PEMBAURAN KEBANGSAAN SEBAGAI ANTISIPASI POTENSI TERJADINYA KONFLIK DI MASYARAKAT AKBP GIDION ARIF SETYAWAN, S.Ik., S.H., M.Hum. KAPOLRES BANYUMAS PURWOKERTO , November 2015 SEJARAH Semenjak Empu Tantular menulis tentang Bhinneka Tunggal Ika, maka sesungguhnya kesadaran tentang pluralitas dan multikulturalitas sudah dimiliki oleh para leluhur bangsa ini. Kerajaan Kahuripan, Jenggala, Majapahit dan diteruskan oleh kerajaan-kerajaan Islam sudah memberikan gambaran tentang implementasi pluralitas dan multikulturalitas tersebut. Di wilayah kerajaan Nusantara ini memang semenjak semula memiliki varian suku, ras dan agama. Di kerajaan Majapahit terdapat aneka pemeluk agama; Hindu, Budha, Islam dan Budha-Syiwa, dan juga keyakinan lokal lainnya. Semenjak Wangsa Isyana menguasai tanah Jawa, Sri Erlangga, kemudian Sri Jayabaya, dan raja-raja Majapahit, maka di kerajaan-kerajaan tersebut sudah terdapat kehidupan yang bhinneka tunggal ika. Di negara-negara tersebut telah hidup suku Jawa, Cina, Arab dan bangsa-bangsa lain dengan aneka agama dan kepercayaannya. 2 Lanjutan …. Pluralitas dan multikulturalitas ternyata sudah melazimi kehidupan masyarakat ini semenjak dahulu kala. Hanya saja bahwa di tengah kehidupan yang semakin cepat berubah ini, ternyata masih ada yang menganggap etnisitas, ras dan golongan merupakan masalah. Munculnya persoalan itu bukan semata-mata disebabkan oleh relasi etnisitas namun juga lebih disebabkan oleh aspek kepentingan: bisa sosial, politik, ekonomi dan juga budaya. 3 Konflik yang pernah terjadi di NKRI Dari pengamatan empiris, konflik masal lebih sering terjadi seiring menggeloranya era reformasi yang dampaknya tidak hanya mengganggu ketentraman dan kedamaian, melainkan juga cukup menghawatirkan bagi kelangsungan persatuan dan kesatuan bangsaIndonesia. Beberapa contoh konkrit masalah konflik yang cukup serius baik yang bersifat vertical ataupun horisontal yang terjadi antara lain : 1. Konflik yang bernuansa SEPARATISME konflik di NAD, Maluku, dan Papua. 2. Konflik yang bernuansa ETNIS konflik di Kalbar, Kalteng, danAmbon. 3. Konflik yang bernuansa IDEOLOGIS isu faham komunis, faham radikal. 4. Konflik yang benuansa POLITIS konflik akibat isu kecurangan Pilkada, isu pemekaran wilayah di beberapa wilayah yang berakibat penyerangan dan pengrusakan. 5. Konflik yang bernuansa EKONOMI konflik antar kelompok nelayan di selat Madura, antar kelompok preman, antar kelompok pengemudi, antar kelompok pedagang. 6. Konflik Sosial lainnya konflik antar anak sekolah, mahasiswa, 7. Konflik BERNUANSA SOLIDARITAS LIAR tawuran antar wilayah, antar suporter sepak bola. 8. Konflik ISU AGAMA atau ALIRAN KEPERCAYAAN isu berkaitan dengan Achmadiyah, isu aliran sesat. 9. Konflik ISU KEBIJAKAN PEMERINTAH BBM, BOS, LPG. dsb. 4 KONFLIK SOSIAL 5 PENGERTIAN “PEMBAURAN KEBANGSAAN” PERMENDAGRI NO 34 TH 2006 Proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan, dan perekonomian untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku, dan etnis masingmasing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6 FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN (FPK) SESUAI PERMENDAGRI NOMOR 34 TAHUN 2006 PASAL 8 AYAT (1) BAHWA : “FPK DIBENTUK DI PROVINSI, KABUPATEN/KOTA, KECAMATAN DAN DESA/KELURAHAN”. 7 PERMENDAGRI NOMOR 34 TAHUN 2006 PASAL 9 AYAT (4) FPK kecamatan mempunyai tugas : 1 menjaring aspirasi masyarakat pembauran kebangsaan; di bidang 2 menyelenggarakan forum dialog dengan pimpinan organisasi pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku, dan masyarakat; 3 menyelenggarakan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan; dan 4 merumuskan rekomendasi kepada camat sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pembauran kebangsaan. 8 8 PERMENDAGRI NOMOR 34 TAHUN 2006 PASAL 9 AYAT (3) FPK desa/kelurahan mempunyai tugas : 1 menjaring aspirasi masyarakat di bidang pembauran kebangsaan; 2 menyelenggarakan forum dialog dengan pimpinan organisasi pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku, dan masyarakat; 3 menyelenggarakan sosialisasi kebijakan berkaitan dengan pembauran kebangsaan: dan 4 merumuskan rekomendasi kepada kepala desa/lurah sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pembauran kebangsaan. yang 9 KESIMPULAN & REKOMENDASI 1 Masyarakat yg heterogen (majemuk) pada dasarnya selalu rawan konflik 2 Konflik horisontal yang terjadi di Indonesia berasal dari kemajemukan suku, agama ras dan golongan. 