BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Anggrek Dendrobium

advertisement
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anggrek Dendrobium antenatum
a. Taksonomi
Anggrek termasuk tanaman dari suku Orchidaceae. Tanaman
berbunga indah ini tersebar luas di seluruh pelosok dunia, termasuk
Indonesia. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek
dunia cukup besar. Sebanyak 20.000 jenis anggrek tersebar diseluruh
dunia, 6.000 diantaranya berada di hutan-hutan Indonesia (Edhi
Sandra, 2005:1). Dari ribuan jenis anggrek baik spesies maupun
hibrida, anggrek
yang sangat populer adalah anggrek bulan dan
dendobrium kemudian disusul oleh Vanda, Cattleya, Oncidium,
Phapiopedilum, Coelogyne, Bulbophylum, Aerides dan lainnya (Lia
Sutopo, 2009:1)
Dendrobium berasal dari kata “dendros” yang berarti pohon
dan “bios” yang berarti hidup. Dendrobium dapat diartikan sebagai
anggrek yang tumbuh di pohon yang masih hidup. Anggrek ini
memiliki sekitar 1.400 spesies yang tersebar di seluruh dunia,
diantaranya Jepang, Cina, India, Semenanjung Malaka, Indonesia,
Pulau Papua, dan Australia (Parnata, 2005). Menurut Dessler
(1990:201-231)
dalam
Joko
Kusmianto
(2008),
Dendrobium antennatum Lindl. adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
7
klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Liliales
Famili
: Orchidaceae
Subfamili
: Epidendreae
Genus
: Dendrobium
Spesies
: Dendrobium antennatum
b. Morfologi
Dendrobium antennatum merupakan anggrek epifit dan
memiliki empat bagian utama, yaitu akar, batang, daun, dan Bunga
(perbungaan).
1) Akar
Tanaman anggrek umumnya memiliki perakaran yang
lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin, dan
memiliki daya lekat. Anggrek berfungsi untuk menyerap air serta
nutrisi atau zat hara yang terdapat pada substrat. Fungsi lain dari
akar anggrek adalah untuk menempelkan diri pada tempat atau
media tumbuh.
Tanaman anggrek memiliki dua macam perakaran, yaitu
akar lekat dan akar udara. Akar udara terdiri atas sumbu utama
yang terbungkus jaringan spons yang disebut velamen. Velamen
ini terdiri dari sel-sel mati yang telah hilang keaktifannya. Pada
8
akar yang kondisinya aktif, sel-sel velamen tersebut berwarna
bening sehingga cahaya matahari dapat menembus lapisan-lapisan
sel hingga mencapai korteks dan membuat proses fotosintesis
dapat berlangsung, sedangkan pada akar yang kering, sel-sel
tersebut berwarna putih, berisi udara, dan dapat memantulkan sinar
matahari sehingga dapat melindung sel hidup yang ada di
bawahnya dan mencegahnya sel-sel tersebut kekeringan. Akar
lekat merupakan akar yang digunakan untuk melekat pada substrat
tempatnya menempel. Akar lekat biasanya dimiliki oleh anggrek
epifit yang hidup dengan menempel pada tumbuhan lain sebagai
inang atau substra tempat hidupnya. Akar lekat digunakan untuk
menjaga posisi dan kedudukan sehingga cukup mendapat sinar
matahari (Tim Penulis PS, 2009: 10-11).
2) Batang
Jika dilihat dari bentuknya, batang anggrek ada yang
ramping, gemuk, berdaging sebagian, berdaging seluruhnya dan
gemuk di bagian tertentu. Pangkal batang juga ada yang berumbi
semu dan tidak berumbi semu. Umbi semu umumnya terdapat
pada anggrek simpodial dan jika sudah tua biasanya akan tampak
berkerut (Ayub S. Parnata, 2005:21).
Pola pertumbuhan anggrek ada dua macam, yaitu
simpodial dan monopodial. Anggrek simpodial mempunyai
pertumbuhan batang yang terbatas dan umumnya membentuk
9
tunas anakan ke samping, tumbuh merumpun, ataupun menjalar
dengan akar rimpang (rhizome). Ruas-ruas akar rimpang umumnya
merupakan
tempat
berpangkal
tumbuhnya
umbi
semu
(pseudobulb). Umbi semu tersebut bukan merupakan umbi yang
sebenarnya, melainkan bagian batang yang membesar dan
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Contoh tanaman
anggrek yang memiliki tipe pertumbuhan simpodial diantaranya
adalah Cattleya sp., Dendrobium sp., Grammatophyllum sp.,
Oncidium sp., dan Phaius sp.
