Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Via Octinia
[email protected]
Andayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence of the implementation of good corporate governance (GCG),
dividend policy (proxy by DPR) and profitability (proxy by ROE) to the companies’ value (Tobin’s – Q) which
are listed in the Indonesia Stock Exchange and followed by Corporate Governance Perception Index (CGPI) survey
in the observation years of 2009-2012 periods, Dividend Payout Ratio (DPR) and Return on Equity (ROE) while
the dependent variable uses Tobin’s-Q. The utilization of samples is based on the purposive sampling. The samples
of the research are 8 companies with the observation period from 2009 to 2012. The multiple linear regressions is
applied as the analysis technique. The result of normality test, multicolinearity, autocorrelation and
heteroscedasticity show that the regressions model which is free from bias has been fulfilled. The result of the
research shows that CGPI, DPR and ROE variables are simultaneously have significant influence to the company
value. The partial result of the research shows that DPR and ROE variables have significant influence to the
company value while the CGPI variable has no significant influence to the company value.
Keywords: Corporate Governance Perception Index (CGPI), Dividend Payout Ratio (DPR), Return on Equity
(ROE), Tobin’s-Q
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance (GCG), kebijakan
dividen (diproksi oleh DPR) dan profitabilitas (diproksi oleh ROE) terhadap nilai perusahaan (Tobin’sQ) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang mengikuti survei Corporate Governance Perception
Index (CGPI) periode pengamatan tahun 2009-2012. Variabel independen penelitian ini adalah Corporate
Governance Perception Index (CGPI), Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on Equity (ROE). Sedangkan
variabel dependen yang digunakan adalah Tobin’s-Q. Penggunaan sampel berdasarkan purposive
sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 8 perusahaan dengan periode pengamatan dari tahun 20092012. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier berganda. Hasil uji
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas menunjukan model regresi yang
bebas bias telah terpenuhi. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel CGPI, DPR dan ROE secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian secara parsial
menunjukan bahwa variabel DPR dan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan variabel CGPI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: Corporate Governance Perception Index (CGPI), Dividend Payout Ratio (DPR), Return on Equity
(ROE), Tobin’s-Q
PENDAHULUAN
Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang pertama
adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Sedangkan tujuan perusahaan
yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya
(Harjito dan Martono, 2005 dalam Mahendra et al., 2012).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
2
Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan ada konflik perbedaan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang disebut
masalah keagenan. Pihak manajer mempunyai tujuan dan kepentingan yang bertentangan
dengan tujuan dan kepentingan perusahaan. Umumnya manajer melakukan tindakantindakan yang bertujuan untuk kepentingan pribadinya sehingga kepentingan pemegang
saham akan terabaikan. Hal tersebut mengakibatkan pemegang saham tidak medapatkan
pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan secara maksimal.
Konsep corporate governance timbul karena adanya keterbatasan dari teori keagenan
dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat dipandang dari kelanjutan teori keagenan.
Corporate governance merupakan cara untuk memberikan keyakinan kepada para pemasok
dana perusahaan akan diperolehnya pengembalian (return) atas investasi mereka. Selain itu
corporate governance juga merupakan suatu sistem untuk mengarahkan (direct) dan
mengendalikan (control) suatu perusahaan atau korporasi (Setyaningrum, 2012).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) mendefinisikan corporate
governance sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Penerapan Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG) memberikan
perlindungan efektif terhadap shareholders dalam memperoleh kembali investasinya dengan
wajar dan bernilai tinggi. Hal tersebut memberikan jaminan keamanan atas aset yang
tertanam pada perusahaan tersebut. Prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan
kinerja perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham.
Di Indonesia, isu mengenai corporate governance mulai mengemuka setelah Indonesia
mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak mengatakan
bahwa lamanya proses perbaikan krisis ekonomi di Indonesia dikarenakan oleh lemahnya
corporate governance yang diterapkan pada perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik
pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam
praktik corporate governance di Indonesia (Setyaningrum, 2012).
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) sejak tahun 2001, setiap tahun
telah menyelenggarakan pemeringkatan penerapan corporate governance bagi perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia dengan nama Corporate Governance Perception Index (CGPI).
Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam peringkat sepuluh besar Corporate Governance
Perception Index (CGPI) merupakan perusahaan yang memiliki kualitas corporate governance
terbaik di Indonesia.
Keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para
investor dan kreditor. Hal tersebut dikarenakan kualitas penerapan corporate governance yang
baik telah terbukti mampu meningkatkan kemajuan bagi perusahaan melalui kinerja yang
selalu meningkat dan tingkat kesehatan perusahaan yang semakin membaik sehingga mampu
menghilangkan kecurigaan dari pihak lain. Selain itu, GCG mampu menjamin perusahaan
dalam keadaan sustainabled (terpelihara) dari iklim bisnis yang tidak sehat (Swa, 2009: 89-104
dalam Setyaningrum, 2012).
Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti
surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh
perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah
satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar
dividen (Matono dan Harjito, 2005: 3 dalam Susanti, 2010). Semakin tinggi dividen yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
3
dibayarkan, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi
(Susanti, 2010).
Para investor memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen maupun capital gain, sedangkan
perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang
sahamnya, sehingga kebijakan dividen penting untuk memenuhi harapan pemegang saham
terhadap dividen dengan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan di sisi lain. Dividen
yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang
akan diterima di masa yang akan datang, sehingga investor yang tidak bersedia berspekulasi
akan lebih menyukai dividen daripada capital gain (Prihantoro, 2003 dalam Wijaya et al., 2010).
Penelitian Gultom (2008) menyatakan kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend
payout ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan diproksi
oleh tobin’s-Q. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian Wijaya et al. (2010)
dan Susanti (2010) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan positif kebijakan deviden
terhadap nilai perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor lain yang dilihat oleh calon investor
untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan
kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati
oleh investor. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari
kinerja keuangan perusahaan. Informasi keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana
informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran
terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan (Harahap, 2004 dalam Mahendra et al., 2012).
Pengguna Laporan keuangan akan menilai perusahaan dengan menghitung informasi
keuangan tersebut melalui rasio-rasio keuangan. Perusahaan dapat melangsungkan aktivitas
operasinya harus dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit
bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Sehingga, dengan demikian
profitabilitas dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Mardiyanti, 2012).
Hasil penelitian Mahendra et al. (2012) dan Susanti (2010) mendukung hasil penelitian
Mardiyanti (2012). Profitabilitas dalam teori berhubungan positif dengan nilai perusahaan.
Semakin tinggi profitabilitas maka nilai perusahaan tinggi dan semakin rendah profitabilitas
maka nilai perusahaan rendah. Semakin baik perusahaan membayar return terhadap
pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan.
Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada
pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya,
sehingga dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai
perusahaanya, yang tercermin dengan meningkatya nilai Tobin’s Q. (Paranita, 2007 dalam
Susanti, 2010).
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu penerapan GCG, kebijakan
dividen dan profitabilitas. Variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan
dengan periode penelitian tahun 2009-2012. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
penerapan good corporate governance, kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
4
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Devita (2011) hubungan agency muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent
tersebut.
Hubungan antara pihak agent dan principal mengarah pada kondisi ketidak seimbangan
informasi atau asimetri informasi (asymetric information). Asimetri informasi terjadi karena
pihak manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa datang
dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya (Permata et al., 2012).
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan dua
permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan
pengendalian (control) terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) dalam
Devita (2011) menyatakan permasalahan tersebut adalah pertama yaitu moral hazard, yaitu
permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam kontrak kerja. Kedua yaitu adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana
prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benarbenar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
kelalaian dalam tugas.
GCG merupakan konsep pengelolaan yang sesuai untuk meminimalkan masalah
keagenan. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang antara pihak
manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Penerapan GCG diharapkan dapat
memonitor dan menjadi alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor dan
pemegang saham bahwa mereka akan mendapatkan return atas dana yang telah mereka
investasikan.
Good Corporate Governance
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) mendefinisikan GCG adalah
struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan norma, etika,
budaya dan aturan yang berlaku.
The Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Purwantini
(2008) mengartikan Corporate Governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Corporate Governance mengatur
pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan
perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer dan semua
anggota, stakeholder non pemegang saham.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), GCG adalah salah satu pilar
dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik
terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang
kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang
berkesinambungan (KNKG dalam Setyaningrum, 2012).
Dapat disimpulkan GCG adalah sistem yang mengatur hubungan antara pihak-pihak
yang berkepentingan dan terdapat proses untuk mengatur bagaimana seharusnya cara
menjalankan perusahaan. Penerapan GCG memerlukan komitmen dari seluruh jajaran
organisasi dan penerapannya harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
5
Sehingga apabila penerapan GCG dapat dilakukan, dalam jangka panjang menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan untuk semua pihak yang berkepentingan baik pihak internal
maupun pihak eksternal.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip GCG yang menjadi indikator, oleh The Indonesian Institute of Corporate
Governance dan Organization for Economic Coorperation and Development, yaitu:
Pertama, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secar efektif. Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan
komisaris dan direksi berserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan
stakeholder lainnya.
Kedua, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian (kepatuhan) didalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan yang berlaku.
Prinsip ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengukur mekanisme
pertanggung-jawaban perusahaan pada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Ketiga, keterbukaan (transparency) yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan. Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat
waktu dan akurat.
Keempat, kewajaran (fairness) yaitu perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku. Perinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang
saham.
