ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F UMUR 13

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F
UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG
ATAS INDIKASI INFEKSI PARU-PARU
DI BPM ANDANG DAMAYANTI
MASARAN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
PUJI LESTARI
NIM B12 093
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F
UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG
DI BPM ANDANG DAMAYANTI
MASARAN SRAGEN
Diajukan oleh :
PUJI LESTARI
NIM B12 093
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal……………..
Pembimbing
ANIS NURHIDAYATI, S.ST., M.Kes
NIK 200685025
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F
UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG
DI BPM ANDANG DAMAYANTI
MASARAN SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
PUJI LESTARI
NIM B12 093
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program DIII Kebidanan
Pada tanggal ………….
PENGUJI I
PENGUJI II
Yunia Renny Andhikatias, S.ST
Anis Nurhidayati, S.ST., M.Kes
NIK 201188092
NIK 200685025
Tugas Akhir ini Telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An F umur 13
Bulan dengan Gizi Kurang Di BPM Andhang Damayanti Masaran Sragen tahun
2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Anis Nurhidayati, S.ST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Bidan Andang Damayanti Masaran Sragen yang telah bersedia memberikan
ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
iv
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. An.F dan sekeluarga, selaku responden yang telah bersedia memberikan izin
kepada penulis sebagai subjek dalam Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Desember 2014
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
PUJI LESTARI
B12 093
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F
UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG
DI BPM ANDANG DAMAYANTI
MASARAN SRAGEN
Xii + 79 halaman + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Angka Kematian Balita (AKB) di Indonesia tahun 2012 adalah
32 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian Balita disebabkan karena penyakit febris,
diare, pneumonia dan penyakit infeksi menular, penyebab dasarnya adalah gizi
kurang. Gizi kurang merupakan suatu keadaan berat badan anak kurang dari 90 %
indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS
yang disebabkan karena kurangnya zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein
disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Berdasarkan Riskesda (2013),
balita gizi kurang di Indonesia sebnyak 13,9 %. Angka kejadian Balita dengan
Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen tahun 2014 sejumlah 21
orang.
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit An.F umur 13 bulan
dengan gizi kurang menurut manajemen kebidanan tujuh langkah varney.
Metode Penelitian : Jenis studi yang digunakan adalah studi kasus dengan
metode deskriptif. Subyek studi kasus adalah Balita Sakit An.F umur 13 bulan
dengan Gizi kurang. Lokasi studi kasus di BPM Andang Damayanti Masaran
Sragen. Waktu studi kasus adalah tanggal 17 Maret – 18 April 2015. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
Hasil Penelitian : Asuhan kebidanan yang diberikan pada An.F umur 13 bulan
dengan gizi kurang berupa pemberian nutrisi yang seimbang, pemberian makanan
yang lunak, menjaga suhu tubuh, menjaga rasa aman, dan anjuran untuk anak
banyak istirahat. Setelah dilakukan asuhan selama 4 minggu didapatkan hasil
keadaan baik, conjungtiva merah muda dan berat badan anak mengalami kenaikan
dari 5 kg naik menjadi 5,5 kg.
Kesimpulan : Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek. Pada pemeriksaan tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
dikarenakan anak sudah diperiksa darah dan serum protein pada waktu di rumah
sakit.
Kata Kunci
: Asuhan Kebidanan, Balita, Gizi kurang
Kepustakaan : 15 literatur ( 2007 s/d 2012 )
vi
MOTTO
·
Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
(QS. Al-Insyiroh : 6)
·
Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai citacita, berusaha terus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar
biasa (Prof. Dr. Buya Hamka)
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
1. Bapak & Ibu tercinta terimakasih atas doa restu, kasih sayang, supportnya
selama ini dan mengorbankan tetes keringatnya hanya untuk bagaimana anakanaknya bahagia tanpa memikirkan lelah serta kakak dan adikku yang selalu
memberikan semangat yang tak pernah berhenti.
2. Sahabatku (Dhea Vini Anggreani) yang tak pernah lupa mengingatkan segala
hal yang baik, yang memberi semangat yang tak pernah berhenti. Terimakasih
sayang.
3. Semua teman-temanku kelas 3B dan khususnya Agustina puspita ratri, Siti
muzayana terimakasih banyak kalian selama 3 tahun ini dan semoga kita
sukses dan selalu bersama.
4. Dosen pembimbing, dosen penguji, serta semua dosen STIKes Kusuma
Husada terimakasih atas bimbingannya.
5. Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
: PUJI LESTARI
Tempat / Tanggal lahir
: Sragen, 13 Februari 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Ngeluk RT 005/002 Kedungupit Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SDN 3 Kedungupit
LULUS TAHUN 2006
2. MTs Negeri 1 Sragen
LULUS TAHUN 2009
3. MA Negeri 1 Sragen
LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan
2012/2013
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
INTISARI ....................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
vii
CURICULUM VITAE ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................
3
D. Manfaat Penulisan .................................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus ....................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ...........................................................................
7
1. Balita ..............................................................................
7
2. Gizi Kurang ....................................................................
17
B. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney .....................
21
C. Landasan Hukum ...................................................................
40
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ..............................................................................
ix
43
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................
43
C. Subjek Studi Kasus ................................................................
43
D. Waktu Studi Kasus ................................................................
43
E. Instrumen Studi Kasus ...........................................................
44
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
44
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ....................................................
47
H. Jadwal penelitian ...................................................................
48
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Tinjauan Kasus ......................................................................
49
B. Pembahasan ...........................................................................
69
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
77
B. Saran ......................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
halaman
Gambar 2.1
................................................................................................ 12
Gambar 2.2
................................................................................................ 13
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Surat Permohonan Responden
Lampiran 7.
Surat Persetujuan Responden
Lampiran 8.
Format Asuhan Kebidanan pada Balita
Lampiran 9.
Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
Lampiran 13. Lembar dokumentasi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan utama Negara Indonesia adalah tingginya angka
kesakitan dan kematian pada balita. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Balita (AKB) adalah 32 per 1.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Kematian Balita disebabkan karena
penyakit febris, diare, pneumonia, dan penyakit infeksi menular, penyebab
dasarnya adalah gizi (Notoatmodjo, 2011).
Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia saat ini merupakan
masalah gizi ganda yaitu masalah kurang gizi dan kelebihan gizi. Gizi kurang
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia
maupun di banyak Negara berkembang lainnya. Gizi kurang merupakan suatu
keadaan berat badan anak kurang dari 90% indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS yang disebabkan oleh kurangnya
zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang
tidak seimbang (Fatimah, 2008).
Berdasarkan Riskesda (2013), balita gizi kurang di Indonesia sebanyak
13,9%, sedangkan di Jawa Tengah sebanyak 12,4%. Jumlah tersebut
meningkat, melihat pada tahun 2012 angka kejadian balita gizi kurang
sebanyak 4,8%. Dari tahun ke tahun, lebih dari 30% anak balita di dunia
memiliki berat badan di Bawah Garis Merah (BGM). Upaya perbaikan
1
2
kesehatan akan ditingkatkan melalui pemberantasan penyakit menular,
kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi protein
dalam makanan sehari-harinya atau mengalami suatu penyakit tertentu. Tanda
gejala gizi kurang adalah badan nampak kurus. Dampak dari kekurangan zatzat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap
penyakit infeksi, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Dalam keadaan gizi
yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi
kekebalan
tubuh
akan
menurun
yang
berarti
kemampuan
untuk
memperhatikan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun (Notoatmodjo,
2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 November 2014 di
BPM Andang Damayanti Masaran Sragen pada bulan Januari – September
2014 diperoleh data Balita sakit sejumlah 356 balita. Balita sakit febris
sebanyak 151 orang (42,42%), balita sakit influenza sebanyak 66 orang
(18,54%), balita sakit diare sebanyak 59 orang (16,57%), balita sakit ISPA
ada 50 orang (14,04%), balita sakit dengan gizi kurang sebanyak 21 orang
(5,90%), dan balita stomatitis sebanyak 9 orang (2,53%).
