hijau kembali pulauku_isi.pmd

advertisement
BAB 1
KOLONG DAN PASCAGALIAN
TIMAH
A. Gambaran Umum
Salah satu aspek lingkungan yang mengalami kerusakan
paling parah saat ini adalah hutan. Dampaknya, banjir dan
tanah longsor menjadi langganan, hingga ancaman penyimpangan iklim yang terus menyertainya. Untuk itu, perlu
ada upaya dalam menyelamatkan kembali hutan yang telah
rusak dan gundul, termasuk hutan-hutan yang dirusak karena
penambangan.
Selama ini Indonesia sering disudutkan sebagai perusak
hutan nomor satu di dunia. Kerusakan lingkungan sudah
semakin memperihatinkan. Dampak yang ditimbulkannya
pun semakin mengkhawatirkan. Karena itu, perlu upaya
serius dan berkelanjutan dari semua elemen masyarakat yang
ada untuk mengatasinya.
Kepedulian untuk melakukan sesuatu terhadap
lingkungan kini makin banyak disuarakan. Berbagai elemen
masyarakat pun melakukan banyak hal untuk mengatasi
masalah lingkungan yang muncul seperti yang sedang
dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
1
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah
satu Provinsi kepulauan di Indonesia dengan hamparan pulaupulau yang dimiliki, yaitu dua pulau besar dan 950 pulau
kecil. Memiliki total luas wilayah lebih kurang 81.724,54 km2,
meliputi luas daratan sekitar 16.424,140 km2 atau (20,10%)
dari total luas wilayah dan luas lautan sekitar 65.300,40 km2
atau (79,90%) dari total luas wilayah.
Geografis sebagai wilayah kepulauan dan terletak pada
Alur Laut Kepulauan Indonesia Satu (ALKI-1) serta dengan
didukung potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan
prospektif untuk dikembangkan, antara lain meliputi :
perikanan dan kelautan, pertanian dan kehutanan, industri
dan perdagangan, pariwisata, serta pertambangan.
Pengolahan sumberdaya alam khususnya pertambangan
pasir timah yang terus-menerus, serta tidak memperhatikan
tingkat kerusakan telah menyebabkan Bangka Belitung
menjadi pemandangan yang kurang baik bagi lingkungan
hidup.
Kerusakan sumber daya alam lebih kurang 32 tahun ini
tidak terlepas dari persoalan yang menyangkut dengan sistem
pengelolaan sumber daya alam yang tidak transparan, tidak
mengikuti prinsip pengelolaan sumber daya alam yang lestari,
tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan dan tidak
mampu menumbuhkembangkan ekonomi rakyat, terutama
mereka yang sangat tergantung pada kehidupan dengan
sumber daya alam. Rusaknya sumber daya alam tersebut telah
menimbulkan dampak yang luas terhadap aspek lingkungan,
ekonomi, dan kelembagaan sosial kemasyarakatan terutama
yang berkaitan dengan aksessibilitas dan biodiversitas.
Kerusakan sumber daya alam yang diakibatkan oleh
penambangan timah ini terutama yang disebabkan oleh
kegiatan tambang inkonvensional yang tidak hanya sebatas
2
HIJAU KEMBALI PULAUKU
pada kerusakan lahan. Kegiatan tambang inkonvensional telah
menimbulkan dampak negatif lanjutan yang amat serius.
Dampak tersebut berupa kurang baiknya tata air dan hutan
di sepanjang daerah aliran sungai. Adanya banjir, erosi,
rusaknya infra struktur jalan, pendangkalan muara sungai
dan pelabuhan, hingga turunya daya tarik objek wisata pantai,
karena airnya tercemar akibat galian pasir timah yang
dilakukan di laut.
Situasi ini jelas tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.
Diperlukan political will, komitmen, kebijakan, dan tindakan
konkret yang terus-menerus dan konsisten untuk mengatasi
kerusakan, serta mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut.
Satu hal lagi, tindakan pemulihan dan rehabilitasi lingkungan
ini tidak dapat hanya dijalankan oleh pemerintah sendiri.
Diperlukan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan dan
golongan masyarakat dengan pendekatan komprehensif,
operasional site spesifik, keterlibatan stakeholders, pemberdayaan ekonomi rakyat, menjamin keseimbangan
lingkungan, dan menciptakan sistem akuntabilitas kepentingan publik, sehingga tindakan pemulihan dan
rehabilitas lingkungan di Bangka Belitung menjadi suatu
tindakan kolektif.
Untuk saat ini, masyarakat di Bangka Belitung hampir
sepakat akibat dari kerusakan lingkungan lebih banyak
disebabkan oleh galian pasir timah yang dilakukan oleh
sekelompok orang maupun oleh perusahaan penambangan
timah. Akibatnya, galian tersebut meninggalkan bekas galian
yang lebih sering dikenal oleh masyarakat Bangka Belitung
dengan istilah kolong.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
3
B. Terjadinya Kolong
Jika Anda berpergian dengan menggunakan jasa
angkutan udara dan kebetulan menempati seat dekat jendela,
menataplah keluar. Apa yang menjadi pemandangan Anda
saat itu, demikianlah realitas bumi Pulau Bangka saat ini.
Sehamparan mata memandang yang terlihat adalah tanahtanah yang terkelupas, memutih, dan lubang-lubang yang
mendanau.
Besaran lubang yang menganga itu bervariasi. Kadang
bekas galian tambang timah itu, bak lukisan yang tak selesai.
Ia seolah sebuah kanvas lukisan dengan coretan-coretan yang
amburadul yang jumlahnya ribuan hektar jumlahnya.
Dok. Penulis
Gambar 1
Bumi Bangka Belitung saat diamati dari udara, ditemui banyak bekas galian timah,
sehingga terbentuk Danau/Kolong
Wajah yang demikian itu adalah wajah kita. Wajah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wajah masyarakat dan
wajah generasi muda Bangka Belitung. Lahan-lahan bekas
4
HIJAU KEMBALI PULAUKU
tambang itu, seperti tak bertuan lagi. Tak ada tampak aktivitas
yang mencolok. Ia telah ditinggal pergi setelah isinya dikeruk
sejadi-jadinya. Ia telah ditinggal pergi setelah isinya dikeruk
sejadi-jadinya. Para pengeruk itu, melebarkan sayapnya ke
areal lain dan lokasi lain, dan seterusnya begitu hingga
akhirnya menyisakan luka-luka tanah yang menganga.
Lahan-lahan bekas tambang yang ditinggal itu, memang
seperti pisau bermata dua. Satu sisi bisa dimanfaatkan untuk
kemaslahatan orang banyak, namun di sisi lain, malah bisa
mendatangkan kecemasan. Tidak jelas memang mengapa
bekas penambangan tersebut belum direhabilitasi terhadap
areal yang sudah dirusak itu. Padahal, sesuai dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 18/
2008 pada pasal 15 ayat 4 disebutkan pelaksanaan reklamasi
wajib dilakukan paling lambat satu bulan, setelah tidak ada
kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu.
Jika dibaca dengan menggunakan kacamata undangundang pertambangan dan undang-undang lingkungan
hidup, serta peraturan lainnya memang mengesahkan pihak
penambang dan perusahan telah dengan sengaja melanggar
aturan. Menurut data yang diperoleh bahwa luas lahan kritis
di Bangka Belitung berjumlah 1.642.414 hektar. Tentu saja
hanya sebagian kecil yang kita lihat saat bersandar di kursi
pesawat. Kini sudah saatnya luka-luka yang menimbulkan
bopeng di wajah negeri Serumpun Sebalai itu kita sembuhkan
bersama. Mari kita rawat kembali secara baik-baik dan itu
dengan reklamasi, rehabilitasi, dan menanamnya dengan
pepohonan, sehingga hijau kembali pulauku.
Kepulauan Bangka Belitung merupakan sosok kehidupan yang identik dengan tambang timah. Bagaimana
tidak, pancaran sejarah pertimahan sangat mengental dengan
keberadaan perusahaan pertambangan dan tambang rakyat
HIJAU KEMBALI PULAUKU
5
di Bumi Serumpun Sebalai yang merupakan semboyan
masyarakat Bangka Belitung.
Dunia pertambangan yang selalu identik dengan aktivitas
merugikan lingkungan sekitar pertambangan termasuk
masyarakat setempat. Melalui deskripsi yang dijabarkan
dalam tulisan ini akan memberikan sisi positif usaha anak
manusia untuk tetap melestarikan lingkungan demi
kelangsungan kehidupan masyarakat yang berada di daerah
pertambangan khususnya dan Bangka Belitung pada
umumnya.
Minimal ada dua peninggalan pascapenambangan, yaitu
kolong dan padang pasir. Kedua peninggalan pascapenambangan tersebut begitu akrab di telinga masyarakat
Bangka Belitung. Lalu bagaimanakah terjadinya kolong dan
manfaatnya, serta bagaimana pula dengan padang pasir
akibat galian pascapenambangan? Paparan berikut ini
memberikan sedikit pengertian terhadap permasalahan
tersebut.
Penambangan timah yang diawali dengan dibukanya
permukaan tanah dari penutupan vegetasi, pengupasan tanah
bagian penambangan, pembuatan dam, pencucian dan
pembuangan tailing berdampak terhadap perubahan sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Perubahan sifat fisik yang
terjadi adalah berubahnya tekstur tanah dan morfologi tanah.
Morfologi tanah yang berubah adalah hilangnya tanah lapisan
atas dan perubahan horizon profil tanah. Proses pencucian
menyebabkan terjadinya penimbunan fraksi tanah yang
terkena dampak adalah kadar C-organik, kapasitas tukar
kation dan total basa.
Proses pengupasan tanah bagian atas penambangan
menyebabkan hilangnya bahan organik tanah, bahkan pada
proses pencucian menghilangkan kadar liat pada tanah.
6
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Akibat dari aktivitas tersebut, maka terjadilah kolong atau
ada juga yang berbentuk padang pasir yang cukup luas.
Kolong merupakan istilah lokal yang berarti lubang bekas
aktivitas penggalian tambang dan dipenuhi air. Secara fisik
dan sifat karakteristiknya kolong mirip bahkan mungkin sama
dengan danau atau telaga hanya saja yang membedakannya
adalah proses kejadian kolong tersebut. Jika, danau atau telaga
merupakan hasil dari proses alami, sedangkan kolong hasil
aktivitas penambangan timah terutama oleh PT. Timah dan
PT. Kobatin. Berdasarkan Perda Pemprov Babel No. 10 Tahun
2002, pengertian kolong adalah cekungan dipermukaan tanah
yang terbentuk dari kegiatan penambangan yang digenangi
air. Kolong termasuk katagori air permukaan sama dengan
air permukaan lainnya, seperti sungai atau danau. Kedalaman
kolong bervariasi mulai dari 3 meter hingga 20 meter.
Demikian juga dengan umur kolong, berkisar rata-rata 6
tahun hingga 30 tahun.
Istilah kolong cukup dikenal di masyarakat Bangka dan
Belitung. Dalam bahasa Melayu Bangka, kolong diartikan
genangan air akibat galian pasir timah yang dilakukan oleh
penambang. Bagi para pendatang atau masyarakat yang
berada di luar Bangka Belitung menyebutnya danau.
Terjadinya kolong diawali dari penggalian pasir timah.
Penggalian pasir timah yang dilakukan oleh penambang kecil,
maka akan menghasilkan kolong yang kecil. Lain halnya bila
dilakukan oleh penambang besar yang menggunakan kapal
keruk darat, maka akan menghasilkan kolong yang besar.
Hasil kerukan tersebut akhirnya mengeluarkan air apalagi
kalau kerukannya sangat dalam dan luas, maka akan
menghasilkan kolong yang dalam dan luas.
Biasanya, bekas galian tersebut dibiarkan begitu saja dan
akhirnya air kolong pun semakin meninggi. Awalnya air
HIJAU KEMBALI PULAUKU
7
berwarna keruh dan setelah bercapur dengan air hujan lamakelamaan air kolong pun berwarna jernih. Biasanya, proses
perubahan tersebut cukup lama. Untuk beberapa kolong, bisa
mencapai bertahun-tahun agar air kolong tersebut dapat
dipergunakan untuk kebutuhan manusia.
C. Padang Pasir
Bentangan pasir akibat galian pasir timah tidak hanya
menghasilkan kolong, tetapi dapat juga menghasilkan padang
pasir yang cukup luas. Biasanya, padang pasir ini terjadi jika
galian pasir timah tersebut tidak terlalu dalam, sehingga
belum terdapat genangan air.
Hanya saja perlakuan terhadap daerah tempat pengambilan pasir timah tersebut agak meluas, sehingga
pascapenggalian akan menghasilkan padang pasir. Padang
pasir ini muncul karena bagian dari tanah yang digali
mengalami proses penambangan. Selain itu, pascapenambangan tersebut sulit ditumbuhi tanaman termasuk
rumput-rumputan dalam waktu yang lama. Akibatnya,
terhamparlah padang pasir yang luas dan sejauh mata
memandang hanyalah tumpukan pasir memutih.