3) Daun
Bentuk daun anggrek bermacam-macam, dari sempit
memanjang, pensil, bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata
lembing/lanset, bentuk jantung dan masih banyak lagi variasi
bentuk lainnya. Sifat-sifat yang ditunjukkan oleh daun ini bernilai
penting dalam taksonomi (Tjahjono Samingan, 1982: 1) Daun
anggrek memiliki beragam ukuran, dari yang berbentuk lebar
sampai daun yang sempit seperti jarum, dari yang panjang sampai
yang pendek. Anggrek berdaun lebar akan lebih mudah berbunga
dibandingkan dengan anggrek yang berdaun sempit. Kelompok
anggrek berdaun lebar adalah Cattleya, Coelogyne, Dendrobium,
Phalaenopsis, Bulbophylum, Phaius, Spatoglottis, Paphiopedilum
(Lia Sutopo, 2009: 28)
10
Seperti umumnya tumbuhan monokotil, daun anggrek
memiliki tulang daun sejajar dengan helaian daun dan tidak
memiliki pertulangan bercabang. Tebal daun bervariasi dari tipis
hingga tebal berdaging. Daun melekat pada batang dengan
kedudukan satu helai pada setiap buku dan berhadapan dengan
daun pada buku berikutnya. Hal inilah yang membuat daun
anggrek tampak berhadapan atau berselang-seling. Tanaman
anggrek mempunyai dua tipe pertumbuhan daun, yaitu deciduous
dan evergreen. Pada tipe deciduous, ada masanya semua daun
gugur karena memasuki fase istirahat/ dorman, misalnya pada
beberapa Dendrobium sp.. Pada tipe evergreen, daun tidak gugur
secara serentak, misalnya pada Cattleya sp. (Tim Penulis PS,
2009:13-14)
4) Bunga
Perbungaan atau bunga tanaman anggrek tumbuh pada
ujung batang atau pada nodus batang dengan tipe recemose. Satu
perbungaan terdiri dari 9-21 bunga. Bunga memiliki sepal
mengeriting ke arah belakang, petal lateral yang tegak ke atas dan
terpilin, dal labelum berwarna putih. Labelum memiliki lima keels
dan corak garis berwarna ungu. Tangkai bunga pada anggrek
mengalami resupinasi (wood 2003: 51; Soon 2005: 108).
Pembungaan merupakan faktor yang sangat penting
dalam budidaya anggrek. Pembungaan pada anggrek seringkali
11
terkendala oleh fase vegetatif yang lama. Chen dan Ji (1998)
melaporkan bahwa fase muda anggrek Dendrobium memerlukan
waktu kurang lebih 3 sampai 5 tahun dari penanaman biji sampai
berbunga (Wang, 2009).
5) Morfologi Anggrek Dendrobium antennatum
Dendrobium
antennatum
tanaman anggrek pada umumnya
(D.
antennatum)
seperti
mempunyai bagian-bagian
utama bunga seperti sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga),
polinia (alat kelamin jantan), gymnostenum atau putik (alat
kelamin betina) dan ovari (bakal buah). Bunga anggrek juga
memiliki bagian-bagian lain yang menjadikannya menarik seperti
labellum, dan column (Solvia dan toto, 1997).
Batang D. antenatum memiliki nodus- nodus yang
terlihat jelas. Sementara internodus-internodus dapat terisi
cadangan makanan (pati) sehingga membentuk umbi semu yang
disebut pseudobulb (Fanfani & Rosi1992: 120; Comber 1994:
212). Daun D. antenatum merupakan daun tidak lengkap, karena
tidak bertangkai daun. Daun umumnya berjumlah 4-18 helai pada
setiap batang, bentuk bulat meruncing (Fanfani & Rossi 1992:
120).
Biji Dendrobium antennatum berjumlah jutaan dalam
satu buah. Biji anggrek tersebut memiliki struktur yang sederhana,
12
yaitu berupa kumpulan sel-sel homogen yang bersifat embrionik
dan diselimuti oleh testa (seed coats). Testa merupakan sel mati
memiliki struktur yang kaku dan kuat. Ukuran biji anggrek
tersebut berukuran berkisar antara 0,3 mm dan 5 mm
(Gandawidjaja & Sastrapradja 1980: 113; Dressler 1990: 71).