Berdasarkan latar belakang di atas, angka kejadian balita dengan gizi
kurang sebanyak 21 orang (5,90%) dan dampak yang ditimbulkan pada balita
3
gizi
kurang
dapat
mengakibatkan
terganggunya
pertumbuhan
dan
perkembangan serta balita akan lebih rentan terhadap penyakit sampai terjadi
kematian, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Balita Sakit pada An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang
Damayanti Masaran Sragen dengan menggunakan manajemen Asuhan
kebidanan menurut Varney.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.F
dengan Gizi kurang dengan menggunakan manajemen Asuhan kebidanan
menurut Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan Balita Sakit Pada An.F
Dengan Gizi Kurang Di BPM Andhang Damayanti Masaran Sragen pada
balita dengan Gizi kurang dengan menggunakan manajemen asuhan
kebidanan menurut Hellen Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian data pada Balita sakit An.F dengan Gizi
kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
4
2) Menginterprestasikan data yang meliputi diganosa, masalah,
kebutuhan pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM
Andang Damayanti Masaran Sragen.
3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada Balita sakit
An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran
Sragen.
4) Menentukan tindakan segera pada Balita sakit An.F dengan Gizi
kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F
dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F
dengan Gizi kurang sesuai pelayanan secara efisien dan aman di
BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F
dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
b. Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan
termasuk faktor pendukung dan penghambat pada balita sakit An.F
dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
5
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Diri sendiri
Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi
pendidikan dan melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada balita
sakit dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat
dan komprehensif terutama balita sakit dengan Gizi kurang.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada kasus balita sakit
dengan Gizi kurang.
4. Bagi instansi Bidan Praktik Mandiri
Meningkatkan kualitas pemberian pelayanan Asuhan
Kebidanan pada
Balita Bakit dengan Gizi kurang.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Studi kasus tentang asuhan kebidanan Asuhan Kebidanan Bayi Balita
Sakit pada An.F Umur 13 bulan dengan Gizi Kurang di BPM Andang
Damayanti pernah dilakukan oleh Shofia Maharani Khoirunnisa (2014),
dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Sakit pada By.S umur 6 bulan dengan
gizi kurang di Puskesmas Sibela”. Jenis penelitian yang digunakan dalam
proposal ini adalah metode observasional deskriptif. Asuhan ini dilakukan
pada tanggal 1 April 2014. Asuhan yang diberikan adalah menganjurkan
6
makan untuk anak sehat maupun sakit dan kunjungan ulang, memberikan
terapi pemberian makanan, melakukan penilaian pemberian makanan,
menganjurkan untuk menimbang berat badan, menganjurkan untuk
memberikan makanan pendamping ASI (M-PASI) yaitu bubur susu, pisang,
papaya lumat halus,air jeruk dan tomat, memberikan informasi pada ibu jika
makanan yang baik itu tidak mengandung penyedap apapun, aneka rasa yang
tajam, menganjurkan
ibu untuk menjaga
kebersihan anaknya dan
memandikan 2x/sehari yaitu pagi dan sore, mengganti baju jika kotor dan
basah. Setelah dilakukan asuhan selama 14 hari dari tanggal 1 April - 15
April 2014 didapatkan hasil berat badan bayi meningkat dari 5,6 kg menjadi
5,8 kg.
Perbedaan keaslian diatas dengan studi kasus yang dibuat oleh penulis
yaitu lokasi, waktu, asuhan dan hasilnya yaitu pada balita sakit An.F umur 13
bulan dengan gizi kurang diberikan asuhan selama 4 minggu didapatkan hasil
berat badan meningkat dari 5 kg menjadi 5,5 kg. Sedangkan persamaan
dengan studi kasus ini terletak pada judul yaitu balita sakit dengan gizi
kurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian
Balita adalah masa anak bawah lima tahun atau balita periode usia
manusia setelah bayi sebelum anak, rentang usia balita dimulai dari
satu sampai dengan lima tahun (Nursalam, 2005).
b. Pertumbuhan dan perkembangan
1) Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
a) Panjang Badan
Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator
yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting)
dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti
nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2005).
7
8
b) Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat
mempengaruhi berat badan seperti terdapat oedema dan
hidrosefalus.
Perubahan
berat
badan
(berkurang
atau
bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan
petunjuk adanya masalah nutrisi akut (Iskandar, 2009).
c) Lingkar kepala
Pengukuran
lingkar
kepala
dilakukan
untuk
menjaring
kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak lingkaran kepala dipengaruhi oleh status gizi
pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang, 2009).
2) Tahapan perkembangan balita menurut Depkes RI (2005)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat dipakai sebagai hasil proses kematangan.
a) Umur 12-18 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
2) Membungkuk
memungut
mainan
kembali.
3) Berjalan mundur lima langkah.
kemudian
berdiri
9
4) Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu
dengan kata “mama”.
5) Menumpuk dua kubus.
6) Memasukkan kubus di kotak.
7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek,
anak
bisa
mengeluarkan
suara
yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu.
b) Umur 18-24 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai.
4) Menumpuk 4 buah kubus.
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
c) Umur 24-36 bulan
1) Jalan naik tangga sendiri.
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
3) Mencoret-coret pensil pada kertas.
4) Bicara dengan baik menggunakan dua kata.
5) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di
minta.
6) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
10
d) Umur 36-48 bulan
1) Berdiri satu kaki dua detik.
2) Melompat kedua kaki di angkat.
3) Mengayuh sepeda roda tiga.
4) Mengggambar garis lurus.
5) Menumpuk 8 buah kubus.
6) Mengenal 2-4 warna.
e) Umur 48-60 bulan
1) Berdiri 1 kaki 6 detik.
2) Melompat-lompat 1 kaki.
3) Menari
4) Menggambar tanda silang.
5) Menggambar lingkaran.
6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
c. Status Gizi Balita
Menurut Marmi (2012), status gizi adalah suatu keadaan tubuh
yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel
pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan,
lingkar
kepala,
lingkar
lengan,
dan
panjang
tungkai.
Jika
keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi protein
lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi kurang
11
akibat kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan
timbul masalah yang dikenal dengan gizi kurang.
d. Ukuran Antropometri
Menurut Waryana (2010), parameter antropometri merupakan
dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter
disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum
digunakan antara lain :
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah diukur dan diulang, dan merupakan indeks untuk
status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat mempengaruhi
berat badan seperti terdapatnya edema, organomegali, hidrosefalus,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat stabil. Pada indeks berat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indikator berat
badan menurut umur dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi.
Apabila berat badan menurut umur normal, digolongkan pada
status gizi baik. Berat badan menurut umur rendah dapat berarti
berstatus gizi kurang atau gizi buruk. Sedang berat badan menurut
tinggi badan dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Berat badan
menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase :
a)
>120%
: disebut gizi lebih
12
b)
80-120%
: disebut gizi baik
c)
60-80%
: disebut gizi kurang
d)
<60%
: gizi buruk
Perubahan Berat badan perlu mendapat perhatian, karena
merupakan
petunjuk
adanya
masalah
gizi
akut.
Cara
perhitungannya adalah sebagai berikut :
BB/U (%) = (BB saat ini : BB semula) x 100%
Gambar 2.1 pertumbuhan fisis anak perempuan 0-36 bulan
menurut persentil WHO-NCHS.
13
Gambar 2.2 pertumbuhan fisis anak laki-laki 0-36 bulan
menurut persentil WHO-NCHS.