Warna pasirnya pun tidak hanya keputihan, tetapi ada
juga yang berwarna keabu-abuan, bahkan ada yang
kekuning-kuningan. Aneka warna pasir tersebut dipengaruhi
oleh struktur tanah dan lokasi tanah. Apabila lokasi
penambangan berdekatan dengan pantai biasanya pasir
pascapenggalian akan berwarna putih. Sebaliknya, apabila
penggalian pasir timah berdekatan dengan rawa-rawa, maka
pasir akan mendekati berwarna kehitam-hitaman.
8
HIJAU KEMBALI PULAUKU
D. Nilai Ekonomi dari Kolong dan Padang Pasir
1.
Nilai Ekonomi dari Kolong
Kolong sebagai sumberdaya air memiliki potensi
untuk dimanfaatkan secara ekonomi, sehingga diperoleh
keuntungan yang dapat menambah pendapatan baik bagi
masyarakat maupun bagi pemerintah daerah.
Sebagai contoh sumberdaya air kolong di Kabupaten
Bangka mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar
untuk dimanfaatkan. Sekarang ini, baru tiga kolong yang
dimanfaatkan meskipun belum secara maksimal, yakni
sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dan budidaya perikanan air tawar. Ketiga kolong
tersebut adalah kolong Merawang dengan luas 10 ha dan
volume diperkirakan 500 juta liter, kolong DAM-3 Pemali
dengan luas kurang lebih 20 ha dan memiliki volume
tampungan sebesar 1000 juta liter, dan kolong yang ketiga
adalah kolong Belinyu yang luasnya 4,5 ha dengan volume
diperkirakan 180 juta liter. Dari ketiga kolong ini, kolong
Pemali merupakan potensi yang cukup besar dan sampai
sekarang baru dimanfaatkan sebagian kecil air yang
tertampung untuk keperluan PDAM dengan debit pengambilan sebesar 44,41 l/detik dengan waktu pompa 12 jam
dalam sehari.
Penelitian dan pengkajian tentang kolong yang sudah
pernah dilakukan adalah berkisar tentang identifikasi kolong,
upaya pemanfaatan lahan sekitar kolong dan air kolong,
potensi ketersedian air, serta pelestarian air kolong. Pengkajian
dan penelitian yang fokus tentang penentuan nilai air kolong
secara ekonomi (nilai rupiah) per volume air kolong belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang nilai ekonomi air yang terkandung pada
HIJAU KEMBALI PULAUKU
9
sumberdaya air kolong, sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi semua pihak dan terutama pemerintah untuk
mengambil manfaat dari nilai ekonomi tersebut sebagai
pendukung pendapatan asli daerah.
Pemanfaatan kolong oleh masyarakat telah lama
dilakukan, terutama kolong-kolong yang langsung memiliki
akses ke masyarakat. Pemanfaatan kolong oleh masyarakat
dapat dikelompokan atas tiga pemanfaatan, yakni untuk
pembudidayaan ikan air tawar, pemanfaatan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci, dan sebagai sumber
air minum), dan kolong untuk rekreasi seperti pemancingan.
Selain itu, kolong juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
keperluan ekonomi lainnya meskipun tidak secara umum,
seperti untuk merendam lada putih, keperluan PLN, tempat
pencucian mobil bahkan ada juga dimanfaatkan untuk
penambangan kembali dengan cara pendulangan.
Survei yang pernah dilakukan oleh PT. Timah dan
Lembaga Penelitian Unsri (1997) menunjukan, bahwa
sebagaian besar masyarakat Bangka Belitung cenderung
berkeinginan pemanfaatan kolong untuk budidaya perikanan, yakni 50,71%, mandi dan cuci 22,50%, sumber air minum
16,08%, dan untuk rekreasi 10,71%. Survei dilakukan di 97
desa dengan sampel sebanyak 280 orang untuk kolong
sebayak 189. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini.
10
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Tabel 1
Keinginan Masyarakat terhadap SDA Kolong di Bangka
Belitung
No
Wilayah
Perikanan
1
P. Bangka
2
P. Belitung
3
Babel
105
(48,84%)
37
(56,92%)
142
(50,71%)
Mandi &
cuci
49
(22,79%)
14
(21,54%)
63
(22,50%)
Sumber air
minum
40
(18,60%)
5
(7,69%)
45
(16,08)
rekreasi
Total
21
(9,77%)
9
(13,85%)
30
(10,71%)
215
(100%)
65 (100%)
280
(100%)
Sumber : Laporan akhir penelitian, LP Unsri & PT.Timah melalui Fadillah Sabri, 2006
2.
Nilai Ekonomi dari Padang Pasir
Sama seperti kolong, padang pasir yang ditimbulkan
akibat galian pasir timah akan berdampak ekonomi juga.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan tersebut adalah
pengolahan pasir bekas galian timah untuk kebutuhan bahan
baku rumah. Biasanya pasir tersebut berwarna putih, tetapi
ada juga yang kekuning-kuningan, bahkan ada yang sedikit
keabuan warnanya. Pasir tersebut merupakan bahan baku
untuk campuran semen, dan umumnya masyarakat Bangka
Belitung menggunakan pasir tersebut untuk membuat rumah
dan konstruksi bangunan lainnya. Bahkan ada juga yang
memanfaatkan pasir untuk membuat batako.
Nilai ekonomi pasir bekas galian timah tersebut dapat
diamati dari sisi harganya. Satu truk pasir tersebut dapat
dijual dengan harga Rp 150.000,- hingga Rp 200.000,- atau
harga tersebut tergantung juga dengan lokasi pengambilan
pasir bekas galian timah. Cukup banyak daerah pengambilan
pasir bekas galian timah tersebut di Bangka Belitung. Untuk
di Bangka saja ada yang terdapat di daerah jalan Laut Kualo
Sungailiat dan di Kota Pangkalpinang terdapat di lokasi Parit 6.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
11
Dok. Penulis
Gambar 2
Padang pasir akibat penggalian pasir timah
Nilai lain dari sisi ekonomi bekas galian timah tersebut
dipergunakan juga untuk pembuatan gelas atau kaca.
Masyarakat Bangka Belitung menamakannya pasir kuarsa.
Pasir kuarsa cukup banyak juga di Bangka Belitung. Hanya
saja pasir kuarsa tersebut belum dapat diolah di Bangka
Belitung dan kebanyakan dikirim ke daerah lain yang
memproduksi pembuatan kaca dan gelas.
Pasir kuarsa ini kalau di Pulau Bangka dapat diamati di
jalan Laut Kualo Sungailiat. Cukup luas areal padang pasir
kuarsa tersebut. Hanya saja saat ini sebagian dari areal pasir
kuarsa tersebut telah dimanfaatkan untuk lapangan olah raga
futsal dan ada juga lahan tersebut dipergunakan untuk
perumahan mewah, mengingat lokasinya tak berjauhan dari
bibir pantai.
12
HIJAU KEMBALI PULAUKU
BAB 2
Usaha Pengolahan Lahan
Pascapenambangan dan
Penghijauannya
A. Puisi Nyanyian Pohon Pustaka
Puisi berikut ini memberikan pemahaman akan
pentingnya penghijauan terhadap lingkungan sekitar. Puisi
yang dicipta oleh Eka Budianta yang juga sebagai Pembina
Perhimpunan Insan Kreatif dan Pencinta Lingkungan
Semanggi tidak hanya dibaca, tetapi lebih diimplementasikan
agar lebih bermakna. Puisi karya Eka Budianta tersebut
dicetak pada kertas berukuran lebar dan terpasang di Dinas
Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Puisi tersebut merupakan karya sastra yang cukup
monumental dan mengingatkan pentingnya lingkungan
yang hijau. Suatu hal yang sangat menarik lagi dari puisi
tersebut mengusung penghijauan diperkotaan. Diharapkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya memeliharan
lingkungan akan dapat tersentuh melalui karya sastra.
Berikut ini salah satu contoh puisi tentang lingkungan yang
dimaksud.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
13
Nyanyian Pohon Pustaka
Pohon tua di pinggir kota,
Aku berjanji tidak akan menebangmu,
Sebab kamu menghubungkan langit dan bumi,
Menjembatani kota dan desa,
Menyambung malam dengan siang,
Mengantar bulan, dan menyambut matahari.
Pohon besar di pinggir kota, siapakah namamu?
Beringin, randu, kepuh, asam, atau mohoni?
Kenari, gayam, angsana, tanjung, atau cemara?
Maafkan aku kalau belum mengenalmu,
Akan kuperhatikan daunmu, bungamu, buahmu,
Anggrek dan burung yang bersarang di dahan-rantingmu.
Pohon rindang di pinggir kota,
Aku berjanji mencintaimu.
Sebelum aku lahir,
engkau telah ramah pada ibu dan ayahku.
Kelak sesudah aku mati,
engkau melindungi anak-cucuku.
Kautebarkan oksigen segar untuk semua orang lalu,
Engkau simpan air hujan untuk sumber masa depan.
Terima kasih pohon setia,
Penjaga tanah tumpah darahku.
14
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Dok. Penulis
Gambar 3
Pohon-pohon tua yang ditanam sebelum kemerdekaan. Saat ini masih berdiri kokoh di
Jalan Kartini Kota Pangkalpinang
B. Pentingnya Penghijauan Lingkungan Pascatambang
1.
Bumi adalah Amanah
Selain puisi, syair lagu juga dapat menggugahkan
perasaan agar manusia tidak merusak lingkungan. Melalui
syair lagu, penyanyi berusaha untuk menyakinkan pendengar
agar turut bersama menjaga lingkungan. Karena bumi
merupakan amanah yang harus dijaga. Bahkan, sering kita
mendengar ungkapan “bumi adalah amanah”, tetapi amanah
tersebut akan terasa bermakna apabila dilaksanakan dengan
baik. Apabila tidak terjaga, maka banyak malapetaka yang
dialami penduduk bumi.
Coba perhatikan syair amanah yang dilagukan oleh Debu
yang dikutip dari Republika Selasa, 22 April 2008. Berikut
syair lagu yang dimaksud sebagai berikut.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
15
Amanah
Ada banjir ada hujan,
Begitu pula kemarau,
Gempa bumi dan longsoran,
Di sini juga di rantau.
Dihancurkan hutan-hutan,
Tanpa hirau akibatnya,
Apalagi lautan-lautan,
Mati karang dan ikannya.
Bencana dimana-mana,
Laut gelora amuk topan,
Mengisyaratkan yang nyata,
Sikap manusia tak sopan.
Lihatlah kebinasaan,
Amanat dikhianati
Inilah keseluruhan
Kerugian yang sejati.
Dunia adalah amanah,
Dari Allah pada kita,
Manusia yang berkhianat,
Dan akhirnya duka cita.
Masalah lingkungan hidup,
Adalah masalah akhlak,
Renungkanlah kalau sanggup,
Itulah aturan mutlak,
Yang wajib adalah tobat,
Diseluruh muka bumi,
Yakni tobat masyarakat,
Insan perlu memafhumi.
16
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Syair lagu di atas memberikan makna, bahwa manusia
wajib menjaga keseimbangan alam dan tidak merusaknya
dengan cara-cara yang tidak beradab. Perbaikan lingkungan
pascagalian timah merupakan amanah yang harus dijaga dan
apabila tidak amanah, maka akan terjadi kerusakan alam
seperti yang sering terjadi di negara kita akhir-akhir ini.
Untuk menjaga amanat tersebut, di Kota Sungailiat
terdapat hutan wisata. Hutan tersebut awalnya bekas galian
pasir timah dan masyarakat sekitar kota Sungailiat
menamakannya kolong Afat. Dinamakan kolong Afat, karena
di bagian hutan wisata tersebut terdapat kolong yang saat ini
masih digenangi air.
Hutan Wisata yang terdapat di tengah kota Sungailiat
tersebut terdapat pohon-pohon besar yang umumnya sudah
cukup tua. Kebanyakan pohon-pohon tersebut merupakan
pohon local, seperti pohon Seruk (Schima Wallichii). Pohonpohon tersebut memang dijaga agar tidak dirusak dan cukup
Dok. Penulis
Gambar 4
Hutan Wisata dan Kolong Afatnya
HIJAU KEMBALI PULAUKU
17
terpelihara, bahkan mengundang setiap orang yang
berkeinginan untuk menikmati teduhnya lingkungan
disekitar hutan. Dengan memelihara lingkungan beserta
hutannya, berarti telah menjaga amanah yang diberikan oleh
Pencipta Alam Semesta.
2.
Penghijauan Bagi Masyarakat dan Ekosistem Alam
Kerusakan lingkungan sudah makin memprihatinkan.
