PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a. bahwa pengaturan penangkapan ikan diperlukan dalam rangka mendukung pembangunan sektor perikanan dan kelautan bidang pengawasan, kelestarian sumber daya ikan, pembinaan perikanan tangkap (usaha penangkapan ikan), pemanfaatan sumber hayati dan keamanan kerja bagi penangkap ikan; b. bahwa konflik kepentingan di perairan umum dan perairan laut dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara sesama nelayan juga dengan masyarakat umum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penangkapan Ikan. - 28 - - 29 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1987 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor - 30 - 4437) yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3929); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4230); 11. Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Jaring Trawl; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 392/kpts/IK.210/4/99 tentang Jalurjalur Penangkapan Ikan; 14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 995/kpts/IK.210/9/99 tentang Sumber daya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di Wilayah Perikanan Republik Indonesia; 15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 769/kpts/IK/210/10/98 tentang Penggunaan Jaring Lampara Dasar; - 31 - 16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 996/kpts/IK/210/10/99 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Sumber daya Ikan; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perizinan Usaha Perikanan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2002 Nomor 1 Seri C); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3). - 32 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT dan BUPATI KOTAWARINGIN BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENANGKAPAN IKAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat - 33 - 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Dinas Kelautan dan Perikanan, yang selanjutnya disingkat DKP adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat; 6. Sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya; 7. Pengawasan Sumber daya Ikan adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud agar kegiatan penangkapan, pengangkutan dan atau pembudidayaan ikan dapat berjalan terus-menerus dan berkelanjutan bertanggung jawab dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; 8. Sarana produksi adalah peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan usaha perikanan meliputi kapal, alat tangkap, kolam, jaring apung, tambak, benih, pakan ikan, pupuk, obat-obatan dan peralatan lain yang dipergunakan dalam proses produksi; 9. Pengusaha perikanan adalah semua pengusaha baik perorangan maupun badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perikanan; 10. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan; 11. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari; 12. Hasil Perikanan adalah segala jenis ikan termasuk biota perairan lainnya yang dapat ditangani atau diolah untuk dijadikan produk akhir yang dapat dimanfaatkan sebagai keperluan manusia dan keperluan industri; - 34 - 13. Alat penangkapan ikan adalah sarana penangkapan ikan, baik dilengkapi dengan alat bantu maupun tidak; 14. Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk untuk melakukan survei atau eksplorasi perikanan; 15. Surat Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya disebut SIUP adalah izin tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah yang harus dimiliki oleh pengusaha perikanan baik perorangan atau badan hukum; 16. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); 17. Badan Usaha adalah semua bentuk badan usaha baik perorangan maupun badan hukum yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV) dan perseroan lainnya baik milik pemerintah maupun swasta, persekutuan/ perkumpulan, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi, lembaga dan bentuk usaha lain yang kegiatannya sebagai pengusaha perikanan; 18. Perairan adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya; 19. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut sebesar 12 (dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia; 20. Wilayah adalah kawasan penangkapan; 21. Daerah penangkapan adalah khusus penangkapan di perairan umum; 22. Wilayah laut kabupaten/ kota adalah wilayah kewenangan untuk mengelola sumber daya laut sejauh 1/3 dari kewenangan provinsi (paling - 35 - jauh 12 mil laut) diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan; 23. Jalur penangkapan adalah jalur operasi penangkapan ikan perairan di laut sesuai dengan ukuran kapal dan alat tangkap yang diperbolehkan dan atau dipergunakan; 24. Perairan umum adalah daerah penangkapan ikan di perairan tawar atau perairan pedalaman Kabupaten Kotawaringin Barat meliputi sungai, anak sungai, danau dan rawa; 25. