BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang dilaksanakan melalui kegiatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya memenuhi ketersediaan darah untuk kebutuhan pelayanan kesehatan selama ini telah dilakukan oleh Palang Merah Indonesia melalui Unit-unit Transfusi Darah (UTD) yang tersebar di seluruh Indonesia berdasarkan penugasan oleh pemerintah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang Transfusi Darah .Keberhasilan pengelolaan pelayanan transfusi darah sangat tergantung pada ketersediaan donor, sarana, tenaga, dan pendanaan, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan partisipasi aktif masyarakat termasuk Palang Merah Indonesia sebagai mitra Pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran khususnya dalam teknologi pelayanan transfusi darah, pengelolaan komponen darah dan pemanfaatannya dalam pelayanan kesehatan harus mempunyai landasan hukum sebagai konsekuensi azas negara berlandaskan hukum, oleh karena itu dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat penerima pelayanan, pelayanan transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan, dan hanya dapat dilaksanakan pada fasilitas kesehatan yang memenuhi persyaratan. Hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya berbagai risiko, terjadinya penularan penyakit baik 1 bagi penerima pelayanan transfusi darah maupun bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pengamanan pelayanan darah harus dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan mulai dari seleksi donor, proses pengambilan darah, uji saring penyakit yang dapat menular melalui transfusi darah, pemeriksaan serologi golongan darah dan uji silang serasi, penyimpanan darah, pengolahan darah, pendistribusian darah, sampai pada tindakan medis pemberian darah kepada pasien. 1.2 Tujuan 1. Terselenggaranya pelayanan darah yang aman dan berkualitas, sesuai dengan standar yang berlaku. 2. Tersedianya acuan bagi Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan transfusi darah yang berkualitas (aman, tepat waktu, efesien, akses mudah, rasional) sebagai pendukung pelayanan prima Rumah Sakit. 3. Agar mahasiswa dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam pelayanan darah yang aman . 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR DONOR DARAH 2.1.1 tranfusi darah Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1980 tentang Tranfusi Darah. Dalam pasal 1 terdapat pengertian tentang tranfusi darah adalahbagian dari tugas pemerintah dibidang pelayanan kesehatan rakyat dan merupakansuatu bentuk pertolongan yang sangat berharga kepada umat manusia yangberdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran tentang sumber darah satu – satunyayang paling aman untuk keperluan transfusi darah adalah darah manusia. Adapunpengertian lain dari transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah ataukomponennya ke dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yangbiasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit,plasma. (Reksodiputro,1991). Alasan transfusi darah dan penggunaan produk-produk darah adalah : 1.Untuk memperbaiki anemia (kadar hemoglobin yang rendah) 2.Untuk mengganti kehilangan darah karena terjadi perdarahan pada operasi atau kecelakaan. 3. Untuk mengganti kandungan tertentu dari darah, misalnya faktor-faktor pembekuan. 4.Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen. 5.Memperbaiki volume darah tubuh. 6.Memperbaiki kekebalan (WHO, 2003) 2.1.2. donor darah Donor darah berarti memberikan sebagian darah yang kita miliki untuk disumbangkan kepada orang lain melalui tindakan penyadapan darah (Bambang,2007). Jenis-jenis donor darah : 3 1. Donor darah keluarga atau donor pengganti Ada 2 macam : • Sumbangan darah yang ditujukan kepada UTD sebagai pengganti stok darah di UTD (donor tidak mengetahui identitas pasien). • Sumbangan darah dari donor keluarga yang ditujukan untuk pasien tertentu sesuai permintaan keluarga. 