pascapenambangan, harus mengolah tanah seperti pada mengolah tanah pada penanaman pohon karet. Tetapi, untuk menjadikan lebih HIJAU KEMBALI PULAUKU 27 subur lagi, dapat memberikan pupuk organik ataupun pupuk kimia secara teratur. Selain itu, agar kelapa kelihatannya lebih indah, sebaiknya penanaman kelapa diatur jarak tanamnya. Jadi, tidak hanya berfungsi sebagai penghijauan, tetapi memiliki juga unsur keindahan dan kebermanfaatannya bagi yang menanam. Dok. Penulis Gambar 6. Penanaman pohon kelapa di daerah pascapenambangan 2. Pemeliharaan Tanaman untuk Kebutuhan Sehari-hari a. Ubi kayu Penanaman ubi kayu pada lahan kritis pascapenambangan memang lebih mudah daripada menanam karet atau kelapa. Semua itu, dikarenakan ubi kayu sangat mudah ditanam dilahan mana saja. Khusus penanaman ubi kayu, 28 HIJAU KEMBALI PULAUKU tidak perlu melapisi lahan kritis dengan tanah yang mengandung banyak humus. Tetapi cukup memberi pupuk. Agar tetap lembab, bagian bawah ubi kayu sebaiknya dilindungi dengan sabut kelapa. Sabut kelapa berfungsi sebagai pelindung akar, sekaligus sebagai upaya penyerap panas teriknya matahari. Sedangkan pada bagian atasnya dilindungi dengan serbuk gergaji yang agak kasar. Fungsi serbuk gergaji tersebut sama seperti sabut kelapa, yaitu sebagai pelindung akar yang akan membentuk umbi kayu. Memang belum begitu banyak masyarakat Bangka Belitung yang melakukan penanaman ubi kayu di lahan pasca penambangan. Tetapi sebagai awal dari pemanfaatan lahan kritis, tak ada salahnya usaha penanaman ubi kayu dicoba sambil melakukan eksperimen, serta memperhatikan pertumbuhan ubi kayu di lahan kritis, sekaligus mencoba rasa ubi kayu yang ditanam di lahan pasir dengan lahan tanah yang telah diolah sebelumnya. Minimal dari tanaman tersebut dapat dipetik pucuknya, mengingat kebutuhan akan sayur seperti pucuk ubi kayu semakin tinggi. b. Sayur-sayuran (Holtikultura) Untuk menanam sayur-sayuran di lahan kritis pascapenambangan memang bagus. Itu semua dikarenakan akar dari sayur-sayuran tersebut tidak terlalu dalam. Berbeda dengan pohon karet yang akarnya dalam, sehingga tanah humus untuk melapisi lahan kritis harus lebih banyak. Agar sayur-sayuran tersebut menjadi subur, maka harus melapisi lahan kritis dengan tanah yang banyak mengandung humus. Selain itu, perlu memberi pupuk organik maupun pupuk kimia seperti yang dilakukan oleh Ajim, seorang petani sayur-sayuran yang berlokasi di jalan Laut Kualo Sinar Baru Sungailiat. Ajim menanam berbagai jenis sayuran seperti HIJAU KEMBALI PULAUKU 29 kangkung, bayam, dan sawi manis. Setiap kali panen Ajim menjualkannya di pasar Sungailiat. Penanaman sayuran yang dilakukan oleh Ajim secara bertahap. Artinya, ada sayuran yang baru ditanam dan ada juga yang masa pertumbuhan, serta terdapat juga tanaman yang siap panen. Dok. Penulis Gambar 7 Sayur-sayuran yang ditanam pada lahan pascapenambangan di Jalan Laut Kualo Sungailiat Penanaman sayur-sayuran tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenyamanan dalam memandang lahan pascapenambangan, karena sebagian dari lahan tersebut telah ditanami sayur-sayuran. Tidak tampak lagi kegersangan dan tidak hanya itu, tanaman sayuran tersebut dapat juga memberikan penghasilan tambahan bagi pengelohan lahan. c. Persawahan Selain tanaman ubi-ubian dan sayuran, ternyata lahan bekas tambang timah dapat juga digunakan untuk pe- 30 HIJAU KEMBALI PULAUKU nanaman padi. Berikut ini cerita sukses Megah Hasan dan Djohan Riduan Hasan dalam melakukan aktivitas penanaman padi di lahan bekas tambang timah, seperti yang dikutip pada Tabloid Metro edisi 63/Tahun II/11-17 Desember 2008 sebagai berikut. Hari beranjak siang. Sinar matahari terhalang kabut tebal. Gemercik rinai hujan terdengar jatuh di atas kolam alami. Air kolam pun menampakkan riak gelombang kecil. Di hamparan riak, tampak segerombolan ikan mas dan nila merah berkejaran. Di dinding teras pondok sawah yang lebih mirip vila itu, masih terbentang spanduk warnah hijau muda bertuliskan “Bangka Goes Green” Spanduk ini dibentangkan, karena beberapa waktu lalu, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Eko Maulana Ali, melakukan panen perdana pada 29 November 2008 di atas sawah yang sebelumnya sebagai lahan tambang timah. Dua hari setelah itu, 1 Desember 2008, Syofyan Djalil, Meneg BUMN, datang mengunjungi tempat yang sama dan juga melakukan hal serupa. Spanduk itu dipajang, karena mencetak sawah di lahan pascatambang penanaman tersebut, salah satu bagian program Bangka Goes Green yang merupakan sebuah “institusi” nonformal yang bergerak untuk menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya penghijauan dan pemanfaatan lahan bekas tambang timah. Di lokasi itu, berdiri bangunan seluas 20 meter persegi. Bangunan seluas 20 meter persegi. Bangunan yang mirip pondok itu berlantaikan marmer merah bata, sebagian dibiarkan terbuka. Hanya ada satu ruangan berukuran 3x5 meter. Selain berfungsi sebagai dapur, di dalam ruangan itu ada pula kamar mandi. Tak jauh dari bangunan itu, terlihat traktor terus menderu menggaruk tanah. Supirnya seorang pria kekar bertopi HIJAU KEMBALI PULAUKU 31 caping. Rodanya berputar-putar, bersamaan terbongkarnya tanah berwarna cokelat muda. Di samping kanan arah pintu masuk lokasi persawahan itu, tampak empat orang yang sedang mengaduk-aduk kotoran sapi yang dicampur dengan berbagai bahan lainnya. Aroma tak sedap menusuk hidung. Dari kejauhan, beberapa petak sawah padinya telah menguning. Tapi sebagiannya masih menghijau. Ada pula beberapa petak sawah yang belum ditanam padi, namun lumpurnya sudah dirancah. Lalu, bagaimana prosesnya mengubah lahan bekas Tambang Inkonvensional tersebut menjadi sawah? Syaratnya, harus ada sumber air berupa kolong atau danau buatan akibat dari galian pasir timah. Kalau memang sudah tersedia, maka proses berikutnya adalah melakukan pemerataan tanah. Untuk meratakan tanah menggunakan ekskavator. Satu hektar lahan hanya membutuhkan waktu 2 hari. Setelah itu, dilanjutkan dengan membuat petakan sawah dengan menggunakan ekskavator juga selama satu minggu. Untuk luas petakan tergantung dengan selera, hanya saja jangan terlalu luas agar airnya merata. Langkah selanjutnya melakukan identifikasi tanah. Terutama mengetahui kedalaman pasir. Kalau pasir terlalu dalam, maka air yang dialirkan tidak akan tertampung karena meresap. Selain itu, jika kedalaman