Sesuai dengan habitat dan cara hidupnya, akar anggrek D.
antennatum telah termodifikasi menjadi akar udara. Akar udara ini
umumnya tumbuh pada pangkal batang dalam jumlah banyak dan
seringkali membentuk massa yang tebal (williams et al., 1989).
Gambar
1.
Anggrek Dendrobium antennatum
(Sumber: ali-orchid, 2014)
(L)
6) Pseudobulb
Anggrek sebagian bersifat terestrial atau tumbuh alami di
alam (anggrek tanah). Sebagian besar anggrek memiliki organ
penyimpanan yang mencolok. Corms, rhizome, atau tuberoid
13
merupakan organ yang umum ditemukan pada anggrek terestrial
sedangkan organ pada anggrek epiphytic adalah batang yang
membesar yang disebut pseudobulbs (dressler, 1981; Zimmerman,
1990; Arditti, 1992; dalam hew dan yong, 2000).
Pseudobulb merupakan tempat penyimpan cadangan
makanan
dan
air
untuk
mempertahankan
tumbuhan
saat
kekeringan. Mereka memerankan peran yang vital bagi tanaman
bahkan saat tanaman tak berdaun. Front bulb merupakan
pseudobulb yang berada pada bagian muda dari tanaman. Front
bulb tumbuh aktif pada tanaman dan pada bagian inilah bunga
yang baru akan muncul. Back bulb merupakan bagian yang tua
dari tanaman. Back bulb seringkali tanpa daun tetapi selama masih
tetap hijau, mereka dapat terus menyediakan nutrisi bagi tanaman.
(Bottom, 2017:2-3).
Kemampuan pseudobulb pada anggrek pada proses
fotosintesis dipengaruhi oleh fungsi penting dari pseudobulb
sebagai sumber karbon pada tanaman. Penelitian pada Oncidium
goldiana (Choy dan Carl, 1996) menunjukkan cadangan
karbohidrat dari pseudobulb anggrek menjadi faktor penting pada
terbentuknya tunas baru. Pseudobulb pada anggrek terlibat pada
banyak sekali proses fisiologis yang penting bagi petumbuhan dan
kelangsungan hidup tanaman. Kemampuan pseudobulb untuk
menyimpan air, mineral dan karbohidrat memilik efek yang serius
14
bagi kemampuan tanaman dalam bertahan pada lingkungan yang
keras dan nutrisi terbatas. Fotosintesis pada pseudobulb mendaur
ulang respirator karbon yang terbuang dan sangat berpengaruh
positif terhadap keseluruhan cadangan karbon pada tanaman.
Pseudobulb dapat disebut sebagai inti dari distribusi karbon di
dalam tanaman.
2. Media Kultur Jaringan
Media mempunyai dua fungsi utama. Fungsi pertama adalah untuk
mensuplai nutrisi dan fungsi kedua adalah untuk mengarahkan
pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh (Katuuk, 1989: 94). Media
tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berupa media cair,
padat, dan semi padat (Triharyanto, 2005 dan Khairunisa, 2009: 24).
Media padat adalah media yang dipadatkan supaya eksplan tidak mudah
bergeser. Keuntungan dari penggunaan media padat antara lain (Katuuk,
1989: 94):
a. Perkembangan akar serta tunas eksplan mudah diamati. Hal ini
terutama bagi eksplan yang berukuran sangat kecil.
b. Tidak semua eksplan terbenam pada medium.
c. Apabila dalam pengkulturan terjadi kontaminasi, maka eksplan
yang tidak mengalami kontaminasi masih dapat diselamatkan
dengan cara memindahkan ke dalam botol kultur yang baru.
15
Media yang digunakan, baik bentuk maupun komposisinya dapat
mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan yang ditanam, nutrisi yang
diberikan harus menyerupai habitat aslinya. dalam membuat media harus
terdiri dari unsur hara baik makro maupun mikro, serta karbohidrat berupa
gula untuk menggantikan karbon di atmosfer yang dihasilkan dari
fotosintesis, agar sebagai pemadat media dan zat pengatur tumbuh
(Gunawan, 1987 cit. Khairunisa, 2009: 24).