2. Donor darah komersial Adalah donor darah dengan menerima uang atau hadiah untuk darah yangdisumbangkan. Motivasi menyumbang darah untuk imbalan bukan untuk menolong orang lain. 3. Donor darah sukarela Adalah donor yang menyumbangkan darah, plasma, komponen darah ataskerelaan dan tidak menerima uang atau sesuatu keuntungan serta termotivasimenyumbangkan darahnya untuk menolong pasien yang tidak mereka kenal.Adapun donasi darah sukarela yang teratur adalah donor sukarela yangmenyumbangkan darahnya secara teratur 1-3 kali setiap tahun. 4. Donor Pemula Adalah kelompok donor yang baru pertama kali mendonorkan darahnya baik dengan suka rela ataupun untuk donor keluarga atau pengganti. Kelompok donor yang aman adalah : Donor teratur, donor sukarela, tanpa imbalandan dari kelompok donor beresiko rendah (UTD PMI Daerah Surabaya, 2004). 2.2 PENGOLAHAN DARAH Prosedur donor darah meliputi seleksi donor, pengambilan darah, pemeriksaan serologi, pengolahan komponen darah, penyimpanan darah dan pengiriman/pendistribisian darah. Pembahasan akan ditekankan mengenai seleksi donor, pengambilan darah dan pemeriksaan serologi darah. 2.2.1 Seleksi Donor 4 Pada dasarnya seleksi donor darah bertujuan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan donor, resipien dan petugas. 1. petugas Petugas seleksi awal donor adalah teknisi yang mempunyai kompetensi da nterlatih dalam hal seleksi donor. Untuk pemeriksaan kesehatan donor harus dilakukan oleh seorang dokter (minimal dokter umum). 2. Metode Setiap donor harus terlebih dahulu mendapatkan : • Pemberian informasi tentang donor darah. Penyumbang darah (donor ) disaring keadaan kesehatannya dilakukan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan contoh darah untuk mengetahui adanya anemia (medicastore.com ,2007) • Menggali informasi tentang keadaan donor dengan menanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan. Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, HIV dan kemungkinan tercemar oleh virus HIV, kehamilan, laktasi, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu, untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah (medicastore.com, 2007). • Pengisian daftar isian donor. • Penandatanganan persetujuan tindakan medis (inform consent). • Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari penimbangan berat badan, HB, golongan darah dan pemeriksaan fisik oleh dokter. 3. Persyaratan donor • Keadaan Umum 5 Calon donor tidak nampak sakit, tidak dalam pengaruh obat-obatan (narkotika) dan alkohol serta tidak menderita penyakit-penyakit kronis dan menular. • Umur Donor Berumur antara 17-60 tahun, kecuali atas pertimbangan dokter. Donor yang berumur 60 tahun dapat menyumbangkan darahnya sampai dengan umur 65 tahun. Donor pertama kali tidak diperbolehkan pada umur 60 tahun • Berat Badan (BB) Donor dengan BB minimal 45 kg dapat menyumbangkan darahnya sebanyak 350 ml, ditambah sejumlah darah untuk pemeriksaan yang jumlahnya tidak lebih dari 30 ml. Donor dengan BB 50 kg atau lebih dapt menyumbangkan darahnya maksimal sebanyak 450 ml tetapi tidak melebihi 15 % dari perkiraan volume darah calon donor ditambah sejumlah darah untuk pemeriksaan yang jumlahnya tidak lebih dari 30 ml. • Suhu Tubuh Suhu tubuh calon donor tidak lebih dari 37 ˚C • Nadi Denyut nadi teratur berkisar antara 60-100 × / menit. • Tekanan darah Tekanan darah sistolik antara 100-160 mmHg dan diastolik antara 60-100 mmHg. • Hemoglobin Kadar hemoglobin calon donor ≥12,5 g/dl. Penetapan kadar hemoglobin dilakukan minimal dengan metode CuSO4 (BJ 1.053). • Haid, kehamilan dan menyusui Setelah selesai haid, 6 bulan setelah melahirkan dan 3 bulan setelah berhenti menyusui diperkenankan menyumbangkan darahnya. • Jarak menyumbangkan darah 6 Jarak penyumbangan darah lengkap tidak kurang dari 8 minggu, maksimal 5 kalis