pasir lebih dari satu meter, maka diperlukan penambahan top soil (tanah atas yang masih banyak kandungan hara) di atasnya. Hal ini bertujuan agar air yang dialiri bisa tergenang di petakan sawah. Lahan yang telah dicetak lalu ditaburi dengan top soil dan didiamkan sekitar satu minggu lamanya. Untuk satu hektar dibutuhkan sekitar 6 ton. Lalu ditaburi dengan pupuk kandang seperti kotoran sapi atau kompos yang telah melalui 32 HIJAU KEMBALI PULAUKU proses permentasi dengan menggunakan zat kimia M-4 dan diaduk-aduk menggunakan traktor agar merata. Proses berikutnya adalah tahap mengalirkan air ke petakpetak sawah, hingga kedalaman 10 cm. Lalu didiamkan selama satu minggu untuk menetralisir tanah. Selama direndam air satu minggu inilah top soil dan kompos menyatu menjadi lumpur. Tahap berikutnya, sawah dikeringkan selama dua hari. Setelah kering penanaman bibit padi yang telah disemai dimulai. Pengeringan dilakukan agar batang padi yang baru ditanam tidak bergoyang-goyang ditiup angin. Dalam dua hari, biasanya akar padi sudah mulai kuat. Barulah dialiri kembali dengan air dengan kedalaman 10 cm. Sedangkan untuk jarak tanam mengambil jarak 25 cm x 25 cm serta untuk jenis padi yang digunakan adalah varietas IR 64. Sumber : Bangka Pos, Minggu 30 November 2008 Gambar 8 Gubernur Kep. Bangka Belitung Eko Maulana Ali melakukan panen padi bersama yang ditanam di lahan bekas Tambang Inkonvensional HIJAU KEMBALI PULAUKU 33 3. Pemeliharaan Tanaman di Lahan Pascapenambangan a. Pemupukan Pemupukan pada tanaman di lahan kritis pascapenambangan dapat menggunakan pupuk organik maupun pupuk kimia. Pemupukan di lahan kritis pascapenambangan bertujuan agar tanah yang akan digunakan sebagai media untuk penanaman tumbuhan menjadi subur dan bagus, sehingga dapat ditanami oleh segala jenis tanaman. 1) Pupuk Organik Pemupukan di lahan kritis pascapenambangan dapat menggunakan pupuk organik. Pupuk organik memang lebih bagus daripada pupuk kimia, karena pupuk organik tersebut dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan mudah diurai. Pupuk organik bisa didapat dari kotoran sapi, kotoran itik dan unggas lainnya. Mengingat pengolahan lahan pascapenambangan dapat dimanfaatkann sebagai kandang ternak, maka kita dapat memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari kandang yang dibangun di lahan kritis pascapenambangan. Bagi tumbuhan yang akan ditanam di lahan kritis pascapenambangan memang butuh pupuk untuk proses pertumbuhan, karena itu kita harus memberi pupuk sesuai dengan kadar yang telah ditentukan. 2) 34 Pupuk Kimia Selain pupuk organik, pupuk kimia juga dapat dipakai sebagai penyubur tanah, walaupun pupuk organik tetap lebih baik dalam penyuburan tanah. Dengan kadar yang telah ditentukan, kita dapat memberi pupuk tersebut secara rutin dan teratur. Pemakaian pupuk kimia dapat dilakukan dengan HIJAU KEMBALI PULAUKU berbagai cara misalnya untuk pemakaian pupuk kimia yang berbentuk cair, kita dapat menggunakannya dengan cara mencampur pupuk tersebut dengan serbuk bekas penggergajian kayu, dan kemudian kita baru dapat menaburkannya pada tanaman. 3) Pembersihan Selain pemupukan, pemeliharaan tanaman di lahan pascapenambangan perlu juga mengadakan pembersihan. Pembersihan hanya ditujukan kepada rumputrumput liar atau gulma di sekitar tanaman. Pembersihan ini bertujuan, agar lahan tersebut terhindar dari gangguan yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Pembersihan dilakukan secara rutin dengan membersihkan sebagian dari rumput-rumput liar atau gulma, itu semua dilakukan agar kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman dapat lebih maksimal. E. Jenis Pohon Penghijauan untuk Pascapenambangan 1. Pohon Nyato Pohon nyato adalah sejenis pohon yang memiliki ciriciri tanaman keras sama halnya dengan pohon jati. Hanya saja, pohon nyato memiliki daun yang kecil dan memiliki buah yang dapat dimakan. Buah nyato rasanya manis dan sebesar ibu jari orang dewasa. Kayu nyato pada umumnya digunakan untuk bahan bangunan rumah. Di Bangka Belitung, kayu nyato termasuk kayu berkelas yang banyak dicari. Akhir-akhir ini, ada usaha untuk menanam pohon nyato oleh masyarakat, terutama HIJAU KEMBALI PULAUKU 35 masyarakat di pedesaan yang berdekatan dengan komunitas hutan, misalnya di Desa Kimak Kecamatan Merawang dan di daerah Jebus Kabupaten Bangka Barat. Bahkan untuk saat ini, pohon nyato dilarang untuk ditebang karena semakin berkurang jumlahnya. Selain itu, digunakan untuk mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor, karena pohon ini selalu tumbuh di daerah yang agak tinggi, tetapi ada juga yang tumbuh pada dataran rendah. Akibat langkanya pohon tersebut, maka ada usaha dari kelompok masyarakat untuk melakukan penyemaian bibit nyato, kemudian ditanam di daerah pascapenambangan yang lokasinya sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Dok. Penulis Gambar 9 Penghijauan di lahan Pascapenambangan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman keras 2. Pohon Seruk Hampir di sepanjang jalan di Bangka Belitung ditemui tanaman pohon seruk. Pohon ini selain memiliki pohon yang besar juga sangat mudah tumbuh termasuk di daerah lahan 36 HIJAU KEMBALI PULAUKU pascatambang. Tentu dengan pengolahan tanah terlebih dahulu. Secara fisik dan mudah dikenal, pohon seruk memiliki pucuk daun yang kemerah-merahan. Pohon seruk selain dapat dipergunakan untuk penghijauan lahan pascapenambangan, dapat juga dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan rumah. Hanya saja, kulit luarnya harus dibersihkan dahulu. Karena kulit luar pohon tersebut agak gatal, apalagi yang sudah kering dan berbentuk serbuk. Dok. Penulis Gambar 10 Pohon Seruk hasil penghijauan di daerah pascapenambangan di lihat dari masjid Agung Kota Sungailiat 3. Pohon Kertas Pohon kertas banyak ditanam di Bangka Belitung. Jenis pohon ini mudah sekali tumbuh diberbagai tempat. Oleh karena itu, tak heran apabila masyarakat Bangka Belitung memanfaatkannya untuk penghijauan. Selain itu, jenis pohon HIJAU KEMBALI PULAUKU 37 ini ada yang memiliki daun lebar, tetapi ada juga yang berjenis agak panjang. Apabila memperhatikan karakteristiknya, pohon kertas ini dapat dimanfaatkan juga untuk melembabkan tanah, karena daun-daunnya cepat rontok. Daun yang rontok membantu mempercepat proses tumbuhnya tanaman lain. Untuk itu, jenis pohon kertas ini dipergunakan dalam