Zat-zat organik yang biasanya ditambahkan dalam medium kultur
jaringan adalah sukrosa, myo-inositol, vitamin, asam-asam amino dan zat
pengatur tumbuh. Sebagai tambahn biasanya diberi zat organik lain seperti
air kelapa, ekstrak ragi, pisang, tomat, taoge, jeruk, kentang, alpukat,
pepaya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Unsur-unsur pada media
kultur jaringan tumbuhan dan kegunaannya adalah sebagai berikut (Daisy
dan Ari Wijayani, 1994: 60-63):
1. Nitrogen (N), kegunaan nitrogen bagi tanaman adalah untuk
menyuburkan tanaman, terutama untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman.
2. Fosfor (P), dibutuhkan tanaman untuk pembentukan karbohidrat.
Unsur P ini dibutuhkan secara besar-besaran pada waktu
pertumbuhan benih, pembungaan, pemasakan buah dan biji.
3. Kalium (K), berfungsi memperkuat tubuh tanaman karena unsur
ini dapat menguatkan serabut-serabut akar sehingga daun, bunga
16
dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga berfungsi memperlancar
metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan.
4. Sulfur (S), berperan penting dalam pembentukan bintil-bintil akar,
dan membantu pembentukan anakan sehingga pertumbuhan
ketahanan terjamin.
5. Kalsium (Ca), merangsang pembentukan biji karena unsur Ca
bersama-sama dengan unsur Magnesium (Mg) akan memproduksi
cadangan makanan.
6. Magnesium (Mg), pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan
terbentuk karbohidrat, lemak serta minyak-minyak.
7. Besi (Fe), berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan daun
hijau.
8. Sukrosa, sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai
sumber energi yang diperlukan untuk induksi kalus.
9. Glukosa dan Fruktosa, digunakan untuk mengganti sukrosa karena
dapat merangsang pertumbuhan beberapa jaringan.
10. Myo-inositol, bertujuan untuk membantu differensiasi dan
pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila myo-inositol diberikan
bersama auksin, kinetin dan vitamin maka dapat mendorong
pertumbuhan jaringan kalus.
11. Vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur
jaringan antara lain adalah Tiamin (vitamin B1), piridoksin
17
(vitamin B6) dan asam nikotonat. Tiamin berfungsi untuk
pembelahan sel pada meristem akar.
12. Asam-asam Amino, berperan penting untuk pertumbuhan dam
differensiasi kalus.
13. Zat Pengatur tumbuh, terdiri dari lima kelompok yaitu Auksin,
Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Inhibitor dengan ciri khas serta
pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis.
Salah satu media yang sering digunakan pada kultur anggrek
adalah medium NP (New Phalaenopsis). Media NP merupakan suatu
formulasi medium yang dikhususkan untuk kultur in vitro anggrek ,
terutama anggrek Phalaenopsis sp. (Ichihashi, Islam et al, 1998).
Tabel 1. Komposisi Medium New Phalaenopsis (NP)
Rumus Kimia
Komposisi
Mg/L
KNO3
Kalium nitrat
424.00
NH4NO3
Amonium nitrat
82.00
(NH4)2SO4
Amonium sulfat
303.90
Ca(NO3)2
Kalsium nitrat
443.04
Mg(NO3)2.6H2O
Magnesium nitrat
256.40
KH2PO4
Potassium fosfat morobasik
462.70
MnSO4.H2O
Mangan sulfat
11.20
H3BO3
Asam borat
3.10
KI
Kalium iodida
0.42
18
Na2Mo4.H2O
Asam molibdat
0.12
ZnSO4.7H2O
Zine sulfat
5.30
CuSO4.5H2O
Tembaga sulfat
0.013
COCl2.6H2O
Kobalt klorida
0.013
FeSO4.7H2O
Besi sulfat
37.40
EDTA-Na2.2H2O
EDTA disodium salt
27.80
Myo-inositol
100.00
Tiamin hidroklorin
0.10
Piridoksin hidroklorida
0.50
Asam nikotinamida
0.50
Glisin
2.00
sukrosa
2.000.00
22.16
TOTAL g/liter
Sumber: Ichihashi et al, 1998
3. Peran fosfor dalam pertumbuhan tanaman
Fosfor adalah hara makro esensial yang memegang peranan
penting dalam berbagai proses, seperti fotosintesis, asimilasi, dan
respirasi. Fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa
molekul pentransfer energi ADP (adenosin difosfat), ATP (adenosin
trifosfat),
NAD
(Nikotinamida
adenin
dinukleotida),
NADH
(Nikotinamida adenosin dinukleotida hidrogen), serta senyawa sistem
informasi genetik DNA dan RNA. P pada DNA dan RNA menjadi
19
komponen penyusun nukleotida keduanya (gambar 2) (Gardner et al.