Dampak yang ditimbulkannya pun semakin mengkhawatirkan. Karena itu, perlu upaya serius dan berkelanjutan dari
semua elemen masyarakat yang ada untuk mengatasinya.
Kepedulian untuk melakukan sesuatu terhadap
lingkungan kini makin banyak disuarakan. Berbagai elemen
masyarakat pun melakukan banyak hal untuk mengatasi
masalah pascapenggalian pasir timah. Semua ini dilakukan
untuk kepentingan masyarakat dan ekosistem alam, dimana
manusia tersebut berada.
Mungkin pertanyaan ini perlu dilontarkan kepada Anda.
Pernahkah Anda merasakan kepanasan? Tentu pernah! Panas
yang disebabkan oleh matahari pagi memang sangat
menyenangkan, tetapi sangat tidak menyenangkan bila udara
panas tersebut disebabkan dari gersangnya alam yang tak
ditumbuhi pepohonan lagi.
Usaha penghijauan dilakukan untuk menyeimbangi
ekosistem alam agar tetap lebih baik, sehingga udara panas
yang tak wajar tidak dirasakan. Selain itu, sebagai pelindung
erosi yang diakibatkan oleh banjir. Terjaganya ekosistem alam
yang baik akan berdampak pula dengan ekosistem para
binatang hutan, seperti burung yang suaranya sangat merdu
untuk didengar. Apabila hal ini tidak terjaga, maka ekologi
akibat kerusakan alam semakin parah bahkan tumbuhan dan
18
HIJAU KEMBALI PULAUKU
binatang khas Bangka Belitung pun akan sulit ditemui.
Binatang tersebut, misalnya pelanduk, burung murai batu,
dan tupai belang sudah semakin sulit ditemui, bahkan sudah
tidak ada lagi.
Apa jadinya bila ekosistem tersebut terganggu? Sebagai
contoh terganggunya ekosistem harimau Sumatera di Jambi
menyerang manusia akibat ekosistem hutannya diganggu
oleh manusia. Demikian juga dengan babi hutan yang
menyerang perkebunan masyarakat sering juga terdengar,
termasuk di Bangka Belitung.
Terganggunya ekosistem yang disebabkan penambangan timah akan berdampak yang sama terhadap kehidupan
tumbuhan dan binatang hutan. Oleh karena itu, perlu
percepatan penghijauan kembali terhadap tanah bekas galian
timah yang terkelupas. Lemahnya sistem hukum berpengaruh juga terhadap perusakan alam yang diakibatkan
para penambang dan akan berdampak juga terhadap lamanya
pemulihan ekosistem.
C. Pengolahan dan Penghijauan
Pascatambang
Lahan
1. Pengolahan Lahan Pascatambang
Mengolah tanah pascatambang memang tidak mudah,
tetapi bagi orang yang mempunyai kemauan tinggi, mungkin
semua itu dapat dilakukan. Tekstur tanah yang labil, gersang
dan berpasir selalu menjadi penghalang utama bila ingin
mengolah tanah pascatambang. Berdasarkan pengamatan
melalui media masa lokal dan yang ada di lapangan, lahan
kritis pascatambang bisa diolah menjadi tempat peternakan,
perikanan, bahkan pertanian.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
19
Sebelum menggunakan lahan tersebut untuk diolah,
maka perlu disiapkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut.
Pertama-tama, memilih lahan yang bagus untuk diolah.
Setelah itu, diratakan dahulu tanah yang akan dipergunakan,
baru kemudian lahan dapat diolah.
Khusus untuk pengolahan lahan dibidang perikanan,
harus mempergunakan lahan yang berbentuk cekung dan
tergenangi air atau yang sudah berbentuk kolong. Untuk
membudidayakan ikan di kolong pascatambang, harus
dipilih terlebih dahulu kolong yang benar-benar bersih dan
tidak tercemar.
2. Penghijauan dan Perencanaan Tanaman Keras Pascatambang
Pemandangan lahan-lahan kritis pascatambang,
termasuk kolong-kolong memang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Bangka Belitung terutama di kawasan pedesaan.
Selain lahan-lahan tersebut sudah tidak bsa dipergunakan lagi
atau terbengkalai, juga dapat mencemari lingkungan. Air
buangan dari sakhan1 dapat mencemari air sungai yang biasa
dipergunakan untuk mandi atau mencuci. Debu-debu dari
lahan kritis dapat menyebabkan mata perih dan merah.
Bahkan disebagian desa di Bangka Belitung, air mandi yang
biasanya berada di hulu dan hilir telah banyak tercemar dan
berwarna keruh akibat galian pasir timah yang dilakukan
masyarakat setempat, sehingga saat ini masyarakat di
pedesaan lebih banyak menggunakan air tanah dan sumur
buatan. Agar lahan-lahan kritis tersebut tidak mencemari
_____________________
1 Sakhan adalah tempat pemisahan antara pasir dengan biji timah. Pemisahan
tersebut dengan menggunakan air yang dihisap melalui mesin pompa air.
20
HIJAU KEMBALI PULAUKU
lingkungan, maka tak ada cara lain kecuali menghijaukan
lahan yang sudah rusak.
Penghijauan di lahan kritis pascatambang memang tidak
semudah menghijaukan lahan-lahan bekas penebangan liar
yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah. Tekstur tanah
dan kelembaban menjadi salah satu pebedaan antara lahan
kritis pascatambang dengan lahan bekas penebangan liar.
Perbedaan dari kedua tersebut hanya dari pengolahannya.
Kalau penambangan timah tanah dan material pengikutnya
akan cepat rusak, bahkan sulit untuk ditumbuhi tanaman
lain, sedangkan penebangan liar proses perusakan tanahnya
agak lambat.
Akibat perbedaan seperti yang dikemukakan di atas,
maka tidak semua tanaman dapat ditanam di lahan
pascapenambangan. Tanaman yang bisa ditanam dilahan
tersebut hanyalah tanaman yang tahan dengan cuaca yang
sangat panas dan tanaman yang mudah meranggas, atau
sebelum ditanam tanah-tanah tersebut diolah terlebih dahulu
dengan baik agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.
3.
Tahap Pengolahan Lahan Pascapenambangan
Mengolah lahan pascatambang adalah memanfaatkan
kembali lahan bekas penambangan dengan menggunakan
sarana dan prasarana yang ada. Dengan mengolah kembali
lahan tersebut, maka dapat mengurangi sebagian dari sisi
negatif dari lahan kritis pascapenambangan yang selama ini
selalu melekat pada pulau yang sudah sejak lama hasil
buminya berupa timah diangkut oleh penjajah Belanda.
a.
Pembuatan Kandang Ternak Sapi atau Kambing
Salah satu cara untuk mengolah lahan pascapenambangan adalah dengan membuat kandang ternak sapi atau
HIJAU KEMBALI PULAUKU
21
kambing. Membuat kandang ternak dilahan kritis pascapenambangan mempunyai dua keuntungan. Pertama, dapat
menghemat lahan di sekitar pemukiman warga. Kedua, dapat
dengan bebas memelihara ternak tampa ada gangguan dari
tetangga apabila kita berternak di dekat perumahan warga.
Berternak di lahan kritis pascapenambangan memang
menguntungkan, apalagi lahan tersebut dalam proses
penghijauan. Kotoran sapi yang dikeluarkan oleh sapi dapat
dijadikan sebagai pupuk organik bagi tanaman-tanaman yang
digunakan untuk penghijauan di lahan kritis pascapenambangan. Pupuk kandang tersebut merupakan awal
dalam persiapan mengelolah tanah yang selama ini sulit untuk
ditumbuhi berbagai tumbuhan.
b.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk masa penghijauan lahan kritis
sangat perlu dilakukan, agar tanah tersebut bisa ditanami
dengan baik. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk
mempersiapkan lahan guna penghijauan adalah alat berat
(buldoser/pemerata tanah) dan tanah subur yang mengandung banyak humus, serta kotoran ternak untuk
membantu mempercepat kesuburan tanah. Apabila untuk
menyiapkan lahan guna penghijauan tidak terlalu luas, tidak
perlu menggunakan alat berat, cukup dengan menggunakan
cangkul.
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah meratakan
tanah, lahan-lahan yang bergelombang atau berbentuk
cekung tidak bisa ditanami begitu saja, apalagi dengan tanah
yang gersang dan tidak subur.
Setelah pemerataan tanah, kita harus melapisi tanah yang
gersang tersebut dengan tanah yang subur dan mengandung
banyak humus dan diberikan pupuk kandang yang berasal
22
HIJAU KEMBALI PULAUKU
dari ternakan sapi atau kambing. Semua itu dilakukan agar
tanaman yang digunakan untuk penghijauan dapat tumbuh
dengan baik.
c.
Perlakuan Terhadap Lahan
Sesudah penyiapan lahan, maka perlu memelihara lahan
agar tetap subur secara terus-menerus. Apabila lahan telah
menjadi subur, dengan mudah melakukan penanaman
terhadap lahan yang ingin dijadikan lokasi penghijauan.
Ada beberapa cara untuk memelihara lahan agar tetap
subur. Cara pertama adalah dengan pemakaian sabut kelapa
di bawah tanaman, dan yang kedua dengan menanam
rumput di lahan kritis pascapenambangan.
1) Penggunaan Sabut Kelapa
Penggunaan sabut kelapa untuk memelihara lahan
memang masih asing ditelinga kita. Sabut kelapa yang
biasa hanya bisa digunakan untuk pembuatan sapu,
sekarang bisa dipergunakan untuk pemeliharaan lahan.
Bagaimana cara kerjanya?
Cara kerja sabut kelapa dalam pemeliharaan lahan
adalah sabut kelapa tersebut diletakkan terlungkup
mengelilingi bibit tanaman yang akan ditanam. Sabut
kelapa tersebut berguna untuk memelihara tanah sekitar
tanaman agar kelembabannya tepelihara. Perbedaan
suhu antara tanah yang dilapisi sabut kelapa dengan yang
tidak dilapisi bisa mencapai 2-3 derajat Celcius.
Cara kerja sabut kelapa yang kedua adalah sabut
kelapa tersebut dapat menyerap dan menyimpan air
didalamnya dan menjadikan tanah pada tanaman
tersebut menjadi lebih sejuk. Tanaman yang dilapisi
sabut kelapa akan dapat bertahan lebih lama dibanding
dengan tanaman yang tidak dilapisi sabut kelapa.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
23
2)
Penanaman Rumput
Tujuan lain dari penghijauan adalah untuk menyuburkan kembali tanah di lahan kritis pascapenambangan. Tetapi dengan penghijauan menggunakan tanaman keras membutuhkan waktu yang
lama. Untuk itu perlu cara yang lebih cepat dan efektif
untuk menyuburkan lahan sambil menunggu tanaman
keras yang ditanam menjadi subur dan besar.
Dengan menanam rumput dilahan kritis diharapkan
dapat menyuburkan tanah sambil menunggu tanaman
keras yang ditanam tumbuh lebih besar dan subur.
D. Penghijauan dan Perawatan Tanaman Keras
Pascapenambangan
1.
Pemilihan Tanaman Keras
Penghijauan di lahan kritis pascapenambangan bisa
dilakukan dengan tanaman manapun, tetapi alangkah
baiknya bila lahan kritis tersebut ditanami dengan tanaman
keras. Tanaman keras adalah tanaman yang besar dan
mempunyai batang atau pohon yang kuat. Penghijauan
tersebut bertujuan untuk menjadikan Pulau Bangka dan
Belitung hijau dengan pohon yang berkualitas dan dapat
dimanfaatkan kembali nantinya.
Berdasarkan hasil wawancara tahun 2006 dengan Eddy
Nurtjahya salah seorang dosen dan pemerhati lingkungan
pada Program Studi Biologi Universitas Bangka Belitung
menyatakan, ada beberapa tanaman keras yang dapat
dibudidayakan untuk penghijauan lahan pascapenambangan.
Adapun beberapa tanaman keras yang cocok untuk
penghijauan tersebut diantaranya: penaga (Callophyllum
24
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Inophyllum), seruk (Chima Wallichii), ubak (Syzygium Garcinifolium), beringin (Vicus Superba), leban (Vitex Pinnata),
waru (Hibiscus Tiliaceus), salam (Evgenia Polyantha), balik
angin (Malothus Paniculatus), dan pelangas (Aporosa SP).
Sebagian besar tanaman keras tersebut masih banyak
terdapat di hutan-hutan Bangka Belitung terutama pohon
seruk. Pohon tersebut hampir disepanjang jalan antara desa
yang satu dengan desa yang lain selalu ditemui pohon seruk
tersebut. Sedangkan untuk pohon yang lain kebanyakan
ditanam penduduk seperti pohon salam.
