BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam dompet. Dompet memiliki banyak kegunaan dan manfaat bagi kehidupan maunsia. Sebagian orang menggunakan atau memanfaatkan dompet untuk meyimpan uang, KTP, kartu pelajar jika masih menjadi pelajar. Karena dengan adanya dompet, seseorang dapat lebih mudah membawa barang-barang tipis atau yang terbuat dari kertas seperti uang kertas, KTP, ATM dan lain sebagainya. Selain itu, dompet juga bermanfaat untuk membuat orang itu lebih percaya diri ketika bertemu seseorang yang dianggap penting. Karena dengan membawa dompet yang terlihat tebal, orang yang melihat dapat beranggapan jika pemilik dompet tersebut memiliki uang yang lebih. Sedangkan bagi perempuan, pada saat ini dompet digunakan untuk fashion atau untuk terlihat lebih bergengsi.1 Dompet dapat menjadi sesuatu yang sangat berharga, mungkin bagi sebagian orang dompet bisa menjadikan seseorang memiliki perasaan cemas jika kehilangan. dompet dapat juga menjadi suatu awal yang baik atau menjadi 1 http://kabarmasasilam.blogspot.com/2013/03/sejarah-singkat-dompet.html 1 2 suatuawal yang buruk bagi seorang yang menemukan dan yang memiliki dompet tersebut. Beberapa perasaan atau ekspresi ketika seseorang menemukan dompet, antara lain: Pertama, seseorang akan merasa senang dengan dompet yang ditemukannya karena orang tersebut dapat dengan mudah mengambil isi dompet tersebut. Kedua, orang tersebut akan merasa cemas dikarenakan dompet yang ditemukannya bukan milik seseorang tersebut sehingga menyerahkannya kepada pihak yang berwajib atau mengembalikan kepada pemiliknya. Dari ulasan tersebut penulis tertarik untuk menerjemahkan tiga cerita dongeng yang berkaitan dengan dompet yaitu Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu yang terdapat dalam blog Hukumusume. Cerita Hirotta Saifu bercerita tentang Dompet yang terjatuh di jalan saat tahun baru dan kemudian ditemukan oleh Densuke. Kemudian ketika Densuke ingin mengembalikannya, Orang yang menjatuhkan tidak merasa jika dompet tersebut merupakan dompet miliknya. Kemudian cerita kedua berjudul Kinka no Haitta Saifu menceritakan seekor ayam jantan yang ditipu oleh petani agar menukarkan dompet yang berisi koin emas dengan gandum dan permen. Cerita Umi ni Ochita Saifu bercerita tentang seorang lelaki bernama Nui, yang meminjam uang kepada temannya. Setelah menerima uang pinjaman Nui berniat tidak ingin mengembalikannya dengan cara pergi ke luar negeri dengan menggunakan kapal. Akan tetapi dalam perjalanan dompet beserta uang pinjaman tersebut jatuh ke laut. Akhirnya Nui meminjam uang kepada temannya lagi serta 3 berniat untuk bersungguh sungguh mengembalikan dan menceritakan kejadian bagaimana dompet beserta uang yang ia pinjam pertama kali bisa hilang. Dalam ketiga cerita tersebut juga terdapat kata seru (Kandoushi). Kata seru atau interjeksi adalah kata atau frase yang dipakai untuk mengawali seruan; (Kridalaksana, 1982: 78). Menurut McLain (Via Ilvan Roza, 2009: 110), yang dimaksud Kandoushi adalah kata tunggal yang dapat mengungkapkan bermacammacam ekspresi seperti terkejut, panggilan, keraguan, dan sebagainya. Kandoushi bukan merupakan sebuah subjek, bukan juga merupakan predikat. Selain itu, Kandoushi tidak dapat ditambah dengan keterangan kata-kata lainnya. Isi cerita yang menarik serta adanya kalimat Kandoushi dalam cerita tersebut, merupakan alasan penulis ingin menerjemahkan ketiga cerita tersebut. Selain itu, cerita Hirotta saifu , Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dapat memberikan pelajaran bahwa dompet merupakan barang yang penting yang harus dijaga dan dirawat. 1.2 Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana terjemahan Cerita berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dari bahasa sumber bahasa Jepang ke bahasa sasaran bahasa Indonesia? 2. Apa saja jenis kata seru (Kandoushi) dalam cerita yang berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu? 4 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Menerjemahkan cerita yang berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dalam blog Hukumusume. 2. Mencari dan mengklasifikasi jenis-jenis kata seru (Kandoushi) dalam cerita yang berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dalam blog Hukumusume. 1.4 Landasan Teori Para pakar teori terjemahan mendefinisikan penerjemahan dengan cara yang berbeda beda. salah satunya adalah teori dari Moeliono yang akan penulis jelaskan. Menurut Moeliono (1989: 195) penerjemahan itu merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun budaya. Pandangan Moeliono tersebut sama dengan Nida (Via Nadar, 2007: 7) yang beranggapan bahwa penerjemahan sebagai padanan pesan yang paling wajar dan alamiah dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima dengan mementingkan unsur makna dan gaya. Pengertian terjemahan yang dikemukakan oleh Moeliono sangat mementingkan unsur ekuivalensi.2 2 Ekuivalensi menurut Catford ( 1965: 94 ) memandang bahwa istilah ini mengacu pada ciri ciri situasi yang penting antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam menyampaikan terjemahan yang komunkatif. 