Kelima, kemandirian (independency) yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara propesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan pihak manajemen
yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korposari yang sehat. Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, tidak saling
mendominasi dan tidak dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Penerapan Good Corporate Governance
The Indonesian Insitute for Corporate Governance (IICG) berkerjasama dengan Majalah
SWA menyelenggarakan Indonesia Most Trusted Companies based on Corporate Governance
Perception Index (CGPI) merupakan program tahunan sejak 2001 sebagai bentuk penghargaan
terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang etikal dan
bermartabat.
CGPI adalah pemeringakatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia melalui riset yang dirancang untuk mendorong perusahaan meningkatkan kualitas
penerapan konsep corporate governance melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan
melaksanakan evaluasi dan melekukan patok banding (benchmarking). CGPI mendorong dan
menuntut perusahaan peserta untuk melakukan perbaikan atau peningkatan praktik GCG di
lingkungannya (CGPI).
Penilaian CGPI dalam majalah SWA meliputi empat tahapan penilaian yakni: self
assessment, penilaian dokumen, penilaian makalah presentasi, dan Observasi. Hasil riset
berupa skor dan index persepsi penerapan GCG pada perusahaan publik dan BUMN di
Indonesia.
Nilai CGPI dihitung dengan menjumlahkan nilai akhir dari pemenuhan regulasi,
kebijakan, pedoman, dan praktik terbaik dalam penerapan GCG. Secara keseluruhan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
6
dipersyaratkan sekurang-kurangnya 40 dokumen untuk perusahaan publik dan 36 dokumen
untuk BUMN (IICG, 2006: 7 dan 37 dalam Setyaningrum, 2012).
SWA Sembada (2012: 36) menyatakan pentingnya penerapan GCG bagi perusahaan
adalah: (1) Memastikan setiap proses bisnis berjalan sesuai prosedur yang berlaku. Sehingga
perusahaan bisa terhindar dari risiko hukum, (2) Meminimalkan risiko disetiap kegiatan
bisnis perusahaan, (3) Menumbuhkan dan mempertahankan reputasi positif perusahaan, (4)
Menumbuhkan kepercayaan dari shareholder dan stakeholder, (5) Mendorong pertumbuhan
perusahaan yang berkesinambungan (sustainablie), (6) Mepermudah perusahaan untuk
memperoleh tambahan modal baik dari bank maupun dari pasar modal atau investor,
termasuk investor asing, dan (7) Mendorong investor untuk memberikan apresiasi yang lebih
tinggi terhadap (saham) perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang baik akan mampu memastikan aset dikelola secara hatihati dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, perusahaan akan mampu menjalankan
bisnisnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dilandasi dengan etika bisnis yang telah
disepakati dan dijunjung tinggi bersama.
Kebijakan Dividen
Sundjaja (2002: 341) mendefinisikan kebijakan dividen perusahaan adalah rencana
tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen harus
diformulasikan dengan memperhatikan tujuan untuk memaksimalisasikan kekayaan dari
pemilik perusahaan dan untuk pembiayaan yang cukup.
Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat arus kas
pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba
tersebut. Dua alternatif penggunaan utama laba adalah : (1) dibagikan sebagai dividen, atau
(2) ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings). Keputusan inilah yang dikenal sebagai
kebijakan dividen, yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan
sebagai dividen (Gultom, 2008).
Pendapat Brigham dan Houston (2006) sejalan dengan penelitian Sutrisno (2009) yang
menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen. Dengan
demikian besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga
saham.
Pembagian dividen juga dipengaruhi oleh laba perusahaan. Nilai perusahaan akan
meningkat bilamana laba perusahaan juga meningkat. Peningkatan laba perusahaan memberi
sinyal kepada investor bahwa perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan. Sinyal
tersebut ditunjukan dengan adanya pembagian keuntungan perusahaan kepada investor
berupa dividen. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh perusahaan, maka keputusan
pembagian dividen kepada pemegang saham akan semakin tinggi sebaliknya semakin rendah
tingkat laba maka dividen yang dibagikan kepada pemegang saham juga akan semakin
rendah (Pradyani et al., 2012).
Profitabilitas
Brigham dan Houston (2003 dalam Mardiyanti et al., 2012) menyatakan rasio
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari
kegiatan bisnis yang dilakukan. Hasilnya, investor dapat melihat seberapa efisien perusahaan
menggunakan aset dan dalam melakukan operasinya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio
profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
oleh perusahaan.
Menurut Mahendra et al. (2012) profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih
yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
7
layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak,
sehingga dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai
perusahaannya yang tercermin pada harga sahamnya.
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
oleh perusahaan. Rasio-rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM), Return On Equity
(ROE), dan Return On Asset (ROA) (Brigham dan Houston, 2006: 107).
Rasio laba bersih (Net Profit Margin) merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan (Wati, 2012). Rasio ini
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan dan
menunjukan keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuangan perusahaan.