penghijauan pascapenambangan. Dok. Penulis Gambar 12 Pohon Kertas 4. Pohon Jarak Pemanfaatan lahan tidur baik yang diakibatkan oleh galian tambang timah maupun yang diakibatkan penebangan hutan sembarangan, akan berdampak pada lahan yang tidak produktif. Penanaman pohon jarak tidak hanya dimanfaatkan untuk penghijauan lahan pascapenambangan timah. Tetapi, buahnya juga dapat digunakan untuk diolah menjadi sumber energi, yaitu berupa minyak jarak yang disebut dengan 38 HIJAU KEMBALI PULAUKU biodiesel. Selain itu, penanaman pohon jarak berfungsi sebagai pengendali erosi serta memperbaiki tanah. Sumber: Enviagro, Vol. 1 No.2 Oktober 2007 Gambar 13 Pohon Jarak di Lahan Pascapenambangan Tanaman jarak pun mampu tumbuh dengan cepat dan kuat di lahan beriklim panas, tandus, dan berbatu, dan cocok tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut. Ada juga yang berpendapat tanaman jarak memiliki kisaran adaptasi tumbuh yang luas, tahan terhadap stress air, dan cocok untuk program reboisasi atau penghijauan. Berarti tanaman jarak merupakan tanaman pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan di lahanlahan marginal, seperti lahan bekas penambangan timah yang banyak terdapat di Pulau Bangka dan Belitung. HIJAU KEMBALI PULAUKU 39 5. Budidaya Rumput Gajah Rumput gajah untuk makanan ternak, seperti kambing dan sapi dapat juga ditanam di daerah lahan pascapenambangan. Biasanya, penanaman rumput gajah tersebut setelah tanahnya diolah dan salah satu sumber pupuknya adalah kotoran hewan, seperti kambing atau sapi. Hewan tersebut biasanya dipelihara dalam satu lingkungan dengan penanaman rumput gajah. Jadi, antara hewan sapi dan kambing memiliki sifat yang saling menguntungkan dengan tanaman rumput gajah. Penanaman rumput gajah dapat dilakukan dengan cara tidak serentak. Artinya, ada yang ditanam lebih awal, pertengahan, dan lebih akhir dengan jarak waktu tanam diatur sesuai kebutuhan peternak. Dengan menggunakan sistem waktu, tanaman yang berbeda akan berdampak baik bagi persediaan makanan ternak, apalagi rumput gajah termasuk makanan ternak yang cukup baik. F. Pemanfaatan Lahan Pascapenambangan bagi Peternakan Itik Peking dan Sapi 1. Pemanfaatan Kolong untuk Peternakan Itik Peking Upaya pemanfaatan nilai ekonomi kolong eks tambang telah dilakukan oleh PT. Timah, Tbk. bekerja sama dengan PT. Total Quality. Bentuk kerja sama tersebut berupa budidaya ternak itik peking. Ada dua lokasi peternakan itik peking, yaitu di kolong eks TB 2.19 Simpang Belinyu dan kolong eks Kapal Keruk Surabaya di Desa Lampur Kabupaten Bangka Tengah. Peternakan itik peking dengan memanfaatkan kolong sangat membantu peternak, terutama peternak tidak perlu 40 HIJAU KEMBALI PULAUKU lagi menyediakan air yang merupakan kebutuhan vital bagi itik. Sumber: Program Pengelolaan Lingkungan PT. Timah, Tbk. Gambar 14 Peternakan Itik Peking di Belinyu dan di Lampur 2. Penggemukan Sapi Lahan bekas penambangan yang tidak produktif dapat dimanfaatkan untuk penggemukan sapi. Sapi-sapi tersebut kebanyakan didatangkan dari Pulau Jawa dan Bali. Pada umumnya, sapi-sapi yang baru didatangkan tersebut masih belum begitu dewasa dan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif. Umumnya, sapi-sapi tersebut dipelihara secara individu maupun secara berkelompok. Secara individu, sering dilakukan oleh masyarakat Madura yang menetap di Bangka Belitung. Sedangkan secara terorganisasi, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Bangka bertempat di kecamatan Pemali. HIJAU KEMBALI PULAUKU 41 Sumber: Program Pengelolaan Lingkungan PT. Timah, Tbk. Gambar 15 Penggemukan sapi yang dilakukan pada lahan bekas penambangan timah, sekaligus sebagai sarana kompos 42 HIJAU KEMBALI PULAUKU BAB 3 PENGHIJAUAN PASCAGALIAN TIMAH Akibat penambangan pasir timah yang tidak terkendali, maka dipandang perlu untuk melakukan penghijauan secara serius agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang berlebihan. Untuk itu, peran secara kolektif dalam menghijaukan kembali Pulau Bangka dan Pulau Belitung perlu disegerakan. Berikut ini beberapa peran masyarakat, baik secara formal maupun non-formal yang telah melakukan penghijauan maupun yang akan memulai melakukan penghijauan. A. Swadana Masyarakat Penghijauan bekas galian timah yang dilakukan oleh masyarakat memang belum begitu banyak. Kalaupun ada, masih bersifat individu seperti yang dilakukan oleh salah satu penduduk di kawasan Simpanggedong Desa Puput Kecamatan Simpangkatis Bangka Tengah yang bernama Sukri. Sukri telah memprakarsai penghijauan kembali lahan bekas tambang di desanya seperti yang tertulis pada bagian depan buku ini. HIJAU KEMBALI PULAUKU 43 Selain Sukri, masyarakat lain yang terlibat akan pentingnya penghijauan bekas galian timah adalah Haji Yono Muchtar dari Bangka Selatan. Berikut ini kisah sukses Haji Yono Muchtar dalam bertanam sengon di lahan bekas tambang, seperti penulis kutip pada Kompas, 21 November 2008 yang mungkin layak untuk dijadikan tauladan bagi generasi berikutnya. Bentangan lahan kritis sisa penambangan timah di Sadai, Bangka Selatan, akhirnya menggugah kesadaran Yono Muchtar. Namun, pohon-pohon sengon yang kemudian ia tanam di atas tanah berpasir itu tidaklah murni didorong keprihatinannya atas kerusakan lingkungan di tempat ini. Ada sisi bisnis yang ia bidik. Juga obsisi untuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan baru di Provinsi Bangka Belitung. Di luar itu, “dendam” yang membuncah akibat gagal mengeruk keuntungan, ketika menjadi bagian dari pelaku penambangan timah (illegal) juga ikut memicu niat Yono menghijaukan areal itu dengan pohon sengon. Haji Yono Muchtar (61) memang bukan ahli ekonomi. Sekolah dasar pun ia tak tamat. Namun, sebagai pedagang yang bermukim di kawasan Pelabuhan Sadai, ia tahu persis gelar sarjana ekonomi, seperti yang diraih dua di antara empat anaknya pun tak akan banyak membantu perkembangan daerah ini bila hanya berkutat pada timah dan lada. Dua komoditas yang sejak lama menghidupi warga Bangka. “Timah segera habis, hanya akan menyisahkan lahan kritis. Sementara tanaman lada kian menyusut, banyak yang tak diurus lantaran biaya perawatan mahal. Belum lagi harga jual lada di pasaran makin tak menentu”, ujarnya. Timah dan lada bagai dua sejoli yang ikut membentuk struktur sosial-ekonomi masyarakat di Pulau Bangka. Tak terkecuali di Bangka Selatan, tempat Haji