ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN

advertisement
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN
CONVERTING ENZYME (ACE) INHIBITOR DENGAN CALCIUM CHANNEL
BLOCKER (CCB) PADA PENGOBATAN PENYAKIT HIPERTENSI
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2013
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
YAN DEMAGA PUTRA
K 100090117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN
CONVERTING ENZYME (ACE) INHIBITOR DENGAN CALCIUM CHANNEL
BLOCKER (CCB) PADA PENGOBATAN PENYAKIT HIPERTENSI
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2013
ANALYSIS OF COST-EFFECTIVENESS BETWEEN ACE-INHIBITOR WITH
CCB IN HYPERTENSIVE DISEASE INPATIENT IN
THE X HOSPITAL IN 2013
Yan Demaga Putra dan Nurul Mutmainah
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyah Surakarta
Jl. A YaniTromolPos I PabelanKartasura
e-mail :[email protected]
ABSTRAK
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke,
gagal jantung dan kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat. Perlu dilakukan analisis
efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara
manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya medik langsung dan menganalisis obat
antihipertensi yang cost-effective bagi pasien hipertensi rawat inap di RumahSakit “X” tahun 2013.Penelitian
ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data yang diambil merupakan
data retrospektifyang dilakukan di RumahSakit “X”berdasarkan data rekam medis, laboratorium dan plafon
harga obat di administratif. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya adalah data efektifitas terapi
antihipertensi dan biaya medik langsung.Hasilpenelitianmenunjukkanbiaya medik langsung terkecil adalah
CCB yang dirawat di ruangan kelas III yaitu Rp 294.895. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan
oleh pasien yang menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu sebesar Rp
977.355,5.Terapi antihipertensi paling cost effective berdasar ACER adalah golongan ACEI pada pasien yang
dirawat di ruangan kelas III yaitu sebesar 3.250,26.Terapi antihipertensi yang cost-effective berdasarkan
ICER adalah ruang perawatan kelas III adalah karena menunjukkan hasil 16,04.
Kata kunci : Hipertensi, pesien rawat inap, analisis efektivitas biaya
ABSTRACT
Hypertension is a major risk factor heart disease such as myocardial anfarction, stroke, heart
failure and death. Health financing in Indonesia has increased. Cost-effectiveness analysis is needed to assist
in decision these medicine are effective in benefits and costs. This study aims to determine the direct medical
cost and analyze cost-effective of antihipertensive drug for hypertensive patient hospitalized in the Hospital
“X” in 2013.The research is non-experimental research with descriptive design. The data taken is
retrospective data carried out in the hospital “X” based medical records. Data were taken for analysis of
cost-effectiveness is data antihypertensive theraphy effectiveness and direct medical costs.The results
showed, the smallest direct medical cost incurred is CCB on inpatient unit class III with a value Rp294.895.
the biges direct medical cost incurred is CCB on inpatient unit first classwith a value Rp 977.355,5. The most
cost effective antihypertensive therapy based on ACER is a ACEI used by patient in the inpatient unit class
III with a value is 3.250,26. The most cost-effective antihypertensive therapy by ICER is a patient class III
the result showed is 16,04.
Keyword: Hypertension, inpatient, cost-effectiveness analysis
1 PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark
miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang
menderita hipertensi di dunia. Tiga juta orang meninggal tiap tahun karena hipertensi
(Chobanian et al., 2003). Hipertensi menyumbang 4,4% beban penyakit secara global dan
prevalensinya sama antar negara maju dan negara berkembang (Wisløff et al., 2012). Di
Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi
(≥140/90 mmHg) dengan persentase biaya yang cukup besar tiap tahunnya. Menurut
National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi yang ada
di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65
juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991 (DEPKES,2006).
Seseorang dikatakan hipertensi ditandai dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg.
Pengobatan hipertensi bertujuan mendapatkan target tekanan darah dalam rentang yang
normal, yaitu ≤140/90 mmHg pada berbagai kondisi pasien. Khusus pasien hipertensi
dengan diabetes mellitus dan penyakit ginjal, tekanan yang dicapai adalah ≤130/80 mmHg
(Chobanian et al., 2003). Harga dari obat antihipertensi sangat bervariasi, sehingga harga
obat menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk
mempertimbangkan penggunaan obat bagi pasien. Analisis efektivitas biaya perlu
dilakukan agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif
secara manfaat dan biaya (Wisloff et al., 2012)
Pengobatan hipertensi yang cukup menarik perhatian adalah banyaknya
penggunaan ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker sebagai pilihan terapi hipertensi.