Selain itu, tanaman keras yang juga dapat dimanfaatkan
bahkan bernilai ekonomi secara langsung di antaranya karet
dan kelapa. Dua jenis pohon ini cukup banyak di Bangka
Belitung. Untuk lebih mengetahui kedua jenis pohon yang
sekaligus dapat diproduksi, berikut ini perlu penjelasan secara
deskriptif
a. Karet
Pemeliharaan tanaman keras untuk produksi bisa
dengan menanam pohon karet. Penanaman pohon karet di
lahan pascapenambangan sudah pernah dilakukan oleh
masyarakat Bangka, seperti yang dikutip dalam harian Bangka
Pos, (Sabtu 20/5) sebagai berikut.
Tanah berlubang berisi air berwarna hitam. Gundukangundukan pasir bercampur batu tak beraturan dan ‘padang
pasir’ yang tak ditumbuhi pohon sama sekali. Begitulah,
setidaknya, gambaran bekas tambang inkonvensional (TI)
selama ini, dan keadaan itu dibiarkan begitu saja oleh para
‘pengusaha’ tanpa ada upaya perbaikan.
Namun kini tak lagi semuanya begitu. Seorang pemilik
TI di kawasan Simpanggedong Desa Puput Kecamatan
Simpangkatis Bangka Tengah yang bernama Sukri, telah
memprakarsai penghijauan kembali lahan bekas tambang di
HIJAU KEMBALI PULAUKU
25
desanya. Menggunakan buldozer, ‘padang pasir’ dan lubanglubang menganga dengan luas berhektar-hektar itu, diratakan
kembali, lalu ditanami karet tanpa ada bantuan dana dari
pihak manapun.
“Saya hanya tak mau bekas tambang ini menganga
begitu saja tampa ada guna. Dengan ditanami karet ini kan
pasti ada manfaatnya ke depan. Setidaknya, daerah ini
kembali hijau nantinya”, ujar Sukri kepada Bangka Pos Group
saat diwawancara.
Gambar 5
Tanaman Karet
Apa yang dilakukan Sukri tersebut, sejauh ini boleh
dibilang berhasil. Tiga bulan ditanami pertumbuhannya sama
dengan karet yang ditanaminya di daerah lain yang bukan di
tanah bekas aktivitas tambang. Makin hari, bibit karetnya
makin tinggi, dan kini rata-rata tak kurang dari 30 cm
pertambahannya.
“Semuanya belum ada yang mati. Semuanya makin
besar dengan ketinggian rata-rata sama dengan karet di kebun
26
HIJAU KEMBALI PULAUKU
yang lain”, jelas Sukri seraya menambahkan, ia memilih karet
karena perawatannya lebih mudah dibandingkan tanaman
yang lain. “Sudah ditanam, tinggal tunggu pohonnya besar.
Sudah itu panen. Paling yang perlu diperhatikan pemupukan
dan pembersihan atas gulma-gulma yang sering tumbuh
disekitarnya”, ungkap Sukri.
Menurut Sukri, teknik penanamannya terbilang
sederhana. Awalnya, menutupi lubang-lubang menganga
dengan pasir bekas tambang. Ketika, kedalaman lubang
tinggal setengah meter, ratakan dengan tanah biasa, tanah
yang masih mengandung humus. “Sudah hanya itu. Jika
masih ragu, tambahkan lagi tanah humus dilubang tempat
kita menanam bibit karetnya”, jelas Sukri.
Lebih lanjut diungkapkannya, agar tak sulit mencari
tanah humus (tanah paling atas) sejak awal proses penambangan harus sudah disiapkan. “Ketika digali, tanah itu
dikumpulkan disuatu tempat yang agak jauh dari daerah
penambangan. Nanti tanah itulah yang digunakan sebagai
tanah bagian atasnya, tanah penutup.”, katanya.
Saat ditanyakan bagaimana dengan lubang-lubang
menganga bekas tambang selama ini, Sukri mengatakan tetap
bisa diolah. “Hanya perlu agak banyak biaya, karena perlu
banyak tanah yang masih punya kandungan humus tadi”,
jelasnya.
b.
Kelapa
Penanaman pohon kelapa pada lahan kritis pascapenambangan juga sangat menguntungkan, mengingat
bahwa pohon kelapa mudah tumbuh di lahan manapun.
Untuk menanam kelapa di lahan kritis pascapenambangan, harus mengolah tanah seperti pada mengolah tanah pada
penanaman pohon karet. Tetapi, untuk menjadikan lebih
HIJAU KEMBALI PULAUKU
27
subur lagi, dapat memberikan pupuk organik ataupun pupuk
kimia secara teratur.
Selain itu, agar kelapa kelihatannya lebih indah,
sebaiknya penanaman kelapa diatur jarak tanamnya. Jadi,
tidak hanya berfungsi sebagai penghijauan, tetapi memiliki
juga unsur keindahan dan kebermanfaatannya bagi yang
menanam.
Dok. Penulis
Gambar 6.
Penanaman pohon kelapa di daerah pascapenambangan
2.
Pemeliharaan Tanaman untuk Kebutuhan Sehari-hari
a.
Ubi kayu
Penanaman ubi kayu pada lahan kritis pascapenambangan memang lebih mudah daripada menanam karet atau
kelapa. Semua itu, dikarenakan ubi kayu sangat mudah
ditanam dilahan mana saja. Khusus penanaman ubi kayu,
28
HIJAU KEMBALI PULAUKU
tidak perlu melapisi lahan kritis dengan tanah yang
mengandung banyak humus. Tetapi cukup memberi pupuk.
Agar tetap lembab, bagian bawah ubi kayu sebaiknya
dilindungi dengan sabut kelapa. Sabut kelapa berfungsi
sebagai pelindung akar, sekaligus sebagai upaya penyerap
panas teriknya matahari. Sedangkan pada bagian atasnya
dilindungi dengan serbuk gergaji yang agak kasar. Fungsi
serbuk gergaji tersebut sama seperti sabut kelapa, yaitu sebagai
pelindung akar yang akan membentuk umbi kayu.
Memang belum begitu banyak masyarakat Bangka
Belitung yang melakukan penanaman ubi kayu di lahan pasca
penambangan. Tetapi sebagai awal dari pemanfaatan lahan
kritis, tak ada salahnya usaha penanaman ubi kayu dicoba
sambil melakukan eksperimen, serta memperhatikan
pertumbuhan ubi kayu di lahan kritis, sekaligus mencoba
rasa ubi kayu yang ditanam di lahan pasir dengan lahan tanah
yang telah diolah sebelumnya. Minimal dari tanaman tersebut
dapat dipetik pucuknya, mengingat kebutuhan akan sayur
seperti pucuk ubi kayu semakin tinggi.
b.
Sayur-sayuran (Holtikultura)
Untuk menanam sayur-sayuran di lahan kritis pascapenambangan memang bagus. Itu semua dikarenakan akar
dari sayur-sayuran tersebut tidak terlalu dalam. Berbeda
dengan pohon karet yang akarnya dalam, sehingga tanah
humus untuk melapisi lahan kritis harus lebih banyak.
Agar sayur-sayuran tersebut menjadi subur, maka harus
melapisi lahan kritis dengan tanah yang banyak mengandung
humus. Selain itu, perlu memberi pupuk organik maupun
pupuk kimia seperti yang dilakukan oleh Ajim, seorang petani
sayur-sayuran yang berlokasi di jalan Laut Kualo Sinar Baru
Sungailiat. Ajim menanam berbagai jenis sayuran seperti
HIJAU KEMBALI PULAUKU
29
kangkung, bayam, dan sawi manis. Setiap kali panen Ajim
menjualkannya di pasar Sungailiat. Penanaman sayuran yang
dilakukan oleh Ajim secara bertahap. Artinya, ada sayuran
yang baru ditanam dan ada juga yang masa pertumbuhan,
serta terdapat juga tanaman yang siap panen.
Dok. Penulis
Gambar 7
Sayur-sayuran yang ditanam pada lahan pascapenambangan
di Jalan Laut Kualo Sungailiat
Penanaman sayur-sayuran tersebut secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kenyamanan dalam memandang
lahan pascapenambangan, karena sebagian dari lahan tersebut
telah ditanami sayur-sayuran. Tidak tampak lagi kegersangan
dan tidak hanya itu, tanaman sayuran tersebut dapat juga
memberikan penghasilan tambahan bagi pengelohan lahan.
c.
Persawahan
Selain tanaman ubi-ubian dan sayuran, ternyata lahan
bekas tambang timah dapat juga digunakan untuk pe-
30
HIJAU KEMBALI PULAUKU
nanaman padi. Berikut ini cerita sukses Megah Hasan dan
Djohan Riduan Hasan dalam melakukan aktivitas penanaman
padi di lahan bekas tambang timah, seperti yang dikutip pada
Tabloid Metro edisi 63/Tahun II/11-17 Desember 2008 sebagai
berikut.
Hari beranjak siang. Sinar matahari terhalang kabut tebal.
Gemercik rinai hujan terdengar jatuh di atas kolam alami.
Air kolam pun menampakkan riak gelombang kecil. Di
hamparan riak, tampak segerombolan ikan mas dan nila
merah berkejaran. Di dinding teras pondok sawah yang lebih
mirip vila itu, masih terbentang spanduk warnah hijau muda
bertuliskan “Bangka Goes Green”
Spanduk ini dibentangkan, karena beberapa waktu lalu,
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Eko Maulana Ali,
melakukan panen perdana pada 29 November 2008 di atas
sawah yang sebelumnya sebagai lahan tambang timah. Dua
hari setelah itu, 1 Desember 2008, Syofyan Djalil, Meneg
BUMN, datang mengunjungi tempat yang sama dan juga
melakukan hal serupa. Spanduk itu dipajang, karena
mencetak sawah di lahan pascatambang penanaman tersebut,
salah satu bagian program Bangka Goes Green yang
merupakan sebuah “institusi” nonformal yang bergerak untuk
menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya penghijauan dan pemanfaatan lahan bekas tambang timah.
Di lokasi itu, berdiri bangunan seluas 20 meter persegi.
Bangunan seluas 20 meter persegi. Bangunan yang mirip
pondok itu berlantaikan marmer merah bata, sebagian
dibiarkan terbuka. Hanya ada satu ruangan berukuran 3x5
meter. Selain berfungsi sebagai dapur, di dalam ruangan itu
ada pula kamar mandi.
Tak jauh dari bangunan itu, terlihat traktor terus menderu
menggaruk tanah. Supirnya seorang pria kekar bertopi
HIJAU KEMBALI PULAUKU
31
caping. Rodanya berputar-putar, bersamaan terbongkarnya
tanah berwarna cokelat muda. Di samping kanan arah pintu
masuk lokasi persawahan itu, tampak empat orang yang
sedang mengaduk-aduk kotoran sapi yang dicampur dengan
berbagai bahan lainnya. Aroma tak sedap menusuk hidung.
Dari kejauhan, beberapa petak sawah padinya telah
menguning. Tapi sebagiannya masih menghijau. Ada pula
beberapa petak sawah yang belum ditanam padi, namun
lumpurnya sudah dirancah. Lalu, bagaimana prosesnya
mengubah lahan bekas Tambang Inkonvensional tersebut
menjadi sawah?
Syaratnya, harus ada sumber air berupa kolong atau
danau buatan akibat dari galian pasir timah. Kalau memang
sudah tersedia, maka proses berikutnya adalah melakukan
pemerataan tanah. Untuk meratakan tanah menggunakan
ekskavator. Satu hektar lahan hanya membutuhkan waktu 2
hari. Setelah itu, dilanjutkan dengan membuat petakan sawah
dengan menggunakan ekskavator juga selama satu minggu.
Untuk luas petakan tergantung dengan selera, hanya saja
jangan terlalu luas agar airnya merata. Langkah selanjutnya
melakukan identifikasi tanah. Terutama mengetahui
kedalaman pasir. Kalau pasir terlalu dalam, maka air yang
dialirkan tidak akan tertampung karena meresap.
Selain itu, jika kedalaman pasir lebih dari satu meter,
maka diperlukan penambahan top soil (tanah atas yang masih
banyak kandungan hara) di atasnya. Hal ini bertujuan agar
air yang dialiri bisa tergenang di petakan sawah.
Lahan yang telah dicetak lalu ditaburi dengan top soil
dan didiamkan sekitar satu minggu lamanya. Untuk satu
hektar dibutuhkan sekitar 6 ton. Lalu ditaburi dengan pupuk
kandang seperti kotoran sapi atau kompos yang telah melalui
32
HIJAU KEMBALI PULAUKU
proses permentasi dengan menggunakan zat kimia M-4 dan
diaduk-aduk menggunakan traktor agar merata.
Proses berikutnya adalah tahap mengalirkan air ke petakpetak sawah, hingga kedalaman 10 cm. Lalu didiamkan
selama satu minggu untuk menetralisir tanah. Selama
direndam air satu minggu inilah top soil dan kompos menyatu
menjadi lumpur. Tahap berikutnya, sawah dikeringkan
selama dua hari. Setelah kering penanaman bibit padi yang
telah disemai dimulai. Pengeringan dilakukan agar batang
padi yang baru ditanam tidak bergoyang-goyang ditiup angin.
