BAB II LANDASAN TEORETIS Pembelajaran Menulis

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Pembelajaran Menulis Deskripsi Perilaku Manusia dalam Naskah Drama dengan
Menggunakan Metode S-A-V-I
2.1 Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi dikarenakan siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Menurut Skinner dalam Dimyati (2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.
Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati (2006:10) belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan,pengetahuan, sikap dan nilai.
Teori belajar lain yang dikemukakan Piaget dalam Dimyati (2006:13) yang
berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan.Lingkungan tersebut mengalami perubahan.
Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
13
14
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan
metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika
seseorang sedang belajar dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan seharihari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Seperti yang dikemukakan
oleh Wenger dalam Huda (2013:2) mengatakan,”Pembelajaran bukanlah aktivitas,
sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang
lain.Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih
dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda,
secara individual, kolektif ataupun sosial.”
Sedangkan menurut Suprijono (2011:13) pembelajaran adalah proses, cara,
perbuatan mempelajari, dialog interaktif, proses organik dan konstruktif dengan subjek
pembelajaran adalah peserta didik.
Gagne dalam Huda (2013:3) mengemukakan bahwa pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan
ditingkatkan levelnya.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Hilgard dan Bower dalam Huda
(2013:4) pembelajaran adalah perdebatan mengenai fakta-fakta, interpretasi atas faktafakta dan bukanlah definisi istilah pembelajaran itu sendiri.
15
Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku secara bertahap untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Langkah-langkah Menulis Deskripsi Perilaku Manusia dalam Naskah Drama
2.2.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Menulis adalah menurunkan atau melukisan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik tersebut (Tarigan, 2008:22).
2.2.2
Tujuan Menulis
Tujuan
menulis
secara
sederhana
adalah
memberitahukan
atau
menginformasikan, menghimbau, meyakinkan, dan mengungkapkan perasaan atau
emosi. Hugo Hartig dalam Tarigan (2008:24-26) berpendapat bahwa tujuan menulis
terbagi menjadi beberapa rumusan tujuan menulis, antara lain berikut ini :
a. Assigment purpose (tujuan penugasan)
16
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bahkan atas kemampuan
sendiri misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku: sekertaris
yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat.
Altruistic purpose (tujuan altrusistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghadirkan
kedudukan para pembaca, ingin mendorong para pembaca memahami,
menghargai perasaan, dan penalaranya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
Persuasip purpose ( tujuan persuasif)
Tujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diuraikan.
Informational purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
keterangan/penerangan keadaan para pembaca.
Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujan untuk mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai
kesenian.
Self ekspressive purpose (tujuan penyataan diri)
Tulisan yang bertujuan untuk menyatakan diri atau memperkenalkan diri
sang pengarang kepada membaca.
Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi penulis.
Penulis ingin menjelasakan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti
secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh pembaca.
2.2.3 Pengertian Deskripsi
Menulis sebuah tulisan, khususnya dalam karya sastra penulis akan banyak
menggunakan deskripsi orang baik mengenai watak, perilaku maupun fisik dari tokoh
yang diceritakan. Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks, sehingga sulit untu
dideskripsikan. Manusia adalah makhluk yang hidup dan berakal budi maka tidak dapat
diharapkan sebuah deskripsi yang sempurna tentang manusia.
17
Keraf (1981:149), menyatakan “deskripsi atau pemerian merupakan sebuah
bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincianperincian dari objek yang dibicarakan.
Sedangkan Semi (2003:41) menyatakan bahwa deskripsi adalah tulisan yang
tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi
pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut
melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.
Selain itu, Finoza (2004:197) menyebutkan bahwa kata deskripsi dalam bahasa
latin, dikenal dengan describere yang berarti menulis tentang, membeberkan sesuatu
hal, melukis sesuatu hal.
Dapat ditarik kesimpulan dari ketiga pendapat di atas bahwa deskripsi adalah
sebuah tulisan yang menggambarkan secara rinci objek, dan memerlukan kesensitivan
panca indera agar pembaca dapat berimainasi bagaikan mereka ikut melihat,
mendengar, mersakan, atau mengalami langsung.
