BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Setelah beberapa skandal akuntansi selama tahun 1900-an, profesi
auditor memperoleh banyak kritik karena kurangnya independensi dan tidak
mampu untuk memberikan keyakinan kepada para investor dan kreditor
(Imhoff, 2003 dalam Wallgren, L.H.& Olofsson, C., 2011). Karena
kurangnya auditor independen, perdebatan tentang kewajiban rotasi kantor
akuntan publik (KAP) muncul di seluruh dunia. Rotasi KAP akan
menyebabkan skeptisisme yang lebih besar dan memberikan perspektif baru
pada laporan keuangan perusahaan (Kwon et al dalam Wallgren, L.H.&
Olofsson, C., 2011).
Hal ini juga akan mengurangi kekhawatiran kantor akuntan publik
kehilangan klien sebagai akibat dari perbedaan pendapat dengan manajemen.
Namun, hal tersebut memiliki beberapa implikasi seperti biaya audit yang
meningkat dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh auditor baru atas
suatu perusahaan (Imhoff dalam Wallgren, L.H.& Olofsson, C., 2011).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, skandal korporasi seperti
Enron dan WorldCom telah menimbulkan keprihatinan mengenai peran
auditor. Kurangnya independensi auditor telah menjadi perhatian di seluruh
dunia dan perdebatan tentang kewajiban rotasi KAP telah dibahas karena
diyakini dapat meningkatkan keyakinan akan jasa yang diberikan auditor,
1
serta meningkatkan kualitas audit (Arel et al; Lu dan Sivaramakrishnan; Chi;
Kwon et al dalam Wallgren, L.H.& Olofsson, C., 2011).
Perdebatan saat ini mengenai kewajiban rotasi KAP juga telah disorot
karena regulator dan lembaga penting lainnya seperti International Federation
of Accountants (IFAC) dan General Accounting Office (GAO) telah
menyatakan bahwa hubungan jangka panjang antara KAP dan klien mereka
dapat mengganggu independensi auditor dan objektivitas dalam audit (IFAC,
GAO, Uni Eropa dalam Wallgren, L.H.& Olofsson, C., 2011).
Selain itu, hubungan erat antara KAP dan klien juga telah
menimbulkan keprihatinan mengingat bahwa hal itu dapat menyebabkan
KAP memiliki keinginan untuk menyenangkan perusahaan
dan bukan
bersikap objektif kepada pihak ketiga (Arel et al, 2005). Perilaku seperti itu
dapat mengakibatkan kegagalan dalam mendeteksi fraud. Sejak saat itu,
regulasi untuk rotasi KAP bisa mencegah situasi seperti itu.
Pihak manajemen suatu perusahaan berkepentingan untuk menyajikan
laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Akuntan
publik sebagai pihak yang independen dianggap mampu menjembatani
kepentingan manajemen dan pengelola perusahaan. Akuntan publik berperan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan. Dari laporan keuangan yang dihasilkan, dapat diperoleh berbagai
informasi dari suatu perusahaan yang dapat membantu pihak internal dan
pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan. Laporan keuangan
berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara pihak eksternal selaku
pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan
2
laporan keuangan yang dapat dipercaya. Auditor independen berperan untuk
menjamin kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh suatu entitas.
Independensi merupakan kunci utama yang mutlak harus berada
dalam diri seorang auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan.
Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: independence in fact dan
independence in appearance. Independence in fact berdasarkan sikap auditor
dalam bertindak, dilihat dari kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur,
dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Apakah dalam situasi sulit
atau tertekan seorang auditor dapat tetap bersikap independen. Independence
in appearance ditunjukkan melalui cara berpikir dan cara bertindak serta
bagaimana seorang auditor menentukan sebuah keputusan. Bagaimana cara
seorang auditor bersikap dan bagaimana etika seorang auditor tersebut.
“independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan
audit” (Arens, Elder dan Beasley, 2008). Maka timbul keraguan dari
pengguna laporan keuangan tentang independensi auditor dalam menjalankan
tugasnya. Selama ini Kantor Akuntan Publik diberi kebebasan untuk
memberikan jasa non-audit kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa
non-audit ini menambah besar jumlah dependensi secara finansial kantor
akuntan kepada kliennya (Wijayanti, 2010).
Jika auditor hanya memberikan jasa kepada klien satu hingga tiga
kali, mungkin bayaran yang diberikan oleh klien terhadap penghasilan total
auditor tidak akan material. Namun, jika pemberian jasa audit dilakukan
dalam jangka panjang, apalagi jika ukuran perusahaan klien besar, maka
kemungkinan auditor akan merasa kehilangan potensi penghasilan yang
3
cukup signifikan seandainya mereka tidak bisa mempertahankan klien
tersebut. Sehingga tidak heran jika sebagian kantor akuntan publik memiliki
hubungan yang panjang dengan klien mereka.
