144 BAB VI PENUTUP Jadi, marjinal mengekspresikan

advertisement
144
BAB VI
PENUTUP
Jadi, marjinal mengekspresikan anarkisme melalui musik dan lirik mereka
ialah dengan pemilihan kata yang membentuk bahasa guna mengartikulasikan
kepentingan mereka bukan hanya kepada agen-agen tertentu, tapi semua khalayak.
Pemilihan kata dan artikulasi pengucapan dan nada menjadi penting, karena dengan
begitu mereka dapat mengekspresikan ideologi mereka guna mengartikulasikan
tujuan mereka terhadap khalayak.
Pengemasan dan pemilihan kata mereka menurut penulis cukup cerdas, karena
kata-kata yang dianggap kasar ditempatkan pada porsi yang pas, didahului dengan
penyebab mereka berkata yang dianggap kasar atau makian itu. Musik yang
diciptakan oleh mereka mencerminkan ideologi mereka sebagai seorang anarkisme
Mereka menciptakan ekspresi melalui musik yang berbau anarkisme karena,
selama ini anarkisme dianggap kaum idealis konyol atau bahkan diidentikkan dengan
kekerasan atau sesuatu yang buruk. Dengan itu mereka berusaha menunujukkan dan
meluruskan melalui musik anarkisme yang sebenarnya itu apa. Itu merupakan cara
mereka mengartikulasikan kepentingan mereka. Selain itu mereka menciptakan musik
guna mempebgaruhi pendengar atau penikmat musik mereka untuk berbuat seperti
tujuan mereka. Tujuan mereka adalah untuk melakukan perubahan sosial, proses
penyadaran, pendidikan politik yang nanti diharapkan akan bermuara pada perubahan
pandangan terhadap anarkisme.
Kata dan bahasa yang dipakai dinyatakan sebagai bentuk kesadaran yang
kritis. Bahasa yang mereka yakini benar,dan mereka memahami maknanya
berdasarkan realita, karena bahasa mempunya sisi psikologis. Bahasa berangkat dari
rasa, artinya bahsa mempunyai peran yang sangat penting, karena dengan bahasa kita
145
bisa mengaitkan satu persoalan dengan persoalan yang lainnya. Pemilihan kata dalam
musik Marjinal mencerminkan ideologi yang mereka usung. Mereka sangat
memikirkan masalah pemilihan kata itu tidak berdiri sendiri, ada makna tersembunyi
dalam kata. Bahasa yang mereka gunakan persuatif, pendobrak, pendukung semangat
untuk sadar, bertindak dan melawan sesuatu yang tidak adil. Bahasa tertentu, akan
ditampakkan pada pemilihan kata dan kalimat yang bisa membentuk ekspresi tertentu
guna artikulasi tertentu.
Mereka mengekspresikan ideologi melalui musik dan lirik, jadi mereka bukan
sekedar bermusik semata, melainkan menggunakan musik sebagai alat untuk
mendobrak pembodohan serta penzaliman terhadap masyarakat yang digencarkan
oleh sistem borjuasi yang korup, yang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat,
dan untuk membangun perubahan sosial yang dicita-citakan oleh pancasila. Marjinal
memilih mengekspresikan ideologi musik karena mereka merasa musik sebagai
media yang tepat untuk mendorong, memotivasi, dan bisa dijangkau oleh seluruh
masyarakat dimana saja dan kapan saja.
Dari delapan lagu yang dianalisis semuanya menunjukkan bahasa perlawanan
dan pernyataan lugas dan tegas serta apa adanya. Dari lagu revolusi, pemilihan lirik
menunujukkan perlawanan dan kental dengan kebebasan seperti kata revolusi,
bergerak, bersatu, melawan penindasan, dibodohi, lawan yang dimana semua itu
mencerminkan bahasa dari kaum anarkis, terutama revolusi.
