shopping bag

advertisement
sukuk ritel
INVESTASI RAKYAT
PENUH MANFAAT
Direktorat Pembiayaan Syariah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Gedung A.A. Maramis II Lt. 6
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 - 4 Jakarta 10710
Telepon (021) 351 6296, 344 9230 ext. 2600 - 2601
Faksimili (021) 351 0727 Website http://www.dmo.or.id
6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi serta
mendukung pembiayaan pembangunan nasional.
Pengertian
Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) adalah surat berharga negara
yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap Aset Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu atau
perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume
minimum yang telah ditentukan.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara.
7. Pembayaran imbalan dan nilai nominal dilakukan secara tepat waktu dan
online ke dalam rekening tabungan investor.
Risiko Investasi pada SUKUK RITEL
Investasi Sukuk Ritel pada prinsipnya merupakan investasi yang bebas dari
risiko gagal bayar (yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar imbalan dan
nilai nominal kepada investor). Sedangkan pada transaksi di pasar sekunder
dimungkinkan adanya risiko pasar berupa capital loss akibat harga jual Sukuk
Ritel yang lebih rendah dibandingkan harga belinya. Risiko capital loss ini dapat
dihindari dengan cara tidak menjual Sukuk Ritel sampai dengan jatuh tempo.
Persyaratan Investasi pada SUKUK RITEL
3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan
Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia.
1. Individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Surat Izin Mengemudi (SIM).
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218 Tahun 2008 tentang Penerbitan
dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam
Negeri.
2. Investasi minimum Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan kelipatan Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
5. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara.
6. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode
Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.
7. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale
and Lease Back.
8. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back.
Tujuan Penerbitan SUKUK RITEL
Sukuk Ritel diterbitkan dengan tujuan membiayai anggaran negara, diversifikasi
sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola portofolio pembiayaan
negara, dan menjamin tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Manfaat atau Keuntungan Investasi pada SUKUK RITEL
Prosedur Investasi pada SUKUK RITEL
1.Investasi di Pasar Perdana
• Membuka rekening tabungan di salah satu bank umum (bank umum
syariah/bank umum konvensional) dan rekening surat berharga di salah
satu sub-registry.
• Mengisi formulir pemesanan dari Agen Penjual yang ditunjuk oleh
Pemerintah dengan melampirkan fotokopi KTP/SIM.
• Menerima pengembalian sisa dana dalam hal jumlah pemesanan tidak
seluruhnya dimenangkan.
sukuk
>
Investor A membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10.000.000,00
dengan nilai indikatif imbalan 12% dan tidak dijual sampai jatuh tempo, maka
hasil yang diperoleh adalah:
2.Investasi di Pasar Sekunder
• Pembelian SUKUK RITEL yang dilakukan dengan mekanisme bursa harus
melalui Perusahaan Efek.
• Pembelian SUKUK RITEL yang dilakukan dengan mekanisme non-bursa
(over the counter) dapat melalui Perusahaan Efek, Bank Umum Syariah
dan Bank Umum Konvensional.
>>
•
Imbalan = 12 % x Rp 10.000.000,00 x 1/12
•
Nilai Nominal pada saat jatuh tempo •
Total yang diperoleh pada saat jatuh tempo
= Imbalan + Nilai Nominal
= Rp 10.100.000,00
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan jatuh tempo
= Rp 10.000.000,00
2.Harga Premium
Investor B membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10.000.000,00
dengan kupon 12% dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 105%, maka hasil
yang diperoleh adalah :
• Memperoleh hasil penjatahan Pemerintah dari Agen Penjual sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bagi Investor syariah, investasi ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah, sehingga selain aman juga menentramkan.
5. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar,
sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain di pasar
sekunder.
Ilustrasi Perhitungan Hasil Investasi SUKUK RITEL
1.Harga Par
• Menyetor dana tunai ke rekening khusus Agen Penjual dan
menyampaikan bukti setor dana kepada Agen Penjual sesuai dengan
jumlah pemesanan.
• Menerima bukti kepemilikan Sukuk Ritel dari Agen Penjual.
4. Prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan.
Pemerintah melalui Bank Indonesia mentransfer dana tunai sebesar jumlah
pembayaran imbalan dan/atau nilai nominal Sukuk Ritel ke sub-registry.