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan relatif kurang
sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh
kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator Tinggi badan
menurut umur menggambarkan status gizi masa lampau. Untuk
14
pengukuran tinggi badan juga diperlukan informasi umur yang
tepat, jenis kelamin, dan baku yang diacu. Tinggi badan menurut
umur yang dinyatakan dalam prosentase adalah :
a) 90-110% : baik / normal
b) 70-89%
: tinggi kurang
c) <70%
: tinggi sangat kurang
3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Pengukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan
indikator berat badan menurut tinggi badan. Berat badan memiliki
hubungan yang linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan
normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan
tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat
badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badan. Oleh
karena itu indikator berat badan menurut tinggi badan merupakan
indikator yang independen terhadap umur. Penilaian BB/TB
berdasarkan prosentase :
a) > 120%
: obesitas
b) 110-120% : overweight
c) 90-110% : normal
d) 70-90%
: gizi kurang
e) <70%
: gizi buruk
15
Cara penghitungannya adalah sebagai berikut :
BB/TB (%) = (BB terukur saat itu : BB standar sesuai untuk
TB terukur) x 100%
4) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang
sangat sederhana dan labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh
karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat
ini. Penilaian lingkar lengan atas berdasarkan prosentase :
a) 80-95%
: gizi baik
b) 70-85%
: gizi kurang
c) <70%
: gizi buruk
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut Waryana (2010), faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu
1) Penyebab langsung
Penyebab langsung
mungkin
diderita
yaitu makanan anak dan infeksi yang
anak. Penyebab
disebabkan oleh makanan
yang
gizi
anak
tidak hanya
kurang tetapi juga karena
penyakit anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena
sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Dengan
demikian anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan
tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.
16
2) Penyebab tak langsung
Penyebab tak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola
pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya.
f. Penyakit yang biasanya di derita oleh balita
Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita (Swasanti,
2013) :
1) Kejang Demam
Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita.
Kejang demam terjadi ketika anak mengalami peningkatan suhu
tubuh hingga melewati ambang batas. Kejang demam pada
dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi
kejang
yang
berkepanjangan
dan
berulang-ulang
dapat
menyebabkan gangguan serius pada otak anak hingga anak
mengalami kecacatan mental.
2) Diare
Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling
tidak terjadi 3 kali dalam sehari serta tinja cair. Diare sering terjadi
pada anak. Diare pada dasarnya disebabkan oleh kegagalan atau
adanya gangguan penyerapan sejumlah besar kandungan air pada
usus besar.
17
3) Gizi kurang
Gizi kurang pada balita biasanya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya asupan nutrisi, kurangnya persediaan pangan, sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi dan kesehatan.
2. Gizi Kurang
a. Pengertian
Gizi kurang adalah keadaan tubuh yang mengalami kekurangan
satu atau lebih zat –zat gizi yang penting (Almatsier, 2011). Kurang
energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu.
b. Etiologi
Menurut Suyadi (2009), penyebab langsung dari gizi kurang adalah
defisiensi kekurangan kalori maupun zat gizi yang diperlukan tubuh
dengan berbagai gejala-gejala dan infeksi yang mungkin
anak. Penyebab tidak langsung gizi kurang sangat banyak,
diderita
salah
satunya pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan.
18
c. Gejala klinis
Menurut Depkes RI (2008), gejala klinis balita gizi kurang sebagai
berikut :
1. Edema.
2. Luka pada kulit.
3. Kulit mengkerut.
4. Badan sangat kurus.
d. Faktor Resiko Gizi Kurang
Menurut Sodikin (2012), faktor resiko balita gizi kurang adalah :
1) Asupan makanan yang kurang.
2) Status sosial ekonomi yang rendah.
3) Pendidikan ibu yang rendah.
4) Penyakit bawaan saat lahir.
5) Kurangnya pengetahuan ibu terhadap nutrisi balita.
6) Berat badan lahir rendah.
7) Kelengkapan imunisasi.
8) Pemberian nutrisi atau asupan makanan yang kurang tepat.
e. Patofisiologi
Menurut Supariasa (2013), proses terjadinya penyakit gizi karena
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi.
Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
19
terjadi kemrosotan jaringan. Pada saat ini manusia sudah dapat
dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan
berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan
biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah, berupa : rendahnya
tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi
meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan
privat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama,
maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf
yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.
Keadaan ini akan berkembang yang di ikuti oleh tanda-tanda klasik
dari kekurangan gizi seperti edema, luka kulit, kulit mengkerut, dan
berat badan kurus.
f. Pencegahan
Menurut Marmi (2012), adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air
besar dan buang air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan.
2) Makan makanan yang bersih dan higienis.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang bersih.
5) Makan secara teratur dan tepat waktu.
6) Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat, protein
dan vitamin.
20
7) Menimbang berat badan setiap bulan
g. Penanganan Balita Gizi Kurang
Penanganan gizi kurang menurut Depkes RI (2008), adalah sebagai
berikut :
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan
a) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi
protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas.
b) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah
terlalu lama. Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk
dihaluskan.
c) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan
cairan glukosa dan NaCL.
d) Observasi.
2)
Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
mencukupi.
b) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis,
atau apa yang disukai anak).
3) Gangguan rasa aman
a) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali
sehari.
b) Mengganti pakaian jika kotor.
c) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
21
d) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.
4) Resiko terjadi komplikasi
a) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian
terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik,
pemberian vitamin A.
b) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata
tanpa kortikosteroid.
c) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.
5) Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup
karena dengan istirahat bisa untuk menstabilkan berat badan. Jika
mengalami demam maka harus istirahat total untuk menurunkan
demam.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien (Varney, 2007).
22
2. Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh)
langkah:
a. LANGKAH I : PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan
data objektif serta data penunjang (Varney, 2007).
1)
Biodata atau identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Menurut Matondang (2009), Identitas terdiri dari :
a) Nama balita
: Diperlukan untuk memastikan bahwa
yang diperiksa benar-benar anak yang
dimaksud, Nama harus jelas dan
lengkap serta disertai nama panggilan
akrabnya (Matondang, 2009).
b)
Umur
: Dikaji untuk mengingat periode anak
yang mempunyai kekhasannya sendiri
dalam morbiditas dan mortalitas. Usia
anak
juga
diperlukan
menginterpretasikan
apakah
pemeriksaan
anak
klinis
untuk
data
tersebut
23
normal
sesuai
umurnya
(Matondang, 2009).
c) Jenis Kelamin
: Dikaji untuk membedakan dengan
balita lain (Matondang, 2009).
d) Anak ke
: Dikaji
untuk
mengetahui
jumlah
keluarga pasien (Matondang, 2009).
e) Nama orang tua
: Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar
tidak
banyak
nama
yang
sama
(Matondang, 2009).
f) Umur orang tua
: Dikaji untuk mengetahui umur orang
tua (Nursalam, 2005).
g) Agama
: Berguna untuk memberikan motivasi
pasien sesuai dengan agama yang
dianutnya (Varney, 2007).
h) Pendidikan
: Dikaji untuk mengetahui keakuratan
data yang diperolah serta dapat di
tentukan
pola
pendekatan
dalam
anamnesis. Tingkat pendidikan orang
tua juga berperan dalam pemeriksaan
penunjang dan penentuan tatalaksana
pasien selanjutnya (Matondang, 2009).
i) Alamat
: Untuk mengetahui dimana lingkungan
tempat
tinggalnya
atau
untuk
24
mengetahui ketetapan yang ditempati
(Matondang, 2009).
2)
Anamnesa (Data Subyektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2005).
a) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang
menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2009). Pada
kasus gizi kurang keluarga pasien mengeluh badan anaknya
tampak kurus (Supariasa, 2013).
b) Riwayat kesehatan, meliputi :
(1) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan khususnya imunisasi
BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis B. Hal-hal
tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status
perlindungan pediatrik yang diperoleh, juga membantu
diagnosis (Matondang, 2009).
(2) Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah
diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney,
2007). Hubungan antara gizi kurang dengan penyakit
tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh
sejumlah infeksi terhadap kurang gizi seperti infeksi
25
pencernaan
dapat
menyebabkan
diare,
HIV/AIDS,
tubercolusis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya
bisa menyebabkan anemia (Marmi, 2012).
(3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien saat
ini. Pada kasus ada beberapa hal yang harus diketahui
adalah : kapan berat badan mulai turun, kapan ada gejala
anoreksia atau nafsu makan menurun, kapan ada gejala
muntah, apakah ada mencret atau tidak, kalau ada kapan
mulai terjadi (Supariasa, 2013).
(4) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat
penyakit hipertensi, stroke, TBC, hepatitis, jantung dan
lain-lain (Varney, 2007).
c) Riwayat sosial
(1) Siapa yang mengasuh balita.
(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu dengan
ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain.
(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan rumah.