Sejak JNC (1997) dan WHO (1989) ACE-Inhibitor telah menjadi suatu golongan
antihipertensi alternatif pertama setelah diuretik. ACE-Inhibitor efektif untuk hipertensi
ringan, sedang sampai berat. Sebagai monoterapi, ACE-Inhibitor sama efektivitasnya
dengan golongan antihipertensi lainnya. ACE-Inhibitor efektif sebagai antihipertensi pada
70% penderita (Setiawati dan Bustami,1995). Calcium Channel Blocker digunakan sebagai
alternatif pilihan dan atau sebagai tambahan pada pasien hipertensi. Dibandingkan dengan
antihipertensi lainnya, Calcium Channel Blocker lebih sering digunakan untuk mengontrol
tekanan darah sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut (Jackson,2007).
Angka kejadian penyakit hipertensi di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013 adalah 520
pasien. Melihat banyak serta besarnya biaya penggunaan ACE-Inhibitor dan Calcium
Channel Blocker, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas dari
2 ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker dalam mengontrol tekanan darah pada pasien
hipertensi tanpa penyulit.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pola penggunaan obat antihipertensi ACEInhibitor dan Calcium Channel Blocker untuk mengetahui efektifitas penggunaan ACEInhibitor dan Calcium Channel Blocker dari sisi efek farmakologi dan sisiekonomi
sehingga dapat diketahui antihipertensi yang lebih cost effectiveness diantara ACEInhibitor dan Calcium Channel Blocker.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan
deskriptif. Data yang diambil merupakan data retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit
“X” berdasarkan data rekam medis. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya
adalah data efektifitas terapi antihipertensi dan biaya medik langsung.
Batasan Definisi Operasional
1. Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
2. Analisis efektifitas biaya adalah perbandingan efektifitas biaya dibandingkan dengan
biaya medik langsung pada pasien.
3. Biaya medik langsung (Direct Medical Cost) meliputi biaya rawat inap (terdiri atas
biaya rekam medis, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, biaya alat
kesehatan, konsultasi dokter, visite dokter, biaya laboratorium, biaya obat
antihipertensi).
4. Target terapi antihipertensi sesuai dengan target terapi yang ada di JNC VII yaitu ≤
140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan ≤ 130/80 mmHg untuk hipertensi
dengan komplikasi diabetes mellitus atau kelainan ginjal (Chobanian et al., 2003)
5. Perubahan tekanan darah adalah nilai tekanan darah yang diukur oleh dokter pada saat
awal terapi antihipertensi hingga akhir perawatan rawat inap (pasien pulang)
6. Efektivitas adalah tercapainya penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat
antihipertensi yang diukur dengan persentase pasien yang mencapai target terapi.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar pengumpulan data, data
rincian biaya rawat inap pasien, dan data rincian harga obat pasien yang didapatkan dari
bagian Pengelolaan Pendapatan Rumah Sakit “X”. Bahan penelitian ini berasal dari rekam
medis pasien, data rincian biaya rawat inap pasien, dan data rincian harga obat pasien.
3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap yang terdiagnosa hipertensi di
Rumah Sakit “X” pada tahun 2013 yang mendapatkan terapi antihipertensi tunggal
golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Calcium Channel Blocker
(CCB) selama masa rawat inap. Pengambilan data dengan total sampling dengan teknik
purposive sampling. Populasi dan sampel harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasien hipertensi yang menjalani rawat inapdengan usia ≥ 17 tahun.
2. Pasien rawat inap umum dengan biaya mandiri.
3. Pasien menggunakan obat antihipertensi terapi antihipertensi tunggal golongan
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Calcium Channel Blocker
(CCB) selama masa rawat inap dengan pertimbangan untuk mengukur biaya dan
efektivitas dari obat antihipertensi yang digunakan oleh pasien.
4. Diagnosa utama pasien adalah hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta.
Penyakit penyerta pasien yaitu Diabetes Melitus, Chronic Kidney Disease, penyakit
kardiovaskuler (angina, stroke, acute miokard infark, gagal jantung) asma, dan
hepatomegali.