Selanjutnya sub-registry mentransfer dana tunai ke rekening tabungan investor
pada tanggal jatuh tempo pembayaran imbalan dan/atau nilai nominal Sukuk
Ritel. Pihak yang tercatat sebagai pemegang Sukuk Ritel pada sub-registry dalam
2 (dua) hari kerja sebelum tanggal pembayaran imbalan dan atau nilai nominal
Sukuk Ritel berhak atas imbalan dan/atau nilai nominal Sukuk Ritel.
3. Mempunyai rekening tabungan di salah satu bank umum (bank umum syariah/
bank umum konvensional) dan rekening surat berharga di salah satu subregistry.
1. Investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai nominalnya dijamin
oleh Undang-Undang.
3. Investor memperoleh imbalan yang lebih tinggi dari tingkat imbalan yang
diberikan oleh perbankan. Imbalan bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan
sampai dengan jatuh tempo.
Mekanisme Pembayaran Imbalan dan Nilai Nominal
•
Imbalan = 12 % x Rp10.000.000,00 x 1/12
•
Capital Gain = Rp 10.000.000,00 x (105-100)%
= Rp 500.000,00
•
Nilai Nominal yang diterima saat dijual Rp 10.500.000,00 yang berasal dari Nilai Nominal SUKUK RITEL sebesar •
Total yang diperoleh pada saat dijual
= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual
= Rp 10.600.000,00
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan saat dijual
=Rp 10.000.000,00 + Capital Gain.
3.Harga Discount
Investor C membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp10.000.000,dengan kupon 12% dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 95%, maka hasil
>>>
yang diperoleh adalah:
•
Imbalan = 12 % x Rp 10.000.000,00 x 1/12
•
Capital Loss •
Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4,
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan saat dijual
Jakarta 10710
= Rp 10.000.000,00 x (95%-100%)
Fax. 021 - 3510727
= - Rp 500.000,00
E-Mail [email protected];
Nilai Nominal yang diterima saat dijual Rp 9.500.000,00 yang berasal dari Nilai Nominal Sukuk Ritel sebesar
•
Gedung A. A. Maramis II Lantai 6,
Telp. 021 - 3516296 (hunting)
Website www.dmo.or.id
=Rp 10.000.000,00 + Capital Loss.
Total yang diperoleh pada saat dijual
= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual
= Rp 9.600.000,00
POKOK-POKOK KETENTUAN
SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA RITEL
Catatan:
• Ilustrasi di atas belum memperhitungkan biaya-biaya transaksi dan pajak.
Obligor
• Transaksi penjualan di Pasar Sekunder dengan asumsi penjualan terjadi pada saat pembayaran Imbalan, sehingga tidak memperhitungkan accrued yang ada.
Penerbit
: Perusahaan Penerbit SBSN
Akad
: Ijarah Sale and Lease Back
Harga per Unit
: At Par (100%)
Nominal per unit
: Rp 1.000.000,00
Tenor : 3 tahun
Satuan Pembelian : Rp 5.000.000,00 dan kelipatannya, dan tidak ada
jumlah maksimum pembelian.
Perdagangan : Dapat diperdagangkan pada bursa dimana Sukuk
Ritel ini didaftarkan
Imbalan
: Fixed coupon, ditentukan di awal akad (predetermined), dan dibayarkan secara periodik setiap
bulan.
Nominal Pelunasan
: • At Par (100%),
Kustodian
: Anggota sub-registry (Bank Central Asia, Bank
Internasional Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara
Indonesia 1946, Bank CIMB Niaga, Bank Rakyat
Indonesia, Citibank NA, Deutsche Bank, HSBC,
Standard Chartered Bank, Bank Permata, Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Agen Penjual
: Bank Umum (bank umum syariah/bank uum
konvensional) dan Perusahaan Efek yang ditunjuk
Pemerintah
Penatausahaan
1. Pencatatan kepemilikan dilakukan secara elektronik (scripless). Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008, kegiatan
penatausahaan yang mencakup antara lain kegiatan pencatatan kepemilikan,
kliring dan setelmen, serta agen pembayar imbalan dan nilai nominal Sukuk
Ritel dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI). Selanjutnya BI telah menunjuk 12
sub-registry untuk membantu pelaksanaan penatausahaan tersebut.