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan, pelelangan ikan, perbaikan kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan; 26. Potensi Sumber Daya Ikan adalah ketersediaan ikan dan non ikan di wilayah perairan Kabupaten Kotawaringin Barat sesuai daya dukung lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan usaha penangkapan dan pemberdayaan ikan berwawasan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya; 27. Nelayan andon adalah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut dengan daerah penangkapan yang berubah-ubah atau berpindah-pindah sehingga nelayan tersebut berpangkalan, berbasis sementara waktu atau dalam waktu yang relatif lama di pelabuhan perikanan di luar daerah asal nelayan tersebut; 28. Trawl adalah jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal baik melalui samping atau belakang kapal selama jangka waktu tertentu untuk menangkap ikan atau binatang air lainnya; - 36 - 29. Lampara adalah jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal melalui belakang kapal selama jangka waktu tertentu untuk menangkap ikan atau binatang air lainnya; 30. Kerusakan sumber daya ikan adalah terjadinya penurunan potensi sumber daya ikan yang membahayakan kelestariannya di suatu lokasi perairan tertentu yang diakibatkan oleh perbuatan seseorang atau badan hukum yang menimbulkan gangguan sedemikian rupa terhadap keseimbangan biologi atau daur hidup sumber daya ikan; 31. Penyidik adalah penyidik tindak pidana bidang perikanan meliputi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan dan Pejabat Kepolisian Republik Indonesia; 32. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Peraturan Daerah ini berlaku untuk : a. Setiap orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di daerah; b. Wilayah penangkapan ikan terdiri dari perairan umum dan perairan laut; c. Wilayah penangkapan di perairan umum/ perairan pedalaman terdiri dari : 1. Sungai dan anak sungai; - 37 - 2. Danau; 3. Rawa; 4. Situ/waduk. d. Wilayah penangkapan di perairan laut sampai dengan 1/3 dari kewenangan provinsi (paling jauh 12 mil laut). BAB III JALUR DAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN Pasal 3 (1) Jalur Penangkapan Ikan adalah perairan pantai diukur dari permukaan air laut pada surut yang terendah pada setiap pulau sampai dengan 1/3 mil laut Wilayah Provinsi. (2) Jalur Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi : a. Perairan pantai yang diukur dari permukaan air surut pada surut terendah sampai dengan 2 (dua) mil laut. b. Perairan pantai 2 – 1/3 mil laut Wilayah Provinsi. Pasal 4 Daerah penangkapan di perairan umum meliputi semua sungai, anak sungai, danau dan rawa di daerah. - 38 - Pasal 5 Yang dimaksud dalam pasal 4 tidak termasuk wilayah konservasi. BAB IV ALAT PENANGKAPAN IKAN/ KAPAL YANG DIPERBOLEHKAN Pasal 6 (1) Perairan pantai sampai dengan 2 (dua) mil laut pada jalur penangkapan ikan hanya diperbolehkan untuk : a. Alat penangkap ikan menetap; - Jaring Insang tetap dengan mesh size ≥ 1 inchi dengan panjang bentang ≤ 150 meter - Bubu - Pancing - Lift net - Set net - Sero b. Alat penangkap ikan tidak menetap yang tidak dimodifikasi; - Sungkur dorong/tarik - Jaring Insang Hanyut dengan mesh size ≥ 1 inchi dengan panjang bentang ≤ 150 meter - Tramel net - 39 - c. Kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran panjang tidak lebih dari 10 m (2) Perairan pantai di atas 2 mil sampai dengan 1/3 wilayah laut provinsi hanya diperbolehkan : a. Alat penangkap ikan menetap; - Jaring Insang tetap dengan mesh size ≥ 1 inchi dengan panjang bentang ≤ 300 meter. - Bubu - Pancing - Lift net - Set net - Sero - Rawai dengan jumlah mata pancing 100 – 150 buah b. Alat penangkap ikan tidak menetap; - Jaring insang dengan mesh size ≥ 1 inchi dengan panjang bentang ≤ 300 meter c. Kapal perikanan : - tanpa motor atau bermotor tempel dengan ukuran panjang tidak lebih dari 10 m; - bermotor tempel atau bermotor dengan ukuran panjang keseluruhan maksimal 12 m atau ukuran maksimal 5 GT; (3) Daerah penangkapan di perairan umum hanya di perbolehkan untuk : a. Alat penangkap ikan menetap; - Jaring Insang tetap dengan mesh size ≥ 1,5 inchi - 40 - - Bubu - Pengilar dengan mesh size ≥ 1,5 inchi - Rawai dengan 10 – 50 mata pancing - Pancing - Tabing - Lift Net - Salambau - Trap b. Alat penangkap ikan tidak menetap; - Jaring insang hanyut dengan mesh size ≥ 1,5 inchi dengan panjang bentang ≤ 25 meter - Jala dengan mesh size ≥ 1 inchi - Tangguk dan sejenisnya - Serok - Trap net - Tombak dan sejenisnya (4) Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan kapal penangkap ikan dengan ukuran 2 – 5 GT wajib dilengkapi dengan alat bantu (lampu, tanda/ bendera, pelampung penolong, alat komunikasi, kompas) (5) Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan kapal pada jalur dan daerah penangkapan wajib memberi tanda pengenal berupa lampu pada malam hari atau benda apung yang dapat diketahui serta dikenal dengan mudah oleh nelayan. - 41 - BAB V TANDA PENGENAL/WARNA CAT LAMBUNG KAPAL Pasal 9 Setiap kapal ikan yang beroperasi di jalur penangkapan ikan wajib diberi tanda pengenal jalur dengan mengecat minimal ¼ (seperempat) lambung kiri dan kanan, dengan ketentuan : a. Warna putih bagi kapal perikanan yang beroperasi di perairan sampai dengan 2 (dua) mil laut; b. Warna merah bagi kapal perikanan yang beroperasi di laut 2 (dua) mil laut sampai 1/3 mil laut Wilayah Laut Provinsi. BAB VI PERIZINAN USAHA PENANGKAPAN IKAN Pasal 10 (1) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan yang berukuran kurang dari 2 GT wajib memiliki Surat Pendaftaran Kapal. (2) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan yang berukuran 2 sampai dengan kurang dari 5 GT wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP). (3) Surat Pendaftaran Kapal sebagaimana ayat (1) dan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) pada ayat (2) di atas diterbitkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat. - 42 - (4) Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan kapal penangkap ikan yang berukuran 5 sampai dengan 10 GT wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI). (5) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (6) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat. (7) Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan alat penangkap ikan selambau wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat. BAB VII PENDARATAN IKAN DAN TAMBAT LABUH KAPAL Pasal 11 (1) Setiap orang yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah perairan Kabupaten Kotawaringin Barat wajib mendaratkan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Kotawaringin Barat atau Pelabuhan Perikanan. (2) Setiap orang yang akan mendaratkan ikan wajib melaporkan hasil tangkapannya kepada petugas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), petugas pelabuhan perikanan setempat atau petugas yang ditunjuk. - 43 - (3) Yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi jumlah produksi, jenis ikan yang tertangkap, alat tangkap yang dipergunakan atau hal-hal yang menyangkut usaha penangkapan. Pasal 12 (1) Setiap orang yang tambat labuh bongkar muat barang keperluan nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) wajib mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. (2) Setiap orang yang tambat labuh dikenai retribusi perikanan yang diatur sesuai peraturan yang berlaku. (3) Setiap orang yang melakukan bongkar muat barang keperluan nelayan harus memberitahukan kegiatannya kepada petugas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pasal 13 (1) Setiap kapal nelayan yang bertambat, membongkar, memuat barang atau ikan, wajib mengikuti peraturan yang berlaku pada daerah setempat. (2) Untuk kapal nelayan dari luar daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang tambat labuh harus menunjukkan identitas atau dokumen kelengkapan kapal atau dokumen usaha penangkapan ikan dari tempat asal. (3) Dokumen yang dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. Foto copy dan asli Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); b. Foto copy dan asli Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI); c. Foto copy dan asli Surat Izin Pengangkut Ikan Indonesia (SIKPI); - 44 - d. Foto copy dan asli Surat Izin Pengangkut Ikan Asing (SIKPA) sesuai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 pasal 28; e. Dokumen Kapal (surat ukur, sertifikasi kelaikan dan pengawakan, Foto copy Gross Akte). BAB VIII LARANGAN Pasal 14 Guna mempertahankan kelestarian sumber daya perairan yang berwawasan lingkungan, setiap orang dan atau nelayan dilarang : a. Melakukan penangkapan ikan memakai alat atau bahan yang dapat membahayakan kelestarian lingkungan sumber daya perairan; b. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan sumber daya hayati dan atau lingkungan kecuali untuk keperluan ilmiah dengan izin dari kepala daerah; c. Melakukan kegiatan penangkapan dan perdagangan benih-benih ikan untuk keperluan konsumsi; d. Melakukan kegiatan penangkapan di perairan daerah konservasi dan reservasi; e. Melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan berbagai ukuran dengan memakai alat dan bahan yang dilarang berupa : - bahan beracun berbahaya seperti potasium, sevin, pestisida, tuba, toxin, matador, obat bius, zat-zat kimia dan sejenisnya - 45 - - peralatan berupa bom, strum accu (aki), arus listrik, dinamit dan sejenisnya. - alat tangkap dengan ukuran mata jaring (mess size) kurang dari 1 inchi, kecuali : pukat teri untuk perairan laut dan 1,5 inchi untuk perairan umum; - alat tangkap trawl dan atau alat tangkap yang termasuk kualifikasi trawl. f. Bagi nelayan yang memakai jaring tarik, jaring hanyut, purse seine atau alat tangkap bersifat aktif dilarang keras melakukan operasi penangkapan mendekati/melewati tempat pemasang jaring tetap atau alat penangkapan ikan tetap atau dengan jarak minimal 250 m Pasal 15 Nelayan Andon dilarang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan laut Kabupaten Kotawaringin Barat BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pembinaan dan Pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan dilakukan oleh Satuan Kerja