30/10/2015 Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum jelas (asimptomatik), melalui suatu alat tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin sakit dengan orang yang mungkin sehat. Penemuan Penyakit secara Screening - 3 Rangkaian pengujian yang dilakukan terhadap pasien simptomatik yang diagnosisnya belum dapat dipastikan Skrining adalah pengidentifikasian orang yang beresiko tinggi terhadap suatu penyakit. Penemuan Penyakit secara Screening - 4 1 30/10/2015 Mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini tehadap kasus yang ditemukan Mengidentifikasi orang-orang asimptomatik yang beresiko mengidap gangguan kesehatan serius. Penemuan Penyakit secara Screening - 5 Program diagnosis dan pengobatan dini pada penyakit tidak menular (yang dalam skala tingkatan prevensi penyakit termasuk dalam tingkatan prevensi sekunder): Kanker Diabetes mellitus Glaukoma, dll Untuk keperluan riset penyakit Untuk melindungi masyarakat, karena hasil screening dijadikan dasar pengobatan masal Sebagai petunjuk awal / deteksi dini suatu penyakit Penemuan Penyakit secara Screening - 6 Orang-orang asimptomatik yang beresiko mengidap gangguan kesehatan serius, dilihat dari : Karakteristik anatomi : kanker, arteriosklerosis Fisiologi : hipertensi, hiperlipidemia Perilaku : kebiasaan merokok, seks bebas (AIDS) Penemuan Penyakit secara Screening - 7 Penemuan Penyakit secara Screening - 8 2 30/10/2015 Wawancara / anamnesa Pemeriksaan fisik Prosedur Skrining masal : Contoh : Colposcopy Uji laboratorium Contoh : Pemeriksaan Hb/Ht Skrining yang dilakukan tanpa mempertimbangkan populasi yang beresiko. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin kasus tanpa gejala, karena penyakit tersebut merupakan penyakit program prioritas. Yang harus dipahami dalam melakukan skrining adalah riwayat alamiah atau perjalanan sebuah penyakit dimulai dari biological onset hingga pada outcome dari suatu penyakit. Penemuan Penyakit secara Screening - 11 Skrining yang dilakukan terhadap orang-orang yang mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Skrining ini biasanya mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan dll. Contoh : Skrining HIV /AIDS Contoh : Skrining TBC Penemuan Penyakit secara Screening - 9 Skrining selektif : Penemuan Penyakit secara Screening - 10 Dalam riwayat alamiah penyakit terdapat titik kritis (critical point) yang harus diperhatikan, titik kritis ini tidak boleh terlewat karena proses alamiah penyakit tidak dapat diubah lagi dan bisa jadi pengobatan yang dilakukan akan siasia. Misalnya, pada titik dimana kanker mulai menyebar ke jaringan lain (metastasis). Jika dilakukan skrining pada titik sebelum ada kemungkinan untuk mendeteksi penyakit (CP1), maka tidak akan mengurangi dampak akibat kanker karena pengobatan dini tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit atau outcome penyakit; bisa menyebabkan kematian atau kecacatan. Penemuan Penyakit secara Screening - 12 3 30/10/2015 Sebaliknya jika skirining dilakukan setelah diagnosis klinis (CP3), maka seharusnya pengobatan akan jauh lebih efektif dibandingkan melakukan skrining pada fase ini. Waktu ideal dilakukannya skrining adalah pada titik antara kemungkinan deteksi awal dengan diagnosis klinis (CP2). LATAR BELAKANG SKRINING Jika skrining dilakukan pada fase ini maka kemungkinan akan berpengaruh terhadap perjalanan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Penemuan Penyakit secara Screening - 13 METODE (PROSEDUR) SKRINING (1) Sitologi (Pap Smear), dan ketika hasil sitologi positif diagnosis Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN); (2) Kolposkopi, selanjutnya; (3) Biopsi lesi yang mencurigakan TUJUAN SKRINING Mengurangi kejadian kanker serviks dan kematian. Tes skrining sesuai strategi (urutan tes). Pengobatan yang sesuai untuk CIN. Menyediakan rujukan untuk pengobatan wanita dengan kanker serviks invasif. Penemuan Penyakit secara Screening - 15 Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Diseluruh dunia, penyakit ini merupakan jenis kanker ke dua terbanyak yang diderita perempuan. Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta perempuan menderita kanker leher rahim1 dan 3-7 juta orang perempuan memiliki lesi prekanker derajat tinggi (high grade dysplasia). Penelitian WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara berkembang. Angka insidens tertinggi ditemukan di negara-negara Amerika bagian tengah dan selatan, Afrika timur, Asia selatan, Asia tenggara dan Melanesia. Penemuan Penyakit secara Screening - 14 Biaya dapat dilaksanakan sangat efektif. Lebih cepat mendapatkan keterangan tentang penyakit dalam masyarakat. Mempunyai fleksibilitas dalam pelaksanaannya. Pelaksanaannya cukup sederhana dan mudah. Hasilnya dapat dipercaya selama tetap memperhatikan nilai: Rehabilitas Validasi Kekuatan tes berdasarkan sensitivitas dan spesifitas. Penemuan Penyakit secara Screening - 16 4 30/10/2015 Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan yang penting Harus ada cara pengobatannya Ada fasilitas diagnosis Penyakit tersebut harus dikenal stadium simptomatik dini dan masa latensi Harus ada pemeriksaan (test) yang cocok / akurat (gold standard) Pemeriksaan tersebut tidak berbahaya dan dapat diterima masyarakat Mengerti tentang riwayat alamiah penyakit Ada kebijakan yang jelas terhadap penderita Biaya penemuan kasus harus seimbang dengan biaya pengobatan Penemuan kasus harus merupakan proses yang terus-menerus berjalan Penemuan Penyakit secara Screening - 17 Menunjukkan : Sejauh mana hasil skrining sesuai dengan kenyataannya. Kemampuan alat untuk menentukan individu mana yang benar-benar sakit dan mana yang benar-benar sehat. Dalam tes konfirmasi, Thornier dan Remain (1961) menemukan sebuah metode yang bernama Screening Test Thorner-Remain. Metode ini berupa alat konfirmasi diagnosis berupa tabulasi 2 x 2 yang menghasilkan : Nilai sensitivitas, Nilai spesifisitas, Nilai prediktif Nilai prevalensi Penemuan Penyakit secara Screening - 19 Penemuan Penyakit secara Screening - 18 Sensitivitas adalah kemungkinan kasus terdiagnosa dengan benar atau probabilitas setiap kasus yang ada teridentifikasi dengan uji skrining (frase: true positive). Sensitivitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining mengklasifikasikan orang yang sakit benar-benar sakit (Webb, et.al., 2005) . Sensitivitas digambarkan sebagai persentase orang dengan penyakit dengan hasil tes positif juga. Jika dilakukan tes pada sampel untuk dikembangbiakkan (dikultur) dari 100 wanita dengan infeksi Klamidia servik, selanjutnya hasil kultur menunjukkan 80 diantaranya positif. Dengan demikian, dapat dikatakan pada kasus ini sensitivitas dari kultur Klamidia jaringan adalah 80%. Penemuan Penyakit secara Screening - 20 5 30/10/2015 Spesifisitas adalah ukuran dari kemungkinan benar mengidentifikasi orang tidak sakit dengan tes skrining (frase: true negative). Spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang yang benar-benar tidak memiliki penyakit pada kenyataanya (Webb, et.al., 2005). Spesifisitas digambarkan sebagai persentase orang tanpa penyakit yang secara tes negatif. Sensitivitas rendah berarti bahwa tes akan melewatkan banyak individu yang memiliki penyakit. Meningkatkan jumlah ‘false negatif’ Penemuan Penyakit secara Screening - 21 Menghasilkan banyak ‘false positif’. Penemuan Penyakit secara Screening - 22 Penemuan Penyakit secara Screening - 23 Spesifisitas rendah menunjukkan bahwa tes akan menempatkan banyak orang dalam kelompok yang berpenyakit meskipun mereka tidak memiliki penyakit. Nilai prediktif positif adalah persentase pasien yang benar-benar positif (sakit/true positive) diantara keseluruhan penderita yang menunjukkan hasil tes konfirmasi positif. Nilai Prediktif Negatif adalah persentase dari semua pasien yang benar-benar negatif (sehat/true negative) diantara keseluruhan penderita yang menunjukkan hasil tes negatif. Penemuan Penyakit secara Screening - 24 6 30/10/2015 Berhubungan dengan standardisasi perangkat pengujian atau test konfirmasi. kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi alat pengukuran jika pengukuran dilakukan berulang kali, hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda. Dengan Variasi alat yang digunakan : Stabilitas reagen yang digunakan; Stabilitas alat ukur yang digunakan Variasi orang yang diperiksa : Kondisi Penemuan Penyakit secara Screening - 25 Adalah jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji skrining. Hasil ini dipengaruhi : Sensitivitas alat Prevalensi penyakit disuatu populasi Uji skrining yang pernah dilakukan sebelumnya Kesadaran masyarakat Penemuan Penyakit secara Screening - 27 Psikis; Reliabilitas dipengaruhi oleh : Stadium penyakit; dll Variasi pemeriksa : Variasi internal (kondisi, pengalaman, kemampuan); Variasi eksternal (jumlah pemeriksa, politis) fisik; Penemuan Penyakit secara Screening - 26 Dalam pelaksanan test skrining, kita dapat melakukan evaluasi terhadap hasil test yang dilakukan dengan membandingkan hasil dengan Standar Emas atau standar yang paling baik (‘gold standard’) yang secara ideal akan