1985).
Gambar 2. Rantai heliks ganda DNA yang terbentuk dari beberapa
nukleotida dengan komponen penyusun berupa basa
N, gula, dan P
Enzim pengkatalis memecah satu molekul air menjadi dua
elektron, dua ion hidrogen, dan satu atom oksigen. Elektron disuplai satu
per satu ke ke penerima elektron primer. Masing-masing elektron yang
terfotoeksi diteruskan dari penerima elektron primer fotosistem (PS) II ke
PS I melalui rantai transpor elektron. Elektron tersebut bergerak dari
plastokinon (pq) ke plastosianin (pc) melalui kompleks sitokrom yang
menyediakan energi untuk sintesis ATP. Ketika elektron melewati
kompleks sitokrom, pemompaan proton menciptakan gradien proton yang
kemudian digunakan dalam kemiosmosis.
Pembentukan karbohidrat pada fotosintesis terjadi pada siklus
kelvin. Pada siklus ini, selain membutuhkan tenaga pereduksi yang
disediakan oleh NADPH untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat juga
dibutuhkan energi kimia dalam bentuk ATP. Dengan demikian, siklus
calvinlah yang membuat gula, namun siklus tersebut hanya dapat
20
melakukannya dengan bantuan NADPH dan ATP yang dihasilkan pada
reaksi terang (Campbell et al., 2008)
Gambar 3. Pembentukan ATP pada reaksi terang. Sumber:
Firansyah, 2013
Embleton et al. (1973) menyatakan bahwa P berperan dalam
pertumbuhan tanaman (batang, akar, ranting, dan daun). Fosfat dibutuhkan
oleh tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang
sedang tumbuh serta memperkuat batang, sehingga tidak mudah rebah
pada ekosistem alami (Thompson dan Troeh 1978, dan Aleel 2008).
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih
rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K), dan Kalsium (Ca). Tanaman
menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- dan
HPO42- yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4- lebih banyak
dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih
21
tinggi (< 7) bentuk HPO42- lebih dominan. Disamping ion-ion tersebut,
tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin, dan
fosfohumat (Havlin et al., 1999).
Fosfor diserap dalam bentuk ion hidrogen fosfat H2PO4- (Epstein,
1972). Fosfat sebenarnya terdapat dalam jumlah yang melimpah dalam
tanah, namun sekitar 95-99% terdapat dalam bentuk fosfat tidak terlarut
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman (Vassileva et al, 1998).
Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa mobilitas ion-ion
fosfat sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi.
Kemampuan fosfor menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman yang
berasal dari pertambahan pupuk P sangat rendah, yakni antara 10-30%.
Sisanya 70-90% tertinggal dalam bentuk tak larut atau hilang karena erosi.
Fosfor masuk ke dalam tanaman melalui rambut akar, ujung akar,
dan lapisan terluar dari sel akar. Penyerapan fosfor juga difasilitasi oleh
jamur mikoriza yang tumbuh berasosiasi dengan akar dari sebagian besar
tanaman. Fosfor sebagian besar diserap dalam bentuk ion orthofosfat
primer (H2PO4-), tetapi beberapa fosfor diserap dalam bentuk ion
orthofosfat sekunder (H2PO4=), bentuk ini meningkat saat pH tanah
meningkat (Armstrong et al, 1999: 6-7)
Setelah masuk ke dalam akar tumbuhan, fosfor dapat disimpan
dalam akar atau ditransport ke bagian atas tanaman. Melalui berbagai
reaksi kimia, fosfor kemudian diubah menjadi berbagai macam bahan
organik, termasuk diantaranya asam nukleat (DNA dan RNA),
22
fosfoprotein, fosfolipid, gula fosfat, enzim, dan fosfat kaya energi
contohnya, adenosin trifosfat (ATP). Pada DNA dan RNA, P menjadi
komponen utama penyusun nukleotida (gambar 3). Dalam bentuk organik
inilah demikian juga dengan bentuk ion inorganik fosfatnya fosfor
kemudian disalurkan keluar dari tumbuhan, dimana reaksi lebih lanjut
dapat dilakukan (Armstrong et al, 1999: 6-7). Fosfor pada tanaman
berpengaruh sebagai berikut:
1. Pembelahan sel serta pembentukan lemak serta albumin
2. Pembungaan dan pembuahan termasuk pembuatan biji
3. Perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus
4. Kekuatan
batang
pada
tanaman
serealia,
membantu
menghindari tumbangnya tanaman.