2. Daftar sub-registry yang telah ditunjuk oleh BI adalah Bank Central Asia,
Bank Internasional Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia 1946,
Bank CIMB Niaga, Bank Rakyat Indonesia, Citibank NA, Deutsche Bank, HSBC,
Standard Chartered Bank, Bank Permata, Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI).
3. Biaya atas Kegiatan Penatausahaan yang dibebankan pada investor
tergantung pada kebijakan masing-masing sub-registry. Sebagai contoh, biaya
penyimpanan (safe keeping fee) pada “Sub-Registry X” adalah sebesar 0,005%
per tahun dari jumlah nilai nominal investasi Sukuk Ritel yang dibayar setiap
bulan.
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi:
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH
sukuk
>>>>
: Pemerintah Republik Indonesia
Buyback : Pemerintah dapat membeli kembali Sukuk Ritel
sebelum jatuh tempo pada harga pasar
Target Investor
: Individu (perseorangan)
>>>>>
SUKUK RITEL
S U R AT B E R H A R G A S YA R I A H N E G A R A R I T E L
Direktorat Pembiayaan Syariah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Gedung A.A. Maramis II Lt. 6
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 - 4 Jakarta 10710
Telepon (021) 351 6296, 344 9230 ext. 2600 - 2601
Faksimili (021) 351 0727 Website http://www.dmo.or.id
1. Apakah yang dimaksud dengan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk
Negara?
Yaitu surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
2. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk
Negara Ritel?
Yaitu Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang diperuntukkan bagi investor individu.
3. Apakah dasar hukum penerbitan Sukuk
Negara Ritel?
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
4. Apakah yang membedakan antara Sukuk
Negara Ritel dengan Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) seri IFR-001 dan IFR-002
SBSN seri IFR-001 dan IFR-002 diperuntukkan bagi investor institusi dengan nilai
pembelian minimal Rp1 miliar. Sedangkan Sukuk Negara Ritel diperuntukkan bagi
investor individu dengan nilai minimal pembelian Rp 5 juta dan kelipatannya.
5. Apakah persamaan dan perbedaan Sukuk
Negara Ritel dengan Obligasi Negara Ritel
Indonesia (ORI)?
Persamaan:
• Sukuk Negara Ritel dan ORI merupakan Surat Berharga Negara yang diperuntukkan bagi investor ritel.
• Sukuk Negara Ritel dan ORI merupakan bukti investasi masyarakat kepada
pemerintah.
• Baik Sukuk Ritel maupun ORI pembayaran bunga/imbalan dan pelunasan/
pembelian kembali dijamin oleh Pemerintah.
Perbedaan:
• ORI adalah pinjaman modal dari masyarakat kepada Pemerintah, sedangkan Sukuk
Negara Ritel adalah bentuk penyertaan modal masyarakat atas bagian dari aset
Sukuk Negara Ritel yang dijadikan obyek transaksi.
sukuk
sukuk
6. Apakah bentuk transaksi yang digunakan
dalam Sukuk Negara Ritel tahun 2009?
13. Apakah keuntungan berinvestasi pada
Sukuk Negara Ritel?
Bentuk transaksi yang digunakan adalah Ijarah Sale and Lease Back. Transaksi
ini diawali dengan penjualan (sale) hak manfaat atas Barang Milik Negara kepada
investor yang melalui Perusahaan Penerbit SBSN (SPV), kemudian investor melalui
SPV menyewakan kembali (lease back) kepada Pemerintah. Sewa yang dibayarkan
oleh Pemerintah merupakan imbal hasil yang diterima oleh investor.
7. Apakah yang dimaksud dengan Aset Sukuk
Negara Ritel?
Adalah Barang Milik Negara (BMN) yang menjadi obyek transaksi atau dasar
penerbitan SBSN atau Sukuk Negara Ritel.
1. Harga Par
Keuntungannya yang diperoleh diantaranya adalah:
• investasi ini dijamin pembayaran Imbalan dan Nilai Nominalnya oleh Pemerintah
Investor A membeli Sukuk Negara Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10.000.000,00
dengan nilai indikatif imbalan 12% dan tidak dijual sampai jatuh tempo, maka
hasil yang diperoleh adalah:
• Imbalan
• bagi investor syariah, investasi ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah, sehingga selain aman juga menentramkan
• Imbalan yang diperoleh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat
bunga deposito bank BUMN
• Nilai Nominal pada saat jatuh tempo • Total yang diperoleh pada saat jatuh tempo
= Imbalan + Nilai Nominal
= Rp 10.100.000,00
• Berpotensi memperoleh capital gain
• Dapat diperdagangkan di pasar sekunder
8. Siapa yang menerbitkan Sukuk Negara Ritel?
• Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta mendukung
pembiayaan pembangunan nasional.