Dan lagu „aku benci‟ ada kata „polisi, tentara, aparat, penjilat, fasis, rasis,
kapitalis, lawan, dan anjing-anjing kapitalis, dan tentunya menyebutkan oknumoknum yang berlawanan dengan para anarki. Dan lagu M.A.T.K mereka banyak
menyebutkan peristiwa-peristiwa yang merupakan tragedi yang banyak menelan
korban jiwa akibat militer, dan lagi-lagi terdapat lirik yang mengatakan „lawan
penindasan‟. Kata kata itu tecermin dalam kata; adalah ambon, aceh, timor leste,
146
semanggi, tri sakti, 27 Juli, lampung, tanjung priok, malari, mari kita rapatkan
barisan tuk melawan penindasan, tentara keparat, aparat bangsat, militerisme anjing
tai kucing‟.
Dan lagu Anarki bukan Barbar sudah terlihat dalam lagu ini jika ingin
meluruskan pandangan negatif terhadap anarkisme. Sedangkan pada lagu Globalisasi,
Marjinal menunujukkan ketidaksukaannya pada kapitalisme dia menggunakan kata
dampaknya, susah, bahan pokok mahal harganya, gali, puyeng, pengangguran,
prestasi, nilai negeri, dikangkangi, kolonialisasi, fuck, globalisasi yang merupakan
bentuk dari kapitalis, dengan gaya bahasa verbal dan apa adanya. Dan lagi lagi
mengajak pendengar untuk melawan globalisasi yang tercermin dalam lirik „marilah
kawan tinju bersama‟.
Dan tiga lagu seperti Banyak dari Teman-Temanku, Kerja Bakti, dan Go to
Hell With Your Aid juga memilih kata- kata yang menunjukkan bahasa perlawanan.
Sperti pilihan kata dalam lirik „monyet monkey, sekarang dijajah investor, utang
melulu‟.gaya bahasa apa adanya dan terkadang menggunakan istilah yang
berkonotasi negatif. Banyaksekali kata-kata verbal dan memang apa adanya atau
sesuai dengan realita yang terjadi. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa bahasa yang
digunakan marjnal meupakan bahasa yang mencerminkan perlawana terhadap sesuatu
hal yang dirasa tidak adil, lewat musik dan lirik mereka, mereka bisa bebas
berekspresi tanpa takut dibilang bahasa yang kurang sopan atau sebagainya, karena
mereka pada dasarnya mengagungkan kebebasan dan kemerdekaan. Bahasa yang
mereka gunakan terasa tidak garing, berangkat dari rasa, apa yang mereka lihat dan
rasakan di kehidupan nyata, dan menggunakan langsung tanpa penghalusan bahasa,
karena memang itu tidak perlu ditutupi menurut mereka. Bahasa mereka juga boleh
dibilang meletup-letup, tapi dengan pilihan bahasa yang berangkat dari rasa, justru
mereka bisa menciptakan bahasa persuasif yang mempunyai efek psikologis.
1
147
Tujuan dari penciptaan musik yang mereka lakukan adalah untuk saling
memerdekakan agar saling menyadari kebutuhan dan tanggung jawab bersama.
Meciptakan proses lingkungan hidup agar masyarakat dapat memiliki kesadaran
tinggi untuk saling menghargai dan memerdekakan dari segala macam perbudakan
fisik, mental, dan pikiran. Selain itu mereka ingin bernbagi informasi, wawasan,
pendidikan melalui musik, dan mereka juga berusaha meluruskan image buruk yang
dilabelkan kepada Anarkisme dengan memproduksi wacana yang memuat aspekaspek penting yang memprsentasikan anarkisme.
Dengan pemilihan kata dan bahasa menurut ideologi mereka, Marjinal di
setiap album, bahkan lagunya berusaha mengartikulasikan kepentingan mereka.