(4) Keadaan lingkungan rumah, bahwa harus diketahui
bagaimana keadaan lingkungan rumah serta kebersihan
itu menjamin kesehatan anak (Matondang, 2009).
26
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dalam segi
pola makan, personal hygiene, pola istirahat dan aktifitas
(Varney, 2007).
(1) Pola nutrisi yang diberikan untuk mengkaji pada makanan
balita yang frekuensi komposisi, kwantitas serta jenis dan
jumlah minumnya. Pada penderita gizi kurang asupan
makanan berkurang atau tidak ada nafsu makan
(Supariasa, 2013).
(2) Pola istirahat atau tidur
Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien
tidur malam, sehari apakah ada gangguan (Saifuddin,
2006). Pada pasien gizi kurang istirahat berkurang karena
anak sering rewel dan gelisah (Supariasa, 2013).
(3) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum
makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika
bermain ditanah (Mufdlilah, 2009).
(4) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB,
adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak (Varney,
2007).
27
3)
Pemeriksaan fisik (Data objektif)
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).
a) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai kondisi
pasien secara umum. Keadaan umum pada gizi kurang adalah
lemah (Alamsyah, 2012).
b) Kesadaran
Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai composmentis,
apatis, somnolen (Matondang, 2009).
(1)
Composmentis : Kesadaran penuh.
(2)
Apatis
: Keadaan dimana pasien terlihat
mengantuk tetapi mudah dibangunkan
dan reaksi penglihatan, pendengaran
serta perabaan normal.
(3)
Somnolen
: Kesadaran dapat dibangunkan bila
dirangsang
menjawab
dapat
disuruh
pertanyaan.
dan
Bila
rangsangan berhenti pasien tidur
lagi.
Pada balita gizi kurang terjadi gangguan kesadaran apatis
(Supariasa, 2013).
28
c) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu,
nadi, dan respirasi (Varney, 2007).
(1)
Denyut nadi
: menilai kecepatan irama, suara jantung
jelas
dan teratur. Denyut jantung
normal adalah 80-120 kali permenit
(Varney, 2007).
(2)
Pernafasan
: menilai sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam 1 menit. Respirasi minimal
40-60 kali permenit (Varney, 2007).
(3)
Suhu
: untuk mengetahui temperature kulit,
temperature kulit normal adalah 36,50C
(Varney, 2007).
d) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis meliputi :
(1) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta
bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala.
Pada balita gizi kurang rambut kurang bercahaya dan
mengalami kerontokan (Supariasa, 2013).
(a) Muka
: bagaimana
wajah
kulit
wajah
pucat/tidak. Pada balita gizi kurang
wajah menonjol keluar dan ada
29
keriput
pada
kulit
wajah
(Supariasa, 2013).
(b) Mata
: simetris / tidak. Periksa bagian sclera
dan conjungtiva apakah pucat atau
kuning. Pada balita gizi
kurang
conjungtiva pucat (Matondang, 2009).
(c) Telinga :
dikaji untuk mengetahui adanya kotoran
atau cairan dan bagaimana keadaan
tulang rawanyya (Priharjo, 2007).
(d) Hidung
: dikaji untuk mengetahui nafas dan
kotoran yang menyumbat jalan nafas
(Nursalam, 2005)
(e) Mulut
: dikaji untuk mengetahui dan menilai
ada tidaknya bibir sumbing, trismus
(kesukaran membuka mulut), serta
kelainan pada gusi, lidah dan gigi
(Nursalam, 2005).
(2) Leher
: adakah pembesaran kelenjar tiroid
(Matondang, 2009).
(3) Dada
: dikaji untuk mengetahui retraksi atau
tidak, simetris atau tidak (Priharjo,
2007).
30
(4) Perut
: dikaji untuk mengetahui kembung,
turgor baik sampai dengan buruk,
cubitan
kulit
kembali
lambat
(Matondang, 2007). Pada balita gizi
kurang perut cekung dan terjadi
pembesaran hati (Supariasa, 2013).
(5) Anogenital
: adakah varices pada alat genetalia.
apakah
anus
ada
haemoroid
(Saifuddin, 2006).
(6) Ekstermitas
: adakah oedema tanda sianosis, apakah
kuku melebihi jarai-jari (Varney,
2007).
e) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Varney (2007), pemeriksaan antropometri meliputi:
(1) Panjang Badan
: pengukuran
tinggi
badan
dapat
menggambarkan dengan keadaan
pertumbuhan
skeletal.
Dalam
keadaan normal, pertumbuhan tinggi
badan
dengan
akan
beriringan
bersama
pertambahan
umur.
Pertumbuhan tinggi badan relatif
kurang sensitif terhadap masalah
defisiensi zat gizi. Pada gizi kurang
31
panjang badan menurut umur adalah
70-89% standar baku WHO-NCHS.
(2) Berat badan
: berat badan dapat memberikan
gambaran
tentang
massa
tubuh
karena massa tubuh sangat sensitive
terhadap perubahan keadaan yang
mendadak. Pada gizi kurang berat
badan menurut umur adalah 60-80%
standar baku WHO-NCHS.
(3) LILA
: Lingkar lengan atas digunakan
untuk mengetahui status gizi bayi,
balita, dan bumil, anak sekolah serta
dewasa. Indeks ini dapat digunakan
tanpa mengetahui umur. Lingkaran
otot lengan merupakan gambaran
dari massa otot tubuh. Pada gizi
kurang lingkar lengan atas menurut
umur adalah 70-85% standar baku
WHO-NCHS.
f) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Berisi tentang pemeriksaan perkembangan anak yang
berupa kemampuan dalam dan fungsi tubuh yang kompleks
32
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan hasil proses
kematangan (Supariasa, 2013).
Menurut Hidayat (2009), pemeriksaan tingkat perkembangan
meliputi :
(1) Perkembangan motorik kasar.
(2) Perkembangan motorik halus.
(3) Perkembangan bahasa.
g) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
klinis
dilakukan
untuk
mengetahui gejala atau tanda-tanda akan adanya suatu
gangguan penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik
yang tidak normal. Pemeriksaan laboratorium yang biasanya
dilakukan pada balita gizi kurang adalah pemeriksaan darah
untuk kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin), dan
hormon pertumbuhan (Nursalam, 2005).
b. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan yang
spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah
33
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan
penangananan (Varney, 2007).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Marmi, 2012), meliputi :
Balita An.X Umur .........tahun dengan gizi kurang.
Data Dasar
Data Subjektif :
a) Ibu mengatakan umur balita ......tahun.
b) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin.....
c) Ibu mengatakan badan anak tampak kurus
d) Ibu mengatakan sangat cemas pada anaknya
Data Obyektif :
a) Keadaan umum
: lemah
b) Kesadaran
: apatis
c) Tanda-tanda vital
:N
: denyut nadi
80-120x/menit
R
: mengalami penurunan.
S
: normal 36,5oC – 37,5oC
d) BB
: 60-80% standar baku WHO-NCHS
e) Panjang badan
: 70-89% standar baku WHO-NCHS
f) LILA
: 70-85% standar baku WHO-NCHS
34
2) Masalah
Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif
(Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi pada balita gizi kurang
yaitu : gangguan rasa nyaman karena peradangan kulit yang
disebabkan dari sanitasi yang kurang dan tubuh menjadi lemas
(Marmi, 2012).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisa data. Kebutuhan muncul setelah
dilakukan pengkajian (Varney, 2007). Pada kasus balita gizi
kurang adalah berikan salep atau bedak sedative untuk mengurangi
keluhan contohnya bedak talk atau sedia obat penurun panas jika
terjadi demam (Nursalam, 2008).
c. LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL
Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan
tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah
masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit
dengan gizi kurang yaitu terjadinya gizi buruk (Supariasa, 2013).
35
d. LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU ANTISIPASI
Langkah IV ini mengidentifikasi situasi yang gawat, agar diambil
tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007).