Rasio laba atas ekuitas (Return On Equity) menunjukan daya untuk menghasilkan laba
atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. ROE membandingkan neto
setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham di perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2012: 183-184).
Rasio laba atas aset (Return On Asset) menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan penggunaan asetnya untuk menciptakan laba tanpa membedakan dari mana
sumber pendanaannya (Ratih, 2011). ROA membandingkan laba bersih yang tersedia bagi
pemegang saham biasa dengan total aktiva (Brigham dan Houston, 2006: 108).
Nilai Perusahaan
Menurut Andri dan Hanung (2007) dalam Retno dan Priantinah (2012) nilai perusahaan
adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan
tercermin dari harga pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi
kemakmuran pemegang saham.
Nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila
perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan
datang, maka nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang
memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah (Usunariyah, 2003: 54 dalam Mardiyanti
et al., 2012).
Tobin’s-Q dikembangkan oleh James Tobins (1969). Rasio ini merupakan rasio yang
membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini dihitung
dengan membagi nilai pasar (market value) perusahaan dengan nilai pengganti dari aset
perusahaan (replacement value of firm’s assets). Tobin’s-Q yang rendah (antara 0 dan 1) berarti
bahwa biaya pengganti dari suatu aset perusahaan adalah lebih besar dibandingkan dengan
nilai dari harga sahamnya. Ini mengimplikasikan bahwa saham tersebut dinilai rendah
(undervalued), sedangkan Tobin’s-Q yang tinggi (lebih dari 1) mengimplikasikan bahwa saham
perusahaan jauh lebih mahal dari biaya pengganti aset perusahaan tersebut. Pengukuran dari
penilaian saham ini adalah faktor pendorong di balik pengambilan keputusan investasi dalam
model Tobin’s-Q (Gultom, 2008).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh penerapan good corporate governance terhadap nilai perusahaan.
Penerapan GCG pada perusahaan adalah sebagai sistem pengawas yang dapat
memberikan jaminan keamanan untuk pemegang saham atas dana atau aset yang tertanam
pada perusahaan tersebut. Ratih (2011) hasil pengujian pengaruh CGPI terhadap nilai
perusahaan tidak terbukti kebenarannya. Tidak terdapat pengaruh CGPI terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian tersebut mengidentifikasikan tidak dipertimbangkannya informasi
tersebut oleh para investor, yang berarti pula dianggap tidak ada nilai ekonomis lebih yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
8
bisa ditimbulkan dari perolehan peringkat The Indonesia Most Trusted Company-CGPI. Hasil
penelitian Ratih (2011) berbeda dengan pemaparan menurut IICG menyatakan manfaat CGPI
adalah: (1) Penataan organisasi perusahaan yang belum sesuai dan belum mendukung
terwujudnya GCG, (2) Peningkatan kesadaran dan komitmen bersama dari internal
perusahaan dan stakeholder terhadap penerapan GCG, (3) Pemetaan masalah-masalah strategis
dalam praktik GCG, dan (4) Alternatif perbaikan indikator atau standar mutu pencapaian
kualitas corporate governance. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan dividen berhubungan dengan nilai perusahaan. Kebijakan dividen
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston dan Brigham, 2005 dalam
Mardiyati et al., 2012). Hasil penelitian Wijaya et al. (2010) bahwa kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen tersebut adalah
membagikan laba yang diperoleh perusahaan kepeda pemegang saham dalam bentuk
dividen. Implikasi bagi perusahaan adalah perusahaan harus merencanakan untuk
mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen daripada menahan labanya dalam bentuk capital gain karena dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Berbeda dengan hasil penelitian Madayati et al. (2012) menyimpulkan Kebijakan dividen
secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
manufaktur. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Miller dan Modligiani yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan karena rasio
pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang
saham. Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai
perusahaan. Karena nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan investasinya. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H2 : Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas yang diproksi oleh Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi nilai profit yang didapat
maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Karena profit yang tinggi akan memberikan
indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan
nilai perusahaan yang meningkat (Mardiyanti et al., 2012). Hasil penelitian yang berbeda
ditemukan oleh Carningsih (2009) Return on Assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Suatu perusahaan untuk dapat melangsungkan aktivitas operasinya, haruslah berada
dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi
perusahaan untuk menarik modal dari luar. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
yang tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Sehingga, dengan demikian profitabilitas
dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Mardiyati et al., 2012). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
9
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengikuti survei Corporate Governance
Perception Index (CGPI) tahun 2009-2012, (2) Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan
tahunan 31 desember selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2009-2012 di Bursa Efek
Indonesia, (3) Perusahaan yang membagikan dividen selama 4 tahun berturut-turut dari
tahun 2009-2012.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
a. Penerapan good corporate governance
Variabel ini diukur dengan menggunakan pengukuran yang ada pada penelitian Retno dan
Priantinah (2012) yaitu instrumen yang dikembangkan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI
adalah pemeringakatan berupa skor mengenai penerapan GCG pada perusahaanperusahaan di Indonesia melalui riset yang dirancang untuk mendorong perusahaan
meningkatkan corporate governance.