Mereka meciptakan musik guna mengekspresikan ideologi mereka, karena selama ini
pandangan masyarakat terhadap ideologi mereka buruk. Dan mereka juga berusaha
mempengaruhi pandangan, pemikiran yang itu ditujukan demi perubahan sosial yang
menjadi tujuan Marjinal. Bahasa yang dituangkan dalam lagu yang cukup persuasif
bahkan dramatis. Lewat bahasa anarkisme diharapkan musik mereka dapat
merangsang pendengar untuk melakukan perubahan, pembentukan identitas,atau
minimal penyadaran. Bahasa mereka memang sarat akan perlawanan, mengingat roh
anarkisme adalah roh pemberontak.
Mereka berusaha menciptakan suatu proses lingkungan hidup dimana bahwa
masyarakat, termasuk mereka yang ada di dalamnya, berada dalam satu kesadaran
yang tinggi untuk saling menghargai dan memerdekakan yang berdasarkan keinginan
dan cita-cita bersama. Sekali lagi menghapuskan segala perbudakan, baik itu secara
pikiran, mental dan fisik. Jadi Marjinal menyikapi satu hal, dengan musik mereka
berharap dapat berkontribusi terhadap keadaan yang terjadi sekarang. Dan mereka
berharap minimal bisa memperkaya dan membawa kepada perubahan pola pikir
masyarakat.
148
Ilmu politik tidak bisa dipisahkan dengan konsep kekuasaan, menurut Miriam
budiardjo kekuasaaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga
tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan atau tujuan dari orang tersebut,
sedangkat menurut Bisa ditarik kesimpulan, bahwa Marjinal melakukannya, mereka
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang ,dan tingkah laku
itu sesuai keinginan dan tujuan Marjinal.
Penelitian ini memaparkan bagaimana musik dapat mengekspresikan ideologi
sebagai artikulasi. Hal itu dapat diihat dari analisis melalui konteks sosial dan politik
yang dikaitkan dalam setiap penggalan lirik dalam lagu Marjinal dan juga melihat
aspek makna pada tiap pemilihan kata. Pada bab kedua penulis berusaha
mengenalkan marjinal dan memaparkan data data yang telah penulis dapat dari hasil
wawancara dan pengamatan langsung. Bab ke tiga penulis berusaha memaparkan
mengapa Marjinal menggunakan musik sebagai media utama ekpresi ideologi. Pada
bab empat, menganalisis lagu-lagu mereka agar mengetahui bagaimana mereka
mengekspresikan anarkisme dalam lirik dan musik. Setelah di analisis ternyata
mereka menggunakan ide-ide anarkisme dengan pemilihan kata dan bahasa serta cara
penututran beberapa yang diulang atau ditekan. Bab kelima mencoba melihat
persebaran ide dan proses pertemuan kawan akibat ekspresi ideologi mereka yang
diciptakan melalui musik lirik yang ternyata memiliki kuasa atas pendengarnya.
Hasilnya mungkin jauh dari sempurna, tapi setidaknya, penelitian ini dapat
membentuk pandangan baru terhadap anarkisme dan kajian tentang musik dan politik
yang selama ini dianggap bertetangan.
149
Kontribusi Analisis lirik pada Musik Marjinal bagi Ilmu Politik.
1. Komunikasi Politik tidak hanya seputar pidato, orasi, lobi politik, perikalanan,
atau kampanye. Tetapi melalui musik justru lebih menarik,karena tidak
membosankan.
2. Artikulasi kepentingan bukan sekedar melalui partai politik, dan bukan hanya
ditujukan pada agen-agen tertentu seperti kepala daerah atau sejenisnya,
bahkan melalui musik bisa ditujukan bagi khalayak banyak
3. Politik ekstra parlemen dengan musik bisa menjadi lebih cerdas ketimbang
money politik atau black campaign. Bahkan melalui musik memungkinkan
untuk membentuk kumunitas atau kolektif baru, seperti pada Taring Babi.
(proses pertemuan kawan).
4. Musik bisa dimungkinkan untuk penggerak suatu gerakan sosial untuk
perubahan sosial.
5. Pemikiran Politik tentang Anarkisme bisa mulai dikenalkan, jangan hanya
melulu tentang integralistik, sosialis, federalis, sekularisme , dan kapitalisme.
Download