Dalam dua hari, biasanya akar padi sudah mulai kuat. Barulah
dialiri kembali dengan air dengan kedalaman 10 cm.
Sedangkan untuk jarak tanam mengambil jarak 25 cm x 25 cm
serta untuk jenis padi yang digunakan adalah varietas IR 64.
Sumber : Bangka Pos, Minggu 30 November 2008
Gambar 8
Gubernur Kep. Bangka Belitung Eko Maulana Ali melakukan panen padi bersama yang
ditanam di lahan bekas Tambang Inkonvensional
HIJAU KEMBALI PULAUKU
33
3. Pemeliharaan Tanaman di Lahan Pascapenambangan
a.
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman di lahan kritis pascapenambangan dapat menggunakan pupuk organik maupun
pupuk kimia. Pemupukan di lahan kritis pascapenambangan
bertujuan agar tanah yang akan digunakan sebagai media
untuk penanaman tumbuhan menjadi subur dan bagus,
sehingga dapat ditanami oleh segala jenis tanaman.
1) Pupuk Organik
Pemupukan di lahan kritis pascapenambangan
dapat menggunakan pupuk organik. Pupuk organik
memang lebih bagus daripada pupuk kimia, karena
pupuk organik tersebut dari bahan-bahan yang berasal
dari alam dan mudah diurai.
Pupuk organik bisa didapat dari kotoran sapi,
kotoran itik dan unggas lainnya. Mengingat pengolahan
lahan pascapenambangan dapat dimanfaatkann sebagai
kandang ternak, maka kita dapat memanfaatkan
kotoran ternak yang berasal dari kandang yang dibangun
di lahan kritis pascapenambangan.
Bagi tumbuhan yang akan ditanam di lahan kritis
pascapenambangan memang butuh pupuk untuk proses
pertumbuhan, karena itu kita harus memberi pupuk
sesuai dengan kadar yang telah ditentukan.
2)
34
Pupuk Kimia
Selain pupuk organik, pupuk kimia juga dapat
dipakai sebagai penyubur tanah, walaupun pupuk
organik tetap lebih baik dalam penyuburan tanah.
Dengan kadar yang telah ditentukan, kita dapat
memberi pupuk tersebut secara rutin dan teratur.
Pemakaian pupuk kimia dapat dilakukan dengan
HIJAU KEMBALI PULAUKU
berbagai cara misalnya untuk pemakaian pupuk kimia
yang berbentuk cair, kita dapat menggunakannya
dengan cara mencampur pupuk tersebut dengan serbuk
bekas penggergajian kayu, dan kemudian kita baru dapat
menaburkannya pada tanaman.
3)
Pembersihan
Selain pemupukan, pemeliharaan tanaman di lahan
pascapenambangan perlu juga mengadakan pembersihan. Pembersihan hanya ditujukan kepada rumputrumput liar atau gulma di sekitar tanaman.
Pembersihan ini bertujuan, agar lahan tersebut
terhindar dari gangguan yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Pembersihan dilakukan
secara rutin dengan membersihkan sebagian dari
rumput-rumput liar atau gulma, itu semua dilakukan
agar kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman dapat
lebih maksimal.
E. Jenis Pohon Penghijauan untuk Pascapenambangan
1.
Pohon Nyato
Pohon nyato adalah sejenis pohon yang memiliki ciriciri tanaman keras sama halnya dengan pohon jati. Hanya
saja, pohon nyato memiliki daun yang kecil dan memiliki
buah yang dapat dimakan. Buah nyato rasanya manis dan
sebesar ibu jari orang dewasa.
Kayu nyato pada umumnya digunakan untuk bahan
bangunan rumah. Di Bangka Belitung, kayu nyato termasuk
kayu berkelas yang banyak dicari. Akhir-akhir ini, ada usaha
untuk menanam pohon nyato oleh masyarakat, terutama
HIJAU KEMBALI PULAUKU
35
masyarakat di pedesaan yang berdekatan dengan komunitas
hutan, misalnya di Desa Kimak Kecamatan Merawang dan
di daerah Jebus Kabupaten Bangka Barat.
Bahkan untuk saat ini, pohon nyato dilarang untuk
ditebang karena semakin berkurang jumlahnya. Selain itu,
digunakan untuk mencegah terjadinya banjir dan tanah
longsor, karena pohon ini selalu tumbuh di daerah yang agak
tinggi, tetapi ada juga yang tumbuh pada dataran rendah.
Akibat langkanya pohon tersebut, maka ada usaha dari
kelompok masyarakat untuk melakukan penyemaian bibit
nyato, kemudian ditanam di daerah pascapenambangan yang
lokasinya sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Dok. Penulis
Gambar 9
Penghijauan di lahan Pascapenambangan dengan menggunakan berbagai jenis
tanaman keras
2.
Pohon Seruk
Hampir di sepanjang jalan di Bangka Belitung ditemui
tanaman pohon seruk. Pohon ini selain memiliki pohon yang
besar juga sangat mudah tumbuh termasuk di daerah lahan
36
HIJAU KEMBALI PULAUKU
pascatambang. Tentu dengan pengolahan tanah terlebih
dahulu. Secara fisik dan mudah dikenal, pohon seruk
memiliki pucuk daun yang kemerah-merahan.
Pohon seruk selain dapat dipergunakan untuk penghijauan lahan pascapenambangan, dapat juga dimanfaatkan
untuk pembuatan bangunan rumah. Hanya saja, kulit
luarnya harus dibersihkan dahulu. Karena kulit luar pohon
tersebut agak gatal, apalagi yang sudah kering dan berbentuk
serbuk.
Dok. Penulis
Gambar 10
Pohon Seruk hasil penghijauan di daerah pascapenambangan di lihat dari masjid
Agung Kota Sungailiat
3.
Pohon Kertas
Pohon kertas banyak ditanam di Bangka Belitung. Jenis
pohon ini mudah sekali tumbuh diberbagai tempat. Oleh
karena itu, tak heran apabila masyarakat Bangka Belitung
memanfaatkannya untuk penghijauan. Selain itu, jenis pohon
HIJAU KEMBALI PULAUKU
37
ini ada yang memiliki daun lebar, tetapi ada juga yang berjenis
agak panjang.
Apabila memperhatikan karakteristiknya, pohon kertas
ini dapat dimanfaatkan juga untuk melembabkan tanah,
karena daun-daunnya cepat rontok. Daun yang rontok
membantu mempercepat proses tumbuhnya tanaman lain.
Untuk itu, jenis pohon kertas ini dipergunakan dalam
penghijauan pascapenambangan.
Dok. Penulis
Gambar 12
Pohon Kertas
4.
Pohon Jarak
Pemanfaatan lahan tidur baik yang diakibatkan oleh
galian tambang timah maupun yang diakibatkan penebangan
hutan sembarangan, akan berdampak pada lahan yang tidak
produktif.
Penanaman pohon jarak tidak hanya dimanfaatkan
untuk penghijauan lahan pascapenambangan timah. Tetapi,
buahnya juga dapat digunakan untuk diolah menjadi sumber
energi, yaitu berupa minyak jarak yang disebut dengan
38
HIJAU KEMBALI PULAUKU
biodiesel. Selain itu, penanaman pohon jarak berfungsi
sebagai pengendali erosi serta memperbaiki tanah.
Sumber: Enviagro, Vol. 1 No.2 Oktober 2007
Gambar 13
Pohon Jarak di Lahan Pascapenambangan
Tanaman jarak pun mampu tumbuh dengan cepat dan
kuat di lahan beriklim panas, tandus, dan berbatu, dan cocok
tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 300
meter dari permukaan laut. Ada juga yang berpendapat
tanaman jarak memiliki kisaran adaptasi tumbuh yang luas,
tahan terhadap stress air, dan cocok untuk program reboisasi
atau penghijauan. Berarti tanaman jarak merupakan tanaman
pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan di lahanlahan marginal, seperti lahan bekas penambangan timah yang
banyak terdapat di Pulau Bangka dan Belitung.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
39
5. Budidaya Rumput Gajah
Rumput gajah untuk makanan ternak, seperti kambing
dan sapi dapat juga ditanam di daerah lahan pascapenambangan. Biasanya, penanaman rumput gajah tersebut setelah
tanahnya diolah dan salah satu sumber pupuknya adalah
kotoran hewan, seperti kambing atau sapi. Hewan tersebut
biasanya dipelihara dalam satu lingkungan dengan penanaman rumput gajah. Jadi, antara hewan sapi dan kambing
memiliki sifat yang saling menguntungkan dengan tanaman
rumput gajah.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan dengan cara
tidak serentak. Artinya, ada yang ditanam lebih awal,
pertengahan, dan lebih akhir dengan jarak waktu tanam
diatur sesuai kebutuhan peternak. Dengan menggunakan
sistem waktu, tanaman yang berbeda akan berdampak baik
bagi persediaan makanan ternak, apalagi rumput gajah
termasuk makanan ternak yang cukup baik.
F. Pemanfaatan Lahan Pascapenambangan
bagi Peternakan Itik Peking dan Sapi
1.
Pemanfaatan Kolong untuk Peternakan Itik Peking
Upaya pemanfaatan nilai ekonomi kolong eks tambang
telah dilakukan oleh PT. Timah, Tbk. bekerja sama dengan
PT. Total Quality. Bentuk kerja sama tersebut berupa budidaya
ternak itik peking. Ada dua lokasi peternakan itik peking,
yaitu di kolong eks TB 2.19 Simpang Belinyu dan kolong eks
Kapal Keruk Surabaya di Desa Lampur Kabupaten Bangka
Tengah.
Peternakan itik peking dengan memanfaatkan kolong
sangat membantu peternak, terutama peternak tidak perlu
40
HIJAU KEMBALI PULAUKU
lagi menyediakan air yang merupakan kebutuhan vital bagi
itik.
Sumber: Program Pengelolaan Lingkungan PT. Timah, Tbk.
Gambar 14
Peternakan Itik Peking di Belinyu dan di Lampur
2.
Penggemukan Sapi
Lahan bekas penambangan yang tidak produktif dapat
dimanfaatkan untuk penggemukan sapi. Sapi-sapi tersebut
kebanyakan didatangkan dari Pulau Jawa dan Bali. Pada
umumnya, sapi-sapi yang baru didatangkan tersebut masih
belum begitu dewasa dan perlu dilakukan pemeliharaan
secara intensif.
Umumnya, sapi-sapi tersebut dipelihara secara individu
maupun secara berkelompok. Secara individu, sering
dilakukan oleh masyarakat Madura yang menetap di Bangka
Belitung. Sedangkan secara terorganisasi, seperti yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Bangka bertempat di
kecamatan Pemali.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
41
Sumber: Program Pengelolaan Lingkungan PT. Timah, Tbk.
Gambar 15
Penggemukan sapi yang dilakukan pada lahan bekas penambangan timah, sekaligus
sebagai sarana kompos
42
HIJAU KEMBALI PULAUKU
BAB 3
PENGHIJAUAN PASCAGALIAN
TIMAH
Akibat penambangan pasir timah yang tidak terkendali,
maka dipandang perlu untuk melakukan penghijauan secara
serius agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang
berlebihan. Untuk itu, peran secara kolektif dalam
menghijaukan kembali Pulau Bangka dan Pulau Belitung
perlu disegerakan. Berikut ini beberapa peran masyarakat,
baik secara formal maupun non-formal yang telah melakukan
penghijauan maupun yang akan memulai melakukan
penghijauan.
A. Swadana Masyarakat
Penghijauan bekas galian timah yang dilakukan oleh
masyarakat memang belum begitu banyak. Kalaupun ada,
masih bersifat individu seperti yang dilakukan oleh salah
satu penduduk di kawasan Simpanggedong Desa Puput
Kecamatan Simpangkatis Bangka Tengah yang bernama
Sukri. Sukri telah memprakarsai penghijauan kembali lahan
bekas tambang di desanya seperti yang tertulis pada bagian
depan buku ini.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
43
Selain Sukri, masyarakat lain yang terlibat akan
pentingnya penghijauan bekas galian timah adalah Haji Yono
Muchtar dari Bangka Selatan. Berikut ini kisah sukses Haji
Yono Muchtar dalam bertanam sengon di lahan bekas
tambang, seperti penulis kutip pada Kompas, 21 November
2008 yang mungkin layak untuk dijadikan tauladan bagi
generasi berikutnya.
Bentangan lahan kritis sisa penambangan timah di Sadai,
Bangka Selatan, akhirnya menggugah kesadaran Yono
Muchtar. Namun, pohon-pohon sengon yang kemudian ia
tanam di atas tanah berpasir itu tidaklah murni didorong
keprihatinannya atas kerusakan lingkungan di tempat ini.