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara total sampling dengan objek penelitian seluruh pasien
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013. Sampling dilakukan agar
memperoleh data yang lebih akurat.
Jalannya Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit “X”. Tahap-tahap penelitian sebagai berikut :
1. Pengumpulan sampel dilihat dari daftar pasien hipertensi rawat inap yang ada di
instalasi Rekam Medik, kemudian dicatat nomor rekam medik untuk mendapatkan
rekam medik pasien.
2. Pencatatan data rekam medik meliputi identitas pasien, diagnosa, obat antihipertensi
yang digunakan, tekanan darah pasien, ruang perawatan serta lama perawatan pasien
dirumah sakit.
3. Data biaya medik langsung dicatat dari rincian biaya rawat inap dan rincian harga obat
yang didapat dari bagian Pengelolan Pendapatan.
4. Menghitung biaya medik langsung yang dan menganalisis data efektivitas obat.
5. Melakukan analisis efektivitas biaya dengan membandingkan biaya medik langsung
dan efektivitas obat. Analisis efektifitas biaya dilakukan dengan metode ACER dan
ICER
4 Teknik Analisis
Analisis data dilakukan dengan teknik observasi dengan mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan untuk penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data
dari instalasi rekam medik dan bidang pengelolaan pendapatan menggunakan lembar
pengumpulan data.
Data yang dicatat pada lembar pengumpulan data meliputi nomor rekam medis,
identitas pasien (usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, riwayat
penyakit, diagnosa dan pola pengobatan), tes laboratorium yang dilakukan, perincian biaya
pengobatan dan perawatan (berdasarkan Petunjuk Pelaksanan Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar) meliputi biaya rawat inap (terdiri atasbiaya
rekam medis, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, konsultasi dokter, visite
dokter) dan biaya laboratorium.
Setelah data-data terkumpul, dilakukan penghitungan biaya medik langsung pada
tiap-tiap pasien, kemudian data biaya medik tersebut dijumlah per-golongan terapi dan
dirata-rata. Data biaya medik langsung tersebut dapat digunakan untuk menghitung
Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER).
Biaya pada ACER merupakan rata-rata biaya medik langsung dari tiap obat yang
dikelompokkan berdasar ruang perawatan, sedangkan efektivitas terapi adalah tercapainya
penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat antihipertensi yang diukur dengan
persentase pasien yang mencapai target terapi hipertensi (≤ 140/90 mmHg untuk hipertensi
tanpa komplikasi dan ≤ 130/80 mmHg untuk hipertensi dengan komplikasi diabetes
mellitus atau kelainan ginjal) dari populasi pasien yang menggunakan obat.
Hasil dari CEA dapat disimpulkan dengan Incremental Cost-Effectiveness Ratio
(ICER). Jika hasil perhitungan ICER menunjukkan hasil negatif atau semakin kecil, maka
suatu alternatif obat dianggap lebih efektif dan lebih murah, sehingga dapat dijadikan
rekomendasi pilihan terapi (Andayani, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angka Kejadian Hipertensi
Angka kejadian penyakit hipertensi rawat inap di Rumah Sakit “X” pada tahun
2013 adalah 520 pasien. Pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi sebanyak 43, yaitu 28
pasien menggunakan terapi antihipertensi Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI) dan 15 menggunakan
Calcium Channel Blocker (CCB). Data rekam medik
selebihnya 477 pasien tidak memenuhi kriteria inklusi karena kelengkapan data pada
5 rekam medik tidak lengkap, data pada administrasi tidak sesuai, pasien tidak mendapatkan
pengobatan tunggal hipertensi, pasien hipertensi stage 2 dan pasien hipertensi dengan
penyakit penyulit.
Demografi Pasien Hipertensi
Berdasarkan tabel 1, hipertensi banyak terjadi pada pasien perempuan. Kelompok
usia yang paling banyak menderita hipertensi adalah 44-70 tahun (74,41%) kemudian lebih
dari 71 tahun (18,60%) dan paling sedikit pada kelompok usia 17-43 tahun (6,97%).
Sebanyak 3 pasien menjalani rawat inap 1-2 hari (6,97%), 34 pasien menjalani rawat inap
3-4 hari (79,06%), 5 pasien menjalani rawat inap 5-6 hari (11,62%),
dan 2 pasien
menjalani rawat inap lebih dari 7 hari (4,65%).