5. Kekebalan terhadap penyakit tertentu (Soegiman, 1989)
Kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan terhalangnya
pertumbuhan serta proses biokimia dan fisiologi tanaman. Ketika P
terbatas, efek yang paling nyata adalah penurunan ekspansi dan area
penutupan daun, serta jumlah daun. Pertumbuhan cabang lebih
terpengaruh daripada pertumbuhan batang, yang memicu penurunan rasio
berat kering akar. Pertumbuhan akar, bagaimanapun juga akan berkurang
karena penurunan P, menyebabkan berkurangnya kemampuan akar untuk
mencapai air dan nutrien. Pada umumnya, keberadaan P yang tidak cukup
akan melambatkan proses penggunaan karbohidrat, tetapi produksi
karbohidrat melalui fotosintesis terus berlanjut. Hal ini menyebabkan
23
peningkatan karbohidrat dan pembentukan daun berwarna hijau tua.
Karena P dalam keadaan siap digunakan pada tanaman, ketika kekurangan
terjadi P langsung ditranslokasikan dari jaringanyang lebih tua ke jaringan
meristematik, menghasilkan gejala pengurangan daun pada daun yang
lebih tua atau daun pada bagian bawah tanaman (Armstrong, 1999).
B. Kerangka Berpikir
Anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga dengan famili
terbesar dan tersebar di dunia. Bunga anggrek yang cantik dengan berbagai
macam bentuk
dan warna yang menarik menjadi daya tarik tersendiri
sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Anggrek dengan bunganya
yang cantik sering digunakan sebagai tanaman hias. Bagi para pemulia
anggrek, bunga anggrek merupakan bagian anggrek yang digunakan untuk
mengetahui hasi persilangan yang telah dilakukan. Fungsi bunga anggrek
yang demikian menjadikan bunga anggrek sebagai bagian penting dari bunga
itu sendiri.
Pertumbuhan bunga pada beberapa jenis anggrek yang terhitung
lambat kurang menguntungkan. Pertumbuhan bunga yang dipengaruhi faktorfaktor pertumbuhan seperti fotoperiod, kondisi klimatis, ketersediaan hormon
maupun faktor endogen/otonom. Faktor endogen merupakan kondisi fisiologis
tumbuhan yang mempengaruhi pembungaan dari dalam. Pada anggrek salah
satu indikasi mulainya pembungaan ketika pseudobulb sudah cukup matang
atau dewasa. Percepatan pertumbuhan organ tersebut kemungkinan mampu
menginduksi pembungaan pada anggrek.
24
Pertumbuhan pseudobulb dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah
satu diantaranya adalah media tanam. Pada kultur in vitro media tanam berisi
nutrisi dan hormon. Nutrisi yang terkandung pada media in vitro mencakup
semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya baik makro
maupun mikro. Salah satu nutrisi yang mutlak diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman adalah fosfor. Penambahan konsentrasi fosfor pada media
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan pseudobulb untuk menginduksi
pembungaan pada anggrek dendrobium antennatum. Secara skematis,
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:
25
Anggrek
tanaman hias
berbunga
Fotoperiod
Vernalisasi
Pembungaan
Faktor
endogen/otonom
m
GA3
Pertumbuhan
vegetatif
Pembesaran
batang
(pseudobulb)
Media tanam
-
Nutrisi:
Sumberkarbon
Mineral/Hara
Vitamin
Asam amino
Hormon :
- Auksin
- Sitokinin
In Vitro: Fosfor (P)
Gambar 4. Bagan alur kerangka berpikir dalam penelitian
26
C. Hipotesis
Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan yaitu sebagai berikut :
1. Penambahan konsentrasi fosfor pada medium kultur in vitro akan
mempengaruhi pertumbuhan pseudobulb Dendrobium antennatum.
2. Semakin tinggi konsentrasi fosfor maka akan semakin berpengaruh
terhadap pertumbuhan pseudobulb Dendrobium antennatum.
27
Download