Berdasarkan diagnose potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita
sakit dengan gizi kurang maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan
adalah :
1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak
Untuk pemberian terapi obat dan pencegahan infeksi seperti
antibiotic 5ml 2x sehari selama 5 hari. Jika terjadi peradangan cari
dan hilangkan penyebabnya berikan obat disesuaikan dengan
stadiumnya. Bila sudah kering maka berikan salep dengan
kortikosteroid (Abdoerrachman, 2007)
2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium untuk menegakkan
diagnose dengan cara pemeriksaan kadar hemoglobin darah.
3) Menginformasikan untuk tetap memberikan nutrisi atau asupan
makanan sehat
e. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang
telah
diidentifikasi
atau
diantisipasi
dan
juga
merupakan
pengembangan perencanaan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya setiap rencana haruslah mencerminkan
rasional yang valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007). Dalam
36
kasus balita sakit dengan gizi kurang, rencana asuhan yang diberikan
menurut Depkes RI (2008), adalah sebagai berikut :
1)
Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan,
a) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi
protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas.
b) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah
terlalu lama. Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk
dihaluskan.
c) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan
cairan glukosa dan NaCL.
d) Observasi.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
mencukupi.
b) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis,
atau apa yang disukai anak).
3) Gangguan rasa aman
a) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali
sehari.
b) Mengganti pakaian jika kotor.
c) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
d) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.
37
4) Resiko terjadi komplikasi
a) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian
terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik,
pemberian vitamin A.
b) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata
tanpa kortikosteroid.
c) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.
5) Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup
karena dengan istirahat bisa untuk menyetabilkan berat badan. Jika
mengalami demam maka harus istirahat mutak untuk menurunkan
demam.
f. LANGKAH VI : PELAKSANAAN
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan
aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya
Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit gizi
kurang disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).
38
g. LANGKAH VII : EVALUASI
Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana Asuhan tersebut
benar-benar terpenuhi sesuai dengan asuhan kebidanan dalam masalah
dan diagnosa (Varney, 2007).
Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada
kasus balita sakit dengan gizi kurang menurut Depkes RI, (2008),
adalah sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman telah teratasi.
2) Peradangan kulit telah sembuh.
3) Berat badan meningkat.
Data Perkembangan Kondisi Klien
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan
menurut Varney (2007), pada balita dengan gizi kurang adalah SOAP,
adalah sebagai berikut :
S
: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.
Data subjektif pada kasus balita sakit dengan status gizi kurang
didapatkan hasil wawancara pada ibu pasien tentang keluhan yang
dirasakan oleh anaknya.
39
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
Data objektif yang dikaji pada kasus balita sakit dengan status gizi
kurang meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari data keadaan
umum pasien, vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi),
erat badan, tinggi badan, dan data penunjang yang dapat berupa
pemeriksaan laboratorium Hb, serum protein (albumin dan globulin),
hormone pertumbuhan dan radiologi (jika diperlukan).
A : assessment (pengkajian)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif pada an.X dalam suatu identifikasi dan
masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney.
P
: Penatalaksanaan
Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan
dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipasi,
tindakan
segera,
tindakan
secara
komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dari rujukan, sebagai
langkah
3,
4,
5,
6,
dan
No:938/Menkes/SKVII/2007).
7
Varney
(KepMenKes
RI
40
C. Landasan hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan
aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum
(mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
balita sakit gizi kurang, landasan hukum yang digunakan di antaranya :
1. UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi :
a. Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut.
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenanga
untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli.
3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan
4) Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus
melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi
dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis
obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien.
41
2. Permenkes RI Nomor 1464/Menkes /Per/X/2010
Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak. menurut pasal 11 ayat
(1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi
baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2)
bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin
K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c. Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keteranagn kelahiran.
h. Pemberian surat keterangan kematian.
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan metode
observasional deskriptif yaitu suatu metode untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan pada Balita Sakit An F
dengan Gizi Kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil
laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan di BPM
Andang Damayanti Masaran, Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai
kegiatan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek studi kasus ini akan
dilakukan pada balita sakit An.F dengan gizi kurang di BPM Andang
Damayanti Masaran Sragen.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Waktu studi kasus ini
dilaksanakan tanggal 17 Maret – 18 April 2015.
42
43
E. Instrument Studi Kasus
Instrument merupakan penjelasan tentang alat yang akan dipergunakan
untuk melakukan pengambilan data yaitu dengan menggunakan format
asuhan kebidanan. Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrument
format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada balita sakit dan data
perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang
dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, merangkum dan
mencatatnya (Arikunto, 2010).
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan
oleh
orang
yang
melakukan
penelitian
atau
yang
bersangkutan yang melakukannya (Notoatmodjo, 2012). Data primer
meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan
44
penciuman. Inspeksi ini dilkukan secara berurutan mulai dari
kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita sakit
dengan gizi kurang pada inspeksi diperoleh badan kurus dan
conjungtiva pucat.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera
peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif.
Pada kasus balita sakit pada palpasi diperoleh : kulit normal dan
perut tidak cekung.
3) Perkusi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan
jari
ke
bagian
tubuh
klien
yang
akan
dikaji
untuk
membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, perkusi
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsisten jaringan. Pada kasus balita gizi kurang pada perkusi :
perut tidak kembung.
4) Auskultasi
Auskultasi
adalah
pemeriksaan
dengan
menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
tubuh. Pada kasus balita sakit pada denyut jantung mengalami
penurunan yaitu 34 kali/permenit.
45
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face) (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada orang tua
balita sakit An.F dengan gizi kurang dan keluarga serta tenaga medis
dengan menggunakan pedoman manajemen asuhan kebidanan
menurut tujuh langkah Varney.
c. Observasi
Observasi
adalah suatu teknik pengumpulan data
yang
berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf
aktivitas tertentu yang ada hubunganyya dengan masalah yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita sakit dengan gizi
kurang ini yang diobservasi adalah keadaan umum, kesadaran,
tanda-tanda vital, berat badan, panjang badan, kulit, wajah, LILA,
abdomen.
3. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan
fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya.
Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan
studi (Notoatmodjo, 2012).
46
a. Studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan
dari buku, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan gizi
kurang terbaru yaitu tahun 2005-2013.
b. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi
kasus ini diperoleh dari buku catatan rekam medik di BPM Andang
Damayanti Masaran, Sragen.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat yang digunakan dalam melaksanakan studi kasuss sebagai berikut :
1. Alat yang dibutuhkan dalam pengkajian dalah format asuhan kebidanan
buku tulis, alat tulis, alat dan bahan yang digunakan dalam laporan kasus.
2. Alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan dan observasi adalah :
a) Alat dan pengukur tinggi badan.
b) Timbangan berat badan.
c) Pita LILA.
d) Stetoskop.
e) Jam tangan.
f) Metlin.
g) Thermometer.
47
H. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian adalah jadwal yang akan digunakan untuk melaksanakan
penelitian studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel yang masuk
ke dalam lampiran (Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Ruang
: Periksa
Tanggal
: 17 Maret 2015
A. Tinjauan Kasus
1.
Pengkajian
a. Identitas Anak
1) Identitas Anak
a) Nama
: An.F
b) Umur
: 13 bulan
c) Jenis Kelamin
: Perempuan
d) Anak Ke
:2
e) Alamat
: Dawungan RT 006/002 Masaran Sragen
2) Identitas Ibu
Identitas Ayah
a) Nama
: Ny.M
Nama
: Tn.T
b) Umur
: 30 tahun
Umur
: 40 tahun
c) Agama
: Islam
Agama
: Islam
d) Suku Bangsa
: Jawa
Suku Bangsa : Jawa
e) Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SD
f) Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Swasta
g) Alamat
: Dawungan RT 006/002 Masaran Sragen
48
b. Anamnesa (Data Sujektif)
1) Alasan datang
Ibu mengatakan anaknya sering rewel, badan terlihat kurus, dan
pucat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Imunisasi
BCG
: 03 April 2014
DPT 1
: 24 Mei 2014
DPT 2
: 24 Agustus 2014
DPT 3
: 20 Desember 2014
Polio 1
: 03 April 2014
Polio 2
: 24 Mei 2014
Polio 3
: 24 Agustus 2014
Polio 4
: 20 Desember 2014
Hepatitis B 1
: 24 Mei 2014
Hepatitis B 2
: 24 Agustus 2014
Hepatitis B 3
: 20 Desember 2014
Campak
: 03 Januari 2015
b) Riwayat Penyakit Yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah menderita infeksi paru-paru
dan harus dirawat di Rumah Sakit 7 kali.
c) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan berat badan anaknya kurus dan kecil.
d) Riwayat penyakit keluarga / menurun
Ibu mengatakan pada keluarganya dan keluarga suaminya tidak
ada yang mempunyai penyakit menular seperti HIV/AIDS,
Hepatitis dan penyakit menurun seperti hipertensi,jantung dll.
3) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh anaknya sendiri.
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain sangat
baik.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya berhubungan baik dengan teman
sebayanya.
d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, nyaman, bersih.
4) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Sebelum sakit :
(1) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain
nasi, sayur, lauk, buah, roti.
(2)
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
(3)
Pola makan yang digunakan
Sebelum sakit :
(a) Pagi jam
: Ibu mengatakan anaknya makan pagi
pukul 06.00 WIB, jenis makanan :
bubur bayi instan, jenis minuman : susu
formula.
(b) Siang jam
: Ibu mengatakan anaknya makan siang
pukul 11.30 WIB, jenis makanan : nasi,
sayur,
lauk,
buah
(pisang),
jenis
minuman : susu formula.
(c) Malam jam : Ibu mengatakan anaknya makan malam
pukul 16.00 WIB, jenis makanan : nasi,
sayur, lauk, jenis minuman : susu
formula.
Selama sakit :
Ibu mengatakan nafsu makan anaknya seperti biasa, tidak
ada perubahan.
(a) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara
lain nasi, sayur, lauk, buah, susu formula, dan biskuit.
(b) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
(c) Pola makanan yang digunakan :
Ibu mengatakan porsi makan selama sakit tidak ada
perubahan, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah, jenis
minuman : susu formula.
b) Istirahat / tidur
1) Tidur siang
(a) Sebelum sakit : ibu mengatakan setiap hari anaknya
tidur siang mulai pukul 12.00 WIB ± 2 – 3 jam/hari.
(b) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang
mulai jam 13.00 WIB ± 1 jam/hari.
2) Tidur malam
(a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam
mulai pukul 19.00 WIB ± 10 jam/hari.
(b) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam
mulai pukul 19.00 WIB ± 9 jam/hari.
c) Mandi
(1) Pagi jam
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 06.00 WIB
(2) Sore jam
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 15.00 WIB
d) Aktifitas
Ibu mengatakan sehari-hari anaknya sudah bermain dengan
teman sebaya tetapi masih dalam pengawasan salah satu
anggota keluarga.
e) Eliminasi
Sebelum sakit
(1) BAK : Ibu mengatakan ± 5-6 kali/hari, warna kuning
jernih.
(2) BAB : Ibu mengatakan ± 1-2 kali/hari, warna kuning
kecoklatan, konsisten lunak.
Selama sakit
(1) BAK : Ibu mengatakan ± 7-8 kali/hari, warna kuning
jernih.
(2) BAB : Ibu mengatakan 1 kali/hari, warna kuning,
konsisten lunak.
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum
: Lemah
b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV
: N : 100 x/menit
S : 36,80C
d) BB/TB
: 5 kg / 62cm
R : 34 x/menit
e) LK/LLA
: 40 cm/12,5 cm
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
(1) Rambut
: Hitam, bersih, ubun-ubun cekung, tidak
ada benjolan, tidak ada kelainan.
(2) Mata
Conjungtiva
: Pucat
Sclera
: Putih
b) Muka
: Tidak ada benjolan dan tidak ada
penonjolan.
c) Telinga
: Bersih, tidak ada serumen.
d) Hidung
: Bersih, tidak ada cuping hidung.
e) Mulut
: Bibir warna pucat, kering, agak pecahpecah, lidah bersih, tidak stomatitis.
f) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g) Dada
: Simetris, tidak ada tarikan dinding dada
kedalam namun terdengar suara.
h) Perut
: Tidak ada pembesaran pada perut, tidak
kembung.
i) Ekstermitas
: Jari tangan dan kaki lengkap, tidak odema.
j) Genetalia
: Lengkap, labia mayora menutupi labia
minora, tidak ad avarices
k) Anus
: Tidak haemoroid.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a) Perkembangan motorik kasar
: Berjalan
b) Perkembangan motorik halus
: Mencoret-coret
c) Perkembangan bahasa
(1) Mengerti dan melakukan perintah sederhana atau larangan
dari orang lain
(2) Mengulang bunyi yang didengarnya
4) Pemeriksaan penunjang
2.
a) Pemeriksaan laboratorium
: tidak dilakukan
b) Pemeriksaan penunjang lain
: tidak dilakukan
Interpretasi Data
Tanggal : 17 Maret 2015
Pukul : 08.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
An.F Umur 13 Bulan dengan Gizi Kurang atas indikasi infeksi paruparu.
Data Dasar
DS :
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An.F
2) Ibu mengatakan anakanya berumur 13 Bulan
3) Ibu mengatakan anaknya rewel, badannya terlihat kurus dan
anaknya pernah menderita infeksi paru-paru
DO :
1) Keadaan umum
: Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: N : 100x/menit
R : 34x/menit
S : 36,80C
4) BB/TB
: 5 kg / 62 cm
5) LK/LLA
: 40 cm/ 12,5 cm
b. Masalah
Ibu mengatakan anaknya rewel dan cemas dengan keadaan anaknya
yang sekarang.
c. Kebutuhan
Anjurkan ibu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3.
Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang muncul pada kasus Balita Gizi Kurang adalah
Gizi Buruk.
4.
Tindakan Segera
Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang.
5.
Perencanaan
Tanggal : 17 Maret 2015
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.
Pukul : 09.00 WIB
2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi sesuai gizi
seimbang pada anaknya.
3. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak.
4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh.
5. Anjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya.
6. Anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.
7. Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Dokumentasi tindakan.
6.
Pelaksanaan
Tanggal : 17 Maret 2015
Pukul : 09.30 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu.
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
TTV
: N : 100x/menit
R : 34x/menit
S : 36,80C
BB/TB
: 5 kg/ 62 cm
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang
pada anaknya yaitu menu yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
3. Memberikan penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak agar
anak tidak mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan
cara lauk pauk dihaluskan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anak yaitu dengan
cara memberikan minum yang banyak agar cairan pada tubuh anak
tercukupi sehingga tidak menimbulkan demam ataupun dehidrasi.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman seperti
memandikan anaknya 2x sehari, mengganti pakaian jika kotor dan
basah, memakaikan alas kaki jika pergi bermain, menghangatkan
badan jangan sampai kedinginan.
6. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali :
siang ± 2 jam dan malam ± 10 jam.
7. Menganjurkan ibu kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Mendokumentasikan tindakan.
7.
Evaluasi
Tanggal : 17 Maret 2015
Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
2. Ibu bersedia memberikan nutrisi seimbang yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
3. Ibu sudah paham dan bersedia untuk memberikan makanan yang lunak
4. Ibu bersedia menjaga suhu tubuh anaknya.
5. Ibu bersedia memberikan rasa aman dan nyaman anaknya.
6. Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
7. Ibu bersedia datang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Tindakan sudah didokumentasikan.
DATA PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 24 Maret 2015
S
Pukul : 09.00 WIB
:
1. Ibu mengatakan anaknya masih rewel.
2. Ibu mengatakan anaknya susah tidur dan tidur tidak nyenyak.
3. Ibu mengatakan sehari anaknya makan 3 kali yaitu pagi : makan bubur
sun dan minum susu formula, siang dan malam : makan nasi, lauk,
sayur, buah dan minum susu formula, dan sehari anaknya makan roti 3
kali.
O
:
1. Keadaan umum
: Lemah
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
S : 36,60C
N : 112x/menit
R : 34x/menit
4. BB/TB
A
: 5 kg / 62 cm
: An.F umur 13 Bulan 1 minggu dengan gizi kurang atas indikasi infeksi
paru - paru perawatan minggu ke-1.