etahun. Penyumbangan darah lengkap dapat dilakukan minimal 48 jam setelah menjalani plasma tromboferesis. Jarak penyumbangan komponen darah trombosit minimal 1 bulan (jumlah trombosit ›150.000/ul), maksimal 6 kali setahun untuk laki-laki dan 4 kali untuk perempuan. • Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan resipien, calon donor juga harus memenuhi persyaratan berikut ini : - Kulit Donor : Kulit lengan didaerah tempat penyadapan harus sehat tanpa kelainan, tidak ada bekas tusukan jarum. - Riwayat tranfusi darah : Calon donor tidak boleh menyumbangkan darahnya dalam waktu 12 bulan setelah mendapatkan tranfusi darah. - Penyakit infeksi: Calon donor dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sifilis, hepatitis B, hepatitis C, HIV yang menunjukkan hasil positif tidak boleh menyumbangkan darahnya : 3 tahun setelah bebas dari gejala malaria,3 tahun setelah keluar dari daerah endemis malaria (jika yang bersangkutan tinggal didaerah endemis tersebut 5 tahun berturut-turut), 12 tahun setelah berkunjung ke daerah endemis malaria, 6 bulan setelah sembuh dari penyakit typhoid/typhus - Riwayat imunisasi dan vaksinasi : Calon donor dapat menyumbangkan darahnya 8 minggu setelah imunisasi dan vaksinasi. - Riwayat operasi : calon donor dapat menyumbangkan darahnya 5 hari setelah pencabutan, 6 bulan setelah menjalani operasi, 12 bulan setelah menjalani operasi besar. - Riwayat pengobatan: calon donor dapat menyumbangkan darahnya : 3 hari setelah meminum obat-obatan yang mengandung aspirin dan piroxicam, 12 bulan setelah dinyatakan sembuh terhadap penyakit sifilis dan gonorrhoe. - Obat-obatan narkotik dan alkohol: pecandu narkotik dan pecandu alcohol tidak boleh menyumbang selamanya. 7 - Tato, tindik dan tusuk jarum : calon donor dapat menyumbangkan darahnya12 bulan setelah ditato, ditindik dan ditusuk jarum (UTD PMI Pusat, 2007). Gambar 1. Alur pemeriksaan donor darah 8 Gambar 2. Alur pemeriksaan donor darah 9 Gambar 3. Alur pemeriksaan HB dan golongan darah 2.2.2 Penyadapan darah/ aftaf Pengambilan darah donor dilakukan pada donor yang telah lolos seleksi. Instruktur kerja pengambilan darah donor : 1. Mempersilahkan donor mencuci lengan. 2. Mempersilahkan donor tidur ditempat yang sudah disediakan dengan posisi terlentang. 3. Menempatkan tangan donor lurus disamping dan posisi menghadap keatas. 4. Memasang tensi meter dengan posisi slang/pipa tensi meter diatas. 5. Identifikasi kantong darah dan tabung sample darah sesuai dengan formulir donor darah yaitu: nomor kantong, golongan darah, tanggal pengambilan,tanggal kadaluarsa, nama pengambil darah, jam pengampilan untuk komponendarah. 6. Naikkan tensimeter sampai batas antara systole dan diastole, raba dan tentukanletak vena dimana akan dilakukan penusukan, turunkan tensimeter. Ambilkapas betadine menggunakan pinset, kemudian pakai yang akan ditusuk darisatu titik ditengah, dengan gerakan melingkar dari arah dalam keluar 1 kali. Hindarkan arah berlawanan karena dapat membawa kotoran ke lokasi penusukan vena. Ambil kapas alkohol 70%, lakukan desinfeksi vena dengancara yang sama 3-4 kali 7. Buatlah simpul longgar pada slang kantong darah ± 15 cm dari arah jarum. 8. Tempatkan kantong darah diatas timbangan darah. 9. Naikkan tensimeter kembali sampai batas sistole dan diastole. 10. Lakukan penusukan vena dengan cara :1) Buka tutup jarum, posisi lobang jarum disebelah atas.2)Tekan secara pelan lengan donor dibawah lokasi penusukan dengan tangan kiri.3) Tusukan jarum 1 atau 2 cm dari vena, dorong sampai berada ditengah vena.Jangan sampai menembus sisi vena yang lain. Bisa terjadi hematome padalengan donor. 4)Aturlah posisi jarum searah dengan vena setelah darah keluar.5)Turunkan tensimeter antara 40 mmHg –50 mmHg 11. Lakukan fiksasi slang dilengan donor dengan menggunakan meditape di 2 tempat agar kedudukan jarum tidak berubah. 