Ada sisi bisnis yang ia bidik. Juga obsisi untuk menjadikan
kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan baru di Provinsi
Bangka Belitung. Di luar itu, “dendam” yang membuncah
akibat gagal mengeruk keuntungan, ketika menjadi bagian
dari pelaku penambangan timah (illegal) juga ikut memicu
niat Yono menghijaukan areal itu dengan pohon sengon.
Haji Yono Muchtar (61) memang bukan ahli ekonomi.
Sekolah dasar pun ia tak tamat. Namun, sebagai pedagang
yang bermukim di kawasan Pelabuhan Sadai, ia tahu persis
gelar sarjana ekonomi, seperti yang diraih dua di antara empat
anaknya pun tak akan banyak membantu perkembangan
daerah ini bila hanya berkutat pada timah dan lada. Dua
komoditas yang sejak lama menghidupi warga Bangka.
“Timah segera habis, hanya akan menyisahkan lahan
kritis. Sementara tanaman lada kian menyusut, banyak yang
tak diurus lantaran biaya perawatan mahal. Belum lagi harga
jual lada di pasaran makin tak menentu”, ujarnya.
Timah dan lada bagai dua sejoli yang ikut membentuk
struktur sosial-ekonomi masyarakat di Pulau Bangka. Tak
terkecuali di Bangka Selatan, tempat Haji Yono bermukim
44
HIJAU KEMBALI PULAUKU
sejak 1979. Sebelum masyarakat mulai mengenal tanaman
kelapa sawit, juga karet, timah dan lada adalah tiang
kehidupan.
Sebelum era reformasi, sebetulnya masyarakat Bangka
Selatan, khususnya di daerah Toboali dan Sadai lebih akrab
dengan tanaman lada daripada mendulang pasir timah.
Selama puluhan tahun, lada memberi mereka nafas
kehidupan, sedangkan timah hanya melibatkan segelintir
warga. Itu pun tak lebih sebagai butuh di perusahaan Negara
(PT. Timah) dan swasta (PT. Koba Tin).
Ketika harga lada melambung pada 1980-an dan
mengantarkan para petani lada ke puncak kejayaan mereka
pada 1987. Desa-desa miskin di Bangka Selatan tiba-tiba
seperti disulap. Bangunan rumah yang semula kebanyakan
berupa gubuk berubah, seperti real estat yang tumbuh
menjamur. Mobil dan motor baru yang diparkir di depan
rumah warga jadi pemandangan biasa di desa-desa sepanjang
menuju Toboali daerah Bangka Selatan.
Haji Yono bukan bagian dari petani lada yang bernasib
mujur itu. Sebagai pendatang, ia hanya kecipratan sedikit
rezeki dari booming lada. Perantau dari tanah Jawa yang datang
melalui kampung halaman istrinya di daerah Tulung Selapan,
Sumatera Selatan ini hanya ikut sebagai pemetik lada di Pulau
Besar, Kecamatan Payung dan hasilnya dibelikan sepeda
motor.
Di saat orang-orang terbuai menikmati hasil lada, Yono
malah sibuk jualan jamu. Dengan sepeda motor yang dibeli
dari upah memetik lada, ia berkeliling dari desa ke desa,
sembari memperkenalkan cita rasa ramuan obat tradisional
Jawa tersebut.
Bertahun-tahun pekerjaan sebagai penjual jamu ia tekuni,
sebelum berganti menjadi pedagang kelontong. Keluarganya
HIJAU KEMBALI PULAUKU
45
Tulung Selapan ia ajak bermigrasi ke Bangka, persisnya di
Kampung Terep, masih diwilayah Bangka Selatan.
Pada saat yang bersamaan, harga lada yang pada paruh
pertama tahun 1990 mulai turun dan terus anjlok. Kebun
lada penduduk mulai tak terawat, bahkan tak sedikit yang
ditinggalkan, mengingat harga lada di pasaran di bawah biaya
produksi alias rugi.
Tahun 1994, Yono pindah ke Sadai. Saat itu, Sadai sudah
menjadi pelabuhan antarpulau, pelabuhan terbesar kedua di
Bangka setelah Muntok. Perkenalannya dengan seorang
pengusaha keturunan dari Toboali semakin membuat usaha
Yono terus berkembang. Ia bahkan dipercaya menjadi agen
penyalur bahan bakar minyak di wilayah ini.
Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1998
ternyata tak begitu memengaruhi usaha Yono. Di sisi lain,
kehidupan warga Bangka pada umumnya kian sulit setelah
selama satu dekade sempat “dininabobokan” masa kejayaan
sebagai petani lada.
Ketika rezim berganti, euforia reformasi datang bagai
penawar dahaga. Menyusul pencabutan komoditas timah
sebagai mata dagangan strategis oleh Menteri Perindustrian
dan Perdagangan pada 1999, serta semangat otonomi daerah
yang muncul belakangan di tingkat lokal, kebijakan ini lalu
diterjemahkan sebagai peluang bagi rakyat untuk ikut terlibat
dalam pencarian pasir timah.
Sejak itu, konsentrat pasir timah di lahan-lahan tandus
sisa aktivitas pertambangan PT. Timah selaku pemegang
kuasa pertambangan (KP) ataupun wilayah kontrak kerja (KK)
PT. Koba Tin, digarap ulang oleh penduduk, juga di Bangka
Selatan.
Sebagian besar petani lada pun berubah haluan ramairamai mendulang timah. Lokasinya tak hanya di wilayah KP
46
HIJAU KEMBALI PULAUKU
PT. Timah atau KK PT. Koba Tin, tetapi juga hingga membabat
kebun lada dan pekarangan rumah.
Ia sempat tergiur ikut membuka lubang tambang.
Namun, ternyata rezekinya tidak di sini. Lokasi yang ia ajukan
izin usahanya tak banyak mengandung konsentrat timah.
Sumber: Kompas , Jumat, 21 November 2008
Gambar 16
Haji Yono Muchtar dengan Latar Pohon Sengonnya
HIJAU KEMBALI PULAUKU
47
Modal usaha yang ia keluarkan untuk membeli peralatan
tambang seperti pompa dan selang berikut upah pekerja tak
kembali.
“Ada sedikit kekecewaan. Tapi saya segera sadar, ternyata
biaya untuk mengembalikan kondisi tanah bekas galian
tambang juga tidak sedikit, sehingga tidak heran kalau
banyak yang dibiarkan begitu saja. Saya merenung. Wah,
kalau begini, bisa-bisa daerah ini kelak jadi padang pasir”,
tuturnya.
Berangkat dari pengalamannya ketika masih di Tulung
Selapan pada awal 1970-an, menjadi pedagang kayu
gelondongan hingga ke Jakarta, ia memutuskan menanami
lahan bekas galian tambangnya dengan pohon sengon.
Ternyata berhasil. Sengon Haji Yono cukup subur. Padahal,
tanaman lain sulit tumbuh di tanah yang sudah kehilangan
unsur organiknya itu.
Sejak itu, lahan-lahan bekas kebun lada yang sudah digali
pemiliknya untuk menambang timah yang tak bisa lagi
ditumbuhi tanaman lada ia beli dan ditanami sengon. Sejak
2005, sudah 25 hektar pohon sengon Haji Yono meneduhi
tanah berpasir yang semula tandus, kini menjadi hijau.
Guna mengurusi pohon sengonnya, tiga pekerja khusus
ia datangkan dari Jawa. Ia sendiri sehari-hari sibuk mengurusi
barang dagangan di kawasan Pelabuhan Sadai.
“Kalau kelak sudah bisa di panen, kayu-kayu sengon ini
akan saya olah di sini, baru setelah itu dijual ke Jakarta. Dari
Jakarta, saya akan bawa barang ke Sadai. Kalau sekarang kan
hanya barang-barang dari Jakarta yang dibawa ke Pelabuhan
Sadai. Sedangkan dari sini kosong karena tidak ada muatan”,
tuturnya.
Haji Yono Muchtar adalah potret manusia yang dianggap
sukses dan sekaligus berhasil dalam menjinakkan bekas galian
48
HIJAU KEMBALI PULAUKU
timah tersebut diolah kembali dengan menanam pohon
sengon yang bernilai ekonomis. Diharapkan di Bangka
Belitung tumbuh semangat seperti Yono, sehingga Pulau
Bangka dan Belitung yang tadinya banyak hamparan padang
pasir berangsur-angsur hijau kembali.
Selain Haji Yono, masyarakat Bangka Belitung yang
peduli terhadap bekas galian tambang adalah Jhong Lie Thung,
seorang Kepala Desa Klabat Kecamatan Jebus Kabupaten
Bangka Barat.
Di tengah euforianya, sebagian besar masyarakat Desa
Klabat menikmati profesinya sebagai penambang timah,
namun ada juga yang masih setia menggeluti bidang
pertanian dan tidak ikut-ikutan terjun dalam dunia
pertambangan. Pria keturunan Tionghoa yang akrab dipanggil
Athung itu beralasan pertambangan identik dengan
kerusakan lingkungan. Buktinya, sekarang sudah banyak
lahan-lahan bekas tambang yang ditinggalkan penambangnnya begitu saja tanpa berinisiatif untuk mengembalikannya
seperti semula.
Athung sendiri cenderung lebih menyukai bidang
pertanian sejak kecil. Ketika melihat lahan-lahan bekas
tambang yang sudah gundul, timbul niat Athung untuk
menghijaukannya kembali dengan membuka lokasi pertanian
di atas lahan seluas satu hektar bekas salah satu lokasi
penambangan timah milik temannya. Dalam lahan tersebut
telah ditanam dengan tanaman jagung, cabai, semangka, dan
kacang panjang. Untuk mengelola lokasi pertanian tersebut,
Athung mempekerjakan lima orang karyawan yang berasal
dari Sukabumi.
Saat ini, Athung terus mengembangan usaha pertaniaannya di lahan bekas tambang tersebut dengan menanam melon
jenis sky rocket dari Taiwan. Dengan modal Rp 25 juta, hasil
HIJAU KEMBALI PULAUKU
49
tanaman melon tersebut tumbuh dengan baik. Dari sekitar
seribu biji yang ditanam, bisa menghasilkan buah dengan
berat rata-rata dua kilogram. Jika, tahap pengembangan
melon ini berhasil, Athung berkeinginan untuk mengembangkan lebih besar lagi. Pengembangan tersebut
dengan memanfaatkan lahan bekas tambang sekitar satu
hektar lagi untuk ditanami 12 ribu biji melon.
Memang ada kendala yang dialami oleh Athung,
diantaranya tanah bekas tambang banyak mengandung
bahan-bahan kimia, seperti besi karat, sehingga pH tanah
menjadi tidak bagus untuk pertanian. Untuk mengurangi pH
tersebut, sebelum dimanfaatkan ditaburi kapur dolomit dulu
untuk menetralkan pH tanah.
Selain itu, cuaca tidak menentu juga menjadi kendala
dalam perawatan tanaman melon, apalagi disaat musim
penghujan tiba. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
pemeliharaan intensif seperti membungkus buah melon agar
tidak terkena percikan tanah saat hujan. Kendala lainnya
dalam perawatan adalah sulitnya mendapatkan pupuk.
Kalaupun ada, harganya relatif mahal, termasuk juga obatobatan bagi tanaman melon juga harus dibeli dengan dana
cukup besar.
Athung sendiri berharap pengusaha tambang timah
mengikuti jejaknya saat ini, dengan menjalani kerjasama yang
baik untuk mengembangkan sektor pertanian di lahan bekas
tambang timah.
A. Pihak Sekolah dan Dinas Pendidikan
Pentingnya penghijauan pasca galian timah perlu
ditanamkan pada diri anak-anak, terutama para siswa.
Harapan yang cukup banyak terhadap siswa, agar sejak dini
50
HIJAU KEMBALI PULAUKU
sudah diperkenalkan dengan materi lingkungan, terutama
saat pelajaran mulok di sekolah seperti yang dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka.
Untuk memperkenalkan pentingnya penghijauan
melalui siswa di kelas, juga penting dilakukan dalam bentuk
lain, misalnya pemasangan baligo yang berisi pesan-pesan
Dok. Pribadi
Gambar 17
Baliho yang melibatkan para siswa terbentang di depan kantor Dinas Pendidikan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
HIJAU KEMBALI PULAUKU
51
moral, agar siswa selalu ingat bahwa penghijau lahan bekas
penambangan merupakan tanggung jawab bersama sejak dini
hingga dewasa kelak.
Selain pihak sekolah menanamkan sikap ramah terhadap
lingkungan memang perlu juga dilakukan oleh Dinas
Pendidikan sejak dini. Untuk itulah, Dinas Pendidikan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memasang baligo yang
tidak begitu jauh dari Kantor Dinas Pendidikan tersebut.
