BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang
mungkin dapat menimpanya pada saat-saat tertentu. Sehingga banyak beredar di
masyarakat kini dalam bidang perdagangan semakin sering didengar mengenai
asuransi atau pertanggungan, bahkan dalam beberapa hal sudah ada yang terlibat
langsung dengan asuransi atau pertanggunag itu sendiri. Di zaman globalisasi ini
perkembangan yang terjadi semakin pesat, banyak dalam perkembangan ekonomi
semakin dirasakannya peranan asuransi maupun pertanggungan itu.
Pada dasarnya manusia sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa
yang tidak terduga dari semula, misalnya rumah terbakar, terjadinya kecelakaan,
kehilangan barang-barang berharga bahkan sampai kematian yang bisa terjadi
kapan saja. Risiko akan dideritanya semacam itu, semakin menimbulkan
pemikiran untuk memperkecil ataupun mengalihkan risiko tersebut dengan jalan
asuransi atau pertanggungan, yaitu memperoleh jaminan dari pihak lain yang
menerima peralihan risiko tersebut atau pihak penanggung. Pada umumnya dilihat
dari sudut asuransi, setiap peristiwa yang tidak sengaja, yang dapat membawa
kerugian pada kekayaan kita, adalah bahaya atau risiko. Risiko, seperti biasa
dalam bahasa sehari-hari, adalah kemungkinan akan rugi. 1
1
H. Mashudi dan Moch. Chidir (Alm), 1998, Hukum Asurani, Mandar Maju, Bandung, h. 14
1
2
Dimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pada
Pasal 246 dinyatakan bahwa :
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dimana penanggung
mengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk
memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau
tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat
diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.
Dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,
dijelaskan bahwa :
asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) Perjanjian didefinisikan sebagai : “Pejanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”. Definisi Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
terlalu
luas,
rumusan
yang
diberikan
tersebut
hendak
memperlihatkan , bahwa suatu perjanjian adalah :
1. Suatu perbuatan ;
2. Antara sekurangnya dua orang (jadi dapat lebih dari dua orang);
3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara pihak-pihak yang
berjanji tersebut. 2
2
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. PT Raja
Grafido Persada, Jakarta, h. 7
3
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
perjanjian adalah
“suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat
untuk menimbulkan akibat hukum”
Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga
harus dilihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Ada tiga tahap
dalam membuat perjanjian, menurut teori baru yaitu :
1. Tahap pra-contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan;
2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara
para pihak;
3. Tahap post-contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian. 3
Banyak pekerjaan yang menjamin asuransi atau kesejahteraan bagi pekerja
maupun pegawainya untuk menunjang kinerja maupun kemampuan melaksanakan
tugas secara profesional dan bertanggung jawab akan pekerjaan yang dibebankan.
Dengan adanya asuransi berarti memberi perlindungan terhadap para pekerja
dalam keadaan yang tidak terduga sama sekali.
Di era sekarang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan profesi yang
paling banyak diminati oleh masyarakat di indonesia. Peminat pegawai negeri
hampir membeludak di berbagai daerah yang membuka pendaftaran bagi
kesempatan test Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pegawai Negeri merupakan
adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
3
Salim H.S, 2010, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Sinar Grafika,
Jakarta, h.16
4
jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang berlaku, sesuai dengan ketentuan Pasal 1
Angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara, dalam ketentuan Pasal 1 Angka 1 yang dimaksud
dengan Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Sipil Negara, mempunyai
peranan
yang
penting
dalam
pembangunan
nasional
serta
mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur perekat persatuan bangsa. Atas keadaan tersebut, diperlukan
upaya peningkatan kesejahteraannya, baik dalam masa aktif maupun masa
pensiun. Untuk memacu kinerja pegawai negeri ada beberapa faktor yang
diperhatikan oleh pemerintah. Salah satunya adalah jaminan sosial untuk pegawai
negeri dan keluarganya, karena jaminan sosial pada masa aktif belum cukup
menjamin pada hari tuanya. Oleh sebab itu pemberian jaminan hari tua mutlak
diperlukan karena mempunyai kaitan erat dengan ketenangan, semangat, dan
disiplin kerja serta dedikasi terhadap tugas-tugas yang diembannya.