12. Kocoklah darah secara perlahan dan sesering mungkin agar darah tercampur sempurna dengan antikoagulan. 10 13. Apabila volume darah sudah penuh, jepitlah slang dengan klem A ± 5 cm dari arah jarum. 14. Serut selang kantong darah dari klem A kearah kantong darah dengan menggunakan hand sealer sepanjang ± 5 cm, kemudian jepit slang kantong darah dengan klem B ±2 cm dari klem A. 15. 15.Potong slang diantara klem A dengan klem B, kemudian kencangkan simpul pada slang. 16. Tempatkan tabung diujung potongan slang, buka klem A dan isilah tabungtersebut dengan darah vena donor langsung dari slang yang masih ada ditangan donor tersebut. 17. Tutup klem A. 18. Turunkan tensimeter sampai batas nol. 19. Letakkan kapas alkohol 70% diatas lokasi tusukan dengan sedikit ditekan,kemudian cabutlah jarum dari tubuh donor secara perlahan. 20. Minta donor menekan bekas tusukan pada vena dengan kapas alkohol 70% tadi dan mengangkat tangan keatas. Serut slang dengan hand sealer hingga darah masuk kekantong darah, kocok perlahan agar tercampur sempurna, lepaskan hand sealer hingga slang darah dapat terisi kembali dengan darah yang telah tercampur antikoagulan.Ulangi2-3 kali, rapikan slang. 21. Cocokkan nomor sample dengan nomor kantong dan nomor pada formulir. Simpan darah dalam blood bank pada suhu 4˚C ± 2˚C atau biarkan disuhu kamar bila darah tersebut diperuntukkan untuk komponen trombosit. 22. Periksa luka tusukan pada vena donor, bila tidak ada perdarahan, tutup dengantensoplast. Amati ± 1 menit. 23. .Persilahkan donor keruang istirahat bila tidak ada keluhan dari donor (UTDPMI Pusat, 2007). 2.2.3 Proses Skrining darah Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui transfusi darah, diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor risiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada sedapat mungkin bebas dari penyebab 11 infeksi dengan cara melacaknya sebelum darahtersebut ditransfusikan. Untuk skrining donor darah yang aman maka pemeriksaan harus dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit darah). Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal ini meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Metode tes dapat menggunakan uji cepat khusus (rapid test), automated test maupun ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Laboratorium yang menguji 135 donasi per minggu sebaiknya menggunakan rapid test. Laboratorium yang menguji 35-60 donasi per minggu sebaiknya menggunakan metoda uji aglutinasi partikel dan yang menguji lebih dari 60 donasi per minggu sebaiknya menggunakan EIA. Metode yang umum digunakan di UTD cabang adalah rapid test (Depkes RI, 2001). Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu disadari data yang berkaitan dengan sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian. Sensitivitas adalah suatu kemungkinan adanya hasil tes yang akan menjadi reaktif pada seorang individu yang terinfeksi, oleh karena itu sensitivitas pada suatu pengujian adalah kemampuannya untuk melacak sampel positif yang selemah mungkin. Spesifisitas adalah suatu kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan menjadi non-reaktif pada seorang individu yang tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas suatu pengujian adalah kemampuannya untuk melacak hasil positif non-spesifik atau palsu (Depkes RI, 2001). Ada dua metode yang digunkan dalam skring darah donor , yaitu metode elisa dan rapid test. a. metode ELISA ELISA adalah suatu metoda immunokimia yang berdasarkan reaksi spesifik antara antigen dengan antibodi yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan menggunakan enzim sebagai indikatornya. Dengan memiliki satu dari komponen tersebut (antigen atau antibodi) yang dilabel dengan enzim dan diikatkan dengan pendukung immunosorbent, maka akan terbentuk antigen-antibodi kompleks. Pada metoda ELISA dengan antigen kompetitif, antibodi dilapiskan pada immunosorbent (substrat padat). Kemudian antigen sampel dan antigen yang berlabel enzim dimasukan kedalam immunosorbent sehingga terjadi kompetisi antara antigen sampel dengan antigen berlabel enzim untuk berikatan dengan antibodi dan terbentuk kompleks antibodi-antigen. Dengan tambahan substrat yang spesifik terhadap kerja enzim, akan dihasilkan reaksi yang 12 menghasilkan warna. Hasil warna tersebut dapat dilihat secara visual atau diukur dengan menggunakan kolorimeter atau spektrofotometer. Ciri utama metoda ini adalah menggunakan suatu indikator enzim untuk reaksi immunologi (Burgess, 1995). b. metode rapid test Rapid test merupakan uji kromatografi immunoassay dengan menggunakan metode “direct sandwich”. Prinsip dasar rapid test adalah pengikatan antigen oleh antibodi monoklonal yang spesifik. Salah satu jenis rapid tes yang banyak digunakan adalah alat diagnostik berupa stik uji untuk mendeteksi keberadaan antigen atau pun antibody dalam sampel berupa darah, plasma atau serum. Stik uji ini mirip dengan stik kehamilan yang menggunakan prinsip imunokromatografi yang telah banyak digunakan dan beredar di masyarakat. Secara umum metode Imunokromatografi untuk mendeteksi sebuah spesimen dengan menggunakan dua antibodi. Antibodi pertama berada dalam larutan uji atau sebagian terdapat pada membran berpori dari alat uji. Antibodi ini dilabeli dengan lateks partikel atau partikel koloid emas (antibody berlabel). Keberadaan antigen akan dikenali oleh antibody berlabel dengan membentuk ikatan antigen-antibodi . komplek ikatan ini kemudian akan mengalir karena adanya kapilaritas menuju penyerap, yang terbuat dari kertas penyaring. Selama aliran, kompleks ini akan dideteksi dan diikat oleh antibody kedua yang terdapat pada membran berpori, sehingga terdapat komplek pada daerah deteksi pada membran yang menunjukkan hasil uji. Immunochromatography test (ICT) merupakan uji imunokromatografi yang dapat mendeteksi antigen yang terdapat pada serum atau plasma. Prinsip dasarnya adalah adanya pengikatan antara antigen dengan antibody pada daerah test line, selanjutnya antibody akan berikatan dengan colloidal gold-labeled conjugate. Komplek yang terbentuk akan bergerak pada membran nitroselulosa. Deteksi antigen dengan menggunakan metode ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode yang lain seperti ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay), RIA-IRMA dan lain-lain. Kelebihan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk pengujian relatif singkat sekitar 2-10 menit dan hasil uji dapat dilihat secara langsung. Pengujian dengan metode ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang karena tidak memerlukan ketrampilan khusus seperti halnya dalam uji ELISA. 13 Selain itu, metode ini dapat dijadikan sebagai pemeriksaan awal (screening test) untuk uji kualitatif dan dapat dikerjakan langsung di lapangan karena merupakan alat uji yang sederhana. Walaupun, metode ini lebih sederhana dan mudah dibandingkan metode lainnya, akan tetapi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap antigen. Gambar 4. Hasil pemeriksaan Rapid Test Gambar 5. Alur pemeriksaan donor darah hingga distribusi 14 BAB III LAPORAN KEGIATAN 1. Seleksi Donor a. Pendonor mengisi formulir donor yang telah disediakan seperti dibawah ini : 15 Gambar 6. form tampak depan 16 Gambar 7. form tampak belakang b. anamese dan pemeriksaan fisik 1. pengisian formulir Donor Darah Gambar 8. Mengisi form donor 17 2. Penimbangan Berat Badan Gambar 9. Pengukuran Berat Badan Berat Badan : 70 kg 3. Mengukur Vital Sign Gambar 10. pengukuran tensi dan nadi Tekanan Darah : 130/90 mmHg Nadi : 82x/ Menit 18 c. melakukan tes golongan darah dan HB Gambar 11. tes golongan darah Pemeriksaan golongan darah PMI cabang mataram dilakukan dengan metode slide Alat dan bahan berupa : objek glass, blood lancet, pen lancet, kapiler tube, alcohol 70% , tes anti sera A, test