Undang-undang no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik merupakan
ketentuan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan akuntan publik.
Untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi
objektivitas auditor maka terdapat peraturan rotasi wajib auditor untuk
mencegah terciptanya hubungan yang lebih dekat antara auditor dan klien
yang dapat menghilangkan independensi auditor. Indonesia merupakan salah
satu negara yang menerapkan pergantian kantor akuntan publik dan akuntan
publik yang bersifat mandatory (wajib).
Pemerintah telah mengatur
kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang
“Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3
(tiga) tahun buku berturut-turut.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan di antaranya
adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun
berturut-turut oleh kantor akuntan dan
3 (tiga) tahun berturut-turut oleh
akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan
4
publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah 1
(satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas
(pasal 3 ayat 2 dan 3).
Rotasi KAP bisa bersifat mandatory atau wajib karena peraturan yang
mengharuskan namun bisa secara voluntary atau tidak wajib dan bukan
karena peraturan yang telah ditetapkan melainkan karena ada hal-hal yang
mempengaruhi klien sehingga harus melakukan rotasi audit dan rotasi KAP.
Peraturan yang mewajibkan pergantian KAP dan akuntan publik di
Indonesia serta perbedaan pendapat mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi auditor switching terutama jika auditor switching terjadi
secara voluntary, hal ini menarik untuk diteliti. Beberapa peneliti telah
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching dan memiliki
hasil empiris yang berbeda-beda. Kecenderungan untuk melakukan auditor
switching dipengaruhi oleh ukuran KAP (Wijayanti, 2010), pergantian
manajemen (Andra, 2012), opini audit (Chow dan Rice, 1992).
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Wijayanti (2010). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan beberapa variabel penelitian seperti pada penelitian Wijayanti
(2010), yaitu ukuran KAP, pergantian manajemen dan opini audit. Selain itu,
peneliti
juga
dipertimbangkan
menambahkan
oleh
variabel
Wijayanti
independen
(2010)
dalam
lain
yang
tidak
penelitiannya,
yaitu
kepemilikan publik (public ownership) dan pergantian komite audit. Populasi
dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia dan penelitian ini akan dilakukan pada periode tahun
5
2008-2012. Dalam penelitian Wijayanti (2010) analisis dilakukan atas
perusahaan manufaktur di Indonesia pada periode 2005-2008 tetapi peneliti
lebih
memfokuskan
penelitian
pada
industri
pertambangan
dan
memperpanjang periode penelitian menjadi 5 tahun yaitu tahun 2008-2012.
Fokus penelitian yang berbeda dan tambahan periode penelitian diharapkan
mempengaruhi hasil penelitian ini. Maka disusunlah penelitian yang berjudul
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA MELAKUKAN
AUDITOR SWITCHING”
1.2
Masalah/ Isu Pokok
Pada penelitian ini penulis ingin membahas mengenai pengaruh
hubungan ukuran KAP, pergantian manajemen, opini audit, kepemilikan
publik (public ownership) dan pergantian komite audit terhadap auditor
switching pada perusahan pertambangan di Indonesia. Ukuran KAP dianggap
berpengaruh terhadap auditor switching karena KAP big four dianggap lebih
independen dibandingkan dengan KAP non big four maka perusahaan akan
berganti auditor yang lebih independen untuk hasil pelaporan keuangan yang
lebih baik. Pergantian manajemen dianggap berpengaruh terhadap auditor
switching
karena
dengan
bergantinya
organisasi manajemen
dalam
perusahaan kemungkinan auditor yang dipakai oleh perusahaan juga dapat
berganti sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan. Opini audit
dianggap berpengaruh terhadap auditor switching karena apabila perusahaan
mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian kemungkinan perusahaan
6
akan berganti auditor yang mungkin dapat memeberikan opini sesuai dengan
yang diharapkan perusahaan. Kepemilikan publik dianggap berpengaruh
terhadap auditor switching karena apabila jumlah saham perusahaan yang
dimiliki oleh publik atau pihak luar lebih besar dibandingkan dengan saham
yang dimiliki oleh manajemen atau pihak dalam perusahaan maka perusahaan
akan dituntut untuk lebih memberikan informasi yang mendetail dalam
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan, maka perusahaan akan
berusaha untuk mencari auditor yang lebih baik untuk melakukan audit atas
perusahaan. Pergantian komite audit dianggap berpengaruh terhadap auditor
switching karena komite audit berperan untuk mengawasi independensi
auditor internal perusahaan dan juga auditor eksternal serta berperan
mengawasi pelaporan keuangan yang dibuat oleh manajemen maka
kemungkinan apabila terjadi pergantian komite audit, juga akan terjadi
pergantian auditor oleh perusahaan untuk tujuan kearah yang lebih baik.