b. Kebijakan dividen
Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR). DPR
merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi pendapatan bersih
perusahaan tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat
posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen (Endriyono, 2012). Keputusan kebijakan dividen adalah keputusan
tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada
ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2001
dalam Wijaya et al., 2010). Formula yang digunakan untuk menghitung nilai DPR adalah
sebagai berikut:
Dividend Per Share
DPR = ----------------------------Earning Per Share
Dividend per Share = Pembayaran Dividen / Jumlah Saham Beredar
Earning per Share = Laba Bersih / Jumlah Saham Beredar
c. Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan ukuran Return on Equity (ROE). ROE
adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk memperoleh laba
(Brgiham and Gapenski, 1996 dalam Devita, 2011). ROE menggambarkan kemampuan
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, karena yang
digunakan adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal sendiri yang digunakan
perusahaan. Jadi, ROE merupakan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang
saham (Devita, 2011). Formula yang digunakan untuk menghitung nilai ROE adalah
sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
10
ROE
Laba Bersih
= ---------------------Total Ekuitas
Variabel Dependen
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s-Q yang dikembangkan Klapper dan Love
(dalam Pratama et al., 2012). Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan nilai pasar
saham perusahaan dengan nilai bukunya (Gultom, 2008). Formula yang digunakan untuk
menghitung nilai Tobin’s-Q adalah sebagai berikut:
((Closing Price x Jumlah saham beredar) + TL + I) - CA
Tobin’s-Q = ----------------------------------------------------------------------------TA
dalam hal ini:
TL = Total kewajiban
I
= Inventory
CA = Curent Assets
TA = Total Aktiva
Nilai pasar ekuitas saham (market value of equity) dihitung dengan mengalikan harga
penutupan saham diakhir tahun dengan jumlah lembar saham yang beredar. Tobin’s-Q untuk
perusahaan jasa dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Cjung dan
Pruitt (1994) dalam Dittawati (2011), yaitu:
(Market Value of Equity) + Liabilities
Tobin’s-Q =
TA
dalam hal ini:
TA
= Total Aseets
MVE = Harga penutup saham x Jumlah saham beredar akhir tahun
James Tobins (1969) dalam Gultom (2008) menyatakan bila Tobin’s-Q rendah (antara 0
dan 1) berarti bahwa biaya pengganti dari suatu aset perusahaan adalah lebih besar
dibandingkan dengan nilai dari harga sahamnya. Sedangkan bila Tobin’s-Q tinggi (lebih dari
1) mengimplikasikan bahwa saham perusahaan jauh lebih mahal dari biaya pengganti aset
perusahaan tersebut.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi, yaitu :
TOBINSQ = a + b1CGPI + b2DPR + b3ROE + e
dalam hal ini:
a
= Konstanta
b1,2,3
= Kosfisien variabel independen
e
= Kesalahan penganggu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
11
CGPI
DPR
ROE
TOBINSQ
=
=
=
=
Penerapan good corporate governance
Dividend payout ratio
Return on equity
Nilai perusahaan
Persamaan regresi diatas digunakan untuk menguji apakah penerapan good corporate
governance diproksi oleh CGPI, kebijakan dividen diproksi oleh DPR dan profitabilitas
diproksi oleh ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan diproksi oleh TOBINSQ.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
corporate governance perception index, dividend payout ratio, return on equity dan tobin’s-q.
Tabel 1
Descriptive Statistics
CGPI
N
32
Minimum
69.33
Maximum
91.91
Mean
84.5219
Std. Deviation
5.73963
DPR
32
-.039
.906
.37231
.190663
ROE
32
-1.781
.478
.15069
.361516
TOBINSQ
32
.654
5.611
1.78656
1.038098
Valid N (listwise)
32
Sumber: Hasil output IBM SPSS Statistics 20
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah responden (N) sebanyak 32 perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dapat diketahui bahwa: (1) CGPI memiliki nilai
minimum dan nilai maximum sebesar 69,330 dan 91,910. Nilai mean CGPI sebesar 84,52188
dengan standard deviation sebesar 5,739625, (2) DPR memiliki nilai minimum dan nilai maximum
sebesar -0,039 dan 0,906. Nilai mean DPR sebesar 0,37321 dengan standard deviation sebesar
0,190663, (3) ROE memiliki nilai minimum dan nilai maximum sebesar -1,781 dan 0,478. Nilai
mean ROE sebesar 0,15069 dengan standard deviation sebesar 0,361516, (4) TOBINSQ memiliki
nilai minimum dan nilai maximum sebesar 0,654 dan 5,611. Nilai mean TOBINSQ sebesar 1,78656
dengan standard deviation sebesar 1,038098.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10,
demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 2.676, Dengan
jumlah sampel (n) = 32 dan jumlah variabel independen (k) = 3, maka dari tabel DurbinWatson akan didapat nilai dl = 1,244 dan du = 1,650. Oleh karena nilai DW = 2,676 lebih besar
dari 4 – du (4 – 1,650) yaitu 2,350 dan lebih kecil dari 4 – dl (4 – 1,244) yaitu 2,756. Dengan
demikian menunjukan bahwa model regresi tersebut tidak memiliki keputusan (no decision).