anti sera B, tes anti sera O dan rhesus. Cara kerja : • ambil sumur slide yang bersih • desinfeksi ujung jari donor dengan kapas alcohol • tusuk dengan blod lancet • ambil darah dengan kapiler tube, teteskan satu tetes donor pada objek glass di tiga tempat. • teteskan anti-A, anti B dan rhesus masing-masing satu tetes di atas darah tadi 19 Gambar 12. tes golongan darah Gambar 13. Hasil pemeriksaan HB dan Golongan darah HB :13,1 g/dL Golongan Darah : B + 2. Penyadapan / aktaf Setelah pasien dinyatakan lolos sleksi , dilakukan penyadapan darah Alat dan bahan : kantong darah, kapas alcohol, plester, tang, tabung skrinng, betadine, alat untuk mencampur darah. Hasil : setelah dilakukan proses penyadapan didapatkan 1 kantong darah berisi 350 cc 20 3. tes skrining a. pemeriksaan HIV dengan metode rapid tes Gambar 14. Form pemerikasaan HIV pembacaan hasil : a. rekatif : terdapat 2 garis merah yaitu pada control dan garis pasien b. nonrekatif : terdapat 1 garis merah pada control c. invalid : tidak ada garis merah, baik pada control maupun pasien Gambar 15. Hasil pemeriksaan HIV dengan metode rapid lembar kerja HIV no lot : HIV 3070031 Tgl EXP : 03 – 2015 21 Tanggal No aftaf Urut 09/10/2013 1 Asal No aktaf dan Gol validasi Hasil sample UDD no kantong 303- valid darah O NR 40GX3936 A Tabel 1. Form lembar kerja pemeriksaan HIV b. pemeriksaan HBsAg Gambar 16. Form pemeriksaan Hepatitis 22 Gambar 17. Hasil pemeriksaan Hepatitis dengan metode rapid Tanggal No Asal No aktaf dan Gol aftaf Urut Sample no kantong darah UDD 303- O 09/10/2013 1 validasi Hasil valid NR 40GX3936 A Table 2. Form Lembar kerja hepatitis c. pemeriksaan sifilis 23 Gambar 18. Form pemeriksaan Sifilis Gambar 19. Hasil pemeriksaan Sifilis Tanggal No Asal No aktaf dan Gol aftaf urut Sample no kantong darah UDD 303- O 09/10/2013 1 Validasi Hasil Valid NR 40GX3936 A Tabel 3. Form lembar kerja sifilis d. pemeriksaan HCV 24 Gambar 20. Form pemeriksaan HCV Gambar 21. Hasil pemeriksaan HCV Lembar kerja Tanggal No Asal No aktaf dan Gol aftaf urut Sample no kantong Darah UDD 303- O 09/10/2013 1 validasi hasil Valid NR 40GX3936 A Tabel 4. Lembar kerja HCV Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan IMLTD berupa tes rapid HIV, HCV, HBsAg dan syphilis didapatkan hasil non reaktif, maka dengan hasil tersebut darah dari donor dapat ditranfusikan kepada resipient yang membutuhkan. Darah sebelum ditranfusikan pada resepient dilakukan uji comb atau uji silang serasi untuk menghindari terjadinya reaksi aglutinasi antara darah donor dan resipient. Selain itu darah dapat di proses menjadi berbagai komponen darah seperti PRC, FFC, TC dan PRP atau dibiarkan dalam bentuk whole blood yang kemudian diberikan sesuai dengan indikasi atau kebutuhan pasien. Apabila ditemukan hasil reaktif dari salah satu 25 atau lebih maka darah donor tidak boleh ditranfusikan dan harus dimusnahkan dengan prosedur yang telah di tetap BAB IV KESIMPULAN Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat sehingga pelayanan transfusi darah aman harus memenuhi beberapa prinsip yaitu: a. Darah berasal dari donor sukarela, sehat dan memenuhi kriteria sebagai donor darah resiko rendah (low risk donor) terhadap tertular penyakit infeksi menular lewat transfusi darah. b. Seluruh proses pengamanan, pengolahan dan peynimpanan serta kualitas bahan habis pakai sesuai standar. c. Pemakaian secara rasional, indikasi dan pemilihan komponen berdasarkan analisa medis yang tepat. 26 DAFTAR PUSTAKA http://id.scribd.com/doc/72069553/BDRS http://id.scribd.com/doc/56309178/Review-Bank-Darah-Rumah-Sakit http://www.docstoc.com/docs/51596719/pedoman-Pengelolaan-BDRS http://www.docstoc.com/docs/36670591/Pedoman-Pengelolaan-bank-darah-rumahsakit-(BDRS) http://www.docstoc.com/docs/51596847/Pedoman-Binwas-Transfusi-Dinkes---DOC http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/rpp-pelayanan-darah.pdf 27