Untuk kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dicanangkan sistem asuransi
dengan menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil dimana badan
penyelenggarannya ditunjuk adalah PT. Taspen (Persero), yang merupakan Badan
5
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan Asuransi Sosial Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yaitu
suatu asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta yang diterima
pada saat yang bersangkutan berhenti karena pensiun. Selain dari itu, sebagai
tambahan diberikan jaminan Asuransi Kematian bagi peserta dan keluarganya. 4
Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 1981 Tentang Asuransi Pegawai Negeri Sipil, dalam ketentuan Pasal 1
angka 1 bahwa Asuransi Sosial adalah Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang
terdiri atas program pensiun dan program tabungan hari tua.
Hal yang menjadi titik perhatian Pegawai Negeri Sipil dalam hal ini “pesiunan
atau masa pensiun ” Hasiholan Siagian, tentang hal ini menjelaskan bahwa:
ada masanya dimana hubungan kerja antara pekerja/pegawai dengan pihak
pemberi kerja tidak dapat lagi dilanjutkan, tidak karena factor usia yng sudah
dipenuhi pekerja/pegawai bersangkutan, atau disebabkan keadaan lainnya.
Pada keadaan tersebut untuk “menyambung hidup” pekerja/pegawai
bersangkutan diberikan tunjangan bulanan. Masa yang demikian itu lazim
disebut masa pensiun. 5
Hak memperoleh pensiun maupun asuransi telah ditentukan kepegawaian di
Indonesia, hak yang demikian tidak lepas dari keikutsertaan ketika masih aktif
sebagai Pegawai Negeri Sipil dimana seorang Pegawai Negeri Sipil senantiasa
menyisihkan sebagian kecil gajinya dalam bentuk tabungan dan asuransi yang
telah dikelola oleh PT. Taspen (Persero), yang merupakan Badan Usaha Milik
4
Djoko Prakoso , 1997, Hukum Asuransi Indonesia Cetakan iv, Rineka Cipta, Jakarta, h. 328
Hasiholan Siagian, 1994, Manajemen Dana Pensiun di Indonesia. BPK Gunung Mulia,
Jakarta, h. 1
5
6
Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.
Dalam program tabungan hari tua dimaksudkan sebagain asuransi Dwiguna
yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian. Asuransi
Kematian (askem) adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi
peserta apabila isteri/suami/anak meninggal dunia atau bagi ahli warisnya apabila
peserta meninggal dunia. Askem anak diberikan apabila belum berusia 21 tahun
atau 25 tahun yang masih sekolah dan belum menikah. Askem merupakan
manfaat tambahan yang diberikan tanpa dipungut iuran.
Dalam hal terjadinya kematian atau meninggal dunianya pegawai negeri,
banyak yang mempertanyakan prosedur penyelesaian pembayaran atau cara
pengajuan klaim pembayaran asuransi yang bisa diterima oleh anggota keluarga
yang ditinggalkannya tersebut. Banyak masyarakat yang belum mengerti tentang
proses maupun prosedur penyelesaian maupun pelayanan pengajuan klaim
asuransi terhadap PT. TASPEN sebagai penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai
Negeri Sipil. Dalam pengurusan penyelesaian pembayaran klaim asuransi tentu
ditemukan hambatan-hambatan yang tentunya akan menghambat penyelesaian
pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil terhadap ahli waris.
Berdasarkan latar belakang diatas, menarik suatu permasalahan yang mana
nantinya akan diteliti ataupun dibahas permasalahan tersebut, yang dituangkan
dalam bentuk skripsi dengan judul “Penyelesaian Pembayaran Klaim Asuransi
7
Kematian Pegawai Negeri Sipil Terhadap Ahli Waris Pada PT. Taspen
(Persero) Kantor Cabang Denpasar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
prosedur penyelesaian
pembayaran
klaim
asuransi
kematian Pegawai Negeri Sipil terhadap ahli waris pada PT. Taspen
(Persero) Cabang Denpasar ?
2. Hambatan-hambatan
apakah
yang
dihadapi
dalam
penyelesaian
pembayaran klaim asuransi kematian Pegawai Negeri Sipil terhadap ahli
waris pada PT. Taspen (Persero) Cabang Denpasar ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah perlu ditentutakan secara tegas batasan materi
yang akan dibahas dalam tulisan yang dimaksud sehingga pembahasan yang
diuraikan nantinya akan terarah dan benar-benar tertuju pada pokok bahasan yang
diinginkan. Permasalahan yang dibahas dibatasi, pertama akan dibahas mengenai
prosedur penyelesaian pembayaran klaim asuransi kematian Pegawai Negeri Sipil
terhadap ahli waris pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar.Yang
kedua mengenai hambatan-hambatan yang ada dalam penyelesaian pembayaran
klaim asuransi kematian Pegawai Negeri Sipil pada PT. Taspen (Persero) Cabang
Denpasar.