Perusahaan Penerbit SBSN yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN, khusus untuk melaksanakan kegiatan
penerbitan SBSN
14. Bagaimana cara membeli Sukuk Negara
Ritel di Pasar Perdana?
9. Apakah tujuan penerbitan Sukuk Negara
Ritel?
Prosedur pembelian Sukuk Negara Ritel di Pasar Perdana adalah:
2. membuka rekening dana (jika diperlukan) pada salah satu bank umum dan rekening
surat berharga (jika diperlukan) pada salah satu subregistry;
• Diversifikasi investor dan instrumen
• Memberikan akternatif instrumen ritel berbasis syariah bagi investor
3. menyediakan dana yang cukup sesuai jumlah pesanan untuk pembelian Sukuk
Negara Ritel melalui Agen Penjual;
• Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah
4. Mengsisi Formulir Pemesanan;
• Memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi dalam instrumen
pasar modal yang aman dan menguntungkan.
5. menyampaikan Formulir Pemesanan, fotokopi identitas diri (KTP/SIM), dan bukti
setor (jika diperlukan) kepada Agen Penjual dan menerima bukti penyerahan
dokumen dari Agen Penjual.
10. Untuk apa dana hasil penerbitan Sukuk
Negara Ritel?
Dana tersebut akan dipergunakan oleh Pemerintah untuk pembiayaan umum APBN,
termasuk untuk membiayai pembangunan proyek infrastruktur.
15. Berapa satuan pembelian dalam Sukuk
Negara Ritel? Apakah ada batasan minimal dan
maksimal pembelian?
11. Siapa saja yang dapat berinvestasi pada
Sukuk Negara Ritel?
Harga per unit Sukuk Negara Ritel adalah Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Mininal
pembeliannya adalah 5 (lima) unit dan kelipatannya, sedangkan batasan maksimal
pembeliannya tidak ada.
Seluruh Warga Negara Indonesia dapat berinvestasi pada Sukuk Negara Ritel.
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan jatuh tempo
= Rp 10.000.000,00
Investor B membeli Sukuk Negara Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10.000.000,00
dengan kupon 12% dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 105%, maka hasil
yang diperoleh adalah :
• Imbalan
• Capital Gain = Rp 10.000.000,00 x (105-100)%
= 12 % x Rp10.000.000,00 x 1/12
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan saat dijual
= Rp 500.000,00
• Nilai Nominal yang diterima saat dijual Rp 10.500.000,00 yang berasal dari Nilai
Nominal SRI sebesar Rp 10.000.000,00 + Capital Gain.
• Total yang diperoleh pada saat dijual
= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual
= Rp 10.600.000,00
3. Harga Discount
16. Bagaimana cara menghitung imbalan
Sukuk Negara Ritel?
12 .Apakah bukti kepemilikan Sukuk Negara
Ritel?
= 12 % x Rp 10.000.000,00 x 1/12
2. Harga Premium
1. mendatangi kantor pusat/cabang Agen Penjual yang telah dipilih oleh Pemerintah
dalam melayani pembelian Sukuk Negara Ritel;
Tujuan penerbitan Sukuk Negara Ritel adalah:
• Memperluas sumber-sumber pembiayaan APBN
• ORI memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa bunga.
Sedangkan Sukuk Negara Ritel memberikan penghasilan (return) kepada
investor berupa imbalan sewa, sesuai dengan akad yang digunakan
Sukuk Negara Ritel diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat (scripless), namun
kepada para investor akan diberikan Surat Bukti Kepemilikan
Untuk mengetahui cara menghitung imbalan yang akan diperoleh dalam berintasi
pada Sukuk Negara Ritel, disajikan ilustrasi perhitungan hasil investasi sebagai
berikut:
>
>>
>>>
Investor C membeli Sukuk Negara Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp10.000.000,dengan kupon 12% dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 95%, maka hasil
yang diperoleh adalah:
• Imbalan
= 12 % x Rp 10.000.000,00 x 1/12
= Rp 100.000,00 setiap bulan sampai dengan saat dijual
• Capital Loss = Rp 10.000.000,00 x (95%-100%)
= - Rp 500.000,00
• Nilai Nominal yang diterima saat dijual Rp 9.500.000,00 yang berasal dari
NilaiNominal SRI sebesar Rp 10.000.000,00 + Capital
>>>>
Loss.