Tabel 1. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Derajat Penyakit, Lama
Rawat Inap, Diagnosa Penyakit, dan Penyakit Penyerta pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di Rumah
Sakit “X” Tahun 2013.
Keterangan
Usia
17-43
44-70
> 71
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Lama Rawat Inap
1-2 hari
3-4 hari
5-6 hari
>7 hari
Kelas
III
II
I
VIP
Utama
Diagnosis Hipertensi
Dengan Penyakit Penyerta
Tanpa Penyakit Penyerta
Penyakit Penyerta
Diabetes Mellitus
Penyakit Kardiovaskular
Chronic Kidney Disease
Stroke
Vertigo
Asma
Hepatomegali
Hipoglikemi
Jumlah
Persentase (%)
3
32
8
6,97%
74,41%
18,60%
13
30
30,23%
69,76%
3
33
5
2
6,97%
76,74%
11,62%
4,65%
18
13
6
3
3
44,18%
30,23%
13,95%
6,97%
6,97%
36
7
83,72%
16,27%
8
8
7
4
4
2
1
2
22,22%
22,22%
19,44%
11,11%
11,11%
5,55%
2,77%
5,55%
Dari keseluruhan pasien (Tabel 1) 36 orang (83,72%) menderita hipertensi dengan
penyakit penyerta dan 7 orang (16,27%) mengalami hipertensi tanpa penyakit penyerta.
Penyakit penyerta pada pasien hipertensi adalah diabetes mellitus dan kardiovaskuler
sebanyak 8 pasien (22,22%), Chronic Kidney Disease 7 pasien (19,44%). Penyakit stroke
dan vertigo masing-masing 4 pasien (11,11%), pada penyakit asma dan hipogikemi 2
pasien (5,55%). Penyakit dengan persentase paling kecil adalah hepatomegali dengan 1
pasien (2,77%).
6 Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi
Gambaran pengobatan yang dijalani di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”
tahun 2013 dengan diagnosa hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Persentase Gambaran obat Antihipertensi pada Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit “X” tahun 2013.
MT
TMT
Jumlah
Total
11
27
Persentase
(N=43)
62,79%
16
37,20%
Golongan Obat
Jenis Obat
Kelas
TD Awal
TD akhir
ACEI
Captopril
III
150/80
160/90
160/90
160/90
180/80
190/80
170/90
180/90
160/100
180/110
160/100
110/80
120/80
130/80
120/80
140/100
120/60
130/80
120/60
130/90
110/80
110/60
160/80
160/90
180/90
150/100
180/90
190/100
150/100
180/90
210/100
130/80
140/90
160/90
140/90
140/60
130/60
140/70
120/80
170/100
200/90
160/110
140/90
160/100
120/70
140/80
120/80
130/80
VIP
170/100
130/90
140/90
160/90
Utama
180/100
130/90
V
1
III
160/100
170/100
200/100
190/80
180/90
170/120
120/90
110/60
110/90
150/80
140/90
140/90
100/60
110/70
V
V
7
II
160/90
200/100
180/90
160/110
160/80
140/90
160/100
140/90
I
160/100
190/90
110/70
120/70
VIP
120/90
140/90
II
I
CCB
Amlodipin
120/70
150/90
180/100
100/70
Keterangan: MT= Mencapai Terapi, TMT= Tidak Mencapai terapi
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
9
V
V
V
V
V
V
V
V
4
V
V
V
V
V
2
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Utama
4
2
V
1
V
2
V
Gambaran penggunaan obat antihipertensi dapat dilihat pada tabel 2. Obat yang
paling banyak digunakan adalah captopril yang diresepkan pada 27 pasien (62,79%).
Banyak pasien yang menerima resep captopril karena, obat-obatan golongan ACEI
utamanya captopril merupakan antihipertensi untuk penanganan hipertensi pada penderita
diabetes mellitus, gagal ginjal, infark miokard dan stroke (Dipiro et al., 2008).
7 Gambaran Penggunaan Obat Non Antihipertensi
Tabel 3. Persentase Gambaran Obat Non Antihipertensi pada Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Kelas Terapi
Larutan elektrolit
Obat saluran cerna
Obat saluran napas
Multivitamin
Antibiotik
Analgesik non narkotik
Kortikosteroid
Psikofarmaka
Antidiabetik oral
Antimigrain
Antimikroba
Obat jantung
Antivertigo
Nama Obat
Inf. RL 500
Inj. KAEN
Inj. Ranitidin
Ranitidin tab.