memberikan 100% hasil yang benar. Penemuan Penyakit secara Screening - 28 7 30/10/2015 Jika seorang wanita dengan kanker serviks ketika di periksa dengan tes pap smear hasilnya juga positif kanker servik, disebut ‘True positive’ Sedangkan jika hasil tes pap smearnya negatif, disebut ‘false positive’. Jika seorang wanita pada kenyataannya tidak menderita kanker serviks, pada tes pap smear pun menunjukkan hasil negatif, disebut dengan ‘true negative’ Kasus 1. Empat outcome yang dapat terjadi pada tes skrining kanker serviks pada wanita usia subur menggunakan Pap Smear. Apa yang bisa anda simpulkan? Sebaliknya kalau hasil tes menunjukkan positif, maka disebut dengan ‘false negative’. Penemuan Penyakit secara Screening - 29 Penemuan Penyakit secara Screening - 30 Pertanyaan : 1. Berapa jumlah wanita dengan kanker serviks dan hasil Pap smear menunjukkan positif ? 2. Berapa jumlah wanita sehat yang pada tes Pap smear hasilnya negatif dan tes Pap smear menunjukkan hasil positif? Penemuan Penyakit secara Screening - 31 Untuk pengujian alat skrining yang ‘valid’, harus menghasilkan kategori kelompok ‘false positive’ dan ‘false negative’ yang sedikit. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu: Seberapa baik tes skrining ini mengidentifikasi wanita yang benar-benar menderita kanker serviks dalam artian kategori ‘true positive’? Seberapa tepat tes ini mengklasifikasikan wanita sehat pada tes pap smear negatif dalam artian kategori ‘true negative’? 3. Jadi, apa pendapat anda tentang tes skrining kanker serviks menggunakan Pap smear tersebut? Penemuan Penyakit secara Screening - 32 8 30/10/2015 Untuk itu perhitungan nilai sensitivitas dan spesifisitas dilakukan. Penemuan Penyakit secara Screening - 33 Nilai prediktif positif adalah proporsi pasien yang benar benar positif (sakit / true positive) di antara keseluruhan penderita yang menunjukkan hasil tes konfirmasi positif. Nilai Prediktif Negatif adalah persentase dari semua pasien yang benar-benar negative (sehat / true negative) diantara semua pasien yang menunjukkan hasil tes negatif. Penemuan Penyakit secara Screening - 35 Spesifisitas mengukur seberapa sering tes menjadi negatif ketika sedang digunakan pada orang-orang yang kita tahu tidak memiliki penyakit. Idealnya, sebuah hasil tes konfirmasi untuk penyakit haruslah selalu negatif ketika digunakan pada orang yang sehat dan hal yang demikian disebut dengan memiliki spesifisitas 100%. Dari hasil diatas, diketahui bahwa tes Pap smear memiliki nilai sensitivitas 83% dan nilai spesifisitas 67%. Disimpulkan: Tes Pap smear dapat mengklarifikasikan WUS dengan kanker serviks benar-benar sakit pada kenyataannya adalah sekitar 83%, dan Tes Paps smear dapat mengkonfirmasi WUS yang benar-benar bebas dari kanker serviks sesuai hasil dan kenyataannya sebesar 67%. Penemuan Penyakit secara Screening - 34 Alat ukur memiliki nilai prediktif positif tinggi bila dikemudian hari terbukti banyak terjadi ‘true positive’ dan sedikit terjadi ‘false positive’. Alat ukur memiliki nilai prediktif negatif tinggi bila dikemudian hari banyak terjadi ‘true negative’ dan sedikit terjadi ‘false negative’. Alat ukur memiliki validitas prediktif tinggi jika memberikan skor Nilai Prediktif Positif dan Nilai Prediktif Negatif mendekati 100%. Penemuan Penyakit secara Screening - 36 9 30/10/2015 Nilai prediksi positif dan negatif terhadap tes Pap smear adalah 52% dan 90%. Dari hasil tes Pap smear dapat disimpulkan, bahwa tes pap smear memiliki nilai negatif tinggi (90%), ini berarti dimasa yang akan datang, kejadian kasus kanker serviks sesuai dengan hasil tes pap smear akan terdeksi tinggi dan kemungkinan akan terjadinya negatif palsu sangat sedikit, karena mendekati 100%. Sedangkan nilai prediksi positif menunjukkan bahwa hanya sekitar 52%; hanya sebagian hasil tes Pap smear di masa akan datang akan menunjukkan orang yang benar-benar sakit. Penemuan Penyakit secara Screening - 37 Artinya : Penemuan Penyakit secara Screening - 38 ALAT INI MEMPUNYAI SENSITIVITAS YANG TINGGI, TETAPI KURANG SPESIFIK. BAIK DIGUNAKAN UTK MENDETEKSI PENYAKIT YANG TIDAK BEGITU BERBAHAYA DAN ATAU PENYAKIT YANG SEDANG DI PROGRAMKAN UNTUK DIBERANTAS. Penemuan Penyakit secara Screening - 39 Sebutkan 5 contoh pemanfaat skrining dalam pelayanan kebidanan Jelaskan langkah-langkah prosedur dari setiap jenis skrining tersebut Jelaskan persyaratan pasien, waktu pelaksanaan dari setiap jenis skrining tersebut Jelaskan cara penilaian (kesimpulan) dari setiap jenis skrining tersebut Penemuan Penyakit secara Screening - 40 10