Untuk mengetahui apakah di dalam model regresi terdapat masalah autokorelasi atau tidak,
pengujian perlu dilanjutkan dengan uji Runs test. Nilai test adalah -0,03677 dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
12
probabilitas signifikan sebesar 0,067 yang berada diatas α = 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak
ada masalah autokorelasi antar nilai residual.
c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik
scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak
dan tidak ada pola yang jelas serta titik-titik tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas. Hasil uji normal dengan one sampel kolmogrov-smirnov test
menunjukkan bahwa data variabel ROE tidak terdistribusi secara normal karena probabilitas
signifikan dibawah α = 0,05. Pengujian regresi mensyaratkan data yang berdistribusi normal,
oleh karena itu penormalan data harus dilakukan. Karena data variabel ROE tidak
terdistribusi secara normal maka dapat ditransformasikan agar menjadi normal (Ghozali,
2007). Caranya dengan menggunakan transformasi LN atau logaritma natura. Hasil dari uji
normal one sampel kolmogorov-smirnov dengan transformasi LN menunjukan probabilitas
signifikan diatas α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel terdistribusi secara
normal.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1, 2 dan 3
Tabel 2 dgunakan untuk menjawab hipotesis 1,2 dan 3.
Model
1
(Constant)
a.
Tabel 2
Analisis Regresi
TOBINSQ = a + b1CGPI + b2DPR + b3ROE + e
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
B
Std. Error
Beta
5.076
2.423
2.095
Sig.
.046
CGPI
-.017
.026
-.086
-.646
.524
DPR
2.592
.765
.444
3.388
.002
.376
.630
4.700
.000
LN_ROE
1.766
Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: Hasil output IBM SPSS Statistics 20
Berdasarkan hasil table 2 dapat diketahui bahwa: (1) penerapan good corporate governance
diproksi oleh CGPI tidak berpengaruh signifikan terhadap TOBINSQ, (2) kebijakan dividen
diproksi oleh DPR berpengaruh positif signifikan terhadap TOBINSQ, dan (3) profitabilitas
diproksi oleh ROE berpengaruh positif signifikan terhadap TOBINSQ.
Nilai adjusted R2 sebesar 0.489 yang berarti hanya 48.9% variabel nilai perusahaan dapat
dijelaskan oleh CGPI, DPR dan ROE, sedangkan sisanya sebesar 51.1% dijelaskan oleh faktor
lain diluar model regresi. Secara bersama-sama CGPI, DPR dan ROE mempengaruhi nilai
perusahaan. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan nilai F sebesar 10.586
dengan signifikansi 0.000. Jadi dapat disimpulkan model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi nilai perusahaan.
Pengaruh CGPI terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s-Q)
CGPI adalah pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia melalui riset yang dirancang untuk mendorong perusahaan meningkatkan kualitas
penerapan konsep corporate governance melalui perbaikan yang konsisten berkesinambungan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
13
Penerapan GCG tercermin dari skor CGPI yang diperoleh dari survei yang dilakukan oleh
IICG. Survei ini menilai apakah perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei CGPI tersebut
konsisten menerapkan GCG dalam perusahaan.
Berdasarkan uji analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai t
hitung CGPI sebesar -0,646 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,524. Hal tersebut
menunjukan bahwa probabilitas signifikannya lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05.
Dengan demikian, hasil ini menunjukan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penerapan good corporate governance (CGPI) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan tidak terbukti kebenarannya. Hasil penelitian ini tidak memberikan
dukungan empiris bahwa dengan perusahaan menerapkan GCG akan memiliki nilai
perusahaan yang tinggi.
Hal ini dikarenakan survei yang dilakukan oleh IICG (The Indonesia Institute Corporate
Governance) mengenai perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG secara konsisten tidak
banyak memberikan konstribusi oleh perusahaan yang mengikuti survei tersebut. Dilihat dari
hasil penelitian ini, pihak investor dalam menilai perusahaan tidak mempertimbangkan
perolehan penghargaan yang diberikan IICG sebagai perusahaan yang menjalankan GCG
secara konsisten. Tidak terdapatnya pengaruh CGPI terhadap nilai perusahaan
mengidentifikasikan investor tidak memperhatikan informasi dari IICG ketika melakukan
investasi di perusahaan, yang berarti pula dianggap tidak ada nilai ekonomis atau manfaat
lebih yang bisa ditimbulkan dari perolehan peringkat The Indonesia Most Trusted Companies
Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2011) dan
Windah dan Andono (2013) bahwa CGPI tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s-Q).