Objek yang di deskripsikan dalam tulisan, khususnya karya sastra mencakup
banyak salah satunya mengenai tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Mendeskripsikan
tokoh sama halnya dengan mendeskripsikan manusia pada umumnya di dunia nyata.
Manusia pada umumnya terdapat bidang-bidang yang dapat di deskripsikan. Keraf,
18
(1981: 149-155) menyebutkan bahwa bidang-bidang yang dapat di deskripsikan pada
manusia yaitu:
1) Bidang fisik, tujuan deskrips dalam bidang ni adalah untuk memberikan
gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang tokoh,
sehingga para pembaca dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas
mengenai orang itu.
2) Bidang milik, dalam hal ini mencakup segala sesuatu yang mengelilingi
atau melingkupi seorang atau benda yang digunakan, misalnya seperti baju
yang digunakan, sepatu yang dipakai, rumah tempat tinggal, kendaraan
yang dimilikinya dan sebagainya.
3) Bidang tindakan, hal ini menyangkut tindak-tanduk atau perbuatan yang
dilakukan oleh seorang tokoh. Seorang pengamat dapat mengikuti dengan
cermat tindak-tanduk, perbuatan, atau gerak-gerik seseorang, dari suatu
tempat ke tempat yang lain, dari suatu waktu tertentu ke waktu yang lain.
4) Bidang perasaan,perasaan atau pikiran seseorang memang tidak dapat
dicerap. Namun relasi antara unsur fisik dan perasaan dapat dideskripsikan.
Seseorang yang berada dalam perasaan sedih atau ditimpa kemalangan
akankeliatan murung; wajahnya tidak kelihatan segar dan bercahaya seperti
ketika ia berada dalam keadaan gembira. Kemurungan yang bersifat batin
ini dapat dipancarkan melalui air muka atau melalui gerak seseorang.
19
5) Bidang watak, seperti halnya perasaan sering menyebabkan pengarangpengarang harus mengadakan penafsiran dengan bertolak dari kenyataankenyataan yang dapat dicerapnya, maka sering pula terjadi kesalahankesalahan dalam penafsiran itu, atau kurang tepat menggambarkan keadaan
watak itu.
2.2.4
Ciri-ciri Deskripsi
Semi (2003:41) menyatakan bahwa deskripsi merupakan eksposisi juga,
sehingga ciri umum yang dimiliki oleh eksposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh
deskripsi.
Tarigam (2008:6) menyatakan bahwa karangan deskripsi mengajak para
pembaca bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya
objek, adegan, pribadi dan suasana hati yang telah dialami oleh pengarang.
Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan di atas maka ciri-ciri deskripsi
dalam dialog sebagai berikut.
a. Menggambarkan atau melukiskan objek atau tokoh sesuai dengan diksi.
b. Menggambarkan atau melukiskan objek atau tokoh sesuai dengan jenis kalimat
c. Menggambarkan atau melukiskan objek atau tokoh sesuai dengan stuktur kalimat
d. Isi kalimat sesuai dengan perilaku objek atau tokoh yang dideskripsikan.
e. Isi dialog sesuai dengan perilaku objek atau tokoh yang dideskripsikan.
20
2.2.5
Perilaku Manusia
Azwar (2015:9), menyatakan bahwa perilaku adalah bentuk reaksi dari
perasaan yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Perilaku manusia
merupakan respon yang dilakukan manusia berupa verbal atau ucapan maupun berupa
tindakan. Selain itu, Azwar (2015: 11-12) mengatakan pula bahwa seseorang akan
melakukan perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
bahwa orang lain ingin agar ia melakukkannya. Hal ini menunjukkan bahwa respon
yang dilakukan sangat berpengaruh pada faktor eksteren yaitu lawan bicara ataupun
lingkungan.