Yono bermukim 44 HIJAU KEMBALI PULAUKU sejak 1979. Sebelum masyarakat mulai mengenal tanaman kelapa sawit, juga karet, timah dan lada adalah tiang kehidupan. Sebelum era reformasi, sebetulnya masyarakat Bangka Selatan, khususnya di daerah Toboali dan Sadai lebih akrab dengan tanaman lada daripada mendulang pasir timah. Selama puluhan tahun, lada memberi mereka nafas kehidupan, sedangkan timah hanya melibatkan segelintir warga. Itu pun tak lebih sebagai butuh di perusahaan Negara (PT. Timah) dan swasta (PT. Koba Tin). Ketika harga lada melambung pada 1980-an dan mengantarkan para petani lada ke puncak kejayaan mereka pada 1987. Desa-desa miskin di Bangka Selatan tiba-tiba seperti disulap. Bangunan rumah yang semula kebanyakan berupa gubuk berubah, seperti real estat yang tumbuh menjamur. Mobil dan motor baru yang diparkir di depan rumah warga jadi pemandangan biasa di desa-desa sepanjang menuju Toboali daerah Bangka Selatan. Haji Yono bukan bagian dari petani lada yang bernasib mujur itu. Sebagai pendatang, ia hanya kecipratan sedikit rezeki dari booming lada. Perantau dari tanah Jawa yang datang melalui kampung halaman istrinya di daerah Tulung Selapan, Sumatera Selatan ini hanya ikut sebagai pemetik lada di Pulau Besar, Kecamatan Payung dan hasilnya dibelikan sepeda motor. Di saat orang-orang terbuai menikmati hasil lada, Yono malah sibuk jualan jamu. Dengan sepeda motor yang dibeli dari upah memetik lada, ia berkeliling dari desa ke desa, sembari memperkenalkan cita rasa ramuan obat tradisional Jawa tersebut. Bertahun-tahun pekerjaan sebagai penjual jamu ia tekuni, sebelum berganti menjadi pedagang kelontong. Keluarganya HIJAU KEMBALI PULAUKU 45 Tulung Selapan ia ajak bermigrasi ke Bangka, persisnya di Kampung Terep, masih diwilayah Bangka Selatan. Pada saat yang bersamaan, harga lada yang pada paruh pertama tahun 1990 mulai turun dan terus anjlok. Kebun lada penduduk mulai tak terawat, bahkan tak sedikit yang ditinggalkan, mengingat harga lada di pasaran di bawah biaya produksi alias rugi. Tahun 1994, Yono pindah ke Sadai. Saat itu, Sadai sudah menjadi pelabuhan antarpulau, pelabuhan terbesar kedua di Bangka setelah Muntok. Perkenalannya dengan seorang pengusaha keturunan dari Toboali semakin membuat usaha Yono terus berkembang. Ia bahkan dipercaya menjadi agen penyalur bahan bakar minyak di wilayah ini. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1998 ternyata tak begitu memengaruhi usaha Yono. Di sisi lain, kehidupan warga Bangka pada umumnya kian sulit setelah selama satu dekade sempat “dininabobokan” masa kejayaan sebagai petani lada. Ketika rezim berganti, euforia reformasi datang bagai penawar dahaga. Menyusul pencabutan komoditas timah sebagai mata dagangan strategis oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada 1999, serta semangat otonomi daerah yang muncul belakangan di tingkat lokal, kebijakan ini lalu diterjemahkan sebagai peluang bagi rakyat untuk ikut terlibat dalam pencarian pasir timah. Sejak itu, konsentrat pasir timah di lahan-lahan tandus sisa aktivitas pertambangan PT. Timah selaku pemegang kuasa pertambangan (KP) ataupun wilayah kontrak kerja (KK) PT. Koba Tin, digarap ulang oleh penduduk, juga di Bangka Selatan. Sebagian besar petani lada pun berubah haluan ramairamai mendulang timah. Lokasinya tak hanya di wilayah KP 46 HIJAU KEMBALI PULAUKU PT. Timah atau KK PT. Koba Tin, tetapi juga hingga membabat kebun lada dan pekarangan rumah. Ia sempat tergiur ikut membuka lubang tambang. Namun, ternyata rezekinya tidak di sini. Lokasi yang ia ajukan izin usahanya tak banyak mengandung konsentrat timah. Sumber: Kompas , Jumat, 21 November 2008 Gambar 16 Haji Yono Muchtar dengan Latar Pohon Sengonnya HIJAU KEMBALI PULAUKU 47 Modal usaha yang ia keluarkan untuk membeli peralatan tambang seperti pompa dan selang berikut upah pekerja tak kembali. “Ada sedikit kekecewaan. Tapi saya segera sadar, ternyata biaya untuk mengembalikan kondisi tanah bekas galian tambang juga tidak sedikit, sehingga tidak heran kalau banyak yang dibiarkan begitu saja. Saya merenung. Wah, kalau begini, bisa-bisa daerah ini kelak jadi padang pasir”, tuturnya. Berangkat dari pengalamannya ketika masih di Tulung Selapan pada awal 1970-an, menjadi pedagang kayu gelondongan hingga ke Jakarta, ia memutuskan menanami lahan bekas galian tambangnya dengan pohon sengon. Ternyata berhasil. Sengon Haji Yono cukup subur. Padahal, tanaman lain sulit tumbuh di tanah yang sudah kehilangan unsur organiknya itu. Sejak itu, lahan-lahan bekas kebun lada yang sudah digali pemiliknya untuk menambang timah yang tak bisa lagi ditumbuhi tanaman lada ia beli dan ditanami sengon. Sejak 2005, sudah 25 hektar pohon sengon Haji Yono meneduhi tanah berpasir yang semula tandus, kini menjadi hijau. Guna mengurusi pohon sengonnya, tiga pekerja khusus ia datangkan dari Jawa. Ia sendiri sehari-hari sibuk mengurusi barang dagangan di kawasan Pelabuhan Sadai. “Kalau kelak sudah bisa di panen, kayu-kayu sengon ini akan saya olah di sini, baru setelah itu dijual ke Jakarta. Dari Jakarta, saya akan bawa barang ke Sadai. Kalau sekarang kan hanya barang-barang dari Jakarta yang dibawa ke Pelabuhan Sadai. Sedangkan dari sini kosong karena tidak ada muatan”, tuturnya. Haji Yono Muchtar adalah potret manusia yang dianggap sukses dan sekaligus berhasil dalam menjinakkan bekas galian 48 HIJAU KEMBALI PULAUKU timah tersebut diolah kembali dengan menanam pohon sengon yang bernilai ekonomis. Diharapkan di Bangka Belitung tumbuh semangat seperti Yono, sehingga Pulau Bangka dan Belitung yang tadinya banyak hamparan padang pasir berangsur-angsur hijau kembali. Selain Haji Yono, masyarakat Bangka Belitung yang peduli terhadap bekas galian tambang adalah Jhong Lie Thung, seorang Kepala Desa Klabat Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat. Di tengah euforianya, sebagian besar masyarakat Desa Klabat menikmati profesinya sebagai penambang timah, namun ada juga yang masih setia menggeluti bidang pertanian dan tidak ikut-ikutan terjun dalam dunia pertambangan. Pria keturunan Tionghoa yang akrab dipanggil Athung itu beralasan pertambangan identik dengan kerusakan lingkungan. Buktinya, sekarang sudah banyak lahan-lahan bekas tambang yang ditinggalkan penambangnnya begitu saja tanpa berinisiatif untuk mengembalikannya seperti semula. Athung sendiri cenderung lebih