• Total yang diperoleh pada saat dijual
= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual
= Rp 9.600.000,00
Terdapat beberapa risiko berinvestasi pada inistrumen investasi di pasar keuangan,
diantaranya adalah:
21. Bagaimanakah mekanisme transaksi (jual
beli) Sukuk Negara Ritel di pasar sekunder?
PROSES PEMBELIAN DI PASAR SEKUNDER:
1. Nasabah datang kepada perbankan untuk mendapat informasi atau mengunjungi
langsung perusahaan sekuritas yang sudah berpengalaman dalam perdagangan;
Catatan:
Ilustrasi di atas belum memperhitungkan biaya-biaya transaksi dan pajak.
Transaksi penjualan di Pasar Sekunder dengan asumsi penjualan terjadi pada saat
pembayaran Imbalan, sehingga tidak memperhitungkan accrued yang ada.
17. Bagaimana perlakuan pajak terhadap
Sukuk Negara Ritel?
Terkait perlakuan pajak terhadap Sukuk Negara Ritel sudah diperhitungkan oleh
Pemerintah dan besarnya pajak yaitu Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 20% atas
imbalan dan 20% atas capital gain. Pajak untuk Sukuk Negara Ritel sama dengan
Pajak yang dikenakan atas Surat Utang Negara (SUN).
18. Siapakah yang dapat menjadi Agen Penjual
Sukuk Negara Ritel?
2. Nasabah membuka rekening surat berharga pada perusahaan sekuritas dimaksud
dengan mengisi formulir pembukaan rekening yang antara lain mewajibkan
penyebutan nomor rekening tabungan yang sudah dimiliki pada salah satu bank
nasional;
3. Nasabah mengisi formulir pemesanan pembelian dengan antara lain menyebutkan
nomor rekening surat berharga, nomor rekening tabungan, harga beli (dinyatakan
dalam persen dengan 2 angka di belakang koma), dan jumlah nominal pembelian
(minimal Rp5.000.000,00 dengan kelipatan Rp5.000.000,00);
4. Perusahaan sekuritas menyampaikan minat beli nasabah ke Bursa Efek Indonesia
(BEI) untuk mendapatkan nasabah lain yang bermaksud menjual pada harga yang
sesuai dengan permintaan nasabah yang berminat membeli;
5. Dalam hal terjadi kesesuaian harga antara nasabah pembeli dan nasabah penjual,
maka transaksi pembelian diselesaikan melalui mekanisme bursa yang melibatkan
PT. BEI, PT. KPEI, PT. KSEI, dan Perusahaan sekuritas;
Adalah Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang telah memiliki ijin
usaha dari Bank Indonesia dan Perusahaan Efek yang telah memiliki surat ijin usaha
dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, serta memenuhi kriteria
dan syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
6. Jumlah dana yang harus dibayar oleh nasabah pembeli adalah sejumlah harga
Sukuk Ritel ditambah dengan Imbalan berjalan.
PROSES PENJUALAN DI PASAR SEKUNDER:
19.Siapakah yang dapat menjadi Konsultan
Hukum Sukuk Negara Ritel?
1. Nasabah datang kepada perbankan untuk mendapat informasi atau mengunjungi
langsung perusahaan sekuritas dimana yang bersangkutan memiliki rekening surat
berharga;
Adalah Konsultan Hukum yang telah terdaftar sebagai Profesi Penunjang Pasar
Modal di Bapepam dan Lembaga Keuangan, serta memenuhi kriteria dan syarat yang
telah ditetapkan Pemerintah.
2. Nasabah mengisi formulir pemesanan penjualan dengan antara lain menyebutkan
nomor rekening surat berharga, nomor rekening tabungan, harga jual (dinyatakan
dalam persen dengan 2 angka di belakang koma), dan jumlah nominal penjualan
(minimal Rp5.000.000,00 dengan kelipatan Rp5.000.000,00);
20. Apakah Sukuk Negara Ritel dapat dijual
sebelum jatuh tempo dan bagaimana caranya?