8
1.4 Orisinalitas Penelitian
Bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya asli dari suatu buah
pemikiran yang dikembangkan dengan judul “Penyelesaian Pembayaran Klaim
Asuransi Kematian Pegawai Negeri Sipil Terhadap Ahli Waris Pada PT. Taspen
(Persero) Kantor Cabang Denpasar”. untuk menunjukkan orisinalitas dari
penelitian yang tengah dibuat dengan ini menampilkan beberapa judul penelitian
terdahulu sebagai pembanding, yaitu :
No
Judul
Penulis
Rumusan Masalah
1
Tesis : Penyelesain
Pembayaran Klaim
Asuransi Kesehatan
di PT. ASKES
(PERSERO)
Cabang Utama
Semarang
Widya Sofyanto,
Magister Kenotariatan,
Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro
Semarang
1. Bagaimana
penyelesaian
pembayaran klaim
asuransi kesehatan di
PT. ASKES
(PERSERO) Cabang
Utama Semarang ?
2. Hambatan-hambatan
apa dan upaya-upaya
apa saja yang
dilakukan untuk
mengatasi hambatan
apabila klaim
tersebut tidak
terpenuhi ?
2
Skripsi : Penerapan
Jaminan Kesehatan
Di PT. Asuransi
Kesehatan
Indonesia Terhadap
Perlindungan
Kesehatan Pegawai
Negeri Sipil
Astri E Silalahi,
Fakultas Hukum,
Universitas Sumatera
Utara, Medan
1. Bagaimana
pelaksanaan system
asuransi kesehatan
terhadap PNS di
Indonesia ?
2. Bagaimana
penerapan jaminan
kesehatan PT. Askes
terhadap
perlindungan
kesehatan PNS ?
9
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan dan dilaksanakan pastinya
mempunyai sesuatu tujuan yang harus dicapai oleh karena tujuan itu yang dapat
memberikan pedoman segala kegiatan yang dilaksanakan. Kemudian juga dalam
halnya penulisan suatu karya ilmiah ini memiliki tujuan seperti :
1.5.1
Tujuan umum
Adapun yang menjadi tujuan umum dalam penulisan ini adalah :
-
Untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan dalam berfikir dan
menulis tentang prosedur penyelesaian pembayaran klaim asuransi
kematian pegawai negeri sipil terhadap ahli warisnya.
-
Untuk mengetahui dan meneliti hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam penyelesaian pembayaran klaim asuransi kematian Pegawai
Negeri Sipil terhadap ahli waris.
1.5.2
Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penulisan ini adalah :
-
Untuk lebih mendalami tentang prosedur penyelesaian pembayaran
klaim asuransi kematian pegawai negeri sipil terhadap ahli waris pada
PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar.
-
Untuk
memahami
hambatan-hambatan
yang
dialami
dalam
penyelesaian pembayaran klaim asuransi kematian pegawai negeri
sipil terhadap ahli waris pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang
Denpasar.
10
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat teoritis
-
Penelitian ini juga merupakan pembelajaran dalam menerapkan teori
yang diperoleh sehingga menambah kemampuan, pengalaman dan
dokumentasi ilmiah.
-
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi
para akademisi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian
lanjut.
1.6.2
Manfaat praktis
Selain manfaat teoritis, hasil penelitian yang dilakukan diharapkan juga
mampu memberikan manfaat praktis yaitu :
-
hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai
bagaimanakah prosedur penyelesaian pembayaran klaim asuransi
kematian pegawai negeri sipil terhadap ahli waris pada PT. Taspen
(Persero) Kantor Cabang Denpasar..
-
selain itu diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai
hambatan-hambatan
apakah
yang
dialami
dalam
penyelesaian
pembayaran klaim asuransi kematian pegawai negeri sipil terhadap
ahli waris pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Denpasar.