Pemasangan baligo bertujuan sebagai pengingat agar
para pelajar sejak dini sudah memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Selain itu, mengingatkan juga agar para pelajar
tidak melakukan penambangan liar yang saat ini sering
dilakukan oleh pelajar terutama yang berada di pedesaan.
Salah satu sekolah yang melakukan penghijauan adalah
SD St. Theresia I Pangkalpinang. Dalan usianya ke-75, sekolah
tersebut berniat melakukan penghijauan di lingkungan
sekolah dan program tersebut mereka namakan Green School.
Hadir dalam kegiatan tersebut Walikota Pangkalpinang,
Selain SD St.Theresia I Pangkalpinang, kegiatan
penghijauan pun akan dilakukan oleh SMA Muhammadiyah
Sungailiat. Untuk penghijauan yang dilakukan SMA
Muhammadiyah tersebut cukup unik. Mereka sendiri yang
menyemaikan dan mempersiapkan bibit yang akan ditanam
di pascatambang tersebut. Ada dua macam jenis pohon yang
akan mereka tanam, yaitu pohon durian dan pohon pinang.
Pohon-pohon tersebut dipersiapkan oleh siswa yang sekaligus
merupakan hasil praktik pada mata pelajaran muatan lokal.
52
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Dok. Penulis
Gambar 18
Siswa saat membersihkan gangguan gulma terhadap bibit tanaman durian dan Pohon
Pinang hasil semaian siswa SMA Muhammadiyah Sungailiat
Pada sisi lain, ratusan siswa-siswi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pangkalpinang tergerak hatinya
untuk menanam pohon di lahan kritis bekas tambang timah.
Wajah ceria walau terlihat keringat menetes di kening mereka
karena terik matahari, tapi tak menggoyahkan semangat
untuk mengayunkan cangkul. Lubang digali, pohon pun
ditanam.
Kegiatan menanam pohon ini merupakan rangkaian
penanaman sejuta pohon SMK 1 Pangkalpinang. Lokasi
penanaman dilakukan di kawasan Parit Enam Pangkalpinang.
Program ini berjalan atas kerja sama dengan Bangka Goes
Green, karena pihak Bangka Goes Green menyediakan lahan
dan bibit sedangkan SMK 1 Pangkalpinang hanya melakukan
HIJAU KEMBALI PULAUKU
53
penanaman. Menurut Kepala Sekolah SMK 1 Pangkalpinang,
kegiatan ini tak lepas dari keinginan bersama untuk
meningkatkan budaya lingkungan yang baik di tingkat pelajar
dan sekolah. Hal ini dilakukan, mengingat persoalan
lingkungan menjadi isu penting, karena lahan kritis akibat
tambang timah yang tak terkendali membuat bopeng-bopeng
wajah Pulau Bangka Belitung.
Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut akan
berdampak terhadap lahan kritis pada waktu-waktu yang
akan dating, minimal 4 hingga 5 tahun lagi Pulau Bangka
Belitung akan hijau kembali. Lebih kurang 200 pelajar
ditambah 10 guru pembimbing SMK 1 Pangkalpinang
terlibat aktif menanam pohon. Pohon yang ditanam jenis
jambu mete. Selain itu, kegiatan ini menanamkan sikap cinta
terhadap lingkungan sejak dini sekaligus sambil belajar
menanam pohon.
Dok. Penulis
Gambar 19
Kegiatan Penghijauan SMK Negeri 1 Pangkalpinang,
Menanam Pohon Sambil Belajar
54
HIJAU KEMBALI PULAUKU
A. Lembaga Pemerintah
1.
Polair Polda Babel
Direktorat Polair Polda Bangka Belitung melakukan
penanaman 500 pohon sengon di Perkampungan Pemuda
Air Mawar Kelurahan Bacang Pangkalpinang. Dalam kegiatan
penghijauan tersebut, Ditpolair Polda bekerjasama dengan
Bangka Goes Green. Sedangkan pelaksanaan penanaman
melibatkan siswa SMKA Negeri 4 Pangkalpinang dan
masyarakat yang tinggal di lingkungan perkampungan
pemuda.
Kegiatan ini dalam rangka mendukung program
pemerintah untuk menghijaukan wilayah Bangka Belitung,
sekaligus memperingati Polair Babinkam Polri ke-58.
Penghijauan yang dilakukan bersama masyarakat termasuk
siswa SMKN 4 Pangkalpinang melakukan penanaman 500
pohon sengon. Penanaman dilakukan sekaligus sebagai usaha
mensejahterakan masyarakat ke depan karena lima tahun ke
depan diharapkan pohon yang ditanam tersebut memiliki
nilai ekonomi yang tinggi apalagi bibit yang ditanam tersebut
bibit yang baik dari Bangka Goes Green yang merupakan salah
satu lembaga yang bergerak dalam bidang penghijauan di
Bangka Belitung.
Dalam kegiatan tersebut terungkap ucapan terima kasih
Ketua Kelompok Pertanian Kampung Pemuda Air Mawar
kepada jajaran Ditpoalir Polda yang telah melakukan
penghijauan. Menurut ketua kelompok tersebut kegiatan
penghijauan ini telah dilaksanakan yang kedua kalinya dan
akan dirawat, serta menjaga sengon yang ditanam ini dengan
baik.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
55
2.
Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung
Sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian dan
memupuk rasa cinta terhadap lingkungan, serta mendukung
program pemerintah dalam penghijauan, PT. Timah, Tbk.
Bekerjasama dengan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bangka
Belitung melakukan kegiatan penanaman 1250 pohon di eks
Tambang 23 Kampung Jeruk, Kecamatan Pangkalpinang,
Bangka Tengah.
Kegiatan penghijauan dalam rangka Bulan Bakti HUT
ke-32 PT. Timah dan Hari Bakti Adhyaksa ke-48, serta Hari
Ulang Tahun ke-8 Adhika (Dharma Karini). Kegiatan tersebut
diikuti lebih kurang 400 orang baik pimpinan, asisten, dan
staf Kejaksaan Tinggi (Kajati) Bangka Belitung maupun
pejabat PT. Timah Tbk. dan perusahaan anak.
Penanaman pohon yang dimulai pukul 09.00 WIB pagi
tanggal18 Juli 2008, dibuka Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi
Kepulauan Bangka Belitung, ditandai dengan penyerahan
pohon secara simbolis dari Direktur Utama PT. Tambang
Timah.
Acara dilanjutkan dengan penanaman pohon dari
berbagai jenis seperti sengon laut, mahoni, jambu mete, serta
nyato pada lahan yang sudah diratakan dan diatur sedemikian
rupa dengan lubang-lubang tanam yang diberi jarak tertentu.
Sebanyak 400 orang yang turut serta dalam kegiatan tersebut
segera menyebar untuk menanam pohon, dan hanya dalam
waktu singkat penanaman pohonpun kelar. Selanjutnya,
sebanyak 1250 pohon yang ditanam tersebut perawatannya
akan ditangani PT. Timah sebagai bagian dari reklamasi.
56
HIJAU KEMBALI PULAUKU
B. Perusahaan Penambangan
1.
PT Timah Tbk.
a.
Reklamasi
Kegiatan reklamasi rehabilitasi lahan bekas tambang
selaras dengan semboyan Green Babel “TRIKARSA UTAMA”
yang kedua. Sebagai perusahan tambang tata cara reklamasi
lahan bekas tambang telah diatur dalam UU No. 11 tahun
1967 dan dijabarkan secara detil dalam Peraturan Pemerintah
No. 32/1969, PP75/2001, Kep. Dirjen PU No. 336/1996.
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 146/
Kpts-II/1999, Peraturan Menteri Pertambangan No. 18 Tahun
2008 dan beberapa Keputusan Menteri, serta Perda Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tentang yang terkait dengan
masalah reklamasi.
Dalam melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang,
upaya yang dilakukan PT. Timah, Tbk. tidak hanya terbatas
pada penghijauan kembali, tetapi juga pada nilai manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari
pemilihan jenis tanaman reklamasi seperti sengon laut,
mahoni, kelapa sawit, akasia mangium, jambu mete, meranti
putih, nyatoh, karet, cemara pantai, buah-buahan, dan jarak
pagar yang seluruhnya memiliki nilai ekonomi dan
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di
sekitar lokasi reklamasi tersebut. Kegiatan sosialisasi reklamasi
telah dilakukan PT. Timah, Tbk. bekerja sama dengan kantor
dinas pengawas kabupaten terkait diantaranya Distamben,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
serta melibatkan unsur perangkat kecamatan, desa, BPD,
tokoh masyarakat, dan masyarakat yang berdomisili disekitar
lokasi yang akan direklamasi. Keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan perawatan tanaman dan pengamanan lokasi
HIJAU KEMBALI PULAUKU
57
reklamasi juga memberikan dampak positif bagi keberhasilan
pelaksanaan reklamasi yang dilakukan oleh PT. Timah ,Tbk.
b.
Teknik Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang
Tata cara rehabilitasi lahan bekas tambang yang telah
dilaksanakan oleh PT. Timah, Tbk. adalah mengacu pada
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). Kegiatan
penambangan timah di Pulau Bangka yang telah disetujui
oleh Menteri Pertambangan dan Enargi pada tahun 1992
dan dokumen RKL kegiatan penambangan timah di Pulau
Belitung yang disetujui Menteri Pertambangan dan Energi
tahun 1993.
Di dalam dokumen tersebut teknik rehabilitasi lahan,
jenis tanah dan kesesuaian tanaman reklamasi, serta
komposisi pemakaian pupuk dijabarkan secara detail melalui
suatu kajian studi yang mendalam.
Secara umum teknik rehabilitasi lahan yang diaplikasikan oleh PT. Timah, Tbk. terbagi ke dalam empat tahap
kegiatan, yakni :
1) Tahap penyiapan lahan meliputi kegiatan pendorongan
tailing ke dalam kolong; penimbunan tailing dengan
overburden; perataan tanah; almeliorasi lahan dengan
bantuan kapur pertanian dan pupuk; penggemburan
tanah untuk jalur tanam cover crop, pemasangan ajir dan
lobang tanaman berukuran 60x60x50cm serta pembuatan talud (jalur hijau) di sekeliling kolong untuk
pengendali erosi.
Gambar di bawah ini memberikan penjelasan secara
deskriptif terhadap penyiapan lahan tersebut. Awalnya, setiap
gundukan pasir yang menggunung diratakan terlebih dahulu
dan setelah itu dioleh kembali, sehingga proses rehabilitasi
tanah dapat lebih mudah dilakukan.
58
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk.
Gambar 20
Kondisi lahan reklamasi “2000 Ha” sebelum dan sesudah diratakan yang berlokasi di
Bukit Ketok Belinyu
2)
Tahap penanaman meliputi kegiatan penanaman
tanaman cover crop, penanaman tanaman utama pada
lubang tanam yang telah diisi dengan tanah humus,
pupuk kandang/kompos, urea dan pupuk organik plus
sesuai dengan dosis yang sudah ditetapkan.
Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk.
Gambar 21
Tahap penanaman yang dilakukan saat pencanangan Green Babel di Kab. Bangka
HIJAU KEMBALI PULAUKU
59
3)
Tahap Perawatan tanaman meliputi: kegiatan pemupukan tiga kali dalam setahun, penyulaman tanaman
yang mati, penyiangan, dan pengendalian hama.
Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk.
Gambar 22
Tahap Perawatan Tanaman
4)
60
Tahap Pengamatan
Pada tahap ini pertumbuhan tanaman meliputi kegiatan
pemantauan reklamasi seperti pengukuran tinggi
tanaman, diameter batang, lebar penutupan tajuk, persen
tumbuh (rate of survival). Kehadiran sukses, pH tanah,
uji kimia fisika kesuburan tanah dan kualitas air kolong.
Hasil pemantauan reklamasi dilaporkan dalam laporan
triwulan Rencana Pengelomaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) kepada instansi
pengawas lingkungan terkait secara berkala. Gambar di
bawah ini menunjukkan kegiatan pemantauan yang
dilakukan oleh petugas untuk mengetahui perkembangan pohon akasia yang ditanam.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk.
Gambar 23
Kegiatan pemantauan reklamasi yang terletak di Desa Kulur
Kabupaten Bangka Tengah
Secara singkat, keempat tahapan tersebut dapat diamati
pada gambar berikut. Terdiri dari suatu rangkaian yang
berbentuk skema siklus teknik rehabilitas lahan pascatambang.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
61
Sumber: Program Pengelolahan Lingkungan, PT. Timah, Tbk.
Gambar 24
Teknik Rehabilitasi Lahan Pascatambang
2.
PT. Kobatin
Selain PT. Timah, perusahan penambangan seperti PT.
Kobatin pun ikut berusaha bertanggung jawab terhadap
penghijauan terhadap lingkungan pascapenambangan. PT.
Kobatin adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
joint venture yang kini 75 persen sahamnya dimiliki oleh
Malaysian Smelting Corporatian dan 25 persen oleh PT. Timah.