Pengaruh DPR terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s-Q)
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yaitu berapa bagian laba bersih yang
dibayarkan sebagi dividen kepada pemegang saham. Dividend payout ratio (DPR)
menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih
perusahaan. Semakin besar DPR yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar pula
perusahaan tersebut membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
(Hanafi, 2004: 44). Pendapat Brigham dan Houston (2006) sejalan dengan penelitian Sutrisno
(2009) yang menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen.
Dengan demikian besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan
dan harga saham.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung DPR
sebesar 3,388 dengan nilai probabilitas signifikansi yang lebih kecil dari α = 0,05 yaitu sebesar
0,002 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kebijakan
dividen (DPR) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan terbukti
kebenarannya. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil perhitungan statistik, interaksi
antara kebijakan dividen yang diukur dengan DPR berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang membagikan dividen yang tinggi dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini memberikan dukungan empiris bahwa dengan tingginya DPR suatu
perusahaan maka semakin besar juga perusahaan tersebut membagikan labanya kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen dan menimbulkan minat investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut maka hal tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat Susanti (2010) bahwa semakin tinggi dividen yang
dibayarkan, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
14
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Mardiyati et al. (2012) yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Miller dan Modligiani yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan karena menurut mereka rasio
pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang
saham. Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai
perusahaan.
Hasil penelitian Wijaya et al. (2010) sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen tersebut adalah
membagikan laba yang diperoleh perusahaan kepeda pemegang saham dalam bentuk
dividen. Implikasi bagi perusahaan adalah perusahaan harus merencanakan untuk
mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen daripada menahan labanya dalam bentuk capital gain karena dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Pengaruh ROE terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s-Q)
Rasio laba atas ekuitas (Return On Equity) merupakan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan modalnya untuk memperoleh laba (Brgiham and Gapenski, 1996 dalam Devita,
2011). ROE yang tinggi menunjukan kinerja keuangan perusahaan baik dan mengakibatkan
investor tertarik menanamkan modal. ROE menggambarkan kemampuan modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, Jadi dapat disimpulkan ROE
mencerminkan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham (Devita, 2011).
Berdasarkan hasil uji regresi berganda diperoleh nilai t hitung variabel LN_ROE sebesar
4,700 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Hal ini menunjukan bahwa nilai signifikan lebih
kecil dari batas nilai signifikansi (α = 0,05). Dengan kata lain, Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hipotesis profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan terbukti benar. Artinya bahwa tingginya nilai
ROE pada suatu perusahaan merupakan faktor yang menentukan nilai perusahaan tinggi.
Pemegang saham dalam menilai suatu perusahaan adalah dengan melihat kinerja keuangan
perusahaan tersebut yaitu dengan melihat nilai ROE. Meningkatnya nilai ROE memicu minat
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya
permintaan saham perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
memberikan bukti empiris bahwa semakin besar ROE pada suatu perusahaan maka kinerja
keuangan dalam perusahaan tersebut semakin baik dan meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Carningsih (2009) yang menyatakan
bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati et al. (2012) bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi
nilai profit yang didapat maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Karena profit yang
tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu
investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat
akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat.
Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Susanti (2010) menyimpulkan bahwa faktor
profitabilitas berpengaruh signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Profitabilitas
menunjukan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya, sehingga dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
15
profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai perusahaannya, yang
tercermin dengan meningkatnya nilai Tobin’s-Q (Paranita, 2007 dalam Susanti, 2010).
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Penerapan good
corporate governance diproksi oleh CGPI tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini dikarenakan survei yang dilakukan oleh IICG tidak banyak memberikan
konstribusi oleh perusahaan yang mengikuti survei tersebut. Dilihat dari hasil penelitian ini,
pihak investor dalam menilai perusahaan tidak mempertimbangkan perolehan penghargaan
yang diberikan IICG; (2) Kebijakan dividen diproksi oleh DPR berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi nilai DPR maka
semakin tinggi juga pembayaran dividen pada pemegang saham. Dengan demikian
perusahaan yang membagikan dividen yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan; (3)
Profitabilitas diproksi oleh ROE berpengaruh berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi nilai profit yang didapat maka akan semakin tinggi
nilai perusahaan. Karena profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan
yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham.