menyukai bidang pertanian sejak kecil. Ketika melihat lahan-lahan bekas tambang yang sudah gundul, timbul niat Athung untuk menghijaukannya kembali dengan membuka lokasi pertanian di atas lahan seluas satu hektar bekas salah satu lokasi penambangan timah milik temannya. Dalam lahan tersebut telah ditanam dengan tanaman jagung, cabai, semangka, dan kacang panjang. Untuk mengelola lokasi pertanian tersebut, Athung mempekerjakan lima orang karyawan yang berasal dari Sukabumi. Saat ini, Athung terus mengembangan usaha pertaniaannya di lahan bekas tambang tersebut dengan menanam melon jenis sky rocket dari Taiwan. Dengan modal Rp 25 juta, hasil HIJAU KEMBALI PULAUKU 49 tanaman melon tersebut tumbuh dengan baik. Dari sekitar seribu biji yang ditanam, bisa menghasilkan buah dengan berat rata-rata dua kilogram. Jika, tahap pengembangan melon ini berhasil, Athung berkeinginan untuk mengembangkan lebih besar lagi. Pengembangan tersebut dengan memanfaatkan lahan bekas tambang sekitar satu hektar lagi untuk ditanami 12 ribu biji melon. Memang ada kendala yang dialami oleh Athung, diantaranya tanah bekas tambang banyak mengandung bahan-bahan kimia, seperti besi karat, sehingga pH tanah menjadi tidak bagus untuk pertanian. Untuk mengurangi pH tersebut, sebelum dimanfaatkan ditaburi kapur dolomit dulu untuk menetralkan pH tanah. Selain itu, cuaca tidak menentu juga menjadi kendala dalam perawatan tanaman melon, apalagi disaat musim penghujan tiba. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu pemeliharaan intensif seperti membungkus buah melon agar tidak terkena percikan tanah saat hujan. Kendala lainnya dalam perawatan adalah sulitnya mendapatkan pupuk. Kalaupun ada, harganya relatif mahal, termasuk juga obatobatan bagi tanaman melon juga harus dibeli dengan dana cukup besar. Athung sendiri berharap pengusaha tambang timah mengikuti jejaknya saat ini, dengan menjalani kerjasama yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian di lahan bekas tambang timah. A. Pihak Sekolah dan Dinas Pendidikan Pentingnya penghijauan pasca galian timah perlu ditanamkan pada diri anak-anak, terutama para siswa. Harapan yang cukup banyak terhadap siswa, agar sejak dini 50 HIJAU KEMBALI PULAUKU sudah diperkenalkan dengan materi lingkungan, terutama saat pelajaran mulok di sekolah seperti yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka. Untuk memperkenalkan pentingnya penghijauan melalui siswa di kelas, juga penting dilakukan dalam bentuk lain, misalnya pemasangan baligo yang berisi pesan-pesan Dok. Pribadi Gambar 17 Baliho yang melibatkan para siswa terbentang di depan kantor Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung HIJAU KEMBALI PULAUKU 51 moral, agar siswa selalu ingat bahwa penghijau lahan bekas penambangan merupakan tanggung jawab bersama sejak dini hingga dewasa kelak. Selain pihak sekolah menanamkan sikap ramah terhadap lingkungan memang perlu juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan sejak dini. Untuk itulah, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memasang baligo yang tidak begitu jauh dari Kantor Dinas Pendidikan tersebut. Pemasangan baligo bertujuan sebagai pengingat agar para pelajar sejak dini sudah memperhatikan lingkungan sekitarnya. Selain itu, mengingatkan juga agar para pelajar tidak melakukan penambangan liar yang saat ini sering dilakukan oleh pelajar terutama yang berada di pedesaan. Salah satu sekolah yang melakukan penghijauan adalah SD St. Theresia I Pangkalpinang. Dalan usianya ke-75, sekolah tersebut berniat melakukan penghijauan di lingkungan sekolah dan program tersebut mereka namakan Green School. Hadir dalam kegiatan tersebut Walikota Pangkalpinang, Selain SD St.Theresia I Pangkalpinang, kegiatan penghijauan pun akan dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Sungailiat. Untuk penghijauan yang dilakukan SMA Muhammadiyah tersebut cukup unik. Mereka sendiri yang menyemaikan dan mempersiapkan bibit yang akan ditanam di pascatambang tersebut. Ada dua macam jenis pohon yang akan mereka tanam, yaitu pohon durian dan pohon pinang. Pohon-pohon tersebut dipersiapkan oleh siswa yang sekaligus merupakan hasil praktik pada mata pelajaran muatan lokal. 52 HIJAU KEMBALI PULAUKU Dok. Penulis Gambar 18 Siswa saat membersihkan gangguan gulma terhadap bibit tanaman durian dan Pohon Pinang hasil semaian siswa SMA Muhammadiyah Sungailiat Pada sisi lain, ratusan siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pangkalpinang tergerak hatinya untuk menanam pohon di lahan kritis bekas tambang timah. Wajah ceria walau terlihat keringat menetes di kening mereka karena terik matahari, tapi tak menggoyahkan semangat untuk mengayunkan cangkul. Lubang digali, pohon pun ditanam. Kegiatan menanam pohon ini merupakan rangkaian penanaman sejuta pohon SMK 1 Pangkalpinang. Lokasi penanaman dilakukan di kawasan Parit Enam Pangkalpinang. Program ini berjalan atas kerja sama dengan Bangka Goes Green, karena pihak Bangka Goes Green menyediakan lahan dan bibit sedangkan SMK 1 Pangkalpinang hanya melakukan HIJAU KEMBALI PULAUKU 53 penanaman. Menurut Kepala Sekolah SMK 1 Pangkalpinang, kegiatan ini tak lepas dari keinginan bersama untuk meningkatkan budaya lingkungan yang baik di tingkat pelajar dan sekolah. Hal ini dilakukan, mengingat persoalan lingkungan menjadi isu penting, karena lahan kritis akibat tambang timah yang tak terkendali membuat bopeng-bopeng wajah Pulau Bangka Belitung. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut akan berdampak terhadap lahan kritis pada waktu-waktu yang akan dating, minimal 4 hingga 5 tahun lagi Pulau Bangka Belitung akan hijau kembali. Lebih kurang 200 pelajar ditambah 10 guru pembimbing SMK 1 Pangkalpinang terlibat aktif menanam pohon. Pohon yang ditanam jenis jambu mete. Selain itu, kegiatan ini menanamkan sikap cinta terhadap lingkungan sejak dini sekaligus sambil belajar menanam pohon. Dok. Penulis Gambar 19 Kegiatan Penghijauan SMK Negeri 1 Pangkalpinang, Menanam Pohon Sambil Belajar 54 HIJAU KEMBALI PULAUKU A. Lembaga Pemerintah 1. Polair Polda Babel Direktorat Polair Polda Bangka Belitung melakukan penanaman 500 pohon sengon di Perkampungan Pemuda Air Mawar Kelurahan Bacang Pangkalpinang. Dalam kegiatan penghijauan tersebut, Ditpolair Polda bekerjasama dengan Bangka Goes Green. Sedangkan pelaksanaan penanaman melibatkan siswa SMKA Negeri 4 Pangkalpinang dan masyarakat yang tinggal di lingkungan perkampungan pemuda. Kegiatan ini dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menghijaukan wilayah Bangka Belitung, sekaligus memperingati Polair Babinkam Polri ke-58. Penghijauan yang dilakukan bersama masyarakat termasuk siswa SMKN 4 Pangkalpinang melakukan penanaman 500 pohon sengon. Penanaman dilakukan sekaligus sebagai usaha mensejahterakan masyarakat ke depan karena lima tahun ke depan diharapkan pohon yang ditanam tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi apalagi bibit yang ditanam tersebut bibit yang baik dari Bangka Goes Green yang merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang penghijauan di Bangka Belitung. Dalam kegiatan tersebut terungkap ucapan terima kasih Ketua Kelompok Pertanian Kampung Pemuda Air Mawar kepada jajaran Ditpoalir Polda yang telah melakukan penghijauan. Menurut ketua kelompok tersebut kegiatan penghijauan ini telah dilaksanakan yang kedua kalinya dan akan dirawat, serta menjaga sengon yang ditanam ini dengan baik. HIJAU KEMBALI PULAUKU 55 2. Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung Sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian dan memupuk rasa cinta terhadap lingkungan, serta mendukung program pemerintah dalam penghijauan, PT. Timah, Tbk. Bekerjasama dengan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bangka Belitung melakukan kegiatan penanaman 1250 pohon di eks Tambang 23 Kampung Jeruk, Kecamatan Pangkalpinang, Bangka Tengah. Kegiatan penghijauan dalam rangka Bulan Bakti HUT ke-32 PT. Timah dan Hari Bakti Adhyaksa ke-48, serta Hari Ulang Tahun ke-8 Adhika (Dharma Karini). Kegiatan tersebut diikuti lebih kurang 400 orang baik pimpinan, asisten, dan staf Kejaksaan Tinggi (Kajati) Bangka Belitung maupun pejabat PT. Timah Tbk. dan perusahaan anak. Penanaman pohon yang dimulai pukul 09.00 WIB pagi tanggal18 Juli 2008, dibuka Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Bangka Belitung, ditandai dengan penyerahan pohon secara simbolis dari Direktur Utama PT. Tambang Timah. Acara dilanjutkan dengan penanaman pohon dari berbagai jenis seperti sengon laut, mahoni, jambu mete, serta nyato pada lahan yang sudah diratakan dan diatur sedemikian rupa dengan lubang-lubang tanam yang diberi jarak tertentu. Sebanyak 400 orang yang turut serta dalam kegiatan tersebut segera menyebar untuk menanam pohon, dan hanya dalam waktu singkat penanaman pohonpun kelar. Selanjutnya, sebanyak 1250 pohon yang ditanam tersebut perawatannya akan ditangani PT. Timah sebagai bagian dari reklamasi. 56 HIJAU KEMBALI PULAUKU B. Perusahaan Penambangan 1. PT Timah Tbk. a. Reklamasi Kegiatan reklamasi rehabilitasi lahan bekas tambang selaras dengan semboyan Green Babel “TRIKARSA UTAMA” yang kedua. Sebagai perusahan tambang tata cara reklamasi lahan bekas tambang telah diatur dalam UU No. 11 tahun 1967 dan dijabarkan secara detil dalam Peraturan Pemerintah No. 32/1969, PP75/2001, Kep. Dirjen PU No. 336/1996. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 146/ Kpts-II/1999, Peraturan Menteri Pertambangan No. 18 Tahun 2008 dan beberapa Keputusan Menteri, serta Perda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang yang terkait dengan masalah reklamasi. Dalam melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang, upaya yang dilakukan PT. Timah, Tbk. tidak hanya terbatas pada penghijauan kembali, tetapi juga pada nilai manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan jenis tanaman reklamasi seperti sengon laut, mahoni, kelapa sawit, akasia mangium, jambu mete, meranti putih, nyatoh, karet, cemara pantai, buah-buahan, dan jarak pagar yang seluruhnya memiliki nilai ekonomi dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi reklamasi tersebut. Kegiatan sosialisasi reklamasi telah dilakukan PT. Timah, Tbk. bekerja sama dengan kantor dinas pengawas kabupaten terkait diantaranya Distamben, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta melibatkan unsur perangkat kecamatan, desa, BPD, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang berdomisili disekitar lokasi yang akan direklamasi. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan perawatan tanaman dan pengamanan lokasi HIJAU KEMBALI PULAUKU 57 reklamasi juga memberikan dampak positif bagi keberhasilan pelaksanaan reklamasi yang dilakukan oleh PT. Timah ,Tbk. b. Teknik Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Tata cara rehabilitasi lahan bekas tambang yang telah dilaksanakan oleh PT. Timah, Tbk. adalah mengacu pada dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). Kegiatan penambangan timah di Pulau Bangka yang telah disetujui oleh Menteri Pertambangan dan Enargi pada tahun 1992 dan dokumen RKL kegiatan penambangan timah di Pulau Belitung yang disetujui Menteri Pertambangan dan Energi tahun 1993. Di dalam dokumen tersebut teknik rehabilitasi lahan, jenis tanah dan kesesuaian tanaman reklamasi, serta komposisi pemakaian pupuk dijabarkan secara detail melalui suatu kajian studi yang mendalam. Secara umum teknik rehabilitasi lahan yang diaplikasikan oleh PT. Timah, Tbk. terbagi ke dalam empat tahap kegiatan, yakni : 1) Tahap penyiapan lahan meliputi kegiatan pendorongan tailing ke dalam kolong; penimbunan tailing dengan overburden; perataan tanah; almeliorasi lahan dengan bantuan kapur pertanian dan pupuk; penggemburan tanah untuk jalur tanam cover crop, pemasangan ajir dan lobang tanaman berukuran 60x60x50cm serta pembuatan talud (jalur hijau) di sekeliling kolong untuk pengendali erosi. Gambar di bawah ini memberikan penjelasan secara deskriptif terhadap penyiapan lahan tersebut. Awalnya, setiap gundukan pasir yang menggunung diratakan terlebih dahulu dan setelah itu dioleh kembali, sehingga proses rehabilitasi tanah dapat lebih mudah dilakukan. 58 HIJAU KEMBALI PULAUKU Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk. Gambar 20 Kondisi lahan reklamasi “2000 Ha” sebelum dan sesudah diratakan yang berlokasi di Bukit Ketok Belinyu 2) Tahap penanaman meliputi kegiatan penanaman tanaman cover crop, penanaman tanaman utama pada lubang tanam yang telah diisi dengan tanah humus, pupuk kandang/kompos, urea dan pupuk organik plus sesuai dengan dosis yang sudah ditetapkan. Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk. Gambar 21 Tahap penanaman yang dilakukan saat pencanangan Green Babel di Kab. Bangka HIJAU KEMBALI PULAUKU 59 3) Tahap Perawatan tanaman meliputi: kegiatan pemupukan tiga kali dalam setahun, penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, dan pengendalian hama. Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk. Gambar 22 Tahap Perawatan Tanaman 4) 60 Tahap Pengamatan Pada tahap ini pertumbuhan tanaman meliputi kegiatan pemantauan reklamasi seperti pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, lebar penutupan tajuk, persen tumbuh (rate of survival). Kehadiran sukses, pH tanah, uji kimia fisika kesuburan tanah dan kualitas air kolong. Hasil pemantauan reklamasi dilaporkan dalam laporan triwulan Rencana Pengelomaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) kepada instansi pengawas lingkungan terkait secara berkala. Gambar di bawah ini menunjukkan kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh petugas untuk mengetahui perkembangan pohon akasia yang ditanam. HIJAU KEMBALI PULAUKU Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk. Gambar 23 Kegiatan pemantauan reklamasi yang terletak di Desa Kulur Kabupaten Bangka Tengah Secara singkat, keempat tahapan tersebut dapat diamati pada gambar berikut. Terdiri dari suatu rangkaian yang berbentuk skema siklus teknik rehabilitas lahan pascatambang. HIJAU KEMBALI PULAUKU 61 Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk. Gambar 24 Teknik Rehabilitasi Lahan Pascatambang 2. PT. Kobatin Selain PT. Timah, perusahan penambangan seperti PT. Kobatin pun ikut berusaha bertanggung jawab terhadap penghijauan terhadap lingkungan pascapenambangan. PT. Kobatin adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) joint venture yang kini 75 persen sahamnya dimiliki oleh Malaysian Smelting Corporatian dan 25 persen oleh PT. Timah. PT. Kobatin hingga bulan Juni 2008 telah berhasil mereklamasikan lahan darat seluas 150 hektar di lokasi Air Kepoh, Bemban, dan Kedangkal. Usaha reklamasi tersebut merupakan usaha mereklamasikan lahan pascapenambangan yang diperkirakan seluas 600 hektar. 62 HIJAU KEMBALI PULAUKU Usaha penghijauan yang dilakukan oleh PT. Kobatin yang langsung menyentuh masyarakat di daerah Bangka Tengah dan Bangka Selatan ini berupa budidaya tanaman papaya dan tanaman hotikultur lainnya seperti cabai. Gambar di bawah ini memberikan bukti nyata mengenai hal yang dilakukan oleh PT. Kobatin dalam memanfaatkan lahan pascapenambangan. Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008 Gambar 25 Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya pepaya HIJAU KEMBALI PULAUKU 63 Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008 Gambar 26 Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya cabai Selain melakukan penghijauan lahan pascapenambangan, usaha lain yang dilakukan oleh PT. Kobatin adalah memanfaatkan galian pascapenambangan yang sudah berupa kolong. Kegiatan yang dilakukan oleh PT. Kobatin dengan mereklamasi kolong dengan budidaya ikan air tawar. Ikan air tawar yang ditebar, yakni ikan mas dan nila dengan umur tiga hingga empat bulan dengan total keseluruhannya 5.000 bibit. Penyebaran dilakukan di kolong yang luasnya sekitar 30,4 hektar dan kolong yang digunakan sudah berumur sekitar sepuluh tahun, sehingga sudah memungkinkan untuk dimanfaatkan. 64 HIJAU KEMBALI PULAUKU Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008 Gambar 27 Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya ikan air tawar Penyemaian bibit ikan tersebut dilakukan dengan keramba apung. Perlakuan tersebut untuk menjaga agar ikanikan yang ditabur di kolong akan lebih terkontrol dan dapat dirawat dengan baik, termasuk mempermudah untuk memberikan makanannya. Selain itu, untuk menghidar dari pencurian yang dilakukan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Biasanya, kegiatan penghijauan dan memanfaatan kolong yang dilakukan oleh PT. Kobatin selain tanggung jawab akan pentingnya lingkungan yang baik, juga merupakan tempat percontohan bagi masyarakat sekitar untuk bersama-sama mengelola lingkungan. 3. Bangka Belitung Timah Sejahtera (PT. BBTS) Guna mendukung program Pemerintah Provinsi Bangka Belitung untuk perbaikan lahan bekas tambang, PT. Bangka HIJAU KEMBALI PULAUKU 65 Belitung Timah Sejahtera (PT. BBTS) akan menanami 10 ribu hektar lahan yang rusak akibat penambangan. Kesediaan konsorsium beberapa perusahaan peleburan pasir timah milik swasta di Bangka Belitung ini ditandai dengan penandatanganan Surat Kesepahaman dengan Yayasan Green Babel dan Polda Bangka Belitung. Dalam kesepatan itu disebutkan, bahwa lahan bekas tambang yang akan ditanami pohon produktif oleh PT. BBTS adalah lahan bekas galian tambang di sepanjang jalur menuju Bandara Depati Amir. Dipilihkan lokasi yang berdekatan dengan bandara atau yang berada pada jalur penerbangan ini untuk memberikan kesan baik pada tamu dan wisatawan yang datang ke Bangka Belitung melalui transportasi udara. Saat akan mendarat para penumpang tidak akan melihat lagi tanah yang gersang dan rusak bekas penambangan. Pihak perusahan akan menanam sekitar 4 juta bibit pohon sengon dan pohon jambu mete, Dipilihnya kedua jenis pohon ini, selain karena cocok dengan lahannya juga pohon memiliki nilai produksi yang bagus. Pohon tersebut kayunya tidak bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah, sehingga kecil kemungkinan akan adanya illegal logging, sementara buah jambu mete bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, pihak perusahan hanya melakukan penanaman tanpa menutupi kolong bekas penambangan karena kolong-kolong itu akan dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air untuk selanjutnya dijadikan sebagai sumber air baku. 66 HIJAU KEMBALI PULAUKU E. Lembaga Swadaya Masyarakat Ada beberapa lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang penghijauan di Bangka Belitung. Di antara lembaga swadaya tersebut adalah Green Babel. Lembaga Swadaya Masyarakat ini memiliki visi “Bangka Belitung hijau warisan utama kepada anak cucu generasi penerus di Negeri Serumpun Sebalai.” Sedangkan misinya adalah : 1. (For Profit and For Planet) menjadikan setiap kegiatan usaha perusahaan di Bangka Belitung sebagai usaha perusahaan yang berwawasan dan berpihak kepada lingkungan. 2. (For Planet) Melaksanakan rehabilitasi lahan kritis, rehabilitasi lahan pasca tambang dan pemberdayaan lahan tidur/Tri Karsa Utama. 