PT. Kobatin hingga bulan Juni 2008 telah berhasil mereklamasikan lahan darat seluas 150 hektar di lokasi Air
Kepoh, Bemban, dan Kedangkal. Usaha reklamasi tersebut
merupakan usaha mereklamasikan lahan pascapenambangan
yang diperkirakan seluas 600 hektar.
62
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Usaha penghijauan yang dilakukan oleh PT. Kobatin
yang langsung menyentuh masyarakat di daerah Bangka
Tengah dan Bangka Selatan ini berupa budidaya tanaman
papaya dan tanaman hotikultur lainnya seperti cabai.
Gambar di bawah ini memberikan bukti nyata mengenai
hal yang dilakukan oleh PT. Kobatin dalam memanfaatkan
lahan pascapenambangan.
Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008
Gambar 25
Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya pepaya
HIJAU KEMBALI PULAUKU
63
Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008
Gambar 26
Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya cabai
Selain melakukan penghijauan lahan pascapenambangan, usaha lain yang dilakukan oleh PT. Kobatin adalah
memanfaatkan galian pascapenambangan yang sudah
berupa kolong. Kegiatan yang dilakukan oleh PT. Kobatin
dengan mereklamasi kolong dengan budidaya ikan air tawar.
Ikan air tawar yang ditebar, yakni ikan mas dan nila dengan
umur tiga hingga empat bulan dengan total keseluruhannya
5.000 bibit. Penyebaran dilakukan di kolong yang luasnya
sekitar 30,4 hektar dan kolong yang digunakan sudah berumur sekitar sepuluh tahun, sehingga sudah memungkinkan
untuk dimanfaatkan.
64
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Sumber: Bangka Pos, 27 Juni 2008
Gambar 27
Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk budidaya ikan air tawar
Penyemaian bibit ikan tersebut dilakukan dengan
keramba apung. Perlakuan tersebut untuk menjaga agar ikanikan yang ditabur di kolong akan lebih terkontrol dan dapat
dirawat dengan baik, termasuk mempermudah untuk
memberikan makanannya. Selain itu, untuk menghidar dari
pencurian yang dilakukan oleh orang yang tak bertanggung
jawab.
Biasanya, kegiatan penghijauan dan memanfaatan kolong
yang dilakukan oleh PT. Kobatin selain tanggung jawab akan
pentingnya lingkungan yang baik, juga merupakan tempat
percontohan bagi masyarakat sekitar untuk bersama-sama
mengelola lingkungan.
3.
Bangka Belitung Timah Sejahtera (PT. BBTS)
Guna mendukung program Pemerintah Provinsi Bangka
Belitung untuk perbaikan lahan bekas tambang, PT. Bangka
HIJAU KEMBALI PULAUKU
65
Belitung Timah Sejahtera (PT. BBTS) akan menanami 10 ribu
hektar lahan yang rusak akibat penambangan. Kesediaan
konsorsium beberapa perusahaan peleburan pasir timah milik
swasta di Bangka Belitung ini ditandai dengan penandatanganan Surat Kesepahaman dengan Yayasan Green Babel dan Polda
Bangka Belitung.
Dalam kesepatan itu disebutkan, bahwa lahan bekas
tambang yang akan ditanami pohon produktif oleh PT. BBTS
adalah lahan bekas galian tambang di sepanjang jalur menuju
Bandara Depati Amir. Dipilihkan lokasi yang berdekatan
dengan bandara atau yang berada pada jalur penerbangan
ini untuk memberikan kesan baik pada tamu dan wisatawan
yang datang ke Bangka Belitung melalui transportasi udara.
Saat akan mendarat para penumpang tidak akan melihat lagi
tanah yang gersang dan rusak bekas penambangan.
Pihak perusahan akan menanam sekitar 4 juta bibit
pohon sengon dan pohon jambu mete, Dipilihnya kedua jenis
pohon ini, selain karena cocok dengan lahannya juga pohon
memiliki nilai produksi yang bagus. Pohon tersebut kayunya
tidak bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah, sehingga
kecil kemungkinan akan adanya illegal logging, sementara
buah jambu mete bernilai ekonomis tinggi.
Selain itu, pihak perusahan hanya melakukan penanaman tanpa menutupi kolong bekas penambangan
karena kolong-kolong itu akan dimanfaatkan sebagai tempat
penampungan air untuk selanjutnya dijadikan sebagai sumber
air baku.
66
HIJAU KEMBALI PULAUKU
E. Lembaga Swadaya Masyarakat
Ada beberapa lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak dibidang penghijauan di Bangka Belitung. Di antara
lembaga swadaya tersebut adalah Green Babel.
Lembaga Swadaya Masyarakat ini memiliki visi “Bangka
Belitung hijau warisan utama kepada anak cucu generasi penerus
di Negeri Serumpun Sebalai.” Sedangkan misinya adalah :
1.
(For Profit and For Planet) menjadikan setiap kegiatan
usaha perusahaan di Bangka Belitung sebagai usaha
perusahaan yang berwawasan dan berpihak kepada
lingkungan.
2.
(For Planet) Melaksanakan rehabilitasi lahan kritis,
rehabilitasi lahan pasca tambang dan pemberdayaan
lahan tidur/Tri Karsa Utama.
3.
(For People) Penguatan ekonomi rakyat melalui kegiatan
Tri Karsa Utama.
Selain Green Babel, terdapat juga Lembaga Swadaya
Masyarakat yang lain dan juga peduli terhadap lingkungan
di Bangka Belitung, yaitu Bangka Goes Green. Bangka Goes
Green memiliki semboyan Gerakan Sosial Masyarakat untuk
Penghijauan. Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut sangat
dipentingkan, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bergerak dalam bidang penghijauan dan lingkungan hidup.
Cukup banyak sudah kegiatan yang dilakukan oleh
Bangka Goes Green diantaranya menanam padi di lahan
pascapenambangan dan penyediaan berbagai bibit tanaman
yang siap untuk ditanami di daerah kritis akibat galian pasir
timah. Tidak hanya itu, Bangka Goes Green juga dijadikan
sebagai tempat studi lapangan bagi para siswa mulai dari
Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi, bahkan para
HIJAU KEMBALI PULAUKU
67
tamu gubernur dan walikota sering berkunjung ke lokasi
Bangka Goes Green untuk studi banding dan melihat lebih
dekat cara mengolah lahan pascapenambangan, sehingga
menjadi lahan subur dan bermanfaat kembali.
68
HIJAU KEMBALI PULAUKU
BAB 4
PENUTUP
Coba Anda amati gambar di bawah ini dan amatilah
dengan seksama termasuk gambar pada bagian depan dan
latar hutannya.
Dok. Pribadi
Gambar 28
Hasil penghijauan lahan bekas tambang yang dilakukan di tepi kolong dengan latar
hutan yang masih hijau
HIJAU KEMBALI PULAUKU
69
Setelah Anda memperhatikan gambar di atas,
bagaimana perasaan Anda? Senang bukan! Terutama apabila
memandang dan memperhatihan hutan yang masih terawat
dengan baik. Pada bagian depan pun akan terasa indah,
karena sudah mulai dilakukan juga penghijauan.
Akan terasa lebih baik lagi apabila air yang jenih tersebut
disemaikan bibit ikan air tawar yang mampu menyantap
setiap jentik-jentik nyamuk. Maka, terbentuklah perpaduan
yang ideal tentang pemanfaatan kolong dan lingkungan yang
asri di Bangka Belitung. Sehingga kesan Bangka Belitung yang
awalnya penuh dengan bopeng-bopeng penuh luka
terhapuslah sudah.
Banyaknya usaha penghijauan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, para pelajar dari tingkat Taman KanakKanak hingga Perguruan Tinggi, pemerintah daerah, pihak
kepolisian, perusahaan swasta, dan organisasi pencinta
lingkungan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat akan
mengurangi lahan kritis akibat dari galian pasir timah selama
ini di Bangka Belitung.
Semua kegiatan penghijauan tersebut merupakan usaha
kita dalam mewujudkan lingkungan Bangka Belitung yang
tadinya rusak, sekarang berangsur-angsur membaik. Untuk
itu, mari lestarikan lingkungan dan jangan merusak
lingkungan hanya untuk kepentingan sesaat.
Barangkali sebagai penutup dari rangkaian, perlunya
pelestarian lingkungan direnungkan kembali seperti masalah
yang tercantum dalam Al Qur’an yang artinya “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41).
70
HIJAU KEMBALI PULAUKU
DAFTAR PUSTAKA
Bangka Pos, “PT Kobatin Berkarya Bersama Masyarakat,” 27
Juni 2008.
—————, “PT Timah Peduli lingkungan ,” 19 Juli 2008.
—————, “Green School Tanam Pohon Buah-buahan,” 11
Januari 2009.
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan, Vol. 1 No.2
Oktober 2007.
Fadillah Sabri. 2006. Penelitian Strategi Pelestarian Air Kolong
Sebagai Sumber Air Baku di Kabupaten Bangka. Sungailia:
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UBB.
Kompas, “Bertanam Sengon di Lahan Bekas Tambang,” 21
November 2008.
Metro, Edisi 49/Tahun II/ 28 Agustus-3 September 2008.
————, Edisi 52/Tahun II/18-24 September 2008.
————, Edisi 78/Tahun II/16-18 Februari 2009.
Mitro Bangka Belitung, Senin, 4 Mei 2009.
HIJAU KEMBALI PULAUKU
71
PT Timah Tbk.. Tanpa Tahun. Program Pengelolaan
Lingkungan. Pangkalpinang: PT Timah Tbk.
Republika, 22 April 2008.
————. “Pesan Lingkungan Makin Marak Disuarakan,” 23
Desember 2008.
Suripto. “Revitalisasi Lahan Kritis dan Bekas Tambang”
Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari Optimalisasi Sumber Daya Alam untuk Membangun Bangka
Belitung Menuju Masyarakat Damai dan Sejahtera, 16
Oktober 2008 di Gedung Serba Guna Pemprov Kep.
Babel.
Yunus, Mahmud. 2000. Tafsir Karim. Jakarta : PT Hindakarya
Agung.
72
HIJAU KEMBALI PULAUKU
TENTANG PENYUSUN
Asyraf Suryadin, lahir pada 4 Mei 1966 di Pangkalpinang, Menamatkan SD,SMP,dan SMA diselesaikan di
Pangkalpinang pada tahun 1979, 1982, dan 1985. Kemudian
hijrah ke Yogyakarta dan lulus sebagai Sarjana Bahasa dan
Sastra Indonesia pada 26 Juni 1990, tahun 1998 mengikuti
kuliah di Program Pascasarjana Program Studi Magister
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dan lulus pada tahun 2000.
Kemudian menyelesaikan pendidikan Program Doktor
tahun 2009 pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Pengalaman kerja sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di beberapa SMP/SMA/SMK di Sungailiat hingga tahun
1995. Kemudian pada 1 Desember 1995 bertugas sebagai
guru di SLTP Negeri 4 Muntok dan selanjutnya ke SMA 1
Pemali Bangka hingga 2006. Pernah membantu sebagai staf
dosen di STAIN Bangka, UT UPBJJ Pangkalpinang, dan Universitas Bangka Belitung. Saat ini, sebagai PNS di Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pengalaman penulis sebagai juara I Tingkat Nasional
Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan 2004. Juara
Harapan III Tingkat Nasional Sayembara Penulisan Naskah
Buku Bacaan 2005. Serta menulis dibeberapa media massa
HIJAU KEMBALI PULAUKU
73
baik di koran maupun majalah yang bertarap lokal dan
nasional.
Beberapa tulisan yang telah diterbitkan: Antalogi 93 Puisi
53 Penyair “Penobatan” (Yogyakarta), Bimbingan Penulisan
Karya Tulis untuk SLTA (Sungailiat), Cerita Rakyat Bangka
“Putri Gunung Kelumpang ke Air Limau” (Sungailiat), Legenda
Rakyat Bangka “Sang Benyawe sampai Tanjung Penyusuk”
(Sungailiat), Gaya Bahasa dan Gejala Bahasa (Pangkalpinang),
Kumpulan Soal Edisi EBS 5 (Sungailiat), Kumpulan Soal Edisi
Ebtanas (Sungailiat), Jangan Rusak Pulauku (Bandung),
Kumpulan Cerpen Hiski Guru Teladan (Jakarta), Antologi “Puisi
Bingung Seorang Guru” (Editor, Pangkalpinang), Muntok, dari
Wan Akub hingga Bung Karno (Bandung). Guru Naik Pangkat,
Yuk! (Pangkalpinang), Cerita Rakyat Bangka Belitung
(Editor,Pangkalpinang), Bahasa Indonesia, Membaca dan
Menulis (Pangkalpinang), Membumikan Tradisi Menulis
(Pangkalpinang), Putri Kayu Pelawan (Yogyakarta), dan lainlain.
74
HIJAU KEMBALI PULAUKU
Download