Suatu contih bentuk perilaku yang sederhana, misalnya ketika ditwari makanan,
biasanya rasa suka atau rasa tidak suka terhadap makanan tersebut sudah cukup menjadi
faktor penentu bagi kita untuk mengatakan “ya” dan menerima makanan itu atau
mengatakan “tidak” untuk todak menerimanya. Bila situasi lingkungannya berubah
menjadi lebih kompleks misalnya ketika kita sedang lapar dan ditawari makanan yang
kebetulan kita sukai seharusnya kita mengatakan “ya” dan menerima dengan senang
hati, lalu tiba-tiba kita menyadari bahwa tawaran itu hanya sekedar basa-basi maka
sangat mungkin kita menolak walaupun penolakan itu bertentangan dengan kata hati.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah respon berupa
ucapan atau tindakan yang dilakukan manusia terhadap rangsangan yang diberikan oleh
faktor eksteren.
21
2.2.6
Pengertian Naskah Drama
Menurut Wiyanto (2002:31-32) naskah drama adalah karangan yang berisi
cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog
yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadangkadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara
(musik pengiring).
Hal tersebut diperkuat oleh Luxemburg, dkk (1992:158) yang menyatakan
bahwa teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang isinya
membentangkan sebuah alur tetapi berbeda dengan prosa cerita dan puisi karena
dimaksudkan untuk dipentaskan.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa naskah drama adalah suatu
cerita yang berisi dialog para tokoh disertai keterangan-keterangan tertentu atas apa
yang dilakukan tokoh dalam cerita tersebut seperti gerakan yang dilakukan pemain,
tempat dan waktu terjadinya peristiwa, benda atau peralatan yang digunakan tiap babak,
keadaan panggung, dan sebagainya.
22
2.2.7
Unsur-unsur Naskah Drama
2.2.7.1 Tema
Menulis sebuah karya tulis khususnya yang bersifat fiksi, sangat
dibutuhkan tema untuk mengetahui secara garis besar yang diceritakan dalam sebuah
karya.
Nurgiyantoro (2010:70) menyatakan bahwa tema dapat dipandang sebagai
dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya sastra. Tema digunakan sebagai acuan
cerita ketika kita membuat suatu karangan.
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik. Jadi, seorang
penulis harus menentukan lebih dulu tema yang akan dikembangkan menjadi sebuah
cerita (Wiyanto, 2002:23).
Dari para pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan
dasar dari cerita yang akan dikembangkan dalam karangan menjadi sebuah karya sastra
yang menarik.
23
2.2.7.2 Plot atau Alur
Unsur yang menjadi sorotan utama para penonton ketika menyaksikan
adegan drama adalah konflik, atau peristiwa yang menarik hal tersebut disajikan dalam
plot atau alur dalam sebuah cerita.
Plot merupakan bagian dari jalan cerita yang berfungsi memperjelas suatu
masalah atau urutan kejadian da diatur secara tersusun dan sistematis, serta
mengandung hubungan sebab akibat (Hidayati, 2009: 99)
Senada dengan pernyataan tersebut, Nurgiyantoro (2002:113) menyatakan
bahwa dalam sebuah cerita, hubungan antarperistiwa yang dikisahkan harus
mengandung unsur sebab akibat tidak hanya sekedar berurutan secara kronologis.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa plot
atau alur adalah, urutan peristiwa yang sistematis tetapi masih memperhatikan
hubungan sebab akibat pada setiap kisahnya.
2.2.7.3 Penokohan atau Perwatakan
Menurut Suharianto (1982:31) penokohan atau perwatakan ialah penulisan
mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa
pandangan hidup, sikap, keyakinan, adat-istiadat dan sebagainya.
24
Menurut Wellek dan Austin Warren (1989:288) penokohan ada dua yaitu,
penokohan statis dan penokohan dinamis. Penokohan statis menampilkan satu
kecenderungan yang dianggap dominan atau kecenderungan yang paling jelas secara sosial,
sedangkan
penokohan
dinamis
membutuhkan
ruang
dan
penekanan
dalam
perkembangannya.
Waluyo (2001:16-18) mengklasifikasikan tokoh-tokoh dalam drama sebagai
berikut.
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh seperti di
bawah ini:
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu
oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
c. Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa
figur pembantu yang ikut menentang cerita.
d. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist
maupun tokoh antagonis.