1.7 Landasan Teoritis
Pada Pasal 246 KUHD, dijelaskan bahwa : “asuransi atau pertanggungan
adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
11
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan peristiwa tak tertentu”.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992
Tentang Usaha Perasuransian :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dua belah pihak atau lebih
dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri pada Tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
Tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa
yangtidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. 6
Santoso Poedjo Subroto, memberikan pengertian tentang asuransi yaitu :
Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik dalam mana
pihak Penanggung dengan menerima suatu premi.Penanggung
mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran kepada pengambil
asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang
belum pasti, yang disebut dalam perjanjian baik karena pengambilan
asuransi atau tertuju menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa
tadi, maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau
validituit seorang tertanggung. 7
Kemudian H. M. N. Poerwosutjipto, memberikan definisi asuransi adalah
sebagai berikut.
Suatu perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi,
dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau
membayar sejumlah uang atau santunan yang ditetapkan pada waktu
penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang
ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi
mengikatkan diri untuk membayar uang premi. 8
6
Abdul Muis, 2005, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, FakultasHukum
USU, h.4
7
SantosoPoedjaSubroto, 1969, Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di
Indonesia, Bhatara, Jakarta, h. 6
8
H.M.N. Poerwosutjipto, 1990, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia dan Hukum
Pertanggungan, PT. Djambatan, Jakarta, h.10
12
Menurut pendapat Wirjono Projodikoro, menjelaskan asuransi sebagai berikut.
Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu satu sanggup menanggung
atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu
kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa
yang semula belum tentu terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat
terjadinya. Suatu kontraprestasi dari pertanggungan ini, pihak yang
ditanggungkan itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang
dimaksudkan akan terjadi. 9
Asuransi merupakan salah satu jenis asuransi umum oleh karenanya dalam
asuransi jiwa terkandung pengertian asuransi pada umumnya, walaupun jenis
asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kerugian, yaitu termasuk kedalam asuransi
tak sesungguhnya, biasanya disebut asuransi sejumlah uang atau sommen
verzekering.
Perjanjian pertanggungan berdasarkan unsur persesuaian kehendak dapat
dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
1). pertanggungan sukarela (free voluntary insurance)
2). pertanggungan wajib (compulsary insurance). 10
Asuransi jiwa merupakan salah satu asuransi sosial termasuk ke dalam
pertanggungan wajib. Dikatakan wajib oleh karena salah satu pihak mewajibkan
kepada pihak lain dalam mengadakan pertanggungan ini. Pihak yang mewajibkan
itu adalah pihak pemerintah.
Dalam asuransi sukarela perjanjian antara kedua belah pihak diadakan
berdasarkan persesuaian kehendak, maksudnya pihak penanggung dengan rela
9
Wirjono Projodikoro, 1997, Hukum Asuransi Di Indonesia. PT. Intermasa, Jakarta, h. 1
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Pertanggungan Wajib dan Sosial, Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, h.5
10
13
memikul resiko, sedang tertanggung dengan sukarela membayar premi sebagai
imbalan dengan dialihkannya resiko kepada pihak penanggung. Jadi dalam
asuransi sukarela unsur paksaan dari pihak lain tidak ada dan apabila dalam
perjanjian terdapat unsur paksaan maka asuransi tersebut bukan lagi asuransi
sukarela tetapi menjadi asuransi wajib. 11
Unsur-unsur Asuransi Wajib, yaitu :
1). bersifat wajib;
2). bersifat sosial;
3). bersifat sukarela (tidak ada paksaan);
4). bersifat seperti menabung yang berguna di kemudian hari.