Dapat.
Caranya adalah:
1. melalui Agen Penjual di tempat investor membeli Sukuk Negara Ritel, atau
2. Risiko pasar (market risk), adalah potensi kerugian bagi investor (capital loss)
karena menjual Sukuk Negara Ritel sebelum jatuh tempo dalam kondisi bunga
sedang mengalami kenaikan. Kondisi ini dapat dihindari dengan memegang Sukuk
Negara sampai dengan jatuh tempo.
3. Risiko Likuditas (liquidity risk), adalah potensi kerugian apabila sebelum jatuh
tempo pemegang Sukuk Negara Ritel yang memerlukan dana mengalami kesulitan
dalam menjual Sukuk Negara Ritel dalam harga wajar.
23. Bagaimana apabila Pemerintah mengalami
gagal bayar (default)?
Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008, Pemerintah
memberikan jaminan untuk membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap SBSN yang
diterbitkan.
24. Apabila pemegang Sukuk Negara Ritel
meninggal dunia, apakah bisa diwariskan
kepada ahli warisnya dan bagaimana caranya?
TANYA JAWAB
Sukuk Negara Ritel dapat diwariskan kepada ahli waris yang sah dan
kepadanya tetap diberikan pembayaran Imbalan dan Nilai Nominal Sukuk Negara
Ritel.
3. Perusahaan sekuritas menyampaikan minat jual nasabah ke Bursa Efek Indonesia
(BEI) untuk mendapatkan nasabah lain yang bermaksud membeli Sukuk Ritel pada
harga yang sesuai dengan permintaan nasabah yang berminat menjual;
4. Dalam hal terjadi kesesuaian harga antara nasabah penjual dan nasabah pembeli,
maka transaksi penjualan diselesaikan melalui mekanisme bursa yang melibatkan
PT. BEI, PT. KPEI, PT. KSEI, dan Perusahaan sekuritas;
Mekanisme pembayaran Nilai Nominal kepada Pemegang Sukuk Negara
Ritel pada saat jatuh tempo akan dilaksanakan secara otomatis dengan mentransfer
ke Rekening Pemegang Sukuk Negara Ritel.
5. Jumlah dana yang akan diterima oleh nasabah penjual adalah sejumlah harga
Sukuk Ritel ditambah dengan Imbalan berjalan.
>>>>
>
>>>>
>>
MENGENAI
TA N YA J A W A B
SUKUK RITEL
S U R AT B E R H A R G A
S YA R I A H N E G A R A R I T E L
25. Pada saat Sukuk Negara Ritel jatuh tempo,
bagaimana mekanisme pembayaran Nilai
Nominal kepada pemegang Sukuk Negara
Ritel?
2. melalui bursa. Untuk dapat memperdagangkan Sukuk Negara Ritel melalui
bursa, investor harus menghubungi anggota bursa karena investor tidak dapat
bertransaski langsung melalui bursa. Proses transaksi akan lebih rumit dan investor
harus membayar jasa broker, serta waktu yang dibutuhkan akan lebih lama apabila
tidak terdapat titik temu antara harga penawaran dan harga pembelian Sukuk
Negara Ritel.
sukuk
1. Risiko gagal bayar (default risk) adalah risiko di mana investor tidak dapat
memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk
investasi jatuh tempo. Sukuk Negara Ritel tidak mempunyai risiko gagal bayar
karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang SBSN dan Undang-Undang APBN
stiap tahunnya menjamin pembayaran Imbalan dan Nilai Nominal Sukuk Negara
Ritel sampai dengan jatuh tempo.
Direktorat Pembiayaan Syariah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
22. Apakah risiko investasi pada Sukuk Negara
Ritel?
Gedung A.A. Maramis II Lt. 6
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 - 4 Jakarta 10710
Telepon (021) 351 6296, 344 9230 ext. 2600 - 2601
Faksimili (021) 351 0727 Website http://www.dmo.or.id
>>>>
>>>
>>>>
Latar Belakang
Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah
tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh
negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah saja, melainkan juga oleh berbagai
negara di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan
didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai
instrumen keuangan berbasis syariah. Selain itu, juga telah dibentuk lembaga
internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam dan standar
instrumen keuangan Islam, serta didirikannya lembaga rating Islam. Beberapa
prinsip pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain berupa
penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit
sharing, serta larangan terhadap riba, gharar, dan maysir.
Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan
baik oleh korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk
telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat
ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia,
Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony
Anhalt - Jerman. Penerbitan sovereign sukuk biasanya ditujukan untuk keperluan
pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan
proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit
listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk
juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismatch, yaitu dengan
menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury Bills) yang
juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang.
Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun
2002 hanya sekitar USD 4,9 miliar, menjadi USD84,2 miliar pada bulan Oktober
2008. Jumlah dan jenis instrumen sukuk juga terus berkembang, dari semula
hanya dikenal sukuk al-ijarah berkembang menjadi 14 jenis sukuk sebagaimana
ditetapkan oleh The Accounting and Auditing Organisation of Islamic Financial
Institutions (AAOIFI). Adapun investor sukuk, tidak lagi hanya terbatas pada
investor Islami, karena pada saat ini sebagian besar investor sukuk justru
merupakan investor konvensional.
Di dalam negeri sendiri, pasar keuangan syariah, termasuk pasar sukuk juga
tumbuh secara cepat, meskipun proporsinya dibandingkan pasar konvensional masih
relatif sangat kecil. Untuk keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan
anggaran negara dan dalam rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam
negeri, pada tahun 2008 telah ditetapkan oleh DPR Undang-Undang No. 19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara). Undang-undang
tersebut memberi kewenangan kepada Pemerintah untuk menerbitkan Sukuk baik
di dalam negeri maupin dalam valuta asing untuk membiayai defisit APBN, serta
untuk membangun proyek-proyek pembangunan. Selain itu, di dalam Undangundang tersebut diatur pula mengenai penggunaan Barang Milik Negara sebagai
underlying asset, dan pendirian Perusahaan penerbit (Special Purpose Vehicle).
Apa itu sukuk?
Istilah sukuk berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab ‘sak’
sukuk
>
atau sertifikat. Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat
bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu
aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan
investasi tertentu.
Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan
pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction)
berupa aqad atau penjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsipprinsip syariah untuk menjual, menyewakan atau kerjasama pemanfaatan sejumlah
tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk. Umumnya sukuk diterbitkan
oleh Obligor melalui Special Purpose Vehicle (SPV). Dengan demikian, sukuk benarbenar instrumen keuangan yang aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Karakteristik Sukuk
• merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat
(beneficial title);
• pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis
aqad yang digunakan;
• terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir;
(gambling).
• Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah.
Jenis-Jenis Sukuk
Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah
mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organisation for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) antara lain:
• Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga
dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset
itu sendiri. Sukuk Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al-Muntahiya Bittamliek (Sale
and Lease Back) dan Ijarah Headlease and Sublease.
• Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad Mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak
lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya.
Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi
penyedia modal.
• Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad Musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah
ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
• penerbitannya melalui special purpose vehicle (SPV);
• memerlukan underlying asset;
• penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.
Tujuan Penerbitan Sukuk Negara (SBSN)
• memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
• Istisna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Istisna’ dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
• mendorong pengembangan pasar keuangan syariah;
• menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah;
• diversifikasi basis investor;
• mengembangkan alternatif instrumen investasi;
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk
• mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara; dan
Obligor adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sukuk yang diterbitkan. Dalam hal sovereign sukuk, obligornya
adalah Pemerintah.
• memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem
perbankan konvensional
• Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang
kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: (i) sebagai penerbit sukuk, (ii)
menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, (iii)
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.
• Pembayaran Imbalan dan Nilai Nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo
dijamin oleh Pemerintah.
Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin,
dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
• Dapat diperjual-belikan di pasar sekunder.
Syariah Scholar adalah individu yang diakui secara luas pengetahuannya di
• Memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin
(capital gain).