5 Dari definisi terjemahan menurut Moeliono dapat disimpulkan, bahwa terjemahan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengalih bahasakan bahasa sumber menuju bahasa sasaran dengan mengacu pada ciri-ciri situasi yang penting antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam menyampaikan terjemahan yang komunikatif, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami isi bacaan. 1.5 Metode Terjemahan Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna bahasa sumber secara keseluruhan ke dalam bahasa sasaran (Syihabuddin, 2002: 68). Metode diperoleh dari berbagai kajian masalah yang sering terjadi dalam penerjemahan, sehingga menghasilkan prosedur dan teknik pemecahan masalah. Menurut Newmark (Via Nadar, 2007: 8), metode penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran. 1.5.1 Jenis-jenis metode Penerjemahan Metode penerjemahan yang penekanannya terhadap bahasa sumber. 1) Penerjemahan kata demi kata Penerjemahan ini yang paling dekat dengan bahasa sumber. Disini urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar diluar konteks. Katakata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Kegunaan terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami mekanisme bahasa 6 sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan. 2) Penerjemahan Harfiah Penerjemahan harfiah Literal ranslation) atau disebut juga penerjemahan lurus (Linear translation). Kontruksi matikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya bahasa sasaran, sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses penerjemahan awal penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang harus diatasi. 3) Penerjemahan Setia Metode ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialih bahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku dan sering kali asing. Ini dapat dilakukan dalam proses awal pengalihan. 4) Penerjemahan Semantik Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan unsur estetika (Keindahan bunyi) teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah 7 yang fungsional. Empati penerjemahan terhadap teks bahasa sumber dalam penerjemahan semantis dibolehkan. Jika dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa sumber. Metode Penerjemahan yang Penekanannya Terhadap Bahasa Sasaran 1) Penerjemahan dengan adaptasi atau saduran Adaptasi atau saduran adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan ini biasa digunakan untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan alurnya tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam kebudayaan bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali. Dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan sesuai dengan keperluan. 2) Penerjemahan secara bebas Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga terjadi paraphrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan “Intra-lingual”. Metode ini sering disebut metode “Oplosan”. Disebut demikian karena biasanya “Bentuk” (Baik bentuk retorik, misalnya alur ataupun bentuk kalimat) teks bahasa sasaran sudah berubah sama sekali. 8 3) Penerjemahan Idiomatik Di sini pesan bahasa sumber disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber, tetapi biasa dipakai di dalam bahasa sasaran. Beberapa pakar penerjemahan kelas dunia seperti Seleskovitch menyukai metode penerjemahan ini yang dianggapnya “Hidup” dan “Alami” (Dalam arti akrab). 4) Penerjemahan komunikatif Penerjemahan komunikatif berusaha menyampaikan makna konstektual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal (Hoed, 1993: 13-15). Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam menerjemahkan cerita Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dalam blog Hukumusume adalah sebagai berikut: Membaca secara keseluruhan naskah cerita. Melakukan penguraian kata-kata dan kalimat. Melakukan pemahaman naskah cerita secara teliti sehingga mengerti isi yang terkandung dalam naskah cerita. Mencari istilah-istilah yang belum dipahami seperti gitaigo dan giongo. Melakukan perakitan kata-kata dan kalimat yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 9 Melakukan pengecekan kembali naskah yang sudah diterjemahkan. melakukan diskusi dengan native, dosen, teman sekelas ataupun kakak kelas. Dari penjelasan tersebut panulis menggunakan metode terjemahan komunikatif dalam menerjemahkan cerita anak yang berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu. Dengan menggunakan metode terjemahan komunikatif, penulis berusaha menciptakan efek yang dialami oleh pembaca bahasa sasaran sama dengan efek yang dialami oleh pembaca bahasa sumber. Oleh karena itu, sama sekali tidak boleh ada bagian terjemahan yang sulit dimengerti atau terasa kaku. Elemen budaya bahasa sumber pun harus dipindah ke dalam elemen budaya bahasa sasaran. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari empat Bab. Bab I latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, metode penerjemahan dan sistematika penulisan. Bab II akan di sajikan teks asli dan terjemahan cerita Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu dalam blog Hukumusume. Bab III adalah Mencari dan mengklasifikasi jenis-jenis kata seru (Kandoushi) dalam cerita yang berjudul Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu. Bab IV adalah penutup dari tugas akhir yang akan berisi garis besar cerita Hirotta Saifu, Kinka no Haitta Saifu, dan Umi ni Ochita Saifu.