Inj. Ondansentron
Antasida syr.
Aluminium hidroksida syr
Inj. Omeprazole
Omeprazole tab.
Aluminium hidroksida tab
Ondansentron tab.
OBH syr.
Salbutamol 2 mg tab.
Salbutamol 4 mg tab.
Ambroxol tab.
Vitamin B komplek tab
Sohobion tab
Inj. Sohobion
Inj. Cefotaxime
Inj. Ciprofloxacin
Amoxcilin Tab.
Ciprofloxacin tab
Inj. Natrium Metamizole
Paracetamol 500mg tab.
Asam mefenamat tab.
Inj. Methylprednisolon 4mg
Dexametason 0,5mg
Methylprednisolon 4mg tab
Actazolam tab.
Alprazolam 0,5mg
Alganax 0,25mg
Metformin 500 tab.
Flunarizin 5 mg tab
Ciprofloxacin tab.
ISDN tab.
Betahistin mesilat
Jumlah(N=267)
41
9
31
2
13
11
12
4
3
1
2
5
2
2
3
4
3
22
11
4
3
1
22
15
2
5
1
2
3
12
3
5
2
1
2
3
Berdasarkan tabel 3 penggunaan obat non antihipertensi paling banyak digunakan
adalah infus ringer laktat sebanyak 41 pasien. Sedangkan penggunaan ciprofloxacin tab,
dexanta tab, omeprazole tab, dexametason 0,5 mg, dan OMZ tab sebanyak 1 pasien.
Analisis Efektivitas Biaya
1.
Biaya Medik Langsung
Terdapat empat komponen biaya yang ada dalam tabel 4 yaitu biaya rawat inap,
biaya laboratorium, harga obat hipertensi dan harga obat lain yang digunakan pasien. Biaya
rawat inap meliputi biaya rekam medis, biaya pelayanan kamar, biaya tindakan medis,
konsultasi dokter, dan biaya visite dokter baik dokter umum maupun spesialis. Biaya
laboratorium meliputi pemeriksaan urin, hematologi, dan kimia darah. Harga obat
hipertensi merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat antihipertensi golongan
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Calcium Channel Blocker (CCB). Sedangkan
harga obat lain meliputi antibiotik, multivitamin, obat saluran cerna, analgesik non
8 narkotik, psikofarmaka, kortikosteroid, obat saluran napas, antimigrain, obat jantung,
antivertigo, dan antidiabetes merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat selain
obat antihipertensi.
Tabel 4. Rekapitulasi Biaya Medik Langsung Selama Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Ruangan
‫ܠ‬ത ± SD
Kombinasi
Gol Obat
Biaya Rawat Inap
Harga Obat
Antihipertensi
Harga Obat Lain
Total Biaya / Biaya
Medik Langsung
Kelas III
ACEI
CCB
147.415,91±58.569,44
125.285,71±33.831,20
2.047,83±755,34
5.467,85±2.617,58
168.158,25±137.527,58
164.141,57±56.631,97
295.448,75±137.713,26
294.895±57.220,86
Kelas II
ACEI
CCB
178.200,12±84.955,96
156.125±53.995,94
1.662,45±1.094,04
1.938,5±1.983,20
277.718,58±262.979,61
228.050±293.432,39
443.970±300.614,50
483.613,5±293.525,38
Kelas I
ACEI
CCB
273.475±3.967,68
341.000±241.694,79
1.111,75±965,20
3.740±2.489,01
423.227±505.849,20
321.617±69.657,08
698.063,75±502.841,11
670.857±270.418,84
Kelas VIP
ACEI
CCB
682.400±166.877,20
623.400±0
2.010,5±43,13
1.728±0
112.028±18.599,73
222.807±0
796.438,5±148.320,59
847.935±0
Kelas Utama
ACEI
CCB
428.200±0
565.500±175.786,74
1.060±0
1.620±763,67
102.501±0
410.235,5±359.212,36
531.761±0
977.355,5±534.235,43
Dilihat dari tabel 4, biaya medik langsung terkecil adalah ACEI yang dirawat di
ruangan kelas III yaitu Rp 295.448,75. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan
oleh pasien yang menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu
sebesar Rp 977.355,5.