Penggunaan Underlying Asset
• Aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysir
Penerbitan sukuk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek
>>
>>>
Kelebihan berinvestasi dalam Sukuk Negara, khususnya
untuk struktur Ijarah
bidang syariah atau institusi yang khusus membidangi masalah syariah.
perjanjian (underlying asset). Aset yang menjadi objek perjanjian harus memiliki
nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk
proyek yang akan atau sedang dibangun. Fungsi underlying asset tersebut adalah:
(i) untuk menghindari riba, (ii) sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya
sukuk di pasar sekunder, dan (iii) akan menentukan jenis struktur sukuk. Dalam
sukuk Ijarah Al-Muntahiya Bittamliek atau Ijarah-Sale and Lease Back, penjualan
aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat
(beneficial title) sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. Pada
akhir periode sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
Syariah Compliance
Penerbitan sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan kesesuaian
prinsip syariah (syariah compliance endorsement) untuk meyakinkan investor bahwa
sukuk telah distruktur sesuai syariah. Pernyataan syariah compliance tersebut
bisa diperoleh dari individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang
syariah atau institusi yang khusus membidangi masalah syariah. Untuk penerbitan
sukuk di dalam negeri, syariah compliance endorsement dapat dimintakan kepada
Dewan Syariah Nasional - MUI. Untuk penerbitan sukuk internasional, diperlukan
endorsement dari ahli/lembaga syariah yang diakui oleh komunitas syariah
CONTOH MEKANISME PENERBITAN SUKUK IJARAH SALE AND LEASE BACK
internasional, misalnya International Islamic Financial Market (IIFM).
Deskripsi
Sukuk
Penerbit
Pemerintah, Korporasi, SPV
Pemerintah, Korporasi
Obligor
Pemerintah, Korporasi
Pemerintah, Korporasi
Sifat instrumen
Sertifikat kepemilikan /penyertaan
atas suatu aset
Instrumen utang
Penghasilan
Imbalan, bagi hasil, margin
Bunga/kupon, capital gain
Jangka waktu
Pendek - menengah
Menengah - panjang
Underlying asset
Perlu
Tidak perlu
Pihak yang terkait
Obligor, SPV, investor, Trustee
Obligor/issuer, investor
Price
Market Price
Market Price
Investor
Syariah dan konvensional
konvensional
Pembayaran pokok
Bullet atau amortisasi
Bullet atau amortisasi
Penggunaan hasil penerbitan
Harus sesuai syariah
Bebas
Perbandingan Sukuk dan Obligasi
Penerbitan Sukuk
PEMBAYARAN IMBALAN
PEMERINTAH
(OBLIGOR)
Purchase
and Sale
Undertaking
(1) Penjualan
Aset
Aset
Rp
PEMERINTAH
(OBLIGOR)
SPV
(PENERBIT)
Rp
PEMEGANG
SUKUK
(INVESTOR)
Rp
(3) Penyewaan
kembali Aset
SPV
(PENERBIT)
(2) Penerbitan
Sukuk
Obligasi
1) Obligor membayar sewa (imbalan) secara periodik kepada SPV selama masa sewa. Imbalan
dapat bersifat tetap (fixed rate) ataupun mengambang (floating rate).
Aset
MENGENAL SUKUK
I N S T R U M E N I N V E S TA S I
B E R B A S I S S YA R I A H
2) SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan kepada para investor.
Rp
PEMEGANG SUKUK
SAAT JATUH TEMPO
(INVESTOR)
1) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset, disertai dengan Purchase and Sale
Undertaking dimana Pemerintah menjamin untuk membeli kembali aset dari SPV, dan SPV
wajib menjual kembali aset kepada Pemerintah, pada saat sukuk jatuh tempo atau dalam hal
terjadi default.
2) SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian aset.
3) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan perjanjian sewa (Ijara Agreement)
dengan SPV untuk periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.
4) Berdasarkan servicing agency agreement, Pemerintah ditunjuk sebagai agen yang
bertanggungjawab atas perawatan aset.
sukuk
sukuk
>>>>
PEMERINTAH
(OBLIGOR)
Rp
Aset
SPV
(PENERBIT)
Rp
Aset
PEMEGANG
SUKUK
(INVESTOR)
1) Penjualan kembali aset oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal sukuk, pada saat sukuk
jatuh tempo.
2) Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sukuk kepada investor.
>>>>>
Direktorat Pembiayaan Syariah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Gedung A.A. Maramis II Lt. 6
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 - 4 Jakarta 10710
Telepon (021) 351 6296, 344 9230 ext. 2600 - 2601
Faksimili (021) 351 0727 Website http://www.dmo.or.id
Download