P
: Tanggal : 24 Maret 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan anaknya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang seimbang
pada anaknya
4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada
tanggal 31 Maret 2015
EVALUASI
Tanggal : 24 Maret 2015
Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan anaknya.
3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan makanan yang seimbang untuk anaknya
4. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 31 Maret.
PERKEMBANGAN II
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 31 Maret 2015
S
Pukul : 09.00 WIB
:
1. Ibu mengatakan anaknya masih rewel
2. Ibu mengatakan sehari anaknya makan 3 kali yaitu pagi : makan bubur
sun dan minum susu formula, siang dan malam : makan nasi, lauk,
sayur, buah dan minum susu formula, dan sehari anaknya makan roti 3
kali.
3. Ibu mengatakan anaknya sedikit panas.
O
:
1. Keadaan umum
: Lemah
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
S : 37,90C
N : 112x/menit
R : 36x/menit
4. BB/TB
A
: 4,8 kg/ 63 cm
: An.F umur 13 Bulan 2 minggu dengan gizi kurang atas indikasi infeksi
paru - paru perawatan minggu ke-2.
P
: Tanggal : 31 Maret 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk mengompres hangat pada axilla dan
temporal.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memakaikan pakaian pada anaknya
yang bahannya dapat menyerap keringat seperti kain katun atau kaos.
4. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan anaknya.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang seimbang
pada anaknya.
6. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali :
siang ±2 jam dan malam ±10 jam.
7. Melakukan kolaborasi dengan bidan untuk pemberian terapi obat
( Recovit sirup 3 x 1 )
8.
Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 9
April 2015 atau menganjurkan ibu untuk kontrol jika panas belum
turun dalam waktu ± 3 hari.
EVALUASI
Tanggal : 31 Maret 2015
Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia mengompres anaknya dengan air hangat.
3. Ibu bersedia memakaikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
4. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihan.
5. Ibu bersedia tetap memberikan nutrisi yang seimbang.
6. Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
7. Ibu siap memberikan terapi obat yang telah diberikan oleh bidan.
8. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 9 April 2015.
PERKEMBANGAN III
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 9 April 2015
S
Pukul : 09.00 WIB
:
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel.
2. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas.
3. Ibu mengatakan sehari anaknya makan 3 kali yaitu pagi : makan bubur
sun dan minum susu formula, siang dan malam : makan nasi, lauk,
sayur, buah dan minum susu formula, dan sehari anaknya makan roti 3
kali.
O
:
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
N
: 110x/menit
R
: 40x/menit
S
: 36,60C
4. BB/TB
: 5 kg/ 64 cm
5. Mata
Conjungtiva
: Merah muda
Sclera
: Putih
A
: An.F umur 13 Bulan 3 minggu dengan gizi kurang atas indikasi infeksi
paru - paru perawatan minggu ke-3.
P
: Tanggal : 9 April 2015
Pukul : 09.30 WIB
1. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan anaknya.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang seimbang
pada anaknya.
3. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali :
siang ±2 jam dan malam ±10 jam.
EVALUASI
Tanggal : 9 April 2015
Pukul : 10.30 WIB
1. Ibu bersedia menjaga kebersihan anaknya.
2. Ibu bersedia untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang.
3. Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
PERKEMBANGAN IV
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 18 April 2015
S
Pukul : 09.00 WIB
:
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel.
2. Ibu mengatakan ada peningkatan dalam pola makan yaitu sehari
anaknya makan 4 kali/hari dan makan roti 5x/hari.
O
:
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
N : 110x/menit
R : 40x/menit
S : 36,70C
4. BB/TB
: 5,5 kg/64 cm
5. Mata
Conjungtiva
: Merah muda
Sclera
: Putih
6. Tidak terjadi peradangan pada kulit
A
: An.F umur 14 Bulan dengan gizi kurang atas indikasi infeksi paru - paru
perawatan minggu ke-4.
P
: Tanggal : 18 April 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan anak tetap dalam kondisi
sehat dan selalu
memperhatikan nutrisi.
3. Menganjurkan ibu agar anaknya tetap banyak istirahat yaitu sehari 2
kali : siang ± 2 jam dan malam ±10 jam.
4. Menganjurkan ibu tetap rutin mengikuti posyandu karena untuk
mengetahui tumbuh kembang anak.
5. Memberikan makanan tambahan berupa susu formula.
EVALUASI
Tanggal : 18 April 2015
Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2.
Ibu bersedia menjaga kondisi anak dan tetap akan memberikan nutrisi yang
cukup.
3.
Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
4.
Ibu bersedia mengikuti posyandu rutin untuk mengetahui tumbuh kembang
anaknya.
5.
Ibu menerima makanan tambahan.
B. Pembahasan
Pada sub bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil yaitu
balita sakit pada An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang dibandingkan
dengan teori yang ada. Pelaksanaan strudi kasus ini menggunakan manajemen
kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu Pengkajian,
Interpretasi data, Diagnosa potensial, Tindakan segera / Antisipasi,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
1. Pengkajian Data
Pada kasus An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang, penulis
melakukan pengkajian berupa data subyektif dan data obyektif. Data
subyektif yaitu keluhan utama. Dari anamnesa diketahui bahwa An.F umur
13 bulan dengan keluhan rewel, badan terlihat kurus, dan pucat. Hasil
pemeriksaan pada An.F diperoleh keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, TTV (suhu : 36,80C, nadi : 100x/menit, pernafasan :
34x/menit ), BB : 5 kg, TB : 62 cm, LILA : 12,5 cm, LK : 40cm.
Pemeriksaan sistematis yang dilakukan berupa pemeriksaan rambut tidak
mengalami kerontokan, muka tidak ada penonjolan, conjungtiva pucat,
perut tidak ada pembesaran dan tidak kembung, kulit tidak mengalami
peradangan.
Menurut Waryana (2010), Balita di katakan gizi kurang apabila
penilaian berat badan menurut tinggi badan pada gizi kurang adalah 7090%. Menurut Supariasa (2013), keluhan utama pada anak dengan gizi
kurang yaitu badan nampak kurus. Pada penderita gizi kurang asupan
makanan berkurang atau tidak ada nafsu makan dan istirahat berkurang
karena anak sering rewel dan gelisah. Hasil pemeriksaan fisik balita gizi
kurang keadaan umum lemah, kesadaran apatis, TTV seperti suhu :
36,50C, nadi : 80 – 120 kali permenit, respirasi : 40 – 60 kali permenit atau
mengalami penurunan. Rambut bercahaya dan mengalami kerontokan,
wajah menonjol keluar dan ada keriput pada kulit wajah, conjungtiva
pucat, perut kembung dan terjadi pembesaran hati, ada peradangan pada
kulit.
Pada tahap ini terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik
yaitu pemeriksaan dilahan pada pemeriksaan sistematis rambut tidak
mengalami kerontokan, muka tidak ada penonjolan, perut tidak ada
pembesaran dan tidak kembung, kulit tidak mengalami peradangan, tetapi
balita tersebut termasuk gizi kurang karena BB/TB yaitu 5000 gr : 62 x
100% = 80 %. Pada An.F nutrisi baik dan nafsu makan tidak berkurang
tetapi karena mempunyai penyakit infeksi paru-paru sehingga mengalami
gizi kurang atau mengalami penurunan berat badan.
2. Interpretasi Data
Diagnose kebidanan pada kasus ini adalah balita An.F umur 13 bulan
dengan gizi kurang. Masalah yang timbul adalah anak rewel dan keluarga
sangat cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang diberikan berupa beri
motivasi ibu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Menurut Marmi (2012), diagnosa yang ditegakkan yaitu Balita An.X
Umur…tahun dengan gizi kurang, masalah yang sering terjadi pada anak
dengan gizi kurang adalah gangguan rasa nyaman karena peradangan kulit
yang disebabkan dari sanitasi yang kurang dan tubuh menjadi lemas.