Pemerintah dari suatu negara khususnya di Indonesia sekarang berusaha untuk
menanggulangi resiko, terutama resiko kesehatan dankecelakaan guna membantu
anggota masyarakatnya untuk mencapaikesejahteraannya. Di Indonesia ada
beberapa bentuk pertanggungan sosial antara lain:
1). Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI);
2). Tabungan asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
3). Asuransi Kesehatan (ASKES);
4). Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK). 12
Secara luas Asuransi itu meliputi risiko sosial. Risiko sosial adalah segala
risiko yang terdapat di masyarakat. Asuransi sosial sering juga disebut asuransi
pemerintah karena diadakan oleh pemerintah melalui badan usaha yang didirikan
11
R. Ali Ridho, 1992, Hukum Dagang Tentang Prinsip dan fungsi Asuransi dalam lembaga
keuangan, Pasar Modal, Lembaga Pembiayaan Modal Ventura dan Asuransi Haji. Alumni,
Bandung, h. 390
12
A. Hasyimi, 1981, Bidang Usaha Asuransi, Balai Aksara, Bandung, h.115
14
oleh pemerintah. Tujuan asuransi sosial ini adalah untuk melindungi kepentingan
tertanggung yang dalam hal ini adalah sekelompok masyarakat tertentu yang
menjalankan kegiatan atau profesi pula, terhadap resiko yang mungkin dialami
dalam menjalankan kegiatan atau profesi tersebut.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis penelitian
Pada dasarnya ada dua jenis penelitian hukum, yaitu penelitian Hukum
Normatif dan Penelitian Hukum Empiris. Penelitian kaitannya dengan penulisan
skripsi ini termasuk penelitian Hukum Empiris.
Penelitian empiris merupakan penelitian hukum yang memakai sumber
data primer, data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi. Adapun
maksud penggunaan metode pendekatan empiris dalam peenelitian ini adalah di
samping menelaah peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan yang
mengatur tentang perjanjian asuransi juga bekerjanya hukum dan kesadaran serta
kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Disamping itu, lebih relevan dilakukan
penelitian lapangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
ada. 13
1.8.2
Sifat penelitian
Penelitian kaitannya dengan penulisan skripsi ini bersifat deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu,
keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu
13
Ronny Hartijo Soemitro, 2001, Metode Penelitian Hukum, Cet. I. Graha Indonesia,
Jakarta, h. 40.
15
gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara satu gejala dengan
gejala lainnya dalam masyarakat. 14
1.8.3
Data dan sumber data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini didapat dari 2 (dua) sumber,
yaitu; Data primer dan data sekunder. Adapun kedua sumber data tersebut dapat
diberikan penjelasan sebagai berikut ;
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara
atau interview. 15Wawancara atau interview dilakukan terhadap para informan
maupun responden di lapangan pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
Data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berupa
peraturan perundang-undangan.Bahan hukum sekunder berupa buku-buku,
journal-journal hukum, putusan pengadilan, dan lain-lainnya. Sedangkan
bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk,
penunjang atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dari bahan hukum
sekunder, misalnya; Kamus, Ensiklopedia, Indeks kumulatif, dan seterusnya. 16
14
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h.197
15
Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 6
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Radja Grafindo
Persada, Jakarta h. 13
16
1.8.4
Teknik pengumpulan data
Untuk data primer (data lapangan), teknik pengumpulannya dilakukan
dengan melakukan wawancara atau interview. Sementara untuk data sekunder
(data kepustakaan) teknik pengumpulannya dilakukan melalui studi dokumen,
yaitu dengan melakukan pencatatan dan pengklasifikasian secara sistematis dan
terstruktur.
1. Teknik studi dokumen
Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam
penelitian
ini
mengumpulkan
data
dan
memahami
data-data
yang
berhubungan dengan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji berupa
buku literatur dokumen dan perundang-undangan.
2. Teknik wawancara
Disamping studi dokumen wawancara juga merupakan alat pengumpulan data
yang tertua, karena ia sering digunakan untuk mendapatkan informasi dalam
semua situasi praktis. Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap
muka ketika seseorang pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian kepada seseorang responden. 17 Jadi teknik wawancara ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab dalam penelitian
untuk memperoleh data di lapangan.
Teknik dokumentasi dipakai guna mencari konsep-konsep, teori-teori,
pendapat-pendapat (doktrin-doktrin) yang berhubungan dengan permasalahan
17
Amarudin dan H. Zainal Asikin, op.cit. h. 82
17
dalam penelitian. 18
1.8.5
Pengolahan dan analisis data
Dari data yang ada baik data primer maupun data sekunder diolah dan
dianalisa secara kualitatif, dalam arti keseluruhan data yang terkumpul
diklasifikasikan sedemikian rupa dan kemudian yang diambil adalah data yang
mempunyai kualitas dan yang diperlukan serta relevan dengan penelitian. Setelah
diolah, kemudian data tersebut disajikan secara deskriptif analisis, yaitu
memaparkan data secara lengkap dan sistematis dalam rangka menjawab
permasalahan penelitian.
18
Ronny Hanitidjo Soemitro, 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, h. 98
Download