dan Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (2) Pembinaan yang dimaksud pada ayat (1) meliputi teknik penangkapan, daerah penangkapan dan alat penangkapan. - 46 - (3) Pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap dipenuhinya ketentuan Peraturan Daerah. (4) Guna menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah mengadakan penelitian, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pengadaan sarana dan prasarana serta, pengujian mutu hasil perikanan dan Surat Keterangan Asal (SKA) bagi produk perikanan yang dikirim keluar daerah baik lokal maupun antar pulau. (5) Untuk menjaga terselenggaranya kelestarian sumber daya dan menjamin pemanfaatan sumber daya ikan dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap proses penangkapan jumlah tangkapan, alat tangkap, area penangkapan, serta kelembagaan kelompok nelayan. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 17 (1) Barang siapa yang melakukan penangkapan ikan dan atau menggunakan/ memakai alat tangkap ikan yang bersifat merusak, memusnahkan dan atau alat apapun yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan dikenakan sanksi hukuman kurungan maksimal 3 (tiga) bulan dan denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (2) Setiap orang dan atau nelayan yang dengan sengaja maupun tidak sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan sumber daya hayati dan atau lingkungan kecuali untuk keperluan ilmiah dengan izin dari kepala daerah, dikenai sanksi - 47 - hukuman kurungan selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (3) Setiap orang dan atau nelayan melakukan kegiatan penangkapan dan perdagangan benih-benih ikan untuk keperluan konsumsi baik sengaja maupun tidak sengaja dikenai sanksi hukuman kurungan selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (4) Setiap orang melakukan kegiatan penangkapan di perairan daerah konservasi dan reservart dikenai sanksi kurungan selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (5) Setiap orang dan atau nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan berbagai ukuran dengan memakai alat dan bahan yang dilarang, dikenai sanksi kurungan selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (6) Setiap orang dan atau nelayan yang memakai jaring tarik, jaring hanyut, purse seine, atau alat tangkap bersifat aktif melakukan operasi penangkapan mendekati/melewati tempat pemasang jaring tetap atau alat penangkapan ikan tetap atau dengan jarak minimal 250 m dikenai sanksi kurungan selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah). (7) Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) dikenai pidana sesuai peraturan yang berlaku. - 48 - BAB XI PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 18 (1) Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana bidang perikanan, dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Bab IV berdasarkan hukum acara yang berlaku. (2) Pelaksanaan penyidikan di wilayah kewenangan kabupaten, penyidik PPNS perikanan harus mendapatkan surat tugas dari pembina PPNS perikanan dan melaksanakan koordinasi dengan penyidik Satpol PP. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang perikanan; b. Memanggil dan memeriksa tersangka dan/atau saksi; c. Membawa dan menghadapkan seorang sebagai tersangka dan/atau saksi untuk didengar keterangannya; d. Menggeledah sarana dan prasarana perikanan yang diduga dipergunakan dalam atau menjadi tempat melakukan tindak pidana di bidang perikanan; e. Menghentikan, memeriksa, menangkap, membawa, dan/atau menahan kapal dan/atau orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang perikanan; f. Memeriksa perikanan; kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha - 49 - g. Memotret tersangka dan/atau barang bukti tindak pidana di bidang perikanan; h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tindak pidana di bidang perikanan; i. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; j. Melakukan penyitaan terhadap barang bukti yang digunakan dan/atau hasil tindak pidana; k. Melakukan penghentian penyidikan; dan l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Pasal 19 Selama sebelum terbentuk pengadilan perikanan, perkara tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar daerah hukum pengadilan perikanan, tetap diperiksa, diadili dan diputus Pengadilan Negeri Pangkalan Bun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pasal 73 ayat (3) dan pasal 106. BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 Perluasan usaha penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat harus mendapat persetujuan tertulis dari pemberi izin. - 50 - BAB XIII PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 8 Mei 2009 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, ttd. H. UJANG ISKANDAR, ST, M.Si Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 8 Mei 2009 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, ttd. Drs. BUDASMAN, M.Si NIP. 010 163 741 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2009 NOMOR 4