Menurut Nursalam (2008), kebutuhan pada kasus gizi kurang adalah
berikan salep atau bedak sedative untuk mengurangi keluhan contohnya
bedak talk atau sedia obat penurun panas jika terjadi demam.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu
balita tidak mengalami gangguan rasa nyaman karena pasien/keluarga
tidak mengeluhkan terjadinya peradangan atau lemas sehingga tidak
memerlukan kebutuhan seperti berikan salep atau bedak sedative.
3. Diagnose potensial
Pada kasus An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang diagnosa
potensial yang ditegakkan yaitu terjadinya gizi buruk. Hal ini sesuai
dengan teori Supariasa (2013), yang menyatakan diagnose potensial yang
mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan status gizi kurang yaitu
terjadinya gizi buruk.
Pada kasus An.F dengan gizi kurang tidak terjadi gizi buruk karena
anak mendapat penanganan yang baik dari petugas kesehatan. Hal tersebut
dapat dilihat dari berat badan anak mengalami kenaikan dari 5 kg menjadi
5,5 kg.
4. Antisipasi / tindakan segera
Antisipasi / tindakan segera pada kasus balita sakit An.F umur 13
bulan dengan gizi kurang yaitu beri KIE tentang pemberian nutrisi yang
sehat dan seimbang.
Pada teori Abdoerrachman (2007), yang menyatakan pada balita gizi
kurang lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi, kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan kadar
hemoglobin dan pemberian informasi tentang nutrisi yang sehat dan
seimbang.
Pada kasus ini tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak dikarenakan kasus pada An.F sudah ditangani oleh Dinas Kesehatan
Kota Sragen dan sudah mendapat terapi dokter untuk penyembuhan infeksi
paru-paru dan tidak dilakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin karena sudah dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada saat di Rumah Sakit.
5. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada balita sakit An.F umur 13 bulan dengan
gizi kurang adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang
pada anaknya.
b. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanan yang mudah diterima
anak.
c. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga rasa aman pada anaknya.
e. Anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.
f. Anjurkan ibu untuk kembali lagi atau jika ada keluhan.
Menurut Depkes RI (2008), asuhan yang diberikan pada An.F dengan gizi
kurang adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan,
e)
Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi
protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas.
f) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah
terlalu lama. Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk
dihaluskan.
g) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCL.
h) Observasi.
b. Gangguan suhu tubuh
c) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
mencukupi.
d) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau
apa yang disukai anak).
c. Gangguan rasa aman
e) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali
sehari.
f) Mengganti pakaian jika kotor.
g) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
h) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.
d. Resiko terjadi komplikasi
d) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian
terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik,
pemberian vitamin A.
e) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata tanpa
kortikosteroid.
f) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.
e. Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup karena
dengan istirahat bisa untuk menyetabilkan berat badan. Jika mengalami
demam maka harus istirahat mutak untuk menurunkan demam.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu
tidak dilakukan pemasangan infus karena keadaan pasien tidak memburuk,
tidak dilakukan pemberian terapi karena anak sudah mendapat terapi
sebelumnya dari dokter spesialis paru-paru, tidak diberikan salep mata,
tidak dirujuk karena anak tidak mengalami komplikasi.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan pada An.F yaitu disesuaikan dengan
perencanaan, yaitu :
a. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang
pada anaknya yaitu menu yang mengandung karbohidrat , protein,
lemak, vitamin dan mineral.
b. Memberikan penjelasan tentang pemberian makan yang mudah
diterima anak yaitu dengan cara memberikan makanan yang lunak agar
anak tidak mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan
cara lauk pauk dihaluskan.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anak yaitu dengan
cara memberikan minum yang banyak agar cairan pada tubuh anak
tercukupi sehingga tidak menimbulkan demam.
d. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anaknya seperti
memandikan anaknya 2x sehari, mengganti pakaian jika kotor dan
basah.
e. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali :
siang ±2 jam dan malam ±10 jam.
f. Menganjurkan ibu datang kembali lagi atau jika ada keluhan.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak
dilakukan pemasangan infus karena keadaan pasien tidak memburuk, tidak
dilakukan pemberian terapi karena anak sudah mendapat terapi
sebelumnya dari dokter spesialis paru-paru, tidak diberikan salep mata,
tidak dirujuk karena anak tidak mengalami komplikasi.
7. Evaluasi
Pada kasus balita sakit An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang
setelah dilakukan asuhan selama 4 minggu didapatkan hasil : keadaan
baik, kesadaran composmentis, TTV (suhu : 36,80C, nadi : 100x/menit,
pernafasan : 34x/menit), conjungtiva mrah muda, berat badan meningkat
dari 5 kg menjadi 5,5 kg.
Menurut Depkes RI (2008), evaluasi yang diharapkan dari
pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus balita sakit pada An.F dengan
gizi kurang adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman telah teratasi.
b. Peradangan kulit telah sembuh.
c. Berat badan meningkat.
Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan
praktik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada An.F Umur 13 bulan dengan
gizi kurang selama 4 minggu dengan menerapkan manajemen varney dapat
diambil kesimpulan :
1. Pada pengkajian data diperoleh hasil data subyektif ibu mengatakan
anaknya rewel, tubuhnya tampak kurus dan pernah menderita infeksi paruparu. Data
obyektif
meliputi
keadaan umum
lemah, kesadaran
composmentis, TTV (suhu : 36,80C, nadi : 100x/menit, pernafasan :
34x/menit), BB : 5 kg, TB : 62 cm, LILA : 12,5 cm, LK : 40cm.
Pemeriksaan sistematis yang dilakukan berupa pemeriksaan mata yaitu
conjungtiva pucat.
2. Pada langkah interpretasi data diperoleh diagnosa kebidanan yaitu An.F
umur 13 bulan dengan gizi kurang. Masalah yang muncul yaitu rewel dan
ibu khawatir dengan keadaan anaknya. Kebutuhannya adalah beri motivasi
untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang.
3. Diagnosa potensial yang ditegakkan yaitu gizi buruk tetapi pada kasus ini
tidak terjadi gizi buruk.
4. Antisipasi yang diberikan yaitu memberikan KIE tentang pemberian gizi
seimbang pada anak.
76
5. Perencanaan yang dilakukan adalah perawatan dirumah yang berupa beri
nutrisi yang seimbang pada anak, beri anak makanan yang lunak, jaga
suhu tubuh, jaga rasa aman pada anak, anjurkan ibu agar anak banyak
istirahat.
6. Pelaksanaan dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun
karena adanya dukungan keluarga dalam membantu memberikan nutrisi
yang seimbang, memberikan makanan yang mudah diterima, menjaga
suhu tubuh, menjaga rasa aman, menganjurkan ibu agar anak banyak
istirahat
7. Evaluasi dilakukan selama 4 minggu untuk mengetahui perkembangan
anak. Hasil An.F keadaan umum baik, sudah tampak aktif, berat badan
mengalami kenaikan dari 5 kg menjadi 5,5 kg.
8. Pada tahap ini terdapat kesenjangan yaitu :
a. Pengkajian : Pemeriksaan dilahan pada pemeriksaan sistematis normal,
nafsu makan tidak berkurang.
b. Interpretasi Data : Pada masalah balita tidak mengalami gangguan rasa
nyaman dan tidak memerlukan kebutuhan seperti pemberian salep atau
bedak sedative.
c. Antisipasi / tindakan segera : Tidak dilakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis anak dan tidak dilakukan kolaborasi dengan
laboratorium.
d. Perencanaan dan Pelaksanaan : Tidak dilakukan pemasangan infus,
tidak dilakukan pemberian terapi, tidak diberikan salep mata dan tidak
dirujuk.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan masukan
antara lain :
1. Bagi Ibu/ keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala gizi
kurang dengan membaca buku atau mencari informasi dimedia atau dari
tenaga kesehatan terdekat supaya keluarga dapat mengantisipasi, sehingga
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
2. Bidan Praktik Mandiri
Diharapkan agar Bidan Praktik Mandiri dapat meningkatkan kualitas
pemberian pelayanan dan memberikan pelayanan yang optimal Asuhan
Kebidanan pada Balita Bakit dengan Gizi kurang.
3. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/ menambah referensi tentang gizi
kurang.
Download