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak
dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan
sosial. Yang termasuk keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, ciriciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut
muka, kesukaan, postur tubuh, dan sebagainya. Keadaan psikis tokoh
meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi,
kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi, dan sebagainya. Untuk
keadaan sosial meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi,
dan sebagainya (Kusmawati, 2013:46)
25
2.2.7.4 Dialog
Dialog adalah ciri khas dalam naskah drama berupa percakapan tokoh yang harus
bersifat komunikatif serta menunjang gerak laku tokoh dalam sebuah drama. Dialog juga
harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama
(Kusmawati, 2013:49).
Sedangkan menurut Luxemburg dkk, (1992: 160) mengungkapkan bahawa dialog
terikat pada pelaku, pelaku melakukan giliran bicara yang mempunyai fungsi dalam alur.
Jadi, dialog adalah percakapan antar tokoh yang dilakukan secara bergiliran dan
mempunyai fungsi dalam menjalankan alur.
2.2.7.5 Latar
Tempat, waktu dan suasana merupakan hal yang pasti ada dalam cerita rekaan.
Pada dasarnya manusia hidup pasti berhubungan dengan tempat, waktu dan suasana,
begitupun tokoh dalam cerita rekaan.
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2010:116), menyatakan bahwa latar atau
setting
merupakan landasan tumpu, merujuk pada tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Menurut Hasanuddin (1996:94) latar merupakan identitas permasalahan drama
sebagai karya fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika
26
permasalahan drama sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang
memperjelas suasana, tempat serta waktu peristiwa itu berlaku.
Jadi, latar adalah tempat, waktu, dan suasana ketika terjadinya suatu peristiwa
dalam sebuah cerita rekaan.
2.2.8 Stuktur Naskah Drama
2.2.8.1 Prolog
Merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluam dalam sebuah drama atau
sandiwara. Bisa juga, dalam sebuah prolog dikemukakan para pemain, gambaran seting,
dan sebagainya.
2.2.8.2 Dialog/monolog
Merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan
dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan
bagaimana manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.
2.2.8.3 Epilog
Adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh seorang aktor pada akhir cerita.
Dengan kata lain, epilog merupakan peristiwa terakhir yang menyalesaikan peristiwa
induk.
27
2.3 Metode Somatis-Auditory-Visualization-Intellectually (SAVI)
Metode Savi ini termasuk ke dalam metode yang berbasis aktivitas atau Belajar
Berdasar Aktivitas (BBA) yang berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan
memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat
dalam proses belajar.
Adapun langkah-langkah yang bisa menjadi acuan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran SAVI menurut Huda ( 2015: 284), yaitu:
S
: Learning by doing
A
: Learning by hearing
V
: Learning by seeing
I
: Learning by thinking.
1) Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani berarti tubuh soma (seperti dalam
psikomatis) (meier, 2002: 92). Jadi, belajar somatis berarti belajar yang
melibatkan indera peraba, kinestetis, melibatkan fisik serta menggerakkan
tubuh saat belajar.
2) Auditory
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita
sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa
area penting di otak kita menjadi aktif.
3) Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat
kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada indera yang lain.
4) Intellectually
Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajara dalam pikiran
mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna
28
rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri
yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Jenis
Nama
Judul penelitian
hasil
Judul penelitian terdahulu
penelitian
penulis
persamaan
Perbedaan
penelitian
terdahulu
terdahulu
Pembelajaran
1) Pembelajaran
Suci
Skripsi
Penelitian
Perbedaan pada
Menulis
Menulis Naskah
Silviane
yang penulis
subjek
Deskripsi
Drama
Pribadi
lakukan
penelitian,
Mengenai
Berdasarkan
S, pd.
sama
tempat penelitian
Perilaku
Media Iklan
menerapkan
dan pada
Manusia
dengan
pembelajaran
penelitian yang
dalam Naskah
Menggunakan
menulis
dilakukan oleh
Drama
Metode Example
naskah
penulis lebih
dengan
Non Examples
drama.
menekankan
Menggunakan
pada Siswa kelas
pada
Metode S-A-
VIII SMP
mendeskripsikan
V-I pada
YPKKP Bandung
watak dan
Siswa kelas
Tahun Pelajaran
perilaku para
XI IPA 5
2012-2013
tokoh.
SMAN 5
Cimahi.
Download