1.3
Formulasi Masalah
Setelah ditetapkannya peraturan yang mewajibkan pergantian KAP
dan akuntan publik di Indonesia dan terdapat berbagai hasil penelitian
mengenai auditor switching yang menunjukkan bukti yang berbeda-beda.
Maka peneliti mencoba menguji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keputusan
perusahaan-perusahaan
pertambangan
di
Indonesia
untuk
melakukan auditor switching. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya, penelitian ini bermaksud menguji hubungan ukuran
KAP, pergantian manajemen, opini audit, kepemilikan publik (public
7
ownership) dan pergantian komite audit dengan auditor switching. Formulasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran KAP mempengaruhi auditor switching pada perusahaan
pertambangan di Indonesia?
2. Apakah pergantian manajemen mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan pertambangan di Indonesia?
3. Apakah opini audit mempengaruhi auditor switching pada perusahaan
pertambangan di Indonesia?
4. Apakah
public ownership mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan pertambangan di Indonesia?
5. Apakah pergantian komite audit mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan pertambangan di Indonesia?
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian dibatasi pada:
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
2. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : ukuran KAP,
pergantian
manajemen, opini audit, kepemilikan publik (public
ownership) dan pergantian komite audit.
4. Data yang digunakan adalah laporan keuangan auditan dan annual report
atau laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2012.
8
1.5
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ukuran KAP terhadap
keputusan perusahaan pertambangan di Indonesia untuk melakukan
auditor switching.
2. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pergantian manajemen
terhadap keputusan perusahaan pertambangan di Indonesia untuk
melakukan auditor switching.
3. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh opini audit terhadap
keputusan perusahaan pertambangan di Indonesia untuk melakukan
auditor switching.
4. Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh public ownership terhadap
keputusan perusahaan pertambangan di Indonesia untuk melakukan
auditor switching.
5.
Memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pergantian komite audit
terhadap keputusan perusahaan pertambangan di Indonesia untuk
melakukan auditor switching.
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi profesi Akuntan Publik:
Menjadi bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang praktik
auditor switching yang dilakukan perusahaan.
2. Bagi Regulator
Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkenaan dengan
praktek perpindahan KAP oleh perusahaan go public.
9
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan terhadap
pengembangan audit khususnya mengenasi auditor switching.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian
ini
sebagai
sumber
referensi
dan
informasi
untuk
memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan auditor
switching.
1.6
Ringkasan Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan riset pengujian hipotesis yang menggunakan
data historis yang berupa laporan tahunan perusahaan pertambangan di
Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh melalui situs
www.idx.co.id. Riset yang dilakukan bersifat klausal, guna menentukan
hubungan dari suatu sebab akibat atas suatu hal, seperti bagaimana pengaruh
hubungan ukuran KAP, pergantian manajemen, opini audit, kepemilikan
publik (public ownership) dan pergantian komite audit terhadap auditor
switching. Penelitian ini menggunakan pengujian statistik berbantuan
software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.
10
1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, masalah/ isu pokok, formulasi masalah,
ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
ringkasan metodologi penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini berisi penjelasan teori yang berhubungan dengan topik
penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai pengertian
Akuntan Publik, Jasa Akuntan Publik, Audit Tenure, Auditor
Switching, dan faktor-faktor yang mempengaruhi auditor
switching yang menjadi variabel penelitian ini serta penelitian
terdahulu dan pengembangan hipotesis.
BAB III
METODA PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tantang jenis dan sumber data yang
dipakai dalam penelitian, penentuan jumlah sampel, metoda
pengumpulan sampel, metoda analisis data, metode penyajian
data, uji statistik, dan operasionalisasi variabel.
11
BAB IV
ANALISIS DAN BAHASAN
Bab ini merupakan inti dari penulisan skripsi yang berisi
seluruh pembahasan mengenai topik skripsi ini mengenai
deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari keseluruhan penulisan skripsi
yang berisikan kesimpulan dari pembahasan dalam bab 4 dan
saran-saran
yang
memberikan
manfaat
sebagai
bahan
pertimbangan pembaca, masyarakat umum, auditor, regulator,
akademisi, dan peneliti selanjutnya.
12
Download