2.
Efektivitas Terapi
Persentase efektivitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai
target penurunan tekanan darah dibandingkan dengan keseluruhan jumlah pasien yang
dikelompokkan berdasarkan ruang perawatan dan kombinasi golongan obat yang
digunakan.
Tabel 5. Persentase Efektivitas Terapi Antihipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun
2013
Ruangan
Kombinasi
Golongan Obat
Kelas III
ACEI
CCB
Jumlah
Pasien
(Y)
11
7
Jumlah Pasien yang
Mencapai Target TD
(X)
10
4
Efektifitas (%)
(X
)
Kelas II
ACEI
CCB
9
4
4
0
44,44%
0%
Kelas I
ACEI
CCB
4
2
3
2
75%
100%
Kelas VIP
ACEI
CCB
2
1
0
0
0%
0%
Kelas Utama
ACEI
CCB
1
2
1
1
100%
50%
Y
x 100%
90,90%
57,14%
9 Persentase efektifitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai
target penurunan tekanan darah dibandingkan dengan jumlah pasien yang menjalani terapi
obat tersebut (Tabel 5). Penggunaan obat CCB ruangan kelas II, ACEI kelas VIP, CCB
kelas VIP pada pasien yang dirawat menunjukkan efektivitas 0%, karena dari satu pasien
yang dirawat di ruangan tersebut tidak menunjukkan penurunan tekanan darah.
Penggunaan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas II juga menunjukkan
efektivitas yang kecil yaitu 44,44%.
3.
Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER
Penilaian analisis efektivitas biaya menggunakan metode ACER bertujuan untuk
membandingkan total biaya suatu program atau alternatif pengobatan dibagi dengan
keluaran klinis untuk menghasilkan perbandingan yang mewakili biaya tiap hasil klinis
yang spesifik dan independen dari pembanding. Perhitungan ACER pada beberapa
kombinasi obat antihipertensi di Rumah Sakit “X” tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6.
Nilai ACER paling tinggi ditunjukkan oleh obat golongan CCB pada pasien yang
dirawat di ruangan kelas utama yaitu sebesar 19.547,11. Sedangkan nilai ACER yang
paling kecil adalah obat golongan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas III
yaitu sebesar 3.250,26. Dalam ACER semakin kecil nilai ACER maka, obat tersebut
semakin cost-effective. Sehingga dapat disimpulkan bahwa obat golongan ACEI ruangan
kelas III adalah obat yang paling cost-effective untuk terapi antihipertensi pada pasien
rawat inap karena nilai ACER sebesar 3.250,26.
Tabel 6. Perhitungan ACER Kombinasi Obat Antihipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X”
Tahun 2013
295.448,75
294.895
Efektifitas (E)
90,90%
57,14%
ACER ( C/E)
3.250,26
5.160,92
ACEI
CCB
443.970
483.613,5
44,44%
0%
9.990,32
∞
ACEI
CCB
698.063,75
670.857
75%
100%
9.307,51
6.708,57
Kelas VIP
ACEI
CCB
796.438,5
847.935
0%
0%
∞
∞
Kelas Utama
ACEI
CCB
531.761
977.355,5
100%
50%
5.317,61
19.547,11
4.
Ruangan
Kelas III
Golongan Obat
ACEI
CCB
Kelas II
Kelas I
Total Biaya ( C )
Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ICER
ICER didefinisikan sebagai rasio perbedaan biaya dari 2 alternatif dengan
perbedaan efektivitas antara 2 alternatif. Meskipun analisis dengan ACER telah
memberikan informasi yang bermanfaat yakni memberikan informasi berupa rata-rata
biaya pengobatan, sehingga bagi rumah sakit digunakan dalam pertimbangan, perencanaan
dan pengadaan obat.
10 Analisis efektivitas biaya dengan menggunakan metode ICER dapat diketahui
besarnya biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas biaya. Selain itu,
untuk mempermudah pengambilan kesimpulan alternatif mana yang memberikan
efektivitas-biaya terbaik. Berikut ini adalah analisis perhitungan menggunakan ICER pada
terapi antihipertensi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit “X” tahun 2013.
Tabel 7. Hasil Perhitungan ICER Terapi Antihipertensi pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X”
Tahun 2013.