3. (For People) Penguatan ekonomi rakyat melalui kegiatan Tri Karsa Utama. Selain Green Babel, terdapat juga Lembaga Swadaya Masyarakat yang lain dan juga peduli terhadap lingkungan di Bangka Belitung, yaitu Bangka Goes Green. Bangka Goes Green memiliki semboyan Gerakan Sosial Masyarakat untuk Penghijauan. Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut sangat dipentingkan, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang penghijauan dan lingkungan hidup. Cukup banyak sudah kegiatan yang dilakukan oleh Bangka Goes Green diantaranya menanam padi di lahan pascapenambangan dan penyediaan berbagai bibit tanaman yang siap untuk ditanami di daerah kritis akibat galian pasir timah. Tidak hanya itu, Bangka Goes Green juga dijadikan sebagai tempat studi lapangan bagi para siswa mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi, bahkan para HIJAU KEMBALI PULAUKU 67 tamu gubernur dan walikota sering berkunjung ke lokasi Bangka Goes Green untuk studi banding dan melihat lebih dekat cara mengolah lahan pascapenambangan, sehingga menjadi lahan subur dan bermanfaat kembali. 68 HIJAU KEMBALI PULAUKU BAB 4 PENUTUP Coba Anda amati gambar di bawah ini dan amatilah dengan seksama termasuk gambar pada bagian depan dan latar hutannya. Dok. Pribadi Gambar 28 Hasil penghijauan lahan bekas tambang yang dilakukan di tepi kolong dengan latar hutan yang masih hijau HIJAU KEMBALI PULAUKU 69 Setelah Anda memperhatikan gambar di atas, bagaimana perasaan Anda? Senang bukan! Terutama apabila memandang dan memperhatihan hutan yang masih terawat dengan baik. Pada bagian depan pun akan terasa indah, karena sudah mulai dilakukan juga penghijauan. Akan terasa lebih baik lagi apabila air yang jenih tersebut disemaikan bibit ikan air tawar yang mampu menyantap setiap jentik-jentik nyamuk. Maka, terbentuklah perpaduan yang ideal tentang pemanfaatan kolong dan lingkungan yang asri di Bangka Belitung. Sehingga kesan Bangka Belitung yang awalnya penuh dengan bopeng-bopeng penuh luka terhapuslah sudah. Banyaknya usaha penghijauan yang dilakukan oleh sekelompok orang, para pelajar dari tingkat Taman KanakKanak hingga Perguruan Tinggi, pemerintah daerah, pihak kepolisian, perusahaan swasta, dan organisasi pencinta lingkungan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat akan mengurangi lahan kritis akibat dari galian pasir timah selama ini di Bangka Belitung. Semua kegiatan penghijauan tersebut merupakan usaha kita dalam mewujudkan lingkungan Bangka Belitung yang tadinya rusak, sekarang berangsur-angsur membaik. Untuk itu, mari lestarikan lingkungan dan jangan merusak lingkungan hanya untuk kepentingan sesaat. Barangkali sebagai penutup dari rangkaian, perlunya pelestarian lingkungan direnungkan kembali seperti masalah yang tercantum dalam Al Qur’an yang artinya “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41). 70 HIJAU KEMBALI PULAUKU DAFTAR PUSTAKA Bangka Pos, “PT Kobatin Berkarya Bersama Masyarakat,” 27 Juni 2008. —————, “PT Timah Peduli lingkungan ,” 19 Juli 2008. —————, “Green School Tanam Pohon Buah-buahan,” 11 Januari 2009. Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan, Vol. 1 No.2 Oktober 2007. Fadillah Sabri. 2006. Penelitian Strategi Pelestarian Air Kolong Sebagai Sumber Air Baku di Kabupaten Bangka. Sungailia: Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UBB. Kompas, “Bertanam Sengon di Lahan Bekas Tambang,” 21 November 2008. Metro, Edisi 49/Tahun II/ 28 Agustus-3 September 2008. ————, Edisi 52/Tahun II/18-24 September 2008. ————, Edisi 78/Tahun II/16-18 Februari 2009. Mitro Bangka Belitung, Senin, 4 Mei 2009. HIJAU KEMBALI PULAUKU 71 PT Timah Tbk.. Tanpa Tahun. Program Pengelolaan Lingkungan. Pangkalpinang: PT Timah Tbk. Republika, 22 April 2008. ————. “Pesan Lingkungan Makin Marak Disuarakan,” 23 Desember 2008. Suripto. “Revitalisasi Lahan Kritis dan Bekas Tambang” Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari Optimalisasi Sumber Daya Alam untuk Membangun Bangka Belitung Menuju Masyarakat Damai dan Sejahtera, 16 Oktober 2008 di Gedung Serba Guna Pemprov Kep. Babel. Yunus, Mahmud. 2000. Tafsir Karim. Jakarta : PT Hindakarya Agung. 72 HIJAU KEMBALI PULAUKU TENTANG PENYUSUN Asyraf Suryadin, lahir pada 4 Mei 1966 di Pangkalpinang, Menamatkan SD,SMP,dan SMA diselesaikan di Pangkalpinang pada tahun 1979, 1982, dan 1985. Kemudian hijrah ke Yogyakarta dan lulus sebagai Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia pada 26 Juni 1990, tahun 1998 mengikuti kuliah di Program Pascasarjana Program Studi Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dan lulus pada tahun 2000. Kemudian menyelesaikan pendidikan Program Doktor tahun 2009 pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Pengalaman kerja sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di beberapa SMP/SMA/SMK di Sungailiat hingga tahun 1995. Kemudian pada 1 Desember 1995 bertugas sebagai guru di SLTP Negeri 4 Muntok dan selanjutnya ke SMA 1 Pemali Bangka hingga 2006. Pernah membantu sebagai staf dosen di STAIN Bangka, UT UPBJJ Pangkalpinang, dan Universitas Bangka Belitung. Saat ini, sebagai PNS di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengalaman penulis sebagai juara I Tingkat Nasional Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan 2004. Juara Harapan III Tingkat Nasional Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan 2005. Serta menulis dibeberapa media massa HIJAU KEMBALI PULAUKU 73 baik di koran maupun majalah yang bertarap lokal dan nasional. Beberapa tulisan yang telah diterbitkan: Antalogi 93 Puisi 53 Penyair “Penobatan” (Yogyakarta), Bimbingan Penulisan Karya Tulis untuk SLTA (Sungailiat), Cerita Rakyat Bangka “Putri Gunung Kelumpang ke Air Limau” (Sungailiat), Legenda Rakyat Bangka “Sang Benyawe sampai Tanjung Penyusuk” (Sungailiat), Gaya Bahasa dan Gejala Bahasa (Pangkalpinang), Kumpulan Soal Edisi EBS 5 (Sungailiat), Kumpulan Soal Edisi Ebtanas (Sungailiat), Jangan Rusak Pulauku (Bandung), Kumpulan Cerpen Hiski Guru Teladan (Jakarta), Antologi “Puisi Bingung Seorang Guru” (Editor, Pangkalpinang), Muntok, dari Wan Akub hingga Bung Karno (Bandung). Guru Naik Pangkat, Yuk! (Pangkalpinang), Cerita Rakyat Bangka Belitung (Editor,Pangkalpinang), Bahasa Indonesia, Membaca dan Menulis (Pangkalpinang), Membumikan Tradisi Menulis (Pangkalpinang), Putri Kayu Pelawan (Yogyakarta), dan lainlain. 74 HIJAU KEMBALI PULAUKU