Keterbatasan
Keterbatasan utama dalam penelitian ini adalah pada penggunaan penilaian penerapan
GCG karena menggunakan variabel CGPI yaitu survei yang dilakukan IICG dalam menilai
penerapan GCG. Tahun 2012, jumlah peserta survei CGPI sebanyak 40 perusahaan yang
terdiri dari perusahaan publik (emiten), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), Perbankan dan Perusahaan Swasta (BUMS). Kepesertaan CGPI bersifat
sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam
memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI. Sedikitnya perusahaan yang menjadi peserta
survei menjadi alasan mengapa survei CGPI belum memberikan kostribusi lebih untuk pihak
investor. Tidak terdapatnya pengaruh CGPI terhadap nilai perusahaan mengidentifikasikan
tidak dipertimbangkannya informasi tersebut (penghargaan oleh IICG) oleh para investor,
yang berarti pula dianggap tidak ada nilai ekonomis atau manfaat lebih yang bisa ditimbulkan
dari perolehan yang diberikan IICG. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain untuk menilai penerapan GCG pada perusahaan misalnya adalah
dengan menggunakan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, komite audit,
dan lain-lain, sehingga menghasilkan penilaian yang lebih relevan dalam menilai penerapan
GCG.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F dan Houston, J. F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Buku
Dua. Salemba Empat. Jakarta.
_____, dan _____. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Buku Satu. Salemba
Empat. Jakarta.
Carningsih. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja
Keuangan
Dengan
Nilai
Perusahaan
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_20205242.pdf.
24 Oktober 2013 (17:54).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
16
Devita, L. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public yang Termaksuk Kelompok
Sepuluh Besar Menurut Corporate Governance Perception Index. Jurnal Hukum Bisnis dan
Investasi 3(1): 71-89.
Dittawati, B. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan di
Indonesia yang Mengikuti Survey Corporate Governance Perception Index. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Endriyono, P. 2012. Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan dan Dividend Payout Ratio. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA). Surabaya.
FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia). 2001. Corporate Governance: Tata Kelola
Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta.
Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate denagn Program SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponogoro. Semarang.
Gultom, C. M. 2008. Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings Per Share
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Horne, J. C. V dan J. M. Wachowicz. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Tiga
Belas. Buku Dua. Salemba Empat. Jakarta.
_____, dan _____. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Tga Belas. Buku Satu.
Salemba Empat. Jakarta.
IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance). Program Tahunan Riset dan
Pemeringkatan
Penerapan
Corporate
Governance
di
Indonesia.
http://www.iicg.org/asset/doc/Profile%20CGPI%202012%20A_4.pdf. 20 November 2013
(10:12).
Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Pertama.
UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Lukman, S. M. A. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mahendra, A., L. G. S. Artini, dan A. A. G. Suarjaya. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan 6(2): 130-138.
Mardiyanti, U., G. N. Ahmad, dan R. Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 3(1).
Mitrariset. Data CGPI. http://www.mitrariset.com/DATA_CGPI.html. 24 Desember 2013 (18:35).
Murwangsari, E. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan
Corporate Financial Performance Dalam Satu Continum. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
11(1).
Permata, D. N. I., F. Kusumawati, dan R. F. Suryawati. 2012. Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Infestasi 8(2): 171178.
Pertiwi, T. K. dan F. M. I. Pratama. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food And Beverage. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan 14(2): 118-127.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
17
Pradnyani, N. L. P. S. P., D. N. Badera, dan I. B. P. Astika. 2012. Good Corporate Governance
Sebagai Prediktor Kinerja Keuangan dan Implikasinya Pada Kebijakan Dividen.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/5771. 11 Oktober 2013 (20:40).
Purwantini, V. T. 2008. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan. http://e-journal.stie-aub.ac.id/ejournal/index.php/probank/article/viewFile/69/51. 8 Agustus 2013 (18:32).
Ratih, S. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Peraih The Indonesia
Most Trusted Company-CGPI. Jurnal Kewirausahaan 5(2): 18-24.
Retno, R. D. dan D. Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Nominal 1(1).
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bisnis: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat.
Salemba Empat. Jakarta.
Setyaningrum, A. N. 2012. Pengaruh Employee Stock Ownership Program (ESOP) terhadap
Kualitas
Implementasi
Corporate
Governance
dan
Kinerja
Perusahaan.
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/248. 10 September 2013 (20:23).
Sundjaja, Ridwan dan I. Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Ketiga. P.T.
Prenhallindo. Jakarta.
Susanti, R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi.
Universitas Diponogoro. Semarang.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama. Ekonesia.
Yogyakarta.
SWA No.27/XXVII/19 Desember 2011-4 Januari 2012.
SWA No.27/XXVII/20 Desember 2012-9 Januari 2013.
Wati, L. M. 2012. Pengaruh Praktek Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen 1(1).
Wijaya, L. R. P., Bandi, dan A. Wibawa. 2010. Pengaruh Keputusan Inevestasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Windah, G. C. dan F. A Andono. 2013. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Corporate
Governance (IICG). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2(1).
Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0 dan SmartOLS
2.0. Edisi Pertama. STIM YKPM. Yogyakarta.
●●●
Download