Ruangan
Kombinasi
Total Biaya
Efektifitas
∆C
∆E
ICER
Golongan Obat
(C)
(E)
(∆C/∆E)
Kelas III
ACEI
295.448,75
90,90%
593,75
33,76%
16,40
CCB
294.895
57,14%
Kelas II
Kelas I
Kelas VIP
Kelas
Utama
ACEI
CCB
ACEI
CCB
443.970
483.613,5
698.063,75
670.857
44,44%
0%
75%
100%
39.643,5
44,44%
892,06
27.206,75
25%
1088,27
ACEI
CCB
796.438,5
847.935
0%
0%
51.496,5
0%
∞
ACEI
531.761
100%
445.594,5
50%
8911,89
CCB
977.355,5
50%
Perhitungan pada Tabel 7menunjukkan analisis ICER untuk tiap ruangan
perawatan, yaitu kelas III diperoleh hasil ICER sebesar 16,40; kelas II sebesar 892,06;
kelas I sebesar 1088,27; kelas Utama sebesar 8911,89 dan kelas VIP tidak terhingga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa golongan obat yang paling cost-effective untuk pasien
pada ruang perawatan kelas III sebesar 16,40. Semakin kecil unit moneter yang harus
dibayar untuk mendapatkan unit indikator kesehatan yang diinginkan, semakin tinggi nilai
efektivitas suatu obat. Hasil dari perhitungan ICER tersebut dapat memberikan
rekomendasi alternatif terapi yang dapat digunakan pada pasien hipertensi yang dirawat di
tiap ruangan perawatan. Perhitungan incremental memberikan nilai negatif atau mendekati
negatif, maka suatu terapi lebih efektif dan lebih murah dibandingkan alternatifnya. Jika
suatu suatu alternatif lebih efektif tetapi lebih mahal dibandingkan lainnya, ICER
digunakan untuk menjelaskan besarnya tambahan biaya untuk setiap unit perbaikan
kesehatan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga tidak bisa mengungkapkan kenyataan
yang terjadi dilapangan secara lengkap karena peneliti tidak berinteraksi langsung dengan
pasien. Oleh karena itu, dalam pembahasan peneliti hanya mampu melakukan asumsi11 asumsi jika data yang diperoleh benar sesuai dengan kenyataan. Hasil yang didapatkan
pada penelitian ini bersifat umum, karena pasien hipertensi tidak dikelompokkan
berdasarkan diagnosa penyakit penyerta dan jenis obat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Efektivitas biaya antara Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor dengan
Calcium Channel Blocker (CCB) didapatkan besar biaya medik langsung yang
dikeluarkan pasien selama rawat inap di Rumah Sakit “X” tahun 2013 diketahui biaya
medik langsung terkecil adalah CCB yang dirawat di ruangan kelas III yaitu Rp
294.895. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan oleh pasien yang
menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu sebesar Rp
977.355,5.
2. Terapi antihipertensi paling cost effective berdasar ACER adalah golongan ACEI pada
pasien yang dirawat di ruangan kelas III yaitu sebesar 3.250,26. Terapi antihipertensi
yang cost-effective berdasarkan ICER adalah ruang perawatan kelas III adalah karena
menunjukkan hasil 16,04.
Saran
Untuk kedepannya akan lebih baik jika penelitian analisis efektivitas biaya
dilakukan lebih spesifik dengan menggunakan data dengan tahun yang terbaru dan
menggunakan obat antihipertensi dari golongan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T.M., 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta: Bursa
Ilmu.
Chobanian, A., Bakris, G. & Black, H., 2003. The Seventh Report of The Joint National
Committee on: Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, USA: Departement of Health and Human Service.
Depkes RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Jakarta: Kemenkes RI.
Dipiro, J.T., Robert L, T. & Gary C, Y., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach seventh ed. Chapter 15 : Hypertension. USA: The Mc. Graw Hill
Company.
Jackson, E.K., 2007, Renin dan Angiotensin, Dalam Goodman & Gilman, Dasar
Farmakologi dan Terapi, Edisi 10, Volume 1, Penerbit Kedokteran EGC Jakarta, 785810.
12 Wisløff, T., Selmer, R.M. & Halvorsen, S., 2012. Choice Of Generic Antihypertensive
Drugs For The Primary Prevention Of Cardiovascular Disease A Cost-Effectiveness
Analysis. BMC cardiovascular disorders, 12(1), p.26.
13 
Download