3 Konflik horisontal dapat diatasi ketika setiap warga masyarakat mengedepankan toleransi, menghargai perbedaan dan mau menerima kemajemukan sebagai kenyataan dan rahmat Tuhan. 4 Kunci dari upaya menghilangkan konflik adalah mau berdialog dan tetap memiliki semangat Bhineka Tunggal Ika 10 Lanjutan … 5 Pembauran kebangsaan merupakan bagian penting dari kerukunan nasional dan upaya dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa. 6 Pancasila merupakan dasar konsepsi penjabaran wawasan kebangsaan yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga perlu dijadikan petunjuk arah bagi upaya pembauran kebangsaan dalam rangka pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan selain sebagai petunjuk dan arah digunakan juga sebagai pedoman dan media pikir dalam mengelola pembauran kebangsaan Perlu ada gerakan kebangsaan melalui FPK untuk memperkuat wawasan kebangsaan. 11 Lanjutan … 7 8 Proses pembauran kebangsaan itu penting karena kehidupan kebangsaan itu telah kita tuangkan kedalam bentuk Negara Kebangsaan dengan konstitusi kebangsaan maupun ideologi kebangsaan, Pancasila sebagai ideologi kebangsaan kita adalah rumah dari Bhinneka Tunggal Ika kita. Perlu meningkatkan fungsi FPK sebagai wadah komunikasi, koordinasi dan fasilitasi penguatan pembauran kebangsaan, guna menghindari terjadinya konflik vertikal dan horisontal, sehingga dapat meningkatkan komunikasi antar kelompok etnik dalam menjalin silaturahmi untuk membentuk kehidupan yang rukun dan damai. 12 Lanjutan … 9 10 Perlu dilakukan koordinasi dan sinergitas program serta kegiatan antar Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan FPK Provinsi dan Kab/kota terhadap proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, etnik, suku bangsa, daerah asal secara geografik dan agama melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan dan perekonomian untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia dengan tanpa harus menghilangkan identitas ras, etnik, suku bangsa, kebudayaan dan agama masing-masing dalam kerangka NKRI Pembauran kebangsaan masih perlu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh karena hingga saat ini bangsa Indonesia masih dihadapi dengan konflik antar ras, etnik, suku bangsa, bahasa, kebudayaan, daerah asal secara geografik dan agama. Konflik yang terjadi tersebut karena perasaan ego yang berlebihan dan semakin memudarnya rasa toleransi. 13 Lanjutan … 11 12 Kini sikap nasionalisme, patriotisme dan heronisme kita tidak perlu lagi diperjuangkan dengan mengangkat senjata seperti para pejuang kemerdekaan dahulu. Tetapi cukup berjuang melakukan pembauran kebangsaan secara bulat, utuh dan menyeluruh dengan segenap hati, jiwa dan raga. Keterlibatan FPK dalam rangka mendukung perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945 pada setiap tahun agar dirayakan semeriah dan sesemarak perayaan hari-hari besar/hari-hari raya keagamaan serta tutup tahun. 14 KONFLIK KONFLIKCINA CINA VS VSJEPANG JEPANG PULAU SENKAKU : 7 KM2 KONFLIK KONFLIKKORSEL KORSELVS VSKORUT KORUT BAGAIMANA DENGAN INDONESIA… DI MANA TERJADINYA KONFLIK….. KONFLIK TERJADI DISEKIAR KITA KONFLIK TERJADI JUSTRU TERJADI ANTARA KITA DAN TETANGGA KITA KONFLIK TERJADI TIDAK JAUH DARI KITA BISA JADI KITA DIPERALAT OLEH PIHAK YANG JAUH DARI KITA….. ANALOGI KONFLIK YANG DI LALUI DALAM KEHIDUPAN AKHIRI DENGAN ROMANTIS……. ROMANTISME KEARIFAN LOKAL…. DIBUTUHKAN PERAN TOKOH MASY : 1. MENJADI DUTA KEARIFAN LOKAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK 2. MENJADI MEDIATOR 3. MENJADI NEGOSIATOR 4. MENJADI INISIATOR 5. MENJADI BAGIAN DARI ALAT UNTUK REKAYASA SOSIAL SEMIFINAL lari 400 meter... Dengan 65.000 penonton... Sesaat setelah bunyi pistol menggelegar... Dia melesat...dan memimpin didepan... Namun, 175 meter menjelang finish... Dia paksa... Bangkit dengan penuh kesakitan… Ayahnya dari kursi penonton datang dan berkata : “Nak, sebaiknya kamu berhenti. Tidak mungkin kamu bisa menang.” Derek menjawab, “Tidak. Aku harus berlari sampai finish” Bersama Polri Membangun Kondusifitas di Wilayah Banyumas